KREATIVITAS SISWA DALAM MENGEKSPLORASI GERAK TARI

mengidentifikasi bahwa siswa masih kurang mampu mengeksplorasi gerak tari tradisi Melayu. Kalimantan Barat ... gerak dasar tari Melayu yang ada di Kal...

6 downloads 499 Views 201KB Size
KREATIVITAS SISWA DALAM MENGEKSPLORASI GERAK TARI JEPIN LEMBUT MELALUI KEGIATAN EKSPRESI PADA SISWA KELAS X Riki Hikmawati, Ismunandar, Agus Wartiningsih Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik, FKIP UNTAN, Pontianak email:[email protected] Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kompetensi dasar mata pelajaran seni tari untuk kelas X yaitu mengekspresikan diri melalui karya seni tari. Siswa dikenalkan dengan satu di antara tari tradisi Melayu Kalimantan Barat yakni tari Jepin Lembut. Dengan tari Jepin Lembut siswa bereksplorasi lalu menciptakan karya seni tari yang dipertunjukkan pada kegiatan ekspresi sehingga siswa dapat meningkatkan kreativitasnya. Penelitian ini berbentuk penelitian deskriptif yakni mendeskpripsikan proses pembelajaran dan hasil peningkatan kreativitas siswa dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut melalui kegiatan ekspresi pada siswa kelas X SMK Ethika Pontianak. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research) dan pendekatan penelitian kualitatif. Hasil penelitian yakni (1) proses peningkatan kreativitas siswa dapat dilakukan dengan empat tindakan yakni siswa dapat mendeskripsikan pengertian seni tari, unsur-unsur seni tari, fungsi tari, jenis tari, dan tari Jepin Lembut serta mempraktikkan ragam gerak tari Jepin Lembut, siswa dapat mengekplorasi ragam gerak tari Jepin Lembut, siswa dapat menciptakan karya seni tari, dan siswa menampilkan karya seni tari yang sudah dikreasikan; dan (2) hasil peningkatan kreativitas siswa kelas X SMK Ethika dalam mengeksplor gerak tari Jepin Lembut ialah siswa berhasil menciptakan 2 tarian yaitu tari Bemaing dan tari Ke Ume. Kata Kunci: Kreativitas, Eksplorasi, Kegiatan Ekspresi, dan Tari Jepin Lembut. Abstract: This research is conducted based on the basic competence of dance lesson for tenth grade students who express themselves through art of dance. Students are introduced to one of Malay, West Kalimantan traditional dances which is called “Jepin Lembut”. In Jepin Lembut dance, students explore and create the art of dance which was shown in the expression’s activity to improve their creativity. This research is a descriptive study that describes learning process and the result of students' creativity improvement in exploring dance movement through expression in performing Jepin Lembut dance on tenth grade students of Ethika Vocational School Pontianak. This study uses action research and qualitative research approaches. The results are (1) the process of improving students' creativity can be done with four actions; students can describe the definition of dance, elements of dance, functions of dance, types of dance, and Jepin Lembut dance as well as practicing the variety of movement in Jepin Lembut dance, students can explore the variety of movement in Jepin Lembut dance, students can create art of dance, and students can perform the artwork that has been created, and (2) the results of tenth grade students creativity improvement in exploring Jepin Lembut dance; they have successfully created two dances that are called “Bemaing” Dance” and “Ke Ume” Dance. Keywords: Creativity, Exploration, Expression Activity and “Jepin Lembut” Dance.

D

alam pendidikan formal, seni tari sudah diajarkan di sekolah-sekolah. Sama halnya dengan SMK Ethika Pontianak, mata pelajaran seni tari merupakan satu di antara mata pelajaran yang termasuk dalam kurikulum sekolah. Oleh karena itu, materi tentang gerak tari juga diajarkan kepada siswa kelas X dan XI SMK Ethika Pontianak. Observasi awal telah dilakukan terhadap pembelajaran Seni dan Budaya (SBK) di kelas X SMK Ethika Pontianak pada bulan Januari 2013. Hasil observasi awal yaitu peneliti mengidentifikasi bahwa siswa masih kurang mampu mengeksplorasi gerak tari tradisi Melayu Kalimantan Barat khususnya gerak tari Jepin Lembut. Hal ini dibuktikan ketika siswa diminta untuk bergerak (menari) dalam rangka mengekplorasi gerak tari, siswa terlihat kebingungan serta tidak satu pun gerak tari berhasil diciptakan. Penyebab siswa kurang mampu mengeksplorasi gerak tari ialah siswa belum memiliki pengetahuan yang baik tentang eksplorasi gerak tari Jepin Lembut. Hasil tes awal yang diberikan siswa kelas X SMK Ethika Pontianak menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa tercatat hanya 68,3. Nilai tersebut masih pada kategori kurang tentang pengetahuan dan sikap terhadap seni tari tradisi. Melihat kondisi yang demikian, peneliti termotivasi untuk memperkenalkan gerakgerak dasar tari Melayu yang ada di Kalimantan Barat khususnya tari Jepin Lembut yang sampai sekarang masih terus berkembang. Dengan tidak meninggalkan atau melupakan dasar gerak tradisi yang telah ada, peneliti mengenalkan kepada siswa dalam bentuk demonstrasi ragam gerak dasar tari Jepin Lembut. Kemudian, siswa diintruksikan untuk mencermati dan mempelajari gerakan tersebut. Setelah siswa mencermati dan mempelajari gerakan dasar tari Jepin Lembut, siswa diminta untuk menghasilkan karya tari sendiri. Karya tari ini bertujuan agar siswa dapat mengeksplorasi ragam gerak tari yang sudah diajarkan untuk menjadi ragam gerak baru sesuai dengan kreativitas dan inovasi yang dimiliki masing-masing siswa. Peningkatan kreativitas siswa dalam mengeksplorasi gerak tari merupakan sesuatu yang menjadi tujuan dalam pembelajaran seni tari. Kegiatan mengesplorasi gerak tersebut dapat menumbuhkan kreativitas yang ada pada diri siswa. Upaya menumbuhkan kreativitas siswa pada penelitian ini ialah melakukan kegiatan ekspresi. Oleh karena itu, peneliti melakukan serangkaian penelitian tentang “Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Mengeksplorasi Gerak Tari Jepin Lembut Melalui Kegiatan Ekspresi pada Siswa Kelas X SMK Ethika Pontianak”. Masalah penelitian ini ialah “Bagaimana upaya meningkatkan kreativitas siswa dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut melalui kegiatan ekspresi pada siswa kelas X SMK Ethika Pontianak?” Masalah tersebut dibatasi menjadi sub-sub masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana proses pembelajaran dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut melalui kegiatan ekspresi pada siswa kelas X SMK Ethika Pontianak? 2. Bagaimana hasil peningkatan kreativitas siswa dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut melalui kegiatan ekspresi pada siswa kelas X SMK Ethika Pontianak? Tujuan umum dari penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan upaya meningkatkan kreativitas siswa dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut melalui kegiatan ekpresi pada siswa kelas X SMK Ethika Pontianak. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut melalui kegiatan ekspresi pada siswa kelas X SMK Ethika Pontianak. 2. Untuk mendeskripsikan hasil peningkatan kreativitas siswa dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut melalui kegiatan ekspresi pada siswa kelas X SMK Ethika Pontianak. Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) mempunyai tujuan menciptakan siswa yang memiliki kreativitas seni yang baik. Secara umum, kreativitas diartikan sebagai

kemampuan seseorang untuk mencipatakan sesuatu yang baru. Beberapa ahli telah mengemukakan pendapatnya tentang istilah “kreativitas”. Berikut definisi kreativitas yang dikemukakan oleh ahli-ahli tersebut. 1. Menurut Hurlock (dalam Arbai, 2012), kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru. 2. Menurut Rogers (dalam Arbai, 2012), proses kreatif sebagai munculnya dalam tindakan suatu produk baru yang tumbuh dari keunikan individu di satu pihak, dan dari kejadian, orang-orang, dan keadaan hidupnya dilain pihak. Penekanan proses kreatif ini pada aspek baru dari produk kreatif yang dihasilkan dan aspek interaksi antara individu dan lingkungannya/kebudayaannya. 3. Menurut Alvian (dalam Arbai, 2012), kreativitas adalah suatu proses upaya manusia atau bangsa untuk membangun dirinya dalam berbagai aspek kehidupannya. Tujuan pembangunan diri itu ialah untuk menikmati kualitas kehidupan yang semakin baik. 4. Menurut Munandar (dalam Arbai, 2012), kreativitas merupakan kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan originalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci suatu gagasan (Munandar dalam Arbai, 2012). 5. Menurut Clark (dalam Arbai, 2010) berdasarkan hasil berbagai penelitian tentang spesialisasi belahan otak, mengemukakan “kretivitas merupakan ekspresi tertinggi keterbakatan dan sifatnya terintegrasikan, yaitu sintesa dari semua fungsi dasar manusia yaitu : berfikir, merasa, menginderakan dan intuisi basic function of thingking, feelings, sensing and intuiting”. Kreativitas yang dimiliki oleh seseorang memiliki karakteristik. National Advisory Committees UK (dalam Sudrajat, 2012) menyampaikan tentang empat karakteristik kreativitas sebagai berikut. Kreativitas memiliki empat karakteristik, yaitu: (1) berfikir dan bertindak secara imajinatif, (2) seluruh aktivitas imajinatif itu memiliki tujuan yang jelas; (3) melalui suatu proses yang dapat melahirkan sesuatu yang orisinal; dan (4) hasilnya harus dapat memberikan nilai tambah. Keempat karakteristik tersebut harus merupakan suatu kesatuan yang utuh. Siswa yang memiliki kreativitas tampak dalam aktivitasnya dalam kegiatan pembelajaran. Robert J Sternberg (dalam Sudrajat, 2012) mengatakan tentang siswa yang memiliki kreativitas yakni sebagai berikut. Seorang siswa dikatakan memiliki kreativitas di kelas manakala mereka senatiasa menunjukkan: (1) merasa penasaran dan memiliki rasa ingin tahu, mempertanyakan dan menantang serta tidak terpaku pada kaidah-kaidah yang ada; (2) memiliki kemampuan berfikir lateral dan mampu membuat hubungan-hubungan diluar hubungan yang lazim; (3) memimpikan tentang sesuatu, dapat membayangkan, melihat berbagai kemungkinan, bertanya “ apa jika seandanya” (what if?), dan melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda; (4) mengeksplorasi berbagai pemikiran dan pilihan, memainkan ideanya, mencobakan alternatif-alternatif dengan melalui pendekatan yang segar, memelihara pemikiran yang terbuka dan memodifikasi pemikirannya untuk memperoleh hasil yang kreatif; dan (5) merefleksi secara kritis atas setiap gagasan, tindakan dan hasil-hasil, meninjau ulang kemajuan yang telah dicapai, mengundang dan memanfaatkan umpan balik, mengkritik secara konstruktif dan dapat melakukan pengamatan secara cerdik. Eksplorasi merupakan proses berfikir, berimajinasi, merasakan dan merespon, suatu objek untuk dijadikan bahan dalam karya tari. Wujud eksplorasi yang bisa berupa benda, irama, cerita, tema, dan sebagainya (Pekerti, 2007). Smith (dalam Suharto 1985:20-23)

menyampaikan jenis rangsang yang ada dalam eksplorasi yaitu: (1) rangsang dengar, (2) rangsang visual, (3) rangsang auditif/dengar, (4) rangsang gagasan/ide, (5) rangsang kinestetik, dan (6) rangsang peraba. Menurut Lindsay (dalam Masunah dan Narawati, 2003:131). konotasi tradisi (traditie) tentang kesenian dalam pikiran orang Belanda yang terdahulu adalah keotentikan (kepribumian, keaslian) kesinambungan dan kekunoan. Dari itu, Lindsay membuat diskusi panjang mengenai istilah kesenian tradisi yang dikaitkan dengan faktor waktu, ruang lingkup wilayah, status sosial penyangganya, serta serta unsur-unsur estetis di dalamnya. Beliau juga mengaitkan adat dan etnik/daerah dengan istilah tradisi dalam diskusi panjangnya. Menurut Sudarsono (1982:50), tari tradisional adalah tari-tarian yang telah mengalami suatu perjalanan hidup yang cukup lama dan selalu berpola kepada kaidah-kaidah (tradisi) yang telah ada. Achmad (dalam Masunah dan Narawati, 2003:131), menyampaikan tradisional adalah suatu bentuk seni yang bersumber dan berakar serta telah dirasakan sebagai milik sendiri oleh masyarakat dan lingkungannya. Pengolahannya berdasarkan atas cita-cita masyarakat pendukungnya. Cita rasa di sini mempunyai pengertian yang luas, termasuk nilai kehidupan tradisi, pandangan hidup, pendekatan falsafah, rasa etis dan estetis serta ungkapan budaya lingkungan. Hasil kesenian tradisional biasanya diterima sebagai tradisi, pewarisan yang dilimpahkan dari angkatan tua ke angkatan muda. Masunah dan Narawati (2003:134) kemudian mengatakan defenisi tradisional adalah sebagai berikut. Definisi tradisional sebenarnya dapat diganti dengan istilah adat atau tradition (Bahasa Inggris), karena kandungan gagasan istilah tersebut termasuk adat/kebiasaan/lama/dan identitas daerah atau komunitas yang sudah mapan. Namun demikian kata adat tidak bisa untuk menyebutkan kesenian tradisi menjadi kesenian adat karena kata adat dapat menunjuk pada perilaku dan keyakinan yang diterima dan diteruskan dalam komunitas. Sedangkan kesenian tradisional tidak harus mengacu pada bentuk kesenian yang mengungkapkan keyakinan atau adat istiadat suatu komunitas. Seni tradisi adalah seni yang berkembang di keraton atau di pusat-pusat kekuasaan, tumbuh beratus-ratus tahun lalu, bentuknya mendetail. Pendapat ini kemudian berkembang menjadi istilah klasik yang mempunyai konotasi kerumitan, standar tinggi, dan bentuk. Humardani membedakannya dengan kesenian yang dianggap seronok dan spontan, Lindsay (dalam Masunah dan Narawati, 2003:132). Musik dan tari tradisi dianggap memiliki standar tertentu, tidak berubah sepanjang masa dan mutlak adanya. Hal ini berkaitan dengan tradisi lisan di mana kesadaran sejarah yang begitu kurang. Mengenai hal ini Mack (dalam Masunah dan Narawati, 2003:132) mengungkapkan hal berikut. Pengertian tradisi sebagai suatu proses yang senantiasa menyebabkan atau mengalami perubahan (unsur perubahan waktu sebagai salah satu proses irreversible/tak diubah lagi). Kesadaran ini antara lain berdasarkan bukti-bukti tertulis yang selalu menjadi tradisi referensi tantang keadaan pada hampir setiap sejarah, setiap peristiwa selalu ditafsirkan dalam konteks proses waktu. Menurut Mirantiyo (2012), tari adalah gerak tubuh secara beriramayang dilakukan di tempat dan waktu tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan pikiran. Bunyi-bunyian yang disebut musik pengiring tari mengatur gerakan penari dan memperkuat maksud yang ingin disampaikan. Seni tari terdiri dari beberapa unsur dasar (dalam Soedarsono, 1982:7-16). Adapun unsur dasar tesebut disampaikan sebagai berikut. 1. Gerak. Hakekat tari ialah gerak. Gerak adalah menggerakkan tubuh untuk mengekspresikan makna tari. Dalam tari ada dua jenis gerak yaitu gerak murni dan gerak maknawi. Gerak murni adalah gerak tari dari hasil pengolahan gerak wantah yang dalam

pengungkapannya tidak mempertimbangkan suatu pengertian dari gerak tari tersebut. Sementara gerak maknawi adalah gerak wantah yang telah diolah menjadi suatu gerak tari yang dalam pengungkapannya mengandung suatu pengertian atau maksud disamping keindahannya. 2. Ritme tari, yaitu jarak yang tetap dalam tari. 3. Iringan, yaitu sesuatu iringan yang mendampingi tari, biasanya berupa suara atau bunyibunyian. 4. Tata rias dan tata busana, yaitu penataan rias dan penataan busana yang dipergunakan untuk tarian. Tata rias dan tata busana ini haruslah memperhatikan nilai-nilai estetika dan pemaknaan tari. 5. Tema tari, yaitu tujuan penyampaian makna daripada tari yang ingin disampaikan. Tema bisa diambil dari berbagai sumber, seperti tema dari fenomena alam maupun fenomena sosial. 6. Tempat, yaitu tempat untuk melaksanakan pertunjukan tari. Hermawan (2010), menyampaikan secara leksikografis, kata apresiasi berasal dari bahasa Inggris apreciation, yang berasal dari kata kerja to apreciate, yang menurut kamus Oxford berarti to judge value of; understand or enjoy fully in the right way; dan menurut kamus Webstern adalah to estimate the quality of to estimate rightly tobe sensitevely aware of. Pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa apresiasi merupakan penilaian dengan memahami dan menikmati sesuatu secara benar. Jadi secara umum mengapresiasi adalah mengerti serta menyadari sepenuhnya, sehingga mampu menilai secara semestinya. Karakteristik dasar dijadikannya apresiasi sebagai bahan pelajaran seni karena dua alasan (Soehardjo, 2005:178) sebagai berikut. Pertama karena kegiatan apresiasi mengandung fungsi didik. Keberadaannya di dalam program pendidikan seni bersama dengan kegiatan kreasi dimaksud untuk melengkapi. Bahwa dengan kegiatan apresiasi diharapkan peserta didik berkembang sisi kemampuan kreatif dan apresiatifnya. Berpegang pada prinsip bahwa pembelajaran seni bukan untuk menularkan seni tetapi memfungsi didikan seni, maka pembelajaran dengan menggunakan kegiatan apresiasi bahan pelajarannya bukan untuk menularkan apresiasi budaya, melainkan untuk memfungsikannya sebagai sarana menumbuhkembangkan individu peserta didik. Tahapan apresiasi dan kritik seni yang baik menurut Hidayat (2011) adalah sebagai berikut. a. Deskripsi/bercerita yakni berupa kegiatan mahasiswa yang lain menilai dan menceritakan atau menguraikan kembali apa adanya seperti yang tampak terlihat dihadapan kita atau segala sesuatu fenomena karya yang dilihatnya. Berdasarkan Analisis Formal dengan menelusuri atau menganalisis berdasarkan unsur-unsur seni tari. b. Evaluasi atau penilaian. Tahapan dalam kritik untuk menentukan kualitas suatu karya seni bila dibandingkan dengan karya lain yang sejenis. Disini mahasiswa membandingkan dengan karya yang sejenis yang pernah dilihatnya. c. Interpretasi. Penafsiran makna sebuah karya seni meliputi tema yang digarap, simbol yang dihadirkan dan masalah-masalah yang dikedepankan kemudian Mahasiswa memberikan saran apa yang perlu ditambah atau dikurangi dari karya tersebut. Kegiatan apresiasi seni menurut Plengdut (2012) adalah sebagai berikut. 1. Persepsi Kegiatan ini mengenalkan pada anak didik akan bentuk-bentuk karya seni di Indonesia, misalnya, mengenalkan tari-tarian, musik, rupa, dan teater yang berkembang di Indonesia, baik tradisi maupun modern. Pada kegiatan persepsi kita dapat mengarahkan dan meningkatkan kemampuan dengan mengidentifikasi bentuk seni.

2. Pengetahuan Pada tahap ini pengetahuan sebagai dasar dalam mengapresiasi baik tentang sejarah seni yang diperkenalkan, maupun istilah-istilah yang biasa digunakan di masing-masing bidang seni. 3. Pengertian Pada tingkat ini, diharapkan dapat membantu menerjemahkan tema ke dalam berbagai wujud seni, berdasarkan pengalaman, dalam kemampuannya dalam merasakan musik. 4. Analisis Pada tahap ini, kita mulai mendeskripsikan salah satu bentuk seni yang sedang dipelajari, menafsir objek yang diapresiasi. 5. Penilaian Pada tahap ini, lebih ditekankan pada penilaian tehadap karya-karya seni yang diapresiasi, baik secara subyektif maupun obyektif. 6. Apresiasi Apresiasi merupakan bagian dari tujuan pendidikan seni di sekolah yang terdiri dari tiga hal; value (nilai), empathy dan feeling. Value adalah kegiatan menilai suatu keindahan seni, pengalaman estetis dan makna/fungsi seni dalam masyarakat. Sedangkan empathy, kegiatan memahami, dan menghargai. Sementara feeling, lebih pada menghayati karya seni, sehingga dapat merasakan kesenangan pada karya seni. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa apresiasi adalah suatu penghargaan atau penilaian terhadap suatu karya tertentu. Tujuan dari apresiasi ialah agar siswa dapat menikmati dan memiliki sikap menghargai seni budaya yang ada. Kegiatan apresiasi yang dapat dilakukan seperti penilaian terhadap karya seni tari yang telah diciptakan oleh siswa sendiri. Seni bisa didefenisikan sebagai pengekspresian cita rasa yang diluapkan dalam satu karya. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2013), ekspresi adalah pengungkapan atau proses menyatakan yaitu memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan dan sebagainya. Bertolak dari pemahaman tersebut bahwa ekspresi dapat dilakukan oleh siapa saja untuk menyampaikan suatu maksud dan gagasan. Kegiatan seni tari merupakan kegiatan untuk menyampaikan maksud dan gagasan. Oleh karena itu, dalam melaksanakan kegiatan tersebut ekspresi menjadi sangat penting. Dengan ekspresilah pesan yang ingin disampaikan dalam tari akan lebih mudah untuk diterima oleh penikmat atau penonton. Ekspresi perasaan manusia yang diubah ke dalam imajinasi dalam bentuk media gerak sehingga gerak yang simbolis tersebut sebagai ungkapan si penciptanya. Berdasarkan pemahaman tersebut, kegiatan ekspresi dalam seni tari adalah sebuah kegiatan untuk ungkapan maksud dan gagasan berupa emosi atau perasaan di dalam proses penciptaan karya seni tari. Kegiatan ekspresi dapat diaktualisasikan melalui media pertunjukan tari baik itu berbentuk pementasan tunggal, festival tari, pagelaran tari, dan lain sebagainya. Kegiatan ekspresi siswa dalam penelitian ini adalah pementasan tari. Pementasan tari ini dilakukan untuk mempertunjukkan karya tari siswa yang telah diciptakan. Dari pementasan tari ini, tampak siswa memuculkan kreativitasnya dalam menghasilkan karya tari berupa tari Bemaing dan tari Ke Ume. Kegiatan siswa mengekspresikan diri melalui karya seni tari berupa tari Bemaing dan tari Ke Ume ini merupakan wahana dalam menyalurkan kreativitas siswa. Dengan demikian, peningkatan kreativitas siswa akan muncul melalui kegiatan ekspresi yang di adakan sebagai bagian dari pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).

METODE Penelitian ini berbentuk penelitian deskriptif. Menurut Nawawi (1998:63), pengertian penelitian deskriptif adalah sebagai berikut. Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau objek peneliti (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang terjadi atau sebagaimana adanya pada saat sekarang. Zuriah (2005:47) mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gambaran gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Pendapat ahli tersebut memberikan pemahaman bahwa tujuan dari penelitian deskriptif ialah untuk menggambarkan gejala-gejala yang berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan mendeskripsikan peningkatan kreativitas siswa dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut melalui kegiatan ekspresi pada siswa kelas X SMA Ethika Pontianak. Sehubung dengan bentuk penelitian yang dilakukan, penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research). Masyhuri dan Zainudin (2009:42) mengatakan pengertian action research yang disebut juga dengan applied research adalah penelitian untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru untuk memecahkan masalah di dunia kerja atau di dunia terapan yang lain. Metode penelitian tindakan dipergunakan dengan alasan peneliti dalam melaksanakan penelitian telah melakukan tindakan-tindakan tertentu. Adapun tindakan yang telah dilakukan yakni tindakan mengenalkan ragam gerak tari Jepin Lembut, tindakan mengeksplorasi ragam gerak tari Jepin Lembut, tindakan siswa menciptakan karya tari, dan tindakan kegiatan ekspresi. Seluruh rangkaian tindakan itu peneliti deskripsikan untuk menggambarkan proses dan hasil peningkatan kreativitas siswa dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut melalui kegiatan ekspresi pada siswa kelas X SMA Ethika Pontianak. Dalam pembuatan laporan hasi penelitian, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berusaha untuk memandang suatu fenomena dalam kondisi natural yakni memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang utuh, dinamis serta penuh makna dan hubungan antar fenomena bersifat interaktif. Penelitian kualitatif merupakan penelitiant yang bersifat deskriptif dan menggunakan analisis induktif. Menurut Madya (2011:58-66) ada empat prosedur dalam penelitian tindakan yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan empat tindakan yakni tindakan pengenalan ragam gerak tari Jepin Lembut, tindakan siswa mengeksplorasi ragam gerak tari Jepin Lembut, tindakan siswa menciptakan karya tari, dan tindakan kegiatan ekspresi. Penelitian ini diselenggarakan di SMK Ethika Pontianak. Alasan memilih tempat tersebut ialah peneliti menemukan fenomena rendahnya tingkat kreativitas siswa dalam mengeksplorasi gerak tari. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian tindakan sebagai upaya meningkatkan kreativitas siswa dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut melalui kegiatan ekspresi. Selain itu, peneliti juga mudah untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian karena peneliti merupakan tenaga honorer yang dipercaya untuk mengampu mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) di SMK Ethika Pontianak. Sumber data pada penelitian ini ialah siswa kelas X SMK Ethika Pontianak. Jumlah siswa yang diteliti berjumlah 10 orang terdiri dari siswa laki-laki berjumlah 7 orang dan siswa perempuan berjumlah 3 orang. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui 3 kegiatan yaitu tes awal, proses kreativitas dan hasil kreativitas. Adapun data yang diperoleh peneliti selama melangsungkan penelitian terkait upaya meningkatkan kreativitas siswa kelas X SMK Ethika Pontianak dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut adalah sebagai berikut.

1.

Data yang diperoleh dari tes awal digunakan untuk mengetahui kreativitas siswa dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut sebelum dilangsungkannya penelitian. 2. Data yang diperoleh dari proses kreativitas siswa dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut. 3. Data yang diperoleh dari hasil kreativitas siswa dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut sebelum dilangsungkannya penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain: teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi. Alat pengumpul data yang dipergunakan yaitu panduan observasi, pedoman wawancara, dan alat dokumentasi (kamera dan perekam suara). Analisis data peneliti lakukan ketika melakukan penelitian hingga selesai penelitian. Menurut Sugiono (2010:246), analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada penelitian tindakan ini, analisis data tentang peningkatan kreativitas siswa dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut pada kelas X SMK Ethika Pontianak yang dipergunakan antara lain sebagai berikut. 1. Data yang telah diperoleh dan diklasifikasikan dari hasil observasi, hasil wawancara, dan hasil dokumentasi selanjutnya dibaca kembali secara intensif. Dari itu, diperoleh tiga kategori yakni kategori keadaan awal kemampuan siswa dalam mengeksplor gerak tari Jepin Lembut, proses kreativitas siswa dalam mengeksplor gerak tari Jepin Lembut., dan hasil kreativitas siswa dalam mengeksplor gerak tari Jepin Lembut. 2. Setelah itu, peneliti melakukan pemaknaan atas data yang diperoleh. Pemaknaan data yakni peneliti memaknai secara lebih mendalam kategori-kategori yang sebelumnya telah dibuat. Pemaknaan yang dilakukan yaitu makna dari proses tindakan yang telah dilakukan kepada siswa dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut untuk selanjytnya peneliti mengetahui bagaimana hasil peningkatan kreativitas siswa. 3. Membuat kesimpulan yakni peneliti dengan cara berfikir induktif membuat kesimpulan atas pemaknaan yang telah dibuat. Penyimpulan yang telah dibuat ini lah yang kemudian menjadi temuan dalam penelitian ini. Temuan dari penelitian ini ialah proses dan hasil peningkatan kreativitas siswa dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut. Untuk menguji keabsahan data penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Menurut Sugiyono (20010:273), triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Penelitian ini menggunakan triangulasi metode. Adapun pengujian keabsahan data yang dilakukan antara lain. 1. Peneliti menggunakan hasil observasi untuk melihat kebenaran data yang diperoleh. Observasi yang dilakukan pengujian keabsahannya ialah memperhatikan kondisi alami selama melangsungkan observasi. Observasi yang dilakukan ialah pengamatan yang objektif terhadap permasalahan penelitian. 2. Data hasil observasi ini bisa diperkuat dengan data hasil wawancara. Data hasil wawancara digunakan untuk mengecek kebenaran yang ada. 3. Data dari dokumentasi bisa pula dipergunakan untuk melengkapi hasil temuan di lapangan agar lebih teruji kebenarannya. 4. Pelaksanaan triangulasi metode ini bisa secara bersamaan atas teknik yang digunakan yakni pengecekan secara bersamaan antara obsevasi dan wawancara, antara observasi dan dokumentasi, antara wawancara dan dokumentasi, dan pengecekan sekaligus yakni observasi, wawancara, serta dokumentasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Penelitian ini berupaya untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut. Untuk itu, perlu untuk dideskripsikan tentang tari Jepin Lembut yang berkembang di masyarakat Melayu Kalimantan Barat khususnya di Kabupaten Sambas. Masyarakat Kalimantan Barat terdiri dari beberapa etnis (multi kultur), namun demikian setidaknya masyarakat di Kalimantan Barat dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu Suku Dayak, Suku Melayu, Suku Thionghoa, serta suku pendatang lainnya (Suku Jawa, Suku Madura, Suku Bugis, dan lain-lain). Keanekaragaman suku ini menciptakan seni budaya dan adat istiadat yang merupakan jati diri dari masyarakat. Satu di antara seni budaya dan adat istiadat itu ialah berkembangnya seni tari tradisi. Satu di antara seni tari tradisi di Kalimantan Barat ialah tari Jepin Lembut. Tari Jepin Lembut ini berkembang pada masyarakat Melayu. Tari Jepin di Kalimantan Barat dikenal beberapa sebutan, yakni “Jepin”, “Jappin”, “Zafin”, dan “Belenggang”. Untuk di kalangan masyarakat Melayu Sambas istilah Jepin Lembut disebut juga “Jappin Lambut atau “Japin Langkah” (Ikram, 2011:2). a. Fungsi Tari Jepin Lembut Ikram (1989:8 – 9) menyampaikan bahwa fungsi tari Jepin yang hidup dan berkembang di kalangan masyarakat Kalimantan Barat pada umumnya bersifat dan berfungsi sebagai media pendidikan dan dakwah agama islam yang lebih memasyarakat. Itu semua disampaikan melalui kata-kata/syair lagu yang dibawakan atau dinyanyikan dalam mengiringi tari Jepin. Di samping sebagai media pendidikan dan dakwah, Jepin merupakan suatu hiburan sehat bagi masyarakat dan merupakan acara selingan yang menyenangkan sebagai tontonan di waktu senggang. b. Pelaku Tari Jepin Lembut Ikram (2011:3) menyampaikan bahwa pelaku tari Jepin Lembut dahulunya terdiri dari sepasang (dua orang) penari laki-laki. Kaum perempuan hanya sebagai penonton pada tempat tertentu. c. Waktu Penampilan Ikram (2011:3) menyampaikan bahwa tari Jepin Lembut ditampilkan (dipertunjukkan) pada siang atau malam hari ketika diadakan kegiatan seperti pesta kawin (pada malam mulang-mulangkan atau bemajang), acara pindah rumah baru, hajatan kaula kerajaan, dan lain seterusnya. Lama penampilan disesuaikan dengan tujuan undangan tampilnya. Mengenai tempat penampilan misalnya di ruang tamu (serambi), di tarup khusus, atau di tempat lain yang di anggap Japin dapat tampil secara layak. d. Musik Pengiring Ikram (2011:4) menyampaikan bahwa musik pengiring tari terdiri dari gabungan instrumen dan vokal. Alat musik terdiri dari: sebuah gambus (gambus pengayoh), dua atau tiga buah gendang beruas atau ketipung, sebuah gendang panjang, dan seorang pelantun lagu (solois pria). e. Busana Penari Adapun busana penari yang dipakai antara lain: baju kemeja lengan panjang dan polos, kain (tapih) pelekat atau kain cual, celana panjang, dan kopiah atau songkok berwarna hitam. Namun pada penampilan khusus dipakai busana terdiri dari: stelan baju teluk belanga, kain cual atau tenun songket Sambas yang dipakai di luar baju, dan kopiah atau songkok hitam (Ikram, 2011:4). f.

Ragam Gerak Ikram (1989:10) menyampaikan bahwa bagian tubuh yang banyak bergerak adalah tangan dan kaki. Kemudian sikap tubuh yang digunakan ialah berdiri, melangkah, dan jongkok atau duduk. Untuk tari Jepin Lembut yang berkembang di masyrakat Melayu

Sambas ada empat ragam gerak yaitu: (1) ragam gerak Nyiur Melambai, (2) ragam gerak Mendayung, (3) ragam gerak Simpul Pakis (Simpul Paku’), dan (4) ragam gerak Tahtim. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas X SMK Ethika Pontianak. Penelitian yang dilaksanakan untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut. Hasil dari penelitian ini yaitu kondisi awal kemampuan siswa dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut dan proses peningkatan kreativitas siswa. Sebelum dilakukan tindakan penelitian, peneliti perlu mengetahui keadaan awal kemampuan siswa kelas X SMA Ethika Pontianak dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut. Untuk itu peneliti melakukan tes awal (pre test) yang bertujuan mengetahui kemampuan dan sikap siswa terhadap tari tradisi. Tes awal diberikan kepada seluruh siswa kelas X SMK Ethika Pontianak yang berjumlah 10 orang terdiri dari 3 laki-laki dan 7 perempuan. Hasil tes awal yang telah diberikan menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa 68,3. Nilai tersebut termasuk dalam kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat pengetahuan dan sikap siswa terhadap seni tari tradisi yang diarahkan pada tari Jepin Lembut masih kurang. Namun, bila dilihat secara lebih rinci sebanyak 4 siswa atau 40% siswa menunjukkan ketegori cukup atas pengetahuan dan sikap terhadap seni tari tradisi, dan sebanyak 6 siswa atau 60% siswa menunjukkan kategori kurang atas pengetahuan dan sikap terhadap seni tari tradisi. Keadaan awal kemampuan siswa kelas X SMK Ethika Pontianak dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut belum memenuhi harapan. Hal ini bisa berdampak pada kreativitas siswa yang sulit untuk muncul jika siswa diminta untuk menciptakan sebuah karya seni tari. Untuk itu, perlu dilakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran seni. Tindakan dilakukan dengan tujuan agar terjadi proses peningkatan kreativitas siswa dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut. Tindakan yang dilakukan sebanyak empat tindakan yaitu tindakan pengenalan ragam gerak tari Jepin Lembut, tindakan eksplorasi ragam gerak tari Jepin Lembut, tindakan siswa menciptakan karya tari, dan tindakan kegiatan ekspresi yakni menampilkan hasil karta kreasi tari. Pertama, tindakan pengenalan ragam gerak tari Jepin Lembut. Pada mulanya proses peningkatan kreativitas siswa yakni siswa kelas X SMK Ethika diberi tindakan pengenalan ragam gerak tari Jepin Lembut. Tujuan tindakan ini ialah siswa dapat mengenal tentang ragam gerak tari Jepin Lembut. Seluruh rangkaian tindakan pengenalan ragam gerak tari Jepin Lembut ini disebut tindakan pertama. Adapun tindakan pertama ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 2 Maret 2013. Pada pertemuan tersebut peneliti mengajarkan kepada siswa tentang pengertian seni tari, unsur-unsur seni tari, fungsi tari, jenis tari, dan tari Jepin Lembut. Tujuan yang hendak dicapai ialah siswa dapat memahami dan menjelaskan pengertian seni tari, unsur-unsur tari, fungsi tari, dan tari Jepin Lembut. Pertemuan pertama berlangsung di kelas, ketika itu peneliti menjelaskan secara langsung dengan media power point tentang materi pembelajaran yang dibahas yakni pengertian seni tari, unsur-unsur tari, fungsi tari, jenis tari, dan tari Jepin Lembut. Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2013. Pada pertemuan tersebut peneliti mengenalkan ragam gerak tari Jepin Lembut kepada siswa. Adapun ragam gerak tari yang diperkenalkan antara lain: gerak nyiur melambai, gerak mendayung, gerak simpul pakis, dan gerak tahtim. Pada pertemuan kedua ini peneliti menugaskan kepada siswa untuk mengapresiasi ragam gerak tari Jepin Lembut. Kegiatan apresiasi tersebut ialah mempertontonkan video ragam gerak tari Jepin Lembut. Siswa yang menonton video tersebut juga diminta untuk mengingat ragam gerak yang ada. Hasil dari tindakan pertama ini siswa dapat mendeskripsikan pengertian seni tari, unsur-unsur seni tari, fungsi tari, jenis tari, dan tari Jepin Lembut serta dapat mempraktikkan ragam gerak tari Jepin Lembut.

Kedua, tindakan eksplorasi ragam gerak tari Jepin Lembut. Pelaksanaan tindakan eksplorasi ragam gerak tari Jepin Lembut pada tanggal 23 Maret 2013. Pada tindakan tersebut peneliti memberikan pemahaman kepada siswa tentang mengeksplorasi ragam gerak tari untuk kreasi dari rangsang gerak tari Jepin Lembut. Tujuannya ialah siswa mampu mengeksplorasi ragam gerak tari Jepin Lembut hingga menjadi gerak yang indah dalam pertunjukkan tari. Kegiatan ekplorasi ragam gerak tari Jepin Lembut diarahkan terhadap jenis eksplorasi antara lain eksplorasi alam, eksplorasi binatang, eksplorasi cerita rakyat, dan eksplorasi lingkungan sekitar. Adapu eksplorasi yang dilakukan yakni peneliti menjelaskan dan mendemonstrasikan bagaimana mengeksplorasi ragam gerak tari Jepin Lembut. Kemudian, seluruh siswa diminta untuk berfikir dan berimajinasi masing-masing bagaimana mengeksplorasi gerak tari minimal satu gerakan tari. Siswa pun diminta satu persatu ke depan guna menunjukkan hasil eksplorasi yang dilakukan. Hasil observasi pada pelaksanaan tindakan eksplorasi ragam gerak tari Jepin Lembut ialah siswa tampak sangat antusias dengan materi yang sampaikan. Hal tersebut tampak pada siswa yang sangat aktif dalam melakukan kegiatan eksplorasi. Siswa laki-laki pun sudah antusias terhadap materi yang disampaikan. Pada kegiatan eksplorasi ini seluruh siswa mulai menggerakkan tubuhnya lalu menari. Antara siswa dengan yang satu dengan yang lainnya pun saling mengajarkan. Bahkan tercatat ada 5 orang siswa yang bertanya kepada peneliti tentang eksplorasi apa yang baik untuk dilakukan. Hasil dari tindakan kedua ini yaitu siswa dapat mengekplorasi ragam gerak tari Jepin Lembut. Ketiga, tindakan siswa menciptakan karya tari. Tindakan ketiga mulai dilaksanakan pada pertemuan tanggal 30 Maret 2013. Tujuan dari pertemuan ini ialah siswa diminta untuk menciptakan sebuah karya tari. Karya tari ini nantinya akan dipertunjukkan pada kegiatan ekspresi. Sebelum siswa menciptakan karya tari, siswa diberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut. Hasil tes menunjukkan bahwa bahwa nilai rata-rata siswa 78,5. Nilai ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat pengetahuan dan sikap siswa terhadap seni tari tradisi yang diarahkan pada tari Jepin Lembut telah pada kategori baik. Dari nilai tersebut diyakini siswa dapat menciptakan karya seni tari. Tindakan yang ketiga ini siswa dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok 1 berjumlah 5 siswa perempuan. Sementara kelompok 2 berjumlah 5 siswa tediri dari siswa laki-laki berjumlah 3 orang dan siswa perempuan berjumlah 2 orang. Dalam kelompok tersebut ini lah siswa diminta untuk memikirkan konsep tarian yang akan diciptakan. Setelah itu, masingmasing kelompok siswa diberi waktu berdiskusi, setiap perwakilan kelompok pun di minta untuk maju ke depan guna mempresentasikan konsep yang dibuat. Konsep yang dibuat itu bisa mendapatkan saran dari pihak mana pun seperti guru, antara kelompok siswa, atau orang yang paham dibidang seni. Berdasarkan hasil diskusi dan presentasi kelompok diperoleh lah 2 konsep tarian yang akan ditampilkan. Kelompok 1 menyampaikan tari dengan tema Bemaing yang diwakili oleh MK (16) adalah sebagai berikut. “Kami dari Kelompok 1 akan mengambil tari dengan tema Bemaing. Intinya taian ini nantinya mendeskripsikan tentang gadis Melayu Sambas yang cantik kemudian senang bermain. Ada permainan petak umpet atau seneporan, selepdor, dan permainan lainnya yang disenangi oleh gadis-gadis Melayu Sambas”. Setelah Kelompok 1 menyampaikan tema tariannya, Kelompok 2 yang diwakili oleh SW (15) menyampaikan tari dengan tema Ke Ume adalah sebagai berikut. “Berdasarkan hasil kesepakatan, kelompok kami mengangkat tema Ke Ume atau pergi ke huma. Alasannya, masyarakat Melayu Sambas umumnya bermatapencaharian petani. Jadi, kami mencoba untuk mengangkat tentang gotomg royong dan rasa kekeluargaan ketika mereka bertani”. Setelah siswa berhasil menciptakan konsep, siswa pun ditugaskan untuk menciptakan karya tari. Dalam menciptakan karya tari ini siswa diberi waktu selama 2 minggu terhitung

sejak dari pertemuan tanggal 28 Maret 2013. Adapun karya tari yang diciptakan ialah tarian dengan durasi waktu penampilan mulai dari 4 sampai 7 menit. Dari waktu 2 minggu proses menciptakan karya tari oleh siswa, peneliti bersamasama dengan siswa menyepakati bahwa pada minggu berikutnya yakni pada tanggal 6 April 2013 pelajaran hanya diisi dengan siswa menciptakan tari dan konsultasi, kemudian terdapat 2 kali pertemuan di luar jam pelajaran yakni untuk siswa mengkonsultasikan karya tari yang dibuat. Adapun konsultasi tersebut dilakukan pada tanggal 9 April 2013, dan 12 April 2013. Setelah konsultasi maka siswa diminta untuk menampilkan karya tari sebagai hasil produk dari kreativitas pada pelaksanaan kegiatan ekspresi. Keempat, tindakan kegiatan ekspresi yakni menampilkan hasil karta kreasi tari. Kegiatan ekspresi yang dilakukan adalah pementasan tari dari kreativitas siswa kelas X SMK Ethika Pontianak. Tindakan Kegiatan ekspresi dilaksanakan pada tanggal 13 April 2013. Tujuan dari kegiatan ekspresi tersebut ialah siswa mampu mengekspresikan diri melalui karya tari secara berkelompok. Hasil dari tindakan yakni kegiatan ekpresi dimana siswa menampilkan karya seni tari yang sudah dikreasikan. Setiap kelompok siswa mempertunjukkan karya tari yang dibuat. Ketika satu kelompok menampilkan karya tari, kelompok lainnya mengamati dan memberikan tanggapan terhadap kelompok yang tampil. Peneliti menyampaikan tanggapan atas karya tari yang telah ditampilkan. Tanggapan diberikan sebagai wujud apresiasi tinggi kepada siswa yang telah mengikuti pembelajaran dari awal sampai dengan akhir secara baik. Kemampuan siswa dalam ciptakan karya tari perlu untuk terus ditingkatkan guna meningkatkan kreativitas dalam berkarya. Pelaksanaan kegiatan ekspresi karya seni tari yang ditampilkan perlu untuk dilakukan penilaian. Penilaian dilakukan oleh kelompok siswa dan oleh peneliti sebagai guru mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan. Hasil penilaian yang dilakukan oleh siswa dapat dilihat pada tabel 1, penilaian dari kelompok siswa ialah dengan kriteria wiraga, wirama, dan wirasa. Indikator dari kriteria tersebut yakni. 1. Wiraga yakni penggunaan ragam gerak tari Jepin Lembut, kesesuaian gerak kreasi dengan tema tari, dan kekompakan. 2. Wirama yakni kesesuaian iringan musik dengan tema tari dan keharmonisan bunyi iringan. 3. Wirasa yakni ekspresi penari terhadap tema tari yang ditampilkan. Tabel 1 Hasil Penilaian Siswa dalam Kegiatan Ekspresi Nama Kelompok 1 Kelompok 1

No.

2 Kelompok 2

Unsur Penilaian Wiraga Wirama Wirasa 95 90 90 95

95

95

Rata-Rata Nilai 91,67 95

Penilaian yang diberikan oleh kelompok siswa terhadap kelompok lainnya juga diikuti dengan tanggapan kelompok. Adapun Kelompok 1 memberikan penilaian dan tanggapan atas penampilan Kelompok 2. Adapun tanggapan yang diberikan oleh Kelompok 1 yang diwakili oleh ER (16) adalah sebagai berikut.

“Menurut kelompok kami, Tari Ke Ume yang dipertunjukkan oleh Kelompok 2 sangat menarik. Tema tentang kegiatan pertanian di tengah masyarakat Melayu Sambas yang ditampilkan cocok dengan gerakan yang dibuat. Penari pun melakukan gerakan dengan kompak”. Demikian pula dengan kelompok 2 yang memberikan penilaian dan tanggapan atas penampilan Kelompok 1. Adapun penilaian dan tanggapan tersebut yang diwakili oleh FK (15) antara lain sebagai berikut. “Menurut Kelompok 2, Tarian Bemaing yang dipertunjukkan oleh Kelompok 1 sudah baik . Tema tersebut bisa membuat kita pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh gadis-gadis Melayu Sambas dengan permainannya. Namun, penampilan tariannya masih kurang kompak karena ada beberapa gerakan yang tidak pas ketika ditarikan. Tetapi secara keseluruhan baik dan perlu untuk ditingkatkan”. Peneliti sebagai guru mata pelajaran SBK juga memberikan penilaian atas karya tari yang ditampilkan oleh setiap kelompok siswa. Adapun penilaian yang diberikan ialah teknik tari, koreografi, dan kekompakan. Pada penilaian teknik tari yang dinilai ialah bagaimana setiap siswa melakukan gerak tari terutama ragam gerak tari Jepin Lembut secara benar. Pada penilaian koreografi yang dinilai ialah bagaimana karya tari yang diciptakan memiliki komposisi gerak yang baik dan kesesuaian gerak dengan tema tari. Kemudian penilaian kekompakan ialah bagaimana setiap kelompok siswa mampu menampilkan gerak dengan kompak. Adapun hasil dari penilaian atas penampilan karya tari siswa dapat dilihat pada tabel 2 berikut. Tabel 2 Nilai Karya Seni Tari dalam Kegiatan Ekspresi

1

Nama Kelompok Kelompok 1

2

Kelompok 2

No.

Unsur Penilaian Teknik Gerak Koreografi Kekompakan 85 80 75 85

85

80

Rata-Rata Nilai 80 83,33

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama kegiatan ekspresi berlangsung, peneliti berhasil mengamati hal-hal sebagai berikut. 1. Siswa sangat antusias dalam mengikuti pelajaran. Hal tersebut ditunjukkan dengan persiapan siswa yang cukup matang untuk karya tarinya. Kemudian selama kegiatan berlangsung tidak terjadi kegaduhan. 2. Siswa pun sangat baik dalam melakukan pengamatan ketika kelompok yang lain menampilkan pertunjukkan. Hal ini menunjukkan sikap apresiasi yang baik. 3. Selama kegiatan ekspresi berlangsung telah terjalin kerjasama yang baik antara peneliti (sebagai guru mata pelajaran SBK) dengan siswa. Hal ini ditunjukkan dengan kerjasama dalam mempersiapkan ruangan untuk dijadikan tempat pertunjukkan. Tindakan kegiatan ekspresi yang telah dilakukan pada kelas X SMK Ethika Pontianak berhasil memperunjukkan dua karya seni tari yaitu tari Bemaing dan tari Ke Ume. Pertunjukkan tersebut merupakan hasil dari kreativitas siswa dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini telah tercapai dengan baik. Pembahasan Bagian pembahasan ini merupakan pembahasan tentang peningkatan kreativitas siswa dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut diukur dengan kemampuan siswa menciptakan karya seni tari. Kemampuan tesebut diketahui bahwa sebelum dilakukan

kegiatan ekspresi siswa merasa sulit untu menciptakan gerak baru sesuai kreativitasnya. Hal ini disampaikan oleh DF (15) antara lain sebagai berikut. “Ketika awal ibu mengajar di kelas, saya tidak mengetahui tentang tari Jepin Lembut, apakah itu ragam gerak atau musik yang mengiringnya. Keadaan ini, apabila saya diminta untuk membuat tarian, maka saya sama sekali tidak bisa. Saat ini (setelah diberikan tindakan), saya sudah mengetahui bagaimana mengeksplorasi gerak tari untuk dijadikan satu tarian”. Senada yang disampaikan oleh DF, DHN (16) menyampaikan kesenangannya selama mengikuti pelajaran antara lain sebagai berikut. “Ketika awal, saya merasa malu untuk menari karena menari itu biasa dilakukan dengan baik oleh perempuan. Sementara saya laki-laki yang dari dahulu belum pernah menari, apalagi membuat tarian. Akan tetapi, setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, saya merasa lebih tertarik dengan tari. saya merasa lebih kreatif dengan mencoba gerak-gerak tari yang ibu ajarkan”. Setelah dilakukan kegiatan ekspresi siswa kelas X SMK Ethika berhasil menciptakan 2 karya seni tari. Karya yang berhasil diciptakan tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan kreativitas siswa dalam mengekplorasi gerak tari Jepin Lembut. Sebelumnya siswa belum mampu menciptakan karya seni tari, setelah dilakukan kegiatan ekpresi siswa mampu menciptakan karya seni tari. Adapun 2 karya seni tari tersebut iala tari Bemaing dan tari Ke Ume. Tari Bemaing atau dalam bahasa Indonesia ialah “bermain” menceritakan tentang kegiatan anak dare atau gadis Melayu Sambas dalam bermain, mereka yang bermain bisanya merupakan satu kelompok yang tinggal tidak berjauhan, aktivitas permainan ini lah yang coba diungkapkan dalam tarian ini. Sementara itu, Tari Ke Ume atau dalam bahasa Indonesia ialah “ke huma” yakni pergi ke huma menceritakan tentang kehidupan masyarakat Melayu Sambas yang bermata pencaharian sebagai petani. Huma atau sawah merupakan tempat mereka menanam padi. Dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong pengerjaan sawah pun dilakukan secara bersama-sama dari satu sawah ke sawah lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada saat kegiatan ekspresi, tari Bemaing hasil karya dari kelompok satu berhasil mengeksplorasi ragam gerak tari Jepin Lembut menjadi 3 penggambaran. Pertama, penggambaran tentang sopan santun gadis Melayu Sambas. Hal ini diketahui dengan gerak yang merunduk ke bawah pada saat pergantian posisi penari. Kebiasaan merunduk ke bawah ini sudah lazim di tengah masyarakat Melayu Sambas bila ingin permisi berjalan di depan orang yang lebih tua. Kedua, penggambaran tentang kecantikan gadis Melayu Sambas. Hal ini diketahui dari seluruh penari tari Bemaing ialah perempuan yang menggerakkan tubuhnya dengan luwes. Semua itu, mencerminkan kecantikan yang ada dalam diri gadis Melayu Sambas. Ketiga, penggambaran tentang aktivitas bermain. Hal ini ditunjukkan dengan gerakkan bersenda gurau antara penari satu dan penari lainnya. Selain itu, terdapat pula gerakan bermain kejar-kejaran yang memang senang dilakukan oleh gadis-gadis ketika mereka masih remaja. Kemudian, tari Ke Ume berhasil mengeksplorasi ragam gerak tari Jepin Lembut menjadi 4 penggambaran. Pertama, penggambaran tentang persiapan sebelum pergi ke huma. Hal ini ditunjukkan dengan gerakkan penari yang menunjukkan mereka adalah seorang petani yang sedang mengasah parang, cangkul, arit, dan perlengkapan lainnya yang akan dipergunakan untuk mengerjakan sawah. Kedua, penggambaran tentang proses petani menanam padi. Hal ini ditunjukkan dengan gerakkan penari yang menebas rumput di sawah, mencangkul untuk menggemburkan

tanah, membuat lubang-lubang yang akan ditanami padi, menabur benih, hingga memanen padi. Ketiga, penggambaran tentang gotong royong. Hal ini ditunjukkan dengan gerakkan penari dalam proses menanam padi dilakukan secara bersama-sama (gotong royong). Seperti gerakkan menebas rumput yang dilakukan bersama-sama. Lalu gerakkan sebagian penari memanen padi, sebagian penari lainnya mengangkut hasil panen. Keempat, penggambaran tentang kekeluargaan. Hal ini ditunjukkan dengan gerakkan penari yang sedang makan bersama ketika istirahat tengah hari. Makanan biasanya dipersiapkan oleh pemilik sawah. Suasana keakraban dan kekeluargaan pun tumbuh di kalangan masyarakat Melayu Sambas ketika mereka mengerjakan sawah secara bersamasama. Kegiatan eksplorasi ragam gerak tari Jepin Lembut yang dilakukan ternyata telah membuat siswa SMK Ethika Pontianak dapat membuat gerakan baru sebagai bentuk pengembangan dari ragam gerak tari Jepin Lemut. Hal ini disampaikan oleh SW (15) antara lain sebagai berikut. “Ketika ibu meminta saya untuk mengekplorasi gerak tari, saya merasa bingung saat awal. Akan tetapi, setelah mendapat penjelasan dari ibu lalu bertanya dengan teman, saya mulai bisa mengeksplorasi gerak tari. Saya pun dapat menciptakan gerak tari yang ada pada tarian yang kelompok saya tampilkan. Dalam menciptakan gerak, saya tidak melupakan gerak dasar seperti yang ibu katakan”. Kebingunan yang dialami oleh siswa ketika memulai melakukan ekplorasi dalam tari merupakan hal yang wajar. Pertama, pengetahuan siswa tentang tari masih minim karena mereka selama ini hanya mendapatkan materi teoretis sementara praktis untuk kegiatan praktik porsinya masih kecil. Kedua, secara pengalaman mereka masih minim. Oleh karena itu, mereka perlu diberikan bimbingan dan arahan bagaimana mengekplorasi gerak tari. Ketiga, umumnya siswa belum pernah melakukan kegiatan ekplorasi dalam tari. Keadaan ini terungkap FK (15) yakni sebagai berikut. “Saya baru pertama kali menciptakan gerak-gerak tari. Jadi, saya menciptakan gerak tari tersebut sesuai dengan kemampuan sendiri. Saya telah berusaha maksimal dalam mengeksplorasi gerak seperti yang ibu minta”. Ekplorasi ragam gerak Jepin Lembut yang dilakukan oleh siswa SMK Ethika Pontianak ternyata juga berhasil menciptakan ide-ide baru dalam mengeksplor ragam gerak tari Jepin Lembut. FK (15) mengatakan hal tersebut yakni sebagai berikut. “Selama kegiatan eksplorasi, saya merasa muncul ide-ide baru setiap kami membuat tarian. Misalnya, beberapa gerakan yang sudah jadi termasuk dengan pola lantainya, apa yang telah jadi itu pada latihan berikutnya dapat berubah agar terlihat lebih indah”. Ide-ide baru itu merupakan bentuk dari kreativitas siswa dalam mengekplor ragam gerak tari Jepin Lembut. Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah mengalami proses peningkatan kreativitas. MK (16) kembali mengatakan tentang kreativitasnya yang muncul sebagai berikut. “Saya merasa bahwa pembelajaran yang ibu sampaikan menimbulkan kreativitas. Hal ini dibuktikan yakni kami dapat membuat satu tarian sebagai hasil karya sendiri (kelompok). Dalam membuat tarian tersebut, anggota memiliki peran dalam menciptakan gerak, dan lain-lain”. Secara keseluruhan, siswa SMK Ethika Pontianak telah berhasil meningkatkan kreativitasnya dalam mengekplor gerak tari Jepin Lembut. Hal tersebut ditunjukkan dengan penampilan tari Bemaing dan tari Ke Ume. Kedua tari itu merupakan hasil atau produk dari peningkatan kreativitas pada siswa.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini menyimpulkan bahwa kegiatan ekspresi dapat dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam mengesplorasi gerak tari Jepin Lembut di kelas X SMK Ethika Pontianak. Adapun keberhasilan upaya tersebut dapat diketahui dari proses kegiatan ekpresi dan hasil peningkatan kreativitas siswa. Peningkatan kreativitas siswa antara lain. (1) Proses peningkatan kreativitas siswa dapat dilakukan dengan empat tindakan. Tindakan pertama yakni pengenalan ragam gerak tari Jepin Lembut yang dilakukan selama dua kali pertemuan. Pertemuan pertama, siswa dapat mendeskripsikan pengertian seni tari, unsur-unsur seni tari, fungsi tari, jenis tari, dan tari Jepin Lembut. Pertemuan kedua, siswa dapat mempraktikkan ragam gerak tari Jepin Lembut. Setelah tindakan pengenalan ragam gerak tari Jepin Lembut, tindakan kedua yakni siswa dapat mengekplorasi ragam gerak tari Jepin Lembut. Pada tindakan ketiga yang siswa dapat menciptakan karya seni tari. Tindakan keempat yakni kegiatan ekpresi dimana siswa menampilkan karya seni tari yang sudah dikreasikan. (2) Hasil peningkatan kreativitas siswa kelas X SMK Ethika dalam mengeksplorasi gerak tari Jepin Lembut ialah siswa berhasil menciptakan 2 tarian yaitu tari Bemaing dan tari Ke Ume. Kedua tarian tersebut merupakan sebuah produk kreativitas siswa. Keberhasilan siswa menciptakan tarian tidak terlepas dari stimulus yang telah peneliti lakukan yakni tindakan pengenalan ragam gerak tari Jepin Lembut, tindakan eksplorasi ragam gerak tari Jepin Lembut, tindakan menciptakan karya tari, dan tindakan kegiatan ekspresi. Saran Setelah melakukan serangkaian penelitian dengan tema upaya meningkatkan kreativitas siswa dalam mengekplorasi gerak tari Jepin Lembut melalui kegiatan ekspresi dengan hasil penelitian yang telah disimpulkan, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran. Adapun saran tersebut antara lain sebagai berikut. (1) Guru mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) bisa menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan atau pun acuan dalam meningkatkan kreativitas siswa di sekolah-sekolah khususnya di SMK Ethika Pontianak. (2) Guru mata pelajaran SBK di SMK Ethika Pontianak hendaknya terus meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam menyampaikan pembelajaran seni tari terutama kemampuan dan keterampilan dalam menyampaikan seni tari tradisi yang ada di Kalimantan Barat. (3) Siswa SMK Ethika Pontianak khususnya kelas X perlu untuk terus dibimbing dan ditingkatkan kepeduliannya terhadap kesenian yang berkembang di Kalimantan Barat. (4) Pihak sekolah perlu terus mendukung kegiatan-kegiatan siswa kelas X SMK Ethika Pontianak dibidang seni khususnya seni tari. Bentuk dukungan dari pihak sekolah tersebut seperti mengadakan ruang kesenian, peralatan kesenian, dan lain sebagainya. (5) Guru mata pelajaran SBK yang ada di Kota Pontianak bisa menggunakan penelitian ini sebagai bahan untuk menyusun kurikulum pelajaran khususnya seni tari. DAFTAR RUJUKAN Arbai, Faizal. 2012. Pengembangan Kreativitas. Melalui (04/01/2013). Hermawan, Setya. 2010. Apresiasi Seni. Melalui < http://setyahermawan.blogspot.com/p/apresiasi-seni.html> (07/01/2013).

Hidayat, Heri. 2009. Modul 2: Apresiasi dan Kritik Seni. Melalui < http://cainusantara.wordpress.com/2009/12/18/games-seni-dan-kebudayaan-2/> (04/01/2013). Ikram, A. Muin. 1989. Diskripsi Tari Jepin Daerah Kalimantan Barat. Pontianak: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ikram, A. Muin. 2011. Jappin Lambut Tari Tradisi Melayu Sambas. Makalah: Dalam Rangka Festival Zapin Nusantara III di Johor Baru, Malaysia. Sambas: Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sambas. Kamus Bahasa Indonesia. 2013. Ekspresi. Melalui (18/03/2013). Madya, Suwarsih. 2011. Penelitian Tindakan Action Research. Bandung: Alfabeta. Masunah, Juju dan Tati Narawati. 2003. Seni dan Pendidikan Seni. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional (P4ST) UPI. Mirantiyo, Yoki. 2012. Pengertian Seni Tari. Melalui < http://yokimirantiyo.blogspot.com/2012/09/pengertian-seni-tari.html> (07/01/2013). Nawawi, Hadari. 1998. Materi Pendidikan Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Noeng, Muhadjir. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi IV. Yogyakarta: Rake. Nusantara, Yayat. 2007. Seni Budaya untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga. Pekerti, Widia dkk. 2007. Pendidikan Seni Musik-Tari Drama. Jakarta: Universitas Terbuka. Plengdut. 2012. Pengertian Apresiasi Seni. Melalui < http://plengdut.blogspot.com/2012/12/pengertian-apresiasi-seni.html> (04/01/2013). Smith, Jacqueline. 1985. Komposisi Tari Sebuah Pertunjukan Praktis Bagi Guru. Terjemahan Ben Suharto, S.S.T. Yogyakarta:Ikalasti. Soedardjo. 2005. Pendidikan Seni Dari Konsep Sampai Program. Malang : Balai Kajian Seni dan Desain. Soedarsono.1982. Pengantar Pengetahuan Tari. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Sudrajat, Akhmad. 2012. Tentang Kreativitas di Sekolah. Melalui (04/01/2013). Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sulistyarini dan Warneri.2002. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Program Penyetaraan Guru MAN/MAS DEPAG, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura. Zuriah, Nurul. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.