MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR 1
JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
MESIN BUBUT Lathe Machine atau lebih dikenal sebagai mesin bubut mencakup segala mesin perkakas yang memproduksi bentuk silindris dan digunakan untuk menghasilkan benda-benda putar, membuat ulir, pengeboran dan meratakan permukaan benda putar 1. TUJUAN PRAKTIKUM Tujuan umum a. Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas serta cara pengoperasiannya. b. Peningkatan pengetahuan serta ketrampilan tentang mesin-mesin perkakas. Tujuan khusus a. Dapat mengetahui, menguasai dan menjalankan mesin bubut. b. Mengetahui proses dan cara pembuatan benda kerja dengan mesin bubut. c. Mengetahui dan memahami cara pembuatan ulir. 2. PRINSIP KERJA MESIN BUBUT Prinsip mekanisme gerakan pada mesin bubut adalah merubah energi listrik menjadi gerakan putar pada motor listrik kemudian ditransmisikan ke mekanisme gerak mesin bubut. Lebih jelasnya dapat dilihat pada (Gambar 1) yang menunjukkan transmisi gerakan /line of power pada mesin bubut.
Gambar 1 : Line of Power Pada Mesin Bubut Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I
Pada dasarnya prinsip kerja mesin bubut ada dua macam, yaitu: 1. Main Drive Gerakan utama pada mesin bubut putaran motor listrik berupa putaran motor listrik yang ditransmisikan melalui belt menuju gear box. Di dalam gear box terdapat roda LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
gigi yang berfungsi untuk mengatur transmisi putaran spindel, sehingga menghasilkan putaran pada chuck. 2. Feed Drive Yaitu gerakan pemakanan pahat pada benda kerja.
3. MESIN BUBUT 3.1 Spesifikasi MesinBubut Type Produksi
: GAP-BED LATHE CQ 6230A-1910X310 MM : GuangZhou Machine Tool Works
3.2 Bagian – bagian Utama Mesin Bubut
Gambar 2 : General Data Main Assemblies Sumber : Manualbook GAP-BED Lathe CQ 6230A-1 910x310 MM 1. Bed Way Bed Way adalah penopang sebagai tempat relay bertumpu. 2. Head Stok Merupakan tempat dimana gear box dan Quick Change gear box dipasang.
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
3. Quick Change Gear box / feed box Quick Change Gear Box atau juga sering disebut dengan Feed Box berfungsi untuk mentransmisikan daya dan putaran dari Gear Box serta mengatur kecepatannya sebelum diteruskan kemekanisme pemakanan/Apron. Gear Box dan Quick Change Gear Box terletak pada Head Stock. 4. Cariage Box Merupakan meja penggerak pahat dan terletak di atas apron. 5. Electrical Box Merupakan tempat rangkaian sistem elektronik lathe machine. 6. Chuck Protecting Cover Merupakan penutup chuck yang berfungsi sebagai pelindung pengguna dari serpihan geram. 7. Splash Guard Merupakan pelindung dan pembatas agar geram tidak terlempar kemana-mana. 8. Lower Carriage Merupakan penopang dari top carriage. 9. Top carriage Penopang dari tool holder. 10. Cooling Berfungsi sebagai saluran cairan pendingin. 11. Working Light Lampu yang berfungsi sebagai penerang saat pengguna bekerja. 12. Tail Stock Tail stock terletak berhadapan dengan spindle. Berfungsi untuk menahan ujung benda kerja saat pembubutan dan juga dapat digunakan untuk memegang tool pada saat pengerjaan drilling, reaming, dan tapping. 13. Lead Screw Poros berulir yang berfungsi untuk menggerakan carriage box saat melakukan penguliran. 14. Feed Rod Poros yang berfungsi untuk menggerakan carriage saat melakukan pembubutan. 15. Switch Rod Adalah bagian mesin yang berfungsi untuk merubah putaran dari feed rod.
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
16. Tool Holder Merupakan bagian mesin bubut yang berfungsi untuk memegang pahat. 17. Quadrant Susunan Pulley yang mentransmisikan putaran antara gearbox dan quick change gear box. 18. Oil Tray Merupakan tempat geram dan pengalir coolant menuju reservoir. 19. Steady Rest Alat bantu untuk menopang benda kerja yang kedudukannya tetap. 20. Foot Stand Merupakan penopang dari seluruh rangkaian mesin bubut. 21. Thread Indicator Indikator putaran flywheel. 22. Foot Breake Adalah pedal injak yang berfungsi untuk menghentikan mesin dengan memutus arus listrik.
3.3 Kontrol Utama MesinBubut
Gambar 3 : Main Controls Sumber : Manualbook GAP-BED Lathe CQ 6230A-1 910x310 MM
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
GAP-BED Lathe CQ 6230A-1
910x310 MM
buatan Guangzhou Machine Tool
Works adalah salah satu mesin bubut yang terdapat pada Laboratorium Proses Manufaktur . Mesin bubut ini mempunyai kontrol utama berupa : 1. Left and Right Hand Thread Change Lever Digunakan untuk menggerakan carriage ke arah horizontal, dan pada proses pembuatan ulir , yaitu untuk mengatur pembuatan ulir kanan atau ulir kiri. 2. Spindle Change Lever A,B,C Spindle Change Lever 1,2,3 No. 1,2,digunakan untuk merubah kecepatan putar (mengatur kecepatan pada Speed Gear Box). Pengaturan kecepatan dilakukan dengan merubah posisi handelhandelnya. 3. Wrench Mengunci kedudukan tool holder. 4. Fly Wheel Untuk menggerakkan compound rest tanpa menggerakkan carriage 5. Tailstock Quill Clamping Lever 6. Tailstock Locking Nut No. 5 dan 6 pada prinsipnya digunakan untuk mengunci kedudukan tailstock. 7. Tailstock Quill Transverse Handwheel Digunakan untuk menggerakkan ujung dari tailstock dengan cara memutarnya. 8. Split Nut Lever Digunakan untuk menggerakkan split nut yang nantinya akan memutar lead screw. 9. Spindle Forward-Stop-Reverse Lever Adalah bagian mesin yang berfungsi untuk merubah putaran dari feed rod. 10. Longitudinal and Cross Power Feed Lever Digunakan untuk menjalankan pembubutan otomatis dan dapat mengerakkan carriage dalam arah longitudinal maupun melintang. 11. Carriage Longitudinal Feed Handwheel Engkol yang berfungsi untuk menggerakkan carriage secara manual dalam arah longitudinal. 12. Cross Slide Handwheel Digunakan untuk menggerakkan carriage dalam arah melintang secara manual. 13. Pitch and Feed Selector Lever Untuk menentukan Feed and Thread. LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
14. Emergency Switch Tombol emergency. 15. Switch Coolant Pump Untuk menyalakan pompa coolant. 16. Test Button Menguji putaran chuck. Pada prinsipnya semua jenis mesin bubut di Lab. Proses Manufaktur mempunyai kontrol yang sama, hanya peletakannya yang berbeda. Tanyakan kepada asisten / laboran anda sebelum mulai menjalankan mesin.
4. PETUNJUK PENGOPERASIAN MESIN Langkah – langkah Pengerjaan A. Sebelum Proses Pembubutan / Persiapan 1. Pengecekan mesin yang akan digunakan . 2. Menyiapkan alat–alat, bahan, dan gambar kerja yang dibutuhkan dalam praktikum. 3. Benda kerja diukur dimensinya sebelum dipasang pada chuck serta ditandai bagian-bagian yang akan dibubut. 4. Benda kerja dipasang pada chuck dengan bantuan kunci chuck dan senterkan. 5. Pahat dipasang pada Tool Holder/tool post dan kedudukannya disenterkan terhadap titik pusat benda kerja dengan bantuan tail stock . 6. Pemilihan kecepatan putar spindle yang sesuai dengan benda kerja dengan mengatur posisi kedua tuas Spindle Change lever ( Tuas A,B,C dan 1,2,3 ). Tabel kecepatan putar berdasarkan posisi tuas A,B,C dan 1,2,3 dapat dilihat pada mesin (menempel pada headstock). Gunakan kecepatan yang lebih tinggi serta kedalaman pemakanan yang kecil pada proses finishing. 7. Mesin dapat dinyalakan. 8. Pengaturan titik nol dan pengaturan kedalaman pemakanan dengan cara menggoreskan ujung pahat pada benda kerja yang berputar. 9. Proses pembubutan bisa dilakukan sesuai gambar benda kerja yang direncanakan.
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
Catatan : Pastikan benda kerja terpasang dengan erat pada chuck Pastikan pahat dalam keadaan baik, terpasang dengan benar dan erat pada toolpost. Pada beberapa jenis mesin bubut, perubahan kecepatan spindle dan pengaturan pitch and feed selector lever hanya dapat dilakukan jika mesin dalam keadaan mati. Jika dilakukan dalam keadaan hidup akan menyebabkan kerusakan serius pada sistem transmisinya. B. Selama Proses Pembubutan 1. Pengaturan kedalaman pemakanan (depth of cut ) pada tiap tahapan pemotongan hendaknya tidak terlalu besar untuk menghindari kerusakan pada benda kerja dan pahat. 2. Untuk menggerakkan pahat secara manual maka Carriage Longitudinal Feed Handwheel ataupun Cross Slide Handwheel harus digerakkan dengan perlahan sehingga didapat permukaan benda kerja yang baik. 3. Pelumasan harus diperhatikan secara teratur. 4. Matikan mesin dan buka chuck protecting cover jika hendak melakukan pengukuran, merubah kecepatan, atau jika terjadi gangguan pada mesin saat bekerja. C. Setelah Proses Pembubutan 1.
Mesin dimatikan.
2.
Benda kerja dilepaskan dari chuck , dan pahat dilepaskan dari tool post.
3.
Mesin dan alat yang digunakan dibersihkan dari chips (Geram) .
4.
Alat – alat dikembalikan ke tempat semula.
5. ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN 1.
Mesin Bubut Digunakan untuk pembuatan benda kerja
2.
Jangka Sorong Digunakan untuk mengukur dimensi benda kerja.
3.
Center gauge / Dial Indikator Digunakan untuk menyenterkan benda kerja.
4.
Stop Watch
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pemakanan. 5.
Kunci Chuck Digunakan untuk mengencangkan chuck / pencekam, bentuk matanya biasanya bujur sangkar.
6. Kunci Pahat Digunakan untuk mengencangkan pahat agar selama proses pembubutan kedudukan pahat tidak berubah. 7. Tachometer Digunakan untuk mengukur putaran dari spindle. 8. Pahat HSS Sebagai alat untuk pemakan benda kerja. 9. Kunci Pas 19 Digunakan Untuk Mengencangkan tool post. 10. Tang Ampere Untuk mengukur arus pada saat pembubutan. 6. PENGAMBILAN DATA 6.1 Data yang diperoleh JENIS MESIN
: Bubut
TYPE
: KW 15-486
DAYA ( P )
: 1,5 KW
BAHAN YANG DIGUNAKAN
Nama Bahan
: Baja Esser
Koefisien bahan ( k )
: 157 kg/mm2
Konstanta Eksponen (m )
: 0.75
PEMBUBUTAN NO
L
D
d
s
nt
na
t’
t
(mm)
(mm)
(mm)
(mm/rev)
(rpm)
(rpm)
(mm)
(detik)
1 2 3 4 5 LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
6.2 Rumus Perhitungan 1. Kecepatan Pemotongan (v) Pembubutan v
.D.n 1000
(m / menit )
dimana: D
= Diameter awal benda kerja (mm)
n
= Putaran spindle (rpm)
2. Gaya Pemotongan Vertikal ( Pz )
Pz K.t '.sm (kg) dimana: K
= Koefisien bahan (Kg/mm2)
s
= Feed motion (mm/rev)
t’
= Depth of cut (mm)
m
= Konstanta eksponen
3. Daya Pemotongan ( Nc ) Pz.v 60.102
Nc
(kW)
4. Machining Time ( Tm ) Tm
L.i s.n
(menit)
dimana: L
= panjang pembubutan (mm)
i
= jumlah pemotongan = t/t’
5. Momen Torsi ( Mt ) Mt
Pz.D 2
( Kg.mm)
6. Daya Motor ( Nm )
Nm V . .I . cos
kW
dimana: V
= Tegangan Listrik (Volt)
= Jumlah Fase
cos
= Faktor daya {0,8}
I
= Arus (Ampere)
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
7. GRAFIK DAN PEMBAHASAN 7.1 Analisa Grafik Buatlah Grafik Di bawah ini :
Grafik Hubungan antara Putaran (n) dengan Daya Pemotongan (Nc)
Grafik Hubungan antara Feed Motion (s) dengan Gaya Pemotongan (Pz)
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
MESIN MILLING Mesin Milling adalah jenis mesin pemotong yang melakukan pemotongan logam dengan cutting tool bergigi banyak (Multiple Tooth Cutting Tool) yang disebut milling cutter/ pisau frais. Ada banyak jenis dari mesin milling, diantaranya mesin milling horizontal, vertikal, universal dll dengan bentuk konstruksi dan fungsi yang berbeda. Milling cutter dipasang pada arbor dan diputar oleh mekanisme gerak mesin dengan menggunakan motor listrik. Pada praktikum Proses Manufaktur kali ini menggunakan mesin milling horizontal dan vertikal.
1. TUJUAN PRAKTIKUM Tujuan umum a. Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas serta cara pengoperasiannya. b. Peningkatan pengetahuan serta ketrampilan tentang mesin-mesin perkakas. Tujuan khusus a. Mengetahui serta mampu mengoperasikan bagian-bagian dari mesin milling. b. Melatih praktikan melakukan pekerjaan dalam pembuatan roda gigi, alur pada poros dengan menggunakan mesin milling dan mengetahui macam-macam pekerjaan yang dapat dilakukan.
2. PRINSIP KERJA MESIN MILLING 1. Main Drive Fungsi utama dari main drive adalah untuk menggerakkan spindle yang terletak pada arbor. Putaran dari motor listrik diteruskan ke speed gearbox dan diteruskan ke spindle melalui mekanisme belt. Putaran spindle akan menggerakkan arbor dan memutar milling cutter . 2. Feed Drive Gerakan ini adalah gerakan pemakanan benda kerja terhadap milling cutter. Dengan memutar Table Transverse Handwheel untuk menggerakkan table kearah longitudinal, maka benda kerja akan terpotong oleh milling cutter.
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
3. MESIN MILLING 3.1 Macam-Macam Mesin Milling 3.1.1 Mesin milling universal 1. Universal milling machine EMCO F3
Gambar 4 : Universal Milling Machine EMCO F3 Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I Spesifikasi Type
: Emco F3
Produksi
: Maier & Co - Austria
Motor Power
: 1,1/1,4 Kw
Speed
: 1400/2800 rpm
Spindle speed (rpm) : 80 -160 – 245 – 360 – 490 - 720 – 1100 – 2200
2. Universal milling machine X6328B
Gambar 5 : Universal Milling Machine X6328B Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
Spesifikasi Type
: X6328B
Max. drilling diameter
: 28 mm
Max. automatic drilling diameter
: 10 mm(cast iron)
Max. vertical milling diameter
: 20 mm
Spindle speed range rpm
: 80 – 5440(V) /38-1310(H)
Table dimensions
: 1120 x 260 mm
Table travel
: 600 x 270 mm
Main motor
: 3 HP
Overall dimensions
: 1710 X 1480 X 2100 mm
3. Universal Milling Machine ZAY7550/1
Gambar 6 : Universal Milling Machine ZAY7550/1 Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I
Spesifikasi Max. drilling capacity
: 50 mm
Max. milling capacity (end / face)
: 32/100mm
range of spindle speed(end/face) 50Hz
: 80-1250 /38-1 rpm
Table dimensions
: 1000×240 mm
Power (end/face)
: 1.5 kW (2HP) / 1.5 kW
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
3.1.2 Mesin Milling vertikal
Gambar 7 : Mesin Milling Vertical Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I Spesifikasi
Type
: X6012
Produksi
: Jiangsu - China
Working table area
: 125 x 500 mm
Spindle speeds range
: 120-1830 rpm
Diameter of mining tool axle
: 13,16,22 mm
Main motor power
: 1.5 kW
3.1.3 Mesin Milling Horizontal
Gambar 8 : Mesin Milling Horizontal Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I Spesifikasi
Type
: X5012
Produksi
: Jiangsu - China
Working table area
: 125 x 500 mm
Spindle speeds range : 120-1830 rpm
Main motor power
: 1.5 kW
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
3.2 Bagian – bagian utama Mesin Milling Pada dasarnya mesin milling mempunyai bagian-bagian sebagai berikut : 1. Base Base adalah bagian yang menahan seluruh mesin, didalamnya terdapat bagian penting mesin seperti speed gear box dan sistem pelumas.
Countershaft gear engagement
Column Overarm
Speed Gearbox
Arborsupport Countershaft gear Power feed engagement
spindle drive motor
Speed Change Control Levers
Knee
Table drive motor
Feed change controls
Table
Saddle
base Push-button station
Bambar 9 : Bagian Utama Mesin Milling Horisontal Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I 2. Saddle Saddle terletak antara knee dan table. Saddle berfungsi untuk menggerakkan benda kerja pada table secara transversal. 3. Table Table terletak diatas saddle, dan mempunyai fungsi sebagai tempat benda kerja. Table dapat digerakkan ke arah longitudinal. 4. Knee Knee atau lutut adalah tempat kedudukan saddle, dan knee dapat digerakkan kearah vertikal (naik/ turun) dengan diatur oleh poros berulir yang menopangnya. 5. Over arm Merupakan penopang ujung poros frais yang secara umum ditemukan pada mesin milling horizontal. Bagian ini menentukan penyetelan posisi arbor pada maksimum
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
panjang arbor tersebut dan meng-klemnya pada posisi yang diinginkan. Overarm terletak diatas base secara horisontal. 6. Spindle Spindle menyediakan tenaga bagi putaran pisau frais dengan menyalurkannya ke arbor. Spindle merupakan poros utama mesin milling. 7. Arbor Arbor adalah tempat kedudukan pahat / pisau frais. 8. Gear box Gear box merupakan sistem transmisi yang berfungsi untuk mengatur kecepatan putar pahat. 9. Index dividing head Merupakan alat yang digunakan untuk memutar / membagi benda kerja melalui besar sudut tertentu,sehingga menghasilkan pemotongan dengan jarak yang sama.
3.3. Kontrol Utama Mesin Milling
2 4 1 3
Gambar 10 : Skema Kontrol Utama Pada Mesin Milling Horisontal Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
1. Variable Speed Control Digunakan untuk mengatur kecepatan putar milling cutter. 2. Cross Feed Digunakan untuk menggerakkan saddle ke arah melintang / transversal. 3. Vertical Feed Digunakan untuk menggerakkan knee dalam arah vertikal. 4. Longitudinal Feed Digunakan untuk menggerakkan table dalam arah longitudinal. Kontrol 2, 3, 4 disebut juga dengan Table Transverse Handwheel.
4. PETUNJUK PENGOPERASIAN MESIN A. Sebelum Menjalankan Mesin 1. Pengecekan mesin yang akan digunakan . 2. Menyiapkan alat –alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum. 3. Benda kerja diukur dimensinya, serta lakukan perhitungan secara benar sebelum dipasang pada table. 4. Benda kerja dipasang pada table, selanjutnya atur posisi benda kerja sehingga mata pahat menyentuh benda kerja tepat pada sumbu vertikalnya (titik nol). 5. Dari perhitungan, lakukan pengaturan jumlah putaran index crank pada index plate untuk tiap pemakanan. 6. Atur kecepatan pemotongan sebelum menjalankan mesin, serta atur pula kedalaman pemotongannya. 7. Mesin dapat dihidupkan. B. Selama Proses Pengerjaan 1. Pemakanan dilakukan dengan menggerakkan longitudinal feed secara perlahan . 2. Pastikan milling cutter mempunyai pelumasan yang cukup selama proses pemotongan. 3. Hilangkan chip dari benda kerja dengan kuas. 4. Untuk pemindahan pemotongan ke bagian lain, jauhkan benda kerja dari jangkauan milling cutter lalu putar index crank sesuai perhitungan. 5. Pengaturan depth of cut hendaknya tidak terlalu besar, sehingga didapat benda kerja dengan hasil pemotongan yang baik. 6. Matikan mesin jika hendak melakukan pengukuran, atau jika terjadi gangguan pada mesin. LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
C.Setelah Pengerjaan 1. Matikan mesin. 2. Benda kerja dilepaskan dari mesin. 3. Bersihkan benda kerja dan mesin dari chip yang menempel. 4. Kembalikan peralatan ke tempat semula. 5. ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN 1. Mesin Milling Digunakan untuk pembuatan benda kerja. 2. Jangka Sorong Digunakan untuk mengukur dimensi benda kerja. 3. Milling Cutter (Modul = 2,25) Digunakan untuk pemakanan benda kerja. 4. Stop watch Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pemakanan. 5. Kunci Chuck Digunakan untuk mengencangkan chuck / pencekam, bentuk matanya biasanya bujur sangkar. 6. Kunci L Digunakan untuk mengencangkan tailstock agar selama proses pengerjaan, kedudukan tailstock tidak berubah. 5. Kunci Inggris Digunakan untuk mengencangkan benda kerja pada poros berulir dan Mengatur kedudukan sector arm. 6. Obeng (-) Digunakan untuk mengatur dan mengencangkan index crank. 7. Poros Berulir Digunakan sebagai tempat kedudukan benda kerja sebelum dipasang pada chuck.
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
6. PENGAMBILAN DATA 6.1 Data yang diperoleh NO
Waktu tiap kali pemakanan : L
Vhtabel
nt
na
t
(mm)
(mm/menit)
(rpm)
(rpm)
(detik)
1 2 3 4 5
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
6.2.Data Proses Putaran yang digunakan (n)
: ………rpm
Feed motion (s)
: ………mm/rev
Diameter cutter (D)
: ……...mm
Depth of cut (t’)
: ……...mm
Modul(M)
: ………mm
Dimensi roda gigi yang dibuat: Teoritis 1. Diameter kepala (Dk)
: ……..mm
2. Diameter pitch (Dp)
: ……..mm
3. Jumlah gigi (Z)
: ……..
4. Tinggi gigi (H)
: ……..mm
5. Tebal gigi (t)
: ……..mm
Aktual 1.
Diameter kepala (Dk)
: ……..mm
2.
Diameter pitch (Dp)
: ……..mm
3.
Jumlah gigi (Z)
: ……..
4.
Tinggi gigi (H)
: ……..mm
5.
Tebal gigi (t)
: ……..mm
Bahan benda kerja
: aluminium
Konstanta bahan
: 32 kg mm
Konstanta eksponen
: 0,5
Lebar benda kerja
: ………mm
Jumlah gigi worm wheel (K)
: ………
2
Jumlah putaran untuk index plate(x): ……….
6.3.Rumus Perhitungan 1. Jumlah gigi Z
dp M
dimana: Z
= Jumlah gigi
dp
= diameter pitch (mm)
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
M
= modul
2. Diameter Pitch (dp) dp dk 2M
dimana: dk
= diameter kepala (mm)
3. Jumlah putaran untuk index plate (X) X
K Z
(putaran)
dimana: K
= jumlah gigi pada worm wheel
4. Tinggi gigi (H) H 2,25.M
(mm)
5. Tinggi kepala gigi (hk) hk k.M
(mm)
dimana: k = faktor tinggi kepala (k = 1, 0.8 , 2) 6. Tinggi kaki gigi (hf) hf k.M ck
(mm)
dimana : ck
= faktor kelonggaran puncak (ck = 0,25.M)
7. Tebal gigi t
.M 2
(mm)
8. Feed motion (s)
s
L t' (D t' ) 6 Tm.n
(menit )
dimana : L
= panjang pemotongan (mm)
t’
= kedalaman pemotongan (mm)
D
= diameter milling cutter (mm)
s
= feed motion (mm/rev)
n
= putaran spindle (rpm)
Tm = Machining time (mnt)
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
9. Gaya pemotongan (Pz)
Pz K.t '.sm (kg) dimana: K
= Koefisien bahan (Kg/mm2)
s
= Feed motion (mm/rev)
t’
= Depth of cut (mm)
m
= konstanta eksponen
10. Momen torsi (Mt) Mt
Pz.D 2
(Kg.mm)
dimana: D
= diameter milling cutter (mm)
11. Daya pemotongan (Nc) Nc
Mt. n 974000
(Kw)
12. Kecepatan pemotongan ( Tm ) v
.D.n 1000
dimana : n
= putaran spindle (rpm)
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
MESIN BOR Mesin bor Biasa digunakan untuk membuat lubang (drilling), reaming, dan counter boring pada benda-benda ferrous maupun non ferrous. Benda kerja diletakkan pada table dan jika diperlukan dapat dijepit pada ragum (vise) yang biasanya ada sebagai perlengkapan tambahan pada mesin bor. Selanjutnya ,mata bor yang mendapat daya dan putaran dari motor listrik ditekankan pada benda kerja tersebut.
1. TUJUAN PRAKTIKUM Tujuan umum : a. Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas serta cara pengoperasiannya. b. Peningkatan pengetahuan serta ketrampilan tentang mesin-mesin perkakas. Tujuan khusus : a. Dapat mengetahui, menguasai dan menjalankan mesin bor. b. Mengetahui proses dan cara pengeboran benda kerja dengan menggunakan mesin bor.
2. PRINSIP KERJA MESIN BOR Mesin Bor mempunyai prinsip kerja yang sama dengan mesin–mesin lainnya, yaitu: 1. Main Drive Motor listrik biasa dipakai sebagai penggerak utama pada mesin bor. Putaran pada motor listrik di transmisikan melalui porosnya ke mekanisme pengatur putaran mesin berupa pasangan puli bertingkat yang dihubungkan dengan Vee Belt. Dari puli bertingkat,putaran diteruskan ke spindle mesin. Pada spindle terdapat tool post sebagai pemegang mata bornya. 2. Feed Drive Feed drive merupakan gerakan pemakanan mata bor pada benda kerja. Gerakan ini dilakukan secara manual pada mesin-mesin bor yang sederhana dengan cara memutar drilling lever sehingga mata bor bergerak ke arah benda kerja.
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
3. MESIN BOR 3.1. Spesifikasi Mesin Bor Type
: SB M3
Produksi
: Flott GmbH –German
Spindle stroke
: 125 mm
Drilling capacity in steel
: 25 mm
Drilling capacity in cast iron : 30 mm Motor
: 2 speed 0,75/1,1 kW
3.2. Bagian – bagian utama Mesin Bor 1. Motor listrik Motor listrik berfungsi sebagai penyuplai tenaga yang dibutuhkan mesin. 2. Puli bertingkat Merupakan bagian utama sistem transmisi pada mesin bor, berfungsi untuk mengatur kecepatan putar dan meneruskan daya dari motor listrik. 3. Vee Belt Digunakan untuk meneruskan daya dan putaran antara puli bertingkat satu dengan yang lain. 4. Table Merupakan tempat meletakkan benda kerja dan alat tambahan lain untuk menjepit benda kerja, misal vise.
3.3. Kontrol Utama Mesin Bor
Gambar 11 : Skema Bench Drilling Machine FLOTT SB M3 Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
Keterangan gambar 1. Hood 2. Belt Tensioning Lever Digunakan untuk mengatur ketegangan belt,sehingga mempermudah dalam mengatur kecepatan putar yang diinginkan. 3. Drilling Lever Digunakan dalam proses pemakanan. Drilling Lever mengatur kedudukan mata bor secara vertikal. 4. Drilling Depth Control Bagian ini terdapat pada front plate. Drilling depth control digunakan untuk mengetahui kedalaman pemakanan . 5. Driving Motor 6. Table 7. Base 8. Table Clamp Table clamp digunakan untuk mengunci kedudukan table. 9. Spindle Head 10. Drilling Chart 11. Rack 12. Front Plate
Gambar 12 : Front Plate Pada Mesin Bor FLOTT SB M3 Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
Keterangan : 1. Main Switch Merupakan saklar utama yang berfungsi menghidupkan / mematikan mesin. 2. Two Speed Switch Digunakan untuk mengatur kecepatan mesin sesuai posisi vee belt pada puli bertingkat. 3. Emergency Push Button Merupakan tombol darurat untuk mematikan mesin dengan cepat. 4. Fuse 5. Coolant Switch Digunakan untuk mengaktifkan coolant. 6. Lighting Switch Digunakan untik mengaktifkan lampu penerangan. 7. Drilling Depth Scale Merupakan skala pada sisi luar Drilling Depth Control, digunakan untuk mengetahui kedalaman pemakanan.
4. PETUNJUK PENGOPERASIAN MESIN 4.1. Langkah – langkah Pengerjaan A Sebelum Menjalankan Mesin 1. Periksa keadaan mesin dan kelengkapannya. 2. Siapkan benda kerja maupun peralatan yang dibutuhkan dalam proses pengeboran. 3. Siapkan benda kerja ( plat atau kayu ), tandai bagian-bagian yang akan di bor dengan penitik. 4. Pasang mata bor pada drill chuck kemudian jepit dengan erat mata bor dengan menggunakan kunci drill chuck. 5. Atur kedudukan benda kerja pada table, sehingga mata bor dapat menjangkau bagian yang akan dibor dengan tepat. 6. Saat posisi mesin mati, turunkan mata bor yang sudah terpasang dengan menggunakan drilling lever untuk memastikan apakah bagian yang akan dibor sudah tepat kedudukannya. 7. Kemudian jepit bila perlu benda kerja yang akan dibor dengan menggunakan ragum.
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
8. Apabila benda kerja terlalu besar atau mata bor terlalu dekat jaraknya dengan benda kerja
maka kedudukan table dapat diatur dengan menggunakan table
clamp. 9. Atur kecepatan putar spindle yang sesuai dengan benda kerja. B. Saat Menjalankan Mesin 1. Nyalakan mesin dengan memutar main switch dan two speed switch, dan lakukan pengeboran dengan memutar drilling lever. 2. Putar drilling lever dengan perlahan untuk menghindari kerusakan mata bor dan kerusakan pada benda kerja. 3. Dilarang menggunakan kaos tangan dari bahan berserat saat menjalankan mesin bor, rapikan sisi baju yang dapat terkena mesin bor terutama pada lengan baju, serta singkirkan benda yang dapat menghalangi proses pengeboran untuk menghindari kecelakaan. 4. Segera matikan mesin jika terjadi gangguan. C. Setelah Pengerjaan 1. Matikan mesin dengan memutar main switch dan two speed switch 2. Benda kerja dilepaskan dari mesin. 3. Bersihkan benda kerja dan mesin dari chip atau geram yang menempel. 4. Kembalikan peralatan ke tempat semula.
4.2. Alat – alat yang digunakan 1. Mesin Bor Digunakan untuk pembuatan benda kerja. 2. Mata Bor Digunakan sebagai alat untuk melubangi benda kerja. 3. Kunci Drill chuck Digunakan untuk mengencangkan mata bor pada drill chuck 4. Stop watch Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pengeboran. 5. Waterpass Digunakan untuk mendapatkan permukaan yang rata dan tegak lurus dengan mata bor.
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
6. Penitik Digunakan untuk menandai benda kerja yang akan dibor. 7. Palu Digunakan untuk memberikan gaya pada penitik.
5. PENGAMBILAN DATA 5.1 Data yang diambil Tegangan
=
.......
volt
Diameter mata bor
=
.......
mm
Kecepatan putar
=
.......
rpm
Panjang pengeboran
=
.......
mm
Banyaknya pemakanan
=
.......
kali
Waktu pengeboran
=
.......
detik
=
32
kg mm
Konstanta bahan
Alumunium
Pengeboran ke-
2
Waktu Pengeboran (menit)
1 2 3 4 5 Catatan : Untuk waktu pengeboran diambil 5 sample kemudian di rata – rata.
5.2 Rumus perhitungan 1. Kecepatan pengeboran v
.D.n 1000
(m / menit )
dimana: D = diameter bor (mm) n = kecepatan putar spindle (rpm)
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
2. Feed Motion ( s )
s
L .i Tm . n
(menit )
dimana: L = kedalaman pengeboran (mm) i = banyaknya pemakanan s = feed motion (mm/rev) n = putaran mesin (rpm)
3. Momen torsi (Mt)
Mt C . D1,9 . s0,8
(Kg.mm)
dimana: C = konstanta bahan (kg/mm2) s = feed motion (mm/rev)
4. Daya pengeboran (Nc) Nc
Mt. n 974000
(Kw)
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
MESIN LAS Pengelasan digunakan dalam proses penyambungan antara dua logam. Berdasarkan definisi dari DIN (Deutche Industrie Normen ), las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Luasnya penggunaan pengelasan untuk penyambungan ini karena proses pengerjaan yang relatif sederhana, dapat menjaga berat sambungan tetap ringan, dan secara ekonomis sangat menguntungkan.
1. TUJUAN PRAKTIKUM Tujuan umum a. Pengenalan secara langsung terhadap mesin las serta cara pengoperasiannya. b. Peningkatan pengetahuan serta ketrampilan tentang proses pengelasan. Tujuan khusus a. Dapat mengetahui, memahami dan melakukan proses pengelasan. b. Melatih ketrampilan dalam mengoperasikan mesin las.
2. DASAR PENGELASAN Berdasarkan cara kerjanya, pengelasan dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu : 1. Pengelasan cair Adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan api gas yang terbakar. 2. Pengelasan tekan Adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu. 3. Pematrian Adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan disatukan dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam hal ini, logam induk tidak turut mencair. Cara pengelasan yang banyak digunakan adalah las busur listrik, yang antara lain terdiri dari :
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
1. Las Busur Listrik Dengan Elektroda Terbungkus Metode ini menggunakan kawat elektroda logam yang dibungkus dengan fluks. Karena panas dari busur maka logam induk dan ujung elektroda tersebut akan mencair dan kemudian membeku bersama. Selama pengelasan, bahan fluks yang digunakan untuk membungkus elektroda mencair dan membentuk terak, yang kemudian menutupi logam cair yang terkumpul di tempat sambungan dan bekerja sebagai penghalang oksidasi.
Gambar 13 : Skema Las dengan Elektrode Terbungkus Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I 2. Las Busur Gas Las busur gas adalah cara pengelasan dimana gas dihembuskan ke daerah las untuk melindungi busur dan logam yang mencair terhadap atmosfer. Las busur gas terbagi dalam dua kelompok, yaitu:
a. Las Busur gas dengan elektroda tak terumpan. Pada pengelasan ini menggunakan batang wolfram sebagai elektroda yang dapat menghasilkan busur listrik tanpa turut mencair. Kelompok ini masih dibagi menjadi pengelasan tanpa logam pengisi dan dengan logam pengisi. Kelompok ini biasanya menggunakan gas mulia sebagai pelindung, dan biasa disebut sebagai las TIG (Tungsten Inert Gas Welding). Las TIG mempunyai dua keuntungan, yaitu kecepatan pengumpanan logam yang dapat
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
diatur terlepas dari besarnya arus listrik, dan kualitas yang baik pada daerah las.
Gambar 14 : Skema Las TIG Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I b. Las Busur gas dengan elektroda terumpan. Pada jenis ini, elektroda diumpankan sebagai logam pengisi. Las busur gas dengan elektroda terumpan menggunakan pelindung gas mulia dan lebih dikenal sebagai las MIG (Metal Inert Gas Welding). Las MIG banyak digunakan dalam pengelasan baja kualitas tinggi karena busurnya sangat mantap dengan percikan yang sedikit, kecepatan las yang tinggi, terak yang terbentuk cukup banyak, dan tangguh terhadap retak.
Gambar 15 : Skema Las MIG Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
3. Las Titik. Salah satu metode pengelasan tekan adalah las titik, dimana las titik menggunakan metode resistansi listrik. Plat atau lembaran logam dijepit antara elektrode logam. Ketika elektroda bersinggungan dengan logam dibawah pengaruh tekanan, terjadilah aliran arus tegangan rendah antara elektroda. Panas pada bagian logam yang tertekan akan naik dan memaksa logam menjadi satu sehingga terjadi sambungan las.
Gambar 16 : Mesin Las Titik Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I 3. PRINSIP SEDERHANA TRANSFER ENERGI LISTRIK PADA MESIN LAS
Gambar 17 : Prinsip Sederhana Transfer Energi pada Mesin Las Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I Listrik dari sumber kemudian di teruskan melalui mekanisme transformator sehingga terjadi perpindahan arus listrik dengan mekanisme pemindahan fluks dari kumparan primer ke kumparan sekunder. LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
Mekanisme pengaturan arus bisa menggunakan mekanisme menggerakkan inti atau menggerakkan kumparan pada transformator. Sehingga besarnya fluks dapat diatur dan besarnya arus juga dapat di atur.
3. MESIN LAS 3.1 Mesin Las SMAW 3.1.1
3.1.2
Spesifikasi Type
: Frowig 205
Produksi
: Fronius – Austria
Input
: 380 V , 3 Ph, 50 Hz, 5 kVA
Output
: 12 - 180 A
Bagian – Bagian Utama
Gambar 18 : Mesin Las SMAW Fronius Frowig 205 Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I Keterangan : 1. Current regulator Digunakan untuk merubah arus, sehingga dapat menaikkan atau menurunkan tegangan yang berfungsi untuk membuat nyala las stabil. Pada current regulator terdapat : a. Power switch Berfungsi sebagai saklar utama untuk menghidupkan current regulator. LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
b. Current indicator Digunakan untuk mengetahui besarnya arus yang digunakan dalam pengelasan. c. Current adjusting handle Adalah handle yang digunakan untuk mengatur besarnya arus yang akan digunakan dalam pengelasan. 2. Tang elektroda Digunakan untuk memegang elektroda selama pengelasan. 3. Tang massa Dijepitkan pada benda kerja untuk menghubungkan arus dari current regulator , sehingga terjadi loncatan elektron dari tang massa ke elektroda dan menimbulkan panas. 4. Elektroda
3.1.3
Kontrol Utama
Gambar 19 : Front Panel Pada Mesin Las FROWIG 205 AC – DC Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I Keterangan : 1. Power switch Selain berfungsi sebagai saklar utama,juga digunakan untuk mengatur jenis pengelasan yang akan digunakan,apakah las dengan elektroda atau las TIG. 2. Welding Current Switch Digunakan untuk menentukan polaritas pengelasan dan level arusnya.
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
3. Gas Post Flow Adjusting Switch Digunakan untuk mengatur aliran gas mulia pada las TIG 4. Pilot Lamp 5. Current Indicator Digunakan untuk menghetahui besar arus yang digunakan dalam pengelasan. 6. Lamp for Current Indicator Lampu yang menunjukkan besar arus pengelasan. 7. Current Adjusting Handle Handle untuk mengatur besarnya arus pengelasan. 8. Positive Pole Plug Kutub positif untuk keluaran mesin las. 9. Negative Pole Plug Kutub negatif untuk keluaran mesin las. 10. Gas Hose Plug Merupakan tempat untuk pengeluaran gas mulia pada las TIG.
3.2
Mesin Las SMAW
3.2.1
Spesifikasi Type
: Kombi 260 FL
Produksi
: Fronius - Austria
Input
: 380 V, 3 Ph, 50 Hz, 5,8 kVA
Output
: 18.5 A – 260 A
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
3.2.2
Bagian – Bagian Utama
Gambar 20 : Mesin Las SMAW Fronius Kombi 260 Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I Keterangan : 1. Tang massa dan tang elektroda. Untuk menjepit benda kerja dan elektroda dan mengalirkan arus ke benda kerja dan electrode. 2. Curent adjusting lever Untuk mengatur arus pengelasan. 3. Main regulator. Regulator utama mesin las di dalamnya berisi transformator yang berfungsi untuk mengubah arus.
3.3 Mesin Las MIG
Gambar 21 : Mesin Las MIG Krisbow Thyristor Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
3.3.1
3.3.2
Spesifikasi Type
: Thyristor DC MIG/MAG Welding KW14-143 NBC-350R
Produksi
: Krisbow - Indonesia
Input
: 380 V, 3 Ph, 50 Hz, 18.1 kVA
Output
: 50 – 350 A
Bagian – Bagian Utama
Gambar 22 : Bagian Mesin Las MIG Krisbow Thyristor Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I Keterangan : 1. Input Cable Untuk mengalirkan arus utama 2. Gas Bottle Untukmenyimpan gas pengelasan 3. Output Cable Untuk mengalirkan arus keluaran ke electroda LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
4. Controling Cable for Wire Feeding Untuk mengalirkan arus listrik ke wire feeder 5. Cable for Work Pieces Untuk mengalirkan arus listrik ke benda kerja (tang massa) 6. Wire Electrode Untuk pengisi logam las. 7. Welding Torch Pengumpan electrode dan pengumpan fluks. 8. Heater Cable Untuk mengalirkan arus ke regulator. 9. Air- FlowMeter Untuk mengukur debit gas yang keluar.
3.3.3
Kontrol Utama
Gambar 23 : Front Panel MIG Krisbow Thyristor Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I Keterangan : 1. Ampere Meter Untuk menunjukkan arus pengelasan. 2. Voltage Meter Untuk menunjukkan tegangan pengelasan. 3. Wire Feeder Fuse Sekring untuk pengaman pengumpan kawat las. LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
4. Switch Diameter Untuk menyesuaikan diameter kawat. 5. Power Fuse Sekring untuk pengaman regulator utama. 6. Regulator of Arc Extinguishing Current Regulator untuk memilih arus pengelasan 7. Regulator of Arc Extinguishing Voltage Regulator untuk memilih tegangan pengelasan 8. Switch Of Acr Extinguishig 9. Switch of Gas Untuk mengecek gas apakah mengalir atau tidak. 10. Switch of Wire Electrode Selection Untuk memilih tipe kawat las solid atau core wire. 11. Power Switch Untuk mematikan atau menghidupkan mesin las. 12. Power Source of Indicator Light Lampu indicator. 13. Thermal Overload indicator Light Lampu indicator bila terjadi kelebihan beban. 3.4 Mesin Las Titik 3.4.1
Spesifikasi
Type
Produksi : Krisbow – Indonesia
Input
: 380 V, 3 Ph, 50 Hz, 32 kVA
Primary
: 84 A
: Point Welder POT – 32
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
3.4.2
Bagian – bagian Utama
Gambar 24 : Bagian Utama Mesin Las Titik Krisbow Spot Welder Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I Keterangan : 1. Main regulator Regulator utama di dalamnya terdapat control utama, coling water port, dll. 2. Electrode Arm Untuk memegang electrode. 3. Electrode 4. Foot Pedal Untuk melakukan eksekusi pengelasan.
3.4.3
Kontrol Utama
Gambar 25 : Kontrol Mesin Las Titik Krisbow Spot welder Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
Keterangan : 1. Welding current regulation switch. Untuk mengatur arus pengelasan. 2. Welding time regulation switch. Untuk mengatur waktu pengelasan. 3. Work/ Detect changer. Untuk memilih kondisi pengelasan atau stand by. 4. Carbon-stee l/ Stainles-steel changer. Untuk memilih material yang akan di las. 5. Change over switch. Untuk memilih tegangan input.
4. PETUNJUK PENGOPERASIAN MESIN 4.1 Langkah – langkah Pengoperasian Mesin Las SMAW A. Sebelum Menjalankan Mesin 1. Periksa keadaan mesin dan kelengkapannya. 2. Siapkan benda kerja maupun peralatan lain yang dibutuhkan dalam proses pengelasan. 3. Siapkan benda kerja yang akan di las. Bersihkan permukaan yang akan dilas dari kotoran dan minyak. 4. Pasangkan elektroda pada tang elektroda, dan benda kerja dijepitkan pada tang massa. B. Saat Menjalankan Mesin 1. Hidupkan mesin las dengan memutar power switch, pilih pengelasan yang akan digunakan ( las jenis elektroda ) 2. Pilih arus yang akan digunakan ( arus AC ). Sesuaikan dengan benda kerja yang akan dilas serta jenis elektrodanya. 3. Gunakan arus 65 A untuk benda kerja berupa plat dan gunakan arus sebesar 70 A untuk benda kerja berupa besi esser. Pemilihan arus dilakukan dengan memutar welding current switch. 4. Lakukan pengelasan secara mundur agar hasil lasan tidak cacat. Jaga jarak antara ujung elektroda dengan bidang las kurang lebih ± 0.5 kali diameter elektrodanya. 5. Pada saat mengelas ambil data yang diperlukan seperti waktu pengelasan. LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
6. Untuk data seperti panjang pengelasan dan tebal pengelasan cukup diambil satu sample. 7. Setelah pengelasan selesai bersihkan terak – terak dari benda kerja yang telah dilas dengan menggunakan pemukul terak atau sejenisnya. 8. Kemudian uji benda kerja yang telah dilas dengan memberikan beban pada benda kerja tersebut. 9. Apabila patah atau dirasa belum kuat maka las kembali benda kerja tersebut. Tetapi apabila sudah kuat maka benda kerja siap di finishing. C. Setelah Pengerjaan 1. Matikan mesin dengan memutar power switch 2. Bersihkan benda kerja dan mesin.. 3. Kembalikan peralatan ke tempat semula. Peringatan Sinar yang terjadi pada proses pengelasan dengan elektroda terbungkus berbahaya bagi mata kita. Karena itu safety goggle / pelindung muka wajib dipakai pada saat melakukan pengelasan. 4.2 Alat – alat yang digunakan 1. Mesin Las SMAW Digunakan untuk pembuatan benda kerja. 2. Tang Digunakan untuk menjepit benda kerja pada saat pengelasan apabila diperlukan. 3. Kacamata las / Topeng Las Digunakan untuk melindungi mata pada saat proses pengelasan berjalan. 4. Stop watch Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pengelasan. 5. Penggaris Siku Digunakan untuk menentukan kedudukan benda kerja sebelum dilas. 6. Kikir Digunakan untuk menghaluskan permukaan setelah proses pemotongan. 7. Roll Meter Digunakan untuk mengukur benda kerja sebelum dan setelah dipotong. 8. Gergaji besi Digunakan untuk memotong material. LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
9. Sikat Kawat Digunakan untuk membersihkan terak pada benda kerja. 10. Pemukul Terak Digunakan untuk menghilangkan terak yang menempel pada hasil lasan. 11. Spray Gun Digunakan untuk finising pada proses mengecat. 12. Cat Besi Digunakan untuk memberikan warna dan mencegah korosi benda kerja. 13. Kuas Digunakan untuk meratakan cat di permukaan benda kerja.
5. PENGAMBILAN DATA 5.1 Data yang diambil Jenis bahan
=
Baja Esser
Tegangan
=
……
Volt
Arus
=
……
Ampere
Tebal Las
=
........
mm
Panjang Pengelasan
=
........
mm
Tahanan
=
........
Ohm
Waktu pengelasan
=
........
Detik
Faktor daya
=
0,8
Tegangan geser
=
37,5
kg / mm2
5.2 Rumus perhitungan 1. Heat Input ( P) P V .I . cos
(W )
Dimana : V
= tegangan (Volt)
I
= besar arus ( Ampere)
Cos α = faktor daya
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
2. Kekuatan las ( Po ) Po 2.h.L.
(Kg)
Dimana : h
= tebal las (mm)
L
= panjang pengelasan (mm)
σ
= tegangan geser ijin (Kg/mm2)
3. Panas yang timbul ( Q )
Q 0,24.I2RT
(Kalori)
dimana : R
= tahanan (Ohm)
t
= waktu pengelasan (detik)
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
POWER HACK SAW Power hack saw adalah gergaji potong yang gerakannya mendapat daya dari motor listrik. Mesin ini dapat digunakan untuk memotong benda-benda dari logam ataupun non logam dengan bentuk silindris maupun bentuk profil. Blade/pisau potong yang dapat diganti sesuai keperluan merupakan keuntungan tersendiri dari mesin ini.
1. PRINSIP KERJA
Gerakan putar dari motor listrik, dirubah menjadi gerakan lurus bolak-balik oleh mekanisme yang serupa dengan mesin skrap. Gerakan bolak-balik diteruskan pada frame yang menjepit blade (pemotong). Karena pada frame terdapat pemberat,maka pada langkah bolak- balik terjadi perubahan posisi titik berat frame yang mengakibatkan penekanan pada benda kerja. Untuk menjaga posisi setelah penekanan, maka frame ditahan oleh sebuah mekanisme hidrolis. Posisi frame akan terus turun ke bawah sampai panjang minimum dari lengan hidrolis tercapai.
2. SPESIFIKASI ALAT : Type Produksi
: BSM 210 1240 : Kasto Machinenbau Gmbh – German
3. BAGIAN UTAMA POWER HACK SAW Power Hack Saw yang dimiliki Laboratorium Proses Manufaktur I mempunyai bagian-bagian utama sebagai berikut : 1. Base Merupakan dasar dari komponen mesin 2. Frame Berfungsi untuk memegang blade saat pemotongan. 3. Blade Merupakan pemotong benda kerja dan dapat diganti sesuai keperluan.
4. Speed Change Switch Digunakan untuk mengatur kecepatan gerak pemotongan. 5. Pressure Release Button LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
Digunakan untuk mengurangi tekanan pada mekanisme hidrolis, sehingga frame dapat terangkat.
Gambar 26 : Bagian utama Power Hack Saw Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I 6. Hydraulic Mechanism Digunakan untuk menjaga kedudukan frame sesaat setelah perubahan kedudukan pemotongan. 7. Vise Digunakan untuk menjepit benda kerja. Vise dapat diputar jika diinginkan pemotongan menyudut. 8. Vise Adjusting Handle Merupakan handle untuk mengatur pencengkeraman vise. 9. Coolant Hose Digunakan untuk mengeluarkan coolant / pendingin dari penampungnya. 10. Coolant Pump Merupakan pompa yang digunakan untuk memberi tekanan pada coolant,sehingga dapat mencapai kedudukan beda kerja yang lebih tinggi. 11. Main Switch Main switch adalah saklar utama yang digunakan untuk menghidupkan / mematikan mesin. 12. Ruler Digunakan untuk mengukur panjang benda kerja yang akan dipotong Petunjuk Pengoperasian 1. Siapkan benda kerja, ukur dan tandai bagian yang akan dipotong. 2. Cek keadaan mesin
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
3. Letakkan benda kerja pada vise dan atur posisi pemotongannya. Pastikan kedudukan blade tepat pada bagian yang akan dipotong. Kemudian kencangkan vise dangan memutar handle-nya sehingga benda kerja tercengkeram dengan baik. 4. Atur posisi coolant hose (jika pemotongan memerlukan coolant) pada bagian yang akan dipotong, pastikan kran dalam posisi terbuka jika akan coolant akan digunakan. 5. Atur posisi blade pada permukaan benda kerja , kemudian hidupkan mesinnya. 6. Gunakan kecepatan yang sesuai dengan mengatur posisi switch.
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
MESIN PRESS Mesin press digunakan untuk pengepresan pada proses pengerjaan dingin dan beberapa proses pengerjaan panas. Mesin press cocok digunakan untuk produksi benda dari logam tipis yang tidak membutuhkan ketepatan tinggi.
Spesifikasi Alat: Type
: NSP 15
Produksi
: Nagasaki Jack – Japan
Max. Capacity
: 15 ton
Bagian Utama Mesin Press 3
2
1 5 4 6
Gambar : 27 Mesin Press Manual Nagasaki Jack Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
Keterangan : 1. Tuas penekan Digunakan dalam proses penekanan dengan menggerakkan secara vertikal bolak-balik . 2. Indikator tekanan Menunjukkan besarnya penekanan pada benda kerja. 3. Kran pengatur katup tekanan Untuk mengatur posisi katup pada sistem hidrolik mesin sehingga tekanan dapat diberikan pada benda kerja ataupun dilepas setelah proses penekanan selesai dilakukan. 4. Lengan penekan 5. Roda pengatur lengan penekan Digunakan untuk mengatur panjang lengan penekan yang dibutuhkan. 6. Table
Petunjuk Pengoperasian 1. Letakkan benda kerja pada table. 2. Tutup katup penekan dengan mengatur kran. 3. Atur posisi dan panjang lengan penekan (jika dibutuhkan mal/pola tekan, maka diletakkan dibawah lengan penekan) 4. Lakukan penekanan dengan menggerakkan tuas penekan sampai terbentuk benda kerja yang diinginkan. 5. Buka katup tekanan dan benda kerja dapat dilepas dari table.
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
MESIN TEKUK Mesin tekuk digunakan untuk membuat bentuk bersudut pada benda kerja logam yang tipis.
Bagian Utama Mesin Tekuk
Gambar 29: Mesin Tekuk Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I 1. Rahang Penjepit Digunakan untuk menjepit benda kerja 2. Lengan Hidrolis Digunakan untuk membantu proses penekukan. 3. Tuas Penekuk Digunakan untuk menggerakkan rahang penekuk. 4. Pedal Penjepit Digunakan untuk menggerakkan rahang penjepit. 5. Pengunci Digunakan untuk mengunci posisi pedal penjepit. 6. Meja Rentang Berfungsi untuk meletakkan benda kerja.
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
7. Rahang Penekuk Digunakan untuk membentuk tekukan dengan sudut tertentu pada benda kerja.
Petunjuk Pengoperasian 1. Ukur dan tandai bagian benda kerja yang akan dibentuk. 2. Letakkan benda kerja pada meja rentang dengan posisi bagian yang akan ditekuk pada bibir rahang penekuk. 3. Jepit benda kerja dengan menekan pedal penjepit dan kunci posisi pedal penjepit dengan menekan pengunci jika diperlukan. 4. Gerakkan tuas penekuk untuk menggerakkan rahang penekuk sehingga benda kerja membentuk sudut yang diinginkan. 5. Lepaskan jepitan benda kerja dengan membuka kuncian pada pedal penjepit.
LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL PRAKTIKUM