LAPORAN HASIL PENELITIAN APLIKASI MODERN WOUND CARE

Download iv. LAPORAN HASIL PENELITIAN. APLIKASI MODERN WOUND CARE DALAM MANAJEMEN LUKA DIABETES ... perawatan luka menggunakan pendekatan TIME man...

1 downloads 654 Views 1MB Size
Bidang Kesehatan

LAPORAN HASIL PENELITIAN

APLIKASI MODERN WOUND CARE DALAM MANAJEMEN LUKA DIABETES (STUDI KASUS) OLEH: Ns. Rohmayanti, M.Kep (NIS.058006016/ FIKES) Ns. Estrin Handayani, MAN (NIS.118706081/FIKES) Tyas Asriani (NIM. 15.0601.0088/FIKES)

Dibiayai LP3M Universitas Muhammadiyah Magelang Tahun Anggaran 2016

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG Desember, 2016

iv

v

ABSTRAK Pendahuluan: Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang akan memudahkan terjadinya luka kaki diabetik. Untuk mencegah komplikasi luka diabetik yang berlangsung lama dan mencegah ke arah yang lebih buruk maka diperlukan perawatan luka pada penderita diabetes. Teknik perawatan luka terkini sudah menggunakan balutan modern. Prinsip dari produk perawatan luka modern adalah mempertahankan dan menjaga lingkungan luka tetap lembap untuk memfasilitasi proses penyembuhan luka, mempertahankan kehilangan cairan jaringan dan kematian sel. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aplikasi balutan luka modern pada pasien dengan luka diabetes dan mengetahui bagaimana pengaruhnya dalam fase penyembuhan luka. Metode: Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studikasus, partisipan sejumlah 3 orang pasien dengan luka diabetes, yang dirawat selama 2 minggu menggunakan metode perawatan luka modern di Kabupaten Magelang. Partisipan dipilih dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara, data di analisa menggunakan metode explanation building. Hasil: Hasil penelitian ini terdapat 4 tema yaitu pengkajian luka, jenis balutan modern, cara perawatan luka, pengaruh pada luka. Pengkajian luka menggunakan Bates-Jensen Wound Assessment Tool, jenis balutan yang digunakan adalah hydrogel dan salep luka, cara perawatan luka menggunakan pendekatan TIME management, dan perawatan luka berpengaruh pada berkurangnya ukuran luka, epitelisasi dan granulasi luka. Kesimpulan: Aplikasi balutan modern pada luka diabetes berpengaruh pada berkurangnya ukuran luka, epitelisasi dan granulasi luka. Tenaga kesehatan disarankan menggunakan metode modern woundcare dalam manajemen luka diabetes. Kata Kunci: aplikasi, modern wound care, luka diabetes

vi

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................... LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... ABSTRAK………………....................................................................................... DAFTAR ISI............................................................................................................

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV BAB V

PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................... B. Perumusan Masalah ....................................................................... C. Tujuan Penelitian ........................................................................... D. Luaran Penelitian ........................................................................... E. Hipotesis Penelitian ....................................................................... TINJAUAN PUSTAKA A. Luka diabetes ............................................................................... 1. Pengertian………..................................................................... 2. Patofisiologi.............................................................................. 3. Tanda dan gejala....................................................................... B. Penyembuhan Luka ...................................................................... 1. Tipe Penyembuhan Luka.......................................................... 2. Proses Penyembuhan Luka....................................................... 3. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka..................... C. Perawatan Luka Modern................................................................. 1. Modern Woundcare 2. Jenis Balutan Yang digunakan................................................... 3. Prinsip dan Kaidah Perawatan Luka Modern................... METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian ........................................................................ B. Lokasi Penelitian ........................................................................... C. Perubahan yang diamati ................................................................ D. Model Penelitian ............................................................................ E. Rancangan Penelitian..................................................................... F. Analisis Data.................................................................................. G. Biaya dan jadwal penelitian........................................................... HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian.............................................................................. B. Pembahasan .................................................................................. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................. B. Saran.............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

vii

i ii iii iv

1 2 2 3 3 4 4 4 4 5 4 5 5 6 9 9 9 14 14 14 15 15 15 15 15 16 21 23 23

8

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus atau secara awam disebut penyakit gula, merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin. Kondisi hiperglikemia yang lama pada pasien dengan Diabetes mellitus menyebabkan arteroskelosis akan memudahkan terjadinya luka kaki diabetik. (Price, 2009). Pada tahun 2030, secara epidemiologi, diperkirakan prevalensi diabetes melitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Hasil Riset KesehatanDasar (Riskesdas) tahun 2013, diperoleh data bahwa proporsi penyebab kematianakibat diabetes melitus pada kelompok usia 45 sampai 54 tahun di daerahperkotaan menduduki ranking ke dua yaitu 14,7% dan daerah pedesaan menduduki ranking ke enam yaitu 5,8%. Jumlah kejadian diabetes yang meningkat, menyebabkan meningkatnya angka kejadian komplikasi diabetes,salah satunya adalah luka kaki diabetik.Setiap tahun lebih dari 1 juta orang penderita diabetes mellitus kehilangan salah satu kakinya sebagai komplikasi diabetes mellitus. Ini berarti bahwa setiap 30 detik, satu tungkai bawah 40-70 % berkaitan dengan diabetes pada banyak studi, insiden amputasi tungkai bawah diperkirakan 5 sampai 25 per 100.000 orang pertahun, sedangkan diantara penderita diabetes, jumlah penderita yang diamputasi sebanyak 6 sampai 8 per 1000 orang,sebagian besar amputasi ini didahului kejadian ulkus kaki (Semer, 2013). Untuk mencegah komplikasi luka diabetik yang berlangsung lama dan mencegah ke arah yang lebih buruk maka perlu diperhatikan bagaimana perawatan luka pada penderita diabetes dimana terdapat empat prinsip pengelolaan luka diabetes untuk mengoptimalkan proses penyembuhan yaitu: preparasi dasar luka, proteksi luka, pembalutan luka, dan oksigenasi luka. Penggunaan prinsip ini diharapkan sebanyak 80% masalah luka kaki diabetik akan dapat disembuhkan, sehingga dapat menghindari kejadian amputasi (Kartika, 2013). Saat ini teknik perawatan luka telah banyak

mengalami

perkembangan,

dimana

perawatan luka sudah menggunakan balutan modern. Prinsip dari produk perawatan luka modern adalah mempertahankan dan menjaga lingkungan luka tetap lembap untuk memfasilitasi proses penyembuhan luka, mempertahankan kehilangan cairan jaringan dan kematian sel. Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan makin banyaknya inovasi terbaru produk-produk perawatan luka.Pada dasarnya, pemilihan produk yang tepat harus berdasarkan pertimbangan biaya (cost), 1

kenyamanan (comfort), dan keamanan (safety) (Casey, 2006). Perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan yang tepat, tindakan dan evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis (Agustina, 2009). Lingkungan yang lembab akan memberikan dukungan pergerakan sel epitel dan memfasilitasi penutupan luka. Perawatan luka dengan menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal sebagai metode modern dressing dan memakai alat ganti balut yang lebih modern, dimana disebutkan dalam beberapa literature lebih efektif untuk proses penyembuhan luka bila dibandingkan dengan metode konvensional. Perawatan luka yang tertutup dengan modern dressing memiliki tingkat penyembuhan lebih cepat dibandingkan luka yang tertutup dengan kasa. Metode perawatan luka modern dressing ini telah mulai berkembang di Indonesia. Modern dressing mampu untuk mempertahankan lingkungan lembab yang seimbang dengan permukaan luka, pemilihan dressing yang dapat menjaga kelembapan seperti films, hydrogels, hydrocolloids, foams, alginates, and hydrofibers (Broussard dan Powers, 2013). Sesuai beberapa penelitian sebelumnya telah diketahui kemampuan balutan modern lebih baik dalam debridemen nekrotik, penurunan nyeri saat pergantian balutan, pengendalian infeksi, dan penutupan luka. Namun belum dilihat bagaimana sesungguhnya aplikasi balutan modern secara keseluruhan dalam proses penyembuhan luka diabetik untuk mengetahui sejauhmana efektifitas modern woundcare dalam pengaruhnya terhadap luka di dalam tahapan fase penyembuhan pada luka diabates. B. Perumusan Masalah Bagaimanakah aplikasi metode perawatan luka menggunakan metode modern woundcare dalam manajemen luka pada luka diabetes? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan balutan modern woundcare diterapkan pada pasien dengan luka diabetes. b. Untuk mengetahui sejauhmana perubahan yang terjadi dalam fase penyembuhan luka pasien dengan luka diabetes. 2

D. Luaran Penelitian 1. Publikasi ilmiah dalam jurnal Internasional (DOAJ) 2. Modul Modern Woundcare pada pasien dengan luka diabetes E. Hipotesis Penelitian Penggunaan metode perawatan luka modern woundcare pada pasien dengan luka diabetes dapat di aplikasikan pada proses penyembuhan luka dan terdapat perubahan berupa perbaikan jaringan pada fase penyembuhan luka. F. Manfaat Penelitian 1. Memberikan gambaran aplikasi perawatan luka modern woundcare pada pasien dengan luka diabetes. 2. Memberikan data secara kualitatif tentang hasil dari aplikasi perawatan luka modern woundcare pada pasien dengan luka diabetes.

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Luka Diabetes 1. Pengertian Diabetes adalah infeksi, ulkus dan/atau kerusakan jaringan yang lebih dalam yang terkait dengan gangguan neurologis dan vaskuler pada tungkai (Black, 2009). Kondisi ini merupakan komplikasi umum yang terjadi pada klien yang menderita diabetes melitus. Dua hal yang dapat menyebabkan diabetic foot ulcer yaitu adanya neuropati dan penyakit vaskuler. 2. Patofisiologi Luka Diabetes Neuropati sensori perifer dan

trauma merupakan penyebab utama

terjadinya ulkus. Neuropati lain yang dapat menyebabkan ulkus adalah neuropati motorik dan otonom. Neuropati adalah suatu sindroma yang menyatakan beberapa gangguan pada saraf. Neuropati sensori menyebabkan terjadinya penurunan sensitifitas terhadap tekanan atau trauma, neuropati motorik menyebabkan terjadinya kelainan bentuk pada sendi dan tulang, neuropati otonom menyebabkan menurunnya fungsi kelenjar keringat pada perifer yang menyebabkan kulit menjadi kering dan terbentuk fisura (Price, 2005). 3. Tanda Klinis Luka Diabetes Manifestasi klinik dari diabetic foot ulcer antara lain: 1) Umumnya pada daerah plantar kaki, 2) Kelainan bentuk pada kaki; deformitas kaki, 3) Berjalan yang kurang seimbang, 4) Adanya fisura dan kering pada kulit, 5) Pembentukan kalus pada area yang tertekan, 6) Tekanan nadi pada area kaki kemungkinan normal, 7) ABI (ankle brachial index), 8) Luka biasanya dalam dan berlubang, 9) Sekeliling kulit; dapat terjadi selulitis, 10) Hilang atau berkurangnya sensasi nyeri, 11) Xerosis (keringnya kulit kronik), 4

12) Hyperkeratosis pada sekeliling luka dan anhidrosis, 13) Eksudat (Black, 2009). B. Penyembuhan luka 1. Tipe penyembuhan luka Menurut Carville K (2007), luka dapat juga diklasifikasikan berdasarkan dari proses penyembuhan lukanya. Tipe penyembuhan luka dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : a. Penyembuhan primer Penyembuhan luka dengan alat bantu seperti jaritan, klip atau tape. Pada penyembuhan primer ini, kehilangan jaringan minimal dan pinggiran luka ditutup dengan alat bantu. Menghasilkan skar yang minimal.Misalnya; luka operasi, laserasi dan lainnya. b. Penyembuhan sekunder Penyembuhan luka pada tepi kulit yang tidak dapat menyatu dengan cara pengisian jaringan

granulasi dan kontraksi. Pada penyembuhan ini, terdapat

kehilangan jaringan yang cukup luas, menghasilkan scar lebih luas, dan memiliki resiko terjadi infeksi. Misalnya pada leg ulcers, multiple trauma, ulkus diabetik, dan lainnya c. Penyembuhan primer yang terlambat/ tersier Ketika luka terinfeksi atau terdapat benda asing dan memerlukan perawatan luka/ pembersihan luka secara intensif maka luka tersebut termasuk penyembuhan primer yang terlambat.Penyembuhan luka tersier diprioritaskan menutup dalam 3-5 hari berikutnya.Misalnya luka terinfeksi, luka infeksi pada abdomen dibiarkan terbuka untuk mengeluarkan drainase sebelum ditutup kembali, dan lainnya. 2.

Proses Penyembuhan Luka Proses penyembuhan luka merupakan proses yang dinamis (Hutchinson J, 2010). Proses ini tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor endegon seperti; umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, kondisi metabolik . Fase-fase penyembuhan luka dapat dibagi menjadi tiga fase (Hutchinson J, 2010), yaitu; 5

a. Fase inflamasi Fase yang terjadi ketika awal terjadinya luka atau cedera (0-3 hari).Pembuluh kapiler yang cedera mengalami kontraksi dan trombosis memfasilitasi hemostasis.Iskemik pada luka melepaskan histamin dan agen kimia vasoaktif lainnya yang menyebabakan vasodilatasi disekitar jaringan. Aliran darah akan lebih banyak ke daerah sekitar jaringan dan menghasilkan eritema, pembengkakan, panas dan rasa tidak nyaman seperti rasa sensasi berdenyut. Respon pertahanan melawan patogen dilakukan oleh PMN (Polimononuklear) atau leukosit dan makrofag ke daerah luka. PMN akan melindungi luka dari invasi bakteri ketika makrofag membersihkan debris pada luka. b. Fase rekontruksi Fase ini akan dimulai dari hari ke-2 sampai 24 hari (6 minggu). Fase ini dibagi menjadi fase destruktif dan fase proliferasi atau fibroblastik fase. Ini merupakan fase dengan aktivitas yang tinggi yaitu suatu metode pembersihan dan penggantian jaringan sementara. PMN akan membunuh bakteri patogen dan makrofag memfagosit bakteri yang mati dan debris dalam usaha membersihkan luka. Selain itu, makrofag juga sangat penting dalam proses penyembuhan luka karena dapat menstimulasi fibriblastik sel untuk membuat kolagen Angiogenesis akan terjadi untuk membangun jaringan pembuluh darah baru. Kapiler baru yang terbentuk akan terlihat pada kemerahan (ruddy), jaringan granulasi tidak rata atau bergelombang (bumpy). Migrasi sel epitel terjadi diatas dasar luka yang bergranulasi.Sel epitel bergranulasi dari tepi sekitar luka atau dari folikel rambut, kelenjar keringat atau kelejar sebasea dalam luka.Mereka nampak tipis, mengkilap (translucent film) melewati luka. Sel tersebut sangat rapuh dan mudah dihilangkan dengan sesuatu yang lain daripada pembersihan dengan hatihati. Migrasi berhenti ketika luka menutup dan mitosis epetilium menebal ke lapisan ke 4-5 yang diperlukan untuk membentuk epidermis Fase kontraksi terjadi selama proses rekontruksi yang menggambarkan tepi luka secara bersamaan dalam usaha mengurangi daerah permukaan luka, sehingga pengurangan jumlah jaringan pengganti diperlukan. Kontraksi luka terlihat baik diikuti dengan pelepasan selang drainase luka. Pada umumnya, 24-48 jam diikuti dengan pelepasan selang drain, tepi dari sinus dalam keadaan tertutup. c. Fase maturasi 6

Merupakan

fase

remodeling,

dimana

fungsi

utamanya

adalah

meningkatkan kekuatan regangan pada luka. Kolagen asli akan diproduksi selama fase rekonstruksi yang diorganisir dengan kekuatan regangan yang minimal. Selama masa maturasi, kolagen akan perlahan-lahan digantikan dengan bentuk yang lebih terorganisasi, menghasilkan peningkatan kekuatan regangan. Ini bertepatan dengan penurunan dalam vaskularisasi dan ukuran skar. Fase ini biasanya membutuhkan waktu antara 24 hari sampai 1 tahun. Penyembuhan luka adalah suatu proses yang kompleks dengan melibatkan banyak sel. Proses dasar biokimia dan selular yang sama terjadi dalam penyembuhan semua cedera jaringan lunak, baik luka ulseratif kronik (dekubitus dan ulkus tungkai), luka traumatis (laserasi, abrasi, luka bakar atau luka akibat pembedahan. 3. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka Menurut Casey (2000) faktor yang mempengaruhi sebagai berikut: a. Status imunologi atau kekebalan tubuh: Penyembuhan luka adalah proses biologis yang kompleks, terdiri dari serangkaian peristiwa berurutan bertujuan untuk memperbaiki jaringan yang terluka. Peran sistem kekebalan tubuh dalam proses ini tidak hanya untuk mengenali dan memerangi antigen baru dari luka, tetapi juga untuk proses regenerasi sel. b. Kadar gula darah: Peningkatan gula darah akibat hambatan sekresi insulin, seperti pada penderita diebetes melitus, juga menyebabkan nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel, akibatnya terjadi penurunan proteindankaloritubuh. c. Rehidrasi dan pencucian luka: Dengan dilakukan rehidarasi dan pencucian luka, jumlahbakterididalamlukaakanberkurang, sehingga jumlah eksudat yang dihasilkan bakteri akan berkurang. d. Nutrisi: Nutrisi memainkan peran tertentu dalam penyembuhan luka. Misalnya, vitamin C sangat penting untuk sintesis kolagen, vitamin A meningkatkan epitelisasi, dan seng (zinc) diperlukan untuk mitosis sel dan proliferasi sel. Semua nutrisi, termasuk protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral, baik melalui dukungan parenteral maupun enteral, sangat dibutuhkan. Malnutrisi menyebabkan berbagai pe- rubahan metabolik yang mempengaruhi penyembuhanluka. e. Kadar albumin darah: Albumin sangat berperan untuk mencegah edema, 7

albumin berperan besar dalam penentuan tekanan onkotik plasma darah. Target albumin dalam penyembuhanlukaadalah3,5-5,5g/dl. f. Suplai oksigen dan vaskularisasi: Oksigen merupakan prasyarat untuk proses reparatif, seperti proliferasi sel, pertahanan bakteri, angiogenesis, dan sintesis kolagen. Penyembuhan luka akan terhambat bila terjadi hipoksia jaringan. g. Nyeri: Rasa nyeri merupakan salah satu pencetuspeningkatan hormone glukokortikoid yang menghambat proses penyembuhan luka. h. Kortikosteroid: Steroid memiliki efek antagonis terhadap faktor-faktor pertumbuhan dan deposisi kolagen dalam penyembuhan luka. Steroid juga menekan sistem kekebalan tubuh/sistem imun yang sangat dibutuhkan dalam penyembuhan luka. C. Perawatan luka modern Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah menggunakan prinsip moisture

balance,

yang

disebutkan

lebih

efektif

dibandingkan

metodekonvensional.Perawatan luka menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal sebagai metode modern dressing (Wayne, 2006). Selama ini, ada anggapan bahwa suatu luka akan cepat sembuh jika luka tersebut telah mengering. Namun faktanya,

lingkungan

luka

yang

kelembapannya

seimbang

memfasilitasi

pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen dalam matriks nonseluler yang sehat. Pada luka akut, moisture balance memfasilitasi aksi faktor pertumbuhan, cytokines, dan chemokines yang mempromosi pertumbuhan sel dan menstabilkan matriks jaringan luka. Jadi, luka harus dijaga kelembapannya.Lingkungan yang terlalu lembap dapat menyebabkan maserasi tepi luka, sedangkan kondisi kurang lembap menyebabkan kematian sel, tidak terjadi perpindahan epitel dan jaringan matriks (Theoret, 2004). 1. Modern Dressing a. Pengertian Modern dressing adalah suatu balutan modern yang sedang berkembang pesat dalam wound care, dimana disebutkan dalam beberapa literatur lebih efektif bila dibandingkan dengan metode konvensional. Luka dapat memproduksi eksudat mulai dari jumlah sedikit, sedang, hingga banyak. Luka dengan eksudat banyak dapat 8

menyebabkan maserasi pada kulit sekitar luka dan luka dengan eksudat sedikit atau tidak ada eksudat dapat menjadi kering (Gitaraja, 2008). Luka menyebabkan disentegrasi dan discontinuitas dari jaringan kulit sehingga kulit kehilangan yang fungsinya untuk memproteksi jaringan di bawahnya menjadi terganggu (Gitaraja, 2008). Tujuan utama dari modern dressing adalah penggunakan prinsip moisture balance ini mengkondisikan luka dalam keadaan lembab karena lingkungan yang lembab akan mempercepat proses penyembuhan luka. Manajemen dalam modern dressing antara lain adalah pemilihan bahan topical therapy yang di dasarkan pada pertimbangan biaya (cost), kenyamanan (comfort), keamanan (safety). Oleh karena itu, tingkat kemandirian dan profesional perawat akan tampak pada pemilihan topical therapy saat melaksanakan modern dressing (Suryo, 2009). b. Manfaat Modern Dressing Menurut Haimowitz, dkk (1997), ada beberapa keuntungan prinsip moisture dalam perawatan luka antara lain adalah untuk mencegah luka menjadi kering dan keras, meningkatkan laju epitelisasi, mencegah pembentukan jaringan eschar, meningkatkan pembentukan jaringan dermis, mengontrol inflamasi dan memberikan tampilan yang lebih kosmetis, mempercepat proses autolysis debridement, dapat menurunkan kejadian infeksi, cost effective, dapat mempertahankan gradien voltase normal, mempertahankan aktifitas neutrofil, menurunkan nyeri, memberikan keuntungan psikologis dan mudah digunakan c. Pemilihan Balutan Luka Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka. Menurut Gitaraja (2008), alasan dari teori perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain adalah untuk mempercepat fibrinolisis dimana fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab. Selain itu, mempercepat angiogenesis dimana dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat. 9

Selanjutnya menurunkan resiko infeksi dengan hasil kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering. Alasan lain yaitu mempercepat pembentukan growth factor karena growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang lembab. Dan alasan lain yaitu mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif, dimana pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini. Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka harus memenuhi kaidah-kaidah seperti kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka (absorbing), kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko terjadinya kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal), meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration), melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan, dan kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian antibiotic ke seluruh bagian luka (Hartmann, 1999; Ovington, 2002) d. Pemilihan Terapi Dasar-dasar untuk melakukan pemilihan terapi harus berdasarkan pada apakah suplai telah tersedia, bagaimana cara memilih terapi yang tepat, bagaimana dengan keterlibatan pasien untuk memilih, bagaimana dengan pertimbangan biaya, apakah sesuai dengan SOP yang berlaku dan bagaimana cara mengevaluasi e. Jenis – jenis Balutan dan Terapi Alternatif lainnya Jenis-jenis balutan modern dressing dan terapi alternative yang dapat digunakan untuk merawat dan melindungi luka adalah sebagai berikut: 1) Film Dressing Bentuk Semi-permeable primary atau secondary dressings, clear polyurethane yang disertai perekat adhesive, conformable, anti robek atau tergores, tidak menyerap eksudat, dapat digunakan sebagai bantalan untuk pencegahan luka dekubitus, pelindung sekitar luka terhadap maserasi, berfungsi sebagai pembalut luka pada daerah yang sulit, pembalut/penutup pada daerah yang diberi terapi salep, sebagai pembalut sekunder, transparan, bisa melihat perkembangan luka, dapat breathable, tidak tembus bakteri dan air, pasien bisa mandi, memiliki indikasi: luka dengan 10

epitelisasi, low exudate, luka insisi. Jenis modern dressing ini memiliki kontraindikasi berupa luka terinfeksi, eksudat banyak. Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm 2)

Hydrocolloid Memiliki kandungan pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers.

Memiliki fungsi autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough. Bersifat occlusive yaitu hypoxic environment untuk mensupport angiogenesis, waterproof, digunakan untuk luka dengan eksudat minimal sampai sedang, dapat menjaga kestabilan kelembaban luka dan sekitar luka, menjaga dari kontaminasi air dan bakteri, bisa digunakan untuk balutan primer dan balutan sekunder, dapat diaplikasikan 5–7 hari serta memiliki indikasi: luka dengan epitelisasi, eksudat minimal dan kontraindikasi: luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV. Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll. 3)

Alginate Terbuat dari rumput laut, membentuk gel diatas permukaan luka, mudah

diangkat dan dibersihkan, bisa menyebabkan nyeri, membantu untuk mengangkat jaringan mati, tersedia dalam bentuk lembaran dan pita, kandungan calsium dapat membantu menghentikan perdarahan. Alginate digunakan pada fase pembersihan luka dalam maupun permukaan, dengan cairan banyak, maupun terkontaminasi karena dapat mengatur eksudat luka dan melindungi terhadap kekeringan dengan membentuk gel serta dapat menyerap luka > 20 kali bobotnya. Bersifat tidak lengket pada luka, tidak sakit saat mengganti balutan, dapat diaplikasikan selama 7 hari serta memiliki indikasi dapat dipakai pada luka dengan eksudat sedang sampai dengan berat seperti luka decubitus, ulkus diabetik, luka operasi, luka bakar deerajat I dan II, luka donor kulit. Dengan kontraindikasi tidak bisa digunakan pada luka dengan jaringan nekrotik dan kering. Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan. 4)

Foam Dressing Digunakan untuk menyerap eksudat luka sedang dan sedikit banyak, tidak

lengket pada luka, menjaga kelembaban luka, menjaga kontaminasi serta penetrasi bakteri dan air, balutan dapat diganti tanpa adanya trauma atau sakit, dapat digunakan sebagai balutan primer/sekunder, dapat diaplikasikan 5-7 hari, bersifat non-adherent wound contact layer, tingkat absorbsi yang tinggi, semi-permeable dengan indikasi 11

pemakaian luka dengan eksudat sedang sampai dengan berat. Dressing ini memiliki kontraindikasi tidak bisa digunakan pada luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam. Contoh: Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva. 5)

Hydroactive Gel (Hydrogel) Jenis balutan yang dapat membantu proses peluruhan jaringan nekrotik yang

berwarna hitam (black necrotic tissue) atau kuning-coklat (sloughy) secara otomatis oleh tubuh sendiri (autolysis debdridement), contoh: hydroactive gel. Balutan ini bisa dipakai untuk luka yang terinfeksi ataupun yang tidak terinfeksi baik yang berongga atau tidak disertai dengan rongga (cavity). Hydroactive gel merupakan balutan yang bahan dasarnya terbuat dari hydrocolloids yang mengandung air berupa gel yang bening dan berfungsi untuk melunakkan jaringan nekrotik. 6)

Zinc Oinment (ZnO) Topical terapi jenis ini berbentuk salep dan powder yang bahan dasarnya

mengandung zinc oxide. Bahan ini berfungsi untuk melindungi kulit disekitar luka dari maserasi. Penggunaannya bisa digabung dengan metronidazole powder pada luka yang mengeluarkan bau yang tidak sedap, contoh: luka kanker 7) Metronidazole powder Bentuknya serbuk dan gel dimana jenis topical ini berguna untuk mengurangi bau yang dihasilkan oleh bakteri terutama golongan pseudomonas dan staphylococcus atau luka berjamur (fungating wound) pada kanker. f. Implementasi Dalam melakukan implementasi untuk merawat luka diperlukan beberapa pertimbangan sesuai dengan keadaan dan kondisi luka yang ada setelah dilakukan pengkajian terlebih dahulu. Untuk luka dengan eksudat & jaringan nekrotik (sloughy wound) dipakai dengan tujuan untuk melunakkan dan mengangkat jaringan mati (slough tissue), sel-sel mati terakumulasi dalam eksudat, berfungsi untuk merangsang granulasi dengan mengkaji kedalaman luka dan jumlah eksudat terlebih dahulu. Balutan yang dapat dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids, alginates dan hydrofibre dressing. Untuk luka nekrotik, dipakai bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik (eschar), memberikan lingkungan yang kondusif untuk autolysis. Diperlukan pengkajian kedalaman luka dan jumlah eksudat. Balutan yang dapat dipakai berupa hydrogels, 12

hydrocolloid dressing. Pada luka terinfeksi, balutan ini digunakan bertujuan untuk mengurangi eksudat, bau dan mempercepat penyembuhan luka. Perlu dilakukan identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka, kebiasaan wound culture – systemic antibiotic serta pengontrolan eksudat dan bau. Umumnya balutan diganti tiap hari. Balutan yang digunakan pada jenis luka ini yaitu hydrogel, hydrofibre, alginate, metronidazole gel (0,75%), carbon dressings, silver dressing. Pada luka granulasi, balutan modern digunakan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang baru, jaga kelembaban luka, kedalaman luka dan jumlah eksudat, bersifat moist wound surface– non-adherent dressing, treatment overgranulasi. Balutan yang umum dipakai yaitu hydrocolloids, foams, dan alginates. Untuk luka epitelisasi, balutan digunakan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk “re-surfacing”, dan umumnya balutan tidak terlalu sering diganti. Balutan yang digunakan seperti transparent films, hydrocolloids. Selain itu, tidak jarang juga dilakukan metode pemakaian balutan dengan balutan kombinasi. Dimana balutan tidak hanya dipakai satu jenis modern dressing saja, tetapi menggabungkan beberapa jenis balutan sesuai dengan kebutuhan perawatan luka. 2. Jenis Balutan yang digunakan Perawatan luka modern harus tetap memperhatikan tiga tahap, yakni mencuci luka, membuang jaringan mati, dan memilih balutan. Mencuci luka bertujuan menurunkan jumlah bakteri dan membersihkan sisa balutan lama, debridement jaringan nekrotik atau membuang jaringan dan sel mati dari permukaan luka.Perawatan luka konvensional harus sering mengganti kain kasa pembalut luka, sedangkan perawatan luka modern memiliki prinsip menjaga kelembapan luka dengan menggunakan bahan seperti hydrogel. Hydrogel berfungsi menciptakan lingkungan luka tetap lembap, melunakkan serta menghancurkan jaringan nekrotik tanpa merusak jaringan sehat, yang kemudian terserap ke dalam struktur gel dan terbuang bersama pembalut (debridemen autolitik alami). Balutan dapat diaplikasikan selama tiga sampai lima hari, sehingga tidak sering menimbulkan trauma dan nyeri pada saat penggantian balutan (Wayne, 2006). Jenis modern dressing lain, yakni Ca Alginat, kandungan Ca-nya dapat membantu menghentikan perdarahan.Kemudian ada hidroselulosa yang mampu menyerap cairan dua kali lebih banyak dibandingkan Ca Alginat.Selanjutnya adalah hidrokoloid yang mampu melindungi dari kontaminasi air dan bakteri, dapat digunakan untuk balutan primer dan sekunder.Penggunaan jenis modern dressing disesuaikan dengan jenis luka (Fernandes, 13

2004). Untuk luka yang banyak eksudatnya, dipilih bahan balutan yang menyerap cairan seperti foam, sedangkan pada luka yang sudah mulai tumbuh granulasi, diberi gel untuk membuat suasana lembap yang akan membantu mempercepat penyembuhan luka. 3

Prinsip dan Kaidah Perawatan Luka Modern Balutan luka (wound dressings) telah mengalami perkembangan sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Teori yang mendasari perawatan luka dengan suasana lembap antara lain: a.

Mempercepat fibrinolisis. Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh neutrofil dan sel endotel dalam suasana lembap.

b.

Mempercepat angiogenesis. Keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akanmerangsang pembentukan pembuluh darah lebih cepat.

c.

Menurunkan risiko infeksi; kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering.

d.

Mempercepat pembentukan growth factor. Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum korneum dan angiogenesis.

e.

Mempercepat pembentukan sel aktif. (Ropper, 2006)

14

III.

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tahapan Penelitian a. Persiapan penelitian Berikut merupakan persiapan penelitian yang telah dilakukan sebagai berikut : 1) Mengumpulkan dan menelaah bahan-bahan literature yang berkaitan dengan masalah penelitian, baik text book, jurnal, hasil penelitian terdahulu yang di perpustakaan maupun di internet. 2) Survey pendahuluan ke klinik luka dan pasien home care di Kabupaten Magelang. 3) Penyelesaian administrasi dan perijinan penelitian, yang dalam hal ini secara prosedural permohonan ijin dilaksanakan dengan koordinasi dengan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Magelang. 4) Mempersiapkan instrumen, melakukan persiapan alat dan instrument observasi. b. Pelaksanaan penelitian Kegiatan pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut : 1) Menentukan partisipan penelitian Partisipan

penelitian ini adalah pasien luka diabetik yang belum

mendapatkan perawatan luka modern woundcare dan bersedia dilakukan pengamatan secara langsung. Setelah itu diberi penjelasan mengenai jalannya penelitian, manfaat penelitian dan segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian, partisipan menandatangani bukti persetujuan (informed consent). 2) Mengumpulkan Data Setelah partisipan penelitian ditentukan dan menandatangani informed consent, maka responden dilakukan perawatan selama 2 mimggu mnggunakan aplikasi modern wound dressing dan diamati perkembangan lukanya serta didokumentasikan secara deskriptif. B. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah pasien home care di wilayah Kabupaten Magelang dan di klinik luka FIKES UMMagelang.

15

C. Perubahan yang diamati Pada penelitian ini, perubahan yang diamati atau diukur adalah proses penyembuhan luka diabetes serta dilihat bagaimana penggunaan modern dressing dalam perawatan luka diabetes. D. Model penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dengan melakukan observasi dan studi dokumen pada kasus yang diteliti. Menurut Creswell (2013) bahwa kekhususan pada studi kasus adalah peneliti mempelajari kasus yang terkini, kasus-kasus pada kehidupan nyata yang sedang berlangsung. Kasus ini dapat berupa kasus tunggal yang memiliki keunikan. Kasusnya adalah pasien dengan luka diabetes yang belum diberikan perawatan luka modern sebanyak 3 kasus dengan luka kronis dan grade luka berada pada grade 2-4 dengan dasar luka bervariasi pada merah, kuning dan hitam. E. Rancangan penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi kasus tunggal instrumental , dimana pemilihan partisipan dengan cara purposive sampling (Afiyati, 2014). Partisipan diambil dari pasien luka baru yang belum dilakukan aplikasi modern woundcare dengan luka diabetic foot ulcer pada grade minimal 3. F. Analisa data Analisa yang akan digunakan dalam penelitian studi kasus ini adalah menggunakan lima teknik yaitu pattern matching, linking data to proposition, explanation building, timeseries analysus, logic models (Yin, 2009). Cara yang akan dilakukan sebagai berikut: 1.

Analisis data dengan cara memasangkan kasus yang diteliti berdasarkan pola yang sudah ditentukan oleh peneliti

2.

Pola

tersebut

kemudian

diteliti

hubungannya

berdasarkan

pengelompokan

kategorisasinya. 3.

Analisis data dengan cara memberikan berbagai penjelasan terhadap kasus-kasus yang dipelajari. Penjelasan yang diberikan dalam analisis jenis ini dapat berdasarkan kronologi peristiwa yang terjadi pada kasus yang dipelajari.

4.

Analisis data dengan melakukan interpretasi langsung

5.

Analisis dengan menggunakan model yang logis yang dapat memberi interpretasi hubungan yang terjadi pada kasus yang diteliti. 16

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Kasus yang diambil adalah kasus luka kaki diabetes, dimana semua pasien pada awalnya dilakukan perawatan luka konvensional, yaitu dengan menggunakan NaCl, bethadine dan dibalut dengan kassa saja. Berikut ini gambaran tiap kasus yang akan dibahas pada setiap kasusnya. 1. Studi kasus 1 Ny.S berumur 48 tahun mempunyai riwayat DM selama 13 tahun, luka diabetikum dialami selama 3 bulan ini, terdapat luka di kedua telapak kaki kanan sudah mengering, sedangkan luka ditelapak kaki kiri masih terdapat goa dengan kedalaman stage 2, dan juga terdapat kalus, kondisi luka bau. Klien mengatakan ketika sehabis mandi lukanya di kelupas sendiri, sehingga kadang berdarah dan diberikan betadin. Klien mengatakan luka klien setiap harinya ditutup menggunakan kaos kaki, kondisi lingkungan sekitar lembab dan kurang terawat. Klien mengatakan pola makan terjaga dan klien mengkonsumsi daging dan 3 putih telur ayam kampung. GDP : 131 mg/dl, TTV : x/menit, S: 36

TD: 100/70 mmHg , N: 84

C , RR: 22 x/menit . pengkajian Luka Bates Jensen: ukuran

luka:2, kedalaman luka: 2, tepi luka: 4, Goa: 2, tipe jaringan nekrosis: 5, jumlah jaringan nekrosis:4, tipe eksudat 1, jumlah eksudat:, 4, warna kulit sekitar luka: 5, pengerasan jaringan tepi: 2, jaringan granulasi: 5, epitelisasi: 5. Total skore: 41. Gambar studi kasus 1

17

Perawatan luka yang dilakukan pada pasien ini adalah melakukan pencucian luka dengan menggunakan sabun luka dan NaCl, kemudian luka di beri antiseptic, dan dilakukan debridement (mechanical debridement) untuk menghilangkan kalus dan jaringan nekrotik selanjutnya dilakukan pemberian antiseptic dan dikeringkan dengan kassa kering steril, dressing yang digunakan adalah topical therapy berupa salep luka yang mengandung zink, metronidazole, digunakan absorbent serta ditutup lukanya secara oklusif. Perawatan luka dilakukan selama 2 minggu, hasilnya menunjukkan perubahan sesuai pengkajian luka sbb: : ukuran luka:1, kedalaman luka: 2, tepi luka: 2, Goa: 1, tipe jaringan nekrosis: 4, jumlah jaringan nekrosis:4, tipe eksudat 1, jumlah eksudat:, 3, warna kulit sekitar luka: 3, pengerasan jaringan tepi: 1, jaringan granulasi: 4, epitelisasi: 5. Total skore: 31. Deskripsi diatas menunjukkan bahwa luka mengalami perubahan pada ukuran luka, kedalaman luka, ukuran goa, berkurangnya jaringan nekrosis dan jumlah eksudat pada luka, warna kulit sekitar luka berubah dengan berkurangnya kalus serta jaringan granulasi bertambah luas, namun epitelisasi tidak bertambah. 2. Studi kasus 2 Tn. S, usia : 76 tahun, sejak 7 tahun yang lalu menderita penyakit diabetes melitus dan saat ini mengalami ulkus diabetikum pada kaki kiri sejak 20 hari yang lalu,perawatan luka yang dilakukan dengan menggunakan Nacl dan madu, konsumsi glibenclamide 2x sehari (oral). Pada hari pertama perawatan pengkajian luka sebagai berikut: Luka stadium 2, ukuran luka : luka 1 (2,5 cm x 1 cm), luka 2 : (1 cm x 1 cm), luka 3 : 2 cm x 2cm), tidak terdapat goa, tidak terdapat eksudat, tidak berbau, terdapat jaringan nekrotik, warna dasar luka : granulasi (50%), epitelisasi (40%), slaf (10%), dasar luka menyatu dengan luka, tepi luka tipis halus, kulit sekitar luka mengalami bersisik, tidak ada tanda infeksi, tidak ada nyeri,

hasil pemeriksaan: tekanan darah 160/80

mmHg, nadi 68x/ menit, suhu 36,50 C, respirasi 20 x/ menit GDS : 201 gr%. Perawatan yang dilakukan adalah melakukan pencucian luka dengan benar, melakukan

mekanikal

debridement

(menggunakan

pinset

anatomis),

melakukan pemasangan dressing berupa salep luka, menutup rapat luka dengan kassa kering steril dan mengolesi daerah sekitar luka dengan vaseline. Hasil yang didapatkan pada minggu kedua perawatan: Luka stadium 2, ukuran 18

luka : Luka 1 : P : 1,2cm L : 0,5cm, Luka 2 : P : 0,8cm L : 0,4cm, Luka 3 : sudah mengering, tidak terdapat goa, tidak terdapat eksudat, tidak berbau, terdapat jaringan nekrotik, warna dasar luka : granulasi (60%), epitelisasi (40%), dasar luka menyatu dengan luka, tepi luka tipis halus, kulit sekitar luka kering, tidak ada tanda infeksi, tidak ada nyeri, hasil pemeriksaan: tekanan darah 130/60 mmHg, nadi 74x/ menit, suhu 360 C, respirasi 20 x/ menit, GDS : 216 gr%. Gambar studi kasus 2

3. Studi kasus 3 Klien Ny.M mempunyai riwayat DM sejak 10 tahun yg lalu, gula darah fluktuatif terkontrol. 3 bulan yg lalu kaki terluka dan tidak kunjung sembuh. Klien dibawa kerumah sakit karena riwayat sesek dirumah, di RS baru ketahuan kalau luka DM meluas. Karena luka meluas klien dilakukan amputasi di RS. Selanjutnya perawatan di rumah oleh keluarganya. Berikut ini merupakan table pengkajian Bates Jensen Assessment Tool pada kasus ketiga: Tabel 1: Assessment tool studi kasus ke-3 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9

ITEMS Wound size Depth Wound Edges Undermining Necrotic Tissue Type Necrotic Tissue Amount Exudate type Exudate Amount Skin Color Surrounding Wound

ASSESSMENT RESULT Day-1 Day-12 1 st wound 2nd wound 1 st wound 2nd wound 2 5 2 5 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 5 19

5

5

5

10 11 12 13

Peripheral Tissue Edema Peripheral Tissue induration Granulation Tissue Epithelialization Total

2 1 2 5 26

2 1 2 5 33

2 1 2 5 26

2 1 2 5 29

Kondisi awal sebagai berikut: kaki kiri terdapat luka post amputasi digiti 1 s/d 5

luka I 1507mm² (poin:2), terdapat pertumbuhan jaringan

hipergranulasi, luka II dengan luas > 10542mm2 (poin:5), luka rembes, kedalaman stage 2, tepi luka terlihat menyatu dengan dasar luka, tidak terdapat GOA, tidak jaringan nekrosis, tidak ada exsudat, exsudat kering. Kulit sekitar luka kehitaman/ hiperpigmentasi. Terdapat edema kurang dari 4 mm disekitar luka, tidak ada pengerasan jaringan tepi, granulasi 100%, epitelisasi kurang dari 25%. Perawatan luka yang dilakukan adalah: Membuka balutan, mengobservasi luka (lokasi, dimensi, kedalaman, jaringan nekrotik, tandatanda infeksi, epitelisasi), mencuci dengan air layak minum, membersihkan luka dengan sabun, membilas luka dengan air layak minum, mengeringkan daerah luka, memberikan antiseptik pada daerah luka, mengoleskan zalf pada luka, menutup dengan kassa steril, membungkus dengan verband roll. Hasil perawatan luka pada minggu kedua sbb: GDS 250g/dl, luas luka I 930mm² (poin: 1), jaringan hipergranulasi berkurang, luka II dengan luas 8897mm2 (poin:4) , luka sudah bersih, kedalaman stage 2, tepi luka terlihat menyatu dengan dasar luka, tidak terdapat GOA, tidak jaringan nekrosis, tidak ada exsudat, exsudat kering . Kulit sekitar luka kehitaman/ hiperpigmentasi. Terdapat edema kurang dari 4 mm disekitar luka, tidak ada pengerasan jaringan tepi, granulasi 100%, epitelisasi kurang dari 25%.

20

Gambar studi kasus 3

B. Pembahasan Perawatan luka yang dilakukan dengan modern dressing mengunakan prinsip lembab menunjukkan hasil yaitu terdapatnya perubahan jaringan yang terjadi pada beberapa komponen pengkajian luka menurut Betes Jensen antara lain berkurangnya ukuran luka, kedalaman luka, prosentase granulasi, epitelisasi, berkurangnya jumlah jaringan nekrosis serta jumlah cairan yang muncul. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Frank (2006) yang mengatakan bahwa dari beberapa penelitian 21

membuktikan kalau balutan modern lebih efekif dibandingkan balutan kassa, hasil dari penelitian tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi luka (luas, kedalaman luka, dan lama perawatan luka). Tahapan tindakan yang dilakukan yaitu mencuci luka, melakukan debridement, pemberian desinfektan, pemasangan dressing yang tepat yaitu salep luka dan menutup secara oklusif yang dilakukan dalam waktu 2 minggu. Dalam penelitian Sheehan (2007), dilaporkan perawatan pasien dengan luka kaki diabetes akan menunjukkan penutupan luas area luka pada 4 minggu pertama dan sembuh total 12 minggu. Tujuan dari mencuci daerah luka adalah menurunkan jumlah bakteri dalam luka dan ketidakseimbangan citokin pro inflamasi dalam luka. Cairan yang digunakan pada perawatan luka ini adalah air layak minum, karena menurut Fernandez dan Griffith (2012) tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan air layak minum dengan normal saline terhadap kejadian infeksi pada luka kronis, dimana penggunaan air layak minum lebih mudah didapat dan lebih murah. Debridement adalah suatu proses usaha menghilangkan jaringan nekrotik atau jaringan nonvital dan jaringan yang sangat terkontaminasi dari daerah luka dengan mempertahankan secara maksimal struktur anatomi yang penting seperti syaraf, pembuluh darah, tendo dan tulang. Debridement dilakukan pada luka akut maupun pada luka kronis. Setelah luka dibersihkan dari jaringan nekrotik diharapkan akan memperbaiki serta mempermudah proses penyembuhan luka. Tujuan dasar debridement adalah mengurangi kontaminasi pada luka untuk mengontrol dan mencegah infeksi. Jika jaringan nekrotik tidak dihilangkan akan berakibat tidak hanya menghalangi penyembuhan luka tetapi juga dapat terjadi kehilangan potein, osteomyelitis, infeksi sistemik dan kemungkinan terjadi sepsis, amputasi tungkai atau kematian. Timbunan jaringan nekrotik biasanya terjadi akibat buruknya suplai darah pada luka atau dari peningkatan tekanan interstitial. Setelah debridement membuang jaringan nekrotik akan terjadi perbaikan sirkulasi dan terpenuhi pengangkutan oksigen yang adekuat ke luka. Dari hasil studi yang pernah dilakukan didapatkan bahwa ada peningkatan penyembuhan luka setelah debridement dibandingkan tanpa debridement pada kasus luka kronis (Perdanakusuma, 2007) Bahan yang digunakan adalah iodin dan normal saline. Setelah luka selesai dibersihkan luka di kompres dengan iodin selama 3 menit, dibilas dengan normal saline. Desinfektan tidak boleh berada pada luka selama dibalut karena akan 22

mengganggu pertumbuhan jaringan. Prinsip balutan adalah menggantikan sementara fungsi kulit, harus mampu menjaga kelembaban, menghindarkan kontaminan. Yang dilakukan adalah dengan menggunakan kain kasa beberapa lapis dan lapisan teratas diberikan plastik yang sudah dilubangi. Tujuannya adalah untuk menciptakan balutan semi oclusive sehingga pertumbuhan jaringan optimal. Harman (2007), penggunaan balutan kassa merupakan standart dalam perawatan luka dan masih banyak digunakan secara luas dalam proses perawatan luka. Produk perawatan luka dengan balutan kassa banyak keuntungan yang didapat seperti lebih murah, mudah digunakan dan dapat dipakai pada area yang sulit dijangkau.Balutan kassa termasuk material pasif dengan fungsi utamanya sebagai pelindung, menjaga kehangatan dan menutupi penampilan luka yang tidak menyenangkan. Disamping itu balutan kasa juga dipakai untuk melindungi luka dari trauma, mempertahankan area luka, dan untuk mencegah kontaminasi bakteri. Pada teknik perawatan luka modern, luka dipertahankan dalam kondisi lembab (Miguel et. al, 2007). Pada kasus ini menggunakan topical terapi salep luka. Topical terapi jenis ini berbentuk salep dan powder yang bahan dasarnya mengandung zinc oxide. Bahan ini berfungsi untuk melindungi kulit disekitar luka dari maserasi. Penggunaannya bisa digabung dengan metronidazole powder pada luka yang mengeluarkan bau yang tidak sedap (Hartmann, 1999; Ovington, 2002). Kondisi ini didasarkan teori antara lain : 1) mempercepat terjadinya fibrinolisis fibrin yang terbentuk pada luka kronis, yang dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab; 2) mempercepat angiogenesis, karena keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang pembentukan pembuluh darah lebih cepat; 3) menurunkan resiko infeksi; 4) kejadian infeksi relative lebih rendah daripada perawatan tipe kering; 5) mempercepat pembentukan growth factor yang berperan untuk membentuk stratum corneum dan angiogenesis, yang produksinya akan lebih cepat pada suasana lembab; 6) mempercepat pembentukan sel aktif, karena invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi awal dalam suasana lembab.

23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Perawatan luka yang dilakukan dengan modern dressing mengunakan prinsip lembab menunjukkan hasil yaitu terdapatnya perubahan jaringan yang terjadi pada beberapa komponen pengkajian luka menurut Betes Jensen antara lain berkurangnya ukuran luka, kedalaman luka, prosentase granulasi, epitelisasi, berkurangnya jumlah jaringan nekrosis serta jumlah cairan yang muncul. Tahapan tindakan yang dilakukan yaitu mencuci luka, melakukan debridement, pemberian desinfektan, pemasangan dressing yang tepat yaitu salep luka dan menutup secara oklusif. B. Saran Penggunaan modern woundcare dalam perawatan luka diabetes dapat digunakan sebagai manajemen luka diabetes terpadu dengan memperhatikan prinsip perawatan luka terkini menggunakan evidence based nursing.

24

DAFTAR PUSTAKA Afiyati, A. 2014.Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Riset keperawatan. Rajawali Pers. Jakarta Agustina, H., (2009), Perawatan LukaModern. Jurnal Keperawatan Unpad, 2-3. Black, J.M., Hawks,J.H. 2009. Medical Surgical and clinical Management for positive outcome. Eight edition. Singapore: Saunders Elsevier. Brand, P.W., and Coleman, W.C., (1990), The Diabetic Foot In Diabetes Mellitus-Therapy and Practice. 4th edition, D. Elsevier Science Publishing Co. 1990 P. 792. Broussard, K. C., & Powers, J. G., (2013), Wound Dressings: Selecting the Most Appropriate Type. Vanderbilt Division of Dermatology, 451-456. Byrd, CA., Bornmann W., Erdjument BH., Tempst, P., Pavletich N., Nathan, CF., Ding A., (1999), Heat shock Protein 90 Mediates Macrophage Activation by taxol and bacterial lipopolysacharide. Prot Natl Acad Sci. 11;96(10):5645 Carville K. Wound care: manual. 5th ed. Osborne Park:Silver Chain Foundation; 2007.p. 20-9 Casey. G.Modern wound dressings.NursStand.2000;15(5):47-51. Clayton W, Elasy TA. A Review of the Pathophysiology, Classification, and Treatment of Foot Ulcers in Diabetic Patients. Clinical Daibetes.2009;27:2:52-8 Cresswell, J.W (2013). Qualitative enquiry and research design: choosing among five approaches. Thousand Oaks: sage Publicatuon Ltd. Fernandez R, Griffiths R., (2012) Water for wound cleansing, Cochrane Database of Systematic Reviews, Issue 2. Art. No.: CD003861. DOI: 10.1002/14651858. Fernandez, R,Griffiths R, 2004. Ussia C. The effectiveness of solutions, techniques and pressure in woundcleansing. JBI Reports ;2(7):231-70. Gitaraja, S., W., (2008), Seri Perawatan Luka Terpadu – Perawatan Diabetic foot ulcer, Bogor : WOCARE Publishing. Grace. P., A., Neil, R., B., (2006), Surgery at a Glance, Erlangga, Haimowitz, J.E., Margolis, D.M, (1997), Moist wound healing, In: Krasner D, Kane, D. chronic wound care, second edition. Wayne, PA: Health Management Publications, Inc Hartmann (1999), Compedium Wounds and Wound Management, First Hartmann Medical Edition

25

Hutchinson J. Phase of wound healings. [Online]. 1992 [Cited 2010 april 20]. Availabel from; URL http://www.clinimed.co.uk/wound-care/education/wound-essentials/phases-ofwound-healing.aspx Kartika, R.W.2015. Perwatan Luka Kronis dengan Modern Dressing. CDK-230/vol.42.No.7 Levin MEC (1993), Pathogenesis and Management of Diabetic Foot Lesions. In the Diabetic Foot. Eds : Levin ME, O’Neal MW. And Bowker JF. Figh ed.st. louis, Mosby year Book. Miguel, S.L., Bou, Torra i., Soriano, Verdu J., (2007), Economics of pressure-ulcer care: review of the literature on modern versus traditional dressings, Journal of wound care, vol 16 Naude.S.L. 2005. Diabetes Diagnosis and Management of Diabetic Foot Ulcer. Professsional Nursing Today. Vol.9.No.6 Ovington L.G., (2002), Hanging Wet-to-Dry Dressings Out to Dry, Journal Advances Skin and Wound Care, January/February 2002; 15 : 79-84 Perdanakusuma, D.S., (2007), The Role of Surgery in Debridement, Departemen/SMF Bedah Plastik, FK Universitas Airlangga/RSUD Dr Soetomo, Surabaya Price. 2005. Patofisiologi, Konsep Penyakit-penyakit.EGC.Jakarta Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Ropper R.2006. Principles of wound assessment and management. Practice Nurse;31:4 Sheehan, Peter. 2003. Percent Change in Wound Area of Diabetic Foot Ulcer Over a 4-week Period is a Robust Predictor of Complete Healing in a 12- week ProspectiveTrial, (online), (http://www.medscape.com/, diakses tanggal 17 Januari Semer,N.B. 2013. Panduan HELP Untuk Dasar-Dasar Perawatan luka. Global HELP Organization.UCLA. Theoret, CL.2004. Clinical technique sinequine practice. 3 rded. 2004.Chapter2 ,Update on wound repair;p.110-22. Walton, Robert L., (1990), Perawatan Luka dan Penderita Perlukaan Ganda, Alih bahasa : Sonny Samsudin, Cetakan I. Jakarta : EGC. Wayne, P.A,Flanagan.2006. Managing chronic wound pain in primary care. Practice Nursing; 2006;31:12. Yin, R.K. (2009). Case Study Research: Design and Mothods, 3rd edn. Thousand Oaks: Sage. 26

LAMPIRAN Lampiran 1. Penggunaan Anggaran No A

Item anggaran Honor 1 Ketua 2 Anggota B Peralatan Penunjang Sewa kamera C D E F

Set seperalatan luka Bahan Habis Pakai Dressing Modern Wound Care Perjalanan Publikasi Ilmiah Penjilidan dan Pelaporan JUMLAH

Frekuensi 1 kali 1 kali

Rp. Rp.

540.000,325.000,-

2 bulan

Rp.

100.000,-

2 bulan

Rp.

150.000,-

2 minggu x 3 pasien 2 bulan 1 artikel internasional 10 bendel

27

Jumlah

Rp. 1.435.000,Rp. 250.000,Rp. 1.000.000,Rp. 200.000,Rp. 4.000.000,-

Lampiran 2. Biodata Ketua dan Anggota Penelitian A. Ketua pengusul 1. Identitas Ketua 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Nama lengkap (dengan gelar) Jenis Kelamin Jabatan Fungsional NIP NIDN Tempat dan Tanggal lahir Email Nomor Telepon/ HP Alamat Kantor

Ns. Rohmayanti, M.Kep

Perempuan Asisten Ahli 058006016 0610098002 Purworejo, 10 September 1980 [email protected] 082226870730 Jl. Bambang Soegeng Mertoyudan, Magelang Nomor Telepon/ Faks (0293) 36208/(0293) 361004 Lulusan yang telah 150 Dihasilkan Mata Kuliah yang Diampu 1. Konsep Woundcare 2. Praktek Woundcare 3. KeperawatanDasar

28

1.

Riwayat Pendidikan

1 Nama Perguruan Tinggi 2 Bidang Ilmu 3 Tahun MasukLulus 4 Judul Skripsi/ Thesis/ Disertasi 5 Nama Pembimbing/ Promotor

3.

S1 : Universitas Padjadjaran

S2 Universitas Gadjah Mada

: Ilmu Keperawatan : 2002-2005

Keperawatan Maternitas 2012-2015

: Persepsi Remaja Usia 12-14 Tahun Tentang Pubertas di SDN Cikeruh : 1. YantiHermayan ti, S.Kp.,MN. 2. Wiwin, S.Kp

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja Menurut Perspektif Remaja di Kota Magelang 1. dr. IrwanTaufiqur Rachman, Sp.OG (K) 2. Wenny Artanty Nisman, S.Kep.,Ns, M.Kes

Pengalaman Penelitian dalam 5 tahun terakhir

No Tahun 1

2010

2

2011

3

2012

4

2014

Judul Penelitian

Pendanaan Sumber Jml ( Rp) Fakultas 3.000.000

Hambatan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di wilayah Kabupaten Magelang Pola Manajemen Luka di RS Wilayah Eks Universitas 3.000.000 Karesidenan Kedu (LP3M) Hubungan Antara Persepsi dan Sikap Pegawai Fakultas 3.000.000 Terhadap Kesiapan Menghadapi Menopause pada Pegawai Universitas Muhammadiyah Magelang (2012) biayai FIKES UMM Efektifitas perasan buah kepel (stelechocarpus burahol (Blume) Hook&Thomson) Sebagai Antiseptik Luka

Dikti

14.000.000

4. Pengalaman pengabdian kepada masyarakat dalam 5 tahun terakhir No Tahun 1

2010

2 2011 3 2012 4 2013

Kegiatan Pengabdian Penyuluhandanpemeriksaangigi di TK Mertoyudan Pelatihan P3K Kerjasama dengan Mercy Relief Singapura Implementasi Modern Wound Care di RS Harapan Magelang PelatihanManajemenLaktasi PKU 29

Pendanaan Sumber Jml ( Rp) Fakultas 1.500.000 Mercy Relief Singapura Universitas (LP3M) Fakultas

3.000.000 1.500.000

5. 2014 6. 2015

MuhammadiyahTemanggung Pelatihan Clinical Instructur di MuhammadiyahPurworejo PelatihanHipnosis 5 jari PuskesmasMertoyudan I Magelang

PKU di

Fakultas

2.000.000

Universitas (LP3M)

2.500.000

5. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir No 1

2

3

4 5 6

7

Judul Artikel Ilmiah

Nama Jurnal

Efektifitas perasan buah kepel (stelechocarpus burahol (Blume) Hook&Thomson) Sebagai Antiseptik Luka Kiat Pemberian ASI Ekslusif Pada Ibu Bekerja dimuat pada majalah ilmiah Fikes

Pharmaciana

The correlation between parent verbal abuse and children socialism capability at the age of 7 up to 8 in SD An Nuur Gading legok Sawangan Pola Manajemen Luka di RS Wilayah Eks Karesidenan Kedu Implementasi Modern Wound Care di RS Harapan Magelang Health service program by Adolescent in Magelang

Proceeding AICHHC di UMY

2013

JurnalKesehatan

2013

Proceeding Urecol 2nd2015 Proceeding International Joint Conference on Nursing Science 2015 International Journal of Research in Medical Sciences

2015

Health service program by Adolescent in Magelang

Holistik

Volume/ Nomor/ Tahun Vol. 4, No. 2, 2014, Hal 177183, ISSN: 2088-4559 No 01/I/Maret/2009.

2015

2015

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, Apabila dikemudian hari dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam penelitian ini. Magelang,

Desember 2016 Ketua

30

Ns. Rohmayanti, M.Kep NIDN.0610098002

B. Anggota pengabdian 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Nama lengkap (dengan gelar) Jenis Kelamin Jabatan Fungsional NIP NIDN Tempat dan Tanggal lahir Email Nomor Telepon/ HP Alamat Kantor

Ns. Estrin Handayani, MAN Perempuan 118706081 Jakarta, 09 Juli 1987 [email protected] 085645430886 Jl. Bambang Soegeng Mertoyudan, Magelang (0293) 36208/(0293) 361004

Nomor Telepon/ Faks Lulusan yang telah Dihasilkan Mata Kuliah yang Diampu 1. 2. 3. 4.

Keperawatan Dewasa 1 Ilmu Dasar Keperawatan 3 Etika Keperawatan Keperawatan Medikal Bedah 2

31

4.

1 2 3 4

5

5.

Riwayat Pendidikan S1 Nama : Universitas Perguruan Muhammadiyah Tinggi Yogyakarta Bidang Ilmu : Ilmu Keperawatan Tahun Masuk- : 2005-2009 Lulus Judul Skripsi/ : Gambaran Thesis/ pelayanan perawat Disertasi shift malam pada klien dalam pemenuhan KDM di bangsal AlInsan RSU PKU Muhammadiyah Bantul Nama : Ns. Novita Kurnia Pembimbing/ Sari, S.Kep Promotor

Manila,

Keperawatan Medikal Bedah 2013-2015 Effect of progressive muscle relaxation therapy in reducing anxiety level among chronically ill patient in selected hospital of Yogyakarta in Indonesia

Prof. Judith R. Guanlao, RN, Ed.D

Pengalaman Penelitian dalam 5 tahun terakhir

No Tahun 1

2013

2

2015

3

2016

6.

S2 Emilio Aguinaldo College, Philippines

Judul Penelitian

Pendanaan Sumber Jml ( Rp) Dikti 13.000.000 (PDP)

Optimalisasi peran suami terhadap pemberian ASI Eksklusif di Wilayah kerja Magelang Utara Effect of progressive muscle relaxation therapy Dikti in reducing anxiety level among chronically ill (Program patient in selected hospital of Yogyakarta in Beasiswa) Indonesia Aplikasi modern wound care dalam Universitas 3.000.000 (LP3M) manajemen luka diabetes (studi kasus)

Pengalaman pengabdian kepada masyarakat dalam 5 tahun terakhir

No Tahun 1

2011

2

2011

3

2012

Kegiatan Pengabdian Penyuluhan kesehatan Gigi dan Mulut di SD Negeri Blondo Refitalisasi posyandu lansia Pelatihan Clinical Instructur Muhammadiyah Purworejo 32

di

PKU

Pendanaan Sumber Jml ( Rp) Fakultas 1.500.000 Universitas (LP3M) Fakultas

3.000.000 2.000.000

4

2016

5

2016

Meningkatkan pemahaman tentang makanan sehat dalam upaya mencegah terjadinya gagal ginjal usia dini di murid sekolah dasar Pemeliharaan Kesehatan Anak Nutrisi Sehat (Makan dan Minum) untuk anak usia sekolah di SD Negeri Kemirirejo 3 Magelang

Mandiri

750.000

Mandiri

500.000

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, Apabila dikemudian hari dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam penelitian ini.

Magelang,

Desember 2016

Anggota

Ns. Estrin Handayani, MAN

33

C. Anggota Pengabdian 2: 1. Biodata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nama lengkap Jenis Kelamin Status Semester NIM Tempat dan Tanggal lahir Email Nomor HP Prodi/Fakultas Alamat institusi sekolah

11

Nomor Telepon/ Faks

2.

Tyas Asriani Perempuan Mahasiswa 3 (Tiga) 15.0601.088 Wonosobo, 10 Juli 1996 [email protected] 089627971404 D3 Keperawatan/ Ilmu Kesehatan Jl. Bambang Soegeng Mertoyudan, Magelang (0293) 36208/(0293) 361004

Riwayat Pendidikan No Jenjang 1 SD 2 SMP 3 SMA

Nama Institusi SDN Rancabentang 3 SMPN 1 Wadaslintang SMKN 7 Bandung

Tahun 2007 2010 2013

3. Pengalaman Penelitian dan Pengabdian - Belum ada Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, Apabila dikemudian hari dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam penelitian ini. Magelang,

Desember 2016

Anggota

Tyas Asriani NIM.15.0601.0088

34