KAJIAN PROFIL PERESEPAN PASIEN ASMA BRONKIAL DI

Download Tabel XIV Distribusi penggunaan obat saluran pencernaan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah. Sakit Umum Daerah Bangli-B...

0 downloads 608 Views 4MB Size
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

KAJIAN PROFIL PERESEPAN PASIEN ASMA BRONKIAL DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGLI-BALI TAHUN 2005 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh : SIMON ANDI WIBOWO NIM : 03 8114 011

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

KAJIAN PROFIL PERESEPAN PASIEN ASMA BRONKIAL DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGLI-BALI TAHUN 2005 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh : SIMON ANDI WIBOWO NIM : 03 8114 011

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 i

ii

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

iii

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

iv

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Kesuksesan terbesar dimulai dari keberhasilan terkecil (Refleksi Diri)

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk : 1. Allah Bapa yang pengasih lagi penyayang 2. Bapak dan Ibu yang selalu mencintai dan mendukungku 3. Adik-adikku yang selalu kucintai 4. Keluarga besar Siswodiharjo 5. Keluarga kecilku Mudika Fransiskus De Sales

v

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

vi

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

vii

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Belas Kasih dan Bijaksana yang selalu membimbing diri tak mampu ini dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini. Skripsi yang berjudul Kajian Penatalaksanaan Resep Pasien Asma Bronkial Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ibu Rita Suhadi,Msi.,Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Dosen penguji. 2. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt selaku Kaprodi Fakultas Farmasi. 3. Bapak Drs. Mulyono., Apt.selaku Dosen pembimbing dan penguji. 4. Ibu Aris Widayati., Msi.,Apt selaku Dosen Penguji. 5. Bapak dan Ibu yang selalu mencintai dan menyayangiku. 6. Adikku Veronika Aventa Dewi dan Teresia Dian Triutami yang selalu memperhatikanku. 7. Teman-teman Fransiskus De Sales yang selalu menyemangatiku dalam doa. 8. Teman-teman angkatan 2003 yang selalu membantuku dalam situasi apapun.

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

viii

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

ix

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

x

INTISARI Asma bronkial memiliki angka kejadian bervariasi diberbagai negara, tetapi terjadi kecenderungan bahwa penyakit ini meningkat jumlahnya, meskipun obat-obat asma telah banyak dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penghobatan penyakit asma bronkial pada pasien di rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif non ekperimental (observasional) yang dilakukan dengan metode retrospektif. Data yang digunakan adalah catatan rekam medik Pasien Asma Bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada tahun 2005 terjadi 18 kasus asma bronkial. Distribusi umur pasien dibagi menjadi 4 kelompok umur, yaitu balita (0 sampai 5 tahun) sebesar 33,3%, anak-anak (5
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

xi

ABSTRACT Bronchial asthma was happened different cases in every country, although asthma drug was developed, the cases of bronchial asthma is increase . The study was aimed to observe the pattern of therapy bronchial asthma patients in take care installation of Bangli hospital Regency in the year 2005. The research was non experimental (obsevational) research which conducted by retrospektif method. The data were obtained from medical record of Bangli hospital regency in the year 2005. There were 18 cases of bronchiale asthma in 2005. the groups werw divided to four groups, based on the age., the first group was babe (0 ≤ 5 year) at 33.3%, childern (5 65 year) at 22.2%. according to the sex, the group was divided to male 66.7% and female 33.3%. Variation number of drug given to the patient were 4 to10. the medicine type that used for therapy are bronchodilator 22.7%, mucolitik 12.8%, corticosteroid 13.5%, human calorie exchange 11.5%, Antibiotic 14.9%, Antihipoksemia 8.8%, Analgesic 4.1%, Antihistamine 6.8%, Antidiabetic 0.7%, Antiserotonine 0.7%, Antiepilepsy 0.7%, Antihypertension 0.7%, Antitonsillitis 0.7%, Anti-koagulan 0.7% dan Vitamine 0.7%. the way to give the medicine to the patient were orally 55.4%, parenterally 25% and 19.6% were inhalations. Key word : asthma, bronchiale asthma.

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

DAFTAR ISI Hal

HALAMAN JUDUL ..............................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ......................................

vi

PRAKATA .............................................................................................

vii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...........................

ix

INTISARI ..............................................................................................

x

ABSRACT ................................................................................................

xi

DAFTAR ISI...........................................................................................

xii

DAFTAR TABEL...................................................................................

xv

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

xviii

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................

xix

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................

1

A. Latar Belakang .......................................................................

1

1. Rumusan masalah ..............................................................

3

2. Keaslian Penelitian.............................................................

4

B. Tujuan Penelitian ....................................................................

5

1. Tujuan Umum ..................................................................

5

2. Tujuan Khusus .................................................................

5

xii

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

C. Manfaat Penelitian ..................................................................

6

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ...................................................

7

A. Pegobatan Rasional ................................................................

7

B. Drug Related Problem (DRPs) ...............................................

9

C. Anatomi Saluran Nafas Manusia ...........................................

16

D. Asma Bronkial .......................................................................

23

E. Keterangan Empiris ................................................................

32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..............................................

33

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................

33

B. Definisi Operasional .............................................................

33

C. Bahan Penelitian ...................................................................

35

D. Lokasi Penelitian...................................................................

36

E. Jalannya Penelitian................................................................

36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ......................

38

A. Karakteristik Pasien ..............................................................

39

1. Jenis Kelamin..................................................................

39

2. Umur ...............................................................................

40

3. Diagnosis.........................................................................

42

B. Gambaran Umum Peresepan.................................................

43

1. Jumlah Jenis Obat ...........................................................

43

2. Golongan Obat ................................................................

45

3. Jenis Obat........................................................................

47

a. Bronkodilator ...........................................................

47

xiii

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

b. Pengganti Kalori Tubuh ............................................

48

c. Mukolitik...................................................................

49

d. Kortikosteroid ...........................................................

50

e. Anti-mikroba.............................................................

51

f. Anti-histamin ............................................................

51

g. Anti-piretik................................................................

53

h. Anti-hipoksemia........................................................

53

i. Obat Saluran Pencernaan ..........................................

54

j. Obat-obat Pendukung lainnya...................................

55

4. Cara Pemberian ...............................................................

55

C. Kesesuaian Dosis dan ...........................................................

57

1. Ketidaksesuaian Dosis ....................................................

57

D. Interaksi Obat........................................................................

60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................

64

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

66

LAMPIRAN............................................................................................

68

BIOGRAFI PENULIS ............................................................................

97

xiv

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

xv

DAFTAR TABEL Hal

Tabel I

Distribusi pasien asma bronkial berdasarkan jenis kelamin di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 ............................................

Tabel II

40

Distribusi pasien asma bronkial berdasarkan Umur di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 .........................................................

Tabel III

41

Distribusi pasien asma bronkial berdasarkan Diagnosis awal dan akhir di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 ................................

Tabel IV

42

Jumlah jenis obat yang diberikan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 ............................................

Tabel V

43

Distribusi golongan obat yang diberikan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 ................................

Tabel VI

45

Distribusi golongan obat bronkodilator yang diberikan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005...........

47

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Tabel VII

xvi

Distribusi pemberian cairan elektrolit pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 ............................................

Tabel VIII

49

Distribusi golongan obat mukolitik yang diberikan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005...........

Tabel IX

49

Distribusi golongan obat kortikosteroid yang diberikan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005...........

Tabel X

50

Distribusi golongan obat anti-mikroba yang diberikan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005...........

Tabel XI

51

Distribusi golongan obat anti-histamin yang diberikan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005...........

Tabel XII

52

Distribusi golongan obat analgesik anti-piretik yang diberikan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005.......................................................................................

Tabel XIII

53

Distribusi penggunaan oksigen pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 ............................................

54

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Tabel XIV

xvii

Distribusi penggunaan obat saluran pencernaan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 .......................

Tabel XV

55

Distribusi cara pemberian obat pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 ............................................

Tabel XVI

56

Distribusi kesesuaian dosis pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 dengan standar IONI ......................

Tabel XVII

58

Distribusi kesesuaian dosis pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 dengan standar PDH .......................

Tabel XVIII

59

Distribusi kesesuaian dosis pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 dengan standar IONI ......................

60

xviii

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

DAFTAR GAMBAR Hal

Gambar 1

Sistem pernafasan pada manusia .......................................... 16

Gambar 2

Siklus Asma .......................................................................... 23

Gambar 3

Saat asma menyerang............................................................ 25

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN Hal

Lampiran 1

Data penelitian kajian penatalaksanaan resep pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005........................ 69

Lampiran 2

Nama generik, Golongan Obat dan Lama Pemberian Obat Asma Bronkial Pada Pasien Asma Bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 ......................................................... 74

Lampiran 3

Interaksi yang mungkin terjadi dalam resep yang diberikan ............................................................................... 79

Lampiran 4

Kesesuaian dosis dengan standart ......................................... 84

xix

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Asma bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan hiperreaktivitas respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan. Manifestasi dari penyakit ini berupa penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan. Asma dapat terjadi pada siapa saja, tua-muda, laki-laki ataupun perempuan memiliki potensi yang sama. Angka kejadian asma bervariasi diberbagai negara, diperkirakan 100 hingga 150 juta penduduk dunia merupakan penderita asma dan jumlah ini terus bertambah sebanyak 180.000 jiwa setiap tahunnya. Di Indonesia berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 2001 diperkirakan penderita asma mancapai 10 juta jiwa atau 5% dari penduduk Indonesia. Survei yang dilakukan dibeberapa kota di Indonesia diantaranya Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang dan Denpasar menunjukan prevalensi (kajian per 100 ribu) asma pada anak usia 6-12 tahun mencapai 10% atau dengan kata lain jika ada 10 orang anak maka satu diantaranya merupakan penderita asma. Penanganan yang diberikan pada penderita asma bronkial, baik yang berupa penanganan farmakologi ataupun non-farmakologi cenderung bertujuan hanya untuk mencegah, mengurangi dan mengontrol gejala asma saja. Penanganan untuk menyembuhkan sampai saat ini belum ditemukan sehingga

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

2

diperlukan pemantauan serta proses evaluasi pengobatan yang tepat, karena proses pengobatan cenderung berlangsung dalam periode yang sangat lama. Penelitian mengenai kajian profil peresepan pasien asma bronkial ini dilaksanakan di Kabupaten Bangli Provinsi Bali. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada letak geografis dari Kabupaten Bangli, di mana Kabupaten Bangli sebagian besar wilayahnya merupakan dataran tinggi (100-2152 meter di atas permukaan laut). Suhu udara di tempat ini tergolong dingin dengan curah hujan yang relatif tinggi terutama pada bulan Februari, Januari dan Desember sehingga berpotensi untuk memicu serangan asma. Pemilihan Rumah Sakit Umum Daerah Bangli Bali sebagai tempat penelitian dikarenakan, Rumah Sakit ini sudah masuk ke dalam Rumah Sakit tipe C plus sehingga diharapkan Rumah Sakit Umum Bangli mampu memberikan masukan yang baik pada perkembangan penanganan pasien asma bronkial. Pemilihan pasien rawat inap sebagai subyek penelitian, diharapkan dapat memberikan informasi yang lengkap mengenai penatalaksanaan pasien asma bronkial di Kabupaten Bangli sehingga dapat memberikan evaluasi dan kajian yang bermanfaat untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian di Kabupaten Bangli. Pelayanan farmasi yang berorientasi pada pasien, menjamin pasien untuk mendapat obat yang rasional ditingkatkan dalam seluruh proses terapi. Proses terapi tersebut meliputi penegakan diagnosis, pemilihan kelas terapi dan jenis obat, penentuan dosis, cara pemberian obat kepada pasien dan evaluasi terapi (Suryawati, 1995).

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

3

Evaluasi terapi oleh farmasis akan membantu pasien untuk memperoleh pelayanan medis yang optimal, sehingga pasien terhindar dari Drug Related Problems (DRPs). Drug Related Problems (DRPs) merupakan peristiwa tidak diinginkan yang dialami oleh pasien yang melibatkan atau dicurigai melibatkan terapi obat yang benar-benar atau berpotensi bertentangan dengan hasil yang diinginkan. DRPs sering disebut juga Drug Therapy Problems atau masalahmasalah yang berhubungan dengan obat (Cipolle,1998). Farmasis sebagai tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dalam bidang medicine berkewajiban untuk mendukung pelayanan pengobatan yang dilakukan baik di rumah sakit maupun pengobatan yang dilakukan secara mandiri oleh

masyarakat.

Berkaitan

dengan

penanganan

asma

bronkial

yang

pengobatannya cenderung bersifat mencegah, mengurangi gejala dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama, maka peran farmasis sangat dibutuhkan dalam menunjang proses pengobatan. Evaluasi dan pengkajian jalannya pengobatan juga merupakan tugas dan kewenangan seorang farmasis.

1. Rumusan masalah Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan diteliti akan terfokus pada permasalahan-permasalahan berikut : a. Bagaimanakah karakteristik pasien asma bronkial di Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 yang meliputi distribusi jenis kelamin dan umur pasien?

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

4

b. Bagaimana gambaran umum peresepan pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli Bali tahun 2005 yang meliputi jumlah jenis obat, golongan obat, jenis obat dan cara pemberian yang diberikan? c. Apakah ditemukan ketidaksesuaian dalam pemberian obat berdasarkan standar Informatorium Obat Nasional Indonesia, Physicians Drug Handbook dan Drug Information Handbook, yang mencakup dosis terlalu rendah /dosis terlalu tinggi dan interaksi obat pada penatalaksanaan kasus asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah BangliBali tahun 2005?

2. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai penatalaksanaan asma bronkial pada pasien di Instalasi Rawat Inap sudah pernah dilaksanakan sebelumnya baik yang dilaksanakan di rumah sakit umum pemerintah maupun swasta, sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh Chinthia Sani Yusriana yang berjudul Pengobatan Penyakit Asma Bronkial Pada Pasien Anak Rawat Inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode 1999-2001 dan Lusius Lio yang berjudul Kajian Peresepan Pasien Dewasa Asma Bronkial Non-Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2000. penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya, sehingga dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, terutama pada perkembangan terapi pada pasien asma bronkial.

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

5

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran peresepan pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah BangliBali tahun 2005.

2. Tujuan Khusus Penelitian tentang pola peresepan pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali secara khusus bertujuan untuk : a. mengetahui gambaran kasus asma bronkial pada pasien dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 yang umur pasien dan jenis kelamin pasien. b. mengetahui gambaran umum peresepan pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli Bali tahun 2005 yang meliputi jumlah jenis obat, golongan obat, jenis obat dan cara pemberian yang diberikan. c. mengetahui apakah ditemukan ketidaksesuaian dalam pemberian obat berdasarkan standar Informatorium Obat Nasional Indonesia, Physicians Drug Handbook dan Drug Information Handbook, yang mencakup dosis terlalu rendah /dosis terlalu tinggi dan interaksi obat pada penatalaksanaan kasus asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005.

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

6

C. Manfaat Penelitian Berdasarkan tinjauan pola peresepan pasien asma bronkial, maka hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan penelitian tentang peresepan pasien asma bronkial.

2. manfaat praktis Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali sebagai bahan pertimbangan dalam pengobatan khususnya pada pasien asma bronkial di instalasi rawat inap.

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

7

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

A. Pengobatan Rasional Pengobatan rasional didasarkan pada fakta atau data yang diperoleh dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dengan instrumen kedokteran. Dalam proses pengobatan, terkandung aspek keputusan ilmiah yang didasari oleh pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk melakukan proses pengobatan. Tujuan pengobatan untuk memberi manfaat maksimal dengan resiko seminimal mungkin bagi pasien (Nasution dan Lubis, 1993). Menurut badan kesehatan dunia (WHO) tahun 1987, pemakaian obat dikatakan rasional jika memiliki kriteria: sesuai dengan indikasi penyakit, tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau, diberikan dengan dosis yang tepat, lama pemberian yang tepat dan obat yang diberikan harus efektif, dengan mutu yang terjamin dan aman (Nasution dan Lubis, 1993). Untuk memahami syarat-syarat di atas dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut : 1. Ketepatan diagnosis / indikasi Penegakan diagnosis diperlukan dalam pengambilan keputusan pengobatan yang akan diberikan kepada pasien. Penegakan diagnosis tersebut umumnya didasarkan atas anamnesis dan hasil temuan selama pemeriksaan baik fisik, laboratorium (jika memungkinkan) maupun pemeriksaan penunjang lainnya. Dengan dasar diagnosis ini, dokter akan menentukan pengobatan atau tindakan

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

8

medis selanjutnya, akan tetapi tidak setiap upaya medik memerlukan intervensi obat (farmakoterapi), untuk beberapa keadaan, anjuran atau nasehat (nonfarmakoterapi) akan jauh lebih baik dan bermanfaat, misalnya anjuran untuk meningkatkan asupan dan nilai gizi bagi anak yang malnutrisis. 2. Ketepatan pemilihan obat Ketepatan dalam pemilihan obat diharapkan dapat memenuhi efek klinik yang maksimal. Hal-hal yang perlu diperhatikan mencakup kelas terapi, jenis obat, kemanfaatan obat, keamanan obat (resiko efek samping), harga dan mutu obat. Pengobatan diupayakan untuk memenuhi kriteria sebagai berikut : a. telah terbukti secara ilmiah memberi manfaat yang maksimal dengan resiko yang sekecil mungkin. b. diantara beberapa alternatif yang ada hendaknya dipilih yang paling terjangkau pasien dan memberi manfaat klinik yang setara. c. mutu terjamin. d. merupakan obat yang betul-betul dibutuhkan dan mudah didapat. 3. Ketepatan penilaian terhadap kondisi pasien Mengingat respon tiap individu terhadap obat beragam, maka diperlukan pertimbangan yang mencangkup kemungkinan adanya kontraindikasi, terjadinya efek samping, serta adanya penyakit yang menyertai. 4. Ketepatan pemberian informasi Kejelasan informasi tentang obat yang harus diminum atau digunakan pasien, akan sangat mempengaruhi ketaatan pasien dan keberhasilan pengobatan. Informasi ini tidak saja mengenai cara pemakaian, tetapi juga meliputi berbagai

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

9

hal yang mungkin terjadi sehubungan dengan cara pengunaannya, kemungkinan kegagalan terapi jika pasien tidak taat meminum obat sangatlah besar. 5.

Tindak lanjut Upaya tindak lanjut pengobatan perlu mempertimbangkan efek klinik atau

respon apa yang diharapkan dari terapi yang diberikan, sehingga dalam pemantauan terhadap pasien selama masa pengobatan dapat diperoleh kesimpulan mengenai kesembuhan, berkurangnya gejala penyakit, perlu dirujuk atau tidak, timbul efek samping dan sebagainya (Nasution dan Lubis, 1993).

B. Drug Related Problems (DRPs) Drug related problems (DRPs) didefinisikan sebagai peristiwa tidak diinginkan, yang melibatkan atau dicurigai melibatkan terapi obat yang benarbenar atau berpotensi bertentangan dengan hasil yang diinginkan pasien. DRP terdiri dari aktual DRP, yaitu masalah yang sedang terjadi berkaitan dengan terapi yang sedang diberikan pada penderita dan potensial DRP, yaitu masalah yang diperkirakan akan terjadi berkaitan dengan terapi yang sedang diberikan pada pasien.(Cipolle,1998). Masalah-masalah dalam kajian DRP dapat ditunjukkan oleh kemungkinan penyebab DRP sebagai berikut : 1. Butuh obat (Need for additional drug therapy) a. Pasien dengan kondisi yang membutuhkan kombinasi obat b. Pasien kronis membutuhkan kelanjutan terapi obat c. Pasien dengan kondisi baru yang membutuhkan obat

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

10

d. Pasien dengan kondisi yang beresiko dan membutuhkan obat untuk upaya pencegahan. 2. Tidak perlu obat (unnecersary drug Therapy) a. Pasien lebih baik disembuhkan dengan non drug terapi b. Pasien mendapat obat dalam jumlah toksis c. Kondisi pasien akibat drug abuse d. Tidak ada indikasi pada saat itu e. pemakaian multiple drug yang seharusnya cukup dengan single drug terapi f. Pasien minum obat untuk mencegah efek samping obat lain yang seharusnya dapat dihindarkan. 3. Obat tidak tepat (wrong drug) a. Kondisi pasien yang menyebabkan obat bekerja tidak efektif (kurang sesuai dengan indikasinya) b. Pasien mempunyai alergi terhadap obat-obat tertentu c. Obat yang diberikan memiliki faktor resiko kontraindikasi dengan obat lain yang juga dibutuhkan d. Efektif namun bukan yang paling aman e. Penggunaan antibiotika yang sudah resisten terhadap infeksi pasien f. Adanya kombinasi obat yang tidak perlu. 4. Dosis terlalu rendah (Dose too low) a. Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk memberikan respon b. Konsentrasi obat di bawah therapeutic range c. Obat, dosis, rute, atau, konversi formula obat tidak cukup

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

d. Pemberian obat terlalu awal e. Dosis dan interval obat tidak cukup. 5. Dosis terlalu tinggi (Dose too high) a. Dosis yang digunakan pasien terlalu tinggi untuk memberikan respon b. Konsentrasi obat di atas therapeutic range c. Dosis obat terlalu cepat dinaikkan d. Akumulasi obat karena penyakit kronis e. Obat, dosis, rute, atau, konversi formula obat tidak sesuai. 6. Efek samping (Adverse Drug reaction/ADR) a. Dosis obat yang diberikan kepada pasien terlalu tinggi kecepatannya b. Adanya reaksi alergi terhadap obat-obat tertentu c. Ada faktor resiko yang membahayakan bagi pasien d. Interaksi dengan obat-obatan atau makanan e. Hasil laboratorium pasien berubah akibat obat. 7. Ketidaktaatan pasien (Uncomplience) a. Pasien tidak menerima obat sesuai regimen karena medication error b. Pasien tidak taat instruksi c. Pasien tidak mengambil obat karena harga obat mahal d. Pasien tidak mengambil obat karena tidak memahami e. Pasien tidak mengambil obat karena keyakinan kurang. (Cipolle,1998).

11

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

12

Pada penelitian ini, pembahasan tentang DRP akan di titik beratkan pada Potensial DRP yang meliputi dosis terlalu rendah, dosis terlalu tinggi, interaksi obat dan ketidaktaatan pasien yang berkaiatan dengan sediaan obat yang diberikan.

1. Interaksi Obat Intaraksi obat terjadi ketika efek suatu obat berubah dengan adanya obat, makanan, minuman atau beberapa agen kimia lainnya (Stuckly, 1994), menurut Setiawati (1995), interaksi antara obat dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Interaksi yang menguntungkan, misalnya : a. penisilin dengan probenesid, probenesid menghambat sekresi penisilin di tubuli ginjal sehingga meningkatkan kadar penisilin di dalam plasma dengan demikian meningkatkan efektivitasnya dalam terapi gonore. b. kombinasi obat hipertensi dapat meningkatkan efektivitas dan mengurangi efek samping. c. kombinasi obat anti kanker dapat meningkatkan efektivitas dan mengurangi efek samping. d. kombinasi obat tuberkolosis dapat memperlambat timbulnya resistensi kuman terhadap obat. Antagonis efek toksik obat oleh antidotnya masing-masing, Stockly (1994) menambahkan adanya interaksi obat yang berakibat merugikan, misalnya :

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

13

a. walfarin jika diberikan bersamaan dengan fenilbutason, fenilbutason menghambat metabolisme warfarin sehingga kadar warfarin dalam tubuh meningkat sehingga dapat mengakibatkan pendarahan. b. pasien mengkonsumsi monoamin oksidase inhibitor (MOIO) bersamaan dengan makanan kaya akan tiramin karena enzim monoamin oksidase (MAO) dihambat oleh MOIO. Jika tiramin tidak dimetabolisme, maka akan terjadi akumulasi tiramin ditubuh yang mampu membebaskan norepinefrien yang menyebabkan tekan darah naik dan mengakibatkan krisis hipertensi.

Mekanisme interaksi obat secara garis besar terdiri dari 3 mekanisme, yaitu interaksi farmakosetik atau inkompatibilitas, interaksi farmakokinetik dan intaraksi farmakodinamik. a. Interaksi farmasetik atau inkompatibilitas Interaksi farmasetik atau inkompatibilitas terjadi di luar tubuh (sebelum obat diberikan) di mana antara obat satu dengan yang lain tidak dapat saling campur (inkompatibel). Pencampuran obat menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisika atau kimiawi, yang hasilnya sebagai pembentukan endapan, perubahan warna dan lain-lain. Interaksi ini berakibat inaktivasi obat, contoh : gentamin mengalami inaktivasi jika dicampur dengan karbenesin, demikian juga dengan penisilin G bila dicampur dengan vitamin C, sedangkan Ampoterisin B mengendap dalam larutan garam fisiologis atau larutan ringer.

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

14

b. Interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakokinetik terjadi bila salah satu obat mempengaruhi absorpsi, distribusi, metabolisme, atau ekskresi obat kedua sehingga kadar plasma obat kedua meningkat atau menurun yang mengakibatkan peningkatan toksisitas atau penurunan efektivitas dari obat tersebut. Interaksi farmakokinetik tidak dapat diektrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan obat yang berinteraksi, meskipun strukturnya mirip, karena antara obat segolongan terdapat variasi sifat-sifat fisikokimia yang menyebabkan variasi sifat-sifat farmakokinetikanya. c. Interaksi farmakodinamik Stockley (1994) berpendapat bahwa interaksi farmakodinamik adalah interaksi obat yang terjadi karena hadirnya obat lain di tempat aksi obat. Pendapat ini selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Setiawati (1995) yakni interaksi farmakodinamik merupakan interaksi antara obat yang bekerja pada sistem reseptor tempat kerja, atau sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek aditif , sinergistik atau antagonistik. Interaksi farmakodinamik sering kali dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan obat yang berinteraksi, karena penggolongan obat memang berdasarkan atas persamaan efek farmakodinamiknya di samping itu, kebanyakan interaksi ini dapat diperkirakan kejadiannya sehingga bisa dihindari sedini mungkin apabila dokter yang bersangkutan mengetahui mekanisme kerja obat tersebut.

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

15

2. Cara pemberian dan bentuk sediaan obat Bentuk sediaan obat dibedakan untuk pemakaian luar dan untuk pemakaian dalam. Bentuk sediaan obat untuk pemakaian dalam adalah obat-obat yang diberikan melalui mulut, tenggorokan, masuk ke perut. Penggunaan tersebut biasanya disebut pemberian oral (Anief,1996). Cara penggunaan lainnya dianggap sebagai penggunaan luar, antara lain pemakaian obat melalui kulit dengan jalan merobek atau menembus kulit, yaitu perinjeksi atau parenteral, misalnya intra vena. Pemakaian obat melalui dubur (rektal) yaitu suppositoria, melalui lubang kemaluan (genital) yaitu ovulla, melalui lubang kencing (urogenital) yaitu bacilla, dan melalui lavemen yaitu clysma. Selanjutnya pemakaian obat pada selaput lendir antara lain melalui mata yaitu tetes mata, obat cuci mata; melalui rongga mulut misalnya obat kumur dan melalui telinga misalnya tetes telinga. Pemakaian pada kulit, misalnya salep, pasta, lotion, krim disebut dengan pemakaian topikal (Anief,1996). Berdasarkan konsistensinya, bentuk sediaan obat dapat dibagi menjadi 4 macam ; a. bentuk sediaan padat seperti serbuk, tablet, kapsul, pil b. bentuk sediaan semi padat seperti salep, krim, pasta c. bentuk sediaan cair seperti suspensi, emulsi, solution, potio d. bentuk sediaan gas seperti aerosol (Fudholi, 1999). .

Beberapa definisi bentuk sediaan obat, antara lain serbuk, tablet, salep dan

sirup. Serbuk adalah campuran dua atau lebih bahan obat yang diserbukkan. Tablet adalah sediaan obat padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

16

bahan pengisi. Kapsul adalah sediaan padat terdiri dari obat dengan cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Sirup termasuk dalam sediaan larutan atau sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia. Penggunaan istilah sirup juga digunakan untuk bentuk sediaan cair yang mengandung bahan pengental dan pemanis, termasuk suspensi oral (Anonim, 1979 dan Anonim, 1995).

C. Anatomi Saluran Pernapasan Manusia Saluran napas berfungsi untuk mengambil oksigen yang penting bagi kehidupan dan mengeluarkan karbondioksida. Atau dengan kata lain fungsi pernapasan yang utama adalah untuk pertukaran gas (Tabrani, 1996). Oleh karena itu baik anatomi maupun fisiologi paru disesuaikan dengan fungsi ini. Saluran pernapasan terdiri dari : rongga hidung, faring, laring, trakea dan paru-paru. Laring membagi saluran pernapasan menjadi 2 bagian, yakni saluran pernapasan atas (rongga hidung, faring, laring) dan saluran pernapasan bawah (trakea, bronchi

dan paru-paru) (dikutip dari respiratory emergencies shibel,

moser).

1. Saluran Pernapasan Secara fungsional saluran pernapasan dibagi atas bagian yang berfungsi sebagai konduksi (pengantar gas) dan bagian yang berfungsi sebagai respirasi (pertukaran gas) Konduksi

: rongga hidung, rongga mulut, faring, laring, trakea, sinus

Bronkus, bronkiolos non respiratorius.

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Respirasi

17

: bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, atrium dan sakus

alveolaris.

Gambar 1. Sistem pernapasan pada manusia

A. Rongga Hidung Rongga hidung terdiri atas : 1. vertibulum yang dilapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi 2. dalam rongga hidung terdapat rambut yang berperan sebagai penapis udara 3. struktur konka yang berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar karena strukturnya berlapis. 4. sel silia yang berperan untuk melemparkan benda asing keluar dalam usaha untuk membersihkan jalan napas. Adapun fungsi dari rongga hidung, sebagai bagian dari respirasi antara lain :

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

18

1. sebagai fungsi preventif, dilaksanakan oleh : a. Bulu hidung sebagai penyaring debu. b. Silia yang tumbuh pada pseodokolomma epithelium, berdasarkan atas momentum dari partikel benda asing di udara, maka benda asing akan ditangkap oleh silia dikonka superior, dan hanya udara yang berpartikel 4-6 mikron saja yang dapat masuk saluran napas yang lebih bawah. 2. sebagai fungsi lubrikasi (pelicin) Sesuai dengan fungsi ini, maka jalan napas tidak menjadi kering, fungsi ini dilaksanakan oleh kelenjar submukosa dan sel goblet. 3. sebagai fungsi pemanas dan pendingin udara. Fungsi ini dilaksanakan karena kayanya vaskularisasi yang terdapat di dalam rongga hidung yang berfungsi sebagai konduksi dari panas dan karena adanya perputaran dari udara inspirasi serta ekspirasi.

B. Faring Merupakan bagian belakang dari rongga hidung dan rongga mulut, terdiri dari nasofagus (bagian yang berbatasan dengan rongga hidung), orofaring (bagian yang berbatasan dengan rongga mulut) dan hipofaring (bagian yang berbatasan dengan laring), yakni bagian di mana pemisahan antara udara dan makanan terjadi.

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

19

C. Laring Walaupun fungsi utamanya adalah sebagai alat suara, akan tetapi di dalam saluran pernapasan fungsi laring adalah sebagai jalan udara, karena celah suara di antara pita suara berfungsi sebagai pelindung dari jalan udara. Bila dilihat secara fontal maupun lateral, pada bagian laring dapat dilihat adanya epiglotis, tulang hioid, tulang rawan tiroid, tulang aritenoid dan tulang rawan krikoid. Tulang rawan krikoin merupakan batasan terbawah dari tulang rawan laring, yaitu terletak 2-3 cm di bawah laring. Di bawah dari tulang krikoid inilah biasanya dilakukan tindakan trakeotomi yang bertujuan untuk memperkecil “dead space”(bagian konduksi) dan mempermudah melakukan penghisakan sekresi.

D. Trakea Trakea merupakan suatu cincin tulang rawan yang tidak lengkap (UShapped/berbentuk huruf U), di mana pada bagian belakangnya terdiri dari 16-20 cincin tulang rawan. Panjang trakea ± 10 cm, tebalnya 4-5 mm, diameternya lebih kurang 2,5 cm, dan luas permukaannya 5 cm2 . Lapisan trakea terdiri dari mukosa, kelenjar submukosa dan dibawahnya terdapat jaringan otot yang terletak pada bagian depan yang menghubungkan kedua bagian tulang rawan. Diameter trakea ini berveriasi pada saat inspirasi dan ekspirasi.

E. Paru Paru kanan dan kiri adalah jaringan yang elastis yang bekerja seperti bunga karang dan teraba seperti karet spons. Paru kanan terbagi menjadi 3 lobus

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

20

dan terpisah oleh dua fisura lengkap. Paru kiri terbagi menjadi dua lobus oleh satu fisura. (Basmajian dan J.V. slonecker,1995). Bila dalam keadaan sehat aliran udara dari hidung atau mulut sampai ke alveoli dapat dikatakan tidak mengalami hambatan berarti, lain halnya waktu serangan asma. Aliran udara disini akan menjadi lambat karena saluran napas menyempit. Penyempitan ini disebabkan oleh otot-otot yang melingkar pada saluran napas mengkerut atau mengalami bronkospasme. Lapisan sel-sel permukaan saluran napas membengkak disertai infiltrasi sel-sel radang disekitarnya dan produksi mukus atau lendir berlebihan.

F. Bronkus Dinding bronkus dan bronkiolus mengandung otot polos dan dilapisi oleh sistem saraf otonom. Pada umumnya, parasimpatis yang merangsang melalui nervus vagus menyebabkan bronkus menyempit dan simpatis yang merangsang melalui reseptor β2-adrenergik menyebabkan bronkus melebar. Selain itu terdapat persarafan noradrenergik yang menyebabkan bronkodilatasi. Fungsi otot-otot bronkus masih diperdebatkan, tetapi mungkin salah satu fungsinya membantu mempertahankan penyebaran ventilasi. Otot-otot bronkus juga melindungi bronkus selama batuk dan memiliki irama sirkadian pada tonus bronkus, dengan kontriksi maksimal sekitar jam 06:00 dan dilatasi maksimal sekitar jam 18:00, itulah sebabnya mengapa asma menyerang lebih hebat pada tengah malam dan pagi hari (Ganong, 1983).

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

21

2. Jalan Napas Paru-paru terdiri dari dua bagian yang terpisah, masing-masing mengisi rongga dada kiri dan kanan. Kedua bagian tersebut dilapisi oleh suatu selaput, pleura viseralis yang berhubungan dengan pleura parietalis dengan perantaraan suatu cairan. pleura parietalis ini melapisi dinding toraks bagian dalam diagfagma dan mediatinu. Kedua pleura yang sering disebut juga selaput dada, dapat bergesek satu sama lain. Pada hilus paru-paru (tempat masuknya bronkus utama dan pembuluh pada paru-paru) pleura viselaris yang menjadi pleura parietalis. Paru-paru dibagi menjadi beberapa bolus oleh suatu lekukan yang dalam. Paruparu kanan terdiri dari tiga bolus, paru-paru kiri terdiri dari dua bolus. Udara yang dihirup secara fisiologis akan masuk melalui hidung, yaitu tempat udara dihangatkan, dilembabkan dan dibersihkan, kemudian menuju faring (kerongkongan) lalu ke larings (tenggorokan). Pada pernapasan yang dipaksakan udara juga masuk melalui rongga mulut. Sampai faring, jalan udara dan makanan sama. Pada laring jalan udara dan makanan terpisah, udara akan mengalir melalui trakea, bronkus utama dan masuk kecabang bronkus kecil selanjutnya. Trakea merupakan saluran jaringan ikat berlumen besar, di mana terdapat tulang rawan berbentuk tapal kuda dan serabut otot polos. Pada ruas tulang belakang kelima, trakea akan membagi dua membentuk batang bronkus, yang masuk ke dalam paru-paru pada daerah hilus kiri dan kanan. Dinding bagian dalam trakea dan bronkus dilapisi dengan epitil respirasi yang mempunyai bulu yang dapat bergetar. Jika pada gerakan mulut ada partikel yang terhirup, bulu ini

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

22

akan mendorongnya ke arah luar. Di bawah epitel terdapat berbagai kelenjar campuran yang menghasilkan sekret serosa maupun mukus. Bronkus yang kecil akan bercabang-cabang membentuk bronkhioli, yang akhirnya pada percabangan terakhir bermuara di duktus alveoli (saluran alveoli). Alveoli berbentuk setengah lingkaran dengan diameter sekitar 0.1-0.2 mm dikelilingi oleh jaringan kapiler yang rapat yang dialiri oleh darah vena dari arteria pulmonalis. Karena kontak yang sangat berdekatan anatara darah kapiler dengan udara alveoli maka pertukaran gas pernapasan akan dipermudah di sini. Pasokan udara alveoli (ventilasi alveolar) yang diperlukan bagi pertukaran gas didapat dengan proses pertukaran ritmik antara inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi (mengeluarkan napas). Pada waktu inspirasi udara segar yang mengandung oksigen akan masuk ke ruang alveoli, sedangkan pada waktu ekspirasi udara yang miskin oksigen yang mengandung banyak karbondioksida akan dikeluarkan ke udara sekitar. Inspirasi merupakan proses aktif, di mana pada kontraksi otot inspirasi, volume intratorakal membesar. Dengan meregangnya paru-paru tekanan intrapulmonal akan turun lebih rendah dari tekanan atmosfer, dan karena perbedaan tekanan ini udara masuk ke dala alveoli. Sebaliknya ekspirasi (pada pernapasan biasa) berlangsung pasif. Karena keelastisan/ kekenyalannya, maka paru-paru yang menempel pada rongga dada dengan perantaraan cairan pleural akan kembali ke bentuk semula. (Mutschler,1991).

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

23

D. Asma Bronkial 1. Pengertian Asma

bronkial

termasuk

dalam

Gangguan

Ventilasi

Obstruktif

(menghalangi), yang termasuk gangguan ventilasi obstruksi adalah semua gangguan ventilasi yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas dan dengan demikian terjadi pengingkatan tahanan aliran udara. Yang termasuk gangguan ventilasi obstruktif antara lain : a. asma bronkial, dan b. bronkitis kronis Asma bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan hiperreaktivitas respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan. Manifestasi dari penyakit ini berupa penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (Mutschler,1991). Asma ditandai dengan adanya serangan sesak napas dan mengi (wheezing) serta peningkatan respon trakea dan Bronkus terhadap berbagai stimulus dan penyempitan luas pada saluran pernapasan yang berubah-ubah keparahannya, baik spontan atau sebagai akibat terapi. Tanda klinik asma berupa serangan episodik berulang batuk, napas pendek, dada terasa terikat dan wheezing (Katzung,1995).

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

24

Inflamasi Pemicu

Asma

Hipereaktifitas Bronkus

Gangguan Saluran Napas Gambar 2. Siklus Asma Yang utama secara klinis pada asma bronkial adalah kesulitan pernapasan yang parah dengan kurangnya oksigen dalam jaringan. Akibat spasmus otot polos bronkhioli dan Bronkus kecil serta akibat adanya lendir yang kental dalam lumen Bronkus yang menyempit ini, akan terjadi ekspirasi yang sulit dan berdengik serta diperlambat. Serangan dapat berlangsung beberapa menit tetapi juga berjam-jam dan malahan berhari-hari dalam bentuk status asmaticus yang membahayakan jiwa. Serangan umumnya diakhiri dengan batuk yang hebat dan keluarnya dahak yang kental dan bening.

2. Pembagian Asma Secara Klinis Secara klinis asma dapat dibagi menjadi tiga bagian : a. Asma akut intermiten Tidak ada gejala sama sekali di luar serangan. Pemeriksaan fungsi paru tanpa provokasi tetap normal. Penderita ini sangat jarang jatuh ke dalam status asmatikus dan dalam pengobatannya sangat jarang memerlukan kortikosteroid.

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

25

b. Asma akut dan status asmatikus Serangan asma dapat sedemikian beratnya sehingga penderita segera mencari pertolongan. Bila serangan asma akut tidak bisa diatasi dengan obat-obat adrenergik beta dan teofilin, disebut status asmatikus. c. Asma kronik persisten Pada asma kronik persisten selalu ditemukan gejala-gejala obstruksi jalan napas, sehingga diperlukan pengobatan yang terus-menerus. Hal tersebut disebabkan oleh karena saluran jalan napas penderita terlalu sensitif selain adanya faktor pencetus yang terus-menerus (Baratawidjaya,1990).

3. Gejala Asma Dasar kelainan asma adalah keadaan bronkus (saluran napas bagian dalam) yang hiperreaktif terhadap berbagai rangsangan. Jika ada rangsangan pada bronkus yang hiperreaktif maka akan terjadi : a. otot bronkus akan mengerut atau menyempit. b. selaput lendir bronkus membengkak. c. produksi lendir menjadi banyak dan kental. Lendir yang kental ini sulit dikeluarkan

atau

dibatukkan

sesak(Abidin dan Ekarini,2002).

sehingga

penderita

menjadi

lebih

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

26

Gambar 3. Saat asma menyerang (www.MayoClinic.com, 2006)

Keadaan bronkus yang sangat peka dan hiperreaktif pada penderita asma menyebabkan saluran napas menjadi sempit, akibatnya pernapasan menjadi terganggu. Hal ini menimbulkan gejala asma yang khas yaitu : batuk, sesak napas dan wheeling atau mengi. Manifestasi serangan asma tidak sama pada setiap orang, bahkan pada satu penderita yang sama, berat dan lamanya serangan asma dapat berbeda dari waktu ke waktu. Beratnya serangan dapat bervariasi mulai dari yang ringan sampai yang berat, demikian pula dengan lama serangan. Serangan bisa saja singkat, sebaliknya dapat pula berlangsung sampai berhari-hari (Abidin dan Ekasari,2002).

4. Faktor-Faktor Penyebab Asma Asma dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dan tiap penderita mungkin berlainan antara lain :

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

27

a. faktor dasar Faktor dasar atau kausa adalah faktor yang sudah ada pada diri manusia itu untuk timbulnya asma. 1. faktor genetik: berhubungan dengan keturunan dimana gen tunggal sebagai pembawa sifat keturunan yang dominan. 2. faktor hiperreaktivitas bronkus; bronkus bereaksi hebat terhadap rangsangan yang pada orang normal tidak ada reaksi. 3. faktor alergi.

b. faktor pencetus Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan asma akut : 1. alergen merupakan faktor pencetus asma yang sering dijumpai pada penderita seperti tepung sari, spora jamur, debu rumah, tungau, bulu binatang, bakteri, alergen makanan seperti coklat, tepung, telur atau ikan. 2. lingkungan kerja, terutama dalam pabrik-pabrik atau perusahaan seperti lingkungan pabrik roti, pabrik tenun, peternakan. 3. polusi udara seperti asap rokok, semprotan obat nyamuk, semprotan rambut, asap industri dan asap kendaraan bermotor. 4. iklim, terdiri dari hawa dingin dan kelembaban udara yang tinggi. 5. infeksi saluran napas. 6. olah raga atau kegiatan jasmani, seperti bersepeda, lari-lari, berenang, naik turun tangga.

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

28

7. emosi, seperti rasa takut, rasa senang berlebihan, sedih dan sebagainya 8. obat-obatan, seperti propanolol (obat jantung), narkotik, reserpin, aspirin (Sutaryo,1985)

5. Patogenesis Berdasarkan

macam

rangsangan

atau

faktor

pencetus

asma,

patogenesisnya dapat dibedakan mejadi dua : a. asma ekstrinsik (Imunologik) Bentuk asma ekstrinsik biasanya terdapat pada anak-anak dengan riwayat keluarga alergi terhadap suatu zat. Asma imunologik ekstrinsik adalah suatu hepersensitivitas tipe I yang diperantarai oleh imonoglobulin E yang selanjutnya disebut Ig E, yang dapat membentuk anti bodi Ig E bila terkena alergen. Antibodi ini terikat pada sel mati dan basofil di dalam mukosa trakea bronkial, sel ini bila terkena alergen akan mengeluarkan histamin. Histamin dengan simultan dapat merangsang pembentukan indikator-indikator prostaglandin (PGD2) dan leukotrien (LDT). Derivatderivat lain yang dihasilkan selain histamin adalah asam arakihidonat termasuk LTB4 (suatu kemoantraktan yang paten) dan tromboksanA2 (aktifator dan agresor dari platelet). Berdasarkan cara ini, sel mengi, segala bentuk sel darah putih dan platelet bereaksi di dalam bronkus. Sel-sel ini akan merangsang terlepasnya lebih banyak mediator seperti serotonin dan juga kinin (Robbinson dan Kumar, 1987).

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

29

b. asma intrinsik (non imunologik) Asma intrinsik dapat terjadi pada segala usia dan mempunyai kecenderungan lebih sering kambuh dan lebih tinggi tingkat keparahannya dibandingkan asma ekstrinsik. Asma intrinsik dan imunologi di postulasikan sebagai hasil berbagai abnormalitas kontrol parasimpatik fungsi saluran napas. Otot polos saluran udara, kelenjar submukosa dan kapilar diatur oleh sistem saraf otonom, rangsang kolinergik dan alfa andrenergik menyebabkan bronkokontriksi dan sekresi mukosa, adanya rangsangan beta – alfa reseptor dari sel mukosa bronkial menyebabkan banyaknya gejala asma. Kemungkinan beberapa intervensi yang menghambat

jalur

beta

adrenergik

dapat

juga

menyebabkan

bronkokontriksi (Robbins dan kumar,1987).

Menurut teori, pasien dapat mengalami bronkokontriksi pada suhu dingin, kenaikan ventilasi dengan olah raga, polusi udara dan rangsangan imunologik lain seperti yang meminum aspirin. Faktor tersebut dapat menyebabkan vagal aferen kolinergik dan alfa adrenergik mengadakan perubahan karakteristik asma. Aspirin dapat berbahaya bagi pasien asma karena aspirin adalah mediator melalui asam arakidonat dengan menghambat siklo oksigenase mediator leukotrien yang dapat memacu timbulnya asma (robinson dan Kumar,1987).

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

30

6. Pengobatan Asma a. Pengobatan asma ditujukan pada macam-macam aspek: 1. Kausal ; mencari dan menentukan sebabnya. Bila diketahui sebabnya maka dengan menghindari sebab itu akan mengurangi kemungkinan mendapat serangan, terutama dari faktor pencetus. 2. Simtomatis : pengobatan yang hanya untuk menghilangkan gejala asma. 3. Obat pencegahan serangan : berguna untuk mencegah agar serangan asma tidak sering terjadi. 4. Immunoterapi : dengan jalan mengurangi bahan-bahan yang menyebabkan timbulnya serangan asma. (Sutaryo,1985). b. Prinsip-prinsip umum pengobatan asma bronkial adalah : 1. Menghilangkan obstruksi jalan napas dengan segera 2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma 3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma maupun tentang perjalanan penyakitnya, sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerja sama dengan dokter yang merawatnya (Baratawidjaya, 1990) c. Obat-obat asma Obat-obat asma terdiri dari dua bagian yaitu saat serangan dan pencegah serangan. 1. Obat saat serangan asma.

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

31

a. Bronkodilator : menyebabkan relaksasi otot-otot halus yang berada di saluran pernapasan. (Warfield, 1996). Bronkodilator terdiri dari 3 golongan yaitu : 1. Simpatomimetik 2. Xantin 3. Atropin b. Kortikosteroid : obat anti alergi dan anti peradangan contohnya prednison, metil prednisolon, hidrokortison. Cara kerjanya sebagai obat anti alergi yang kuat, mengurangi pembengkakan saluran napas dan memperbaiki kerja bronkodilator yang sudah melemah. (Sundaru,1995). 2. Obat untuk pencegah serangan asma a. Kromon ; mekanisme secara pasti belum diketahui, tetapi kromon telah terbukti dapat menghalangi EAR (Early Asthmatic Respons) dan LAR (Late Asthmatic Respons) serta mencegah meningkatnya hiperreaktifitas bronki berikutnya. (Kelly dan Kamada, 1997) b. Ketotifen c. Kortikosteroid aerosol : bekerja sebagai anti alergi dan anti peradangan

serta

memperkuat

kerja

dari

bronkodilator

(Sundaru,1995) d. Nedokromik : diduga mempunyai efek anti peradangan seperti halnya natrium kromolin. Dipakai untuk mencegah asma ringan

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

32

dan sedang , terutama yang disebabkan alergen, kegiatan jasmani maupun iritan seperti hawa dingin atau asap. (Sundaru,1995) e. Antileukotrien : mencegah terbentuknya leukotrien. f. Suntikan alergen (Laprin) : untuk membentuk zat anti di dalam tubuh. (Sundaru, 1995)

E. Keterangan Empiris Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran pola peresepan yang meliputi karakteristik pasien, jumlah obat, jenis obat, golongan obat, bentuk sediaan, cara pakai, dan kesesuain obat yang diberikan berdasarkan standar pelayanan medis, ketepatan dosis dan potensi terjadinya interaksi obat asma bronkial yang diberikan pada pasien asma bronkial yang ada di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005.

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian mengenai kajian penatalaksanaan resep Pasien Asma Bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 merupakan penelitian deskriptif non ekperimental (observasional) yang dilakukan dengan metode retrospektif. Penelitian ini termasuk penelitian non-eksperimental karena tidak ada perlakuan pada subjek uji. Data yang digunakan adalah catatan rekam medik dari pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005.

B. Definisi Operasional 1. Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali adalah tempat yang digunakan untuk mendapatkan data yang digunakan untuk mengkaji penatalaksanaan resep asma bronkial pada skripsi ini. 2. Asma bronkial merupakan suatu kelainan dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara sepontan maupun hasil dari pengobatan 3. Kajian profil peresepan adalah gambaran tata cara pemberian obat kepada pasien yang meliputi pemilihan jumlah obat, golongan obat, jenis obat, bentuk sediaan dan cara pemakaian serta lama perawatan pasien dewasa asma

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

34

bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005. 4. Kriteria pasien adalah semua penderita asma bronkial yang mendapat perawatan medis di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah BangliBali tahun 2005. 5. Kelompok balita (0 sampai 5 tahun), anak-anak (5
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

35

10. Pemilihan obat tidak tepat yaitu obat yang diberikan kepada pasien tidak efektif (kurang sesuai dengan indikasinya), pasien mempunyai alergi terhadap obat tersebut, obat yang diberikan memiliki kontraindikasi dengan obat lain, efektif namun bukan yang paling murah dan aman, serta adanya kombinasi obat yang tidak perlu. 11. Dosis terlalu rendah adalah pasien mendapat obat dengan kandungan zat aktif terlalu rendah untuk memberikan efek. 12. Dosis terlalu tinggi adalah pasien mendapat obat dengan kandungan zat aktif terlalu tinggi untuk memberikan efek. 13. Adverse Drug Reaction adalah munculnya efek samping obat yang tidak diharapkan yang dialami pasien beserta interaksi obatnya. 14. Kerasionalan terapi adalah kesesuaian pemberian obat dan perlakuan dengan standar yang telah ditetapkan. 15. Interaksi obat adalah peristiwa berubahnya efek suatu obat akibat adanya obat atau zat aktif lain yang diberikan secara bersamaan.

C. Bahan Penelitian Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar rekam medik (RM), dan informasi dari instalasi farmasi rumah sakit mengenai pasien asma bronkial di Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005. Data dari rekam medik tiap pasien kemudian dikelompokan berdasarkan parameter yang telah ditentukan.

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

36

D. Lokasi penelitian Penelitian mengenai kajian penatalaksanaan resep Pasien Asma Bronkia dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali (RSUD Bangli-Bali).

E. Jalannya Penelitian Penelitian mengenai kajian penatalaksanaan resep Pasien Asma Bronkial dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut :

1. Perencanaan Pada tahap ini dilakukan analisis situasi, penentuan masalah serta pencarian informasi standar penatalaksanaan asma bronkial di RSUD Bangli-Bali. Pada tahap analisis situasi dilakukan dengan mencari informasi pada bagian rekam medik mengenai distribusi penyakit asma bronkial pada pasien dewasa di Instalasi Rawat Inap RSUD Bangli-Bali pada tahun 2005.

.2. Pencarian dan pencatatan Data Proses pencarian data diawali dengan penelusuran data pasien yang mengalami penyakit asma bronkial. Selanjutnya dilakukan pengumpulan bahan dan pencatatan data ke dalam lembaran laporan. a. Proses pencarian data, diperolah dengan melihat laporan sub-bagian rekam medik yang berupa laporan jumlah kasus pasien dewasa asma bronkial di Instalasi Rawat Inap yang berisi nama, umur dan jenis kelamin pasien.

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

37

Kemudian dilakukan pengambilan data pada lembar-lembar rekam medik sesuai jumlah sampel yang ada serta pencarian informasi dari bagian rekam medik mengenai kekurangan data bila ditemukan data yang tidak lengkap. b. Proses pencatatan data, yaitu dengan mencatat yang ada di lembar rekam medik tiap pasien . Data yang diambil adalah meliputi nomor rekam medik, umur, jenis kelamin, lama perawatan, anamnesis, hasil diagnosis awal, hasil diagnosis keluar, obat yang diberikan, dosis, komplikasi penyakit lain, cara pemberian obat, jumlah obat, bentuk sediaan dan keterangan akhir pasien.

3. Pengolahan Data Data yang diperoleh kemudian diolah, hasil yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan ada pula yang disajikan dalam bentuk gambar.

4. Tahap analisis hasil Data dianalisis secara deskriptif kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel beserta uraian penjelasan. Analisis tersebut berdasarkan : a. Jenis kelamin, umur b. Golongan dan jenis obat c. Evaluasi kasus asma bronkial yang terjadi dengan melihat data pada rekam medik

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Tujuan pengobatan asma bronkial adalah menghilangkan gejala atau serangan asma secepat mungkin, mengusahakan agar penderita asma dapat menjalankan kehidupan sehari-harinya dengan normal, serta mencegah atau mengurangi berat dan banyaknya serangan asma berikutnya. Hal ini dapat dicapai dengan jalan mengobati serangan asma bronkial dengan mempertimbangkan beberapa parameter seperti: jumlah obat, golongan obat, cara pemberian obat dan kerasionalan pengobatan yang terkait dengan drug related problems (DRPs). Evaluasi pengobatan mutlak dilakukan, mengingat panjangnya terapi yang diberikan kepada pasien asma bronkial karena asma bronkial merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan secara total dan merupakan penyakit turunan. Evaluasi akan menjadikan penanganan pasien asma bronkial semakin baik (rasional) hal ini disebabkan karena evaluasi akan memberikan kajian yang mendalam tentang pengobatan yang dilakukan baik yang berhasil (pasien sembuh) ataupun yang gagal (pasien tidak sembuh). Pengkajian setiap proses pengobatan dengan melihat penatalaksanaan pengobatan melalui rekam medik akan memberikan gambaran yang jelas tentang proses pengobatan yang telah dijalani sehingga dapat diketahui penyebab keberhasilan ataupun kegagalan suatu proses terapi terhadap pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005.

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

39

Peran farmasis dalam evaluasi pengobatan mutlak diperlukan, sesuai dengan kewajiban dan kewenangannya yang tercantum dalam Standar Kompetensi Farmasi Indonesia 2004 yang dikeluarkan oleh ISFI ( Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia ). Lima diantaranya mengatur tentang kewenangan farmasis untuk mengkaji pengguanaan obat dalam proses terapi, kelima poin tersebut berbunyi: 1. mengkaji penggunaan obat melalui rekam medik pasien, resep dan atau rekam farmasi lain. 2. mengidentifikasi, memastikan kebenaran dan kebaikan suatu obat. 3. menghitung dosis, menentukan sedian yang paling cocok. 4. membuat keputusan profesional mengenai ada tidaknya atau kemungkinan terjadinya kesalahan dengan obat beserta penyelesaiannya. 5. memonitor penggunaan obat dan mengevaluasi pengguanaan obat. Dalam mengevaluasi suatu penatalaksanaan pengobatan perlu diketahui gambaran umum pengobatan yang telah dilakukan. Gambran umum tersebut meliputi : A. Karakteristik Pasien Karakteristik pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 berdasarkan jenis kelamin pasien, umur pasien dan diagnosis pasien. 1. Jenis kelamin Perbandingan jumlah dan persentase dari pasien laki-laki dan perempuan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

40

Bangli-Bali tahun 2005 adalah 66,7% untuk jenis kelamin laki-laki dan 33,3% untuk jenis kelamin perempuan. Tabel I. Distribusi pasien asma bronkial berdasarkan jenis kelamin di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005. No 1 2

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah

Jumlah Pasien 12 6 18

Persentase (%) 66,7 33,3 100

Data di atas menunjukan, bahwa pasien asma bronkial dengan jenis kelamin laki-laki jumlahnya lebih banyak bila dibandingkan dengan pasien asma bronkial yang berkelamin perempuan hal ini dipengaruhi oleh pola hidup pasien. Pasien berjenis kelamin laki-laki memiliki kencenderungan lebih besar untuk menjadi perokok aktif maupun pasif dibanding pasien perempuan, sehingga kemungkinan laki-laki untuk mengidap asma bronkial lebih besar dibandingkan mereka yang berjenis kelamin perempuan.

2. Umur Berdasarkan umurnya, pasien asma bronkial di Insatalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005 dikelompokan dalam 4 kelompok. Diantaranya kelompok Balita (0 sampai 5 tahun), anak-anak (5
PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

41

Tabel II. Distribusi pasien asma bronkial berdasarkan Umur di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 No.

Umur 0 sampai 5 tahun

Jumlah Pasien 6

Persentase (%) 33,3

1 2

5
1

5,6

3

12
7

38,9

4

di atas 65 tahun

4

22,2

Jumlah

18

100

Data penelitian di atas menunjukan bahwa pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005 didominasi oleh pasien balita dan dewasa, yakni masing-masing 33,3% dan 38,9% dari seluruh kasus yang ada. Sedangkan pasien lanjut usia sebesar 22,2% dari seluruh kasus yang ada. Hal ini menunjukan bahwa pasien Balita dan dewasa cenderung lebih rentan terkena serangan asma bronkial dibandingkan pasien lanjut usia, atau pasien asma bronkial memiliki kencenderungan untuk tidak dapat mencapai usia lanjut (terapi gagal). Dugaan ini muncul karena pada penelitianpenelitian terdahulu, kecenderungan asma bronkial menyerang justru pada usia balita, anak-anak dan lanjut usia. Hal ini disebabkan karena pada usia dewasa, pasien sudah dapat mengenali dan menghindari faktor pencetus serangan asma pada dirinya, sehingga tindakan antisipasi sudah dapat disiapkan sebelum serangan asma terjadi. Pada usia balita dan anak-anak serangan asma sangat sering diakibatkan karena saluran napas yang mereka miliki masih sangat kecil, sehingga mudah

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

42

sekali menyempit jika terinfeksi, sedangkan pada usia lanjut serangan diakibatkan karena fungsi organ tubuh sudah menurun.

3. Diagnosis Pada penelitian ini data yang diambil hanyalah data pasien asma bronkial non-komplikasi, data pasien dengan diagnosis asma (selain asma bronkial) atau penyakit lain diabaikan. Dari pengambilan data diketahui 16 kasus pasien asma bronkial terdiagnosis awal sebagai penderita asma bronkial dan hanya 2 kasus yang terdiagnosis awal sebagai penderita asmatikus, namun pada diagnosis akhir ditetapkan bahwa ke-18 kasus asma bronkial tersebut sebagai penderita asma bronkial. Secara persentase dapat dilihat sebagai berikut : Tabel III. Distribusi pasien asma bronkial berdasarkan Diagnosis awal dan akhir di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah BangliBali tahun 2005 No.

Jenis Penyakit

Diagnosis awal

akhir

1

Asma Bronkial

88,9%

100%

2

Asma lain (asmatikus) Jumlah

11,1%

-

100%

100%

Dari data di atas dapat diketahui bahwa telah terjadi perubahan diagnosis, perubahan ini terjadi karena terjadinya perubahan status pasien dari asmatikus menjadi asma bronkial. Asmatikus merupakan serangan asma yang sangat berat, bahkan pada serangan ini obat-obat adrenergik beta dan teofilin tidak memberikan respon.

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

43

B. Gambaran Umum Peresepan Pada penelitian ini gambaran umum peresepan pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005 dapat dilihat dari beberapa variabel, antara lain : jumlah jenis obat, golongan obat, jenis obat, bentuk sediaan, dan cara pemakaian obat. 1. Jumlah jenis Obat Jumlah jenis obat yang dipakai untuk pengobatan pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005 adalah 4-11 macam obat dengan jumlah obat terbanyak yang diberikan adalah 7 macam obat pada 6 pasien. Jumlah jenis obat yang diberikan pada pasien asma bronkial tidak diberikan dalam jumlah dan waktu yang bersamaan, tetapi menurut selang waktu dan dosis tertentu berdasarkan pada unit dose dispensing, yaitu distribusi obat yang diberikan pada pasien menurut dosis yang dibutuhkan selama masa perawatan pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali. Tabel IV. Jumlah jenis obat yang diberikan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 No. 1

Jumlah jenis Obat yang diterima pasien 4 jenis

Jumlah Pasien 1

Persentase (%) 5,5

2

6 jenis

3

16,7

3

7 jenis

6

33,3

4

8 jenis

3

16,7

5

9 jenis

2

11,1

6

10 jenis

3

16,7

Jumlah

18

100

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

44

Jumlah macam obat yang bervariasi diantara pasien asma bronkial disebabkan karena perbedaan diagnosis yang diberikan oleh dokter, berdasarkan gejala-gejala yang dialami oleh pasien serta keadaan pasien itu sendiri (faktor usia, kehamilan dan jenis kelamin). Jumlah obat yang diberikan pada pasien tergantung pada tingkat keparahan dari penyakit pasien serta diagnosis yang diberikan, misalnya pada pasien yang terdiaknosis asma bronkial yang tergolong ringan dengan pasien berusia 70 tahun hanya diberikan 4 macam obat ( 1 bronkodilator, 1 anti-mikroba, 1 obat saluran pencernaan dan 1 mukolitik ), pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005 sebagian besar (50%) mendapat 6-7 macam obat. Macam obat yang biasa diberikan antara lain anti-hipoksemia, bronkodilator, anti-mikroba, analgesik, mukolitik, kortikosteroid, antihistamin dan obat saluran pencernaan. Menurut Sundaru (1995), perbedaan jumlah obat yang diberikan disebabkan oleh sifat variabilitas dan individulitas dari pasien asma dengan respon pengobatan tiap pasien berbeda-beda, ada pasien yang memerlukan satu macam obat dan ada pasien yang memerlukan bermacam-macam obat. Misalnya ada salah satu pasien asma yang memerlukan antihistamin untuk meringankan alerginya, antasida untuk meringankan gangguan pencernaannya dan espektoran untuk meredakan batuk berdahaknya. Jumlah obat yang diberikan menunjukan bahwa dalam proses terapi penyakit asma tidak hanya khusus untuk asma saja, tetapi juga untuk gejala-gejala yang menyertainya. Hal ini sesuai dengan tujuan pengobatan asma yakni menghilangkan atau memperingan gejala sehingga pasien asma bronkial dapat beraktifitas secara normal.

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

45

2. Golongan Obat Data rekam medik menunjukan selain obat asma, pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005 juga mendapat obat-obat lain, seperti analgesik, anti infeksi (anti-mikroba), obat saluran pencernaan, vitamin dan mineral. Tabel V. Distribusi golongan obat yang diberikan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 No

Golongan Obat

Jumlah Obat (n=148) 34 19 20 17

Persentase (%=100) 22,7 12,8 13,5 11,5

1 2 3 4

Bronkodilator Mukolitik Kortikosteroid Penganti cairan tubuh

5 6 7

Anti-mikroba Anti-hipoksemia Analgesik

22 13 6

14,9 8,8 4,1

8 9 10 11

Anti-histamin Obat saluran pencernaan Anti-diabetik Anti-serotonin

5 5 1 1

3,4 3,4 0,7 0,7

12

Anti-epilepsi

1

0,7

13

Anti-hipertensi

1

0,7

14

Anti-angina

1

0,7

15

Anti-koagulan

1

0,7

16

Vitamin

1

0,7

148

100

Jumlah

Obat-obat selain obat asma digunakan untuk mengurangi gejala yang menyertai serangan asma, seperti analgesik antipiretik digunakan untuk mengurangi nyeri yang ditimbulkan oleh penyempitan bronkus pada saluran

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

46

pernapasan dan menurunkan panas, anti-mikroba digunakan untuk mengatasi infeksi mikroba yang dapat memperparah asma bronkial, pengganti kalori tubuh digunakan untuk mencegah terjadinya malnutrisi pada pasien-pasien yang dalam keadaan tidak sadar atau kesulitan dalam mengkonsumsi makanan, vitamin dan mineral diberikan untuk memulihkan kondisi tubuh setelah sakit dan mengatasi defisiensi unsur tertentu dalam tubuh, obat saluran pencernaan diberikan untuk mengatasi gangguan pencernaan yang disebabkan oleh sekresi asam lambung yang berlebihan atau proses pencernaan makanan yang kurang baik (tidak normal), oksigen diberikan untuk menghindari terjadinya hipoksemia pada pasien karena kekurangan udara (O2) karena kesulitan bernapas akibat menyempitnya bronkus. Dalam IONI (Informatorium Obat Nasional Indonesia) tahun 2000 dijelaskan bahwa oksigen harus dipertimbangkan sebagai obat, oksigen diresepkan pada pasien yang mengalami atau mencegah hipoksemia, hal ini diberikan untuk meningkatkan tekanan oksigen di alveolar dan mengurangi kerja pernapasan yang dibutuhkan untuk mempertahankan tekanan oksigen di arterial, kadar yang diberikan tergantung kondisi pasien. Menurut Sundaru (1995) pemberian terapi oksigen bertujuan untuk mengatasi kesulitan dalam menghembuskan napas yang berakibat udara terjebak dalam alveoli dan menyebabkan rongga dada menjadi besar dan pertukaran oksigen dan karbondioksida (CO2) terganggu, sehingga kadar karbondioksida meningkat di atas normal dan menyebabkan kapiler-kapiler pembuluh darah menyempit sehingga dapat meningkatkan kerja jantung.

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

47

3. Jenis Obat Jenis-jenis obat yang diberikan pada pasien asma bronkial di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 antara lain : bronkodilator, anti-mikroba, mukolitik, kortikosteroid, obat saluran pencernaan, analgesik-antipiretik, anti-hipoksemia, anti-diabetik, anti-histamin, anti-serotonin, anti-epilepsi, anti-angina, anti-koagulan, vitamin dan pengganti kalori tubuh.

a. Bronkodilator Bronkodilator yang diberikan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005 terdiri dari golongan simpatomimetik (salbutamol) sebanyak 38,3% dan golongan metilxanti (aminofilin, teofilin) sebanyak 61,7%. Tabel VI. Distribusi golongan obat bronkodilator yang diberikan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 No

Jenis Obat Golongan Bronkodilator

Jumlah Obat

Persentase (%)

1

Metilxantin (aminopilin, teofilin) Simpatomimetika (salbutamol) Jumlah

21

61,7

13

38,3

34

100

2

Golongan simpatomimetika dapat merelaksasikan otot polos saluran pernapasan dan menghambat pelepasan senyawa bronkokontriksi dari mediator pencetus alergi. Salbutamol dan golongan simpatomimetika lain seperti terbutain sulfat dan prokaterol hidroklorida memiliki toksisitas sistemik yang lebih rendah

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

48

dibandingkan dengan aminofilin dan teofilin (golongan metilxantin) serta lebih efektif bila digunakan dalam sediaan inhalasi seperti aerosol dan spray inhaler, karena efek dari zat-zat simpatomimetika lebih cepat menuju saluran pernapasan yang mengalami bronkokontriksi dan merelaksasikan otot polos saluran pernapasan. Menurut Sundaru (1995), pemakaian kombinasi antara bronkodilator metilxantin dan simpatomimetika dapat memperkuat efek terhadap jantung yaitu menyebabkan kerja jantung bertambah sehingga menyebabkan pasien merasa gemetar dan dada berdebar-debar. Efek ini dapat dikurangi dengan menggunakan obat bronkodilator dalam bentuk aerosol dan dengan pemantauan dokter pemakaian teofilin dimulai dengan dosis terkecil dan secara bertahap setiap tiga hari dosisnya ditingkatkan dengan memperhatikan kadarnya didalam darah.

b. Pengganti Cairan Tubuh Pada perawatan pasien asma bronkial biasanya pemberian cairan elektrolit diberikan bersama aminofilin. Data menunjukan bahwa pemberian cairan elektrolin dekstrosa 5% (D5) bersama dengan aminofilin sebanyak 13 kasus (72,2%), sedangkan pemberian dekstrosa 5% tanpa aminofilin hanya sebanyak 5 kasus (27,8%). Sediaan rehidrasi hanya perlu diberikan untuk mengkoreksi dehidrasi akibat efek diuretika dari teofilin dan kehilangan cairan yang tak terasakan yang berasal dari peningkatan ventilasi dan pasien yang sukar untuk minum akibat dari susahnya bernapas (Anonim, 1995).

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

49

Tabel VII. Distribusi pemberian cairan elektrolit pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 No

Jenis cairan elektrolit

1

Dektrosa 5% (D5)

2

Dektrosa 5% (D5) + aminofilin Jumlah

Jumlah kasus 5

Persentase (%) 27,8

13

72,2

18

100

c. Mukolitik Jenis obat golongan mukolitik yang diberikan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 adalah ambroksol sebanyak 84,2% dan bromheksin sebanyak 15,8%. Tabel VIII. Distribusi golongan obat mukolitik yang diberikan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 No

1

Jenis Obat Golongan Mukolitik Ambroksol

2

Bromheksin Jumlah

Jumlah Obat

Persentase (%)

16

84,2

3

15,8

19

100

Mukolitik (ambroksol, bromheksin) mengurangi kekentalan mucus dengan cara mengubah mukoproteinnya. Obat ini dapat meringgankan perasaan sesak napas pada serangan asma yang terjadi sumbatan lendir kental sehingga tak dapat dikeluarkan. Ambroksol merupakan metabolit aktif dari bromheksin yang dimetabolit di hati. Ambroksol lebih banyak digunakan karena ambroksol merupakan metabolit yang stabil sehingga dapat mengurangi efek samping yang

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

50

ditimbulkan oleh bromheksin (Tjay dan Raharja, 2002). Mukolitik sering diresepkan untuk mempercepat ekspektorasi dengan mengurangi viskositas sputum pada asma bronkitis (Anonim, 2000).

d. Kortikosteroid Jenis obat golongan kortikosteroid yang diberikan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 adalah deksametason sebanyak 55 %, metil prednisolon sebanyak 40% dan deksametason kalium fosfat sebanyak 5%. Tabel IX. Distribusi golongan obat kortikosteroid yang diberikan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 No 1

Jenis Obat Golongan Kortikosteroid Deksametason

2

Metil Prednisolon

8

40

3

Deksametason Na Fosfat

1

5

20

100

Jumlah

Jumlah Obat 11

Persentase (%) 55

Menurut Faisal Yunus, obat pengontrol asma yang paling efektif adalah kortikosteroid. Cara pemberian yang paling baik adalah dengan jalan inhalasi. Pemakaian kortikosteroid inhalasi jangka panjang dapat menurunkan kebutuhan terhadap kortikosteroid sistemik. Menurut Tjay dan Raharja (2002), zat-zat ini berdaya bronkodilatasi berdasarkan cara meningkatkan kepekaan reseptor β2 hingga efek β2 simpatomimetika diperkuat dengan melawan efek-ekek mediator seperti radang

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

51

dan gatal melalui blokade enzime fosfolipase-A2 sehingga pelepasan asam arakidonat oleh sel mastosis dihalangi sehingga sintesis leukotrien dan prostaglandin tidak terjadi.

e. Anti-mikroba Jenis obat golongan anti-mikroba yang diberikan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005 adalah golongan penisilin (ampisilin, amoksisilin) sebanyak 63,6%, golongan sefalosporin (sefotaksim) sebanyak 22,7%, golongan makrolida (eritromisin) sebanyak 9,1% dan golongan kuinolon (siprofloksasin) sebanyak 4,6%. Tabel X. Distribusi golongan obat anti-mikroba yang diberikan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 No

2

Jenis Obat Golongan Antimikroba Penisilin (ampisilin, amoksisilin) Sefalosporin (sefotaksim)

3

Makrolida (eritromisin)

2

9,1

4

Kuinolon (siprofloksasin)

1

4,6

22

100

1

Jumlah

Jumlah Obat 14

Persentase (%) 63,6

5

22,7

f. Anti-histamine Jenis obat golongan anti-histamin yang diberikan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 adalah mebhidrolin napadisilat (30%), simetidin (10%) dan ranitidine (60%)

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

52

Tabel XI. Distribusi golongan obat anti-histamin yang diberikan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 No 1 2 3

Jenis Obat Golongan Antihistamin Mebhidrolin napadisilat Ranitidine simetidin Jumlah

Jumlah Obat 3 6 1 10

Persentase (%) 30 60 10 100

Obat-obat ini banyak digunakan pada pasien asma bronkial dengan gejala alergi karena debu dan udara dingin. Obat-obat anti histamin mengatasi alergi dengan menghambat pelepasan mediator-mediator histamin oleh sel mastosit pada saluran pernapasan sehingga bronkus tidak mengalami konstriksi (Tjay dan Raharja, 2002). Pada kasus asma bronkial di daerah perbukitan seperti Bangli yang memiliki temperatur udara yang dingin, sangat besar kemungkinan untuk terserang alergi udara dingin. Alergi ini cenderung menyerang anak-anak karena pertahanan tubuh mereka yang lemah dan saluran napas yang

masih kecil,

sehingga mudah sekali menyempit jika terinfeksi oleh alergen. Alergen yang masuk kedalam tubuh dapat merangsang reseptor H2, hal ini dapat membuat produksi cairan lambung meningkat sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri pada daerah lambung. Simetidin dan ranitidin dapat menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversibel. Penghambatan reseptor H2 akan menghambat sekresi cairan lambung sehingga pasien terhindar dari nyeri lambung.

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

53

g. Analgesik Anti-piretik Jumlah obat analgesik anti-piretik yang digunakan adalah 6. Keenam obat tersebut adalah parasetamol yang merupakan golongan analgesik anti-piretik non opioid. Analgesik opioid dan anti migren tidak digunakan dalam pengobatan 18 kasus asma bronkial di RSUD Bangli-Bali tahun 2005. Penggunaan analgesik bertujuan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri dan demam yang timbul akibat serangan asma. Parasetamol menjadi obat pilihan karena merupakan obat yang relatif aman dan memiliki efek samping yang ringan jika digunakan sesuai ketentuan. Penggunaan parasetamol secara terus-menerus dengan dosis yang berlebihan akan mengakibatkan kerusakan organ tubuh terutama organ ginjal dan hati. Tabel XII. Distribusi golongan obat analgesik anti-piretik yang diberikan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 No 1

Jenis Obat Golongan Antihistamin Analgesik anti-piretik non opioid (parasetamol) Jumlah

Jumlah Obat 6

Persentase (%) 100

6

100

h. Anti-hipoksemia Terapi anti hipoksemia yang digunakan dalam penanganan kasus asma bronkial di Instalasi Rawat Inap RSUD Bangli-Bali pada tahun 2005 adalah oksigen (O2). Dalam IONI (Informatorium Obat Nasional Indonesia) ditekankan bahwa oksigen harus dipertimbangkan sebagai obat sehingga dapat diresepkan dalam penanganan kasus hipoksemia. Penggunaan oksigen bertujuan untuk meningkatkan tekanan oksigen alveolar dan mengurangi kerja pernapasan yang

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

54

dibutuhkan untuk mempertahankan tekanan oksigen arterial. Kadar pemberian tergantung pada kondisi pasien, dan kadar yang tidak sesuai dapat memberikan efek serius sampai letal. Dalam penanganan asma tidak selalu diperlukan terapi anti hipoksemia dengan menggunakan oksigen. Penggunaan terapi oksigen tergantung pada tingkat keparahan serangan asma. Dari data yang didapat 13 (72,2%) dari 18 kasus asma bronkial di Instalasi Rawat Inap RSUD Bangli-Bali menggunakan terapi oksigen. Tabel XIII. Distribusi penggunaan oksigen pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 No 1 2

Jenis obat Oksigen Tanpa oksigen Jumlah

Jumlah kasus 13 5 18

Persentase (%) 72,2 27,8 100

i. Obat Saluran Pencernaan Obat saluran pencernaan yang diberikan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap RSUD Bangli-Bali pada tahun 2005 terdiri dari ranitidin HCl dan simetidin. Ranitidin HCl dan simetidin bekerja dengan menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversibel. Perangsangan reseptor H2 akan merangsang sekresi asam lambung, sehingga pada pemberian ranitidin HCl dan simetidin akan menghambat sekresi asam lambung.(Ganiswara, 1995).

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

55

Tabel XIV. Distribusi penggunaan obat saluran pencernaan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 No 1 2

Jenis obat Ranitidin HCl Simetidin Jumlah

Jumlah kasus 5 1 6

Persentase (%) 83,3 16,7 100

j. Obat-obat pendukung lainnya Dalam penanganan asma bronkial di Instalasi Rawat Inap RSUD BangliBali pada tahun 2005 juga digunakan obat-obat pendukung terapi untuk masa pemulihan seperti vitamin dan obat-obat untuk mengatasi gejala atau penyakit yang menyertai, seperti obat anti-diabetes, anti epilepsi, anti-angina dan anti koagulan. Pemberian vitamin pada pasien asma bronkial bertujuan untuk memulihkan kondisi serta daya tahan pasien terhadap penyakit penyerta, selain obat yang diberikan untuk pengobatan penyakit asma lainnya.

4. Cara Pemberian Pada umumnya cara pemberian (bentuk sediaan) yang digunakan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Daerah Bangli-Bali ada tiga macam, yakni oral, parenteral dan inhalasi.

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

56

Tabel XV. Distribusi cara pemberian obat pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 No

Cara Pemberian

1

Oral

82

Persentase (%) 55,4

2

Parenteral

37

25

3

Inhalasi

29

19,6

148

100

Jumlah

Jumlah Obat

Pemberian oral paling banyak digunakan dalam penanganan asma bronkial di instalasi Rawat Inap RSUD Bangli-Bali tahu 2005 yakni sebesar 55.4%, hal ini berkaitan dengan kenyamanan dan kepatuhan pasien. Cara pemberian oral memberikan keuntungan, yakni mudah dalam pemberian obat. Pada anak-anak pemberian secara oral akan menghindarkan mereka pada ketakutan pengobatan. Jika dibandingkan dengan parenteral ataupun inhalasi, pemberian oral relatif lebih mudah dan murah. Selain keuntungan, pemberian oral juga memiliki kekurangan, antara lain ; dosis obat terkadang tidak terpenuhi secara maksimal karena pasien dengan mudah dapat memuntahkan obatnya, terutama pada pasien anak dan pasien yang kesulitan dalam menelan, obat peroral campuran seperti puyer mempermudah pemberian karena obat dapat diberikan dalam sekali pemberian, namun cara ini akan meningkatkan kemungkinan untuk terjadinya interaksi obat dan seringkali rasa dan bau obat tidak dapat ditutupi. Pemberian secara parenteral diberikan untuk mengatasi serangan asma yang berat, dimana pemberian oral sudah tidak dimungkinkan lagi. Dengan

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

57

pemberian secara parenteral (suntikan/injeksi) efek obat akan didapat dengan cepat. Pemberian secara parenteral juga dapat digunakan untuk pendukung terapi yang diberikan, seperti pemberian infus, selain untuk pengganti ion tubuh, infus juga dapat digunakan untuk mendukung terapi aminofilin yang diberikan. Pemberian parenteral juga efektif diberikan pada pasien yang tidak sadar. Selain keuntungan tersebut pemberian parenteral juga memiliki kerugian, diantaranya; kesalahan pemberian obat atau dosis tidak dapat diperbaiki lagi dan biaya relatif mahal. Di Instalasi Rawat Inap RSUD Bangli-Bali penggunaan sedian parenteral mencapai 25%, lebih sedikit dibanding penggunaan oral. Cara pemberian inhalan dalam penanganan asma bronkial, membantu untuk membawa obat langsung ke dalam saluran pernapasan. Biasanya obat-obat ini akan diberikan dengan alat bantu yang disebut dengan nebulizer. Pemberian inhalan biasanya diberikan kepada pasien asma akut yang harus mendapatkan obat secara secara rutin dalam bentuk aerosol, namun pembersihan dan pengeringan nebulizer yang tidak sempurna dapat mengakibatkan nebuliser menjadi sumber infeksi. Di Instalasi Rawat Inap RSUD Bangli-Bali penggunaan sediaan inhalasi mencapai 19.6%, lebih sedikit dibanding penggunaan oral dan parenteral.

C. Ketidaksesuaian Dosis Dalam uji kesesuaian dosis, penulis membandingkan dosis obat yang diresepkan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap RSUD Bangli-Bali pada tahun 2005 dengan dosis yang tertera pada tiga buku penunjang yang menjadi standar terapi yang digunakan baik dalam skala nasional, Informatorium

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

58

Obat Nasional Indonesia (IONI) maupun dalam skala internasional, Physicians Drug Handbook (PDH) dan Drug Information Handbook (DIH). Tujuan dari perbandingan ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kesesuaian dosis yang diberikan dokter, sebagai tenaga medis yang bertanggungjawab dalam menangani kasus asma bronkial di Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali. Dengan didapatkannya perbandingan kesesuaian dosis, diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat untuk perkembangan penanganan kasus asma bronkial di Kabupaten Bangli. Dari penelitian didapatkan:

1. Uji ketidaksesuaian berdasarkan standar IONI (Informatorium Obat Nasional Indonesia) Dalam peresepan obat pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap RSUD Bangli-Bali pada tahun 2005 jika dibandingkan dengan standar yang tertera dalam IONI ada beberapa ketidaksesuaian tentang dosis yang harus diberikan. Dalam penelitian ini tercatat 23 jenis obat dalam resep atau 15,6% tidak sesuai dengan standar dosis yang tertera dalam IONI. Tabel XVI. Distribusi kesesuaian dosis pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 dengan standar IONI No 1 2 3

Pemberian Dosis Tidak sesuai standar Sesuai strandar Obat tidak tertera Jumlah

Jumlah 23 69

Persentase 15,6 46,6

56

37,8 100

148

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

59

2. Uji ketidaksesuaian berdasarkan standar PDH (Physicians Drug Handbook) Dalam peresepan obat pada pasien asma bronkial di instalasi rawat inap RSUD Bangli-Bali pada tahun 2005 jika dibandingkan dengan standar yang tertera dalam PDH (Physicians Drug Handbook) ada beberapa ketidaksesuaian tentang dosis yang harus diberikan. Dalam penelitian ini tercatat 25 jenis obat dalam resep atau 16,9% obat dalam resep tidak sesuai dengan standar dosis yang tertera dalam PDH. Tabel XVII. Distribusi kesesuaian dosis pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 dengan standar PDH No

Pemberian Dosis

Jumlah

Persentase

1

Tidak sesuai standar

25

16,9

2

Sesuai standar

43

29

3

Obat tidak tertera

80

54,1

148

100

Jumlah

3. Uji ketidaksesuaian berdasarkan standar DIH (Drug Information Handbook) Dalam peresepan obat pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap RSUD Bangli-Bali pada tahun 2005 jika dibandingkan dengan standar yang tertera dalam DIH (Drug Information Handbook) ada beberapa ketidaksesuaian tentang dosis yang harus diberikan. Dalam penelitian ini tercatat 17 jenis obat

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

60

dalam resep atau 11,5% obat dalam resep tidak sesuai dengan standar dosis yang tertera dalam DIH. Tabel XVIII. Distribusi kesesuaian dosis pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 dengan standar DIH No 1 2 3

Pemberian Dosis Tidak sesuai standar Sesuai standar Obat tidak tertera

Jumlah 17 55 76

Persentase 11,3 37,1 48,6

Jumlah

148

100

Dari ketiga evaluasi yang didapat berdasarkan data di atas, diketahui bahwa ketidaksesuan dosis justru terlihat memalui standart yang diperuntukkan bagi dokter yakni Physicians Drug Handbook (PDH) sebesar 16.9% lebih besar dibanding dengan standart Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI) sebesar 15,6% dan Drug Information Handbook (DIH) sebesar 11.3%. hal ini menunjukan bahwa perlu pengkajian ulang tentang dosis obat yang diresepkan kepada pasien asma bronkial di intalasi rawat Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005.

D. Interaksi Obat a. Teofilin dan ranitidine Pemberian teofilin bersamaan dengan ranitidin terbukti dapat meningkatkan efek farmakokinetik dari teofilin. Dalam suatu penelitian yang melibatkan total 8 orang pasien, dilaporkan bahwa 7 diantaranya mengalami efek toksik saat diberikan teofilin bersama-sama dengan ranitidin.

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

61

Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005 dari 18 pasien terdapat 3 orang pasien yang mendapat teofilin yang diberikan bersamaan dengan ranitidin. Pasien tersebut merupakan pasien dengan NRM (No Rekam Medik) 041151 (60 th), 042769 (75 th) dan 005244 (16 th). b. Teofilin dan penobarbital Pemberian teofilin bersama dengan penobarbital dapat mengurangi atau menurunkan efek teofilin sampai 30% dan menambah clearance teofilin sebesar 35% (range 12-71%). Dari suatu kasus didapatkan bahwa bayi premature memerlukan lebih dari dosis normal teofilin untuk mendapat efek farmakokinetik dari teofilin saat diberikan bersama dengan penobarbital. Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005 dari 18 pasien terdapat 1 orang pasien yang mendapat teofilin yang diberikan bersamaan dengan ranitidin. Pasien tersebut merupakan pasien dengan No Rekam Medik 045794. c. Teofilin dan simetidine Pemberian teofilin yang bersamaan dengan simetidine diketahui dapat meningkatkan efek teofilin, peningkatan efek bahkan mencapai efek toksik. Interaksi antara teofilin dan simetidine juga berpengaruh pada t½ dan clearen teofilin, dimana t ½ akan meningkat sebesar 60% dan clearen turun sebesar 30-40%. Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005 dari 18 pasien terdapat 1 orang pasien yang

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

62

mendapat teofilin yang diberikan bersamaan dengan ranitidin. Pasien tersebut merupakan pasien dengan No Rekam Medik 005244. d. Teofilin dan salbutamol Pemberian teofilin yang bersamaan dengan salbutamol dapat meningkatkan potensi terjadinya hypokalaemia dan tachykarsdia serta meningkatkan potensi gangguan pada jantung. Interaksi ini juga dapat mengurangi kadar dalam plasma atau efek dari teofilin. Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005 dari 18 pasien terdapat 1 orang pasien yang mendapat teofilin yang diberikan bersamaan dengan ranitidin. Pasien tersebut merupakan pasien dengan No Rekam Medik 046526. e. Teofilin dan siprofloksasin Interaksi antara teofilin dan siprofloksasin dapat meningkatkan kadar teofilin dalam plasma (dalam suatu uji 7.8 menjadi 14.6 µg/ml) yang mengakibatkan efek tiofilin juga meningkat. Dalam suatu penelitian terhapat 33 pasien, 7 diantaranya mengalami keracunan teofilin. Pada tahun 1988 CSM pengawas obat inggris mendapat laporan bahwa 2 orang wanita lanjut usia meninggal setelah mengkonsumsi ciproflosasin bersamaan dengan teofilin. Kasus interaksi antara ciproflosasin dan teofilin juga terjadi di amerika dimana terdapat 36 kasus pada tahun 1992 dengan 3 orang meninggal. Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005 dari 18 pasien terdapat 1 orang pasien yang mendapat teofilin yang

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

63

diberikan bersamaan dengan ranitidin. Pasien tersebut merupakan pasien dengan No Rekam Medik 049402 f. Aminofilin dan erotomisin Dalam suatu pengujian kepada 12 orang pasien, didapatkan dengan memberikan aminopilin bersamaan dengan eritromisin akan mengakibatkan meingkatnya kadar aminofilin dalam plasma sebesar 28% dan clearence aminofilin turun sebesar 22%. Namun hal ini bertolak belakang dengan apa yang dialami oleh eritromisin, pemberian bersama dengan aminofilin justru membuat kadar dalam plasma eritromisin menjadi turun lebih dari 30%. Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005 dari 18 pasien terdapat 2 orang pasien yang mendapat teofilin yang diberikan bersamaan dengan ranitidin. Pasien tersebut merupakan pasien dengan No Rekam Medik 040827 dan 044741 g. Methil prenisolon dan eritromisin Pemberian metal prednisolon dan eritromisisn secara bersamaan dapat menurunkan clearance dari metal prednisolon sebesar 46% (range 28-61%) dan meperpanjang t½ dari eritromisin sebesar 51% (dari 2.34 jam menjadi 3.45 jam) Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005 dari 18 pasien terdapat 1 orang pasien yang mendapat teofilin yang diberikan bersamaan dengan ranitidin. Pasien tersebut merupakan pasien dengan No Rekam Medik 040827

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penatalaksanaan peresepan pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. distribusi jenis kelamin pasien asma bronkial laki-laki sebesar 66,7%, dan perempuan sebesar 33,3% sedangkan distribusi umur pasien asma bronkial dibagi menjadi 4 kelompok antara lain, Balita (0≤5 tahun) sebesar 33,3%, anak-anak (5 65 tahun) sebesar 22,2%. 2. Gambaran umum peresepan antara lain : a. jumlah obat yang terbanyak diberikan pada pasien asma bronkial dalam satu periode pengobatan adalah 6 obat sebesar 33,3% b. distribusi golongan obat yang digunakan untuk terapi antara lain, bronkodilator 22,9%, mukolitik 12,8%, kortikosteroid 13,5%, pengganti ion tubuh 11,5%, anti-mikroba 14,9%, anti-hipoksemia 8,8%, analgesik 4,1, anti-histamin 3,4% dan obat-obat penyerta (anti-diabetik, antiserotonin, anti-epilepsi, anti-hipertensi, anti-angina, anti-koagulan dan vitamin) yang diberikan masing-msing sebesar 0,7%

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

65

c. cara pemberian obat yang digunakan untuk pasien asma bronkial antara lain secara oral sebesar 55,4%, parenteral sebesar 25%, dan inhalasi sebesar 19,6% 3. distribusi ketidaksesuaian dalam pemberian obat berdasarkan standar Informatorium Obat Nasional Indonesia sebesar 15,4%, Physicians Drug Handbook 11,5%, dan Drug Information Handbook 16,9% serta interakasi obat terjadi pada pemberian Teofilin dan ranitidine, teofilin dan penobarbital, teofilin dan simetidine, teofilin dan salbutamol, teofilin dan siprofloksasin, aminofilin dan eritromisin, methil prednisolon dan eritromisin.

B. Saran Saran yang dapat disampaikan antara lain : 1. perlu dilakukan pengkajian terhadap kasus DRP secara lebih mendalam

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

66

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2004, Standar Kompetensi Farmasis Indonesia, 14-15, ISFI, Jakarta Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000 (IONI), Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktur Jendral Pengawasan Obat dan Makanan 2000, CV. Agung Seto, Jakarta, Indonesia. Barnes P., Rodger I., Thomson, 1998, Asthma third edition : Mechanisms and Clinical Management, Academic Press, California USA Basmajian, J.V.,Slonecker,CE.,1995. Grant’s Method of Anatomy, diterjemahkan oleh Widjaja,S.,kindagen,.K.,Hardjasudarma,M.,Santoso G.M.S. Gunadi,H., Edisi II, hal 52-55., Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Bratawidjaya,K,1990, Asma Bronkial dalam waspadji,suparman (ED), Ilmu Penyakit Dalam, edisi II,28-38, Balai Penrbitan FKUS, Jakarta Bonin E., 2003, adapting your practice : treatment and recommendations for homless patients with asthma Hearth care for the homeless clinicians’ network Clayton T.C., 2003, Physicians Drug Handbook 10th edition, Lippicott Williams & Wilkins, United States of Amnerica Charles F.L, of all, 2003, Drug Information Handbook 11th edition, American Pharmaceutical Association, Lexi-comp inc, United state of America. Ganong,W.G,1995, Fisiologi Kedokteran,halaman 635-660 alih bahasa Petrus Andriano, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta Lusius L.F., 2002, Kajian peresepan Pasien Dewasa Asma Bronkial NonKomplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2000, Skripsi, USD, Yogyakarta Mutschler E, 1991, Dinamika Obat : Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi edisi kelima, Penerbit ITB, Bandung Nasution,H.R., Lubis,Y.M.1992, Pengantar Farmakologi ,76-79, Pustaka Widyasarana, Medan Neal.M.J.,2006, At a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

67

Robbins,L.S. dan Kumar,U.,1987,Education of Pathophysiology II, ditertemahkan oleh staf pengajar laboratorium patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi IV,144-145,CV EGC, Jakarta. Setiadji, R., 1996, Pemberian Informasi Obat Kepada Pasien Merupakan Penggunaan Obat Rasional, Medika, No. 5, 384-386, Jakarta. Stockley,I.H., 1995, Drug Interaction, A Source Book of Interactions, Their Mechanisms Importance and Management, 3th edition, Blackwell Science, Australia. Sulistia G.G., 1995, Farmakologi dan Terapi edisi 4, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Sundaru, H., 1995, Asma: Apa dan Bagaimana Pengobatannya, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Suryawati, S., 1995, Farmakokinetika dan Interaksi Obat, dalam S. Suryawati: Efek Samping Obat, Edisi II, 245-247, Pusat studi Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Sutaryo,1985, Kusus Penyegar Asma Bronkial, Kumpulan Makalah Asma Bronkial,1-7,Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Yusriana C.S., 2002, Pola Pengobatan Penyakit Asma Bronkial Pada Pasien Anak Rawat Inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode 1999-2001, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Lampiran

68

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 69

Lampiran 1. Data penelitian kajian penatalaksanaan resep pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005 No

No Rekam Medik

Umur L/P

Lama perawata n (hari)

1

040827

60th L

3

Diagnosa

Da : asma broncial Dk : asma broncial

Anamnesa

Obat

Jmlh Obat

Dosis

Sesak napas (kumatan) tambah sesak sejak tadi pagi, panas, batuk berdahak, nyeri pada dada.

- O2 - InfD5+amminophi lin (16tts/mnt) - nebulizer - dexamethason

9

3l/mnt 16tts/mnt

-

2

3

041010

041151

6th L

60th P

4

3

Da : asma broncial Dk : asma broncial

Sesak napas sejak tadi pagi, batuk, suara napas (mengi), muntah, panas.

-

Da : asma broncial

Sesak napas berulang,

-

mucopect paracetamol salbutamol eritromicin methyl prednisolon amminophilin (bw pulang) O2 InfD5 (14tts/mnt) ampicillin ambroxol salbutamol ventolin parasetamol aminophillin kalmethason salbutamol/dexam etopan InfD5+amminofili n (12 tts/mnt)

5mg/ml (1 amp) 1cth 500 mg 4 mg 500 mg 4 mg 200 mg

10

8

2ltr/mnt 14tts/mnt 500 mg ¾ cth 2 mg 1amp 1 ½ cth 3 ½ cc 4mg/inj 2 mg 16tts/mnt

Frekuensi Pemberian

Diberikan pada hari ke -

Bentuk Sediaan

Cara Pakai

1 1,2

Infus

Inhalan i.v

3x sehari

1 1

Injeksi

i.v

3x sehari 4x sehari 3x sehari 3x sehari 2x sehari 3x sehari

1,2,3 1,2 1,3 2,3 2,3 3

Sirup Tablet Tablet Tablet Tablet tablet

oral oral oral oral oral oral

3x sehari 3x sehari 3x sehari 1x 3x sehari 3x sehari 3x sehari 3x sehari

1 1,2 1 1,2,3,4 1,4 1 1,2,3 1,2,3 1,2,3 1,4

Inhalan Infus Injeksi Sirup Puyer Injeksi Sirup Infus Injeksi puyer

Inhalan i.v i.v oral oral i.v oral i.v i.v oral

1

Infus

i.v

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 70

Dk : asma broncial

4

5

6

041160

042294

042769

47th L

1th 6bln P

75th L

1

4

5

Da : asma broncial Dk : asma broncial

Da : asma broncial Dk : asma broncial

Da : asma broncial Dk : asma broncial

mual, - amoxan muntah,nyeri - ranitidin di ulu hati - narfos - nebulizer - epexol - euphillin - methyl prednisolon - robamox Sesak napas - nebulizer - O2 - InfD5 (20 tts/mnt) - aminophillin - dexometopan - paracetamol - mukopect - cafolasin - metil prednisolon - bisolvon Sesak napas, - O2 sejak 2 hari - InfD5+amminofili lalu batuk, n (14 tts/mnt) muntah - ampicillin - ambroxol - dexametason - ventolin Sesak napas, - O2 batuk disertai - InfD5+amminofili dengan n (20 tts/mnt) berlendir - epeaxol kental - ranitidin - dexametason - euphilin

500mg 100mg 4mg 1x 1cth 250 mg 4mg 250 mg 9

6

7

1x 3-4ltr/mnt 20tts/mnt 24 mg 1g 500mg 1cth 1g 4mg 2 mg 1ltr/mnt 14tts/mnt

3x sehari 2x sehari 2x sehari 1x sehari 3x sehari 2x sehari 2x sehari 1x sehari

1 1,2,3 1 1 1,2,3 2 2 1,2,3

Tablet Tablet Tablet Sirup tablet Tablet Sirup

oral oral oral Oral Oral Oral Oral

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1,2,3,4

Inhalan Ampul Ampul Tablet Tablet Sirup Tablet Tablet injeksi Inhalan Infus

Inhalan i.v i.v oral oral oral Oral Oral i.v Inhalan i.v

1

3x sehari 3x sehari 3x sehari 3x sehari 3x sehari 2x sehari k/p

500mg ½ cth 0.3cc 500mg 2-3ltr/mnt 20tts/mnt

3x sehari 3x sehari 3x sehari 2x sehari

1,2,3 1,2,3,4 1,2,3 1,2,3 1,2,3,4 1,2,3

tablet Sirup Injeksi tablet Inhalan Infus

oral oral i.v oral Inhalan i.v

1cth 100mg 1 amp (5mg/ml) 250 mg

3x sehari 2x sehari 2x sehari

1,2,3,4,5 1,2,3,4 1,2,3

Sirup Tablet Injeksi

oral oral i.v

2x sehari

5

tablet

oral

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 71

- metil prednisolon 7

8

9

10

043190

044058

044741

045144

1th L

2th L

70th L

27th P

6

4

10

2

Da : asma broncial Dk : asma broncial

Sesak napas, batuk

4mg 8

Da : asma tikus Dk : asma broncial

Sesak napas, batuk

- O2 - InfD5+aminofilin (12 tts/mnt) - mucopect - salbutamol - dexametason - ampicillin - amoxisilin - theophilin - O2 - InfD5 (10 tts/mnt) - amminophillin - interpec - paracetamol - dexametason

Da : asma broncial Dk : asma broncial

Sesak napas, - InfD5+amminofili batuk dengan n (16 tts/mnt) lendir kental - ampicillin - insulin - bisolvon - ranitidin - eritomisin - euphilin Sesak napas, - InfD5 (20tts/mnt) batuk, - nebulizer pusing, - amoxan memiliki - salbutamol riwayat sesak - bisolvon napas. - interhistin - InfD5+amminofili n (12 tts/mnt)

7

Da : asma tikus Dk : asma broncial

6

6

2x sehari

2 ltr/mnt 12tts/mnt 3ml 1g 5 mg 200mg 1 cth 1 cth 1l/mnt 10 tts/mnt 40mg 15 mg 120mg ¼amp (5mg /ml) 16 tts/mnt 1g 1 cth 100mg 500 mg 250 mg 20tts/mnt 2x 500mg 2mg 1 cth 50 mg 12 tts

3x sehari 3x sehari 3x sehari 3x sehari 3x sehari 3x sehari

3x sehari 3x sehari 3x sehari 3x sehari

3x sehari 3x sehari 3x sehari 2x sehari 2x sehari 2x sehari 2x sehari 3x sehari 3x sehari 3x sehari 3x sehari

5

tablet

oral

1 1,2,3,4,5

Inhalan Infus

Inhalan i.v

1,2,3,4,5,6 1,2,3,4,5 1,2,3,4,5 1,2,3,4,5 6 6 1,2,3,4 1,2,3,4 1,2,3,4 1,2,3,4 1,2,3,4 1,2,3,4

Sirup Tablet Injeksi Tablet Sirup sirup Inhalan Infus Pulvis Eliksir Sirup injeksi

oral oral i.a Oral Oral Oral Inhalan i.v oral oral Oral i.v

1-10

Infus

i.v

1-6 3-6 7,8,9,10 7,8,9,10 7 7,8,9,10 1 1,2 1 1 1,2 2 2

Tablet Sirup Tablet Tablet Tablet Infus Tablet Tablet Sirup Sirup infus

oral Oral Oral Oral Oral i.v Oral Oral oral oral i.v

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 72

11

12

045794

005244

2th 8bln L

2

16th L

3

Da : asma broncial Dk : asma broncial

Sesak napas, batuk, kejang, muntah, panas.

-

InfD5 10 tts/mnt O2 Amphisillin Cefotaxin Dexamethason Efexol Luminal Theobron

8

Da : asma broncial Dk : asma broncial

Sesak napas, suara napas (mengi), tenggorokan terasa gatal.

- O2 - InfD5+amminofili n (12 tts/mnt) - dexamethason - apexol - nebulizer - cefotaxime - ranitidin

10

13

046526

51th L

3

Da : asma broncial Dk : asma broncial

7

3x sehari 3x sehari 3x sehari 3x sehari 2x sehari 3x sehari

3l /mnt 12 tts/mnt 5 mg 1 cth 2x 1 amp(1g) 1 amp (50mg/ml) 1 amp (500mg) 50 mg 4 mg 500mg

- ulcimet - interhistin - methyl prednisolon - euphillin Sesak napas, - O2 batuk, - InfD5+amminofili mempunyai n (20tts/mnt) riwayat asma - metil prednisolon sejak 32 tahun - ephexol - amoxcillin - salbutamol - euphilin

10tts/mnt 2-4ltr/mnt 500 mg 500 mg 5 mg ¾ cth 30 mg ¾ cth

1 1,2 3x sehari 3x sehari 2x sehari 2x sehari 2x sehari

1 1 1 1,2 1

2x sehari

2,3

Infus Inhalas i Injeksi Injeksi Injeksi Sirup tablet sirup Inhalas i Infus Injeksi Sirup Injeksi Injeksi

i.v Inhalan i.m i.m Bolus Oral Oral Oral Inhalan i.v i.m oral i.v i.v i.v

Injeksi 3x sehari 3x sehari 2x sehari

2-3 l/mnt 20tts/mnt 1 amp (40mg/ml) 1 cth 500mg 2 mg 500 mg

1 1 1 1 1 1 1,2 1,2

2,3 2,3 3 2 1,2,3

2x sehari

Sirup Tablet Tablet Inhalas i Infus

1

Oral Oral Oral Inhalan i.v i.v

Injeksi 3x sehari 3x sehari 3x sehari 2x sehari

1,2,3 1 1 3

Sirup Tablet Tablet Tablet

oral oral oral oral

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 73

14

15

16

17

045182

049402

049535

048968

1th P

70th L

75 th L

39th P

3

7

1

3

Da : asma broncial Dk : asma broncial

Da : asma broncial Dk : asma broncial

Da : asma broncial Dk : asma broncial

Da : asma broncial Dk : asma broncial

Sesak napas, batuk, pilek, panas

Sesak napas, batuk berdahak, nyari pada dada.

- O2 - InfD5+aminofilin (10 tts/mnt) - ampicilin - sanmol - ambroxol - dexametazon/salb utamol - amoxicilin

- InfD5+amminophi llin (20tts/mnt) - efexol - cefotaxin - captopril - methyl prednisolon - ciprofloksasin - ISDN - warfarin - aminophillin Sesak napas - infD5+aminofilin dialami sejak (16 tts/mnt) 2 minggu lalu - cefotaxim pada pagi - ranitidin hari memberat, - epexol batuk, berlendir, demam Sesak napas, - O2 batuk - Salbutamol - Ambroxol - Methyl

6

9

4

1-2 l/mnt 10tts/mnt 500mg ¾ cth ¾ cth 2 mg

2x sehari 3x sehari 3x sehari 2x sehari

1,2 1,2 1,2,3 2,3

1 cth

3x sehari

3

20tts/mnt

Inhalas i Infus Tablet Sirup Sirup Tablet

Inhalan i.v oral oral oral oral oral

1-5

sirup Inhalan

Inhalan Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral Oral

1 cth 1g 12.5 mg 4 mg 500mg 10 mg 5 mg 40 mg

3x sehari 2x sehari 2x sehari 2x sehari 2x sehari 2x sehari 2x sehari 3x sehari

1 1-7 2,7 3-6 5-7 7 1-4 6

Sirup Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Pulvis

16 tts/mnt

16 tetes permenit 2x sehari 2x sehari

1

Infus

i.v

1 1

Injeksi Injeksi

i.v i.v

3x sehari

1

sirup

oral

3x sehari 3x sehari 2x sehari

1 1 1 1,2

Inhalan Tablet Tablet Tablet

Inhalan Oral Oral Oral

1g 1 amp (50mg/ml) 1 cth

7

1,2 1,2

3 l/ mnt 2 mg 1 tab 4 mg

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 74

prednisolon - Neurodex

18

050065

2.5th P

6

Da : asma broncial Dk : asma broncial

Sesak napas, demam, batuk, pilek muntah

-

Vit B1: 100mg, vit B6 : 200mg, vit B12: 250mcg 150 mg 50 mg

Ranitidine Interhistin O2 InfD5+amminofili n (12 tts/mnt) ampicillin ambroxol paracetamol dexametason salbutamol/theoph ilin amoksisilin

7

1x sehari

2,3

Tablet

Oral

2x sehari 3x sehari

2,3 1,2,3

Tablet Tablet

Oral Oral

1 1-4

Inhalan Infus

Inhalan i.v

2-3 l/mnt 12 tts/mnt ½g ½ cth 1 cth 0.3cc/2 mg 1g

3x sehari 3x sehari 4x sehari 3x sehari 3x sehari

1-4 1-7 1,2,3 1,2,3 2-7

Tablet Sirup Sirup Injeksi Tablet

oral Oral Oral i.v Oral

1 cth

3x sehari

6,7

Sirup

Oral

Lampiran 2. Nama generik, Golongan Obat dan Lama Pemberian Obat Asma Bronkiale Pada Pasien Asma Bronkiale di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 No 1

No. Rekam Medik 040827

Obat - O2 - InfD5+amminophilin (16tts/mnt) - nebulizer - dexamethason - mucopect - paracetamol

Nama Generik -

oksigen Glukosa monohidrat aminophylline Alat inhalasi deksametason ambroksol parasetamol

Golongan obat - antihipoksimia + - pengganti kalori tubuh+ bronkodilator -

alat inhalasi kortikosteroid mukolitik analgesik antipiretik

Lama Pemberian (hari) 1 2 1 1 3 2

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 75

2

041010

3

041151

4

041160

-

salbutamol eritomisin HCL metil prednisolon aminophylline

-

bronkodilator anti-histamin kortikosteroid bronkodilator

2 2 2 1

-

-

antihipoksimia pengganti kalori tubuh antimikroba mukolitik bronkodilator bronkodilator analgesik antipiretik bronkodilator kortikosteroid

1 2 1 4 2 1 3 3 3

- salbutamol/dexametopan - InfD5+amminofilin (12 tts/mnt) - amoxan - ranitidin - narfos - nebulizer - epexol - euphillin - methyl prednisolon - robamox -

oksigen Glukosa monohidrat ampisilin ambroksol salbutamol salbutamol parasetamol aminophylline deksametason kalsium fosfat salbutamol Glukosa monohidrat + aminophylline amoksisilina ranitidin HCL ondansentron alat inhalasi ambroksol teofilina anhidrat metil prednisolon amoksisilina

-

alat inhalasi oksigen Glukosa monohidrat aminopilin deksametason parasetamol ambroksol

-

salbutamol eritromicin methyl prednisolon amminophilin (bw pulang) O2 InfD5 (14tts/mnt) ampicillin ambroxol salbutamol ventolin parasetamol aminophillin kalmethason

nebulizer O2 InfD5 (20 tts/mnt) aminophillin dexometopan paracetamol mukopect

-

- bronkodilator - pengganti kalori tubuh+ bronkodilator

2 1

-

antimikroba obat saluran pencernaan antiserotonin alat inhalasi mukolitik bronkodilator kortikosteroid antimikroba

1 3 1 1 3 1 1 3

-

alat inhalasi antihipoksimia pengganti kalori tubuh bronkodilator kortikosteroid analgesik antipiretik mukolitik

1 1 1 1 1 1 1

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 76

5

6

7

8

042294

042769

043190

044058

-

cafolaxime metil prednisolon bisolvon O2 InfD5+amminofilin (12 tts/mnt) ampicillin ambroxol dexametason ventolin O2 InfD5+amminofilin (20 tts/mnt) epeaxol ranitidin dexametason euphilin metil prednisolon O2 InfD5+aminofilin (12 tts/mnt) mucopect salbutamol dexametason ampicillin amoxisilin theophilin O2 InfD5 (10 tts/mnt) amminophillin interpec paracetamol dexametason

-

cefotaxime Metil prednisolon bromheksin oksigen Glukosa monohidrat aminophylline ampisilin ambroksol deksametason salbutamol oksigen Glukosa monohidrat aminophylline ambroksol ranitidin HCL deksametason teofilina anhidrat metil prednisolon oksigen Glukosa monohidrat aminophylline ambroksol salbutamol deksametason ampisilin amoxilin theofilin oksigen Glukosa monohidrat teofilin etilendiamin ambroksol parasetamol deksametason

+ -

antimikroba kortikosteroid mukolitik antihipoksimia pengganti kalori tubuh+ bronkodilator

1 1 1 1 4

+ -

antimikroba mukolitik kortikosteroid bronkodilator antihipoksimia pengganti kolori tubuh+ bronkodilator

3 4 3 3 4 3

+ -

mukolitik obat saluran pencernaan kortikosteroid bronkodilator kortikosteroid antihipoksimia pengganti kalori tubuh + bronkodilator

5 4 3 1 1 1 5

mukolitik bronkodilator kortikosteroid antimikroba antimikroba bronkodilator antihipoksimia pengganti kalori bronkodilator mukolitik analgesik anti piretik kortikosteroid

6 5 5 5 1 1 4 4 4 4 4 4

-

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 77

9

044741

10

045144

11

045794

12

005244

- InfD5+amminofilin (16 tts/mnt) - ampicillin - insulin - bisolvon - ranitidin - eritomisin - euphilin - InfD5 (20tts/mnt) - nebulizer - amoxan - salbutamol - bisolvon - interhistin - InfD5+amminofilin (12 tts/mnt) - InfD5 10 tts/mnt - O2 - Amphisillin - Cefotaxin - Dexamethason - Efexol - Luminal - Theobron - O2 - InfD5+amminofilin (12 tts/mnt) - dexamethason - apexol - nebulizer - cefotaxin - ranitidin - ulcimet - interhistin

-

Glukosa monohidrat + - penganti kalori tubuh+ bronkodilator aminophylline ampisilin - antimikroba insulin - antidiabetik bromheksin - mukolitik ranitidin HCL - obat saluran pencernaan eritomisin - antimikroba teofilina anhidrat - bronkodilator Glukosa monohidrat - Pengganti kalori tubuh Alat inhalsi - Alat inhalasi Amoksisilina - Antimikroba Salbutamol - Bronkodilator Bromheksin - Mukolitik mebhidrolina napadisilat - Antihistamin Glukosa monohidrat + - Pengganti kalori tubuh+ bronkodilator aminophylline Gloukosa monohidrat - Pengganti kalori tubuh oksigen - Antihipoksimia Ampisilin - Antimikroba sefotaksim - Antimikroba Deksametason - Kortikosteroid Ambroksol - Mukolitik phenobarbital - Antiepilepsi Teofilina - Bronkodilator oksigen - antihipoksimia Glukosa monohidrat + - pengganti kalori tubuh+ bronkodilator aminophylline deksametason - kortikosteroid ambroksol - mukolitik alat inhalasi - alat inhalasi sefotaksim - antimikroba ranitidin HCL - obat salauran pencernaan simetidina - Obat saluran pencernaan mebhidrolina napadisilat - antihistamin

10 6 4 4 4 1 4 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 2 2

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 78

13

14

046526

045182

-

15

16

17

049402

049535

048968

methyl prednisolon euphillin O2 InfD5+amminofilin (20tts/mnt) metil prednisolon ephexol amoxcillin salbutamol euphilin O2 InfD5+aminofilin (16 tts/mnt) ampicilin sanmol ambroxol dexametazon/salbutamol

- InfD5+amminophillin (20tts/mnt) - efexol - cefotaxin - captopril - methyl prednisolon - ciprofloksasin - ISDN - warfarin - aminophillin - infD5+aminofilin (16 tts/mnt) - cefotaxim - ranitidin - epexol - O2

-

metil prednisolon teofilina anhidrat oksigen Glukosa monohidrat aminophylline metil prednisolon ambroksol amoksisilin salbutamol teofilina anhidrat oksigen Glukosa monohidrat aminophylline ampisilin parasetamol ambroksol deksametason amoxicilin Glukosa monohidrat aminophylline ambroksol sefotaksim kaptopril Metil prednisolon ciprofloksasin Isosorbit dinitrat warfarin Teofilina etilendiamina Glukosa monohidrat aminophylline Sefotaksim ranitidin HCL ambroksol oksigen

+ -

kortikosteroid bronkodilator antihipoksimia pengganti kalori tubuh + bronkodilator

2 1 1 3

+ -

kortikosteroid mukolitik antimikroba bronkodilator bronkodilator anti-hipoksimia pengganti kalori + bronkodilator

1 3 1 1 1 2 2

+ -

antimikroba analgesik anti piretik mukolitik kortikosteroid antimikroba Pengganti kalori tubuh+ bronkodilator

2 2 3 2 1 5

+ -

Mukolitik Antimikroba Antihipertensi Kortikosteroid Antimikroba Antiangina Antikoagulan bronkodilator pengganti kalori + bronkodilator

1 7 2 4 3 1 4 1 1

anti-mikroba obat saluran pencernaan mukolitik antihipoksimia

1 1 1 1

-

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 79

18

050065

-

Salbutamol Ambroxol Methyl prednisolon Neurodex Ranitidine Interhistin O2 InfD5+amminofilin (12 tts/mnt) ampicillin ambroxol paracetamol dexametason salbutamol/theophilin

-

Salbutamol - bronkodilator Ambroksol - mukolitik Metil prednisolon - kortikosteroid Vit B1,vit B6, Vit B12 - vitamin Ranitidin HCL - obat saluran pencernaan mebhidrolina napadisilat - antihistamin oksigen - antihipoksimia Glukosa monohidrat + - pengganti kalori tubuh + bronkodilator aminophylline ampisilin - antimikroba ambroksol - mukolitik parasetamol - analgesik antipiretik deksametason - kortikosteroid salbutamol - bronkodilator amoksisilin - antimikroba

1 1 2 2 2 3 1 4 4 7 3 3 6 2

Lampiran 3. Interaksi yang mungkin terjadi dalam resep yang diberikan. No

No. Rekam Medik

1

040827

2

041010

Diagnosa Da : asma broncial Dk : asma broncial

Da : asma broncial

Obat - O2 - InfD5+amminophilin (16tts/mnt) - nebulizer - dexamethason - mucopect - paracetamol - salbutamol - eritromicin - methyl prednisolon - amminophilin (bw pulang) - O2

Nama Generik -

oksigen Glukosa monohidrat aminophylline Alat inhalasi deksametason ambroksol parasetamol salbutamol eritomisin HCL metil prednisolon aminophylline

-

oksigen

+ -

Interaksi yang mungkin terjadi aminophylline dan eritomicin eritomisine dan metil prednisolon

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 80

Dk : asma broncial

3

041151

Da : asma broncial Dk : asma broncial

4

041160

Da : asma broncial Dk : asma broncial

5

042294

Da : asma broncial Dk : asma broncial

-

InfD5 (14tts/mnt) ampicillin ambroxol salbutamol ventolin parasetamol aminophillin kalmethason salbutamol/dexametopan InfD5+amminofilin (12 tts/mnt) amoxan ranitidin narfos nebulizer epexol euphillin methyl prednisolon robamox nebulizer O2 InfD5 (20 tts/mnt) aminophillin dexometopan paracetamol mukopect ceproflokasin cafolasin/bisolvon metil prednisolon bisolvon O2 InfD5+amminofilin (12 tts/mnt) ampicillin

-

Glukosa monohidrat ampisilin ambroksol salbutamol salbutamol parasetamol aminophylline deksametason kalsium fosfat salbutamol Glukosa monohidrat + aminophylline amoksisilina ranitidin HCL ondansentron alat inhalasi ambroksol teofilina anhidrat metil prednisolon amoksisilina alat inhalasi oksigen Glukosa monohidrat aminopilin deksametason parasetamol ambroksol Bromheksin Simetidina Metil prednisolon bromheksin oksigen Glukosa monohidrat + aminophylline ampisilin

amoksisilin dan teofilin amoksisilin dan ranitidin teofilin dan ranitidin teofilin dan metil prednisolon

deksametason dan simetidina parasetamol dan simetidina

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 81

6

7

042769

043190

Da : asma broncial Dk : asma broncial

-

Da : asma broncial Dk : asma broncial

-

8

044058

Da : asma broncial Dk : asma broncial

9

044741

Da : asma broncial Dk : asma broncial

10

045144

Da : asma broncial Dk : asma broncial

-

ambroxol paracetamol dexametason ventolin O2 InfD5+amminofilin (20 tts/mnt) epeaxol ranitidin dexametason euphilin O2 InfD5+aminofilin (12 tts/mnt) mucopect salbutamol/theophilin dexametasom ampicillin O2 InfD5 (10 tts/mnt) amminophillin interpec paracetamol dexametason InfD5+amminofilin (16 tts/mnt) ampicillin insulin bisolvon ranitidin eritomisin euphilin InfD5 (20tts/mnt) nebulizer

-

ambroksol parasetamol deksametason salbutamol oksigen Glukosa monohidrat aminophylline ambroksol ranitidin HCL deksametason teofilina anhidrat oksigen Glukosa monohidrat aminophylline ambroksol salbutamol deksametason ampisilin oksigen Glukosa monohidrat teofilin etilendiamin ambroksol parasetamol deksametason Glukosa monohidrat aminophylline ampisilin insulin bromheksin ranitidin HCL eritomisin teofilina anhidrat Glukosa monohidrat Alat inhalsi

+ -

ranitidine dan teofilin deksametason dan teofilin

+

-

+ -

teofilin dan deksametason

aminophylline dan eritromisin ampisilin dan teofilin ampisilin dan eritromisin

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 82

11

12

13

045794

005244

046526

Da : asma broncial Dk : asma broncial

Da : asma broncial Dk : asma broncial

-

Da : asma broncial Dk : asma broncial

-

amoxan salbutamol bisolvon interhistin InfD5+amminofilin (12 tts/mnt) InfD5 10 tts/mnt O2 Amphisillin Cefotaxin Dexamethason Efexol Luminal Theobron O2 InfD5+amminofilin (12 tts/mnt) dexamethason apexol nebulizer cefotaxin ranitidin ulcimet interhistin methyl prednisolon euphillin O2 InfD5+amminofilin (20tts/mnt) metil prednisolon ephexol amoxcillin salbutamol euphilin

-

Amoksisilina Salbutamol Bromheksin mebhidrolina napadisilat Glukosa monohidrat aminophylline Gloukosa monohidrat oksigen Ampisilin sefotaksim Deksametason Ambroksol phenobarbital Teofilina oksigen Glukosa monohidrat aminophylline deksametason ambroksol alat inhalasi sefotaksim ranitidin HCL simetidina mebhidrolina napadisilat metil prednisolon teofilina anhidrat oksigen Glukosa monohidrat aminophylline metil prednisolon ambroksol amoksisilin salbutamol teofilina anhidrat

+ -

Deksametason dan phenobrbital Deksamatason dan teofilin Phenobarbital dan teofilin

+ -

deksametason dan simetidina deksametason dan teofilin ranitidine dan teofilin simetidine dan teofilin metil prednisolon dan teofilin

+ -

metil prednisolon dan teofilin amoksisilin dan teofilin salbutamol dan teofilin

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 83

14

15

16

045182

049402

049535

Da : asma broncial Dk : asma broncial

Da : asma broncial Dk : asma broncial

Da : asma broncial Dk : asma broncial

17

048968

Da : asma broncial Dk : asma broncial

18

050065

Da : asma broncial Dk : asma broncial

- O2 - InfD5+aminofilin (16 tts/mnt) - ampicilin - sanmol - ambroxol - dexametazon/salbutamol - InfD5+amminophillin (20tts/mnt) - efexol - cefotaxin - captopril - methyl prednisolon - ciprofloksasin - ISDN - warfarin - aminophillin - infD5+aminofilin (16 tts/mnt) - cefotaxim - ranitidin - epexol - O2 - Salbutamol - Ambroxol - Methyl prednisolon - Neurodex - Ranitidine - Interhistin - O2 - InfD5+amminofilin (12 tts/mnt) - ampicillin - ambroxol

-

oksigen Glukosa monohidrat aminophylline ampisilin parasetamol ambroksol deksametason Glukosa monohidrat aminophylline ambroksol sefotaksim kaptopril Metil prednisolon ciprofloksasin Isosorbit dinitrat warfarin Teofilina etilendiamina Glukosa monohidrat aminophylline Sefotaksim ranitidin HCL ambroksol oksigen Salbutamol Ambroksol Metil prednisolon Vit B1,vit B6, Vit B12 Ranitidin HCL mebhidrolina napadisilat oksigen Glukosa monohidrat aminophylline ampisilin ambroksol

+

+ -

+

+

Aminophylin dan ciprofloxasin Metil prednisolon dan teofilin Ciprofloxasin dan teofilin Ciprofloxasin dan warfarin

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 84

- paracetamol - dexametason - salbutamol/theophilin

-

parasetamol deksametason salbutamol

Lampiran 4. kesesuaian dosis dengan standart. No 1

Nama Generik -

Dosis PDH

Dosis Menurut DIH

IONI

PDH

Kesesuaian Dosis DIH

IONI

3l/mnt 16tts/mnt

6mg/kg

-

2-4 liter/mnt 24 mg/ml

sesuai

-

Sesuai Sesuai

5mg/ml (1 amp)

0.5-2mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam

Tidak sesuai

Tidak sesuai

Tidak sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

-

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Tidak sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

-

Sesuai

-

oksigen Glukosa monohidrat + aminophylline Alat inhalasi Deksametason

-

ambroksol parasetamol

1cth (30 mg) 500 mg

10-15 mg/kg tiap 4-6 jam

-

salbutamol

4 mg

-

-

eritomisin HCL

500 mg

20-40 mg/kg/hari terbagi tiap 6 jam

-

metil prednisolon

4 mg

-

aminophylline

0.5-1.7 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 6-12 jam 6 mg/kg

200 mg

0.75-9 mg/hari 0.5-20 mg/hari dlm dosis terbagi tiap 612 jam 325-650mg tiap 0.5-1g tiap 4-6 4-6 jam atau 1g jam, max 4 g 3-4 kali/hari 2-4 mg tiap 3-4 3-4mg sehari kali perhari dosis tunggal max 32 mg/hari max 8 mg 250-500mg tiap 250-500mg tiap 6-8 jam 6 jam atau 0.51 g tiap 12 jam 2-60 mg/hari 2-40 mg tiap dalam 1-4 dosis hari terbagi -

100-300mg, 34 kali sehari

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 85

2

3

-

oksigen Glukosa monohidrat Ampisilin

2ltr/mnt 14tts/mnt 500 mg

-

ambroksol salbutamol

¾cth (22.5 mg) 2 mg

50-100 mg/kg dosis terbagi tiap 6 jam -

100-400 mg/kg/hari tiap 6 jam 2mg tiap 3-4 kali/hari 2mg tiap 3-4 kali/hari

-

salbutamol

1amp (2mg)

-

-

parasetamol

1 ½ cth (180 mg)

120-480 mg tiap 4-6 jam

-

aminophylline

3 ½ cc (84mg)

10-15 mg/kg dosis terbagi 4-6 jam 6 mg/kg

-

deksametason

4mg/inj

0.5-2mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam

-

kalsium fosfat salbutamol

2 mg

-

-

16tts/mnt

-

-

Glukosa monohidrat + aminophylline Amoksisilina

0.5-2mg/kg /hari dlm dosis terbagi tiap 6 jam 2mg tiap 3-4 kali/hari -

500mg

-

ranitidin HCL

100mg

25-50 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 8 jam 4-5 mg/kg/hari tiap 8-12 jam

250-500mg tiap 8jam max 2-3 g/hari 100 mg 2 kali sehari

-

ondansentron

4mg

8 mg tiap 12 jam

-

-

2-4 liter/mnt 250 mg tiap 4-6 jam

Sesuai

Tidak sesuai

Sesuai Tidak sesuai

2 mg 3-4 kali sehari 250 mcg diulang jika perlu 250-500mg tiap 4-6 jam

-

Sesuai

Sesuai

-

Sesuai

Sesuai

sesuai

Sesuai

Tidak sesuai

100-300mg 3-4 kali sehari sesudah makan 0.2-0.5 mg/kg/hari

sesuai

-

Tidak sesuai

sesuai

Sesuai

Sesuai

2 mg 3-4 kali sehari 24 mg/ml

-

Sesuai

Sesuai

-

-

-

250-500 mg tiap 8 jam

Sesuai

Sesuai

Sesuai

150 mg 2 kali sehari atau 300 mg sebelum tidur 8 mg tiap 12

Sesuai

Sesuai

Tidak sesuai

Tidak sesuai

-

Tidak sesuai

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 86

4

-

alat inhalasi ambroksol teofilina anhidrat

1x 1cth (30 mg) 250 mg

-

metil prednisolon

4mg

-

amoksisilina

-

alat inhalasi oksigen Glukosa monohidrat Aminopilin

-

deksametason

-

250 mg

1x 3-4ltr/mnt 20tts/mnt 24 mg

20-24 mg/kg/hari dosis terbagi tiap 6 jam

4.7 mg/kg/dosis tiap 6 jam

2-60 mg/hari 0.5-1.7 mg/kg/hari dalam dalam 1-4 dosis terbagi dosis terbagi tiap 6-12 jam 25-50 mg/kg/hari 250-500mg tiap 8 jam max 2-3 dalam dosis g/hari terbagi tiap 8 jam 6mg/kg/hari dosis terbagi 3-4 kali

1g

0.5-2mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam

parasetamol

500mg

10-15 mg/kg tiap 4-6 jam

-

ambroksol cefotaxime

1cth (30mg) 1g

100-200 mg/kg/hari tiap 6-8 jam

-

Metil prednisolon

4mg

0.5-1.7 mg/kg/hari dalam

0.75-9 mg/hari dlm dosis terbagi tiap 612 jam 325-650mg tiap 4-6 jam atau 1g 3-4 kali/hari 1-2 g tiap 8 jam

2-60 mg/ hari dlm 1-4 dosis

jam 130-150 mg dapat dinaikan 2x lipatnya

sesuai

Tidak sesuai

Sesuai

2-40 mg tiap hari

tidak sesuai

Sesuai

Sesuai

250-500 mg tiap 8 jam

tidak sesuai

sesuai

sesuai

2-4 liter/mnt 100-300 mg dosis terbagi 34 kali sehari 0.5-20 mg/hari

Tidak sesuai

-

Sesuai Sesuai

Tidak sesuai

Tidak sesuai

Tidak sesuai

0.5-1 g tiap 4-6 jam max 4 g /hari 1 g tiap 12 jam

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Tidak sesuai

Sesuai

Sesuai

2-40 mg tiap hari

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 87

5

6

-

bromheksin oksigen Glukosa monohidrat + aminophylline

-

Ampisilin

-

ambroksol deksametason

-

salbutamol

-

oksigen Glukosa monohidrat + aminophylline ambroksol ranitidin HCL

-

deksametason

-

-

2 mg 1ltr/mnt 14tts/mnt

500mg

dosis terbagi tiap 6-12 jam -

terbagi -

2-4 liter/mnt -

-

-

Sesuai -

50-100 mg/kg dosis terbagi tiap 6 jam 0.5-2mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam

125-500mg tiap 6 jam, 30 mnt sblm makan 0.2-0.5 mg/kg/hari

Tidak sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

200 mcg/kg 4x sehari 2-4 liter/mnt -

-

Tidak sesuai

Tidak sesuai

-

-

Sesuai -

150 mg 2 kali sehari atau 300 mg sebelum tidur 0.5-10 mg/hari

Sesuai

Sesuai

Tidak sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

130-150 mg dapat dinaikan 2x lipatnya 2-40 mg tiap hari

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

500mg

-

2-3ltr/mnt 20tts/mnt

-

50-150mg/kg /hari tiap 6 jam max 2-3 g/ hari 0.5-2 mg/kg/hari dosis terbagi tiap 6 jam 2mg tiap 3-4 kali/hari -

1cth (30mg) 100mg

4-5 mg/kg/hari tiap 8-12 jam

100 mg 2 kali sehari

1 amp (5mg/ml)

0.5-2mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam

teofilina anhidrat

250 mg

20-24 mg/kg/hari dosis terbagi 4

0.75-9 mg/hari dlm dosis terbagi tiap 612 jam 4.7 mg/kg / dosis tiap 6 jam

metil prednisolon

4mg

0.5-1.7 mg/kg/hari dalam

2-60 mg/ hari dlm 1-4 dosis

½ cth (15mg) 0.3cc (1.5mg)

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 88

7

8

9

-

terbagi

2 ltr/mnt 12tts/mnt

dosis terbagi tiap 6-12 jam -

-

2-4 liter/mnt -

-

-

Sesuai -

3ml (18 mg) 1g

-

Tidak sesuai

Tidak sesuai

0.5-2mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam

200 mcg/kg 4x sehari 0.2-0.5 mg/kg/hari

-

5 mg

2mg tiap 3-4 kali/hari 0.5-2 mg/kg/hari dosis terbagi tiap 6 jam 50-150mg/kg /hari tiap 6 jam max 2-3 g/ hari 20-50 mg/kg/hari dosis terbagi tiap 8 jam 4-6 mg/kg/hari

Sesuai

Sesuai

Sesuai

125-500mg tiap 6 jam, 30 mnt sblm makan 125-250 mg tiap 8 jam

Tidak Sesuai

Tidak sesuai

Sesuai

Tidak sesuai

Sesuai

Sesuai

65-150 mg 3-4 kali sehari 2-4 liter/mnt 65-150 mg 3-4 kali sehari 250-500mg tiap 4-6 jam 0.2-0.5 mg/kg/hari

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai Tidak sesuai

Sesuai

Sesuai

Tidak sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

-

-

-

-

-

oksigen Glukosa monohidrat + aminophylline ambroksol salbutamol

-

deksametason

-

ampisilin

200mg

-

amoxilin

1 cth (250mg)

-

theofilin

1 cth (130mg)

50-100 mg/kg dosis terbagi tiap 6 jam 25-50 mg/kg/hari dalam dosis terbago tiap 8 jam 20-24 mg/kg/hari

-

oksigen Glukosa monohidrat teofilin etilendiamin

1l/mnt 10 tts/mnt 40mg

6 mg/kg

4-6 mg/kg/hari

-

ambroksol parasetamol

15 mg 120mg

-

deksametason

10-15 mg/kg tiap 4-6 jam 0.5-2mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam

-

Glukosa monohidrat + aminophylline

120-480 mg tiap 4-6 jam 0.5-2 mg/kg/hari dosis terbagi tiap 6 jam -

¼amp (5mg /ml)

16 tts/mnt

-

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 89

10

-

Ampisilin

-

insulin bromheksin ranitidin HCL

1 cth 100mg

-

eritomisin

500 mg

20-40 mg/kg/hari terbagi tiap 6 jam

-

teofilina anhidrat

250 mg

20-24 mg/kg/hari

-

Glukosa monohidrat Alat inhalsi Amoksisilina

20tts/mnt 2x 500mg

-

Salbutamol

2mg

25-50 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 8 jam -

-

1 cth 50 mg

-

12 tts

-

-

-

Bromheksin mebhidrolina napadisilat Glukosa monohidrat + aminophylline Gloukosa monohidrat oksigen Ampisilin

10tts/mnt 2-4ltr/mnt 500 mg

-

Sefotaksim

50-100 mg/kg dosis terbagi tiap 6 jam 100-200 mg/kg/hari tiap

50-150mg/kg /hari tiap 6 jam max 2-3 g/ hari 50-180 mg/kg/hari

11

1g

500 mg

250-500 mg tiap 6 jam 4-5 mg/kg/hari tiap 8-12 jam

Tidak sesuai

Tidak sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Tidak sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Tidak sesuai

Tidak sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

-

Sesuai

Sesuai

-

-

-

-

-

-

-

2-4 liter/mnt 125-500mg tiap 6 jam, 30 mnt sblm makan 100-150 mg/kg/hari dlm

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Tidak sesuai

Sesuai

Tidak sesuai

250-500 mg tiap 6 jam 100 mg 2 kali sehari

0.25-1g tiap 6 jam 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg sebelum tidur 250-500mg tiap 250-500mg tiap 6-8 jam 6 jam atau 0.51 g tiap 12 jam 4.7 mg/kg / 130-150 mg dosis tiap 6 jam dapat dinaikan 2x lipatnya 250-500mg tiap 250-500 mg 8 jam max 2-3 tiap 8 jam g/hari 2-4 mg tiap 3-4 3-4mg sehari kali perhari dosis tunggal max 32 mg/hari max 8 mg -

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 90

6-8 jam

12

-

Deksametason

5 mg

0.5-2mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam

-

Ambroksol phenobarbital Teofilina

¾cth (22.5 mg) 30 mg ¾cth (97.5mg)

20-24 mg/kg/hari

dosis terbagi tiap 4-6 jam 0.5-2 mg/kg/hari dosis terbagi tiap 6 jam 4-6 mg/kg/hari

-

3l /mnt 12 tts/mnt

-

-

-

oksigen Glukosa monohidrat + aminophylline Deksametason

5 mg

0.5-2mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam

-

ambroksol alat inhalasi sefotaksim

1 cth (30 mg) 2x 1 amp(1g)

100-200 mg/kg/hari tiap 6-8 jam

-

ranitidin HCL

1 amp (150mg)

-

simetidina

1 amp (500mg)

-

mebhidrolina napadisilat metil prednisolon

-

50 mg 4 mg

2-4x pemberian 0.2-0.5 mg/kg/hari

Sesuai

Sesuai

Sesuai

60-180 mg 65-150 mg 3-4 kali sehari 2-4 liter/mnt -

Tidak sesuai

sesuai

Tidak sesuai Sesuai

-

-

Sesuai -

0.75-9 mg/hari dlm dosis terbagi tiap 612 jam 1-2 g tiap 8 jam

0.5-10 mg/hari

Sesuai

Sesuai

Sesuai

1 gram tiap 12 jam

Sesuai

Sesuai

Sesuai

4-5 mg/kg/hari tiap 8-12 jam

100 mg 2 kali sehari

Tidak sesuai

Tidak sesuai

Sesuai

20-40 mg/kg I.V atu P.O dalam dosis terbagi -

-

Sesuai

-

Sesuai

-

150 mg 2 kali sehari atau 300 mg sebelum tidur 200 mg tiap 4-6 jam max 2,4 g sehari -

-

-

-

0.5-1.7 mg/kg/hari dalam

2-60 mg/ hari dlm 1-4 dosis

2-40 mg tiap hari

Tidak sesuai

Sesuai

Sesuai

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 91

13

14

500mg

dosis terbagi tiap 6-12 jam 20-24 mg/kg/hari

2-3 l/mnt 20tts/mnt

-

-

1 amp (40mg/ml)

2 mg

0.5-1.7 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 6-12 jam 2.5-50 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 8 jam -

500 mg

20-24 mg/kg/hari

1-2 l/mnt 10tts/mnt

-

500mg

50-100 mg/kg dosis terbagi tiap 6 jam 10-15 mg/kg tiap 4-6 jam 0.5-2mg/kg/hari dalam dosis

-

teofilina anhidrat

-

oksigen Glukosa monohidrat + aminophylline metil prednisolon

-

ambroksol amoksisilin

1 cth (30 mg) 500mg

-

salbutamol

-

teofilina anhidrat

-

oksigen Glukosa monohidrat + aminophylline Ampisilin

-

parasetamol

¾ cth (90 mg)

-

ambroksol deksametason

¾ cth (22.5mg) 2 mg

terbagi 4.7 mg/kg / dosis tiap 6 jam

130-150 mg dapat dinaikan 2x lipatnya 2-4 liter/mnt -

Tidak sesuai

Tidak sesuai

Tidak sesuai

-

-

Sesuai -

2-60 mg/ hari dlm 1-4 dosis terbagi

2-40 mg tiap hari

Sesuai

sesuai

Sesuai

250-500mg tiap 8 jam max 2-3 g/hari

250-500 mg tiap 8 jam

Sesuai

Sesuai

Sesuai

2-4 mg tiap 3-4 kali perhari max 32 mg/hari 4.7 mg/kg / dosis tiap 6 jam

-

Sesuai

Tidak sesuai

Sesuai

Tidak sesuai

Tidak sesuai

-

3-4mg sehari dosis tunggal max 8 mg 130-150 mg dapat dinaikan 2x lipatnya 2-4 liter/mnt -

-

-

Sesuai -

50-150mg/kg /hari tiap 6 jam max 2-3 g/ hari 120-480 mg tiap 4-6 jam 0.5-2 mg/kg/hari

125-500mg tiap 6 jam, 30 mnt sblm makan 250-500mg tiap 4-6 jam 0.2-0.5 mg/kg/hari

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Tidak sesuai

Tidak sesuai

Tidak sesuai

Sesuai

Sesuai

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 92

terbagi tiap 6 jam

15

16

-

amoxicilin

-

Glukosa monohidrat + aminophylline ambroksol sefotaksim

-

kaptopril

-

1 cth (250 mg)

20tts/mnt

2.5-50 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 8 jam -

dosis terbagi tiap 6 jam 20-50 mg/kg/hari dosis terbagi tiap 8 jam -

125-250 mg tiap 8 jam

Sesuai

Sesuai

Sesuai

-

-

-

-

1 cth (30mg) 1g

100-200 mg/kg/hari tiap 6-8 jam

1-2 g tiap 8 jam

1 gram tiap 12 jam

Sesuai

Sesuai

Sesuai

12.5 mg

-

Sesuai

Sesuai

4 mg

Tidak sesuai

Sesuai

Sesuai

-

Isosorbit dinitrat warfarin Teofilina etilendiamina

10 mg 5 mg 40 mg

0.5-1.7 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 6-12 jam 2-5 mg / hari 6 mg/kg

12.5-25mg tiap 2-3 kali sehari 2-40 mg tiap hari

-

Metil prednisolon

12.5-25 mg tiap 3 hari sehari 2-60 mg/ hari dlm 1-4 dosis terbagi 5mg/hari 4.7 mg/kg / dosis tiap 6 jam

Sesuai Tidak sesuai

Sesuai Tidak sesuai

Tidak sesuai Sesuai Tidak sesuai

-

16 tts/mnt

-

-

-

-

-

-

Glukosa monohidrat + aminophylline Sefotaksim

30-120 mg/hari 10 mg sehari 130-150 mg dapat dinaikan 2x lipatnya -

1g

100-200 mg/kg/hari tiap 6-8 jam

1-2 g tiap 8 jam

1 gram tiap 12 jam

Tidak sesuai

Sesuai

Sesuai

-

ranitidin HCL

1 amp (150 mg)

4-5 mg/kg/hari tiap 8-12 jam

100 mg 2 kali sehari

150 mg 2 kali sehari atau 300 mg sebelum tidur

Tidak sesuai

Tidak sesuai

Sesuai

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 93

17

18

-

ambroksol oksigen Salbutamol

1 cth (30mg) 3 l/ mnt 2 mg

-

-

Ambroksol Metil prednisolon

1 tab (30 mg) 4 mg

0.5-1.7 mg/kg/hari

-

Vit B1,vit B6, Vit B12

-

Ranitidin HCL

Vit B1: 100mg, vit B6 : 200mg, vit B12: 250mcg 150 mg

-

-

mebhidrolina napadisilat oksigen Glukosa monohidrat + aminophylline Ampisilin

-

ambroksol parasetamol

-

deksametason

-

salbutamol

-

2-4 liter/mnt 3-4mg sehari dosis tunggal max 8 mg 2-40 mg tiap hari

-

2-4 mg tiap 3-4 kali perhari max 32 mg/hari 2-60 mg/ hari dlm 1-4 dosis terbagi -

4-5 mg/kg/hari tiap 8-12 jam

100 mg 2 kali sehari

50 mg

-

2-3 l/mnt 12 tts/mnt ½g

½ cth (15 mg) 1 cth (120 mg) 0.3cc/2 mg

1g

-

Sesuai

Sesuai Tidak sesuai

Tidak sesuai

Sesuai

Sesuai

-

-

-

-

Tidak sesuai

Tidak sesuai

Sesuai

-

150 mg 2 kali sehari atau 300 mg sebelum tidur -

-

-

-

-

-

2-4 liter/mnt -

-

-

Sesuai -

50-100 mg/kg dosis terbagi tiap 6 jam 10-15 mg/kg tiap 4-6 jam 0.5-2mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam

50-150mg/kg /hari tiap 6 jam max 2-3 g/ hari 120-480 mg tiap 4-6 jam 0.5-2 mg/kg/hari dosis terbagi tiap 6 jam 2mg tiap 3-4 kali/hari

125-500mg tiap 6 jam, 30 mnt sblm makan 250-500mg tiap 4-6 jam 0.2-0.5 mg/kg/hari

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Tidak sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

-

Tidak sesuai

Tidak sesuai

-

200 mcg/kg 4x sehari

PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIAT 94

-

amoksisilin

1 cth (250mg)

2.5-50 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 8 jam

20-50 mg/kg/hari dosis terbagi tiap 8 jam

125-250 mg tiap 8 jam

Sesuai

Sesuai

Sesuai

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

95

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

96

PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

97

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi yang berjudul Kajian Profil Peresepan Pasien Asma Bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah BangliBali Tahun 2005 ini bernama Simon Andi Wibowo. Penulis dilahirkan di Bangli-Bali pada tanggal 14 oktober 1985, anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Y. Basuki Mulyono dan Ibu Istiwati. Pendidikan penulis dimulai dari tingkat pendidikan taman kanak-kanak (TK) Kusumayudha Tabanan-Bali pada tahun 1989, lalu dilanjutkan dengan sekolah dasar (SD) di SD Negeri 1 Cempage (1991-1993). Pada tahun ketiga pendidikan di SD Negeri 1 cempage penulis pindah ke SD Negeri 3 tamanBali (1993-1997) karena harus pindah tempat tinggal. Pendidikan penulis dilanjutkan ke tingkat menengah pertama (SMP) pada tahun 1997-2000 di SLTP Negeri 3 Bangli. Pada tahun 2000-2003 penulis menuntut ilmu di sekolah menengah umum yakni SMU Negeri 1 Bangli. dan pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Universitas Sanata Dharma Fakultas Farmasi.