Kebijakan pengelolaan obat di RSSA Dr. Atma Gunawan SpPD.KGH KFT RSSA
Standar komite farmasi dan terapi • Keputusan Menkes no 1197/Menkes/SK/X/2004 tgl 19 Oktober 2004 • Komite farmasi dan terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara staf medis dengan staf farmasi, antara pelayanan medis dan pelayanan farmasi • Ketua adalah dokter spesialis • Anggota : dokter atau dokter spesialis, instalasi farmasi
Pengurus KFT KETUA WAKIL KETUA SEKRETARIS I SEKRETARIS II ANGGOTA
: dr. ATMA GUNAWAN, Sp.PD KGH : Dra. AROFA IDHA, M.Farm-Klin., Apt. : LYA WIDHAYUNITA, S.Farm., M.Sc., Apt. : ESTIKA MEI DIANA, S.Farm., Apt. : Prof. Dr. dr. SANARTO S., DTM&H., Sp.MK (K) dr. TAUFIK HIDAYAT, Sp.KK dr. HARJOEDI ADJI TJAHJONO, Sp.A (K) dr. PAKSI SATYAGRAHA, M.Kes., Sp.U. Dr. dr. BAMBANG RAHARDJO, Sp.OG (K) dr. DEWI SANTOSANINGSIH, M.Kes. dr. BAGUS PUTU PUTRA SURYANA, Sp.PD KGEH
Tugas KFT 1. Membuat kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat serta evaluasinya. 2. Menerbitkan formularium (obat, bahan dan alat kesehatan) 3. Disposisi terhadap obat diluar formularium 4. Mengawasi kepatuhan terhadap obat generik dan pemakaian obat secara rasional 5. Membantu pelaksanaan monitor efek samping obat (MESO) dan obat berbahaya 6. Membantu mencegah resistensi terhadap antibiotik 7. Melengkapi kebutuhan staf profesional dengan pengetahuan terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaannya 8. Memberikan rekomendasi kepada pimpinan RS untuk mencapai budaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional
Pasal 80
Pasal 69
Fornas
Masalah di Fornas • Fornas tidak menyediakan semua obat yang dibutuhkan oleh clinical pathway • Tarif INA-CBGs tidak selalu mengikuti unit cost clinical pathway
Item obat yang tidak masuk dalam Formularium Nasional No.
Nama Generik
1.
Ambroxol
2.
Amoksisilin + As. Klavulanat
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Ampicillin sulbactam Asiklovir Baclofen Betahistin Bromheksin HCl Calsitriol Citicholin
10. 11. 12. 13.
Cloxacillin Colistin Dekstrometorfan Enfluran
14.
Enzim pencernaan
Bentuk Sediaan Tablet, Sirup Tablet, Sirup, Injeksi Injeksi
Unit Pelayanan yang order IRNA IRNA IRNA IRNA 4 ICU/ICCU 1 2 3 /HCU √ √ √ √
√
Cream Tablet Tablet Injeksi
√
Tablet, Injeksi, Sirup Injeksi Tablet Tablet Injeksi
√
Tablet
√
√
√
√
Keterangan IGD
IRJ
√
√
√ √
√ √
√
√
√
√
√
√ √ √
√
OK sentral
√
√
√
Item obat yang tidak masuk dalam Formularium Nasional No .
Nama Generik
16. 17. 18. 19. 23. 24. 25.
Gabapentin Gliseril guaiakolat Ivabradine Kalium diklofenak Klorokuin Meloksikam Metamizole Natrium Misoprostol Mupirocin
26. 27. 28. 29. 30.
Bentuk Sediaan Tablet Tablet
Keterangan
Unit pelayanan yg order IRN A1 √ √
IRN A2
IRN A3
IRN A4
ICU/ICCU /HCU
IGD
IRJ √
√
√
√ √
Tablet Tablet Tablet Injeksi
√ √ √
√
√
√
√ √
√
√
Tablet Salep
√
Untuk terapi MRSA √
31.
Nitrogliserin Nimodipin Obat batuk hitam (OBH) Piracetam
32.
Pirimetamin
Tablet, Injeksi, Sirup Tablet
33. 34. 35. 36. 37.
Pseudoefedrin Probiotik Sefpirom Thiamfenikol Vekuronium
Tablet Sacchet Injeksi Tablet Injeksi
Tablet Sirup
√ √
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √ √ √
Untuk kasus toksoplasma √ √
√
Bedah saraf √
√
√
Kep Menkes RI No 328/Menkes/SK/VIII/2013
Penggunaan obat diluar Fornas sudah termasuk dalam pembiayaan paket INA CBG’s tidak boleh dibebankan kepada peserta dan tidak boleh ditagihkan kepada BPJS Kesehatan (Naskah baku perjanjian kerjasama BPJS dengan Rumah sakit)
KFT membuat formularium RSSA • Formularium RSSA : - Fornas - pengetatan restriksi - pelonggaran restriksi - obat-obat tambahan diluar fornas - obat-obatan automatic stop order - daftar obat racikan
Pelonggaran dan pengetatan restriksi Fornas
Pelonggaran restriksi No. 2.
Nama Generik Alprazolam
Bentuk Sediaan Tablet
3.
Asam traneksamat
Tablet, Injeksi
4.
Bisoprolol
Tablet
5.
Bleomisin
Injeksi
6.
Cefadroksil
Kapsul
10. Filgrastim
Injeksi
11. Ipratropium Bromida + Salbutamol
Nebulizer
Restriksi dalam ForNas a)
Hanya dapat diresepkan oleh dokter Sp.KJ dan internist psikosomatik b) Hanya untuk kasus : panic attack, panic disorder (Hal . 47)
Diagnosa lain yang memerlukan Peresepan oleh dokter non Sp.KJ Pasien pre operasi
Untuk perdarahan massive atau berpotensi perdarahan > 600 cc (Hal. 25) Hanya untuk kasus hipertensi (Hal. 38) Untuk squamos cell carcinoma pada daerah kepala dan leher, serviks, esophagus, penis, testis, kulit, paru, glioma, Non Hodgkin Lymphoma, plerodesis
Hemaptoe, Ca
Hanya untuk pasien rawat inap yang sebelumnya mendapatkan antibiotik parenteral (Hal. 9)
Penggunaan antibiotik di rawat jalan
a.
Hanya untuk leukopenia berat pra dan pasca kemoterapi (leukosit < 4.000 mm3 dan neutrofil < 1.500 mm3) b. Pemakaian protokol FLAG dan RICE (Hal. 27) Hanya untuk : a. Serangan Asma Akut, b. Bronkospasme yang menyertai PPOK, c. Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis (SOPT) (Hal. 54)
Keterangan
Infark Miokard Akut
CP (+)
Ca ovari
Anemia aplastik
Ca Paru
CP (+)
Pelonggaran restriksi No.
Nama Generik
Bentuk Sediaan
16.
MgSO4
Injeksi
17.
Midazolam
Injeksi
18.
Ondansentron
Tablet
Injeksi
Restriksi dalam ForNas
Hanya untuk kejang pada pre eklampsia dan eklampsia. Tidak digunakan untuk kejang lainnya. (Hal. 8) Dapat digunakan untuk pre medikasi sebelum induksi anestesi dan rumatan selama anestesi umum. 1. Inj. 1 mg/ml (i.v.) Dosis rumatan : 1 mg/jam (24 mg/hari) 1. Inj. 5 mg/ml (i.v.) Dosis pre medikasi : 2,5 – 5 mg (hanya 1x pemberian) (Hal. 6) Pencegahan mual muntah pada kemoterapi dan radioterapi (Hal. 51) Untuk mencegah muntah pada pemberian kemoterapi yang highly emetogenic (Hal. 51)
Diagnosa lain yang memerlukan
Gizi buruk (IKA)
Penggunaan di ICU ± 8 ampul per hari Penggunaan di HCU Pemakaian khusus saat tindakan/prosed ur (endoskopik)
Pasien yang menjalani pembedahan
Keterangan
CP (+)
Pengetatan restriksi
Obat tambahan diluar fornas NO.
NAMA GENERIK
BENTUK SEDIAAN
KEKUATAN SEDIAAN
DIAGNOSA (SESUAI FORNAS)
ANALGETIK, ANTIPIRETIK, ANTIINFLAMASI NON STEROID, ANTIPIRAI 1. Metamizole Injeksi natrium
2.
Tramadol
Kapsul
3.
Meloksikam
Tablet
50 mg
7,5 mg; 15 mg 5. ANTIEPILEPSI DAN ANTIKONVULSI 1. Gabapentin Kapsul 100 mg; 300 mg
(Injeksi) Hanya untuk nyeri sedang sampai berat pasca operasi yang tidak dapat menggunakan analgesik oral. (Hal. 5)
DIAGNOSA (RESTRIKSI YANG DISESUAIKAN)
DOSIS
LAMA PENGGUNAA N
Untuk kondisi demam dan nyeri yang tidak teratasi dengan antipiretik/analget ik oral. Terapi nyeri yang tidak teratasi dengan analgetik oral lain.
Maks. 2 minggu Post herpetic neuralgia dan neuropati pada diabetes Multiple sclerosis
100 – 1.200 mg/hari
900 – 1.800 mg/hari
KETERANGAN
Obat tambahan diluar fornas 1.
Pirimetamin
Tablet
25 mg
7. ANTIMIGRAIN DAN ANTIVERTIGO 1. Betahistin Tablet 6 mg, 8 mg
10. OBAT YANG MEMPENGARUHI DARAH 10.2 OBAT YANG MEMPENGARUHI KOAGULASI 1. Vitamin K1 Injeksi 10 mg/ml Sediaan (2,5 mg/ml) a. Dosis untuk bayi baru lahir 1 mg b. Dosis untuk bayi prematur 0,5 mg (Hal. 26)
Untuk kasus : Toksoplas , ma malaria Untuk kasus vertigo dan meniere disease
Pada kasus perdarahan
1 x 200 mg
Obat tambahan diluar fornas NO.
NAMA GENERIK
BENTUK SEDIAA N 17. OBAT KARDIOVASKULAR 17.3 ANTIHIPERTENSI 1. Nimodipin Tablet Infuse
KEKUATAN SEDIAAN
30 mg 10mg/50 ml
26. OBAT UNTUK SALURAN NAFAS 1. Gliseril Tablet 100 mg guaiakolat 2. Obat Batuk Sirup Botol 100 Hitam (OBH) ml; 200 ml 3. Ambroxol Tablet 30 mg 27. OBAT YANG MEMPENGARUHI SISTEM IMUN 27.1 SERUM DAN IMUNOGLOBULIN 1. Immunoglobul Vial 2 g/50 ml in (Gamma Globulin)
DIAGNOSA (SESUAI FORNAS)
DIAGNOSA (RESTRIKSI YANG DISESUAIKAN)
Hanya untuk perdarahan subarachnoid
DOSIS
1–2 mg/jam intravena; 4 x 60 mg oral
LAMA PENGGUNAA N
21 hari
Ekspektoran Ekspektoran Mukolitik
Untuk kasus : Myasthenia gravis, Guillain Barrier Syndrome, Desensitisasi pada transplantasi organ
2 g/kgBB 0,4 g/kg BB/hari
5 hari
KETERANGAN
Obat diluar fornas • Peresepan Obat diluar fornas yang sudah masuk formularium RSSA, tidak perlu minta persetujuan KFT • Peresepan Obat diluar formularium RSSA perlu persetujuan KFT, Komite Medik, Direktur
PERSETUJUAN (ACC) RESEP OBAT DI LUAR FORMULARIUM RSSA
PERSETUJUAN (ACC) RESEP OBAT DI LUAR FORMULARIUM RSSA Alur permintaan : Resep + Persyaratan ACC
Dokter KFT IRNA I + CVCU
: dr. Atma Gunawan, Sp.PD KGH(R. Hemodialisa)
IRNA II + ICU/NICU/PICU IRNA III IRNA IV IRJ
: dr. Paksi SpBU (Kantor Bedah) : dr. Bambang Rahardjo , Sp.OG (IRNA III, Lt.2, depan Ruang 9) : Dr. Haryudi SpA (IRNA IV, depan Ruang TU IKA) : dr. Taufiq Hidayat, Sp.KK (Poliklinik Kulit, Lt.2)
KOMITE MEDIK DAN DIREKTUR
APOTEK
KEBIJAKAN AUTOMATIC STOP ORDER (HARD STOP) TUJUAN • Untuk memastikan pemberian obat yang aman melalui proses stop order, terutama untuk beberapa obat yang harus dievaluasi dan ditinjau secara konsisten. DEFINISI • Automatic Stop Order (ASO) diterapkan pada obat-obat kategori tertentu yang dianggap sebagai obat yang kuat/potent dan obat-obat yang memerlukan review regular. Misal : antiinfeksi, antiviral, antifungi, narkotik, dan kortikosteroid. • Jadi pengobatan atau peresepan yang tidak disebutkan secara khusus tentang jumlah obat atau lama hari pengobatan, maka akan dikenai kebijakan automatic stop order. • Pengobatan harus diresepkan untuk jangka waktu yang jelas, bukan menggunakan perkiraan waktu (misal : “dilanjutkan hingga pemberitahuan berikutnya” atau “dilanjutkan hingga pasien dipulangkan”).
Peringatan Assessment Ulang Pengobatan (Medication Reassessment Alerts = MRA) JENIS OBAT
LAMA TERAPI
KETERANGAN
Ketorolak (oral & parenteral)
5 Hari
IV : Maks.120 mg/hari Utk mencegah adverse effect pada ginjal & sal. GI
Pethidin
2 Hari
Utk mencegah akumulasi hasil metabolisme yang toksik.
Antikoagulan (LMWH, heparin, fondaparinux)
7 Hari
Antiinfeksi : - oral & parenteral, kecuali antituberkulosis - antiviral, kecuali amantadin & oseltamivir diberikan sesuai protokol
7 Hari
- Saat MRA tercapai, hasil lab dan hasil kultur seharusnya sudah tersedia untuk assessment ulang guna pemberian terapi yg paling sesuai dg respon klinis px. - Assessment ulang ttg switch terapi dari parenteral ke oral.
Antiinfeksi (topikal/mata/telinga) Antifungi oral
10 Hari
Assessment ulang berdasarkan respon klinik px.
Prosedur automatic stop order •
•
• • •
•
Pemesanan obat juga akan otomatis dihentikan ketika pasien : - Dipindahkan ke atau dari ruang intensif (ICU, ICCU, HCU) - Dipindahkan ke atau dari pelayanan medis lain (misalkan dari departemen Bedah ke Penyakit dalam) - Dikirim ke ruang operasi. Apoteker akan mengingatkan dokter dan perawat jika mendapati suatu pengobatan yang hampir mencapai batas pemberian yang aman. Pengobatan akan dilanjutkan setelah dinyatakan secara tertulis oleh dokter yang bersangkutan. Identifikasi dan komunikasi terkait automatic stop order akan disampaikan 48 jam sebelum lama terapi habis. Apoteker akan mengirim peringatan tentang automatic stop order yang akan dilakukan Peringatan akan ditandai dengan stiker, chart, atau catatan progress. Kalimat yang digunakan adalah “Berdasarkan kebijakan stop order, pemesanan obat berikut akan berakhir pada …….. (meliputi tanggal dan waktu).”. Komunikasi tersebut ditempatkan pada bagian pemesanan obat di rekam medis.
REKOMENDASI TERAPI ANTIBIOTIK EMPIRIK TAHUN 2014 RSUD Dr. SAIFUL ANWAR Disusun oleh : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
dr. Atma Gunawan, Sp.PD KGH dr. Herman Yosef L. W., Sp.BP-RE (K) Dra. Arofa Idha, M.Farm-Klin., Apt. Prof. Dr. dr. Sanarto S., DTM&H., Sp.MK (K) Lya Widhayunita, S.Farm., Apt. dr. Taufiq Hidayat, Sp.KK. dr. Dewi Santosaningsih, M.Kes. dr. Bambang Rahardjo, Sp.OG Dr. dr. Wisnu Barlianto, M.Kes., Sp.A (K)
Nama Obat
Jumlah Penggunaan Tahun 2012
Ceftriakson 1 g vial
Tahun 2013
113.129
74.046
Ciprofloksasin 2 mg/ml fl
56.542
70.976
Gentamisin 40 mg/ml ampul Cefotaksim 1 g vial
21.138
21.301
8.549
6.132
Cefazolin 1 g vial
6.961
31.714
Ampisillin 1 g vial
5.976
11.371
Sensitivitas (%) Nama Obat
Januari 2011
Gram (+) Gram (-)
Januari 2013
Gram (+)
Gram (-)
Cefotaksim
4 – 17
0 – 24
2 – 47
4 – 30
Ceftriakson
4 - 29
2 – 28
0 – 79
8 – 38
REKOMENDASI • Pemakaian Antibiotik Cefotaksim dan Ceftriakson untuk terapi empirik agar dikurangi. • Cefazolin hanya digunakan sebagai antibiotika profilaksis pada bedah bersih/bersih terkontaminasi dan tidak untuk terapi empirik maupun definitif. Penggunaan antibiotik profilaksis adalah 30 – 60 menit menjelang dilakukannya pembedahan.
REKOMENDASI ANTIBIOTIKA EMPERIK
Untuk infeksi pada saluran pernafasan : No.
Nama Obat
1.
2.
3. 4.
5.
Sensitivitas (%)
Penggunaan sebagai Terapi Empirik
Gram (+)
Gram (--)
Aminoglikosida Gentamisin Amikasin
43 86
40 – 61 29 – 98
Direkomendasikan Tidak direkomendasikan *)
Netilmisin
91
21 – 89
Tidak direkomendasikan *) Perfusi ke jaringan kurang baik
Carbapenem : Tidak direkomendasikan untuk terapi infeksi bakteri gram (+) Meropenem 5 66 – 95 Tidak direkomendasikan *)
Doripenem Fosfomisin Fosfomisin Tetrasiklin Doksisiklin Tetrasiklin Fluoroquinolon Ciprofloksasin Ofloksasin Levofloksasin
Ketersediaan dalam Formularium Nasional Bentuk Sediaan
Injeksi Injeksi
Restriksi
-
Hanya digunakan untuk infeksi oleh bakteri gram (-) yang resisten terhadap gentamisin. -
Injeksi
5
58 – 93
Tidak direkomendasikan *)
-
Hanya untuk terapi lini III yang terbukti ESBL; Dapat diberikan berdasarkan hasil kultur dan tidak ada antibiotik lain yang sensitif terhadap kuman biakan; Hanya untuk profilaksis bedah jantung -
74
18 – 67
Tidak direkomendasikan *)
-
-
51 48
21 – 64 10 – 59
Direkomendasikan Direkomendasikan
Kapsul Kapsul
28 34 39
29 – 50 7 – 53 29 – 55
Direkomendasikan Direkomendasikan Tidak direkomendasikan *)
Tablet, Infus Tablet Tablet,Infus
REKOMENDASI ANTIBIOTIKA EMPERIK
Untuk infeksi saluran kencing No.
Nama Obat
1.
Aminoglikosida Gentamisin Amikasin
2. 3.
4.
Netilmisin Fosfomisin Fosfomisin Kloramfenikol Kloramfenikol
Sensitivitas (%)
Penggunaan sebagai Terapi Empirik
Bentuk Sediaan
Gram (+)
Gram (--)
15 43
35 – 63 60 – 100
Direkomendasikan. Tidak direkomendasikan *)
43
69 – 90
Tidak direkomendasikan *)
-
Hanya digunakan untuk infeksi oleh bakteri gram (-) yang resisten terhadap gentamisin. -
80
50 – 90
Tidak direkomendasikan *)
-
-
32
0 – 48
Direkomendasikan
Carbapenem tidak direkomendasikan untuk terapi infeksi bakteri gram (+) Meropenem 0 0 – 100 Tidak direkomendasikan *)
Doripenem
Ketersediaan dalam Formularium Nasional
0
0 – 68
Tidak direkomendasikan *)
Injeksi Injeksi
Restriksi
Injeksi, Kapsul, Suspensi
Injeksi
-
Hanya untuk terapi lini III yang terbukti ESBL; Dapat diberikan berdasarkan hasil kultur dan tidak ada antibiotik lain yang sensitif terhadap kuman biakan; Hanya untuk profilaksis bedah jantung -
Program Rujuk Balik (PRB) • Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan di fasilitas kesehatan tingkat pertama atas rekomendasi/rujukan dari dokter spesialis/sub spesialis yang merawat • Surat Rujuk Balik (SRB) adalah surat yang diberikan oleh Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan untuk merujuk balik peserta ke Faskes Tingkat Pertama dalam rangka melanjutkan pemeriksaan dan pengobatan peserta dengan penyakit kronis dalam kondisi terkontrol dan stabil.
Program Rujuk Balik (PRB) • Penulisan resep hanya oleh dokter spesialis/dokter sub spesialis • Obat diberikan untuk kasus : Diabetes Melitus, Hipertensi,Jantung, Asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), Epilepsi, Gangguan kesehatan jiwa kronik,Stroke, SLE • Obat PRB diambil di : Puskesmas dan Apotek yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan • Klaim obat PRB ditagihkan secara terpisah oleh Apotek/Instalasi Farmasi kepada BPJS
Program Rujuk Balik (PRB)
Peresepan maksimal • Jumlah maksimal untuk peresepan, namun apabila memerlukan lebih banyak sesuai dengan indikasi medis, maka diperlukan persetujuan Komite Medik dan Kepala/Direktur Rumah Sakit
Contoh obat peresepan maksimal
Wassalam wr. wb