KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DAN ANAK

Download Komunikasi, Komunikasi Interpersonal, Remaja, dan Pendidikan Kesehatan ... Pendidikan kesehatan reproduksi di dalam keluarga dapat dilakuka...

0 downloads 435 Views 243KB Size
KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DAN ANAK TENTANG PENDIDIKAN KESEHATAN REPDORUKSI (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Komunikasi Interpersonal Orang Tua Dan Anak Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Pada Siswa SMA Negeri 12 Medan) SARAH SIANTURI 100904085 Abstrak Penelitian ini berjudul Komunikasi Interpersonal Orang tua dan Anak Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi. Dengan memilih studi deskriptif kuantitatif, peneliti akan menggambarkan bagaimana anak, khususnya remaja berkomunikasi dengan orang tua tentang kesehatan reproduksi, dan bagaimana orang tua menanggapi anak. Teori-teori yang dianggap relevan terhadap penelitian ini adalah Komunikasi, Komunikasi Interpersonal, Remaja, dan Pendidikan Kesehatan Reproduksi. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa siswi SMA Negeri 12 Medan, yang duduk di kelas kelas X dan XI. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Solvin (1960) dengan nilai kritis 10%, maka diperoleh sampel sebanyak 88 siswa. Teknik penarikan sampel yang digunakan ialah Proportional Stratified Random Sampling dan teknik undian. Teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan metode kuesioner dan metode kepustakaan. Adapun teknik analisis datanya menggunakan analisis tabel tunggal, dengan penggunaan Statistical Product and System Solution (SPSS). Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, hampir seluruh siswa mengetahui secara benar tentang materi pendidikan kesehatan reproduksi, selain itu komunikasi interpersonal orang tua dan siswa tentang kesehatan reproduksi telah berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil dari kuesioner, masih terdapat beberapa siswa yang masih merasa malu dan segan untuk berkomunikasi tentang kesehatan reproduksi, namun mayoritas siswa sudah memiliki sikap yang terbuka dengan orang tua. Kata Kunci : Komunikasi Antar Pribadi, Komunikasi Kesehatan, Remaja, Pendidikan Kesehatan Reproduksi. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Masa remaja juga diartikan sebagai masa dimana seseorang menunjukkan tanda- tanda pubertas dan berlanjut hingga tercapainya kematangan seksual. Kematangan organ reproduki tersebut, juga mendorong individu untuk melakukan hubungan sosial, baik dengan sesama jenis maupun dengan lawan jenis. Di satu sisi hal ini tentu baik bagi kehidupan sosial remaja, namun di sisi lain hal ini tak jarang menjadi permasalahan. Permasalahan remaja yang ada saat

1

ini sangat kompleks, salah satunya ialah masalah kesehatan reproduksi. Pengaruh informasi global (paparan audio visual) yang semakin mudah diakses diakui atau tidak telah memancing remaja untuk mengadaptasi kebiasaan-kebiasaan tidak sehat yang berhubungan dengan kesehatan reproduksinya. Keluarga sebagai lingkungan sosial pertama remaja diharapkan dapat menerapkan pendidikan kesehatan reproduksi yang baik dan benar. Pendidikan Kesehatan Reproduksi dapat dilakukan di dalam lingkungan keluarga melalui komunikasi interpersonal antara remaja dengan orangtua. Komunikasi interpersonal di sini bukan sekedar menyangkut kuantitas dari komunikasi yang dilakukan oleh remaja dan orang tua, tetapi komunikasi lebih dititikberatkan pada pemahaman yang dilandasi dengan sikap keterbukaan, empati, kepositifan, sikap suportif, dan kesetaran dari kedua belah pihak. Pendidikan kesehatan reproduksi di dalam keluarga dapat dilakukan dalam suasana yang santai dan menyenangkan, tidak tegang atau kaku, dan tetap dengan pandangan dewasa, juga perlu memerhatikan penyesuaian bahasa yang digunakan oleh remaja. SMA Negeri 12 merupakan salah satu sekolah negeri yang ada di kota Medan. Siswa-siswinya berasal dari daerah yang berbeda-beda, dengan kebiasaan yang berbeda pula. Pendidikan kesehatan reproduksi belum terlalu mendalam diajarkan di sekolah ini, selain itu di sekolah ini juga belum pernah dilakukan penelitian tentang bagaimana komunikasi interpersonal anak dan orangtua tentang pendidikan kesehatan reproduksi. Karena itu lah yang menjadi objek dalam penelitian ini ialah siswa-siswi SMA Negeri 12 MEDAN. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi pada Siswa SMA NEGERI 12 MEDAN?” Tujuan Penelitian Adapun Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui komunikasi interpersonal orang tua dan anak tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi pada Siswa SMA NEGERI 12 MEDAN. 2. Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang materi Pendidikan Kesehatan Reproduksi URAIAN TEORITIS Komunikasi Pengertian komunikasi secara etimologis berasal dari perkataan latin “communication”. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti sama; sama disini maksudnya sama makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2003:30). Carl I. Hovland mengemukakan komunikasi merupakan proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) yang menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain

2

(komunikate) (Mulyana, 2007:68). Terdapat lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu: sumber (komunikator), pesan, salutan atau media, penerima (komunikan), dan efek. Unsur-unsur lain yang sering ditambahkan adalah umpan balik (feed back), gangguan/kendala komunikasi (noise/barriers), dan konteks atau situasi tertentu. Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal atau disebut juga dengan komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal (Mulyana, 2007:81). Komunikasi interpersonal atau antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Secara teoritis komunikasi interpersonal diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya, yakni Komunikasi Diadik dan Komunikasi Triadik.. Dilihat dari sudut pandang humanistic, komunikasi antarpribadi memiliki lima karakteristik, yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality). Remaja Istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukkan masa remaja, menurut Yulia S.D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa (2000) antara lain: (a) Puberteit, puberty dan (b) adolescentia. Istilah puberty (bahasa inggris) berasal dari istilah Latin, pubertas yang berarti kelaki-lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian. Adolescentia berasal dari istilah Latin, adolescentia, yang berarti masa muda yang terjadi antara 17-30 tahun. Jadi, remaja (adolescence) adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar antar usia 12/13-21 tahun. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Pendidikan Kesehatan Reproduksi merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika, serta komitmen agama agar tidak terjadi “penyalahgunaan” organ reproduksi tersebut (Dariyo, Agoes. 2004). Pendidikan kesehatan reproduksi harus dianggap sebagai bagian dan proses-proses pendidikan, dengan demikian mempunyai tujuan untuk memperkuat dasar-dasar pengetahuan dan pengembangan kepribadian. Dengan kata lain, pendidikan kesehatan reproduksi adalah bagian integaral dari usahausaha pendidikan pada umumnya (Gunarsa, S.D. & Gunarsa, Y. S. D. 2000). Adapun yang menjadi materi dalam Pendidikan Kesehatan Reproduksi pada remaja, yakni Perubahan Fisik Remaja (Tanda-tanda Seks Primer & Tanda-tanda Seks Sekunder), Perilaku Seksual Pranikah, Pendewasaaan Usia Perkawinan, Penyakit Menular Seksual, Penyalahgunaan NAPZA. Komunikasi Kesehatan Menurut Alo Liliweri (2007) pengertian komunikasi kesehatan adalah

3

studi yang mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi komunikasi yang dapat mempengaruhi individu dan komunitas agar mereka dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan pengelolaan kesehatan. Komunikasi kesehatan juga dapat diartikan sebagai proses kemitraan antara para partisipan berdasarkan dialog dua arah yang didalamnya ada suasana interaktif, ada pertukaran gagasan, ada kesepakatan mengenai kesatuan gagasan mengenai kesehatan, juga merupakan teknik dari pengirim dan penerima untuk memperoleh informasi mengenai kesehatan yang seimbang demi memperbarui pemahaman bersama. Pada intinya komunikasi kesehatan meliputi cakupan luas pesan dan media dalam konteks pembinaan kesehatan, promosi kesehatan, pencegahan penyakit, treatmen dan advokasi, termasuk variasi dalam situasi, struktur, pesan, relasi, identitas, tujuan dan strategi pengaruh sosial. Kerangka Konsep Variabel Penelitian Komunkasi Interpersonal Orang tua dan Anak

Pendidikan Kesehatan Reproduksi

Operasional Variabel Konsep Operasional Operasionalisasi Konsep 1. Komunikasi Interpersonal a. Keterbukaan: Orang tua dan Anak - transparan - saling percaya b. Empati: - mendengarkan - memahami - menempatkan diri pada situasi atau kondisi orang lain c. Sikap mendukung: - memotivasi - mengurangi sikap defensif d. Sikap positif: - berfikiran positif - tidak menaruh curiga - memberi pujian e. Kesetaraan: - kesamaan - tidak memaksa kehendak 2. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja

Materi Pendidikan Kesehatan Reproduksi: a. Perubahan fisik pada remaja - Tanda-tanda Seks Primer - Tanda-tanda Seks Sekunder 4

b. Perilaku Seksual Pranikah c. Pendewasaan Usia Perkawinan - Usia minimal pada saat perkawinan - Masa menjarangkan kehamilan - Jumlah Anak c. Penyakit Menular Seksual (HIV/AIDS, gonorea, klamidia, sifilis, dll.) d. Penyalahgunaan NAPZA 3. Karakteristik Responden

a. Usia b. Jenis Keamin c. Kelas d. Jurusan

METODOLOGI PENELITIAN Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 12 Medan, yang terletak di jalan Cempaka No.75 Medan, Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 sampai dengan April 2014. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah studi deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dan Sampel Populasi yang dipilih sebagai objek penelitian adalah Siswa-siswi SMA Negeri 12 Medan kelas X (1-7) dan XI ( IPA 1-6 dan IPS 1-3), yakni berjumlah 722 siswa. Penelitian ini dikhususkan pada siswa kelas X dan XI, yakni yang berusia 16 dan 17 tahun dikarenakan pada umumnya usia ini merupakan usia yang sangat rentan terhadap pengaruh dari lingkungan. Karena di masa inilah remaja banyak mengalami berbagai problema mengenai jiwa psikologisnya. Jumlah sampel yang diambil menggunakan rumus rumus Solvin (1960) (Sevilla dkk, 1993:161) dengan nilai kritis 10%, sebanyak 88 orang. Teknik Penarikan Data Teknik penarikan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah: 1. Teknik Proportional Stratified Random Sampling 2. Teknik Undian Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian Lapangan (kuesioner).

5

2. Penelitian Keperpustakaan. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Tabel Tunggal HASIL DAN PEMBAHASAN Anak Transparan Dengan Orang tua Anak Transparan Dengan Orang tua

F

%

Sangat Transparan 22 25,0 Transparan 45 51,1 Kurang transparan 12 13,6 Tidak transparan 9 10,2 Total 88 100 Sumber:P.01/FC 005 Berdasarkan keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa mayoritas responden transparan dengan orang tua dalam berkomunikasi tentang kesehatan reproduksi. Namun menurut hasil dari kuesioner, tidak sedikit responden yang menjawab kurang transparan dengan orang tua dalam berkomunikasi tentang kesehatan reproduksi. Adapun alasan yang diberikan responden yakni masih adanya perasaan malu, segan, tabu, serta merasa belum waktunya untuk membicarakan kesehatan reproduksi dengan orang tua. Anak Memahami Orang tua Anak Memahami Orang tua Sangat Memahami Memahami Kurang memahami Tidak memahami Total

F

%

23 53 11 1 88

26,1 60,2 12,5 1,1 100

Sumber: P.04/FC 008 Berdasarkan keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa mayoritas responden memahami bahkan sangat memahami informasi yang disampaikan orang tua dalam berkomunikasi tentang kesehatan reproduksi. Adapun yang menjadi alasan mengapa responden kurang memahami bahkan tidak memahami informasi yang disampaikan orang tua tentang kesehatan reproduksi, yakni pemakaian bahasa yang digunakan orang tua sulit untuk dipahami remaja. Menurut Anak, Orang tua Mencoba Merasakan Apa Yang Dirasakannya Menurut Anak, Orang tua Mencoba Merasakan F % Apa Yang Dirasakannya Sangat mencoba 23 26,1

6

Mencoba Kurang mencoba Tidak mencoba Total

47 14 4 88

53,4 15,9 4,5 100

Sumber: P.07/FC 011 Berdasarkan keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa orang tua mencoba merasakan apa yang dirasakan oleh anak di dalam berkomunikasi tentang kesehatan reproduksi. Ini merupakan hasil yang baik, karena dengan begini orang tua dapat memahami terlebih dahulu apa yang sedang menjadi permasalahan anak yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Dan anak dapat lebih leluasa dan nyaman di dalam berkomunikasi. Menurut Anak, Orang tua Tidak Menaruh Curiga Kepadanya Orang tua Tidak Menaruh Curiga Kepada Anak

F

%

Tidak menaruh curiga 58 65,9 Kurang menaruh curiga 16 18,2 Menaruh curiga 12 13,6 Sangat menaruh curiga 2 2,3 Total 88 100 Sumber: P.09/FC 013 Berdasarkan keterangan tersebut, tidak sedikit responden yang menyatakan bahwa orang tua menaruh curiga kepadanya dalam berkomunikasi tentang kesehatan reproduksi. Hal ini dapat dilihat melalui alasan yang diberikan beberapa responden, yakni ketika responden bertanya atau membahas hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi, orang tua cenderung menaruh curiga. Orang tua beranggapan bahwa dengan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi, berarti anak telah melakukan kesalahan yang berkaitan dengan hal tersebut. Inilah yang sering menjadi penghambat dalam berkomunikasi. Menurut Anak, Orang tua Tidak Memaksakan Kehendak Kepadanya Orang tua Tidak Memaksakan Kehendak Kepada F % Anak Tidak memaksakan kehendak 59 67,0 Kurang memaksakan kehendak 18 20,5 Memaksakan kehendak 7 8,0 Sangat memaksakan kehendak 4 4,5 Total 88 100 Sumber: P.12/FC 016 Berdasarkan keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan orang tua tidak memaksakan kehendak kepada orang tua dalam berkomunikasi tentang kesehatan reproduksi. Hal ini diperjelas melalui alasan yang diberikan repsonden, yakni orang tua memiliki sikap percaya terhadap setiap apa yang dilakukan responden. Sehingga tidak perlu ada sikap memaksakan

7

kehendak. Sementara itu responden yang memberikan jawaban bahwa orang tua memaksakan kehendak kepadanya memberikan alasan yakni orang tua cenderung khawatir dan mengingini yang terbaik untuk anaknya. Pengetahuan tentang Tanda-tanda Seks Primer Pengetahuan tentang Tanda-tanda F % Seks Primer Sangat mengetahui 25 28,4 Mengetahui 50 56,8 Kurang mengetahui 10 11,4 Tidak mengetahui 3 3,4 Total 88 100 Sumber: P.13/FC 017 Berdasarkan keterangan tersebut, dapat diketahui mayoritas responden mengetahui tanda-tanda seks primer. Namun ada beberapa responden yang kurang mengetahui, bahkan tidak mengetahui apa itu tanda-tanda seks primer. Menurut hasil dari kuesioner, responden yang kurang mengetahui dan yang tidak mengetahui ini mayoritas duduk di kelas sepuluh (X), yakni berusia 16 tahun. Pendewasaan Usia Perkawinan Pengetahuan Tentang Usia Minimal F % Perkawinan Sangat mengetahui 8 9.1 Mengetahui 49 55,7 Kurang mengetahui 25 28,4 Tidak mengetahui 6 6,8 Total 88 100 Sumber: P.16/FC 020 Berdasarkan keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa mayoritas responden mengetahui usia minimal perkawinan. Hal ini semakin diperjelas dengan alasan yang diberikan responden di dalam kuesioner, yakni usia dibawah 20 tahun sangat tidak dianjurkan bagi wanita melakukan perkawinan dikarenakan belum matangnya alat reproduksi, sedangkan bagi pria tidak dianjurkan dibawah 25 tahun dikarenakan belum siapnya keadaan ekonomi maupun mental. Pengetahuan Tentang Penyakit Menular F % Seksual Sangat mengetahui 23 26,1 Mengetahui 53 60,2 Kurang mengetahui 6 6,8 Tidak mengetahui 6 68 Total 88 100 Berdasarkan keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa mayoritas responden mengetahui tentang penyakit menular seksual. Adapaun jawaban yang kebanyakan responden sebutkan di dalam kuesioner yakni, HIV/AIDS, sifilis,

8

herpes, raja singa. Menurut hasil dari kuesioner, responden yang menyatakan kurang mengetahui bahkan tidak mengetahui rata-rata duduk di kelas X, yakni berusia 16 tahun. Pengetahuan Tentang Penyalahgunaan NAPZA Pengetahuan Tentang Penyalahgunaan F % NAPZA Sangat mengetahui 14 15,9 Mengetahui 36 40,9 Kurang mengetahui 17 19,3 Tidak mengetahui 21 23,9 Total 88 100 Sumber: P.21/FC 025 Berdasarkan keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa mayoritas responden mengetahui dampak negatif dari NAPZA. Namun menurut hasil dari kueisoner, masih banyak responden yang kurang mengetahui bahkan tidak mengetahui dampak negatif penyalahunaan NAPZA serta kaitannya dengan kesehatan reproduksi. Responden hanya sekedar mengetahui dampak negatif dari penyalahgunaan NAPZA. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Setelah dilakukan penelitian dan pembahasan, maka dari seluruh hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa kesimpulan antara lain: 1. Berdasarkan hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa, komunikasi interpersonal orang tua dan siswa SMA Negeri 12 Medan kelas X dan XI tentang kesehatan reproduksi sudah berjalan dengan baik. Walau masih terdapat beberapa siswa yang masih merasa malu, segan, dan tidak sopan untuk berkomunikasi tentang kesehatan reproduksi, namun mayoritas siswa sudah memiliki sikap yang terbuka dengan orang tua. Selain itu, terdapat beberapa siswa yang orangtuanya cenderung menaruh curiga dan memaksakan kehendak, namun siswa meyadari hal itu semata demi kebaikan anaknya. 2. Berdasarkan hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa, siswa SMA Negeri 12 Medan kelas X dan XI mengetahui secara benar tentang materi pendidikan kesehatan reproduksi. Namun dari semua materi pendidikan kesehatan reproduksi yang dijabarkan, terdapat satu materi yang masih kurang dipahami oleh para siswa yaitu tentang penyalahgunaan NAPZA dan kaitannya dengan kesehatan reproduksi. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti mengajukan beberapa saran yang dapat membangun, antara lain: 1. Saran Penelitian, bagi anak khususnya remaja diharapkan agar lebih terbuka dengan orang tua dalam berkomunikasi tentang kesehatan reproduksi. Remaja haruslah menyadari bahwa keluarga, khususnya orang tua merupakan lingkungan terdekat mereka. Orang tualah yang dapat

9

memberikan pengetahuan secara benar dan terpercaya. Dengan berkomunikasi interpersonal dengan orang tua, maka dampak buruk yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dapat dihindari. 2. Saran Peneliti, bagi orang tua khususnya yang memiliki anak di usia remaja, haruslah lebih peka terhadap setiap perubahan anak, baik itu fisik maupuan sikap. Orang tua juga diharapkan untuk menyampaikan materi pendidikan kesehtan reproduksi dengan bahasa yang ringan, mudah dimengerti, dan dalam penyampaian yang tidak kaku namun tetap terarah. 3. Saran dalam kaitan praktis, diharapkan sekolah dapat lebih mendalami materi pendidikan kesehatan reproduksi melalui mata pelajaran Biologi maupun Penjasakes, khususnya materi tentang penyalahgunaan NAPZA, dan kaitannya dengan kesehatan reproduksi. 4. Saran dalam kaitan akademis, diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut atas penelitian ini. Penelitian yang berkaitan yang dapat deteliti lebih lanjut, yakni penelitian kualitatif tentang orang tua dan anak yang telah berhasil dalam berkomunikasi tentang pendidikan kesehatan reproduksi. Daftar Referensi Budyatna & Muhammad & Mona Ganiem 2011. Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kencana. Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia. Effendi, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT CitraAditya Bakti. Gunarsa, S.D. & Gunarsa, Y. 2000. Psikologi Praktis Anak Remaja dan Keluarga. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

10