KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DAN ANAK DALAM MENANAMKAN

Download Komunikasi Interpersonal yang dimaksud dalam skripsi ini adalah komunikasi yang terjadi antara orang tua dan anak di Kelurahan Labuhan Ratu...

0 downloads 444 Views 4MB Size
KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DAN ANAK DALAM MENANAMKAN NILAI IBADAH SHALAT DI KELURAHAN LABUHAN RATU RAYA KECAMATAN LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas – tugas dan Memenuhi Syarat – syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Dalam Ilmu Dakwah&IlmuKomunikasi Oleh LESTI GUSTANTI NPM : 1341010024

Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam

FAKULTAS DAKWAH & ILMU KOMUNIKASI UIN RADEN INTAN LAMPUNG 1438 H / 2017 M

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DAN ANAK DALAM MENANAMKAN NILAI IBADAH SHALAT DI KELURAHAN LABUHAN RATU RAYA KECAMATAN LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas – tugas dan Memenuhi Syarat – syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Dalam Ilmu Dakwah&IlmuKomunikasi OLEH : LESTI GUSTANTI NPM : 1341010024

Pembimbing I: Prof. Dr. H. KhomsahrialRomli, M.Si PembimbingII :Yunidar Cut MutiaYanti, S.Sos, M.Sos.I

Jurusan :KomunikasiPenyiaran Islam

FAKULTAS DAKWAH & ILMU KOMUNIKASI UIN RADEN INTAN LAMPUNG 1438 H / 2017 M

ABSTRAK KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DAN ANAK DALAM MENANAMKAN NILAI IBADAH SHALAT DI KELURAHAN LABUHAN RATU RAYA KECAMATAN KEDATON BANDAR LAMPUNG Oleh LESTI GUSTANTI Komunikasi Interpersonal merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau sekelompok kecil orang, yang terjadi secara langsung dengan berbagai efek dan umpan balik (Feed Back). Komunikasi Interpersonal yang dimaksud dalam skripsi ini adalah komunikasi yang terjadi antara orang tua dan anak di Kelurahan Labuhan Ratu Raya Bandar Lampung yang mana komunikasi jenis ini terjadi secara tatap muka dan bersifat antarpribadi dalam hal orang tua menanamkan nilai ibadah shalat pada anak. Masalah penelitian yang penulis kemukakan adalah bagaimana proses komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak serta kendala yang dihadapi dalam menanamkan nilai ibadah shalat di Kelurahan Labuhan Ratu Raya. Jenis penelitiannya adalah penelitian lapangan (field research) dan sifat penelitian ini adalah deskriptif. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah ibu dan anak di RT 02 Kelurahan Labuhan Ratu Raya yang berjumlah 30 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah: Metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam menganalisa data penulis menggunakan analisa kualitatif, artinya penelitian ini dapat menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari individu dan perilaku yang diamati. Dari hasil temuan di lapangan: kegiatan komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak dalam menanamkan nilai ibadah shalat di Kelurahan Labuhan Ratu Raya, dilakukan pada waktu-waktu senggang seperti malam hari (Ba‟da Isya) dengan cara memberikan pengajaran pendidikan agama, kegiatan-kegiatan di sekolah serta pergaulan di lingkungan masyarakat. Adapun yang menjadi kendala dalam berkomunikasi orang tua pada anak antara lain anak sulit memahami, faktor lingkungan yang kurang baik dan tingkat emosi anak belum stabil. Orang tua diharapkan mampu membimbing dan menanamkan nilai-nilai keislaman khususnya ibadah shalat, agar anak tidak sekedar melakukan shalat namun dapat memahami makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalam shalat. Kata Kunci: Komunikasi Interpersonal dan Penanaman Ibadah Shalat

MOTTO

                                      

Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar’Rad [13] : 11)1

1

Al Quran dan terjemahannya, (Semarang: CV. Toha Putra,1989),h. 370

PERSEMBAHAN Karya tulis ini penulis persembahkan sebagai wujud ungkapan terimakasih yang mendalam kepada: 1. Kedua Orang Tua tercinta : Bapak Lastari dan Ibu Ernawati atas pengorbanan selama ini, sejak masih dalam kandungan sampai usia sekarang, yang tidak pernah lelah dan bosan dalam bekerja dan berdoa untuk anak-anaknya, hanya Allah yang bisa membalas segalanya. Semoga keberkahan dan kebahagiaan dilimpahkan kepada kalian di dunia dan di akhirat. 2. Saudara kandungku Dita Rizki Yanti dan saudara sepupuku Richo Setiawan, Fregi Mahendra, Tiara Dwi Nindya, Dhyo Ramadhani, Noval Andrew terimakasih

sudah

banyak

memberikan

motivasi

kepadaku

dalam

menyelesaikan tugas akhir ini. 3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan bimbingan selama kuliah dan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Sahabat-sahabat seperjuanganku Rohmatinisa, Yuni Fitriana, Nia Andesta, Rani Suryani, Diana Ulfa dan Anggun Eka Wati yang selalu menghibur, dan memberi semangat selama penyusunan skripsi ini, serta teman-teman Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2013 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung, pada tanggal 06 Agustus 1995. Anak pertama dari dua bersaudara pasangan Ayahanda tercinta Lastari dan Ibunda tersayang Ernawati. Adapun jenjang pendidikan yang dilalui berawal dari Taman Kanak-Kanak Aisyiah 1 Labuhan Ratu yang lulus pada tahun 2000. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Muhammadiyah 1 Bandar Lampung lulus pada tahun 2007, kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Bandar Lampung lulus pada tahun 2010, kemudian melanjutkan kembali ke Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 2 Bandar Lampung lulus pada tahun 2013, selanjutnya penulis melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi IAIN Raden Intan Lampung dan resmi menjadi mahasiswa tahun ajaran 2013/2014 di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Selain menjadi mahasiswa aktif di IAIN Raden Intan Lampung penulis juga pernah tergabung dalam organisasi ekstra kampus yaitu PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia).

KATA PENGANTAR Segala puji hanya milik Allah SWT, yang berhak dipuji karena nikmat yang begitu besar diberikan kepada kita semua. Tidak ada yang berjalan tanpa pengawasan dari-Nya, Dialah penggenggam nyawa kita. Semoga keberkahan selalu tercurah untuk kita semua. Shalawat dan salam teruslah kita sanjung agungkan kepada Sang Kekasih Allah, beliau yang membawa Al-Quran dialah Nabi Muhammad SAW semoga kelak diberikan syafaat di hari kiamat. Adapun tujuan penulis menyusun skripsi ini adalah sebagai bagian dari “Tri Darma Perguruan Tinggi” dibidang penelitian untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Raden Intan Lampung dan Alhamdulillah penulis sudah menyelesaikannya. Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang sangat berjasa. Untuk itu rasa terima kasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak diantaranya : 1. Bapak Prof. Dr. H. Khomsahrial Romli, M. Si, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung. 2. Ketua Jurusan (Kajur) KPI Bapak Bambang Budiwiranto, M. Ag, MA, (AS). Ph. D terimakasih atas waktu dan bimbingannya.

3. Sekretaris Jurusan (Sekjur) Ibu Yunidar Cut Mutia Yanti, M. Sos. I . Terimakasih atas waktu dan bimbingannya. 4. Tim penguji sidang Skripsi (Munaqasyah) Ibu Yunidar Cut Mutia Yanti, M. Sos. I (selaku ketua sidang), Bapak Apun Syarifudin, M. Si (sebagai sekretaris), Bapak Prof. Dr. H. M. Nasor, M. Si (Penguji I), Bapak Prof. Dr. H. Khomsahrial Romli, M. Si (Penguji II) dengan segala kesibukannya telah meluangkan waktu, fikiran serta tenaga beliau untuk memberikan ujian sidang skripsi serta masukan yang bersifat membangun dalam penulisan skripsi ini. 5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membekali ilmu kepada penulis. 6. Bapak Lurah dan seluruh warga RT 02 Kelurahan Labuhan Ratu Raya atas kerjasamanya terutama dalam memberikan data-data yang penulis butuhkan. 7. Semua pihak yang turut serta membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Almamater tercinta IAIN Raden Intan Lampung.

Bandar Lampung, 9 Juni 2017 Penulis

LESTI GUSTANTI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i ABSTRAK ......................................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv MOTTO .............................................................................................................. v PERSEMBAHAN .............................................................................................. vi RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI ...................................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul ...................................................................................

1

B. Alasan Memilihan Judul .....................................................................

3

C. Latar Belakang Masalah ......................................................................

3

D. Rumusan Masalah ................................................................................

8

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .........................................................

8

F. Metode Penelitian.................................................................................

9

1. Jenis dan Sifat Penelitian ................................................................. 10 2. Populasi dan Sampel .....................................................................

11

3. Metode Pengumpulan Data ...........................................................

12

4. Analisis Data .................................................................................

14

G. Tinjauan Pustaka ..................................................................................

15

BAB II KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DAN ANAK DAN NILAI IBADAH SHALAT A. Komunikasi Interpersonal ...............................................................

17

1. Pengertian Komunikasi Interpersonal ............................................

17

2. Proses Komunikasi Interpersonal ..................................................

18

3. Jenis-jenis Komunikasi Interpersonal ............................................

21

4. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal ................................................

22

5. Fungsi Komunikasi Interpersonal ..................................................

23

6. Tujuan Komunikasi Interpersonal..................................................

24

7. Klasifikasi Komunikasi Interpersonal............................................

26

8. Efektifitas Komunikasi Interpersonal ............................................

28

B. Penanaman Nilai Ibadah Shalat .......................................................

29

1. Pengertian Penanaman Nilai Ibadah Shalat ...................................

29

2. Pengertian Shalat ...........................................................................

30

3. Macam-macam Shalat, Rukun Shalat dan Waktu Shalat...............

31

4. Nilai-nilai Yang Terkandung Dalam Ibadah Shalat.......................

39

BAB III KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN ANAK DI KELURAHAN LABUHAN RATU RAYA A. Kondisi dan Keadaan Kelurahan Labuhan Ratu Raya .........................

49

1. Sejarah Singkat Kelurahan Labuhan Ratu Raya ..........................

49

2. Kondisi Masyarakat Kelurahan Labuhan Ratu Raya ...................

51

B. Proses Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Menanamkan Nilai Ibadah Shalat ........................................................

54

C. Kendala Yang Dihadapi Dalam Menanamkan Nilai Ibadah Shalat .....

61

BAB IV KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANG TUA DAN ANAK ANAK DALAM MENANAMKAN NILAI IBADAH SHALAT A. Proses Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Menanamkan Nilai Ibadah Shalat di Kelurahan Labuhan Ratu Raya ...........................................................................................

64

B. Kendala Orang Tua Dalam Menanamkan Nilai Ibadah Shalat Pada Anak di Kelurahan Labuhan Ratu Raya .............................................

67

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..........................................................................................

70

B. Saran ....................................................................................................

72

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

xiii

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..........................................................................

xvi

1

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Untuk menghindari adanya kesalahpahaman maka perlu dijelaskan istilahistilah yang ada dalam judul skripsi: “KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DAN ANAK DALAM MENANAMKAN NILAI IBADAH SHALAT DI KELURAHAN LABUHAN RATU RAYA KECAMATAN LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG.” Komunikasi Interpersonal, menurut Joseph A. Devito (dalam Onong Uchjana Effendy) adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika”.2 Sedangkan menurut R.Wayne Pace,” komunikasi interpersonal ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka”.3 Komunikasi

Interpersonal

yang

dimaksud

dengan

penulis

adalah

komunikasi yang terjadi didalam suatu keluarga antara orang tua dan anak. Yang mana komunikasi jenis ini biasanya terjadi secara langsung dan tatap muka, bersifat pribadi, tanpa direncanakan dan berlangsung setiap hari.

2

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori Dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:PT.Citra Adikarya Bakti,2003) ,h.59 3 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi ,(Jakarta:PT.Raja Grafindo,2014), h.36

2

Menanamkan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar, teratur dan terarah secara bertanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian dengan segala aspek-aspeknya.4 Sedangkan Nilai merupakan sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin dan menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai merupakan kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai dan dapat menjadi objek kepentingan. Ibadah merupakan berserah diri kepada Tuhan baik pada kehendak dan ketentuan-ketentuan untuk memperoleh Ridhonya. Setiap ucapan atau perbuatan yang merupakan pengabdiannya kepada Allah.5 Shalat adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir bagi Allah Ta‟ala dan disudahi dengan memberi salam.6 Labuhan Ratu Raya adalah sebuah Kelurahan yang terletak di Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung. Memiliki II LK yang di dalamnya terdapat 22 RT dengan jumlah laki-laki 9.372 jiwa sedangkan perempuan 9.341 jiwa jadi jumlah keseluruhan warganya 18.713 Jiwa. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dapat ditarik benang merah bahwa yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah suatu proses komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh orang tua pada anaknya untuk menanamkan

4

Depag RI, Pola Pembinaan Mahasiswa IAIN, (Jakarta:1983), h.6 M.Yusran Asmuni, Dirasah Islamiyah 1, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,1997) ,h.110 6 Sayid Sabiq, Fikih Sunnah,Cet Kelima (Bandung:PT Al Ma‟arif,1983) ,h.157 5

3

nilai ibadah shalat yang ada di Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung. Yang mencakup dari

aspek ibadah

maghdoh yaitu pada ibadah shalat. B. Alasan Memilih Judul Beberapa faktor yang mendorong penulis memilih judul skripsi ini untuk diteliti dan dianalisa lebih dalam adalah: 1. Karena komunikasi yang terjadi dilingkungan keluarga khususnya antara orang tua dan anak yang paling erat hubungannya dan

berlangsung

setiap hari. 2. Karena anak merupakan cerminan dari orang tua yang perlu dibimbing dan dijaga demi masa depannya, maka anak-anak harus dibentengi dengan ilmu agama. 3. Kurangnya kesadaran orang tua di RT 02 Kelurahan Labuhan Ratu Raya dalam menanamkan nilai–nilai ibadah shalat pada anaknya sendiri dan kebanyakan dari mereka mengandalkan orang lain untuk mengajarkan anaknya terkait ilmu-ilmu agama seperti hal nya dalam ibadah shalat. C. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal paling esensial dalam hubungan antar manusia, khususnya hubungan interpersonal di lingkungan keluarga. Komunikasi yang efektif yang terjalin antara semua anggota keluarga dapat menciptakan kebersamaan dan saling pengertian di dalam keluarga.

4

Hubungan keluarga ialah hubungan yang tidak bisa diputuskan dengan mudah. Keluarga perlu untuk melengkapi satu sama lain. Keluarga juga bisa diartikan sebagai orang-orang yang tinggal bersama. Oleh karena itu, komunikasi sangatlah penting dalam keluarga, terutama untuk mempererat hubungan antara orang tua dan anak. Salah satu bentuk komunikasi dalam sebuah keluarga adalah komunikasi interpersonal. Pada umumnya komunikasi interpersonal terjadi karena pada hakikatnya setiap manusia suka berkomunikasi dengan manusia lain, karena itu tiap-tiap orang selalu berusaha agar mereka lebih dekat satu sama lain. Komunikasi interpersonal penting bagi kebahagiaan hidup manusia. Bentuk komunikasi interpersonal dapat juga terjadi dalam sebuah keluarga yang melibatkan komunikasi antara orang tua dan anak. Karena orang tua merupakan lingkungan terdekat untuk membesarkan dan mendewasakan anak. Orang tua adalah lingkungan yang paling kuat dan berperan penting dalam perkembangan dan pendidikan anak. Anak membutuhkan orang lain dalam berkembang. Dalam hal ini, orang yang paling utama bertanggung jawab adalah orang tua. Di dalam suatu komunikasi tentu ada faktor yang menghambat jalannya komunikasi. Seperti dalam komunikasi interpersonal salah satunya adalah faktor situasioanal yang dapat mempengaruhi persepsi. Karena pada dasarnya sikap emosi akan mudah terpancing saat berada pada situasi yang salah. Anak biasanya memiliki emosi yang masih belum stabil, membuat orang tua sulit

5

dalam memberikan informasi. Orang tua harus mengerti keadaan emosi anaknya agar apa yang disampaikan bisa dipahami dan diterima oleh anak. Yang menarik dari status sebagai orang tua adalah bahwa apapun yang diperbuat orang tua, tujuan mereka semata-mata mengasuh, melindungi, mendidik dan menanamkan nilai-nilai ibadah kepada anaknya. Seperti halnya mengajarkan nilai ibadah shalat pada anak. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak. Hal ini dikarenakan keluarga adalah lingkungan yang pertama kali dikenal anak sebelum mengenali lingkungan sekolah dan masyarakat. Sebagai lingkungan yang pertama dan utama bagi perkembangan anak, peran orang tua dalam membentuk perilaku anak sangat besar. Sudah sepatutnya para orang tua menanamkan nilai-nilai agama kepada anak-anaknya sendiri tanpa campur tangan orang lain. Tidak bisa dipungkiri, nilai-nilai agama merupakan hal yang penting yang harus ditanamkan sejak anak usia dini. Nilai agama merupakan pondasi paling kokoh yang akan membentengi anak dari berbagai persoalan yang akan dihadapinya dewasa kelak. Islam adalah agama yang sempurna. Islam juga mengajarkan umat dalam mendidik dan berkomunikasi yang baik di dalam suatu keluarga, antara anak dan orang tua dan juga sebaliknya. Peran orang tua dalam mendidik anak perlu agar anak mampu membedakan mana yang baik atau buruk bagi anak tersebut. Selain itu juga diperlukan pendidikan tentang agama dalam sebuah keluarga, dengan

6

cara orang tua dapat memberikan contoh perbuatan-perbuatan yang dianjurkan khususnya dalam hal sholat. Untuk menanamkan nilai-nilai Ibadah shalat terhadap anak diperlukan kesabaran, dan juga harus terus menerus. Selain memberikan perintah orang tua juga perlu memberikan contoh kepada anaknya, karena dengan memberi contoh lebih terlihat sehingga anak dapat dengan mudah memahaminya. Karena pendidikan anak merupakan kewajiban orang tua seperti firman Allah SWT:

                       Artinya : “Hai orang-orang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”(QS At-Tahrim [66]:6) Dalam ayat di atas menjelaskan pentingnya memberikan pemahaman terhadap anak tentang nilai-nilai keIslaman. Peran orang tua dalam menanamkan ajaran-ajaran agama terhadap anak itu sangat penting selain untuk menghindari dari siksa api neraka juga sebagai benteng dalam diri anak kedepannya. Peran orang tua memang penting dalam mendidik anak, namun rata-rata orang tua di zaman sekarang ini lebih mengembankan tanggung jawab mereka kepada orang lain ataupun guru di sekolah anaknya berada. Mereka kurang menyadari mengajarkan anak khusunya tentang hal ibadah shalat merupakan

7

suatu keharusan dan ladang pahala bagi mereka sendiri. Kesibukan yang mereka jalani membuat mereka lalai dalam memperhatikan anak. Tak dapat dipungkiri banyak dari warga di RT 02 Kelurahan Labuhan Ratu Raya ini

memeluk agama Islam. Namun anak-anak mereka masih kurang

memahami terkait dengan ilmu agama khusunya Shalat. Sebagian dari anakanak tersebut mengerti tentang shalat karena diajarkan oleh orang lain ataupun guru-gurunya terlebih pada nilai-nilai yang terkandung dalam shalat. Ibu biasanya lebih telaten dalam hal mendidik buah hatinya. Karena ibu lebih bisa memahami kondisi psikolgis anaknya. Bersikap lembut dan bisa lebih sabar dalam hal mengajari anak. Tidak semua ibu-ibu yang ada di RT 02 ini memahami betul

tentang ilmu agama. Sebab itu mereka biasanya

menyekolahkan anaknya sejak dini agar bisa diajarkan oleh guruya. Masalah yang terjadi di daerah ini ialah bagaimana komunikasi yang terjadi antara anak dan orang tua tersebut, sehingga masih banyak anak yang belum mengerti ataupun memahami tentang nilai dari ibadah shalat itu sendiri. Mereka bisa melaksanakan shalat namun tidak memahami nilai yang terkandung ataupun faedah yang di dapat dari melaksanakn ibadah shalat, yang mereka tahu shalat itu hanya beribadah dan berdoa kepada Allah SWT. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti pada proses komunikasi interpersonal yang terjadi antara orang tua dan anak dalam

8

menanamkan nilai ibadah shalat di RT 02 LK II Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung. D. Rumusan Masalah Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana

proses

komunikasi

interpersonal

orang

tua

dalam

menanamkan nilai ibadah shalat pada anak di RT 02 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung? 2. Faktor apa yang menghambat komunikasi interpersonal orang tua dan anak dalam menanamkan nilai ibadah shalat di RT 02 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung? E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui proses komunikasi interpersonal yang terjadi antara orang tua dalam menanamkan nilai-nilai ibadah shalat pada anak di Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung. 2. Untuk mengetahui faktor penghambat komunikasi interpersonal antara orang tua terhadap anak dalam menanamkan nilai ibadah shalat di Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung.

9

Adapun dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna antara lain sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang berkaitan dengan komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian dapat memberikan gambaran bagi masyarakat khususnya RT 02 LK II Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung tentang pentingnya komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak dalam menanamkan nilai ibadah shalat. F. Metode Penelitian Metode berasal dari bahasa Yunani, Methodos yang berarti cara atau jalan. Jadi metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan permasalahan. Penelitian adalah terjemahan dari bahasa inggris, research yang berarti usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dan dengan cara hati-hati, sistematis, serta sempurna terhadap permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau

10

menjawab problemnya. Dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan.7 1. Jenis dan Sifat Peneltian Suatu penelitian bertujuan untuk memahami suatu permasalahan sehingga dapat dikembangkan kebenarannya, maka perlu dibutuhkan suatu metode dalam sebuah penelitian, yakni rumusan yang terdiri dari sejumlah langkah-langkah yang dirangkaikan, dalam upaya untuk memenuhi kriteria ilmiah secara sistematis. Jenis penelitian yang akan penulis laksanakan dalam penelitian ini berupa lapangan (field research ), maksudnya suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis dan mendalam dengan mengangkat data-data yang ada dilapangan8”. Sehingga dalam pelaksanaanya penelitian ini mengharuskan penulis untuk terjun ke lapangan guna menggali data dan fakta yang terjadi secara langsung dan objektif. Berdasarkan penelitian yang dipilih, maka dapat diketahui bahwa data-data dalam penelitian dihimpun berdasarkan hasil observasi dan interview secara langsung. Adapun data-data yang diangkat dari lapangan dalam penelitian adalah data tentang proses komunikasi interpersonal

7

Joko Subagio, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta:Rineka Cipta,1997) ,h.2. 8 Ibid,h.4.

11

antara orang tua dan anak dalam menanamkan nilai ibadah shalat di RT 02 LK II Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung. Sifat penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan, menggambarkan variable-variable masa lalu dan masa sekarang (yang akan datang).9 2. Populasi dan Sampel a. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian,10 populasi disebut juga univers tidak lain dari daerah generalisasi yang diwakili oleh sampel. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KK (Kepala Keluarga) yang ada di RT 02 LK II Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu yang berjumlah 130 Kepala Keluarga.11 b. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.12 Teknik sampling yang digunakan dengan cara non random sampling yang artinya tidak semua individu dalam populasi diberi peluang yang sama untuk ditegaskan menjadi anggota sampel tetapi hanya individuindividu tertentu. 9

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta:Rineka Cipta,1993) ,h.10. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:PT Rineka Cipta,2006) ,h.130. 11 Dokumentasi hasil prasurvey penulis di Kelurahan Labuhan Ratu Raya tahun 2016, dicatat hari Selasa tanggal 27 Desember 2016. Pukul 11.00 WIB. 12 Suharsimi Arikunto,Op.Cit,h.131. 10

12

Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas dasar ciriciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat yang sudah diketahui sebelumnya.13 Adapun kriterianya sebagai berikut: 1) Beragama Islam 2) Memiliki keluarga lengkap ayah dan ibu 3) Anak usia 4 sampai 12 tahun 4) Orang tua minimal lulusan SMA sederajat 5) Orang tua yang taat dalam beragama 6) Orang tua dan anak yang tinggal dalam satu rumah Berdasarkan kriteria diatas, maka jumlah sampel dalam penelitian berjumlah 15 KK dengan catatan dari 15 KK tersebut setiap keluarga diambil satu orang ibu dan satu orang anak. Jadi jumlah keseluruhan sample ialah 30 orang. 3. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data untuk kepentingan penelitian ini, penulis menempuh cara-cara yaitu diawali dengan cara membaca, mencatat,

13

Sutrisno Hadi, Metode Research,Jilid I, (Yogyakarta:Fak.Psikologi UGM,1993),h.207.

13

mengutip, memilih lalu menyusun data yang diperoleh menurut pokok bahasan masing-masing. Adapun alat pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut: a. Metode Observasi Observasi adalah adanya perilaku yang tampak dan adanya tujuan yang ingin dicapai.14 Perilaku yang tampak dan dapat berupa perilaku yang dapat dilihat langsung oleh mata, dapat didengar, dapat dihitung, dan dapat diukur. Dengan pengertian tersebut jelaslah bahwa yang dimaksud dengan teknik observasi adalah pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung terhadap subyek dengan alat indra. Metode ini penulis gunakan untuk mengamati dan mencatat kejadian-kejadian pelaksaan komunikasi interpersonal yang terjadi antara otang tua dan anak dalam menanamkan nilai ibadah shalat, untuk mendapatkan data lapangan yang dijadikan peneliti sebagai temuan data lapangan dalam skripsi ini. b. Metode Wawancara

14

,h.131.

Haris Herdiansyah, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Jakarta:Salemba Humanika,2012)

14

Wawancara merupakan percakapan antara dua orang yang salah satunya bertujuan untuk menggali dan mendapatkan informasi untuk suatu tujuan tertentu.15 Adapun jenis interview yang diterapkan dalam penelitian ini adalah interview bebas terpimpin, yaitu suatu proses tanya jawab dimana dalam mengemukakan pertanyaan dilakukan secara bebas tetapi isi pertanyaan tersebut berpedoman pada pokok-pokok yang telah disusun terlebuh dahulu. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan.16 4. Metode Analisis Data Setelah semua data terkumpul melalui instrument pengumpul data yang ada maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data-data tersebut. Dalam menganalisa data penulis menggunakan metode analisa kualitatif,

15 16

,h.158.

Haris Herdiansyah, Op.Cit, h.118. Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta:Rineka Cipta,2008)

15

yakni penelitian ini dapat menghasilkan data deskriptif yang berupa katakata tertulis atau lisan dari individu dan perilaku yang dapat diamati.17 Pada tahap akhir peneliti menarik sebuah kesimpulan dimana peneliti menggunakan cara berfikir deduktif, yaitu pengambilan kesimpulan yang bersifat umum ke khusus. Pengetahuan khusus yang dimaksud di sini yaitu temuan-temuan tentang proses komunikasi interpersonal antara orang tua kepada anaknya dalam menanamkan nilai ibadah shalat. G. Tinjauan Pustaka Pembahasan tentang komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak sudah ada yang membahasnya hal tersebut dikarenakan orang tua berperan penting dalam pendidikan anak, berikut ini penulis berikan beberapa hasil penelitian yang ada relevansinya dengan judul yang penulis buat sebagai berikut: 1. Komunikasi Antarpribadi orang tua terhadap anak dalam pembinaan akhlak di Desa Banjar Agung Kelurahan Belu Kecamatan Kota Agung Barat. Judul skripsi tersebut disusun oleh Sri Asmida yang lulus pada tahun 2015, dengan isi pembahasan upaya yang dilakukan orang tua pada anak dalam membina akhlak anak sesuai dengan ajaran agama Islam.18

17

J.Lexi Meleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT.Remaja Rosda Karya,2001) ,h.3. 18 Sri Asmida,”Komunikasi Antarpribadi Orang TuaTerhadap Anak dalam Pembinaan Akhlak di Desa Banjar Agung Keluarga Belu Kecamatan Kota Agung Barat”, (Skripsi Program S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Raden Intan Lampung,2015) ,h.2.

16

2. Komunikasi Interpersonal dalam membentuk keharmonisan antara orang tua dan anak di Desa Gedung Agung Kecamatan Jati Agung. Judul skripsi tersebut disusun oleh Uhibbuddin Alhaqq yang lulus pada tahun 2016, dengan isi pembahasan bahwa upaya yang dilakukan orang tua dalam membentuk keharmonisan dalam suatu keluarga khususnya antara orang tua dan anak. Diharapkan masalah yang terjadi antara orang tua dan anak dapat teratasi. Selain itu juga dengan adanya komunikasi interpersonal maka akan tercipta hubungan yang harmonis berdasarkan kasih saying antara orang tua dan anak.19

19

Uhibbuddin Alhaqq,”Komunikasi Interpersonal Dalam Membentuk Keharmonisan Antara Orang Tua dan Anak di Desa Gedung Agung Kecamatan Jati Agung”, (Skripsi Program S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Raden Intan Lampung, Bandar Lampung,2016) ,h.4.

17

BAB II KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DAN ANAK DAN NILAI IBADAH SHALAT A. Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi Interpersonal Joseph

A.

Devito

mendefinisikan

komunikasi

interpersonal

(antarpribadi) sebagai “proses pengiriman pesan-pesan antara dua orang atau lebih diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan umpan balik seketika.20 Pengertian ini sesuai dengan pendapat Hafied Cangara yang menyatakan

bahwa

komunikasi

interpersonal

adalah

“suatu

proses

komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka”.21 Sedangkan menurut Wiranto dikatakan bahwa “komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih , baik secara terorganisir maupun dalam keluarga”.22 Menurut Onong Uchjana Effendy umpan balik dalam komunikasi interpersonal dapat langsung diketahui karena komunikasi dilakukan dengan

20 21

,h.32. ,h.13.

22

Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, (Bandung:CV. Remaja Rosda Karya,1986) ,h.60. Hafied Changara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,2004) Wiranto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta:Gramedia Widia Sarana Indonesia,2004)

18

tatap muka (face to face communication) dan tanggapan komunikan segera diketahui. Menurut Agus M. Hardjana komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula. Menurut Deddy Mulyana komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik secara verbal maupun non verbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang seperti suami istri, dua sahabat, guru dan murid, orang tua dan anak dan sebagainya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud komunikasi interpersonal (antarpribadi) adalah suatu proses komunikasi yang biasanya terjadi antara dua orang atau lebih yang berlangsung secara tatap muka, komunikasi ini jenis ini sangat efektif karena dapat langsung diketahui respon dari komunikan. Komunikasi interpersonal pada dasarnya sangat penting dalam rangka menjalin hubungan dalam proses kehidupan , terutama komunikasi yang terjadi antara orang tua dan anak. 2. Proses Komunikasi Interpersonal Komunikasi sebagai proses pengoperan atau penyampaian pesan secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk proses, yaitu proses

19

komunikasi primer dan proses komunikasi sekunder. Mengenai kedua proses komunikasi ini telah dijelaskan oleh Onong Uchjana Effendy sebagai berikut: “proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang disini berupa bahasa, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan”.23 Proses komunikasi sekunder adalah “proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama”.24 Berkaitan dengan dua bentuk komunikasi di atas, maka komunikasi interpersonal merupakan salah satu bentuk proses komunikasi primer, karena komunikasi interpersonal berlangsung secara face to face (tatap muka) dalam suatu percakapan dengan menggunkan bahasa lisan. Dalam

komunikasi

interpersonal,

hubungan

yang baik

antara

komunikator dengan komunikan juga harus dijaga dengan baik, karena berhasil tidaknya komunikan tergantung pada hubungan yang baik diantara mereka. Menurut Jalaluddin Rakhmat ada dua tahap hubungan, tahap pertama disebut “tahap perkenalan, hendaknya komunikator memberikan kesan pertama yang bagus seperti penampilan yang menarik, sikap yang baik. Tahap kedua yaitu “peneguhan hubungan, ada empat faktor penting dalam memelihara hubungan yaitu: faktor keakraban pemenuhan kebutuhan rasa kasih sayang, faktor control (kedua belah pihak saling mengontrol), faktor

23 24

Onong Uchjana Effendy, Op-Cit, h.11. Ibid, h.16.

20

ketetapan respon yang merupakan pemberian respon sesuai dengan stimulus yang diterima, faktor keserasian susana emosioal ketika berlangsunganya komunikasi”.25 Menurut david

Berlo

dalam

The Proses

Of Communication

menekankan bahwa diantara komunikator dengan komunikan harus terdapat hubungan interdepensi.26 Interdepensi adalah “kedua belah pihak terdapat hubungan yang saling mempengaruhi”. Oleh sebab itu, orang tua dalam berkomunikasi tidak boleh melihat pada kepentingannya sendiri tetapi juga harus

melihat

pada

kepentingan

dan

kebutuhan

anaknya

dengan

memeperhatikan kepentingan dan pendapatnya serta menciptakan hubungan yang akrab. Selain itu, dalam komunikasi interpersonal juga dibutuhkan sikap saling menghormati dan mempercayai antara orang tua dan anak yang didasarkan pada persamaan antara keduanya, karena keberhasilan dari komunikasi yaitu dengan adanya persamaan sikap antara orang tua dan anak. Dinh Meyer dan Kay telah menguraikan mengenai ciri-ciri hubungan yang didasari persamaan seperti yang dikutip oleh Maurice Balson sebagai berikut: a. Saling memperhatikan dan memperdulikan b. Saling memberikan empati

25

Ibid, h.126. Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Peaktek,(Bandung:Remaja Rosdakarya,1974) ,h.95. 26

21

c. Adanya keinginan untuk saling mendengarkan satu sama lain d. Lebih menekankan pada asset dari pada melihat kesalahankesalahn e. Adanya rasa keterikatan untuk ikut bekerjasama, disamping memanfaatkan persamaan hak dan kewajiban dalam memecahkan dan menyelesaikan konflik-konflik f. Sama-sama

satu

pemikiran

dan

perasaan

serta

tidak

menyembunyikan dan menanggung beban sendiri g. Saling merasakan satu keterikatan terhadap tujuan hidup bersama h. Saling membantu dan menerima satu sama lain karena tidak ada orang yang sempurna dalam perkembangan hidupnya.27 3. Jenis-jenis Komunikasi Interpersonal Secara teoritis komunikasi interpersonal di klasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya, yaitu: a. Komunikasi Diadik ( dyadic communication) Komunikasi diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut Pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog, dan wawancara. Percakapan berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal. Dialog berlangsung dalam situasi 27

Maurice Balson, M arifin (penerjemah), Bagaimana Menjadi Orang Tua yang Baik, (Jakarta:Bumi Aksara,1993), h.147.

22

yang lebih intim, lebih dalam, dan lebih personal, sedangkan wawancara sifatnya lebih serius, yakni adanya pihak yang dominan pada posisi bertanya dan yang lainnya pada posisi menjawab.28 b. Komunikasi Triadik (triadic communication) Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Jika misalnya A yang menjadi komunikator maka ia pertama-tama menyampaikan kepada komunikan B, kemudian kalau dijawab atau ditanggapi, beralih kepada komunikan C juga secara dialogis. Apabila dibandingkan dengan komunikasi triadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, karena komunikator hanya memusatkan perhatiannya kepada komunikan, sehingga ia dapat mengusai frame of reference komunikan sepenuhnya, juga umpan balik yang berlangsung, kedua faktor yang sangat berpengaruh terhadap efektifitas tidaknya proses komunikasi,29 4. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal (Antarpribadi) Beberapa ciri khas yang dimiliki komunikasi antarpribadi yang menjadi pembeda dengan komunikasi massa adalah :

28

Hafied Cangara,Op.Cit, h. 36-37. Onong Uchjana, Ilmu,Teori Dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:PT.Citra Aditya Bakti,2003), h.62-63. 29

23

a. Arus pesan cenderung dua arah b. Konteks komunikasi adalah tatap muka c. Tingkat umpan balik yang tinggi atau cepat mengerti d. Kemampuan menguasai tingkat selektifitas sangat tinggi e. Kecepatan untuk menjangkau sasaran yang lebih besar sangat lamban f. Efek yang terjadi antara lain adalah perubahan sikap.30 Melihat ciri-ciri diatas maka sangatlah jelas dengan komunikasi yang cenderung dua arah dan berlangsung secara tatap muka, maka komunikator dapat melihat langsung umpan balik yang diberikan komunikan. Hal ini juga memungkinkan terjadinya perubahan sikap secara cepat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain melalui teknik komunikasi persuasive. Jenis komunikasi ini sangatlah baik digunakan dalam mengarahkan sikap dan tindakan seseorang, sama halnya dengan menanamkan nilai-nilai agama islam pada anak yang akan berjalan lebih efektif apabila terjadi komunikasi yang baik. 5. Fungsi Komunikasi Interpersonal Menurut definisinya, fungsi adalah sebagai tujuan di mana komunikasi digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Fungsi utama komunikasi ialah

30

Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta:Citra Aditya bakti,1997), h.13.

24

mengendalikan lingkungan guna memperoleh imbalan-imbalan tertentu berupa fisik, ekonomi dan sosial.31 Johnson (dalam A. Supraktik) menyatakan bahwa “komunikasi interpersonal

memiliki

beberapa

manfaat

bagi

kehidupan

manusia,

diantaranya: a. Membantu perkembangan intelektual dan sosial. b. Terbentuknya jati diri melalui interaksi dan komunikasi dengan sesamanya. c. Terbentuknya kemampuan dalam memahami realitas yang terjadi di sekeliling. d. Terbentuknya kesehatan mental yang ditentukan oleh kualitas komunikasi/hubungan dengan orang lain, terlebih orang-orang yang merupakan tokoh signifikan dalam kehidupan individu32.” Berdasarkan

beberapa

manfaat

komunikasi

interpersonal

(antarpribadi) di atas, dapat diketahui bahwa komunikasi interpersonal yang dilakukan orang tua kepada anaknya dapat berpengaruh pada perkembangan mental anak kedepannya. Karena orang tualah yang berperan dalam menjaga, merawat, mendidik dan membimbing anaknya 6. Tujuan Komunikasi Interpersonal 31

Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta:Kencana,2011), h.27. 32 A. Supratiknya, Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis, (Yogyakarta:Kanisius,1995) ,h.15.

25

Terdapat berbagai tujuan dalam komunikasi interpersonal. Menurut Arni Muhammad tujuan komunikasi interpersonal tidak perlu disadari pada saat terjadinya pertemuan dan juga tidak perlu ditanyakan, tujuan ini boleh disadari atau tidak disadari dan boleh disengaja atau tidak disengaja. Diantara tujuan-tujuan itu sebagai berikut: a. Menemukan Diri Sendiri Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lainkita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Kenyataanya sebagian besar dari persepsi kita adalah hasil dari apa yang telah kita pelajari dalam pertemuan interpersonal. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai atau mengenai diri kita. b. Menemukan Dunia Luar Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Hal ini menjadikan kita memahami lebih baik dunia luar, dunia objek, kejadian-kejadian dan orang lain. c. Membentuk dan Menjaga Hubungan yang Penuh Arti

26

Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabdikan untuk membentuk dan menjaga hubungan dengan orang lain. d. Berubah Sikap dan Tingkah Laku Banyak waktu kita gunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu. Kita lebih sering memebujuk

melalui

komunikasi

interpersonal

dari

pada

komunikasi secara media massa. e. Untuk Bermain dan Kesenangan Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan dilingkungan kita. f. Untuk Membantu Ahli-ahli

kejiwaan,

ahli

psikologis

klinis

dan

terapi

menggunakn komunikasi interpersonal dalam kegiatan professional mereka mengarahkan kliennya. Kita smua juga berfungsi

27

membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Apakah

professional

memberikan

bantuan

atu

tidak

tergantung

professional, kepada

keberhasilan

pengetahuan

dan

keterampilan komunikasi interpersonal.33 Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa tujuan komunikasi interpersonal adalah untuk mencapai kedekatan dan kenyamanan dalam berkomunikasi sehingga dapat diterima oleh orang-orang lingkungan kita sehari-hari dan untuk keberhasilan pencapaian tujuan yang sudah ditargetkan. 7. Klasifikasi Komunikasi Interpersonal Ada bermacam-macam nama dalam komunikasi interpersonal antaranya komunikasi diadik, dialog, wawancara, percakapan, dan komunikasi tatap muka.

Redding mengembangkan klasifikasi komunikasi interpersonal

menjadi interaksi intim, percakapan sosial, interogasi atau pemeriksaan dan wawancara: a. Interaksi Intim Interaksi intim termasuk komunikasi diantara teman baik, pasangan yang sudah menikah, keluarga, dan orang yang mempunyai ikatan emosional yang kuat. b. Percakapan Sosial 33

H.A.W. Wijaya, Komunikasi(Komunikasi dan Hubungan Masyarakat), (Jakarta:Bumi Aksara,1997), h.18.

28

Percakapan sosial adalah interaksi untuk menyenangkan seseorang secara sederhana dengan sedikit berbicara. Percakapan biasanya tidak begitu terlibat secara mendalam. c. Interogasi dan Pemeriksaan Interogasi dan pemeriksaan adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam control , yang meminta atau bahkan menuntut informasi dari pada yang lain. d. Wawancara Wawacara adalah salah satu bentuk komunikasi interpersonal dimana dua orang terlibat dalam percakapanyang berupa tanya jawab. Salah seorang mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi dan yang lainnya mendengarkan dengan baik kemudian memberikan jawaban yang dikehendaki sampai tujuan wawancara tercapai. Dengan demikian dapat dipahami bahwa komunikasi interpersonal dapat dibedakan menjadi komunikasi antara dua orang dalam pertemuan langsung. 8. Efektifitas Komunikasi Interpersonal

29

Menurut Kumar kemudian dikutp oleh Wiranto dalam bukunya pengantar ilmu komunikasi antarpribadi mempunyai beberapa efektivitas, sebagai berikut: a. Keterbukaan, sikap dapat menerima masukan dari orang lain, serta berkenaan menyampaikan informasi penting kepada orang lain. b. Empati,

kemampuan

seseorang

untuk

merasakan

kalau

seandainya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang dialami orang lain, dapat merasakan apa yang orang lain, dan dapat memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain melalui kacamata orang lain, c. Dukungan, hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness) artinya masing-masing pihak yang berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara terbuka. d. Sikap positif, sikap positif ditunjukan dalam bentuk sikap dan perilaku. Sikap positif dapat ditunjukan dengan berbagai macam perilaku dan sikap antara lain: menghargai orang lain, berfikiran positif terhadap orang lain, tidak menaruh curiga secara berlebihan dan meyakini pentingnya orang lain.

30

e. Kesetaraan, pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disampaikan.34 B. Penananamn Nilai Ibadah Shalat 1. Pengertian Penanaman Nilai Menurut H. Una dalam Chabib Thoha, nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup system kepercayaan dalam mana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan. Abdullah Sigit dalam Chabib Toha menggolongkan nilai dalam tujuh jenis yaitu : 1)

nilai ilmu pengetahuan, 2) nilai ekonomi, 3) nilai

keindahan, 4) nilai politik, 5) nilai keagamaan, 6) nilai kekeluargaan, 7) nilai kejasmanian. Dari beberapa nilai tersebut, tanpa merendahkan nilainilai yang lain, pada penelitian nilai keagamaan menjadi bahasan yang paling utama pada tema penelitian ini.

Dengan nilai keagamaan

diharapkan anak tidak hanya memiliki intelektual tetapi juga memiliki spiritual. Penananamn nilai keagamaan adalah suatu cara untuk menyampaikan, menerapkan atau menyumbangkan suatu nasehat yang dilakukan orangtua terhadap anaknya agar dapat menjalankan semua perintah-Nya dan

34

Ibid, h.37.

31

menjauhi diri dari segala larangannya, dengan berpedoman kepada semua ajaran-ajaran Rasulullah SAW. Penanaman nilai ibadah dan akhlak sangatlah penting sebagaimana kita ketahui orang yang tidak menjalankan perintah agama Islam dan rusak akhlaknya disebut orang-orang kafir, hal ini akan dibahas secara mendalam sesuai dengan fokus penelitian penulis. 2. Pengertian Shalat Shalat arti bahasanya “doa” sedangkan arti menurut istilah ialah perbuatan yang diajarkan oleh syara dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan memberi salam. Takbiratul ihram ialah mengucapkan Allahu Akbar yang dilakukan dengan mengangkat kedua tangan kearah kepala sambil berdiri untuk memulai rakaat pertama, sedangkan salam ialah mengucapkan “assalamualiakum warahmatullahi wabarakatuh‟ pada saat mengakhiri shalat yaitu pada waktu duduk tasyahud dengan memalingkan muka ke sebelah kanan dan kiri.35 Bagian dari pada ibadah adalah sholat. Sholat secara bahasa memiliki pengertian doa atau doa memohon kebajikan atau pujian.

       Artinya :Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Adz ZAriyaat [51] :56) 35

Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta:PT. Bulan Bintang ,1984), h.198.

32

Sesuai dengan pengertian di atas, maka sholat dapat diartikan suatu pelaksanaan ibadah yang dilakukan dengan berdoa memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa mengharap keselamatan di dunia dan di akhirat dengan menggunakan tata cara yang telah ditentukan yaitu dengan diawali takbir dan diakhiri dengan salam dan dilaksanakan secara khusyuk dan ikhlas semata-mata karena Allah SWT. 3. Macam-macam Shalat , Hakekat dan Rukun Shalat, Waktu-waktu Shalat a. Macam –macam Shalat Shalat ialah berdoa kepada Allah yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan memberi salam. Shalat terbagi menjadi dua yaitu shalat wajib dan shalat sunnah yakni sebagai berikut: Shalat wajib 1) Shalat Zuhur : adapun waktunya mulai dari tergelincirnya matahari,

sampai

ketika

bayang-bayang

suatu

benda

panjangnya seukuran benda aslinya setelah tergelincinya matahari. 2) Shalat Ashar : adapun waktunya dimulai dari bayang-bayang suatu benda, panjangnya lebih panjang dari benda aslinya, sampai waktu al-ikhtiyar (berdasarkan waktu yang terpilih), atau waktu al-jawaz (berdasarkan eaktu yang diperbolehkan) sampai pada waktu terbenamnya matahari.

33

3) Shalat Magrib : waktunya cuma satu yaitu terbenamnya matahari dengan kadar kira-kira melaksanakan 5 rakaat shalat. 4) Shalat Isya : waktunya dimulai dari hilangnya mega merah (yang berada dibelahan barat langit) sedangkan akhirnya berdasarkan waktu yang terpilih sampai sepertiga malam. Sedangkan berdasarkan waktu yang diperbolehkan sampai terbitnya fajar kedua. 5) Shalat Subuh : waktunya dimulai dari hilangnya fajar yang kedua, sedangkan akhirnya sampai waktu fajar terlihat terang.36 Selain dari kelima shalat wajib di atas, adapun beberapa shalat sunnah antara lain : 1) Shalat Rawatib yaitu shalat yang dilakukan sebelum atau sesudah shalat fardhu dan dilakukan sendiri (munfarid) yaitu antara lain:

36

-

Dua rakaat sebelum sembahyang subuh.

-

Dua atau empat rakaat sebelum dan atau sesudah zuhur.

-

Dua rakaat sesudah maghrib.

-

Dua rakaat sesudah isya.

Ulin Nuha, Ringkasan Kitab Fiqih Imam Syafi’I, (Yogyakarta:Mutiara Media,2014), h.35.

34

2) Shalatullail yaitu shalat yang dilakukan di waktu malam yang terdiri dari -

Shalat Tahajud pada waktu tengah malam atau akhir malam.

-

Shalat Tarawih pada bulan ramadhan

-

Shalat witir yang dilaksanakan minimal satu rakaat.

3) Istikharah yaitu shalat yang dilakukan sebanyak dua rakaat dan dilaksankan pada setiap saat shalat. Shalat sunnah ini dilakukan untuk memohon petunjuk atas adanya dua pilihan untuk dipilih salah satu yang paling baik. 4) Istisqa yaitu shalat yanh dilakukan sebanyak dua rakaat untuk meminta hujan karena kekeringan sebagai akibat musim kemarau yang panjang dan dilakukan dengan berjamaah di lapangan. 5) „Idain yaitu shalat yang berarti shalat dua Id yakni shalat Idul Fitri dan shalat Idul Adha atau shalat Id setelah selesai ibadah shiam pada bulan ramadhan dan shalat Idul adha yang dilaksanakan dalam waktu ibadah haji (setelah wukuf di arafah). Shalat Idul Fitri dilaksanakan pada waktu pagi hari setelah membagikan zakat fitrah sedangkan shalat Idul Adha lebih

35

pagi dan keduanya diikuti oleh khutbah karena setelah itu dianjurkan untuk memotong dan membagikan qurban selama tiga hari sesudah Idul Adha yaitu pada hari tasyrik. 6) Gerhana yaitu shalat sunnah gerhana ada dua macam yaitu shalat gerhana bulan dan shalat gerhana matahari. Shalat sunnah ini dilakukan sebanyak masing-masing dua rakaat dan dilaksanakan berjamaah. Masing-masing rakaat dengan dua alfatihah dan dua ruku setelah selesai rukuk yang pertama tidak langsung sujud tetapi berdiri (itidal) kembali kemudian sujud untuk rakaat pertama begitu pula hal yang sama pada rakaat yang kedua. Pada shalat sunnah ini diikuti khutbah. 7) Tahiyyatul Masjid yaitu shalat sunnah yang dilakukan oleh seorang muslim secara munfarid apabila yang bersangkutan memasuki masjid dan dilakukan sebanyak duaa rakaat. 8) Syukrul Wudahu yaitu shalat sunnah yang dilakukan setelah selesai mengambil wudhu sebanyak dua rakaat untuk memohon sesuatu. Shalat sunnah ini sering kali disebut shalat hajat.37 b. Rukun dan Hakekat Shalat

37

Dasar-dasar Agama Islam,Op.Cit .h.208-210

36

Pada dasarnya ibnu Qoyyim Rahimatullah menguraikan hakekat shalat, tidak dapat diragukan bahwa shalat merupakan perkara yang sangat menggembirakan hati bagi orang-orang yang mencintainya. Puncak keadaaan orang-orang yang jujur dan keadaan orang-orang yang meneliti di jalan Allah. Shalat merupakan rahmat Allah yang dianugerahkan kepada hamba-Nya. Allah memberi petunjuk kepada mereka untuk bisa melaksanakannya sebagai rahmatbagi mereka. Supaya dengan shalat tersebut mereka memperoleh kemuliaan dariNya dan keberuntungan karena dekat dengan-Nya. Adapun 18 rukun dalam shalat adalah sebagai berikut: 1) Niat. 2) Berdiri bagi yang mampu. 3) Takbiratul Ikhram (membaca takbir pembuka shalat). 4) Membaca surat al-fatihah dan basmallah termasuk ayat surat alfatihah. 5) Rukuk. 6) Thumakninah (berdiam) dalam rukuk. 7) Iktidal (bangun dari rukuk). 8) Thumakninah (berdiam) dalam iktidal (bangun dari rukuk). 9) Sujud. 10) Thumakninah (berdiam) dalam sujud.

37

11) Duduk antara 2 sujud. 12) Thumakninah (berdiam) dalam duduk antara 2 sujud. 13) Duduk tahiyat akhir. 14) Membaca syahadat dalam duduk tahiyat akhir. 15) Membaca shalawat Nabi dalam duduk tahiyat akhir. 16) Membaca salam yang pertama. 17) Niat keluar dari shalat. 18) Tertib ( urut berdasarkan urutan pertama sampai terkahir urutan ke 17).38 c. Waktu-waktu Shalat Rasulullah SAW sudah menjelaskan dengan gambling bahwa memang ada waktu-waktu tertentu dimana sholat-sholat fardhu harus dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Ada beberapa masa dimana menjadi saat-saat yang tidak boleh dilakukan sholat yaitu masa ketika matahari sedang terbit, ketika matahari terbenam dan matahari tinggi tepat di atas kepala karena waktu-waktu ini dulu menjadi waktu yang sering digunakan oleh orang-orang kafir untuk memuja berhalaberhala mereka.39

38

Ulin Nuha, Op.Cit, h.38. Ruqaiyyah Waris Maqsaad&Muhammad Iqbal, Buku Pintar Sholat( Panduan Lengkap Sholat Seperti yang Diajarkan Nabi Muhammad SAW), (Jakarta:Inovasi), h.45. 39

38

Ada lima waktu yang tidak diperbolehkan mengerjakan shalat, kecuali shalat yang memiliki sebab: 1) Setelah shalat subuh sampai terbitnya matahari. 2) Ketika terbitnya matahari, sehingga benar-benar sempurna terbitnya dan telah terangkat. 3) Ketika matahari benar-benar di pertengahan langit sampai waktu tergelincirnya matahari. 4) Setelah shalat Ashar sampai terbenamnya matahari. 5) Ketika terbenamnya matahari sampai benar-benar sempurna terbitnya.40

Hukum shalat Hukum pelaksanaan sholat adalah wajib atau fardhu‟ain yaitu apabila dikerjakan mendapat pahala dan bila ditinggalkan mendapat dosa, sholat merupakan suatu pekerjaan yang diwajibkan kepada setiap individu muslim, sholat merupakan perintah langsung yang datangnya dari Allah SWT. Dalam sebuah Firman Allah SWT SWT disebutkan Al-Baqarah : 43 disebutkan :

        40

Ulin Nuha ,Op.Cit. h.42.

39

Artinya : “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk”.(Q.S AL Baqarah [2]:43) . Pada ayat tersebut Allah telah memerintahkan seluruh hambanya untuk melaksanakan shalat, tak terkecuali anak-anak seperti dalam hadis berikut ini : ”Telah bersabda Rasulullah SAW, suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat bila mereka telah berusia tujuh tahun, dan pukullah jika meninggalkannya bila mereka telah berumur sepuluh tahun dan pisahpisahkanlah mereka di tempat tidur”(HR.Ahmad, Daud dan Hakim yang mengatakan hadist ini shahih atas syarat Muslim.41 Dalam hadis tersebut sudah jelas bahwasannya anak-anak sudah sepatutnya diajarkan shalat sejak usia mereka belia. Ketika mereka berumur 10 tahun, wajib baginya untuk mengerjakan shalat dan hukum lah apabila mereka meninggalkan shalat dengan memberi pukulan sesuai dengan hadis Rasulullah SAW. Adapun yang dituntut untuk mengerjakan Shalat adalah “ orang muslim yang mukallaf, yaitu : yang telah baligh, berakal sehat, lelaki atau, perempuan yang suci.42 Syarat-syarat Shalat a. Berwudhu

41 42

Sayid Sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung:PT.Al Ma‟arif,1983), h.169. Alli A‟S‟ad, Fathul Mu’in, (Menara Kudus,1980), h.9.

40

Hai orang yang beriman, bila kamu hendak mengerjakan shalat, basuhlah mukamu dan kedua tanganmu sampai siku. Sapulah kepalamu (dengan air) dan cucilah kedua kakimu hingga ke mata kaki. b. Mandi apabila Kotor Dan jika kamu dalam keadaan junub, bersihkanlah dirimu (dengan mandi). Tetapi jika kamu sakit atau dalam perjalanan dan tidak mendapatkan air maka bertayamumlah dengan tanah yang baik. c. Mengenakan pakaian bersih Usahakanlah ketika melaksanakan shalat hendaknya menggunakan pakaian yang bersih dari najis ataupun kotoran yang lainnya. d. Arah bershalat Ketika ingin melaksanakan shalat palingkanlah wajahmu kea rah Masjidil Haram. e. Waktu bershalat Kerjakanlah shalat waktu condongnya matahari sampai gelapnya malam.43 4. Nilai-nilai Yang Terkandung Dalam Ibadah Shalat Sesuatu yang berharga, berguna dan indah serta memperkaya batin dan menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya disebut nilai. Artinya sesuatu yang memiliki nilai sudah pasti akan berguna bagi 43

Thomas Ballantine Irving,dkk, Al Quran (Tentang Aqidah & Segala Amal Ibdah Kita), (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2002), h.169-172.

41

seseorang. Seperti halnya dalam ibadah shalat. Shalat tidak hanya sekedar beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa namun juga memiliki nilai-nilai di dalamnya. Nilai – nilai shalat itu sendiri antara lain : a. Kebersihan Ketika seseorang hendak melaksankan shalat atau beribadah kepada Allah SWT tentu ia harus dalam keadaan yang bersih, suci dari hadas maupun najis. Salah satu mensucikan diri adalah dengan berwudhu.

Berwudhu merupakan syarat dalam shalat dan itu

merupakan wajib hukumnya.

Wudhu itu mempunyai fardhu dan

rukun-rukun, seandainya salah satu di antanya ketinggalan, tiadalah wudhu itu terwujud dan tiada dipandang sah menurut agama.44 Adapun peeinciannya sebagai berikut: Pertama, ialah niat, maksudnya ialah kemauan yang tertuju terhadap perbuatan demi mengharap keridhaan Allah dan mematuhi peraturannya. Kedua, Membasuh muka satu kali, artinya mengalirkan air ke atasnya karena arti membasuh itu ialah mengalirkan. Ketiga, Membasuh kedua tangan sampai siku, siku itu ialah engsel yang menghubungkan tangan dengan lengan dan kedua siku itu yang wajib dibasuh karena selalu dilakukan oleh Nabi SAW.

44

Fikih Sunnah.Op.cit, h. 68.

42

Keempat, Menyapu kepala, menyapu maksudnya ialah melapkan sesuatu yang basah. Kelima, Membasuh kedua kaki serta kedua mata kaki. Inilah yang pasti dan mutawir dari perbuatan maupun perkataan Rasulullah SAW. Keenam, Tertib. Dengan berwudhu secara tidak langsung mengajarkan kita untuk senantiasa dalam keadaan bersih. Terlebih dalam hal beribadah kepada Allah SWT. Karena kebersihan juga sebagian daripada iman. b. Kedisplinan Pada dasarnya sholat memiliki waktu-waktu tertentu. Sholat fardu yang diwajibkan kepada kita sebanyak lima kali dalam seharisemalam itu. Waktu nya pun masing-masing sudah ditentukan. Seperti sholat zuhur , sholat ashar, sholat magrib , sholat isya dan sholat subuh. Apabila kita sudah terbiasa dengan melaksanakan sholat tepat pada waktu-waktunya. Secara tidak langsung mengajarkan kita untuk displin dalam hal waktu dan juga beribadah. c. Kebersamaan Sholat merupakan keistimewaan bagi umat Nabi Muhammad SAW. Manusia yang pertama kali melaksanakan shalat berjamaah adalah Rasulullah SAW. Beliau pernag bersabda “Shalat berjamaah

43

itu lebih utama dari pada shalat sendirian dengan (selisih pahala) dua puluh tujuh derajat,” (H.R. Al Bukhari). 45 Shalat berjamaah adalah shalat yang dikerjakan dengan paling sedikitnya adalah imam dan makmum artinya shalat itu dilakukan secara bersama-sama. Sudah jelas dalam hadis Rasulullah tersebut shalat yang dilakukan bersama-sama (berjamaah) lebih baik dari pada shalat sendirian. Dalam hal ini juga kita umat muslim diajarkan untuk selalu bersama terlebih dalam hal kebaikan atau beribadah kepada Allah SWT. d. Ketaatan kepada Pemimpin Seorang makmum harus mengikuti perbuatan imam dan tidak boleh mendahului gerakan imam. Sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW mealui sabdanya, “ Seorang imam dijadikan imam itu hanya untuk diikuti (semua yang dilakukan)”. Oleh sebab itu, janganlah berbeda dengan dia. Apabila ia sudah bertakbir, maka bertakbirlah. Apabila ia sudah rukuk, maka rukuklah kamu. 46 Apabila dalam shalat berjamaah makmum mendahului imam dalam perbuatan atau gerakan-gerakannya dalam shalat, maka akan mendapat ancaman dari Allah SWT berupa kepala atau wajahnya

45

Masykuri Abdurrahman & Mokh Syaiful Bakhri, Kupas Tuntas Shalat (Jakarta:Erlangga,2006), h.142. 46 Ibid,h.143-144

44

dijadikan seperti kepala atau wajah keledai. Dalam hal beribadah shalat saja tidak diperbolehkan untuk kita mendahului imam atau pemimpin. Saat kita berada di posisi makmum hal yang harus dilakukan adalah mengikuti apa yang dilakukan imam. Hal ini menjadi salah satu contoh kita taat kepada seorang pemimpin, karena imam adalah orang yang memimpin saat kita shalat. Taat terhadap pemimpin tidak hanya saat beribadah tetapi juga untuk yang lain terlebih dalam hal kebaikan. e. Kepasrahan Shalat merupakan ibadah yang istimewa dalam agama Islam baik dilihat dari perintah yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW secara langsung dar Allah SWT. Yang dibawa Rasulullah dalam perjalanan Isra Miraj ialah kewajiban shalat. karena shalat ialah tiang agama serta amal ibadah yang pertama di timbang di hari kemudian. Syaikh Mustafa Mansur shalat merupakan tiang penyannga yang sekaligus menjadi cirri Islam yang membedakan antara kafir dan muslim.47 Shalat tidak hanya sekedar melakukan gerakan-gerakan yang sudah ada dalam perintah Allah. Namun ketika seorang muslim sedang melaksanakan shalat saat itulah seorang hamba Allah sedang

47

Ahsin W, Al Hafidz, Fikih Kesehatan, (Jakarta: Amzah,2010), h.103-104.

45

berkomunikasi kepada Tuhannya. Mempasrahkan dirinya dan segala yang ia miliki kepada Allah SWT. Metode Pembinaa Yang dimaksud dengan metode pembinaan anak adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik anak. Abdullah Nashih Ulwan, dalam bukunya Pendidikan Anak Dalam Islam ( Tarbiyyatul Awlad fil Islam), mengatakan bahwa metode pendidikan yang dapat diterapkan seorang pendidik atau orang tua dalam memberikan pembinaan keagamaan bagi anak-anaknya. Sehingga dapat mencapai kematangan pribadian muslim yang sempurna adalah sebagai berikut: a. Melalui Keteladanan Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk dengan pelajaran, intruksi dan larangan, sebab ta‟biat jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu. Menanamkan sopan santun memerlukan pembinaan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari. Pembinaan itu tidak akan sukses, melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata. Cara yang demikian itu telah dilakukan oleh Rasulullah Saw. Keadaan ini dinyatakan dalam ayat yang berbunyi :

46

                  Artinya :” Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS.Al Ahzab[33]:21)48 Secara psikologis ternyata manusia memang memerlukan tokoh teladan dalam hidupnya, ini merupakan sifat pembawaan. Talkid (meniru) ialah salah satu sifat pembawaan manusia. Peneladanan itu ada dua macam, yaitu sengaja atau tidak sengaja. Kepemimpinan, sifat keikhlasan dan sebangsanya. Sedangkan keteladanan yang disengaja adalah seperti memberikan contoh membaca yang baik, mengerjakan shalat yang benar. Keteladanan yang disengaja ialah keteladanan yang memang disertai penjelasan atau perintah agar meneladani. b. Melalui pembiasaan Dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan merupakan hal yang sangat penting, karena seseorang yang berbuat dan bertingkah laku hanya karena kebiasaan semata-mata. Tanpa itu, hidup akan berjalan

48

Dewan penyelenggara dan penerjemah atau penafsiran Al.quran dan Terjemahannya, (Jakarta:CV.Bumi Resti,1990), h.2011.

47

sangat lambat sekali, sebab sebelum melakukan sesuatu harus memikirkan terlebih dahulu apa yang kan dilakukan. Mahmud Yunus menerangkan mengenai kebiasaan, bahwa sebenarnya manusia hidup di dunia ini menurut kebiasaan (adatnya), penghidupan menurut adatnya, bahkan ia bahagia atau celaka menurut adatnya, jujur atau khianatnya menurut adatnya begitulah seterusnya. Sesuatu yang telah menjadi kebiasaan akan sulit mengubahnya.49 Inti dari kebiasaan ialah pengulangan, jika guru setiap masuk kelas mengucapkan salam, itu telah dapat diartikan sebagai usaha untuk membiasakan. Jika seorang murid masuk ke dalam ruangan tidak mengucapkan salam, maka guru mengingatkan agr bila masuk ruangan hendaklah mengucapkan salam, ini satu cara membiasakan.50 c. Melalui Nasehat Dalam mewujudkan interaksi antara satu orang dengan yang lain, nasehat atau cerita merupakan cara mendidik yang bertumpu pada bahasa, baik lisan ataupun tertulis. Pembinaan Islam yang menyentuh diri bagian dalam dan mendorong semangat pada penasehat untuk mengadakan perbaikan, sehingga pesan-pesannya dapat diterima. Nasehat ini akan lebih berguna jika yang diberi nasehat percaya kepada orang yang memberi 49 50

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Edisi Revisi, (Jakarta:Kalam Mulia,2002), h.254. H.M Sudiyono. Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta:Rineka Cipta,1009), h.289.

48

nasehat tersebut, sementara nasehatnya datang dari hati, sebab apaapa yang datang dari hati maka akan sampai kehati pula.51 Dalam al Quran banyak dijumpai cerita atau nasehat yang berfungsi sebagai penerang bagi seluruh manusia, petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa. Allah SWT berfirman Q.S Yunus ayat 3:

                                  Artinya:” kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum( kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.(Q.S Yusuf [10]: 3)52 Pengajaran melalui nasehat merupakan cara yang baik dalam menyampaikan ajaran Islam, banyak cerita atau nasehat yang tertera dalam Al Quran yang dapat menjadi pedoman dalam menyampaikan ajaran Islam. Dalam ayat di atas pun Allah SWT menceritakan mengenai kisah kepada Nabi Muhammad sebagai suatu pengetahuan ataupun pengajaran agar kisah yang tertera dalam Al-Quran dapat menjadi pelajaran bagi umat manusia. 51

Imam Abdul Mukmin Sa‟aduddin, Meneladani Akhlak Nabi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2006), h.61. 52 Al Quran Terjemahannya,Op.Cit, h.235.

49

d. Melalui Disiplin Pengertian disiplin dapat dikonotasikan sebagai suatu hukuman, meskipun arti yang sesungguhnya tidaklah demikian. Displin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Jadi sifat displin berkaitan dengan pengembangan sikap yang layak terhadap pekerjaan.53 Disiplin merupakan suatu sikap yang diciptakan untuk menjadi sesorang menjadi lebih trampil dan lebih bisa mengembangkan sikap menjadi lebih baik dalam melaksanakan segala aktifitasnya, seperti contoh disiplin waktu, yakni melaksanakan shalat pada waktunya dan lain sebagianya. e. Melalui Hukuman Sikap keras yang berlebihan terhadap anak, berarti membiasakan anak bersikap penakut, lemah dan lari dari tugas-tugs kehidupan, Nashih Ulwan memberikan metode dalam menerapkan hukuman yang merujuk dari Rasulullah SAW sebagai berikut:

53

-

Menunjukan kesalahan dengan pengarahan.

-

Menunjukan kesalahan dengan keramah tamahan.

-

Menunjukan kesalahan dengan memberikan isyarat.

I.G. Wursanto, Managemen Kepegawaian,(Yogyakarta: Kenisissus,1989),h.108

50

54

-

Menunjukan kesalah dengan kecaman.

-

Menunjukan kesalahan dengan memutuskan hubungan.

-

Menunjukan kesalahan dengan memukul.54

Abdullah Nashih Ulwan, Mengembangkan Kepribadian Anak, ( Bandung: Remaja Rosda Karya Offset,1992), h.12.

51

BAB III KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN ANAK DI KELURAHAN LABUHAN RATU RAYA A. Kondisi dan Keadaan Kelurahan Labuhan Ratu Raya 1. Sejarah Singkat Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kelurahan Labuhan Ratu Raya adalah pemekaran dari Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung sesuai dengan PERDA No.4 tahun 2012 tentang penataan dan pembentukan Kelurahan dan Kecamatan dan perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No.4 tahun 2012 tentang penataan dan pembentukan Kelurahan dan Kecamatan termasuk dalam Kecamatan Labuhan Ratu yang terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Kelurahan Kota Sepang, Kelurahan Sepang Jaya, Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan Kampung Baru Raya, Kelurahan Labuhan Ratu dan Kelurahan Labuhan Ratu Raya. Berdasarkan Perda No. 4 Tahun 2012, pemekaran dari Kelurahan Labuhan Ratu Raya pemerintah dimulai pada tahun 2012 telah dipilihnya lurah pertama yaitu Lurah M Ghandi dan lurah PLT Hi. Dedi Setyadi, S.STP, MM.. Berdasarkan Keputusan Walikota Nomor 14 Tahun 2001 Tentang susunan Organisasi dan Ketatakerja Pemerintah dan Memakai Pola Maksimal yang terdiri dari:

52

a. Lurah b. Sekretaris c. Tiga Kepala Seksi d. Dua Kepala Lingkungan Untuk mendukung pelayanan kepada masyarakat di tingkat Kelurahan terbentuk susunan organisasi Kelurahan Labuhan Ratu Raya dengan perangkat Kelurahan sebagai berikut: Lurah

: Hi.M. Ghandi.HZ,SE

Sekertaris

: Hi. Dedi Setyadi, S.STP, MM

Kasi Pemerintahan

: Elma Gusrinawati, S.Sos

Kasi. Pembangunan

: Endang Solbie, SE

Kasi.Trantip

: Tesis Patiwijaya, SE

Kepala LK I

: Najammudin

Kepala LK II

: Irwansyah

Kelurahan Labuhan Ratu Raya terdiri dari 2 lingkungan, lingkungan I berjumalah 15 RT memiliki 1.196 KK dan lingkungan II berjumlah 7 RT memiliki 994 KK.

53

Batas wilayah Kelurahan Labuhan Ratu Raya sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan By Pass Soekarno Hatta. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Labuhan Ratu. c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kampung Baru Raya. d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kota Sepang. Demikian sejarah singkat Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung, tentunya masih banyak yang perlu dilengkapi dan disempurnakan sehingga baku dan menjadi sumber sejarah masa mendatang.55 2. Kondisi Masyarakat Kelurahan Labuhan Ratu Raya Jumlah penduduk Kelurahan Labuhan Ratu Raya adalah 2.190KK atau 18.713 jiwa, dari jumlah tersebut penduduk laki-laki 9.372 jiwa dan penduduk

perempuan berjumlah 9.341 jiwa. Jumlah penduduk menurut

kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa adalah sebagai berikut : Table 1 Rincian Penduduk Kelurahan Labuhan Ratu Raya Tahun 2014 Menurut Agama yang dianut No 1

Golongan ISLAM

55

Laki-Laki

Perempuan

Jumlah

9.202

9.421

18.443

Dokumentasi Kelurahan Labuhan Ratu Raya Bandar Lampung dan wawancara petugas Kelurahan, 18 April 2017 pada pukul 08.00 WIB.

54

2

KRISTEN PROTESTAN

127

64

194

3

KRISTEN KATOLIK

21

17

38

4

BUDHA

5

4

9

5

HINDU

17

12

29

9.372

9.341

18.713

JUMLAH

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa mayoritas warga Kelurahan Labuhan Ratu Raya beragama Islam. Ini menunjukan bahwa nilai-nilai Islami masih melekat pada warga Kelurahan Labuhan Ratu Raya Bandar Lampung. Keadaan penduduk Kelurahan Labuhan Ratu Raya dapat dilihat dari tingkat pendidikan, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2 Rincian Penduduk Kelurahan Labuhan Ratu Raya Tahun 2014 Menurut Tingkat Pendidikan56 No

Tingkat Pendidikan

Laki-Laki

Perempuan

Jumlah

1

S.3/ S.2/ S.1

12 / 204 / 1046

4 / 110 / 1042

2.418

2

D.1 / D.2 / D.3

768 / 210 / 179

623 / 412 / 104

2.296

3

SLTA / MA

2.313

2.375

4.688

4

SLTP / MTS

2.097

2.271

4.368

5

SD / MI

1.067

1.009

2.076

6

TK / PAUD

721 / 130

663 / 269

1.783

7

BELUM SEKOLAH

625

459

1.084

8

BUTA HURUF

-

-

-

9.372

9.341

18.713

JUMLAH 56

Ibid.

55

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Labuhan Ratu Raya adalah melek huruf. Hal ini dapat dikatakan bahwa masyarakat Kelurahan Labuhan Ratu Raya dalam bidang pendidikan sudah tergolong maju, kondisi ini pada akhirnya akan mudahnya menerima perubahan sosial, ekonomi, yang masuk. Tabel 3 Rincian penduduk Kelurahan Labuhan Ratu Raya Tahun 2013 Menurut Mata Pencaharian 57

No

Tingkat Pendidikan

Laki-Laki

Perempuan

Jumlah

1

PEGAWAI NEGRI SIPIL

1.795

1.051

2.846

2

ABRI/ POLRI

102

14

116

3

DAGANG

1.281

1.274

2.555

4

TANI

557

422

979

5

TUKANG

414

-

414

6

BURUH

1.956

1.181

3.137

7

PENSIUNAN

543

201

744

8

LAIN-LAIN

2.724

5.198

7.922

JUMLAH

9.372

9.341

18.731

57

Dokumentasi Kelurahan Labuhan Ratu Raya dicatat pada tanggal 18 April 2017 pada pukul 08.00 WIB .

56

Mata pencaharian warga kelurahan Labuhan Ratu Raya juga sangat beraneka ragam, ada yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan ada pula yang berwiraswata. B. Proses Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Menanamkan Nilai Ibadah Shalat Kegiatan komunikasi tidak pernah terlepas dari perjalanan hidup kita seharihari, dari bangun tidur sampai kita kembali tidur aktifitas komunikasi selalu berjalan. Dengan komunikasi kita dapat mempengaruhi orang lain untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Komunikasi yang tepat utuk melakukan hal demikian adalah komunikasi interpersonal. Keluarga merupakan wadah komunikasi yang paling kecil dibandingkan lainnya. Kegiatan komunikasi yang paling efektif adalah komunikasi yang dilakukan oleh anggota keluarga karena proses komunikasi ini disamping memberikan rasa saling peduli antar anggota keluarga juga dapat membentuk keeratan batin antar anggota keluarga. Melalui komunikasi inilah orang tua mengajarkan dan mendidik anak-anak nya dengan ilmu pengetahuan dan juga ilmu agama. Dalam suatu keluarga terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, ibu serta anak-anaknya. Anak-anak yang berbakti serta patuh terhadap kedua orang tuanya merupakan suatu cerminan dari keberhasilan orang tua dalam mendidik

57

anak-anaknya, dengan salah satu caranya adalah mengkomunikasikan secara antarpribadi. Komunikasi interpersonal yang terjadi di dalam sebuah keluarga biasanya secara spontan ataupun langsung dan berkembang secara timbal balik. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Rohayati, yang kesehariannya hanya seorang ibu rumah tangga dan memiliki waktu luang yang cukup banyak untuk bercengkrama bersama keluarganya. Menurutnya komunikasi harus sering dilakukan agar orang tua mengetahui apa yang dilakukan anaknya di sekolah maupun di lingkungannya sehari-hari. Dalam proses komunikasai mengajarkan ibadah shalat beliau memiliki cara yaitu membiasakan mengajak anak untuk sholat berjamaah. “Biasanya menggunakan waktu-waktu santai seperti ba‟da magrib untuk berkomunikasi lebih personal terutama memberikan pendidikan pada anak”.58 Ibu yana yang berprofesi sebagai guru membuat beliau terkadang pulang hingga sore hari karena letak sekolah tempat beliau mengajar cukup jauh. Hal ini berpengaruh terhadap komunikasi antara orang tua dan anak. Namun dalam proses komunikasi tetap berjalan, beliau selalu mengingatkan anak untuk shalat walaupun tidak setiap waktu. 59 Demikian juga halnya yang diungkapkan ibu Jumarini, beliau juga bekerja sehingga waktu bertemu dengan anak terbatas. Terkadang beliau berkomunikasi dengan anaknya di saat waktu luang seperti saat makan dan juga malam hari 58 59

Ibu Rohayati,wawancara pada tanggal 02 Mei 2017 . Ibu Nurhayana,wawancara pada tanggal 02 Mei 2017 .

58

setelah ba‟da isya. Pada waktu-waktu itulah dimanfaatkan beliau untuk mengajarkan anaknya terkait ilmu agama. 60 Sedangkan ibu Kholis memilih berkomunikasi dengan anak-anaknya selepas waktu isya, alasannya waktu tersebut adalah waktu santai dengan keluarga, disamping itu anak-anaknya juga sudah selesai mengerjakan tugas sekolah mereka. Dan perlahan-lahan membiasakan anak untuk shalat berjamaah.61 Berbeda dengan ibu Sadiah, waktu untuk berkomunikasi secara personal pada anak tidak setiap waktu tetapi ketika anak lagi mau saja, jika terlalau sering anak akan malas mendengarnya dan mengabaikannya. Namun untuk ibadah shalat beliau tidak terlalu memaksa anak.62 Ibu Bainah, memilih untuk berkomunikasi saat anak pulang sekolah, biasanya beliau langsung bertanya apa saja yang diajarkan oleh gurunya dan bagaimana teman-temannya. Baginya proses menanamkan nilai ibadah shalat pada anak mudah karena si anak walaupun masih kecil sudah terbiasa melaksanakan ibadah shalat tanpa harus diingatkan.63 Berbeda dengan ibu-ibu lainnya, ketika berkomunikasi dengan anaknya, ibu Mimi lebih banyak mengingatkan anak tentang hidup setelah mati. Walaupun si anak belum terlalu dewasa dalam memahami. Namun sejak dini lah beliau selalu mengingatkan anak bahwa hidup tidak hanya senang-senang melainkan setiap 60

Ibu Jumarini, wawancara pada tanggal 03 Mei 2017. Ibu Kholis,wawancara pada tanggal 05 Mei 2017. 62 Ibu Sadiah, wawancara pada tanggal 06 Mei 2017 . 63 Ibu Bainah ,wawancara pada tanggal 07 Mei 2017. 61

59

perbuatan kita selalu ada pertanggungjawabannya. Perlahan-lahan anak akan mengerti dan secara tidak langsung proses menanamkan ibadah shalat terjadi.64 Ibu dapiah melakukan komunikasi dengan keluarga terutama anak ialah pada saat malam hari, karena ketika siang setelah sepulang dari sekolah biasanya anak-anak langsung bermain

bersama teman-temannya.

Dalam proses

menanamkan ibadah shalat beliau membiasakan anak untuk rajin shalat dahulu lalu setelah itu sedikit demi sedikit memberikan pemahaman akan arti nilai-nilai yang terkandung dalam shalat.65 Hampir sama seperti ibu-ibu yang sebelumnya, komunikasi yang dilakukan oleh ibu Cicih dan Ibu Enawati pada anaknya ialah pada saat malam hari, menurutnya waktu malam hari adalah waktu yang santai untuk berkumpul bersama keluarga setelah menjalani rutinitas sehari-hari. Malam hari dianggap paling tepat dalam memberikan nasehat-nasehat pada anak. Dan mengajarkan anak tentang masalah agama terutama masalah ibadah. 66 Ibu Elfi memilih melakukan proses komunikasi pada pagi hari sebelum berangkat sekolah. Walaupun hanya sekedar mengingatkan hal-hal baik pada anak. Dan ketika malam hari pun proses komunikasi

tetap terjaga beliau

biasanya bertanya pada anak mengenai tugas sekolah dan lainnya.67

64

Ibu Mimi, wawancara pada tanggal 08 Mei 2017 . Ibu Dapiah wawancara pada tanggal 08 Mei 2017. 66 Ibu Cicih dan Ibu Enawati wawancara pada tanggal 09 Mei 2017 . 67 Ibu Elfi wawancara pada tanggal 10 Mei 2017 . 65

60

Menurut ibu Yulis waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan anak adalah saat santai dan hari libur. Ketika hari libur orang tua biasanya menghabiskan waktu dengan anak dirumah. Karena anak nya yang masih terlalu kecil cara yang digunakan ialah bermain sambil belajar.68 Sama seperti ibu yang lain, ibu Lilis yang berprofesi sebagai guru juga memilih waktu malam hari sebagai waktu yang tepat untuk mengajarkan dan memberikan nasihat-nasihat pada anak. Dalam proses menanamkan nilai ibadah shalat beliau memasukan anaknya ke TPA karena anak akan lebih semangat belajar apabila bersama teman-temannya.69 Sementara ibu Dira, yang memang berasal dari keluarga yang terbiasa di pondok pesantren tentu memiliki pengetahuan yang lebih banyak tentang agama dibandingkan ibu-ibu lainnya. Beliau mengajarkan anak sesuai dengan yang diajarkan oleh agama islam. Komunikasi pada anak dalam mengajarkan ilmu tidak hanya pada malam hari. Setiap waktu-waktu senggang beliau manfaatkan untuk sekedar mengajarkan doa-doa ataupun lainnya.70 Ibu Dewi, walaupun bekerja namun dalam urusan mendidik anak tetap menjadi prioritas pertama terlebih urusan agama. Komunikasi harus seringsering dilakukan karena sebagai orang tua, harus mengetahui apa yang terjadi pada diri anak. Menurutnya komunikasi tidak selalu mengajarkan anak namun

68

Ibu Yulis wawancara pada tanggal11 Mei 2017. Ibu Lilis wawancara pada tanggal 12 Mei 2017 . 70 Ibu Dira wawancara pada tanggal 13 Mei 2017 . 69

61

juga memberikan kesempatan bagi anak untuk menceritakan apa yang terjadi pada dirinya. 71 Sementara itu, penulis juga mewawancarai sampel anak terkait ilmu agama khususnya ibadah shalat yang ditanamkan oleh orang tua mereka, jawaban yang penulis dapat pun hampir serupa. Menurut Icha (anak dari Ibu Rohayati dan Bapak Alamsyah), ilmu tentang agama yang ia dapat banyak dari bangku sekolah, yang diajarkan oleh gurunya. Orang tua hanya sekedar mengingatkan apabila waktu-waktu shalat telah tiba.72 Hal yang serupa disampaikan oleh Bintang (anak pasangan Ibu Yana dan Bapak Dodi), Aulia (anak pasangan Ibu Sadiah dan Bapak Budi) dan juga Nindi (anak pasangan Ibu Bayinah dan Bapak Trio), tentu mereka juga mendapatkan pelajaran agama dari sekolah mereka, namun dari tempat mereka mengaji banyak ilmu agama yang di dapat.73 Berbeda dengan Adis (anak pasangan ibu Mimi dan Bapak Andrian Agus), ia lebih banyak mendapat pemahaman tentang ilmu agama dari orang tuaya. Karena ibunya yang seorang guru ngaji, tentu memiliki pengetahuan yang lebih banyak tentang agama daripada yang diajarkan oleh gurunya di sekolah. Dan ibunya lebih sabar dan telaten dalam mengajarkan shalat.

71

Ibu Dewi wawancara pada tanggal 14 Mei 2017. Icha wawancara pada tanggal 02 Mei 2017 . 73 Bintang,Aulia dan Nindi wawancara pada tanggal 07 Mei 2017. 72

62

Dari beberapa sampel anak yang penulis wawancarai, rata-rata dari jawaban mereka hampir semua sama. Proses komunikasi yang terjadi antara orang tua dan anak dalam menanamkan nilai ibadah shalat ternyata belum sepenuhnya terjadi. Dikarenakan kemampuan orang tua yang kurang dalam memahami nilainilai yang ada dalam ibadah shalat. Orang tua hanya mengajarkan semampunya, mengingatkan waktu shalat dan membiasakan anak untuk shalat. Efektifitas seorang komunikator dapat dievaluasi dari sudut sejauh mana tujuan tersebut tercapai. Syarat yang menjadi keberhasilan dalam sebuah komunikasi adalah mendapat perhatian. Jika pesan yang disampaikan tetapi penerimanya mengabaikannya, maka usaha komunikasi juga tergantung pada pemahaman pesan dan penerima. Jika penerima tidak mengerti pesan tersebut maka tidaklah mungkin akan berhasil dalam memberikan informasi atau mempengaruhinya. Bahkan jika suatu pesan tidak dimengerti , penerima mungkin tidak meyakini bahwa informasinya benar, sekalipun komunikator benar-benar memberikan arti apa yang dikatakan. Kemampuan berkomunikasi interpersonal yang efektif sangat diperlukan oleh manusia agar dia dapat menjalani semua aktivitasnya dengan lancar. Agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar, maka dibutuhkan keahlian dalam berkomunikasi. Banyak orang berkomunikasi hanya mengandalkan gaya yang dipakai dalam sehari-hari. Mereka menganggap bahasa yang mereka pakai adalah bahasa yang benar dan mudah dimengerti orang lain.

63

Dari uraian di atas maka dapat diketahui, bahwa proses komunikasi yang terjadi antara orang tua dan anak dalam menanamkan nilai ibadah shalat adalah di saat waktu senggang dan kebanyakan pada malam hari (ba‟da isya). Karena waktu malam hari merupakan saat yang tepat bagi orang tua untuk mengarjarkan anaknya akan arti nilai-nilai dalam shalat dan juga pendidikan yang lain. Umumnya pada malam hari orang tua dan anak biasa berkumpul walaupun sekedar bercengkrama dan menonton televisi bersama. C. Kendala Yang Dihadapi Dalam Menanamkan NIilai Ibadah Shalat Dalam melaksanakan proses komunikasi interpersonal untuk menanamkan nilai – nilai yang terkandung dalam ibadah sholat, sering dijumpai kendalakendala yang dihadapi oleh orang tua dalam komunikasi yang berlangsung, antara lain: 1. Sulit untuk memahami Kemampuan anak yang masih kurang dalam menerima suatu informasi, mememerlukan tingkat kesabaran yang tinggi pada orang tua dalam mendidik anak. Tidak mudah memang mengajarkan anak yang masih berusia belia apalagi dalam hal ibadah. Tentu orang tua dituntut untuk lebih bisa sabar dalam menghadapi tingkah laku anak dan mengajarkannya dengan cara di ulang terus menerus agar anak bisa lebih memahaminya dan tidak lupa.

64

2. Lingkungan yang kurang baik Faktor lingkungan pun menjadi salah satu kendala orang tua dalam mendidik anak atau mengajarkan anak. Lingkungan yang kurang baik akan berdampak buruk juga bagi perkembangan anak. Tapi bagaimana pun itu orang tua harus mampu membentengi anak dengan ilmu agama agar ketika anak berada di luar, ia masih bisa membatasi diri untuk tidak melakukan hal-hal yang kurang baik. 3. Emosi yang belum stabil Anak yang baru berusia 4 sampai 12 tahun tingkat emosi nya masih belum stabil. Mereka biasanya melakukan hal-hal yang mereka mau dan terkadang sulit untuk dilarang. Ketika orang tua hendak mengajarkan anaknya dan mereka tidak mau maka jangan dipaksakan. Karena hal yang dipaksakan dampaknya pun tidak baik. 4. Asik dengan dunianya Banyak orang tua yang terkadang mengeluh ketika anak mereka sudah mengenal gadget. Kemajuan teknolgi memberikan dampak yang baik namun juga buruk bagi kehidupan manusia. Tetapi dampak buruk lah yang lebih terasa akibat kemajuan teknologi sekarang ini. Karena gadget manusia menjadi

makhluk yang individual. Dalam hal ini tidak

sepenuhnya gadget yang disalahkan, manusia lah yang seharusnya lebih bisa mengatur dirinya sendiri. namun ketika anak yang berada di posisi

65

tersebut, peran orang tua lah yang seharusnya bisa di andalkan. Orang tua harus mampu memberikan pengertian pada anak agar tidak terlalu sering menggunakan gadget. 5. Orang tua yang hanya memerintah Beberapa dari orang tua terkadang kurang menyadari, ketika mereka mengingatkan ataupun menyuruh anak untuk shalat namun diri nya sendiri tidak melakukannya. Anak cenderung akan malas melakukannya karena merasa orang tua nya saja tidak mencontohkan hal yang baik.

66

BAB IV KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DAN ANAK DALAM MENANAMKAN NILAI IBADAH SHALAT A. Proses Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak dalam Menanamkan Nilai Ibadah Shalat di Kelurahan Labuhan Ratu Raya Seperti pembahasan pada Bab I bahwa komunikasi interpersonal adalah suatu proses komunikasi antara komunikator (orang tua) dan komunikan (anak), yang mana komunikasi jenis ini biasanya terjadi secara langsung dan tatap muka, bersifat pribadi, tanpa direncanakan dan berlangsung setiap hari. Pada Bab II juga telah dikemukakan tentang komunikasi interpersonal, yang secara keseluruhan terlihat adanya proses komunikasi dan efektifitas dari komunikasi interpersonal. Adapun komponen dasar dalam proses komunikasi yaitu komunikator atau orang yang menyampaikan pesan, komunikan atau orang yang menerima pesan, pesan yang dikirimkan, media yang digunakan, sasaran, dan efek atau umpan balik. Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan bahwa secara umum dapat diketahui bahwa komunikasi interpersonal keluarga terjadi secara spontan dan tatap muka, dilakukan bilamana orang tua menganggap perlu untuk berkomunikasi. Menurut Barnlund yang dikutip oleh Alo Liliweri ciri khas komunikasi interpersonal yang membedakan dengan komunikasi massa dan

67

komunikasi kelompok salah satunya adalah terjadi secara langsung dan tatap muka. Data lapangan juga mengungkap walaupun terjadi secara langsung, namun kecenderungan untuk berkomunikasi adalah pada malam hari (Ba‟da Isya). Adapun pesan komunikasi yang disampaikan adalah pendidikan agama seperti shalat dan mengaji serta kegiatan-kegiatan disekolah maupun pergaulannya sehari-hari. Melihat ciri-ciri di atas sangat jelas dengan komunikasi yang cenderung dua arah dan berlangsung tatap muka, maka sang komunikator dapat melihat umpan balik seketika dari sang komunikan, juga sangat memungkinkan terjadinya perubahan secara cepat. Hubungannya dengan penelitian ini, Nampak bahwa komunikasi interpersonal pada dasarnya adalah mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain melalui teknik komunikasi persuasi. Dalam proses menanamkan nilai-nilai yang ada dalam ibadah shalat, pertama orang tua akan membiasakan anak untuk menjalankan shalat tepat waktu walaupun pengaruhnya masih belum sepenuhnya dikatakan berhasil. Namun perubahan sedikit yang terjadi pada anak sudah mewakili bahwa apa yang orang tua tanamkan sudah dilaksanakan oleh anak. Tak hanya mengingatkan orang tua pun biasanya mecontohkan dan mengajak anak untuk shalat bersama-sama. Dan secara perlahan anak akan mulai terbiasa. Secara

68

tidak langsung proses penanaman nilai ibadah shalat pada anak akan berjalan dengan sendirinya dan kemudian lambat laun anak akan mengerti. Karena orang tua memiliki peran yang cukup besar dalam hal mendidik anak terlebih mereka sebagai contoh dan juga panutan bagi anak-anak mereka. Dari seluruh sampel yang penulis wawancarai ibu-ibu yang berada di RT 02 Kelurahan Labuhan Ratu Raya ini masih banyak orang tua yang belum memahami akan nilai-nilai yang ada dalam ibadah shalat. Mereka tahu tapi tidak menyadarinya sehingga apa yang mereka ajarkan atau tanamkan kepada anakanak hanyalah ibadah shalatnya saja, yang paling utama shalatnya rajin. Orang tua senantiasa mengarah, membimbing dan mendukung anakanaknya dalam aktivitas terutama dalam bidang pendidikan untuk meraih prestasi serta membimbing agar anaknya menjadi anak yang shaleh dan shalehah. Orang tua terutama ibu adalah guru bagi anak-anaknya, dari mulai mengandung harus selalu menjaga sifat emosi anak, berbicara yang santun dan hangat dianjurkan untuk taat beribadah dan membaca Al-Quran. Memiliki anak yang shaleh dan shalehah tentu dambaan bagi setiap orang tua. Karena ketika orang tua meninggal amalan nya tidak akan terputus kecuali amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan juga anak yang sholeh. Selain itu kedua orang tua harus bisa menanamkan hal baik pada diri anak sejak anak masih berusia belia. Jika sejak kecil sudah ditanamkan ilmu agama

69

insyallah ketika anak beranjak dewasa ia akan menjadi pribadi yang baik dan sholeh sholehah. B. Kendala Orang tua dalam Menanamkan Nilai Ibadah Shalat pada Anak Kelurahan Labuhan Ratu Raya Dalam menanamkan nilai yang terkandung dalam ibadah shalat tentu setiap orang tua (ibu) merasakan beberapa kendala yang dihadapi, antara lain : 1. Sulit Memahami Tingkat kemampuan anak yang masih kurang dalam menangkap apa yang di ajarkan oleh orang tuanya, menjadi salah satu kendala yang di rasakan. Dalam hal ini orang tua dituntut untuk lebih sabar dan telaten dalam mendidik anak. Mengajarkan anak dengan cara terus menerus , di ulang-ulang sampai anak benar-benar paham. Orang tua juga harus memiliki cara yang menarik agar anak tidak bosan dan lebih semangat dalam belajar. 2. Lingkungan Yang Kurang Baik Faktor lingkungan juga menjadi kendala bagi orang tua dalam mendidik atau mengajarkan anak. Lingkungan yang kurang baik akan berdampak buruk juga bagi perkembangan anak. Dalam hal ini orang tua harus bisa membentengi anak dengan ilmu agama dan juga ilmu yang lainnya, agar ketika di luar anak masih bisa membatasi diri untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak baik. Karena bagaimana pun orang tua

70

tidak terus menerus berada di samping anaknya. Yang perlu dilakukan orang tua hanyalah membentengi hal-hal baik pada diri anak agar kedepannya bisa lebih baik lagi. 3. Emosi Yang Belum Stabil Anak yang masih berusia 4 sampai 12 tahun tingkat emosinya masih belum stabil. Mereka hanya ingin melakukan apa yang mereka mau dan terkadang sangat sulit untuk dilarang ataupun di atur. Ketika orang tua hendak mengajarkan anakny namun mereka tidak mau sebaiknya jangan dipaksa, karena sesuatu yang dipaksa hasil nya tidak akan baik. Biarkan anak melakukan kegiatan yang ia mau tugas orang tua hanya mengawasi dan juga membimbing jalanya kegiatan karena mereka masih ingin banyak bermain dari pada belajar. 4. Asik Dengan Dunianya Banyak orang tua yang mengeluh ketika anak sudah mengenal gadget. Kebiasaan buruk ini tidak mudah untuk di hilangkan. Saat anak sudah terbiasa dengan gagdetnya ia akan lupa dengan segalanya, jangankan untuk belajar terkadang makan pun mereka lupa. Dengan teknologi yang semakin canggih tentu ada kekurangan maupun kelebihannya. Namun dampak buruk lah yang lebih dirasakan, karena ketika anak sudah bermain dengan gadget nya maka sulit untuk melarangnya.

71

5. Orang Tua yang hanya memerintah Beberapa dari orang tua terkadang kurang menyadari, ketika mereka mengingatkan anak untuk shalat namun diri nya sendiri tidak melakukannya. Anak cenderung menjadi malas karena merasa orang tua nya saja tidak mencontohkan hal yang baik. Apalagi anak yang masih terlalu kecil, ia akan mengikuti apa yang orang tuanya lakukan. Maka seharusnya orang tua bisa lebih memberikan contoh yang baik kepada anaknya.

72

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Bertolak dari pokok pembahasan yang diangkat oleh penulis Komunikasi Interpersonal antara orang tua dan anak dalam menanamkan nilai ibadah shalat di Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung. Maka penulis memberikan beberapa kesimpulan sebagai analisis data yang telah penulis lakukan berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah. Demikian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Proses komunikasi Interpersonal antara Orang Tua dan Anak dalam menanamkan nilai ibadah shalat di Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung. Proses berlangsungnya komunikasi antara orang tua dan anak khususnya di RT 02 Kelurahan Labuhan Ratu Raya ini terjadi secara langsung, dilakukan bilamana orang tua menganggap perlu untuk memberikan pendidikan bagi anaknya. Waktu melakukan proses komunikasi umumnya dilakukan pada waktu-waktu senggang dan juga malam hari (Ba‟da Isya). Adapun pesan komunikasi yang disampaikan oleh komuikator (ibu) mengenai pendidikana agama, kegiatan-kegiatan di

73

sekolah serta pergaulan di masyarakat. Respon yang di dapat dari anak pun beragama terkadang anak banyak bertanya, dan juga hanya mendengarkan apa yang orang tua katakan. 2. Kendala ataupun hambatan yang dihadapi orang tua dalam menanamkan nilai ibadah shalat pada anak di Kelurahan Labuhan Ratu Raya antara lain: a. Sulit Memahami Tingkat kemampuan anak yang masih kurang dalam menangkap apa yang diajarkan oleh orang tuanya, membuat orang tua lebih sabar dan telaten dalam mengajarkan anak. Dilakukan dengan cara terus menerus dan berulang-ulang agar anak benar-benar mengerti. b. Lingkungan yang Kurang Baik Faktor lingkungan juga menjadi kendala bagi orang tua dalam mendidik anak. Lingkungan yang kurang baik akan berdampak yang buruk bagi perkembangan anak. Orang tua harus bisa membentengi anak dengan ilmu-ilmu agama agar anak tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang buruk. c. Emosi yang Belum Stabil Anak yang masih berusia 4 sampai 12 tahun tingkat emosinya masih belum stabil. Yang mereka tahu dan inginkan hanyalah bermain. Saat orang tua hendak mengajarkan anaknya namun mereka tidak mau

74

sebaiknya jangan dipaksa, karena sesuatu yang dipaksa hasilmya tidak akan baik. d. Asik dengan Dunianya. Banyak orang tua yang mengeluh ketika anak sudah mengenal gadget. Kebiasaan buruk ini tidak mudah untuk dihilangkan, terlebih pada anak yang memang sudah kecanduan gadget. Saat anak sudah asik bermain dengan gagdetnya terkadang akan sulit untuk belajar dan melakukan aktivitas lainnya. Dan orang tua harus pintar dalam memeberikan pengertian pada anak agar tidak terlalu sering bermain gadget. e. Orang Tua yang Hanya Memerintah Beberapa orang tua terkadang kurang meyadari, ketika mereka mengingatkan anak untuk shalat namun diri nya sendiri tidak melakukannya. Ingin memiliki anak yang sholeh dan sholehah tetapi tidak memberikan contoh yang baik kepada anaknya. Dengan begitu anak cenderung menjadi malas karena orang tuanya sendiri pun begitu. Ketika anak masih kecil, ia akan mencontoh apa yang dilakukan oleh orang tuanya. B. Saran Kepada orang tua harusnya lebih menyadari akan pentingnya nilai ibadah shalat. Tidak hanya mengajarkan gerakan-gerakannya saja namun juga

75

memberikan pemahaman pada anak akan pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam ibadah shalat. Agar anak memiliki pengetahuan yang lebih luas lagi tentang ilmu agama. Memberikan pengertian pada anak bahwa shalat tidak hanya gerakan-gerakan saja namun memiliki nilai yang penting. Harapan setiap orang tua tentu ingin memiliki anak yang sholeh dan sholehah sebab itu sudah seharusnya bagi orang tua untuk menanamkan ilmu agama sejak anak mereka masih kecil.

76

DAFTAR LAMPIRAN Panduan Observasi Pedoman Dokumentasi Pedoman Interview Daftar nama sampel Surat keputusan tentang perubahan judul skripsi Surat izin survey Surat keterangan telah melaksanakan penelitian Kartu konsultasi Skripsi Bukti daftar hadir Munaqasyah SK Judul

1

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN KELURAHAN LABUHAN RATU RAYA KECAMATAN LABUHAN RATU – KOTA BANDAR LAMPUNG

CAMAT ARDIANSYAH MAKKI SSTP,MH NIP.19790630 199912 1 001

LURAH

H.M. GANDHI HZ,SE NIP.19590211 1985 03 1 005

SEKRETARIS Hi.DEDI ,S.STP,MM NIP.19920720 2014061 001

KASI PEMERINTAHAN KASI PEMBANGUNAN ELMA GUSTINAWATI NIP.19760811 201001 2 002

ENDANG SOLBIE, SE NIP.19680323 199002 2 002

KASI TRANTIB TESIS PATIWIJAYA, SE NIP.19800314 200801 1 020

1

PEDOMAN OBSERVASI 1. Observasi terhadap proses komunikasi antara orang tua dan anak di RT 02 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Bandar Lampung.

PEDOMAN DOKUMENTASI 1. Sejarah singkat Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung. 2. Kondisi Geografis dan Demografis Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung. 3. Kondisi sosial dan keagamaan masyarakat RT 02 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Bandar Lampung.

2

PEDOMAN INTERVIEW Untuk Orang Tua 1. Apa pekerjaan atau kesibukan ibu saat ini ? 2. Apa dengan kesibukan ibu saat ini berpengaruh antara komunikasi ibu dengan anak ? 3. Seberapa seringnya komunikasi orang tua dan anak dilakukan? 4. Pada waktu-waktu kapan biasanya komunikasi itu di lakukan? 5. Materi apa saja yang sering di bicarakan pada saat berkomunikasi dengan keluarga? 6. Apakah ibu mendidik anak ibu sesuai dengan ajaran-ajaran islam? 7. Bagaimana peran ibu dalam mendidik anak khususnya dalam menanamkan nilai ibadah shalat? 8. Setelah ibu mengajarkan anak tentang shalat, adakah pengaruhnya pada diri anak ibu dalam kesehariannya? 9. Kendala apa saja yang ibu hadapi dalam mendidik anak khususnya dalam menanamkan nilai ibadah shalat ? 10. Bagaimana cara ibu dalam mengatasi kendala yang ada?

3

Untuk anak 1. Berapa usia adik saat ini ? 2. Apa aktivitas adik selepas pulang sekolah? 3. Darimana pengetahuan tentang agama di dapat? 4. Apakah orang tua mengajarkan tentang agama, khususnya nilai-nilai dalam shalat? 5. Bagaimana komunikasi adik dengan orang tua?

4

DAFTAR SAMPEL

No

Nama Ibu

Nama Anak

1

Jumarini–Taufik

Salwa (6 tahun)

2

Rohayati-Alamsyah

Icha (9 tahun)

3

Nurhayana–Dodi

Bintang (9 tahun)

4

Mimi–Adrian Agus

Adis (12 tahun)

5

Cicih–Andi Kurniawan

Faza (7 tahun)

6

Dapiah-Momon S

Fatan (7 tahun)

7

Sadiah-Budi Pramono

Aulia ( 10 tahun)

8

Bayinah-Trio Anang

Nindi (8 tahun)

9

Enawati-Atek

Aurel (12 tahun)

10

Kholis-Effendy

Dapin (11 tahun)

11

Elfi-Kholik

Abid (10 tahun)

12

Yulis-Ikhwan

Hana (5 tahun)

13

Dewi-Trimanto

Fatan (8 tahun)

14

Lilis-Toto Wahono

Rifki (12 tahun)

15

Dira-Muhadi

Arwa (6 tahun)

5

6

7

8

9

10

11

KARTU HADIR MUNAQASAH

NAMA NPM JURUSAN FAKULTAS No.

: LESTI GUSTANTI : 1341010024 : KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM : DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

1.

Tanggal Seminar 3 Maret 2017

Peserta Ujian

2.

7 Maret 2017

Yanita Vanela

3.

14 Maret 2017

Nur Hativi

4.

18 Mei 2017

Pratama Wijaya Kusuma

Muhammad Faris Kamil

Judul

Notulen

Pengaruh Gadget Berdampak Kepada Kurangnya Komunikasi Tatap Muka dalam Kehidupan Seharihari Doa Sebagai Metode Psikoterapi Islam Untuk Kesehatan Mental Pasien di RSUD Dr.Hi Abdul Moeluk Bandar Lampung Upaya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Rumah Da‟I FDIK Kaderisasi Da‟I Pada Mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung Pesan Dakwah dalam Album Opick “Istighfar”

Yunidar Cut Mutia Yanti, S.Ag. M.Sos I

Mubasit, S. Ag. MM

Umi Aisyah, M. Pd

Rouf Tamim, M. Pd. I

Keterangan

12

5.

18 Januari 2017

Selamet Putra Jaya

Metode Dakwah Dalam Membahas Mitos Budaya Masyarakat Lampung di Pekon Serungkuk Kec. Belalan Kab. Lampung Barat

Yunidar Cut Mutia Yanti, S.Ag. M.Sos I

13

14

15

LAMPIRAN DOKUMENTASI GAMBAR

Dokumentasi pada tanggal 02 Mei 2017 Pukul 13.00 WIB, wawancara dengan ibu Rohayati tentang proses komunikasi terhadap anak.

16

Dokumentasi pada tanggal 03 Mei 2017 Pukul 16.00 WIB, wawancara dengan ibu Jumarini tentang proses komunikasi terhadap anak.

Dokumentasi pada tanggal 07 Mei 2017 Pukul 14.00 WIB, wawancara dengan ibu Bainah tentang proses komunikasi terhadap anak.

Dokumentasi pada tanggal 11 Mei

17

2017 Pukul 16.00 WIB, wawancara dengan ibu Yulis tentang proses komunikasi terhadap anak.

Dokumentasi pada tanggal 12 Mei 2017 Pukul 16.00 WIB, wawancara dengan ibu Lilis tentang proses komunikasi terhadap anak.

Dokumentasi pada tanggal 02 Mei 2017 pukul 16.00 WIB, beberapa sampel anak sedang bermain dan belajar.