STRATEGI KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DAN ANAK DALAM

Download 1 Jan 2017 ... ABSTRAK - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi interpersonal orang tua dalam meningkatkan...

0 downloads 450 Views 284KB Size
Jurn

a

h M ah

a wa sis

lmia lI

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

FISIP

Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas (Interpersonal Comunication Strategy Used by Parents in Enhancing SelfConfidence of Disabled Children) 1)

Rahmat Aulia1), Ade Irma2) Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi interpersonal orang tua dalam meningkatkan rasa percaya diri anak penyandang disabilitas kategori Tunagrahita, serta untuk mengetahui apa faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi orang tua dalam meningkatkan rasa percaya diri anak penyandang disabilitas kategori Tunagrahita. Penelitian ini menggunakan teori Perencanaan Charles Berger dalam merencanakan komunikasi. Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara dengan orang tua yang mempunyai anak disabilitas kategori Tunagrahita. Hasil penelitian diperoleh bahwa orang tua menggunakan teori perencanaan yang dikemukakan Charles Berger, dengan terlebih dahulu menetapkan rencana-rencana sebagai gambaran untuk langkah- langkah atau kegiatan komunikasi yang akan dilakukan agar mencapai tujuan yang diharapkan. Langkah yang dilakukan oleh Orang tua yaitu dengan merumuskan strategi komunikasi. Langkah pertama yaitu pendekatan secara individu kepada anak. Langkah kedua menyusun pesan berupa mencontohkan figur lain kepada anak dan memberikan nasehat. Langkah ketiga menetapkan metode yaitu memberikan contoh teladan kepada anak dan memberikan hukuman untuk membuat anak tidak mengulangi kesalahan yang sama. Faktor pendukung keberhasilan komunikasi interpersona l orang tua dan anak adalah kredibilitas, kemampuan intelektual, kepercayaan, kematangan tingkat emosional dan berorientasi kepada psikologis komunikan. Sementara faktor penghambat yaitu interaksi dan pengalaman. Kata Kunci: Strategi Komunikasi Interpersonal, Orang tua, Anak, Penyandang Disabilitas, Teori Perencanaan. ABSTRACT - This study aims to find out how the interpersonal comunication strategy used by parents in enhancing self- confidence of disabled children for Tunagrahita category, and also to find out the supporting factors and the barriers faced by parents in enhancing self-confidence of disabled children for Tunagrahita Corresponding Author : [email protected] JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 1. №. 2, Januari 2017: 16-29

a Jurn

h M ah

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

a wa sis

lmia lI

FISIP

category. This study used a planning theory adopted by Charles in communication plan. The approach in this study was a descriptive qualitative method. The technique of data collection was done by using interview technique with the parents who have disabled children for Tunagrahita category. The result of this study has proven that the parents used the planning theory adopted by Charles Barger, by setting the planning firstly as the description for the steps or communication activities that will be implemented in order to achieve the expected goal. The steps done by parents by formulating communication strategies. The first step was an individually approach towards the children. The second step were arranging the message that showed the example of figure to children and giving advices. The third step was deciding the method by giving the good model to the children and giving punishment in order to support the children to not do the same faults. The supporting factors of the interpersonal communication success between parents and children were the credibiltity, intelectual ability, self-confidence, emotional maturity and oriented in psychological communicant. While the barries were interaction and experience. Keywords: Interpersonal Communication Strategy, Parents, Children, Disability, Planning Theory. PENDAHULUAN Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2014 merilis jumlah penyandang disabilitas yang terdapat di Kabupaten Aceh Besar seperti yang terlihat pada tabel 1: Tabel 1. Jumlah Penyandang Disabilitas perkecamatan di Kabupaten Aceh Besar tahun 2014 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kecamatan Lhoong Lhoknga Leupung Indrapuri Kuta Cot Glie Seulimum Kota Jantho Lembah Seulawah Mesjid Raya

Jumlah 47 30 18 138 100 148 65 94 177

Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas (Rahmat Aulia, Ade Irma) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 16-29

Jurn

a

h M ah

a wa sis

lmia lI

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

FISIP

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Darussalam 94 Baitussalam 70 Kuta Baro 33 Montasik 193 Blang Bintang 45 Ingin jaya 45 Krueng Barona Jaya 58 Suka Makmur 76 Kuta Malaka 47 Simpang Tiga 44 Darul Imarah 75 Darul Kamal 47 Peukan Bada 44 Pulo Aceh 40 JUMLAH/TOTAL 1.728 Sumber: Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Aceh Besar 2014

Berdasarkan data dari tabel, Montasik menduduki peringkat pertama dengan jumlah penyandang disabilitas tertinggi di Kabupaten Aceh Besar yaitu 193 orang. Disusul Mesjid Raya 177 orang dan Seulimum 148 orang. Pada tahun yang Sama Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Aceh Besar juga merilis jumlah penderita disabilitas menurut jenisnya seperti yang terlihat pada tabel 2: Tabel 2. Jumlah Penyandang Disabilitas Dirinci Menurut Jenis Disabilitas perkecamatan di Kabupaten Aceh Besar tahun 2014 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kecamatan Lhoong Lhoknga Leupung Indrapuri Kuta Cot Glie Seulimum Kota Jantho Lembah Seulawah Mesjid Raya

Tunagrahita 15 5 3 15 15 15 6 12 25

Tunanetra 1 3 4 13 17 38 3 12 18

Tunarungu 12 10 1 20 13 19 4 3 24

Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas (Rahmat Aulia, Ade Irma) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 16-29

Jurn

a

h M ah

a wa sis

lmia lI

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

FISIP

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Darussalam 23 9 9 Baitussalam 18 5 5 Kuta Baro 13 7 1 Montasik 62 48 25 Blang Bintang 8 6 5 Ingin jaya 19 15 2 Krueng Barona Jaya 3 19 7 Suka Makmur 6 6 8 Kuta Malaka 15 1 Simpang Tiga 14 12 7 Darul Imarah 9 10 8 Darul Kamal 14 9 13 Peukan Bada 14 13 Pulo Aceh 10 5 2 Jumlah 339 273 199 Sumber: Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Aceh Besar 2014

Seperti yang terlihat pada tabel 2, Montasik merupakan kecamatan dengan jumlah Tunagrahita tertinggi di Kabupaten Aceh Besar yaitu 62 orang. Disusul oleh kecamatan Mesjid Raya 25 orang. Total semuanya adalah 339 orang. Hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan peneliti selama setahun terakhir di beberapa desa yang berada di Kecamatan Montasik Aceh Besar, menunjukkan bahwa pergaulan anak-anak normal dengan anak-anak berkebutuhan khusus, dalam hal ini anak Tunagrahita kurang baik. Anak-anak normal mengejek dan enggan berkomunikasi dengan anak Tunagrahita. Anak Tunagrahita jarang diterima atau sering ditolak oleh kelompoknya (Somantri, 2007:26). Salah satu temuan peneliti terkait kasus pelecehan kepada anak tunaghrahita seperti yang dialami Gindar. Tumbuh dan tinggal di lingkungan dengan tingkat pemahaman masyarakat yang rendah terhadap penyandang disabilitas membuat Gindar tidak diterima dengan baik di lingkungan tempat tinggalnya. Ia sering diejek bahkan mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan dari teman-teman seusianya. Diskriminasi masyarakat ini merupakan hasil dari representasi sosial masyarakat yang negatif terhadap mereka. Kasus Gindar menjadi satu bukti bahwa masih banyak masyarakat yang belum menerima keberadaan Tunagrahita di lingkungan tempat tinggalnya. Sebagai orang tua yang memiliki anak penyandang disabilitas khususnya Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas (Rahmat Aulia, Ade Irma) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 16-29

a Jurn

h M ah

a wa sis

lmia lI

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

FISIP

Tunagrahita tentu tidak bisa tinggal diam mendapati anaknya diperlakukan demikian. Efek jangka panjang yang ditimbulkan dari pelecehan yang terus menerus adalah menurunnya rasa percaya diri anak hingga yang lebih parah menyebabkan anak jadi enggan bersosialisasi dengan masyarakat nantinya (Isaningrum, 2007 : 29). Disinilah peran orang tua sangat dibutuhkan demi meningkatkan kembali rasa percaya diri anak penyandang disabilitas yang mengalami pelecehan. Orang tua sebagai orang terdekat anak harus bisa meningkatkan kembali rasa percaya diri anak. Salah satu langkah yang bisa ditempuh untuk mengembalikan rasa percaya diri anak korban pelecehan adalah dengan komunikasi interpersonal. Orang tua harus bisa mengarahkan anaknya bagaimana merespon ketika terjadi pelecehan atau sesudahnya. Atas dasar pertimbangan melihat dan mengamati fenomena yang terjadi terhadap penyandang disabilitas di kecamatan Montasik inilah, peneliti tertarik untuk meneliti “Strategi komunikasi interpersonal orang tua dan anak dalam meningkatkan rasa percaya diri anak penyandang disabilitas (Studi pada masyarakat di kecamatan Montasik Aceh Besar)”. Ashabul Yamin Asgha juga pernah melakukan penelitian sejenis dengan judul Strategi Komunikasi Interpersonal Yang Diterapkan Ustadz Dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Santri Di Pondok Pesantren Al Manar Aceh Besar. Hasil dari penelitiannya adalah Ustadz menerapkan lima strategi dala m meningkatkan disiplin belajar santri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui srategi, faktor pendukung serta penghambat komunikasi interpersonal orang tua dalam meningkatkan rasa percaya diri anak penyandang disabilitas. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Bogdan dan Tylor dalam Moleong (2006:4) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Lokasi penelitian adalah di dua desa yang ada di Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar yaitu desa Reudeup dan Lampaseh Krueng. Subjek dalam penelitian ini adalah orang tua yang tinggal di Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar yang memiliki anak penyandang disabilitas kategori tunagrahita. Objek dalam penelitian ini adalah strategi komunikasi interpersonal orang tua dan anak dalam meningkatkan rasa percaya diri anak penyandang disabilitas.

Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas (Rahmat Aulia, Ade Irma) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 16-29

a Jurn

h M ah

a wa sis

lmia lI

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

FISIP

Ada dua kriteria dalam pemilihan informan untuk penelitian ini. Pertama, orang tua yang tinggal di Montasik dan memiliki anak penyandang disabilitas kategori tunagrahita (cacat mental). Peneliti memilih tunagrahita karena menurut penelitian dari Komnas HAM antara tahun 1993 s.d 2013 penyandang d isabilitas kategori tunagrahita rentan terhadap pelecehan. Kedua, orang tua yang memiliki anak tunagrahita dari rentang umur 11 sampai dengan 16 tahun. Menurut Piaget (dalam Saputra dan Rudyanto, 2005:162), anak pada usia 11 s.d 16 tahun sudah bisa menceritakan setiap pengalamannya kepada orang lain. Pemilihan informan dilakukan secara purposive sampling yaitu sampling yang digunakan oleh peneliti karena memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya (Idrus, 2009: 96). Sumber data utama penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Secara umum, sumber data dapat dibagi dua jenis yaitu data lapangan dan data kepustakaan, data lapangan dikenal dengan data primer, sedangkan data kepustakaan dikenal dengan data sekunder. Penelitian ini menggunakan data primer sebagai sumber utama yang diperoleh dari melakukan wawancara dengan informan. Peneliti menggunakan dua teknik untuk mengumpulkan data , pertama dengan wawancara semi terstruktur. Dimana peneliti telah menyiapkan daftar pertanyaan yang akan ditanyakan. Namun pertanyaan ini tidak mengikat, ketika melakukan wawancara peneliti bisa mengembangkannya lagi. Teknik kedua yaitu observasi non partisipan dimana peneliti melakukan observasi langsung di tempat penelitian, namun peneliti bersifat observasi non partisipan dimana peneliti hanya mengamati tetapi tidak ikut serta dalam semua aktivitas tersebut. Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan tiga langkah. Pertama, mereduksi data. Data yang diperoleh dilapangan ditulis dalam bentuk uraian atau laporan terperinci. Laporan yang disusun kemudian direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal pokok dan dicarikan temanya. Kedua, menyajikan data. Data yang diperoleh diklasifikasikan menurut pokok permasalahan dan dibuat matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat hubungan suatu data dengan data yang lain. Langkah terakhir yaitu mengambil kesimpulan dan verifikasi. Peneliti membuat kesimpulan melalui datadata yang sudah direduksi dan display data. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak mutlak diperlukan terutama dalam masa tumbuh kembang anak. Orang tua terutama ibu sebagai guru pertama bagi anak dituntut untuk bisa memberikan pemahaman dan pengajaran yang baik kepada anak. Perhatian yang baik dari orang tua berlaku untuk semua Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas (Rahmat Aulia, Ade Irma) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 16-29

a Jurn

h M ah

a wa sis

lmia lI

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

FISIP

anak, tak terkecuali anak penyandang disabilitas yang ada di Kecamatan Montasik. Sebagai anak berkebutuhan khusus mereka membutuhkan perhatian yang lebih dibandingkan anak pada umumnya. Terleb ih lagi ketika rasa percaya diri anak penyandang disabilitas ini menurun karena pelecehan dari teman bermain atau dari lingkungannya. Charles Berger (1995) mengatakan bahwa, teori perencanaan menjelaskan proses komunikasi yang dilalui dalam merencanakan perilaku komunikasi. Berkaitan dengan teori tersebut, orang tua menetapkan rencana-rencana sebagai gambaran untuk langkah- langkah atau kegiatan komunikasi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Langkah yang dilakukan oleh orang tua yaitu dengan merumuskan strategi komunikasi. Adapun strategi komunikasi pertama yang dilakukan yaitu mengenal individu atau anak secara lebih dekat. Anak sebagai sasaran utama komunikasi sifatnya tidak pasif. Orang tua sebagai komunikator harus membangun berbagai pendekatan dengan anak supaya anak menjadi terbuka dengan orang tua. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan mengajak berb icara anak ketika sedang santai seperti ketika anak sedang menonton televisi. Orang tua memulai interaksi dengan menanyakan kegiatan anak selama di sekolah atau di lingkungan bermainnya. Dalam tahapan mengenal individu ini orang tua di anjurkan untuk memulainya dengan memancing anak untuk bercerita tentang kegiatan kesehariannya. Ketika anak mulai bercerita orang tua harus memusatkan perhatian secara penuh kepada anak guna kepercayaan yang telah anak berikan kepada orang tua sebagai tempat berbagi tidak mengecewakan anak. Tujuan dari pendekatan ini adalah agar orang tua mudah mempengaruhi anak. Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Aw (2011:39) bahwa komunikator yang dipercaya oleh komunikan akan lebih mudah mempengaruhi komunikan. Setelah mengenal individu, langkah kedua dalam perumusan strategi ialah menyusun pesan, yaitu dengan cara menentukan tema dan materi. Syarat utama dalam mempengaruhi anak dari pesan tersebut adalah mampu membangkitkan perhatian anak. Ada dua strategi yang orang tua terapkan dalam menyusun pesan. Pertama, orang tua memberikan contoh figur lain kepada anak. Mencontohkan figur lain kepada anak bertujuan supaya anak memiliki gambaran bagaimana orang lain di luar sana menjalani kehidupan. Dengan segala keterbatasan yang di miliki, anak disabilitas cenderung butuh figur sukses untuk dijadikan panutan. Figur yang menjadi contoh diutamakan dari keluarga inti seperti kakak, ayah atau paman. Selain dari keluarga inti juga bisa dijadikan contoh kepada anak seperti teman sepermainan atau orang di sekitar lingkungan tempat tinggal. Intinya figur yang menjadi contoh kepada anak adalah orang-orang yang dikenal baik oleh anak. Kedua, menpersiapkan nasehat yang secara perlahan akan membangun rasa percaya diri anak. Nasehat yang diberikan bisa berupa anjuran untuk Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas (Rahmat Aulia, Ade Irma) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 16-29

a Jurn

h M ah

a wa sis

lmia lI

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

FISIP

melakukan sesuatu seperti harus rajin ke sekolah atau tidak bangun telat ketika pagi. Ketika anak berhasil melaksanakan nasehat yang diberikan, orang tua diharapkan bisa memberikan pujian kepada anak agar timbul rasa percaya diri bahwa anak mampu melakukannya. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ghufron (2011:27) bahwa dukungan yang baik dari keluarga akan membuat rasa percaya diri anak perlahan meningkat. Komunikator juga harus mempunyai kredibilitas yang baik di hadapan komunikan agar pesan yang disampaikan memberikan pengaruh kepada anak sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Aw (2001:39) komunikator yang kredibilitasnya tinggi akan lebih banyak memberi pengaruh terhadap penerima pesan. Dalam memberikan nasehat orang tua juga dituntut untuk bersabar dan memperhatikan kondisi psikologis anak sesuai dengan yang disampaikan oleh Aw (2011:39) bahwa komunikator harus mampu menjaga emosional dengan baik serta memahami kondisi psikologis orang yang diajak bicara. Langkah perumusan strategi yang ketiga adalah menetapkan metode. Ada dua metode yang digunakan orang tua dalam menyampaikan pesan komunikasi kepada anak. Metode pertama yaitu orang tua memberikan teladan atau contoh secara nyata kepada anak dalam kehidupan sehari- hari. Metode ini juga dikenal dengan istilah metode edukatif. Dalam memberikan contoh atau teladan kepada anak, orang tua bisa memulai dari diri sendiri. Anak tidak akan bangun pagi tepat waktu ketika orang tuanya bangun jam delapan pagi. Ketika sikap dan prilaku orang tua sudah bagus maka dengan sendirinya anak akan mengikuti prilaku yang baik tersebut. Metode kedua yaitu memberikan teguran atau hukuman. Metode ini dikenal dengan istilah metode koersif. Ada dua cara yang digunakan oleh orang tua dalam memberikan hukuman kepada anak. Cara pertama hanya sebatas hukuman dengan cara mendiamkan atau menunjukkan ekspresi yang tidak senang kepada anak. Cara kedua yaitu memberikan hukuman fisik kepada anak ketika anak sudah berulang kali tidak menuruti perkataan orang tua. Hukuman fis ik hanya dianjurkan sebatas membuat efek jera untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama, tidak sampai melukai anak. Penulis tidak menemukan daya tarik dalam melakukan wawancara untuk mendukung komunikasi yang efektif karena tingkat intelegensia anak disab ilitas tidak seperti anak pada umumnya sehingga mereka tidak terlalu memperhatikan daya tarik pada komunikator. Penulis juga tidak menemukan adanya integritas dan kepekaan sosial selama melakukan wawancara karena kepekaan sosial sendiri lebih mengarah kepada komunikasi antara individu dengan masyarakat. Perumusan strategi yang terakhir yaitu seleksi dan penggunaan media. Namun strategi ini kurang cocok dengan penelitian ini karena komunikasi yang terjadi bukan dengan massa melainkan secara interpersonal antara orang tua dan anak. Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas (Rahmat Aulia, Ade Irma) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 16-29

a Jurn

h M ah

a wa sis

lmia lI

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

FISIP

Seiring melakukan berbagai pendekatan kepada anak. Orang tua juga mengalami hambatan seperti kesalahpahaman antara apa yang orang tua maksud dengan apa yang dipahami oleh anak atau pesan yang disampaikan sedikit lama dipahami oleh anak karena tingkat intelegensia anak disabilitas lebih rendah dibandingkan dengan anak pada umumnya. Hambatan lain yang terjadi adalah ketika orang tua tidak bisa mengontrol emosinya dengan baik. Namun hambatan yang terjadi bisa teratasi seiring kedekatan antara keduanya. Orang tua yang terus mencoba membuka diri dengan anak jadi mempersempit ruang gerak hambatan. Hambatan berupa kultur tidak penulis temukan karena antara orang tua dan anak masih dalam kultur yang sama sehingga tidak menimbulkan hambatan selama komunikasi. Sejauh ini strategi yang diterapkan orang tua terlihat efektif untuk meningkatkan rasa percaya diri anak penyandang disabilitas. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya mengenai strategi komunikasi interpersonal orang tua dan anak dalam meningkatkan rasa percaya diri anak penyandang disabilitas, diperoleh kesimpulan bahwa orang tua menerapkan tiga langkah perumusan strategi. Pertama, melakukan pendekatan dengan anak. Kedua, menyusun pesan dengan dua cara. Pertama memberikan contoh figur sukses kepada anak dan kedua menasehati anak dengan memperhatikan kondisi psikologis anak, terus memperbaiki kredibilitas orang tua dan menjaga emosional. Ketiga, menetapkan metode. Ada dua metode yang digunakan yaitu metode edukatif dan koersif. Metode edukatif berupa memberikan contoh teladan yang baik kepada anak dalam kehidupan sehari-hari. Untuk metode koersif orang tua memberikan hukuman atau teguran kepada anak dengan tujuan anak tidak mengulangi kesalahan yang sama. Faktor pendukung komunikasi interpersonal orang tua dan anak yaitu kredibilitas, kemampuan intelektual, kepercayaan, kematangan tingkat emosional dan berorientasi kepada kondisi psikologis. Faktor daya tarik tidak termasuk karena anak disabilitas tidak memperhatikan daya tarik fisik maupun non fisik pada orang tua. Faktor integritas dan kepekaan sosial juga tidak termasuk dalam faktor pendukung komunikasi efektif karena komunikasi yang terjadi tidak melibatkan masyarakat melainkan hanya antara anak dan orang tua. Faktor penghambat orang tua dalam menjalin komunikasi dengan anak ada dua yaitu hambatan interaksi dan pengalaman. Untuk hambatan kultur tidak termasuk karena keduanya berada dalam kultur yang sama. Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas (Rahmat Aulia, Ade Irma) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 16-29

a Jurn

h M ah

a wa sis

lmia lI

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

FISIP

DAFTAR PUSTAKA Amalia, A. 2011. Perbandingan Strategi Komunikasi Pemasaran Pada Harian The Jakarta Post dan Harian Indonesian Observer Dalam Membangun Komunikasi Pemasaran Efektif. Jurnal Communication. Volume 1, No.1. Bandung: Pustaka Setia. Cangara, Hafied. 2013. Perencanaan Strategi Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Devito & Joseph A. 2009. The interpersonal communication book. USA: Pearson Education.inc. Effendi & Onong Uchajana, 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung : Citra Adtiya Bakti. Fatimah, E. 2008. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung: CV Pustaka Setia. Ghufron & Risnawati. 2011. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta : Ar Ruzz Media. Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif) Edisi Kedua. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia. Moleong, L. J. 2003. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung : Remaja Rosdakarya. Onong, U. Effendy. 2003. Ilmu komunikasi teori dan praktek. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Pontoh, Widya P. 2013. Peranan Komunikasi Interpersonal Guru Meningkatkan Pengetahuan Anak. Jurnal Acta Diurna I (I). Rachmadani, C. 2013. Strategi Komunikasi Dalam Mengatasi Konflik Rumah Tangga Mengenai Perbedaan Tingkat Penghasilan di Rt. 29 Samarinda Seberang, eJournal Ilmu Komunikasi. Volume 1 No. 1. Rahmat & Ira. 2012. Representasi Sosial tentang Disabilitas Intelektual pada Kelompok Teman Sebaya. Jurnal Psikologi Vol. 39, NO. 1 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas (Rahmat Aulia, Ade Irma) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 16-29

a Jurn

h M ah

a wa sis

lmia lI

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP

FISIP

Reefani, Nur Kholis. 2013. Panduan Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Imperium. Riduwan, 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Rochman, N. 2012. Strategi Komunikasi Pemasaran Harian Umum Solopos. Skripsi. Fisip Universitas Sebelas Maret. Saputra, Rudyanto. 2005. Perkembangan Kognitif Individu. Yogyakarta : Graha Ilmu. Schwarts, David J. 2008. Berpikir dan Berjiwa Besar. Terjemahan Budiyanto. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Suhardita, Kadek. 2011. Efektifitas Penggunaan Teknik Permainan Dalam Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Percaya Diri Siswa. Bandung : UPI Bandung. Sumartono. 2002. Terperangkap dalam Iklan. Meneropong Imbas pesan Iklan Televisi. Bandung: Alfabeta. Sunarto. 2003. Perilaku Konsumen. Yogyakarta : AMUS Jogyakarta dan CV Ngeksigondo Utama. Supriyo. 2008. Studi Kasus Bimbingan Konseling. Semarang: UNNES PRESS. Suranto, AW. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu. Syaifullah, Ach. 2010. Tips Bisa Percaya Diri. Jogjakarta: Gerai Ilmu. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 107, Tamabahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5251). Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Pembagian Penyandang Cacat atau Disabilitas. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1.

Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas (Rahmat Aulia, Ade Irma) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 16-29