HUBUNGAN SELF-EFFICACY MATEMATIKA DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PELAJARAN MATEMATIKA
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Psikologi
Disusun Oleh: Nursilawati 10607002282
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431H/2010 M
i
HUBUNGAN SELF-EFFICACY MATEMATIKA DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PELAJARAN MATEMATIKA
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Psikologi Oleh : NURSILAWATI NIM :106070002282 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Diana Mutiah, M.Si. NIP. 19670192 199603 2001
M. Avicenna, M.HSc.Psy. NIP. 19770906 200112 1004
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul ”HUBUNGAN SELF-EFFICACY MATEMATIKA DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PELAJARAN MATEMATIKA”, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25 November 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada fakultas Psikologi. Jakarta, 25 November 2010
Sidang Munaqasyah Dekan/ Ketua Merangkap Anggota,
Pembantu Dekan/ Sekretaris Merangkap Anggota,
Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522
Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP.19561223 198303 2001 Anggota
Drs. Rachmat Mulyono, M.Si., Psi NIP.19650220 199903 1003
Solicha, M.Si NIP. 19720415 199903 2001
Dra. Diana Mutiah, M.Si NIP. 19670192 199603 2001
M. Avicenna, M.HSc.Psy NIP. 19770906 200112 1004
iii
LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: NURSILAWATI
NIP
: 106070002282
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul "HUBUNGAN SELFEFFICACY MATEMATIKA DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PELAJARAN MATEMATIKA” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan karya tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam skripsi. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain. Demikian pernyataan ini diperbuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 25 November 2010 Yang Menyatakan,
Nursilawati NIM 106070002282
iv
MOTTO
Jadikanlah dirimu sebagai lautan, sehingga kamu dapat menghadapi segala macam permasalahan, karena lautan dapat menampung air dari segala penjuru......
Skripsi ini ku persembahkan : untuk kedua orang tuaku tersayang ibu & bapak......
v
ABSTRAK (A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (B) November 2010 (C) Nursilawati (D) Hubungan Self-Efficacy Matematika Dengan Kecemasan Menghadapi Pelajaran Matematika (E) xvi-81 halaman (belum termasuk lampiran) (F)
Perasaan tidak mampu siswa terhadap matematika diduga dapat menimbulkan kecemasan siswa ketika menghadapi pelajaran matematika. Hal tersebut dapat terlihat bahwa pelajaran matematika masih dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan, pelajaran yang sulit dan tidak menyenangkan sehingga dihindari, karena matematika penuh dengan rumus-rumus dan memerlukan konsentrasi yang penuh dalam mempelajarinya, sehingga akan berdampak pada rendahnya mutu peserta didik dalam penguasaan matematika. Siswa yang kurang yakin atas kemampuan dirinya dalam menghadapi pelajaran matematika akan merasa cemas ketika berhadapan dengan hal-hal yang berkaitan dengan matematika, sebaliknya siswa yang merasa yakin akan dapat menunjukkan atau melakukan langkah-langkah belajar yang tepat dalam mempelajari angka-angka atau menyelesaikan soal-soal matematika, sehingga siswa menjadi tidak cemas dan tampak menyukai pelajaran matematika. Keyakinan akan kemampuan diri ini terwakili oleh konsep self-efficacy. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan self-efficacy matematika dengan kecemasan menghadapi pelajaran matematika. Siswa yang mempunyai self-efficacy tinggi terhadap matematika, maka dapat mengurangi kecemasannya ketika menghadapi pelajaran matematika dan
vi
sebaliknya, siswa yang mempunyai self-efficacy rendah terhadap matematika, maka kecemasan yang dirasakan akan meningkat (tinggi). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Penelitian ini dilakukan pada siswa SMPN 4 Tangerang Selatan. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 680 siswa, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas 3 SMPN 4 Tangerang Selatan sebanyak 100 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling, dengan jenis purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang digunakan, apabila peneliti memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dengan tujuan tertentu pula. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah skala Likert, yaitu skala self-efficacy yang mengacu pada teori Bandura (1986) dan skala kecemasan yang mengacu pada teori Holmes (1991). Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik uji korelasi dari Pearson’s product moment dengan menggunakan program SPSS versi 16.0. Uji coba terhadap instrumen self-efficacy menghasilkan nilai ∞ (alpha) sebesar 0,933 dengan jumlah item sebanyak 49 item pernyataan, dan untuk instrumen kecemasan menghasilkan nilai ∞ (alpha ) sebesar 0,923 dengan jumlah item sebanyak 38 item pernyataan. Seluruh item yang valid akan digunakan sebagai alat ukur penelitian Hasil penghitungan uji korelasi dengan menggunakan teknik Perason’s product moment, menghasilkan nilai r hitung sebesar -0,602 yang berarti bahwa tanda negatif (-) didepan angka tersebut menentukan arah hubungan yang bersifat negatif. Sementara nilai r tabel dengan n 100 pada taraf signifikansi sebesar 1% adalah sebesar 0,256. Dengan demikian, nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel yaitu -0,602 > 0,256, maka hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara self-efficacy matematika dengan kecemasan menghadapi pelajaran pelajaran matematika dengan demikian ditolak, sehingga hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa, ada hubungan yang signifikan antara self-efficacy matematika dengan kecemasan menghadapi pelajaran pelajaran matematika dengan demikian diterima. Arah hubungan yang didapat bersifat negatif yang bermakna bahwa semakin tinggi self-efficacy seseorang terhadap matematika, maka kecemasan yang dialami seseorang akan menurun dan sebaliknya, semakin rendah self-efficacy seseorang terhadap matematika, maka kecemasan yang dialami akan semakin meningkat (tinggi). Disarankan untuk peneliti yang akan melakukan penelitian yang sama, sebaiknya melakukan penelitian pada beberapa responden dengan klasifikasi lebih beragam, tidak saja pada siswa SMP tetapi juga pada siswa SD, SMA dan sederajat, sehingga gambaran yang dihasilkan mengenai kecemasan menghadapi pelajaran matematika pada siswa dapat diperoleh lebih lengkap.
vii
(G) Daftar Bacaan: 21 buku (tahun 1977-2010) dan 10 jurnal
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmannirrohiim, Assalammu’alaikum Wr. Wb. Tiada kata yang paling indah selain mengucapkan alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat, berkah, dan rahmat serta hidayah-Nya yang senantiasa selalu diberikan kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”HUBUNGAN SELFEFFICACY MATEMATIKA DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PELAJARAN MATEMATIKA”. Dalam penyusunan skripsi ini, semua yang peneliti lakukan tidak lepas dari do’a dan dukungan banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik secara moril maupun materil. Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan beberapa pihak. Alhamdulillah dengan keikhlasan dan bantuan dari berbagai pihak, sudah seharusnya peneliti menghaturkan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Jahja Umar, Ph.D selaku Dekan Fakultas Psikologi, serta Ibu Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si selaku dosen pembimbing akademik. 2. Ibu Dra. Diana Mutiah, M.Si dan Bapak Mochammad Avicenna, M.HSc.Psy selaku dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan waktu dan ilmunya kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini. 3. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang tak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah memberikan arahan dan motivasinya kepada peneliti, staff administrasi dan Tata Usaha.
viii
4. Kedua orang tuaku tercinta (ibu dan bapak) yang telah memberikan semangat dan doa yang sangat luar biasa kepada peneliti agar menjadi orang yang berguna kelak. Terima kasih ibu, terima kasih bapak. 5. Kakaku tersayang (Ela) dan kakak iparku (Mifteh) yang telah memberikan semangat yang sangat berarti kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Keponakanku yang lucu (Aurel), terima kasih karena selalu menemani tante mengetik dimalam hari. Tante sayang Aurel. 7. Bijar Hariyadi, terima kasih atas do’a, cinta, kasih, sayang, dan semangatnya yang telah diberikan kepada peneliti agar dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 8. Sahabat-sahabat terbaikku (Aida, Ika, Lulu, Nur’aini, dan Dinda), terima kasih atas semangat dan saran-saran kalian yang begitu berarti kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman-teman angkatan 2006 khususnya kelas C yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, terima kasih atas kebersamaannya dan pembelajarannya selama ini. Khususnya untuk sahabat-sahabatku (Adel, Ega, Isni, Iretta, Malini, Mita, Mut, Nadiah & Nining) terima kasih karena kalian sudah mau menjadi sahabatku selama 4 tahun ini, semoga persahabatan kita sampai kakek nenek. 10. Siswa-siswi SMPN 3 Tangerang Selatan dan SMPN 4 Tangerang Selatan yang telah membantu peneliti dalam mengisi angket penelitian, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, besar harapan peneliti semoga skripsi ini dapat memberi manfaat, khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pihak-pihak yang terkait. Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
ix
Ciputat, November 2010
Peneliti DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
........................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG
i
....................................................
ii
................................................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................
iv
MOTTO
....................................................................................................
v
ABSTRAK
.................................................................................................... vi
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
............................................................................ viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... DAFTAR TABEL
x
........................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR
............................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN
............................................................................ xvi
BAB I :
BAB II :
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah .....................................................
1
1.2. Pembatasan Masalah
.....................................................
9
1.3. Perumusan Masalah
.....................................................
9
1.4. Tujuan Penelitian .................................................................
9
1.5. Manfaat Penelitian
..................................................... 10
1.6. Sistematika Penulisan
..................................................... 11
KAJIAN TEORI 2.1. Kecemasan
................................................................. 12
x
2.1.1. Pengertian kecemasan ......................................... 12 2.1.2. Penyebab kecemasan ......................................... 14 2.1.3. Komponen kecemasan ......................................... 15 2.1.4. Gejala-gejala kecemasan
............................. 16
2.1.5. Macam-macam kecemasan
............................. 18
2.2. Matematika
................................................................. 21
2.2.1. Pengertian matematika ......................................... 21 2.3. Kecemasan Matematika ..................................................... 23 2.3.1. Pengertian kecemasan matematika
................. 23
2.3.4. Faktor yang mempengaruhi kecemasan Matematika 2.4. Self-Efficacy
..................................................... 24
................................................................. 24
2.4.1. Pengertian self-efficacy ......................................... 24 2.4.2 Fungsi self-efficacy
......................................... 26
2.4.3. Faktor yang mempengaruhi self-efficacy 2.4.4. Dimensi self-efficacy
......................................... 33
2.4.5. Self-efficacy terhadap matematika
BAB 3 :
..... 29
................. 35
2.5. Kerangka Berpikir
..................................................... 37
2.6. Hipotesis Penelitian
..................................................... 39
METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ......................................... 40 3.2. Variabel Penelitian
..................................................... 41
3.2.1. Identifikasi variabel
......................................... 41
3.2.2. Definisi konseptual & operasional variabel
..... 41
3.2.2.1. Definisi konseptual variabel ................. 41 3.2.2.2. Definsi operasional variabel ................. 41 3.3 Teknik Pengambilan Sampel
......................................... 44
3.3.1. Populasi dan sampel penelitian ............................. 44 3.3.2. Metode pengambilan sampel ............................. 44 3.4. Teknik Pengumpulan Data
xi
......................................... 45
3.4.1. Metode dan instrumen penelitian 3.5. Uji Instrumen
................. 45
................................................................. 51
3.5.1 Uji validitas
..................................................... 52
3.5.1.1. Validitas self-efficacy matematika
..... 53
3.5.1.2. Validitas kecemasan menghadapi pelajaran Matematika ......................................... 54 3.5.2 Uji reliabilitas
BAB 4 :
..................................................... 55
3.6. Prosedur penelitian
..................................................... 56
3.7. Teknik Analisis Data
..................................................... 58
HASIL PENELITIAN
..................................................... 59
4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian
............................. 59
4.1.1. Subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin ..... 59 4.1.2. Subjek penelitian berdasarkan usia 4.2 Presentasi Data
................. 60
................................................................. 60
4.2.1. Statistik deskriptif
......................................... 60
4.2.2. Kategorisasi skor subjek penelitian
................. 61
4.3 Hasil Penelitian ................................................................. 63 4.3.1. Uji hipotesis
..................................................... 63
4.3.2. Uji regresi
..................................................... 64
4.3.3. Analisis tambahan
BAB 5 :
PENUTUP
......................................... 71
............................................................................. 73
5.1 Kesimpulan
................................................................. 73
5.2. Diskusi
............................................................................. 74
5.3. Saran
............................................................................. 77
5.3.1 Saran teoritis
..................................................... 77
5.3.2. Saran praktis
..................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
............................................................................. 79
xii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Format skoring skala self-efficacy matematika
............................. 46
Tabel 3.2 Format skoring skala kecemasan menghadapi pelajaran matematika
............................................................................. 46
Tabel 3.3 Blue print try out skala self-efficacy matematika ............................. 48 Tabel 3.4 Blue print try out skala kecemasan menghadapi pelajaran matematika
............................................................................. 49
Tabel 3.5 Blue print field study skala self-efficacy matematika
................. 50
Tabel 3.6 Blue print field study skala kecemasan menghadapi pelajaran matematika
............................................................................. 51
Tabel 3.7 Hasil try out skala self-efficacy matematika
............................. 53
Tabel 3.8 Hasil try out skala kecemasan menghadapi pelajaran matematika
............................................................................. 54
Tabel 3.9 Hasil uji reliabilitas try out skala self-efficacy matematika
..... 56
Tabel 3.10 Hasil uji reliabilitas try out skala kecemasan menghadapi pelajaran matematika
................................................................. 56
Tabel 4.1 Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin ................. 59 Tabel 4.2 Gambaran subjek penelitian berdasarkan uisa
............................. 60
Tabel 4.3 Statistik deskriptif skor self-efficacy dan kecemasan Tabel 4.4 Norma skor penelitian self-efficacy
................. 60
......................................... 61
Tabel 4.5 Komposisi subjek berdasarkan pengkategorian skor self-efficacy ............................................................................. 61 Tabel 4.6 Norma skor skala kecemasan
xiii
..................................................... 62
Tabel 4.7 Komposisi subjek berdasarkan pengkategorian skor kecemasan ..... 62 Tabel 4.8 Hasil uji hipotesis variabel self-efficacy dan kecemasan ................. 63 Tabel 4.9 Hasil uji regresi variabel self-efficacy dan kecemasan
................. 64
Tabel 4.10 Anova antara variabel self-efficacy dan kecemasan
................. 65
Tabel 4.11 korelasi aspek-aspek self-efficacy (level, strength & generality) dengan kecemasan ......................................................................................... 66 Tabel 4.12 Proporsi varian oleh masing-masing aspek self-efficacy pada kecemasan menghadapi pelajaran matematika
............................. 67
Tabel 4.13 Hasil analisis regresi aspek-aspek self efficacy (level, strength & generality) dengan kecemasan
..................................................... 69
Tabel 4.14 Kontribusi aspek-aspek self-efficacy (level, strength & generality) dengan kecemasan
................................................................. 71
Tabel 4.15 Skor mean self-efficacy matematika
......................................... 72
Tabel 4.16 Skor mean kecemasan menghadapi pelajaran matematika
xiv
..... 72
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Bagan kerangka berpikir
..................................................... 39
xv
DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat permohonan izin penelitian try out 2. Surat permohonan izin penelitian 3. Angket penelitian try out 4. Angket penelitian field study 5. Skor mentah skala self-efficacy subjek penelitian try out 6. Skor mentah skala kecemasan subjek penelitian try out 7. Skor mentah skala self-efficacy subjek penelitian field study 8. Skor mentah skala kecemasan subjek penelitian field study 9. Reliabilitas dan validitas skor skala self-efficacy try out 10. Reliabilitas dan validitas skor skala kecemasan try out 11. Hasil uji korelasi variabel self-efficacy dengan variabel kecemasan 12. Hasil uji regresi variabel self-efficacy dengan variabel kecemasan 13. Hasil uji korelasi aspek-aspek self-efficacy (level, strength & generality) dengan kecemasan 14. Hasil uji regresi aspek-aspek self-efficacy (level, strength & generality) dengan kecemasan 15. Hasil uji t skala self-efficacy subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin 16. Hasil uji t skala kecemasan subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin
xvi
xvii
1
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah penelitian, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan penelitian.
1.1.
Latar Belakang Masalah
Dalam proses pembelajaran di sekolah, matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan secara luas pada berbagai jenjang pendidikan di sekolah. Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan-hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian persoalan mengenai bilangan. Penguasaan matematika bagi peserta didik sangat penting, baik untuk menunjang keberhasilan pembangunan dibidang pendidikan maupun untuk menunjang keberhasilan pengembangan dan pemanfaatan teknologi. Pentingnya peranan penguasaan matematika dalam menunjang keberhasilan pembangunan bidang pendidikan, karena penguasaan matematika bagi peserta didik akan menjadi sarana yang penting untuk mempelajari mata pelajaran lainnya. Selain matematika juga merupakan pelajaran yang selalu ada dan akan sering dipergunakan di beberapa mata pelajaran lainnya, baik pada jenjang yang sama maupun pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tampaknya upaya penguasaan matematika belum diiringi dengan sikap siswa terhadap pelajaran matematika. Terlihat bahwa pelajaran matematika masih dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan, pelajaran yang sulit dan tidak
2
menyenangkan sehingga dihindari, karena matematika penuh dengan rumusrumus dan memerlukan konsentrasi yang penuh dalam mempelajarinya. Dengan kata lain, self-efficacy siswa terhadap matematika mempengaruhi kecemasan siswa ketika menghadapi pelajaran tersebut. Hasil wawancara yang peneliti lakukan pada hari Senin tanggal 19 April 2010 dengan dua orang siswa SMPN 4 Tangerang Selatan yang bernama Maulana dan Rizki menyatakan bahwa mereka tidak suka dengan pelajaran matematika karena menggunakan banyak rumus dan sulit, sehingga membuat mereka malas untuk mengikuti pelajaran tersebut, sehingga hal tersebut menimbulkan kecemasan pada siswa serta self-efficacy siswa terhadap pelajaran tersebut menjadi rendah. Menurut
Atkinson
(1999),
kecemasan
adalah
emosi
yang
tidak
menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang dialami seseorang dalam tingkat yang berbedabeda. Sedangkan kecemasan matematika menurut Dreger & Aiken (dalam Kusumawati, 2005), yaitu gejala atau reaksi emosional terhadap aritmatika dan matematika. Siswa yang mengalami kecemasan matematika menunjukkan sikap tidak mau belajar, merasa rendah diri, merasa tidak ada artinya belajar matematika, kebingungan, gugup, gelisah, khawatir, serta mengalami gangguan fisiologis. Kecemasan matematika muncul dari rasa takut siswa terhadap tugas-tugas yang berkaitan dengan rumus matematika, ujian atau pada saat pelajaran matematika karena akan merasa gagal, tidak mampu mengikuti pelajaran
3
matematika, dan ketakutan akan mendapat nilai yang jelek (dalam Yoenanto, 2001). Penelitian lain mengenai kecemasan matematika yang dilakukan oleh Yoenanto (2001), menunjukkan bahwa : (1) faktor-faktor yang memberi kontribusi besar terhadap kecemasan siswa pada matematika adalah: materi pelajaran yang dianggap sulit (53%), fasilitas yang kurang memadai (26%), cara mengajar guru yang sulit dipahami (23%), dan karakter guru yang galak (6%). (2) semakin rendah tingkat kecemasan siswa pada matematika, akan semakin tinggi prestasi belajarnya atau semakin tinggi kecemasan siswa pada matematika akan semakin rendah prestasi belajarnya, (3) semakin tinggi tingkat kelas, akan semakin tinggi tingkat kecemasan siswa pada pelajaran matematika. Penelitian tentang kecemasan siswa dalam pelajaran matematika telah dilakukan oleh KT. Hill dan Sarason yang dikutip oleh Wigfield (dalam Yoenanto, 2001) dengan melakukan studi longitudinal yang intensif pada sampel berjumlah 700 orang sebagian besar kulit putih di Sekolah Dasar (SD) pada siswa kelas kategori sedang dan rendah. Penelitian itu menghasilkan kesimpulan bahwa, ada korelasi yang negatif antara total skor kecemasan dengan prestasi belajarnya, dimana kelas 1 dan kelas 2 sebesar rxy = -0,2, kelas 3 dan kelas 4 sebesar rxy = -0,25, kelas 5 dan kelas 6 sebesar rxy = -0,44. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yoenanto (2001), bahwa adanya hubungan antara kecemasan siswa pada pelajaran matematika dengan prestasi belajar matematika, yaitu semakin rendah tingkat kecemasan siswa pada pelajaran matematika akan semakin tinggi prestasi belajarnya.
4
Siswa
yang
mengalami
kecemasan
terhadap
matematika
seringkali
menampakkan berbagai macam tanggapan emosional dan sikap-sikap negatif, misalnya naiknya detak jantung dan kepala pusing (dalam Purnomo, 1999). Lebih lanjut Sujono (dalam Purnomo, 1999) menyatakan bahwa kecemasan terhadap matematika disebabkan oleh dua faktor, yaitu: 1. Faktor guru, dan 2. Faktor orang tua. Kecemasan yang terjadi pada individu khususnya pada siswa dapat terjadi melalui suatu proses yang dimulai dengan adanya suatu rangsangan eksternal maupun internal sampai menjadi suatu keadaan yang dianggap sebagai ancaman atau hal yang membahayakan. Individu yang mengalami kecemasan, sering kali tidak mau mengakui bahwa dirinya cemas. Menurut Holmes (1991) dalam kecemasan terdapat empat komponen, yaitu: 1. Mood (psikologis), 2. Kognitif (dalam pikiran), 3. Somatik (dalam reaksi fisik atau biologis), 4. Motorik (gerak tubuh). Penelitian lain mengenai kecemasan terhadap matematika yang dilakukan oleh Kusumawati (2005) menunjukkan bahwa, sikap siswa terhadap unsur yang berhubungan dengan kegiatan belajar akan mempengaruhi perilaku dalam mengikuti kegiatan belajar, seperti halnya juga sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dapat mempengaruhi perilaku dalam mengikuti aktivitas belajarnya.
5
Dengan adanya unsur penilaian dalam sikap, maka yang terbentuk pun berkisar antara sikap positif atau yang negatif terhadap pelajaran matematika. Siswa yang mengalami kecemasan biasanya merasa terpaksa untuk mempelajari matematika. Hal ini dapat dilihat dari jawaban atas pertanyaan apakah siswa tersebut mampu menjawab atau melakukan langkah-langkah belajar yang tepat dalam mempelajari angka-angka atau menyelesaikan soal matematika. Dengan kata lain, siswa yang merasa bisa dan mempunyai keyakinan tentang apa yang harus dilakukan dalam pelajaran matematika akan menjadi tidak cemas. Lebih lanjut, siswa yang mempunyai tujuan secara jelas dari apa yang dilakukannya itu, akan tampak menyukai pelajaran matematika. Oleh karena itu, sangat penting dan menarik untuk memahami kompetensi diri siswa dimana dalam istilah psikologi dikenal dengan nama “self-efficacy” khususnya pada mata pelajaran matematika. Bandura sebagai penggagas konsep ini mendefinisikan self-efficacy sebagai penilaian seseorang tentang kemampuannya untuk menyusun tindakan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas-tugas khusus yang dihadapi (Bandura, 1986). Peningkatan self-efficacy senantiasa dikaitkan dengan peningkatan sikap positif
yang lain. Misalnya, siswa mengekspresikan lebih tertarik dengan
pelajaran matematika dan bertahan pada soal-soal yang sukar. Peran self-efficacy dalam kecemasan menurut teori sosial kognitif, yaitu orang-orang yang memiliki persepsi self-efficacy yang rendah dengan hubungannya dalam mengatasi ancaman yang mengakibatkan timbulnya kecemasan yang tinggi pada seseorang (Pervin & John, 2005).
6
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa, keyakinan akan kemampuan dalam menghadapi pelajaran matematika yang dimiliki oleh siswa mempengaruhi kecemasannya. Dari penelitian yang telah dilakukan Betz and Hacket, dan Hackett yang dikutip oleh Meece (1990) yang meneliti akibat self-efficacy matematika pada kecemasan menunjukkan bahwa, self-efficacy mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kecemasan yang dialami oleh siswa daripada hasil prestasi matematika. Sedangkan menurut Dale Schunk (dalam Santrock, 2001), menyatakan
bahwa
self-efficacy
mempengaruhi
siswa
dalam
memilih
kegiatannya. Siswa dengan self-efficacy yang rendah mungkin menghindari pelajaran yang banyak tugasnya, khususnya untuk tugas-tugas yang menantang, sedangkan siswa dengan self-efficacy yang tinggi mempunyai keinginan yang besar untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Dengan kata lain, siswa yang memiliki self-efficacy yang rendah pada keterampilan yang mereka miliki tidak suka melibatkan diri dalam tugas yang mana keterampilan itu dipersyaratkan. Selain itu, mereka akan kurang terdesak usahanya dan keingintahuannya dalam menghadapi kesukaran. Seseorang yang mempunyai self-efficacy yang rendah cenderung merasa helpless (perasaan tidak berdaya). Pada saat mereka mengalami hambatan, mereka akan dengan cepat menyerah. Seseorang yang memiliki self-efficacy yang rendah tidak akan melakukan upaya apapun untuk mengatasi hambatan yang ada, karena mereka percaya bahwa tindakan yang mereka lakukan tidak akan membawa pengaruh apapun.
7
Di sisi lain, seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi, percaya bahwa mereka dapat menanggulangi kejadian dan situasi yang dialaminya secara efektif. Seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi dapat menurunkan rasa takut akan kegagalan dan meningkatkan kemampuan kognitif seseorang, sehingga semakin tinggi self-efficacy yang dipersepsikan seseorang, maka akan semakin besar usaha yang akan dikeluarkan dalam menghadapi tantangan yang ada. Sebaliknya, semakin individu meragukan kemampuannya, maka akan mengurangi usaha atau menyerah sama sekali. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Betz dan Hackett menjelaskan bahwa, self-efficacy merupakan hasil dari proses kognitif yang berbentuk keyakinan atau pengharapan tentang sejauhmana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu (dalam Litfiah, 1997). Selain itu, hal ini juga di dukung dengan salah satu penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Warsito (2004), menjelaskan adanya fenomena pada mahasiswa FIP UNESA dalam memenuhi ketentuan-ketentuan akademiknya maupun pencapaian prestasi akademiknya, merasa kurang yakin dengan kemampuannya yang ditunjukkan dengan kurangnya usaha keras dari mahasiswa dan cepat menyerah dari masalah-masalah yang ada dan sebagainya, dengan kata lain ciri-ciri ini menunjukkan mahasiswa memiliki self-efficacynya rendah. Hal tersebut didapat dari hasil penelitian yang dilakukannya pada mahasiswa tersebut yaitu bahwa ada 19 mahasiswa (31,67%) kurang berusaha menyelesaikan tugasnya tepat waktu dengan berbagi alasan, dan 11 mahasiswa (18,33%) mudah menyerah dengan keadaan seperti bila menghadapi banyak masalah, tugas yang
8
banyak, merasa kurang yakin dapat menyelesaikan sesuatu serta 30 mahasiswa (50%) mahasiswa merasa kurang yakin akan kemampuannya untuk dapat memenuhi ketentuan-ketentuan akademik. Menurut Bandura (1993) individu yang memiliki self-efficacy rendah akan menghindari semua tugas dan menyerah dengan mudah ketika masalah muncul. Mereka menganggap kegagalan sebagai kurangnya kemampuan yang ada. Mahasiswa yang memiliki kemauan untuk memenuhi tuntutan akademiknya, tentunya akan selalu berusaha seoptimal mungkin serta harus memiliki keyakinan akan kemampuannya guna mencapai tujuannya hingga berhasil (dalam Warsito, 2004). Berdasarkan uraian sebelumnya dapat dilihat bahwa, kecemasan yang dialami siswa ketika menghadapi pelajaran matematika dapat timbul bukan hanya disebabkan oleh beban yang dirasa bisa mengancam, tetapi juga dikarenakan bagaimana persepsi siswa terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan tugas atau soal matematika tersebut yang merupakan self-efficacy. Peneliti merasa tertarik untuk melihat lebih mendalam apakah ada hubungan antara self-efficacy matematika dengan kecemasan menghadapi pelajaran matematika.
9
1.2. Pembatasan Masalah 1. Kecemasan matematika yaitu gejala atau reaksi emosional terhadap aritmatika dan matematika (dalam Kusumawati, 2005). 2. Self-efficacy adalah penilaian seseorang tentang kemampuannya untuk menyusun tindakan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas-tugas khusus yang dihadapi (Bandura, 1986). 3. Siswa adalah orang yang belajar atau menuntut ilmu di sekolah, sedangkan penelitian khususnya dilakukan pada siswa kelas 3 SMP.
1.3. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: ”Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara self-efficacy matematika dengan kecemasan menghadapi pelajaran matematika?”.
1.4. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan self-efficacy matematika dengan kecemasan menghadapi pelajaran matematika.
10
1.5. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa khasanah pengetahuan kepada bidang psikologi khususnya dibidang psikologi pendidikan, dan hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan pembanding untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang relevan. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan oleh para pengelola lembaga pendidikan (kepala sekolah dan guru), dan orang tua untuk memberikan cara bagaimana agar siswa dapat memiliki selfefficacy
yang
tinggi
terhadap
matematika,serta
membantu
menanggulangi permasalahan kecemasan siswa di kelas terhadap matematika, sehingga siswa merasa termotivasi untuk mengikuti pelajaran matematika dan menyukai pelajaran tersebut.
11
1.6. Sistematika Penulisan Pada penulisan ini peneliti menggunakan kaidah American Psychological Association (APA) style, dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah penelitian, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab 2 KAJIAN TEORI Pada bagian ini berisi tentang teori-teori diantaranya teori mengenai matematika, kecemasan, kecemasan terhadap matematika, self-efficacy, dan self-efficacy terhadap matematika. Bab 3 METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang metodologi penelitian, definisi konseptual dan opeasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, uji instrumen, prosedur penelitian, dan teknik analisis data Bab 4 HASIL PENELITIAN Bab ini berisi tentang gambaran umum subjek penelitian, deskripsi hasil penelitian, kategorisasi skor subjek penelitian, hasil uji hipotesis, hasil uji regresi, dan analisis tambahan. Bab 5 PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan, diskusi, dan saran.
12
BAB 2 KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai kajian teori yaitu teori mengenai matematika, teori kecemasan, teori mengenai kecemasan matematika, teori self- efficacy, dan teori mengenai self-efficacy terhadap matematika.
2.1. Kecemasan 2.1.1. Pengertian kecemasan Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai kecemasan, ada baiknya kita mengetahui lebih dahulu pengertian dari kecemasan. Nietzal berpendapat bahwa kecemasan berasal dari bahasa Latin yaitu (anxius) dan dari bahasa Jerman yaitu (anst), yaitu suatu kata yang digunakan untuk menggambarkan efek negatif dan rangsangan fisiologis (dalam Ghufron, 2010). Menurut Atkinson, (1999) kecemasan adalah keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan rasa takut yang mengancam yang ditandai dengan perasaan khawatir, ketidakenakan, dan perasaan tidak menyenangkan yang tidak mampu untuk dihindari seseorang. Selain itu, Nevid (2003) menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Menurut Holmes (1991), kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang ditandai dengan timbulnya kekhawatiran, ketegangan, dan gejala fisiologis lainnya. Sedangkan, menurut Davidoff (1991) kecemasan adalah emosi yang ditandai oleh perasaan akan bahaya yang diantisipasikan, termasuk juga
13
ketegangan dan stress yang menghadang, dan oleh bangkitnya sistem saraf simpatetik. Ditambahkan pula oleh Chaplin (2006), bahwa kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Sedangkan, menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb, kecemasan adalah respons terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup ( dalam Fausiah, 2005). Setiap individu tentunya pernah mengalami kecemasan dalam hidupnya, namun kecemasan yang dirasakan itu dapat berbeda-beda tingkatannya, antara individu yang satu dengan yang lain dapat memberikan reaksi yang berbeda terhadap sesuatu yang dianggap sebagai sumber ancaman yang sama. Perbedaan reaksi memunculkan kecemasan yang dikategorikan oleh May (dalam Feist & Feist, 2002) kedalam 2 bentuk yaitu: normal anxiety dan neurotic anxiety. 1. Normal Anxiety Adalah suatu rekasi yang sebanding dengan ancaman yang dirasakan, tidak melibatkan represi, dan dapat dihilangkan jika situasi objektif tersebut diubah. 2. Neurotic Anxiety Adalah reaksi yang timbul tidak sebanding dengan ancaman yang dirasakan, selalu melibatkan represi, dan sebagai bentuk lain dari konflikkonflik intra-psikis, serta dapat dikendalikan melalui berbagai macam “blocking-off” dari aktivitas dan kesadaran.
14
Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa, kecemasan merupakan suatu kondisi yang tidak menyenangkan meliputi rasa takut, rasa tegang, rasa tidak suka, dan timbul karena adanya perasaan tidak aman terhadap bahaya yang diduga akan terjadi. Selain itu, kecemasan merupakan keadaan tegang yang umum dan timbul ketika terjadinya pertentangan antara dorongandorongan, serta usaha individu untuk menyesuaikan diri.
2.1.2. Penyebab kecemasan Menurut Beck, Emery, dan Greenberg (dalam Wolman, 1994) terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang rentan dan cenderung mengalami kecemasan serta gangguan kecemasan. Faktor-faktor itu antara lain : 1. Genetik Faktor hereditas dapat menimbulkan pengaruh terhadap kecemasan dalam hal mudah atau tidaknya sistem saraf otonom seseorang untuk menerima rangsangan (Barlow dalam Wolman, 1994). 2. Trauma Mental Trauma mental dapat mengakibatkan individu menjadi lebih mudah cemas jika dihadapkan pada situasi yang sama dengan pengalaman yang menimbulkan trauma. 3. Pikiran irrasional, asumsi, dan kesalahan proses kognitif Individu yang mengalami kelainan kecemasan, sering menganggap bahwa keyakinan yang tidak realistis tentang suatu ancaman atau bahaya ditimbulkan
15
oleh situasi maupun kondisi tertentu yang serupa dengan situasi tersebut dimana skema itu dipelajari.
2.1.3. Komponen Kecemasan Menurut Holmes (1991), dalam bukunya “Abnormal Psychology” membagi kecemasan dalam 4 komponen yang mengidentifikasikan adanya kecemasan, yaitu: mood (psikologis), kognitif, somatik, dan motorik. Adapun penjelasan dari keempat komponen kecemasan tersebut, adalah: 1. Komponen Mood (psikologis) Holmes mengatakan bahwa, gejala mood (psikologis) yang terjadi berupa khawatir, ketegangan, panik, dan ketakutan. Mood (psikologis) seseorang yang merasa cemas dapat berupa was-was, khawatir, gelisah, takut, tegang, gugup, dan rasa tidak aman. Individu tidak dapat merasa tenang dan mudah tersinggung, sehingga memungkinkannya untuk terkena depresi. 2. Komponen Kognitif Secara
kognitif,
seseorang
yang
merasa
cemas
akan
terus
mengkhawatirkan segala macam masalah yang mungkin terjadi, sehingga ia akan sulit untuk berkonsentrasi atau mengambil keputusan, bingung dan menjadi sulit untuk mengingat kembali. 3. Komponen Somatik Secara somatik (dalam reaksi fisik atau biologis), gangguan kecemasan dibagi kedalam dua bagian, yaitu pertama adalah gejala langsung yang
16
terdiri dengan mudah berkeringat, sesak nafas, jantung berdetak cepat, tekanan darah meningkat, pusing, otot yang tegang. Kedua, kalau kecemasan dirasakan secara berlarut-larut, maka hal tersebut secara berkesinambungan akan meningkatkan tekanan darah, sakit kepala, ketegangan otot, dan sering merasa mual. 4. Komponen Motorik Secara motorik (gerak tubuh) kecemasan dapat terlihat dari gangguan tubuh pada seseorang, seperti tangan yang selalu gemetar, suara yang terbata-bata, dan sikap yang terburu-buru.
2.1.4. Gejala-gejala kecemasan Beberapa ciri-ciri gejala kecemasan menurut Nevid (2003), membaginya menjadi tiga ciri, yaitu: 1. Ciri-ciri fisik dari kecemasan, diantaranya adalah: - Kegelisahan dan kegugupan - Tangan atau tubuh yang bergetar atau gemetar - Banyak berkeringat - Mulut atau kerongkongan terasa kering - Sulit berbicara - Sulit bernafas - Jantung berdetak kencang - Sering buang air kecil - Merasa sensitif atau mudah marah.
17
2. Ciri-ciri behavioral dari kecemasan, diantaranya adalah: - Perilaku menghindar - Perilaku melekat dan dependen - Perilaku terguncang. 3. Ciri-ciri kognitif dari kecemasan, diantaranya adalah: - Khawatir tentang sesuatu - Keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tanpa ada penjelasan yang jelas - Sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran - Ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah - Kebingungan atau pikiran terasa bercampur aduk. Sedangkan gejala-gejala kecemasan menurut Fahmi (1977), membaginya menjadi dua, yaitu: 1. Gejala jasmaniah (fisiologis) yaitu, ujung-ujung anggota dingin (kaki dan tangan), keringat berpercikan, gangguan pencernaan, jantung berdetak cepat, tidur terganggu, kepala pusing, hilang nafsu makan, dan pernapasan terganggu. 2. Gejala kejiwaan, antara lain: merasa sangat takut, merasa akan terjadi bahaya atau penyakit, tidak mampu memusatkan perhatian, selalu merasa akan terjadi bencana, hilangnya rasa percaya, dan ketenangan.
18
2.1.5. Macam-macam kecemasan Menurut Binder dan Kielholtz (dalam Warsiki, 1983), membagi kecemasan menurut sumber sebabnya menjadi 5, yaitu: 1. Kecemasan obyektif : ketakutan akan bahaya sesungguhnya dari lingkungan atau dunia luar. 2. Kecemasan hati nurani : kecemasan yang timbul apabila individu mengerjakan perbuatan yang berlawanan dengan moralitas. Kecemasan ini terjadi bila super ego sudah berkembang. 3. Kecemasan neurotik : kecemasan yang berasal dari tubuh karena takut hukuman akibat telah dilakukan pemuasan instinktual. Kecemasan ini tersembunyi dalam gangguan lain seperti pada fobia, reaksi konversi, dan pada gangguan psikofisiologi. 4. Kecemasan psikotik : kecemasan ini bukanlah merupakan gejala kecemasan pada umumnya melainkan sebagai gejala dari psikosisnya. 5. Kecemasan sosial : kecemasan yang timbul apabila individu takut pendapat umum atau pendapat lingkungannya mencela perbuatannya. Contoh : a. kecemasan timbul apabila memperlihatkan diri didepan umum karena
pemalu, penakut atau merasa tak tentram bila bicara
dengan orang asing atau orang banyak. b. anak merasa cemas bila ketidakmampuannya sampai terlihat orang banyak karena nantinya akan dihina atau tak dihargai.
19
Sedangkan, dalam teori Psikoanalisa (dalam Dirgagunarsa, 1989), kecemasan (anxiety) timbul karena pertentangan antara prinsip kesenangan dan prinsip kenyataan. Freud membagi kecemasan menjadi 3 macam, yaitu: 1. Objective anxiety. Ini timbul sebagai akibat lemahnya ego terhadap id, karena sejak lahir seorang individu sudah dihadapkan kepada keadaankeadaan obyektif yang bersifat menekan. 2. Neurotic anxiety. Ini sebenarnya timbul dari objective anxiety. Khususnya anxiety ini timbul karena perasaan takut akan akibat-akibat yang mungkin timbul bilamana tuntutan-tuntutan libido dipenuhi, terlebih lagi kalau akibat-akibat itu punya arti sosial. Neurotic anxiety dapat mempunyai dua bentuk, yaitu: a. Free floating anxiety yaitu, suatu keadaan anxiety dimana individu selalu menantikan sesuatu yang paling buruk yang mungkin terjadi. Akibatnya ia akan selalu berada dalam keadaan cemas karena takut menghadapi akibat yang buruk dalam situasi yang tidak menentu akibat yang buruk dalam situasi yang tidak menentu. b. Phobia. Di sini objek yang ditakuti jelas, sekalipun alasanalasannya tidak jelas. 3. Moral anxiety. Anxiety ini timbul akibat dari lemahnya ego terhadap super-ego.
Super-ego
berkembang
karena
larangan-larangan
dan
pembatasan-pembatasan moral yang berasal dari orang tua dan lingkungan.
20
Selain itu, ada sebagian orang yang mengalami kecemasan pada situasi tertentu dan mempunyai jangka waktu yang cukup lama, tetapi ada juga yang mengalami kecemasan pada saat tertentu saja. Oleh karena itu, Lazarus (dalam Ghufron, 2010) membedakan perasaan cemas menurut penyebabnya menjadi dua, yaitu: 1.
State anxiety State anxiety adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi
tertentu yang dirasakan sebagai ancaman, misalnya mengikuti tes, menjalani operasi atau lainnya. Keadaan ini ditentukan oleh perasaan tegang yang subjektif. 2.
Trait anxiety Trait anxiety adalah disposisi untuk menjadi cemas dalam menghadapi
berbagai macam situasi (gambaran kepribadian). Ini merupakan ciri atau sifat yang cukup stabil yang mengarahkan seseorang atau menginterpretasikan suatu keadaan menetap pada individu (bersifat bawaan) dan berhubungan dengan kepribadian yang demikian. Kecemasan adalah suatu keadaan tertentu (state anxiety) yaitu menghadapi situasi yang tidak pasti dan tidak menentu terhadap kemampuannya dalam menghadapi tes, berupa emosi yang kurang menyenangkan yang dialami oleh individu dan bukan kecemasan sebagai sifat yang melekat pada kepribadiannya.
21
2.2. Matematika 2.2.1. Pengertian matematika Matematika berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar” dan mathematikos yang diartikan sebagai “suka belajar” (dalam Sriyanto, 2007). Beberapa definisi matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, antara lain: 1. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 2. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. 3. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik (dalam Soedjadi, 2000). Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan-hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian persoalan mengenai bilangan secara sistematik dan terstruktur.
2.2.2. Ciri-ciri matematika Untuk mengetahui matematika lebih mendalam, terlebih dahulu kita harus mengetahui ciri-ciri atau karakteristik dari matematika tersebut. Menurut Sriyanto (2007), matematika memiliki beberapa ciri penting, yaitu: 1. Memiliki obyek yang abstrak. Berbeda dengan ilmu pengetahuan lain, matematika merupakan cabang ilmu yang spesifik. Matematika tidak mempelajari obyek-obyek yang
22
secara langsung
dapat ditangkap oleh indera manusia. Substansi
matematika adalah benda-benda pikir yang abstrak. Obyek matematika adalah fakta, konsep, operasi, dan prinsip yang kesemuanya itu berperan dalam membentuk proses berpikir matematis, dengan salah satu cirinya adalah adanya alur penalaran yang logis. 2. Memiliki pola pikir deduktif dan konsisten. Matematika dikembangkan melalui deduksi dari seperangkat anggapananggapan yang tidak dipersoalkan lagi nilai kebenarannya dan dianggap benar. Sedangkan menurut Soedjadi (2000), matematika memiliki 4 ciri-ciri atau karakteristik penting, beberapa karakteristik itu adalah: a. Memiliki obyek kajian abstrak Dalam matematika dasar yang dipelajari adalah abstrak. Objek-objek itu merupakan objek pikiran. Objek dasar itu meliputi : fakta, konsep, operasi ataupun relasi, dan prinsip. b. Berpola pikir deduktif Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus. c. Memiliki simbol yang kosong dari arti Dalam matematika jelas terlihat banyak sekali simbol yang digunakan, baik berupa huruf ataupun bukan huruf. Rangkaian simbol-simbol dalam
23
matematika dapat membentuk suatu simbol matematika. Model matematika dapat berupa persamaan, pertidaksamaan, bangun geometrik, dan sebagainya. d. Konsisten dalam sistemnya Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem yang mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi ada juga sistem yang dapat dipandang terlepas satu sama lain. Misalnya sistem-sistem aljabar dan sistem-sistem geometri.
2.3. Kecemasan Matematika 2.3.1 Pengertian kecemasan matematika Ada beberapa ahli yang memiliki definisi mengenai kecemasan matematika, diantaranya menurut Richardson & Suinn (1990), kecemasan matematika adalah perasaan tegang, ketidakberdayaan, dan kekacauan sosial ketika seseorang diminta untuk memanipulasi angka atau menyelesaikan permasalahan matematika (dalam Hunsley, 1987). Selain itu, kecemasan matematika menurut Dreger & Aiken (dalam Kusumawati, 2005), yaitu gejala atau reaksi emosional terhadap aritmatika dan matematika. Sedangkan menurut Fennema & Sherman, kecemasan matematika adalah merasakan kecemasan yang diasosiasikan dengan kelas matematika, kursus, masalah, dan tes atau ujian matematika (dalam Kusumawati, 2005). Berdasarkan pengertian-pengertian mengenai kecemasan matematika diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan matematika adalah reaksi emosional berupa perasaan takut, tegang, dan cemas bila berkaitan dengan manipulasi angka atau bilangan.
24
2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan matematika Menurut Sujono (dalam Purnomo, 1999) menyatakan bahwa kecemasan terhadap matematika disebabkan oleh dua faktor, yaitu: 1.) Faktor guru, biasanya muncul dengan adanya keterpaksaan guru dalam mengajar. Hal itu dapat kita lihat bagaimana guru dengan keterpaksaannya tersebut mengajar dan sebagai akibatnya guru lebih menekankan pola berpikir yang sifatnya hafalan dan bukan berpikir dalam memecahkan masalah. Dengan cara ini anak dipaksa untuk menghafalkan konsep dibawah tekanan guru. 2)
Faktor orang tua, orang tua mempunyai pengalaman pahit terhadap matematika secara tidak langsung akan memupuk kecemasan anak terhadap matematika.
2.4. Self-Efficacy 2.4.1. Pengertian self-efficacy Menurut Albert Bandura (1986) self-efficacy adalah penilaian seseorang terhadap kemampuannya untuk menyusun tindakan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas-tugas khusus yang dihadapi. Self-efficacy tidak berkaitan langsung dengan kecakapan yang dimiliki individu, melainkan pada penilaian diri tentang apa yang dapat dilakukan, tanpa terkait dengan kecakapan yang dimiliki. Konsep dasar teori self-efficacy adalah pada masalah adanya keyakinan bahwa pada setiap individu mempunyai kemampuan mengontrol pikiran, perasaan dan perilakunya. Dengan demikian, self-efficacy merupakan masalah persepsi subyektif.
25
Artinya self-efficacy tidak selalu menggambarkan kemampuan yang sebenarnya, tetapi terkait dengan keyakinan yang dimiliki individu (Bandura, 1986). Sedangkan menurut Woolfolk (2004) mendefinisikan self-efficacy sebagai kepercayaan individu terhadap kemampuannya dalam menghadapi situasi tertentu. Pengertian lainnya mengenai self-efficacy yaitu belief atau keyakinan seseorang bahwa ia dapat menguasai situasi dan menghasilkan hasil (outcomes) yang positif (Santrock, 2001). Menurut Dale Schunk, self-efficacy mempengaruhi siswa dalam memilih kegiatannya. Siswa dengan self-efficacy yang rendah mungkin menghindari pelajaran yang banyak tugasnya, khususnya untuk tugas-tugas yang menantang, sedangkan siswa dengan self-efficacy yang tinggi mempunyai keinginan yang besar untuk menyelesaikan tugas-tugasnya (dalam Santrock, 2001). Selain itu, pertimbangan mengenai peran self-efficacy (keyakinan diri) dalam kecemasan. Menurut teori sosial kognitif, orang-orang yang memiliki persepsi rendah mengenai
keyakinan
dirinya
dalam
hubungannya
mengatasi
ancaman
mengakibatkan timbulnya kecemasan yang tinggi (Pervin dan John, 2005). Pengertian-pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa self-efficacy adalah penilaian yang berupa keyakinan subyektif individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas, mengatasi masalah, dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan hasil tertentu. Penilaian atau perasaan itu berkaitan dengan kompetensi dan efektifitas.
26
2.4.2. Fungsi self-efficacy Self-efficacy yang dipersepsikan tidak hanya sekedar perkiraan tentang tindakan apa yang akan dilakukan pada masa mendatang (Bandura, 1986). Keyakinan seseorang mengenai kemampuan diri juga berfungsi sebagai suatu determinan bagaimana individu tersebut berperilaku, berpola pikir, dan bereaksi emosional terhadap situasi-situasi yang sedang dialami. Keyakinan diri juga memberikan kontribusi terhadap kualitas dari fungsi psikososial seseorang. Bandura (1986) menjelaskan fungsi dan berbagai dampak penilaian selfefficacy antara lain sebagai berikut: a. Perilaku memilih Dalam kehidupan sehari-hari, individu seringkali dihadapkan dengan pengambilan keputusan, meliputi pemilihan tindakan dan lingkungan sosial yang ditentukan dari penilain efficacy individu. Seseorang cenderung untuk menghindar dari tugas dan situasi yang diyakini melampaui kemampuan diri mereka, dan sebaliknya mereka akan mengerjakan tugas-tugas yang dinilai mampu untuk mereka lakukan (Bandura, 1977b, dalam Bandura, 1986). Self-efficacy yang tinggi akan dapat memacu keterlibatan aktif dalam suatu kegiatan atau tugas yang kemudian akan meningkatkan kompetensi seseorang. Sebaliknya, self-efficacy yang rendah dapat mendorong seseorang untuk menarik diri dari lingkungan dan kegiatan sehingga dapat menghambat perkembangan potensi yang dimilikinya. Seseorang yang memiliki penilaian self-efficacynya secara berlebihan cenderung
akan
menjalankan
kegiatan
yang
jelas
di
atas
jangkauan
kemampuannya. Akibatnya dia akan mengalami kesulitan-kesulitan yang berakhir
27
dengan kegagalan yang sebenarnya tidak perlu terjadi, dan hal ini bisa mengurangi kredibilitasnya. Sebaliknya, seseorang yang menganggap rendah kemampuannya juga akan mengalami kerugian, walaupun kondisi ini lebih seperti memberi batasan pada diri sendiri daripada suatu bentuk keengganan. Melalui kegagalan dalam mengembangkan kegiatan-kegiatannya, seseorang dapat memutuskan dirinya dari banyak pengalaman berharga. Seharusnya ia berusaha unuk mencoba tugas-tugas yang memiliki penilaian yang penting, tetapi ia justru menciptakan suatu halangan internal dalam menampilkan kinerjanya yang efektif melalui pendekatan dirinya pada keraguan (Bandura, 1986). b. Usaha yang dilakukan dan daya tahan Penilaian terhadap self-efficacy juga menentukan seberapa besar usaha yang akan dilakukan seseorang dan seberapa lama ia akan bertahan dalam mengahadapi hambatan atau pengalaman yang tidak menyenangkan. Semakin tinggi self-efficacy seseorang, maka akan semakin besar dan gigih pula usaha yang dilakukan. Ketika dihadapkan dengan kesulitan, individu yang memiliki selfefficacy tinggi akan mengeluarkan usaha yang besar untuk mengatasi tantangan tersebut. Sedangkan orang yang meragukan kemampuannya akan mengurangi usahanya atau bahkan menyerah sama sekali (Bandura dan Cervone; Brown dan Inouye; Schunck; Winberg, Gould, dan Jackson dalam Bandura, 1986). c. Pola berfikir dan reaksi emosi Penilaian mengenai kemampuan seseorang juga mempengaruhi pola berfikir dan reaksi emosionalnya selama interaksi aktual dan terantisipasi dengan lingkungan. Individu yang menilai dirinya memiliki self-efficacy rendah, merasa
28
tidak mampu dalam mengatasi masalah atau tuntutan lingkungan, hanya akan terpaku pada kekurangannya sendiri, dan berfikir kesulitan yang mungkin timbul lebih berat dari kenyataannya (Beck; Lazarus dan Launier; Meichenbaum; Sarason, dalam Bandura, 1986). Self-efficacy juga dapat membentuk pola berfikir kausal (Collin, dalam Bandura, 1986). Dalam mengatasi persoalan yang sulit, individu yang memiliki self-efficacy tinggi akan menganggap kegagalan terjadi karena kurangnya usaha yang dilakukan, sedang yang memiliki self-efficacy rendah lebih menganggap kegagalan disebabkan kurangnya kemampuan yang ia miliki. d. Perwujudan dari keterampilan yang dimiliki Banyak penelitian membuktikan bahwa self-efficacy dapat meningkatkan kualitas dari fungsi psikososial seseorang (Bandura, 1986). Seseorang yang memandang dirinya sebagai orang yang self-efficacynya tinggi akan membentuk tantangan-tantangan terhadap dirinya sendiri yang menunjukkan minat dan keterlibatan dalam suatu kegiatan. Mereka akan meningkatkan usaha jika kinerja yang dilakukan mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan, menjadikan kegagalan sebagai pendorong untuk mencapai keberhasilan, dan memiliki tingkat stres yang rendah bila menghadapi situasi yang menekan. Individu yang memiliki self-efficacy rendah biasanya akan menghindari tugas yang sulit, sedikit usaha yang dilakukan dan muah menyerah menghadapi kesulitan, mengurangi perhatian terhadap tugas, tingkat aspirasi rendah, dan mudah mengalami stress dalam situasi yang menekan.
29
2.4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi self-efficacy Menurut Bandura (1986) faktor-faktor yang mempengaruhi self-efficacy dapat diperoleh dari empat sumber informasi yaitu: 1) pencapaian kinerja (performance attainment), 2) pengalaman orang lain (vicarious experience), 3) persuasi verbal (verbal persuasion), dan 4) keadaan dan reaksi fisiologis (physiological state). a. Pencapaian kinerja (performance attainment) Hasil yang diharapkan secara nyata merupakan sumber penting tentang informasi self-efficacy karena didasari oleh pengalaman otentik yang telah dikuasai (Bandura, Adam, dan Beyer; Biran dan Wilson; Felzt, Landers, dan Reader, dalam Bandura, 1986). Keberhasilan yang diperoleh akan membawa seorang pada tingkat self-efficacy yang lebih tinggi, sedang kegagalan akan merendahkan self-efficacy, terutama jika kegagalan tersebut terjadi pada awal pengerjaan tugas dan bukan disebabkan oleh kurangnya usaha atau juga karena hambatan dari faktor eksternal. Keberhasilan yang terjadi karena bantuan dari faktor eksternal atau keberhasilan yang dicapai dianggap bukan sebagai hasil dari kemampuan sendiri tidak terlalu memberikan pengaruh terhadap peningkatan selfefficacy. Besarnya nilai yang diberikan dari pengalaman baru tergantung pada sifat dan kekuatan dari persepsi diri yang ada sebelumnya. Setelah self-efficacy terbentuk karena keberhasilan yang berulang, kegagalan yang muncul terhadap kemampuannya. b. Pengalaman Orang Lain (Vicarious Experience) Self-efficacy dapat juga dipengaruhi karena pengalamn orang lain. Individu yang melihat atau mengamati orang lain yang mencapai keberhasilan dapat
30
menimbulkan persepsi self-efficacynya. Dengan melihat keberhasilan orang lain, individu dapat meyakinkan dirinya bahwa ia juga bisa untuk mencapai hal yang sama dengan orang yang dia amati. Ia juga meyakinkan dirinya bahwa jika orang lain bisa melakukannya, ia juga harus dapat melakukannya. Jika seseorang melihat bahwa orang lain yang memiliki kemampuan yang sama ternyata gagal meskipun ia telah berusaha dengan keras, maka dapat menurunkan penilaiannya terhadap kemampuan dia sendiri dan juga akan mengurangi usaha yang akan dilakukan (Brown dan Inonye dalam Bandura, 1986). Ada kondisi-kondisi dimana penilaian terhadap self-efficacy khususnya sensitif pada informasi dari orang lain. Pertama adalah ketidakpastian mengenai kemampuan yang dimiliki individu. Self-efficacy dapat diubah melalui pengaruh modeling yang relevan ketika seseorang memiliki sedikit pengalaman sebagai dasar penialain kemampuannya. Karena pengetahuan yang dimiliki tentang kemampuan diri sendiri sangat terbatas, maka individu tersebut lebih bergantung pada indikator yang dicontohkan (Tataka dan Tataka dalam Bandura, 1986). Kedua adalah penilaian self-efficacy selalu berdasarkan kriteria dimana kemampuan dievalusai (Festinger; Suls dan Miller dalam Bandura, 1986). Kegiatan yang bisa memberikan informasi eksternal mengenai tingkat kinerja dijadikan dasar untuk menilai kemampuan seseorang. Tetapi sebagian besar kinerja tidak memberikan informasi yang cukup memenuhi, sehingga penilaian self-efficacy diukur melalui membandingkannya dengan kinerja dari orang lain (Bandura, 1986).
31
c. Persuasi Verbal (Verbal Peruasion) Persuasi verbal digunakan untuk memberikan keyakinan kepada seseorang bahwa ia memiliki suatu kemampuan yang memadai untuk mencapai apa yang diinginkan. Seseorang yang berhasil diyakinkan secara verbal akan menunjukkan suatu usaha yang lebih keras jika dibandingkan dengan individu yang memiliki keraguan dan hanya memikirkan kekurangan diri ketika menghadapi suatu kesulitan. Namun, peningkatan keyakinan individu yang tidak realistis mengenai kemampuan diri hanya akan menemui kegagalan. Hal ini dapat menghilangkan kepercayaan self-efficacy orang yang dipersuasi. d. Keadaan dan Reaksi Psikologis (Physicological state). Seseorang menjadikan keadaan fisiologisnya sebagai sumber informasi untuk memberikan penilaian terhadap kemampuan dirinya. Individu merasa gejala-gejala somatik atau ketegangan yang timbul dalam situasi yang menekan sebagai pertanda bahwa ia tidak dapat untuk menguasai keadaan atau mengalami kegagalan dan hal ini dapat menurunkan kinerjanya. Dalam kegiatan yang membutuhkan kekuatan dan stamina tubuh, seseorang merasa bahwa keletihan dan rasa sakit yang dia alami merupakan tandatanda kelemahan fisik dan hal ini menurunkan keyakinan akan kemampuan fisiknya. Dari teori diatas dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi self-efficacy seseorang diantaranya adalah: a) Pencapaian kinerja ( performance attainment) yaitu keberhasilan yang sering didapatkan akan meningkatkan self-efficacy yang dimiliki seseorang
32
sedangkan kegagalan akan menurunkan self-efficacynya. Apabila keberhasilan yang didapat seseorang seseorang lebih banyak karena faktor-faktor di luar dirinya, biasanya tidak akan membawa pengaruh terhadap peningkatan self efficacy. Akan tetapi, jika keberhasilan tersebut didapatkan dengan melalui hambatan yang besar dan merupakan hasil perjuangannya sendiri, maka hal itu akan membawa pengaruh pada peningkatan self-efficacynya. b) Pengalaman keberhasilan orang lain (vicarious experience) yang memiliki kemiripan dengan individu dalam mengerjakan suatu tugas biasanya akan meningkatkan self-efficacy seseorang dalam mengerjakan tugas yang sama. Self-efficacy tersebut didapat melalui sosial model yang biasanya terjadi pada diri seseorang yang kurang pengetahuan tentang kemampuan dirinya sehingga mendorong seseorang untuk melakukan modeling. c) Persuasi verbal yaitu informasi tentang kemampuan yang disampaikan secara verbal oleh seseorang yang berpengaruh biasanya digunakan untuk meyakinkan seseorang bahwa ia cukup mampu melakukan suatu tugas. d) Keadaan dan reaksi psikologis (Physicological state) yaitu kecemasan dan stres yang terjadi dalam diri seseorang ketika melakukan tugas sering diartikan sebagai suatu kegagalan. Pada umumnya seseorang cenderung akan mengharapkan keberhasilan dalam kondisi yang tidak diwarnai oleh ketegangan dan tidak merasakan adanya keluhan atau gangguan somatik lainnya. Self-efficacy biasanya ditandai oleh rendahnya tingkat stres dan kecemasan sebaliknya selfefficacy yang rendah ditandai oleh tingkat stres dan kecemasan yang tinggi pula.
33
2.4.4. Dimensi self efficacy Bandura menyatakan bahwa self-efficacy pada diri tiap individu akan berbeda antara satu individu dengan yang lainnya berdasarkan 3 dimensi (dalam Ghufron, 2010). Dimensi tersebut adalah: a. Dimensi tingkat (level). Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu merasa mampu untuk melakukannya. Apabila individu dihadapkan pada tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitannya, maka self-efficacy individu mungkin akan terbatas pada tugas-tugas yang mudah, sedang atau tugas-tugas yang paling sulit, sesuai dengan batas kemampuan yang dirasakan dapat memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan pada masing-masing tingkat. Dimensi ini memiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang akan dicoba atau dihindari. Individu akan mencoba tingkah laku yang dirasa mampu dilakukannya dan menghindari tingkah laku yang berada di luar batas kemampuan yang dirasakan. b. Dimensi kekuatan (strength). Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya. Pengharapan yang lemah mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak mendukung. Sebaliknya, pengharapan yang mantap mendorong individu tetap bertahan dalam usahanya. Meskipun mungkin ditemukan pengalaman yang kurang menunjang. Dimensi ini biasanya berkaitan langsung dengan dimensi level, yaitu makin tinggi taraf kesulitan tugas, makin lemah keyakinan yang
34
dirasakan untuk menyelesaikannya. c. Dimensi generalisasi (generality). Dimensi yang berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang mana individu merasa yakin akan kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya. Apakah terbatas pada suatu aktivitas dan situasi yang bervariasi. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa self-eficacy seseorang dapat diukur dengan menggunakan dimensi self-efficacy yang terdiri dari 3 yaitu pertama,
dimensi level yang berkaitan dengan keyakinan seseorang dalam
menghadapi suatu tugas dari yang tergolong mudah hingga sulit, sehingga dapat diketahui seseorang yang mempunyai keyakinan yang tinggi mengenai kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas yang dihadapinya. Kedua, dimensi strength berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya. Apakah seseorang dapat bertahan atau tidak dengan tugas yang tergolong sulit atau tidak sehingga dapat menimbulkan kecemasan terhadap hasil yang akan diperoleh. Ketiga, dimensi generality yaitu berkaitan tidak hanya pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya pada tugas yang spesifik tetapi juga mempunyai keyakinan yang tinggi terhadap kemampuannya dalam menghadapi tugas-tugas yang bervariasi contohnya saja seorang siswa yang menyukai pelajaran bahasa inggris dan pandai dalam mata pelajaran tersebut, maka ia juga mempunyai keyakinan yang tinggi terhadap kemampuannya dalam mengerjakan tugas-tugas matematika, sehingga siswa tersebut tidak merasa cemas terhadap pelajaran yang tidak ia sukai.
35
2.4.5 Self-efficacy terhadap matematika Sumber-sumber mengenai persepsi self-efficacy seseorang terhadap matematika terdiri dari empat hipotesis, yaitu: pencapaian kinerja, pengalaman keberhasilan orang lain, persuasi verbal dan keadaan emosional (reaksi psikologis) yang mempunyai hubungan dengan self-efficacy, pengharapan, ketertarikan dalam matematika pada mahasiswa dan pengetahuan dasar dalam pemilihan karir (Lent, 1991). Para peneliti menyelidiki hubungan antara self-efficacy matematika dengan berbagai variabel mengenai matematika sehingga menghasilkan hubungan (korelasi) yang signifikan dan secara langsung berpengaruh (e.g., Hackett, 1985; Hackett & Betz, 1989; Siegel, Galassi, & Ware, 1985). Antara lain, Pajares dan Miller (1994) melaporkan bahwa self-efficacy dalam menyelesaikan permasalahan matematika lebih bersifat prediksi daripada kinerja, dibandingkan dengan factor utama seperti jenis kelamin atau latar belakang mengenai matematika atau dibandingkan dengan variabel-variabel lain seperti, kecemasan matematika, konsep diri matematika dan kegunaan dari matematika (Pajares, 1996). Hasilnya mengungkapkan bahwa self-efficacy terhadap matematika pada siswa memberikan kontribusi yang mengikat dalam memprediksi kinerja mereka dalam menyelesaikan permasalahan matematika yang terkontrol sebagai akibat dari kecemasan terhadap matematika, kemampuan kognitif, prestasi matematika yang rendah, sel-efficacy pada pengaturan diri dalam belajar dan seks ( Pajares, 1996).
36
Hasil ini didukung dengan teori sosial kognitif dapat terlihat bahwa, ketika self-efficacy seseorang dikontrol, maka pengaruh kecemasan berkurang (Pajares, 1996). Dari pemaparan diatas, belum dapat diketahui dengan jelas pengertian mengenai self-efficacy matematika, sehingga peneliti menarik kesimpulan mengenai pengertian self-efficacy matematika adalah penilaian seseorang terhadap kemampuannya untuk menyusun tindakan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas-tugas khusus yang dihadapi terutama yang berkaitan dengan matematika.
37
2.5. Kerangka Berpikir Dalam proses pembelajaran di sekolah, matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan secara luas pada berbagai jenjang pendidikan di sekolah. Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan-hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian persoalan mengenai bilangan. Terkait dalam menghadapi pelajaran matematika, seringkali siswa memiliki persepsi bahwa ia tidak mampu dalam pelajaran matematika, sehingga menimbulkan perasaan cemas kalau nilai yang dicapai tidak tinggi. Dalam menghadapi pelajaran matematika baik saat pelajaran berlangsung ataupun saat ujian matematika, seorang siswa akan merasa cemas dan khawatir akan kemampuannya. Hal tersebut akan menjadikan seseorang putus asa. Kecemasan tersebut akan berdampak negatif jika seorang siswa tidak puas akan hasil yang akan didapatkannya kelak. Dari penelitian yang telah dilakukan Betz and Hacket, dan Hackett yang dikutip oleh Meece (1990) yang meneliti akibat self-efficacy matematika pada kecemasan menunjukkan bahwa self-efficacy mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kecemasan yang dialami oleh siswa daripada hasil prestasi matematika. Siswa yang mengalami kecemasan biasanya merasa terpaksa untuk mempelajari matematika. Hal ini dapat dilihat dari jawaban atas pertanyaan apakah siswa tersebut mampu menjawab atau melakukan langkah-langkah belajar yang tepat dalam mempelajari angka-angka atau menyelesaikan soal matematika.
38
Dengan kata lain, siswa yang merasa bisa dan mempunyai kepastian serta keyakinan tentang apa yang harus dilakukan dalam pelajaran matematika akan menjadi kurang cemas. Lebih lanjut siswa yang mempunyai tujuan secara jelas dari apa yang dilakukannya itu, akan tampak menyukai pelajaran matematika. Oleh karena itu, sangat penting dan menarik untuk memahami keyakinan diri siswa dalam kemampuan menghadapi suatu tugas dimana dalam istilah psikologi dikenal dengan nama “self-efficacy”. Self-efficacy merupakan penilaian seseorang tentang kemampuannya untuk menyusun tindakan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas-tugas khusus yang dihadapi. Seseorang yang mempunyai self-efficacy yang tinggi akan dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan tahapan perkembangan dengan baik, merasa berharga, mempunyai keberanian, dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya, mempertimbangkan berbagai pilihan dan tidak menyerah pada kegagalan, sehingga siswa yang mempunyai self-efficacy yang tinggi, maka hal itu dapat mengurangi kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika. Namun, sebaliknya jika siswa yang memiliki self-efficacy yang rendah, maka tingkat kecemasan yang dirasakan akan meningkat (tinggi).
39
Di bawah ini adalah gambar bagan mengenai hubungan self-efficacy matematika dengan kecemasan menghadapi pelajaran matematika, yaitu:
Gambar 2.1 Bagan kerangka berpikir
Self efficacy 1. Dimensi level 2. Dimensi strength 3. Dimensi generality
Kecemasan Matematika 1. Komponen Mood
Tinggi
Kecemasan Rendah
Rendah
Kecemasan Tinggi
2. Komponen Kognitif 3. Komponen Somatik 4. Komponen Motorik
2.6. Hipotesis Penelitian Ha : Ada hubungan yang signifikan antara self-efficacy matematika dengan kecemasan menghadapi pelajaran matematika. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara self-efficacy matematika dengan kecemasan menghadapi pelajaran matematika.
40
BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan, jenis variabel penelitian, definisi konseptual dan operasional variabel, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, uji instrumen, prosedur penelitian, dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian.
3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jika ditinjau dari tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara self-efficacy matematika dengan kecemasan menghadapi pelajaran matematika pada siswa SMPN 4 Tangerang Selatan yang menggunakan pendekatan kuantitatif guna mencari hubungan antar variabel. Pendekatan ini dipilih karena peneliti mengolah data dalam bentuk angka-angka ke dalam analisis statistik. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian korelasional, yaitu penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Oleh karena itu, peneliti menggunakan metodelogi yang sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu penelitian korelasi yang bertujuan untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi (Sevilla, 1993).
41
3.2. Variabel Penelitian 3.2.1 Identifikasi variabel Variabel merupakan suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai atau sifat yang berdiri sendiri-sendiri (Sevilla, 1993). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu: a. Independent Variabel (Variabel Bebas) Independent variable dalam penelitian ini adalah self-efficacy matematika. b. Dependent Variabel (Variabel Terikat) Dependent variabel dalam penelitian ini adalah kecemasan menghadapi pelajaran matematika.
3.2.2 Definisi konseptual & operasional variabel 3.2.2.1. Definisi konseptual a. Definisi konseptual self-efficacy adalah penilaian seseorang terhadap kemampuannya
untuk
menyusun
tindakan
yang
dibutuhkan
dalam
menyelesaikan tugas-tugas khusus yang dihadapi (Bandura, 1986). b. Definisi konseptual kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang ditandai dengan timbulnya kekhawatiran, ketegangan, dan gejala fisiologis lainnya (Holmes, 1991).
3.2.2.2. Definisi operasional a. Definisi operasional self-efficacy adalah skor yang diperoleh dari skala selfefficacy yang memiliki 3 dimensi. Dimensi tersebut
selanjutnya akan
42
dijadikan sebagai indikator dan diturunkan menjadi item yang bertujuan untuk memperoleh skor (nilai) pada skala self-efficacy. Dimensi tersebut adalah: 1. Dimensi tingkat (level). Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu merasa mampu untuk melakukannya. Apabila individu dihadapkan pada tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitannya, maka self-efficacy individu mungkin akan terbatas pada tugas-tugas yang mudah, sedang atau bahkan tugas-tugas yang paling sulit, sesuai dengan batas kemampuan yang dirasakan dapat memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan pada masing-masing tingkat. 2.
Dimensi kekuatan (strength). Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya. Pengharapan yang lemah mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak mendukung. Sebaliknya, pengharapan yang mantap mendorong individu tetap bertahan dalam usahanya. Meskipun mungkin ditemukan pengalaman yang kurang menunjang.
3. Dimensi generalisasi (generality). Dimensi yang berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang mana individu merasa yakin akan kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya.
43
b. Definisi operasional kecemasan adalah skor yang diperoleh dari skala kecemasan yang meliputi 4 komponen yang selanjutnya dapat digunakan sebagai indikator dan dapat dijadikan acuan dalam menuliskan item yang bertujuan untuk memperoleh skor (nilai) pada skala kecemasan, komponenkomponen tersebut antara lain: 1. Komponen Mood (psikologis) Gejala mood (psikologis) yang terjadi berupa khawatir, ketegangan, panik dan ketakutan. Mood seseorang yang merasa cemas dapat berupa was-was, khawatir, gelisah, takut, tegang, gugup, dan rasa tidak aman. Individu tidak
dapat
merasa
tenang
dan
mudah
tersinggung,
sehingga
memungkinkannya untuk terkena depresi. 2. Komponen Kognitif Secara
kognitif,
seseorang
yang
merasa
cemas
akan
terus
mengkhawatirkan segala macam masalah yang mungkin terjadi, sehingga ia akan sulit untuk berkonsentrasi atau mengambil keputusan, bingung, dan menjadi sulit untuk mengingat kembali. 1. Komponen Somatik Secara somatik (dalam reaksi fisik atau bilogis), gangguan kecemasan dibagi kedalam dua bagian, yaitu pertama adalah gejala langsung yang terdiri dengan mudah berkeringat, sesak nafas, jantung berdetak cepat, tekanan darah meningkat, pusing, serta otot yang tegang. Kedua, kalau kecemasan dirasakan secara berlarut-larut, maka hal tersebut secara
44
berkesinambungan akan meningkatkan tekanan darah, sakit kepala, ketegangan otot, dan sering merasa mual. 2. Komponen Motorik Secara motorik (gerak tubuh) kecemasan dapat terlihat dari gangguan tubuh pada seseorang, seperti tangan yang selalu gemetar, suara yang terbata-bata, dan sikap yang terburu-buru.
3.3. Teknik Pengambilan Sampel 3.3.1. Populasi dan sampel penelitian Menurut Kerlinger (1973) populasi adalah keseluruhan anggota, kejadian, atau objek-objek yang telah ditetapkan dengan baik (dalam Sevilla, 1993). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SMPN 4 Tangerang Selatan yang berada di kawasan Pamulang dengan jumlah populasi sebanyak 680 siswa. Sedangkan, menurut Ferguson sampel adalah beberapa bagian kecil dari populasi (dalam Sevilla, 1993). Sedangkan, jumlah sampel yang peneliti ambil pada siswa kelas 3 SMPN 4 Tangerang Selatan adalah sebanyak 100 siswa.
3.3.2. Metode pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non-probability sampling, yaitu pengambilan sampel dimana setiap objek penelitian yang diambil tidak memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Bentuk yang digunakan dalam non-probability sampling adalah jenis purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang digunakan apabila peneliti
45
memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dengan tujuan tertentu pula. (Sevilla, 1993). Adapun karateristik sampel yang digunakan sebagai berikut: a. Siswa kelas 3 SMPN 4 Tangerang Selatan, karena pada siswa kelas 3 materi pelajaran matematika yang diajarkan lebih sulit dan banyak disebabkan adanya pengulangan atau pendalaman materi yang telah dipelajari saat kelas 1 dan 2. Selain itu, mereka juga dipersiapkan untuk menghadapi ujian akhir, sehingga
membuat
siswa
tersebut
merasa
lebih
cemas
dengan
kemampuannnya khususnya dalam matematika. b. Siswa kelas 3 yang tidak pernah tinggal kelas.
3.4.
Teknik Pengumpulan Data
3.4.1. Metode dan instrumen penelitian Dalam penelitian ini pengambilan data dilakukan dengan menggunakan dua skala, yaitu skala self-efficacy dan skala kecemasan. Skala self-efficacy dan kecemasan disusun berdasarkan indikator-indikator variabel yang merupakan ciri-ciri perilaku yang hendak diteliti dan berisi pernyataan-pernyataan yang harus dijawab dengan pilihan yang paling sesuai dengan individu tersebut. Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara menyebar angket. Bentuk skala yang digunakan dalam penelitian adalah skala model Likert, dengan empat alternatif pilihan jawaban yang terdiri dari kelompok item favourable dan unfavourable yang bergerak mulai dari: SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju). Kelompok item favourable terdiri dari pernyataan-pernyataan yang bersifat positif atau mendukung objek sikap.
46
Sedangkan, kelompok item unfavourable terdiri dari pernyataan-pernyataan yang bersifat negatif atau tidak mendukung objek sikap. Adapun penjelasan mengenai skoring untuk skala self-efficacy matematika dan kecemasan menghadapi pelajaran matematika adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Format skoring skala self-efficacy matematika Pilihan jawaban
Favourable
Unfavourable
SS
4
1
S
3
2
TS
2
3
STS
1
4
Tabel 3.2 Format skoring skala kecemasan menghadapi pelajaran matematika Pilihan jawaban
Favourable
Unfavourable
SS
4
1
S
3
2
TS
2
3
STS
1
4
1. Skala self-efficacy matematika Berdasarkan teori Bandura (1986) susunan skala dimensi self-efficacy terdiri 3 dimensi, yaitu: 1. Dimensi tingkat (level) 2. Dimensi kekuatan (strength) 3. Dimensi luas bidang tingkah laku (generality).
47
Skala self-efficacy yang dipergunakan dalam penelitian ini,
peneliti
kembangkan dari tiga aspek yang dikemukakan oleh Bandura untuk dapat mengamati self-efficacy seseorang. Skala ini terdiri dari 49 butir pernyataan. Pada Tabel 3.3 diperlihatkan penyebaran butir-butir pernyataan skala self-efficacy terhadap matematika ketika diujicobakan berdasarkan ketiga aspek self-efficacy tersebut. Semakin tinggi skor dalam skala self-efficacy, maka semakin tinggi selfefficacy yang ada pada diri subjek, dan sebaliknya. Semakin rendah skor dalam skala self-efficacy, maka semakin rendah self-efficacy yang ada pada diri subjek. Dibawah ini akan diperlihatkan tabel blue print self-efficacy dan kecemasan.
48
Tabel 3.3 Blue print try out skala self-efficacy matematika Dimensi /
Indikator
Komponen Derajat
kesulitan 1. Mampu
tugas/ level
menyelesaikan
Item Favourable
Unfavourable
1, 9, 10, 20,
5, 15, 16, 28
21
tugas yang mudah sampai yang sulit 2. Mampu
3, 19
33, 34
2, 13, 43
14, 35, 36, 42
4, 8, 24
25, 32
6, 7, 46
45, 47, 48
11, 12, 31
38, 39, 40, 41
17, 18, 22
37, 49
23, 26, 27, 44
29, 30
menghadapi tugas diluar kemampuan Tingkat kekuatan 1. Bertahan dan ulet dari
keyakinan
individu/ strength
dalam mengerjakan soal matematika 2. Kegigihan dalam menghadapi tugas matematika 3. Pengaruh pengalaman pribadi yang tidak mendukung
Luas tingkah generality
bidang 2. Konsisten pada laku/
tugas dan aktivitas 3. Kesiapan menghadapi situasi 4. Mengarahkan perilaku
JUMLAH
26
23
49
2. Skala kecemasan menghadapi pelajaran matematika Skala kecemasan menghadapi pelajaran Matematika yang peneliti pergunakan dikembangkan dengan menggunakan empat komponen yang dikemukakan oleh Holmes (1991) untuk dapat mengukur kecemasan. Skala ini terdiri dari 38 butir pernyataan, diperlihatkan pada Tabel 3.4 dibawah ini.
Table 3.4 Blue print try out skala kecemasan menghadapi pelajaran Matematika Dimensi /
Indikator
komponen Komponen mood
Favourable
Merasa tegang, was- 1, 7, 8, 15, 33, 34, 35, 36, 37, was, khawatir, takut, 16, 28, 31, 38 gugup
Komponen motorik
Item Unfavourable
32
Mengalami ketegangan 2, 10, 22, 29, 30 seperti gemetar, sikap 23 terburu-buru
Komponen kognitif
1. Merasa sulit untuk 3, 4, 19
24, 25, 26
berkonsentrasi 2. Tidak dalam
mampu mengambil 5, 9, 14
20, 21, 27
keputusan Komponen somatik
Jantung berdebar cepat, 6, 11, 17, 12, 13 tangan
mudah 18
berkeringat JUMLAH
22
16
50
Tabel 3.5 Blue print field study skala self-efficacy matematika Dimensi / Komponen Derajat
Item
Indikator Favourable
kesulitan
tugas/ level
1. Mampu menyelesaikan
Unfavourable
1*, 9, 10, 20, 5, 15*, 16, 28 21
tugas yang mudah sampai yang sulit 2. Mampu
3, 19
33, 34
2, 13, 43
14*, 35, 36, 42
4, 8, 24
25, 32
6*, 7, 46*
45, 47, 48
11, 12*, 31
38, 39, 40, 41
17*, 18, 22*
37, 49
23*, 26, 27,
29, 30
menghadapi tugas diluar kemampuan Tingkat kekuatan dari
keyakinan
individu/ strength
1. Bertahan dan ulet dalam mengerjakan soal matematika 2. Kegigihan dalam menghadapi tugas matematika 3. Pengaruh pengalaman pribadi yang tidak mendukung
Luas tingkah generality
bidang laku/
1. Konsisten pada tugas dan aktivitas 2. Kesiapan menghadapi situasi 3. Mengarahkan perilaku
JUMLAH
44 26
23
51
*: item yang tidak valid Table 3.6 Blue print field study skala kecemasan menghadapi pelajaran matematika Dimensi /
Indikator
komponen
Favourable
Komponen
Merasa tegang, was- 1, 7, 8, 15,
mood
was, khawatir, takut, 16, 28, 31, gugup
Komponen motorik
Item Unfavourable 33*, 34, 35, 36, 37, 38
32
Mengalami ketegangan 2, 10*, 22,
29, 30
seperti gemetar, sikap 23 terburu-buru
Komponen
1. Merasa sulit untuk 3, 4, 19
kognitif
24, 25, 26
berkonsentrasi
2. Tidak dalam
mampu 5, 9, 14
20, 21, 27
mengambil
keputusan Komponen somatik
Jantung berdebar cepat, 6, 11, 17, tangan
12, 13
mudah 18
berkeringat JUMLAH
22
16
* : item yang tidak valid
3.5. Uji Instrument Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji instrumen dengan 87 item dari 2 skala, yaitu skala self-efficacy matematika sebanyak 49 item, dan skala kecemasan menghadapi pelajaran matematika sebanyak 38 item. Uji instrument
52
diberikan kepada 60 siswa SMPN 3 Tangerang Selatan pada tanggal 27 Agustus 2010. Uji instrument ini dilakukan dengan maksud: a. mengetahui validitas instrument di mana skor tiap item dikorelasikan dengan skor total. b. mengetahui tingkat reliabilitas instrument yang digunakan untuk mengukur tingkat reliabilitas skala tersebut.
3.5.1 Uji validitas Menurut Azwar (1996), validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Hasil penelitian dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti (Sugiyono, 2008). Menurut Sugiyono (2008), valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dilakukannya tes tersebut (Azwar, 1996). Suatu kesepakatan umum menyatakan bahwa koefisien validitas dapat dianggap memuaskan apabila melebihi rxy = 0,30 (Azwar, 1996). Dalam penelitian ini untuk menguji validitas skala digunakan teknik item-total correlation, menggunakan program SPSS versi 16.0.
53
3.5.1.1 Validitas self-efficacy matematika Dari tabel hasil tryout skala self-efficacy matematika dapat kita lihat bahwa ada 40 item yang valid, terbagi dalam item penilaian diri terhadap kemampuan yang dimiliki individu pada tingkat kesulitan tugas (level), keyakinan seseorang untuk mempertahankan perilakunya (strength), dan penilaian diri tidak hanya pada situasi spesifik (generality). Tabel 3.7 Hasil try out skala self-efficacy matematika Dimensi / Komponen Derajat
Favourable
kesulitan 1. Mampu
tugas/ level
Item
Indikator
Unfavourable
7, 8, 14, 15
4, 11, 20
2, 13
25, 26
1, 10, 35
27, 28, 34
3, 6, 16
17, 24
5
37, 38, 39
menyelesaikan tugas yang mudah sampai yang sulit 2. Mampu menghadapi tugas diluar kemampuan
Tingkat kekuatan 1. Bertahan dan ulet dari
keyakinan
individu/ strength
dalam mengerjakan soal matematika 2. Kegigihan dalam menghadapi tugas matematika 3. Pengaruh pengalaman
54
pribadi yang tidak mendukung Luas
bidang
tingkah
1. Konsisten pada
laku/
9, 23
30, 31, 32, 33
12
29, 40
18, 19, 36
21, 22
tugas dan aktivitas
generality
2. Kesiapan menghadapi situasi 3. Mengarahkan perilaku JUMLAH
19
21
3.5.1.2 Validitas kecemasan menghadapi pelajaran matematika Dari tabel 3.8 mengenai hasil tryout skala kecemasan menghadapi peljaran matematika dapat kita lihat bahwa ada 36 item yang valid, yang terbagi dalam item komponen mood, komponen motorik, komponen kognitif, dan komponen somatik. Tabel 3.8 Hasil try out skala kecemasan menghadapi pelajaran matematika Dimensi /
Indikator
komponen
Favourable
Komponen
Merasa tegang, was- 1, 7, 8, 14,
Mood
was, khawatir, takut, 15 27, 30, gugup
Komponen motorik
32, 34, 35, 36
31
Mengalami ketegangan 2, 21, 22, seperti gemetar, sikap 28, 29 terburu-buru
Item Unfavourable
29, 30
55
Komponen kognitif
1. Merasa sulit untuk 3, 4, 18
23, 24, 25
berkonsentrasi 2. Tidak mampu dalam 5, 9, 13
19, 20, 26
mengambil keputusan Komponen
Jantung
somatik
tangan
berdebar, 6, 10, 16,
11, 12
mudah 17
berkeringat JUMLAH
23
13
3.5.2. Uji reliabilitas Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability yang mempunyai arti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, kalau aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah (Azwar, 1996). Hasil penelitian dikatakan reliabel, apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda (Sugiyono, 2008). Kesepakatan informal menghendaki bahwa koefisien reliabilitas haruslah setinggi mungkin, biasanya suatu koefisien reliabilitas di sekitar 0,900 dapat dianggap memuaskan (Azwar, 1996). Uji reliabilitas dilakukan pada 60 Siswa SMPN 3 Tangerang Selatan pada tanggal 27 Agustus 2010. Uji reliabilitas ketiga skala ini menggunakan uji Statistic Alpha Cronbach dengan menggunakan SPSS versi 16.0. Suatu konstruk atau variabel dikatakan memiliki reliabilitas yang baik bila memiliki koefisien reliabilitas diatas 0,6 dan mendekati angka 1. Hasil uji reliabilitas skala self-
56
efficacy matematika
dan skala kecemasan menghadapi pelajaran matematika
adalah sebagai berikut: 1. Nilai reliabilitas skala self-efficacy dengan 40 item yang valid adalah sebesar 0,933. Jadi, skala self-efficacy ini dapat dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian. Tabel 3.9 Hasil uji reliabilitas skala self-efficacy matematika try out Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.933
40
2. Nilai reliabilitas skala kecemasan dengan 36 item yang valid adalah sebesar 0,923. Jadi, skala kecemasan ini dapat dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian Tabel 3.10 Hasil uji reliabilitas skala kecemasan menghadapi pelajaran matematika try out Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .923
3.6. Prosedur Penelitian 1. Persiapan penelitian a. Dimulai dengan perumusan masalah penelitian, b. Menentukan variabel yang akan diteliti,
36
57
c. Menentukan, menyusun, dan menyiapkan alat ukur yang digunakan dalam penelitian, d. Menentukan lokasi dan menyelesaikan administrasi perizinan.
2. Pengujian alat ukur Peneliti melakukan uji coba alat ukur pada kedua skala, yaitu self efficacy dan kecemasan pada siswa SMPN 3 Tangerang Selatan yang dilakukan pada tanggal 27 Agustus 2010. Tahap pengambilan data, yaitu: a. Menentukan jumlah sampel penelitian, b. Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta kesediaan responden untuk mengisi skala penelitian, c. Memberikan alat ukur yang telah disiapkan kepada 60 responden. Setelah uji coba dilakukan, peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas skala dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor tiap item dengan skor total, dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson dan perhitungannya menggunakan program SPSS versi 16.0, maka diperoleh reliabilitas dari skala self-efficacy sebesar 0,933 dan skala kecemasan sebesar 0,923. Ketika alat ukur ini dapat disimpulkan memiliki reliabilitas yang baik karena suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel, jika memberikan nilai alpha Cronbach > 0.900 (Azwar, 1996).
58
3. Pelaksanaan penelitian Penelitian sesungguhnya dilakukan pada tanggal 22 September 2010. Peneliti menyebarkan skala self-efficacy yang terdiri dari 40 item dan skala kecemasan yang dari 36 item yang diberikan kepada 100 siswa SMPN 4 Tangerang Selatan.
4. Pengolahan data a. Melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden, b. Menghitung dan membuat tabulasi data yang di peroleh kemudian membuat tabel data, c. Melakukan analisa data dengan menggunakan metode statistik, khususnya soft ware SPSS versi 16.0 yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian, d. Membuat kesimpulan dan laporan akhir penelitian.
3.7 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara self-efficacy matematika dengan kecemasan menghadapi pelajaran matematika adalah dengan menggunakan analisis Correlation Product Moment Pearson, yaitu untuk melihat hubungan antara self-efficacy matematika sebagai variabel predictor dengan kecemasan menghadapi pelajaran matematika sebagai variabel kriterium. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan hasil analisis korelasi, peneliti menggunakan program SPSS versi 16.0.
59
BAB 4 HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan hasil pengolahan data yang diambil pada penelitian, gambaran umum mengenai subjek penelitian serta hasil penelitian yang telah dilaksanakan.
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMPN 4 Tangerang Selatan yang telah berdiri sejak tahun 1984 yang berlokasi di Jalan Pamulang Permai Barat II Pamulang, kota Tangerang Selatan, propinsi Banten. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas 3 dengan jumlah siswa sebanyak 100 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 September 2010.
4.1.1. Subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.1 Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
Laki-laki
45 orang
45%
Perempuan
55 orang
55%
Jumlah
100 orang
100%
Dari tabel 4.1 di atas, menunjukkan bahwa subjek penelitian yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 45 orang (45%) dan subjek yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 55 orang (55%).
60
4.1.2. Subjek penelitian berdasarkan usia
Tabel 4.2 Gambaran subjek penelitian berdasarkan usia Usia
Jumlah
Persentase
13 Tahun
32 orang
32%
14 Tahun
59 orang
59%
15 Tahun
9 orang
9%
Jumlah
100 orang
100%
Dari tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa subjek penelitian yang berusia 13 tahun berjumlah 32 orang (32%), sedangkan subjek yang berusia 14 tahun berjumlah 59 (59%) dan subjek yang berusia 15 tahun berjumlah 9 orang (9%).
4.2. Presentasi Data Berikut akan dijelaskan mengenai presentasi data penelitian, yaitu: 4.2.1. Statistik deskriptif Berikut akan diuraikan deskriptif hasil perhitungan statistik skor subjek penelitian yang dibantu dengan penyajian dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 4.3 Statistik deskriptif skor self-efficacy dan kecemasan Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Self Efficacy
100
92
160
122.34
10.857
Kecemasan
100
36
120
83.14
11.652
Valid N (listwise)
100
Dari tabel 4.3 diketahui bahwa jumlah subjek penelitian berjumlah 100 orang, dengan skor self efficacy yang terendah ialah 92 dan skor yang tertinggi ialah 160.
61
sedangkan skor kecemasan yang terendah ialah 36 dan skor tertinggi ialah 120. Adapun nilai mean (rata-rata) self efficacy adalah 122.34 dan untuk kecemasan adalah 83.14.
4.2.2. Kategorisasi skor subjek penelitian Untuk mengetahui skor self efficacy matematika yang diperoleh responden itu tinggi atau rendah, maka disajikan norma skor skala self efficacy matematika setelah diketahui nilai Mean = 122.34 dan SD = 10.857 sebagai berikut: Tabel 4.4 Norma skor skala self-efficacy Std. N Self Efficacy
Minimum 100
Maximum
92
160
Mean
Deviation
122.34
10.857
Nilai minimum yang didapatkan adalah 92 dan nilai maksimum adalah 160., sehingga luas jarak sebenarnya adalah 160-92=68. Jarak tersebut kemudian dibagi dua untuk dilihat nilai tengahnya yaitu 68/2=34. Kemudian hasil tersebut ditambah dengan nilai minimum yaitu: 92+34=126, sehingga nilai tengah yang didapatkan antara 92 dan 160 adalah 126. Maka diperoleh kategori sebagai berikut: Tabel 4.5 Komposisi subjek berdasarkan pengkategorian skor self-efficacy Kategorisasi
Interval Skor
Frekuensi
%
Tinggi
126-160
32
32%
Rendah
92-125
68
68%
100
100%
Jumlah
62
Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebanyak 32% atau 32 responden berada pada kategori self efficacy tinggi, sedangkan sebanyak 68% atau 68 responden yang memiliki self efficacy rendah. Kemudian untuk mengetahui skor kecemasan yang diperoleh responden itu tinggi atau rendah, maka disajikan norma skor skala kecemasan setelah diketahui nilai Mean = 83.14 dan SD = 11.652 sebagai berikut: Tabel 4.6 Norma skor skala kecemasan Std. N Kecemasan
Minimum 100
Maximum
36
120
Mean
Deviation
83.14
11.652
Nilai minimum yang didapatkan adalah 36 dan nilai maksimum adalah 120., sehingga luas jarak sebenarnya adalah 120-36 = 84. Jarak tersebut kemudian dibagi dua untuk dilihat nilai tengahnya yaitu 84/2 = 42. Kemudian hasil tersebut ditambah dengan nilai minimum yaitu: 36+42 = 78, sehingga nilai tengah yang didapatkan antara 36 dan 120 adalah 78, maka diperoleh kategori sebagai berikut:
Tabel 4.7 Komposisi subjek berdasarkan pengkategorian skor kecemasan Kategorisasi
Interval Skor
Frekuensi
%
Tinggi
78-120
70
70%
Rendah
36-77
30
30%
100
100%
Jumlah
Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sebanyak 70 % atau 70 responden berada pada kategori kecemasan tinggi, sedangkan sebanyak 30% atau 30 responden yang memiliki kecemasan rendah.
63
4.3. Hasil Penelitian Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara V1 dan V2, maka diajukan hipotesis pengajuan (Ha) yang menyatakan bahwa ada tidaknya hubungan self efficacy matematika dengan kecemasan menghadapi pelajaran matematika untuk menganalisanya, maka menggunakan teknik uji korelasi. Berikut adalah hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 16.0.
4.3.1. Hasil uji hipotesis Hasil penghitungan uji hipotesis dengan menggunakan teknik Pearson’s menghasilkan nilai r hitung sebesar -0,602. Sementara nilai r tabel dengan n = 100 pada taraf signifikansi 1% adalah sebesar 0,256. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan hasil korelasi.
Tabel 4.8 Correlations STOT STOT
Pearson Correlation
KTOT 1
Sig. (2-tailed) N KTOT
Pearson Correlation
.000 100
100
-.602**
1
Sig. (2-tailed)
.000
N
100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Keputusan : Ho diterima jika r hitung < r tabel
-.602**
100
64
Dari tabel 4.8 dapat dijelaskan bahwa r hitung sebesar -0,602 yang berarti tanda negatif (-) didepan angka tersebut menentukan arah hubungan yang bersifat negatif, sedangkan nilai r tabel sebesar 0,256. Dengan demikian nilai r hitung > r tabel yaitu -0,602 > 0,256, sehingga hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara self-efficacy matematika dengan kecemasan menghadapi pelajaran matematika dengan demikian ditolak. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara self-efficacy matematika dengan kecemasan menghadapi pelajaran matematika dengan demikian diterima.
4.3.2. Hasil uji regresi Setelah diketahui nilai korelasi antara variabel self-efficacy dan kecemasan, kemudian dilakukan penghitungan analisis regresi. Penghitungan analisis regresi adalah melakukan penghitungan R Square untuk mengetahui seberapa besar sumbangsih variabel self-efficacy terhadap variabel kecemasan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini : Tabel 4.9 Model Summary Model R
R
Adjusted Std.Error
Square R
Change Statistik
Of the
Square
Estimate R
F
Df
df
Sig.F
Square
change
1
2
Change
55.802
1 98
.000
Change 1
.602a
.363
a. Predictors: (Constant), STOT
.356
9.348
.363
65
Dari hasil output SPSS versi 16.0 di dapat nilai R square sebesar 0,363 yang berarti bahwa, variabel self-efficacy matematika memberikan sumbangsih atau kontribusi kepada variabel kecemasan menghadapi pelajaran matematika sebesar 36,3%. Sedangkan sisanya 63,7% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel self-efficacy, seperti self-regulated learning, motivasi siswa dalam belajar, dan sebagainya. Tabel 4.10 ANOVAb
Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
4876.278
1
4876.278
Residual
8563.762
98
87.385
13440.040
99
Total
F 55.802
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), STOT b. Dependent Variable: KTOT
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung yang diperoleh adalah sebesar 55.802 dengan p value 0,000. Karena p value yang diperoleh < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan garis regresi yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat diterapkan. Selanjutnya, peneliti menguji aspek-aspek dalam self-efficacy matematika dengan kecemasan menghadapi pelajaran matematika, sehingga dapat diketahui aspek yang paling berpengaruh. Sebelum melakukan uji regresi, peneliti melakukan uji korelasi dengan menggunakan SPSS versi 16. Berikut ini hasil uji korelasinya.
66
Tabel 4.11 Korelasi aspek-aspek self-efficacy (level, strength & generality) dengan kecemasan menghadapi pelajaran matematika Correlations Kecemasan Kecemasan
Pearson Correlation
Level
Level
Strength
Generality
Pearson Correlation
Generality
-.480**
-.534**
-.490**
.000
.000
.000
100
100
100
100
-.480**
1
.601**
.573**
.000
.000
1
Sig. (2-tailed) N
Strength
Sig. (2-tailed)
.000
N
100
100
100
100
-.534**
.601**
1
.784**
Sig. (2-tailed)
.000
.000
N
100
100
100
100
-.490**
.573**
.784**
1
Sig. (2-tailed)
.000
.000
.000
N
100
100
100
Pearson Correlation
Pearson Correlation
.000
100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa nilai tertinggi adalah aspek self-efficacy yang kedua, yaitu strength berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya sebesar -0,534. Kemudian diikuti oleh aspek self-efficacy yang ketiga, yaitu generality berkaitan dengan luas bidang tingkah laku sebesar -0,490 dan yang terakhir adalah aspek self-efficacy yang pertama, yaitu level berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu merasa mampu untuk melakukannya sebesar -0,480, maka aspek yang pertama kali dimasukkan dalam uji regresi adalah aspek self-efficacy yang kedua karena memiliki nilai korelasi yang paling tinggi dengan kecemasan menghadapi pelajaran matematika.
67
Dari hasil uji regresi dengan menggunakan SPSS 16.0, diperoleh R2 dari kontribusi aspek self-efficacy kedua, yaitu strength berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya sebesar 0,285. Hal ini berarti sebesar 28,5% dari aspek strength memberikan kontribusi terhadap kecemasan menghadapi pelajaran. Kemudian, peneliti memasukkan aspek ketiga dalam perhitungan regresi, dengan hasil R2 sebesar 0,298. Hal ini berarti, kecemasan menghadapi pelajaran matematika memberikan kontribusi dari aspek ketiga, yaitu generality berkaitan dengan luas bidang tingkah laku sebesar 29,8% - 28,5% = 1,3%. Kemudian, peneliti menambahkan lagi aspek pertama dengan menggunakan perangkat yang sama seperti sebelumnya. Dari hasil uji regresi tersebut diperoleh R2 sebesar 0,331 yang berarti bahwa 33,1% dari kecemasan menghadapi pelajaran matematika dipengaruhi oleh aspek level berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu merasa mampu untuk melakukannya, sehingga hanya memberikan kontribusi sebesar 33,1%-29,8%=3,3% terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika. Berikut gambaran R2 dan tingkat signifikansinya dijelaskan dalam tabel 4.12 Tabel 4.12 Proporsi varian oleh masing-masing aspek self-efficacy matematika pada kecemasan menghadapi pelajaran matematika
X1
0,285
R2 change 0,285
X12 X123 Total
0,298 0,331
0,013 0,033
IV
R2
F hitung 39,063
F tabel 3,94
0,119 3,209
3,94 3,94
Signifikansi Sangat signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan
68
Keterangan: X1
=
strength berkaitan dengan tingkat kekuatan dari
keyakinan atau
pengharapan individu mengenai kemampuannya X12
=
strength berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya, generality berkaitan dengan berkaitan dengan luas bidang tingkah laku
X123
= strength berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya, generality berkaitan dengan luas bidang tingkah laku, dan level berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu merasa mampu untuk melakukannya Signifikansi sumbangan tiap aspek pada tabel 4.13 diperoleh dari Fhitung
dibandingkan dengan Ftabel. Untuk memperoleh Fhitung, digunakan rumus sebagai berikut: F =
r2 /k (1-r )/(n-k-1) 2
Jika Fhitung > Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan aspek-aspek tersebut terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika. Kemudian peneliti melihat koefisien regresi masing-masing variabel dari output SPSS 16.0 pada tabel 4.13 di bawah ini:
69
Tabel 4.13 Hasil Analisis Regresi Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 82.630
4.854
Strength
-.298
.141
Generality
-.125
Level
-.230
Coefficients T
Beta
Sig.
17.021
.000
-.298
-2.113
.037
.137
-.125
-.910
.365
.107
-.230
-2.154
.034
a. Dependent Variable: Kecemasan
Selanjutnya berdasarkan hasil output diatas, maka dapat dilihat kontribusi masingmasing aspek self-efficacy terhadap kecemasan menghadapi pelajaran matematika dengan penjabaran sebagai berikut: 1. Aspek strength berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya diperoleh nilai R2 change sebesar 0,285 yang berarti bahwa aspek strength yang berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya memiliki kontribusi yang paling besar dalam mempengaruhi kecemasan siswa menghadapi pelajaran matematika. Selain itu, untuk koefisien regresi diperoleh nilai sebesar -0,298, yang berarti bahwa aspek strength yang berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya secara negatif mempengaruhi kecemasan siswa menghadapi pelajaran matematika, dengan kriteria signifikan. Maka dapat disimpulkan
70
bahwa, semakin tinggi tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya, maka kecemasan yang dialami siswa terhadap pelajaran matematika semakin rendah. 2. Aspek generality berkaitan dengan luas bidang tingkah laku diperoleh nilai R2 change sebesar 0,013 yang berarti bahwa luas bidang tingkah laku memberikan kontribusi 1,3% dalam mempengaruhi kecemasan siswa menghadapi pelajaran matematika, sedangkan koefisien regresinya diperoleh nilai sebesar -0,125 yang berarti bahwa aspek generality yang berkaitan dengan luas bidang tingkah laku secara negatif mempengaruhi kecemasan siswa menghadapi pelajaran matematika, dengan kriteria tidak signifikan 3. Aspek level berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu merasa mampu untuk melakukannya dperoleh nilai R2 change sebesar 0,033 yang berarti bahwa derajat kesulitan tugas ketika individu merasa mampu untuk melakukannya memberikan kontribusi 3,3% dalam mempengaruhi kecemasan siswa menghadapi pelajaran matematika, sedangkan koefisien regresinya diperoleh nilai sebesar -0,230 yang berarti bahwa, aspek level yang berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu merasa mampu untuk melakukannya secara negatif mempengaruhi kecemasan siswa menghadapi pelajaran matematika, dengan kriteria tidak signifikan. 4. Sedangkan interaksi antara ketiga aspek self-efficacy dengan kecemasan menghadapi pelajaran matematika dihitung dengan menggunakan SPSS 16.0. dapat dilihat pada tabel 4.14 di bawah ini :
71
Tabel 4.14 Kontribusi aspek-aspek self-efficacy (level, strength & generality) dengan kecemasan Model Summary Change Statistics R R Model
R .575a
1
Adjusted
Square R Square .331
Std. Error of the Estimate
.310
Square
F
Change Change df1 df2
8.30842
.331
15.805
3
Sig. F Change
96
.000
a. Predictors: (Constant), Level, Generality, Strength
Dari tabel 4.14 dapat dilihat nilai F 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa aspek strength, generality, dan level berpengaruh secara signifikan dengan kecemasan siswa menghadapi pelajaran matematika, dengan nilai R2 sebesar 0,331, yang berarti bahwa interaksi dari ketiga aspek tersebut memberikan kontribusi sebesar 33,1% dengan kecemasan menghadapi pelajaran matematika. Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa aspek yang memiliki kontribusi paling besar dan paling signifikan dalam mempengaruhi kecemasan siswa menghadapi pelajaran matematika adalah strength yang berkaitan dengan tingkat
kekuatan
dari
keyakinan
atau
pengharapan
individu
mengenai
kemampuannya.
4.3.3 Analisis tambahan Dari data yang diperoleh berupa adanya gambaran unum mengenai subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, maka peneliti melakukan uji t yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat self-efficacy dan kecemasan
72
berdasarkan jenis kelamin perempuan dan jenis kelamin laki-laki. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.15 di bawah ini: Tabel 4.15 Skor mean self-efficacy matematika Report SE Gender
Mean
N
Std. Deviation
Pr
121.02
53
11.262
Lk
123.83
47
10.298
Total 122.34 100 10.857 Dari tabel 4.15 dapat diketahui bahwa skor mean untuk self–efficacy matematika pada siswa perempuan sebesar 121.02 dan skor mean self-efficacy matematika pada siswa laki-laki sebesar 123.83, yang berarti bahwa self–efficacy matematika siswa perempuan lebih rendah dibandingkan dengan self-efficacy matematika pada siswa laki-laki. Setelah mengetahui skor mean self-efficacy matematika siswa berdasarkan jenis kelamin. Selanjutnya adalah mengetahui perbedaan tingkat kecemasan siswa berdasarkan jenis kelamin. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.16 di bawah ini : Tabel 4.16 Skor mean kecemasan menghadapi pelajaran matematika Report KC gender
Mean
N
Std. Deviation
Pr
87.13
53
11.499
Lk
78.64
47
10.180
Total 83.14 100 11.652 Dari tabel 4.16 diperoleh skor mean kecemasan pada siswa perempuan sebesar 87.13 dan skor mean kecemasan untuk siswa laki-laki sebesar 78.64, yang
73
berarti bahwa kecemasan yang dirasakan siswa perempuan ketika menghadapi pelajaran matematika lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki.
73
BAB 5 PENUTUP Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dari penelitian yang dilakukan, diskusi, dan saran penelitian.
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penghitungan analisis data serta pengujian hipotesis dengan teknik uji korelasi dapat disimpulkan bahwa, nilai korelasi r hitung sebesar -0,602 sedangkan nilai r tabel sebesar 0,256. Jadi, nilai r hitung > r tabel yaitu -0,602 > 0,256 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara self-efficacy matematika dengan kecemasan menghadapi pelajaran matematika dengan arah hubungan yang bersifat negatif, sedangkan nilai R Square yang didapat sebesar 0,363 yang berarti bahwa, variabel self-efficacy terhadap matematika memberi kontribusi kepada variabel kecemasan menghadapi pelajaran matematika sebesar 36,3% dan sisanya 63,7% dipengaruhi oleh variabel lain, sedangkan hasil uji t self-efficacy siswa berdasarkan jenis kelamin, yaitu bahwa skor mean self-efficacy pada siswa perempuan sebesar 122.02 dan skor mean self-efficacy siswa laki-laki sebesar 123.83, sehingga dapat diketahui bahwa self-efficacy siswa perempuan lebih rendah dibandingkan dengan siswa laki-laki. Selain itu juga, hasil uji t untuk kecemasan siswa berdasarkan jenis kelamin diperoleh skor mean kecemasan untuk siswa perempuan sebesar 87.13 dan untuk siswa laki-laki sebesar 78.64, yang berarti bahwa tingkat kecemasan siswa perempuan ketika menghadapi pelajaran matematika lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki.
74
5.2 Diskusi Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara selfefficacy matematika dengan kecemasan menghadapi pelajaran matematika. Berdasarkan hasil analisis uji korelasi product moment, penelitian ini memiliki hipotesis yang menyatakan bahwa, terdapat hubungan yang signifikan antara self-efficacy matematika dengan kecemasan menghadapi pelajaran matematika dengan arah hubungan yang bersifat negatif. Itu berarti bahwa, semakin tinggi self-efficacy seseorang terhadap matematika, maka semakin rendah kecemasan yang dirasakan ketika menghadapi pelajaran matematika tersebut. Hal ini sesuai dengan teori sosial kognitif yang dikemukakan oleh Pajares (1996), yaitu dapat terlihat bahwa ketika self-efficacy seseorang dikontrol, maka pengaruh kecemasan berkurang, sehingga seseorang yang mempunyai self-efficacy tinggi, maka kecemasan yang dirasakan rendah (menurun). Selain itu, peranan selfefficacy dalam kecemasan menurut teori sosial kognitif, yaitu orang-orang yang memiliki persepsi self-efficacy yang rendah dengan hubungannya dalam mengatasi ancaman yang mengakibatkan timbulnya kecemasan yang tinggi pada seseorang. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Betz dan Hackett (dalam Meece, 1990) menunjukkan bahwa, self-efficacy mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kecemasan yang dialami oleh siswa daripada hasil prestasi matematika, sehingga kecemasan seseorang lebih dipengaruhi oleh self-efficacy daripada prestasi yang dicapai. Sedangkan menurut Dale Schunk (dalam Santrock, 2001), menyatakan bahwa self-efficacy mempengaruhi siswa dalam memilih
75
kegiatannya. Siswa dengan self-efficacy yang rendah mungkin menghindari pelajaran yang banyak tugasnya, khususnya untuk tugas-tugas yang menantang, sedangkan siswa dengan self-efficacy yang tinggi mempunyai keinginan yang besar untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa yang menyukai pelajaran matematika akan merasa tidak cemas baik ketika ulangan matematika maupun saat pelajaran matematika tersebut berlangsung. Seperti yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya bahwa self-efficacy merupakan penilaian seseorang tentang kemampuannya untuk menyusun tindakan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas-tugas khusus yang dihadapi. Semakin tinggi self-efficacy seseorang, maka akan semakin besar dan gigih pula usaha yang dilakukan ketika dihadapkan dengan kesulitan, individu yang memiliki self-efficacy tinggi akan mengeluarkan usaha yang besar untuk mengatasi tantangan tersebut. Sedangkan orang yang meragukan kemampuannya akan mengurangi usahanya atau bahkan menyerah sama sekali. Dalam hasil penelitian ini juga didapatkan nilai R square sebesar 0,363 yang berarti bahwa, variabel self-efficacy matematika memberikan sumbangsih atau kontribusi kepada variabel kecemasan menghadapi pelajaran matematika sebesar 36,3%. Sedangkan sisanya 63,7% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel self-efficacy, misalnya self-regulated learning, motivasi belajar siswa, dan sebagainya. Selain itu dalam hasil penelitian ini diketahui pula adanya perbedaan tingkat self-efficacy matematika dan kecemasan menghadapi pelajaran matematika pada
76
siswa laki-laki dan perempuan. Nilai t self-efficacy matematika siswa berdasarkan jenis kelamin, yaitu bahwa skor mean self-efficacy matematika pada siswa perempuan sebesar 122.02 dan skor mean self-efficacy matematika siswa laki-laki sebesar 123.83, sehingga dapat diketahui bahwa self-efficacy matematika siswa perempuan lebih rendah dibandingkan dengan siswa laki-laki. Selain itu juga, hasil uji t untuk kecemasan menghadapi pelajaran matematika pada siswa berdasarkan jenis kelamin diperoleh skor mean kecemasan untuk siswa perempuan sebesar 87.13 dan untuk siswa laki-laki sebesar 78.64, yang berarti bahwa tingkat kecemasan siswa perempuan ketika menghadapi pelajaran matematika lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ormrod (2008), yang menyatakan bahwa kemampuan siswa laki-laki lebih tinggi dalam mengerjakan tugas yang berkaitan dengan tugas-tugas visual-spasial yaitu kemampuan untuk membayangkan dan memanipulasi secara mental gambar dua atau tiga dimensi dibandingkan dengan siswa perempuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa laki-laki lebih menggunakan kemampuan kognitif dan logikanya dalam mengerjakan tugas-tugas yang menantang seperti mengerjakan tugas matematika dibandingkan dengan siswa perempuan.
77
5.3 Saran 5.3.1. Saran Teoritis Sehubungan dengan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti merasa perlu memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1) Penelitian selanjutnya diharapkan melibatkan variabel-variabel lain seperti self-regulated learning, sikap terhadap matematika, dan sebagainya. 2) Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah klasifikasi sampel yang lebih beragam lagi yaitu mulai dari tingkat SD sampai perguruan tinggi, sehingga gambaran yang dihasilkan mengenai kecemasan menghadapi pelajaran matematika dapat diperoleh lebih lengkap.
5.3.2. Saran Praktis Dalam hal praktis, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1) Untuk para guru, dengan adanya persepsi siswa terhadap pelajaran matematika yang masih negatif, salah satu penyebabnya para siswa tidak menyukai pelajaran matematika adalah model pembelajaran yang diterapkan oleh sebagian guru matematika masih menggunakan metode menulis dan mencatat yang monoton, sehingga para siswa kurang dapat menerima dan bahkan pelajaran tersebut menjadi membosankan baginya. Dengan demikian, para guru seharusnya menggunakan metode mengajar yang
lebih
variatif,
seperti
menciptakan
suasana
belajar
yang
menyenangkan, tidak tegang, serta guru juga harus lebih humoris dan tidak
78
terlalu keras dalam mengajar. Guru juga harus memberikan siswa kesempatan untuk bergerak bebas, maksudnya memberikan siswa tersebut kebebasan dalam mengerjakan, menggambarkan sesuatu dengan caranya sendiri. Guru juga harus selalu memberikan motivasi agar siswa belajar dengan penuh semangat sehingga siswa mau berfikir keras. 2) Dalam penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar tingkat kecemasan siswa SMPN 4 Tangerang Selatan dalam menghadapi pelajaran matematika berada pada kategori tinggi. Maka cara untuk mengurangi kecemasan siswa terhadap matematika baik ketika mengikuti pelajaran matematika di kelas maupun saat menghadapi ujian matematika, yaitu dengan mengubah persepsi siswa bahwa pelajaran matematika itu tidak sulit dan rumit bahkan menyenangkan. Selain itu, siswa juga harus mempunyai self-efficacy yang tinggi terhadap matematika dengan cara, siswa dapat terus berusaha dan bertahan dalam mengerjakan soal yang sulit sekalipun tanpa memikirkan hasil yang didapatnya nanti.
79
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, R. L., Atkinson. R. C. (1990). Pengantar psikologi. Jakarta: Erlangga. Bandura, A. (1986). Social foundation of thought and action. A social cognitive theory. New Jersey: Prentice Hall. Chaplin, J. P. (2006). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Davidoff, L. L. (1991). Psikologi suatu pengantar jilid 2. Jakarta: Erlangga. Dirgagunarsa, S. (1989). Pengantar psikologi. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. Fahmi, M. (1977). Kesehatan jiwa dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Jakarta: Bulan Bintang. Fausiah, F., Widuri. J. (2005). Psikologi abnormal klinis dewasa. Jakarta: UI Press. Feist, J., & Feist. G. J. (2002). Theories of personality. (5th ed). Boston: Mc Graw Hill. Ghufron, M. N., Rini. R. S. (2010) Teori-teori psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Holmes, D. (1991). Abnormal psychology. New York: Harper Collins Publisher, Inc. Hunsley, J. (1987). Cognitive processes in mathematics anxiety and test anxiety: the role of appraisals, internal dialogue, and attributions. Journal of Educational Psychology, Vol. 79, No. 4, 388-392. American Psychological Association, Inc. Kusumawati, Y. (Mei, 2005). Hubungan sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan fenomena kecemasan matematika kelas V SDN Karang Tengah 6 dan Karang Tengah 7 Tangerang. Jurnal Ilmiah Psiko-Edukasi. Vol.3, No. 1, 49-60. Jakarta: FKIP Unika Atma Jaya. Lent, R.W., Lopez. F. G., & Bieschke. J. (1991). Mathematics self-efficacy: sources and relation to science-based career choice. Journal Counseling
80
Psychology, Vol. 38, No. 4, 424-430. American Psychological Association, Inc. Litfiah. (Januari-Maret, 1997). Peran self-efficacy dalam memacu prestasi. Edukasi. Edisi: 01 Tahun IX. 59-68. Fakultas Ilmu Pendidikan: IKIP Semarang. Meece, J. L., Wigfield. A., & Eccless. J. S. (1990). Predictor of math anxiety and its performance in mathematics . Journal of Educational Psychology, Vol. 82, No. 1, 60-70. American Psychological Association, Inc. Nevid, J. S., Spencer. A. R., Beverly. G. (2003). Psikologi abnormal. Jakarta: Erlangga. Ormord, J. E. (2008). Educational psychology developing learners. Pearson: Merril Prentice Hall. Pajares, F. (1996). Self-efficacy beliefs and mathematical problems-solving of gifted students. Contemporary Educational Psychology, Vol. 21, No. 0025. 325-344. Emory University. Pervin, A. L., Cervone, D., & John, O. P. (2005). Personality: theory and research. (9th ed). New York: John Wiley & Sons, Inc. Purnomo, D. (Juli, 1999). Kecemasan terhadap matematika. Paradigma Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol.6. No.10. 27-36. Jakarta: PDII-LIPI. Saifuddin, A. (1996). Tes prestasi: Fungsi pengembangan pengukuran prestasi belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI). Santrock, J. W. (2001). Educational psychology. New York: Mc Graw Hill. Sevilla, C. G., et. al. (1993). Pengantar metode penelitian. Jakarta: UI Press. Soedjadi, R. (2000). Kiat pendidikan matematika di Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sriyanto, H. J. (2007). Strategi sukses menguasai matematika. Yogyakarta: Indonesia Cerdas. Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Bandung:
Alfabeta. Warsiki, E. G., Lestari. S. (1983). Kecemasan anak dan remaja. Jiwa Majalah Psikiatri: Indonesian Psychiatric Quarterly. 37-46. PDII-LIPI.
81
Warsito, H. (September, 2004). Hubungan antara self-efficacy dengan penyesuaian akademik dan prestasi akademik. Jurnal Psikologi, Vol. 14, No. 2. 92-107. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran. Woolfolk, A. E. (2004). Educational psychology. (9th ed). New Jersey: Allyn & Bacon. Wolman, B. B. & Sricker. G. (1994). Anxiety and related disorders a handbook. New York: John Wiley & Sons, Inc. Yoenanto, N. H. (Mei, 2001). Kecemasan siswa pada bidang matematika di sekolah lanjutan tingkat pertama di surabaya. Media Psikologi INSAN, Vol. 3. No.1. 41-49. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.
Angket Penelitian Try Out Data Responden Jenis Kelamin
:L/P
Usia
: ..... Tahun
Petunjuk Pengisian Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan-pernyataan Anda diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang telah disediakan yang sesuai dengan diri Anda pada kolom jawaban dengan memberi tanda Checklist (√). Adapun pilihan jawaban (untuk skala 1 & skala 2) : SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
TS
: Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju PETUNJUK PENGERJAAN 1. Baca dan pahami setiap pernyataan di bawah ini dengan teliti. 2. Berilah tanda (√) pada kolom si sebelah kanan pada tiap pernyataan yang paling sesuai dengan diri Anda. 3. Sebelum lembaran ini dikembalikan harap diperiksa kembali kelengkapan jawaban Anda.
Skala 1 No
Pernyataan
SS
1
Saya yakin dapat dengan cepat mengerjakan soal matematika yang mudah
2
Saya selalu berusaha dengan kemampuan sendiri untuk memperoleh nilai yang baik
tanpa harus
banyak bergantung pada teman 3
Saya yakin dapat mengerjakan tugas Matematika
S
TS
STS
yang belum diajarkan guru 4
Saya
akan
berusaha
sekuat
tenaga
untuk
mengerjakan tugas matematika meskipun belum memahaminya dengan baik 5
Saya putus asa ketika harus mengerjakan soal matematika yang sulit
6
Saya yakin dapat menyelesaikan soal matematika dengan sangat baik karena saya pernah mengerjakan soal tersebut sebelumnya
7
Keberhasilan saya dalam mengerjakan setiap tugas matematika membuat saya percaya diri dan yakin lulus dalam ujian
8
Saya berusaha untuk dapat menyelesaikan setiap tugas Matematika yang diberikan oleh guru tanpa bantuan teman
9
Saya bersemangat ketika harus mengerjakan soal matematika yang sedikit sulit
10
Saya akan berusaha mengerjakan soal matematika yang sulit
11
Saya mampu menyelesaikan tugas Phytaghoras dengan benar sesuai dengan yang diajarkan oleh guru
12
Saya bersemangat saat guru menjelaskan materi Matematika yang tidak saya pahami
13
Saya
yakin
dengan
kemampuan
saya
untuk
mendapat prestasi yang baik pada pelajaran Matematika 14
Bagi saya Matematika merupakan hitungan yang rumit
15
Walaupun soal yang saya hadapi tergolong mudah,
saya tetap kesulitan mengerjakannya 16
Saya akan menyontek untuk dapat menjawab soal ulangan Matematika yang sulit
17
Saya
berdiskusi
dengan
teman-teman
untuk
menambah pemahaman materi Matematika 18
Saya akan belajar dahulu di rumah sebelum mengikuti ulangan Matematika esok hari
19
Saya yakin dapat mengerjakan soal Matematika meskipun belum begitu dalam mempelajarinya
20
Saya yakin mampu menyelesaikan setiap soal matematika yang diberikan oleh guru
21
Saya mampu menyelesaikan soal Matematika yang sulit yang diberikan guru
22
Saya tidak pernah terlambat masuk kelas saat pelajaran matematika berlangsung
23
Saya meluangkan waktu setiap malam untuk belajar Matematika
24
Walaupun
kesulitan,
saya
selalu
berusaha
mengerjakan tugas Bangn Ruang sampai selesai 25
Saya akan menyuruh teman untuk mengerjakan tugas Geometri yang tidak saya pahami
26
Saya menyiapkan buku tulis khusus untuk mencatat setiap materi Matematika
27
Saya selalu mengulang materi pelajaran Matematika di rumah yang telah diajarkan guru di sekolah
28
Saya tetap menyontek PR teman, padahal soalnya tergolong mudah
29
Untuk mendapatkan nilai yang bagus, saya akan menyontek ketika ujian matematika
30
Belajar
matematika
adalah
hal
yang
paling
membosankan 31
Meskipun materi Matematika yang diajarkan cukup banyak,
saya
tetap
mampu
memahami
dan
mempelajari seluruhnya 32
Saya akan berhenti berusaha mengerjakan tugas Phytaghoras meskipun belum mencapai tujuan yang saya harapkan
33
Saya akan menghindari tugas Geometri yang tidak saya pahami sama sekali
34
saya lebih tertarik mengerjakan soal Matematika yang dapat saya selesaikan daripada mengerjakan soal Matematika yang belum dipelajari
35
Menurut saya Matematika sangat sulit karena membutuhkan logika yang tinggi
36
Saya tidak sanggup berlama-lama dalam belajar Matematika
37
Meskipun tahu akan menghadapi kesulitan dalam ujian Matematika, saya merasa tidak perlu belajar
38
Meskipun materi Matematika yang diajarkan hanya sedikit, saya tetap tidak mampu memahaminya
39
Banyaknya materi Matematika yang diajarkan, membuat
saya
kesulitan
untuk
memahami
seluruhnya 40
Saya merasa kesulitan untuk memahami setiap materi Matematika yang diajarkan guru
41
Karena banyaknya rumus yang digunakan untuk menyelesaikan soal Matematika, membuat saya kesulitan untuk mengerjakannya
42
Saya merasa jenuh dalam belajar Matematika
43
Baik di sekolah maupun di rumah saya mampu
mengerjakan PR dengan baik dan benar 44
Saya berambisi untuk menjadi juara Matematika di kelas
45
Walaupun sudah sering belajar matematika, saya tetap tidak mengerti
46
Nilai ulangan Matematika saya rendah, tetapi masih ada teman lainnya yang lebih rendah lagi
47
Saya malas belajar matematika karena selalu mendapat nilai jelek
48
Karena pernah gagal dalam mengerjakan tugas Aljabar, maka saya malas mengerjakan tugas tersebut
49
Saya menunda-nunda masuk kelas saat pelajaran Matematika walau sudah dimulai
Skala 2 No
Pernyataan
SS
1
Ketika ada tanya jawab Matematika didalam kelas, saya merasa takut mendapat giliran untuk menjawab
2
Karena terburu-buru dalam mengerjakan soal Matematika, pemahaman saya sering salah
3
Saya bingung menentukan rumus yang akan digunakan
dalam
menjawab
soal
ulangan
Matematika 4
Saya sulit mengingat materi pelajaran Matematika yang telah diberikan guru
5
Saya ragu dalam menentukan jawaban soal Aljabar
S
TS STS
6
Ketika guru memulai tanya jawab pada pelajaran Matematika, jantung saya langsung berdebar cepat
7
Jika diperintahkan untuk mengumpulkan PR Matematika saya merasa khawatir akan mendapat nilai jelek
8
Saya merasa khawatir jika saya saja yang tidak memahami Matematika
9
Saya tidak yakin dengan keputusan yang saya ambil
10
Dalam menjawab soal ulangan Matematika saya sering terburu-buru
11
Jantung saya berdebar cepat ketika saya ditunjuk oleh guru untuk mengerjakan soal Aljabar didepan kelas
12
Saya merasa santai ketika guru menyuruh saya untuk menyelesaikan perhitungan Matematika di depan kelas
13
Saya
merasa
tenang
mengerjakan
ulangan
Matematika, meskipun teman-teman saya telah selesai terlebih dahulu 14
Saya merasa keputusan yang saya ambil salah
15
Dalam menjawab ulangan Matematika saya merasa tegang
16
Materi Matematika saya anggap menakutkan
17
Tangan saya berkeringat ketika guru menyuruh saya menyelesaikan soal Phytaghoras dipapan tulis
18
Ketika
soal
ulangan
Matematika
jantung saya berdebar cepat
dibagikan
19
Saya tidak bisa fokus belajar Matematika karena pelajarannya sangat sulit
20
Saya yakin dengan keputusan yang telah saya ambil
21
Saya yakin dalam menentukan rumus yang akan digunakan saat ulangan Matematika berlangsung
22
Ketika guru menyuruh saya mengerjakan soal Matematika didepan kelas, tangan saya langsung gemetar
23
ketika
guru
membagikan
soal
ulangan
Matematika, tangan saya langsung gemetar 24
Saya
merasa
mampu
menyelesaikan
soal
Matematika dipapan tulis jika mendapat giliran untuk menjawab 25
saya dapat berkonsentrasi dengan baik saat mengerjakan soal ulangan Matematika
26
Saya merasa tidak kesulitan dalam menyelesaikan perhitungan Matematika yang diberikan guru
27
Saya yakin apapun keputusan yang telah saya ambil itu benar
28
Saya
merasa
gugup
dalam
menyelesaikan
perhitungan Matematika didepan kelas 29
Dalam mengerjakan soal Matematika saya selalu hati-hati dan teliti
30
Saya merasa santai dan rileks ketika mengerjakan soal ulangan Matematika
31
Saya merasa was-was ketika guru menyuruh saya mengerjakan soal Matematika didepan kelas
32
jika diperintahkan untuk mengumpulkan PR Matematika saya merasa was-was karena belum
selesai mengerjakannya 33
Ketika guru menerangkan materi Matematika saya akan langsung bertanya jika ada yang tidak saya pahami
34
Saya akan senang hati ketika guru membagikan hasil ulangan Matematika
35
Dalam menjawab soal-soal Matematika saya dengan santai dapat menyelesaikannya
36
Saya merasa santai dan rileks dalam kegiatan belajar di dalam kelas
37
Saya akan bersikap santai ketika mempelajari materi Matematika untuk mengerti lebih lanjut
38
Saya
dapat
menyelesaikan
perhitungan
Matematika dengan baik dan benar di depan kelas tanpa perasaan khawatir
Angket Penelitian Field Study Data Responden Jenis Kelamin
:L/P
Usia
: ..... Tahun
Petunjuk Pengisian Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan-pernyataan Anda diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang telah disediakan yang sesuai dengan diri Anda pada kolom jawaban dengan memberi tanda Checklist (√). Adapun pilihan jawaban (untuk skala 1 & skala 2) : SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
TS
: Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju PETUNJUK PENGERJAAN 1. Baca dan pahami setiap pernyataan di bawah ini dengan teliti. 2. Berilah tanda (√) pada kolom si sebelah kanan pada tiap pernyataan yang paling sesuai dengan diri Anda. 3. Sebelum lembaran ini dikembalikan harap diperiksa kembali kelengkapan jawaban Anda.
Skala 1 No
Pernyataan
SS
1
Saya selalu berusaha dengan kemampuan sendiri untuk memperoleh nilai yang baik
tanpa harus
banyak bergantung pada teman 2
Saya yakin dapat mengerjakan tugas Matematika yang belum diajarkan guru
3
Saya
akan
berusaha
sekuat
tenaga
untuk
S
TS
STS
mengerjakan tugas matematika meskipun belum memahaminya dengan baik 4
Saya putus asa ketika harus mengerjakan soal matematika yang sulit
5
Keberhasilan saya dalam mengerjakan setiap tugas matematika membuat saya percaya diri dan yakin lulus dalam ujian
6
Saya berusaha untuk dapat menyelesaikan setiap tugas Matematika yang diberikan oleh guru tanpa bantuan teman
7
Saya bersemangat ketika harus mengerjakan soal matematika yang sedikit sulit
8
Saya akan berusaha mengerjakan soal matematika yang sulit
9
Saya mampu menyelesaikan tugas Phytaghoras dengan benar sesuai dengan yang diajarkan oleh guru
10
Saya
yakin
dengan
kemampuan
saya
untuk
mendapat prestasi yang baik pada pelajaran Matematika 11
Saya akan menyontek untuk dapat menjawab soal ulangan Matematika yang sulit
12
Saya akan belajar dahulu di rumah sebelum mengikuti ulangan Matematika esok hari
13
Saya yakin dapat mengerjakan soal Matematika meskipun belum begitu dalam mempelajarinya
14
Saya yakin mampu menyelesaikan setiap soal matematika yang diberikan oleh guru
15
Saya mampu menyelesaikan soal Matematika yang sulit yang diberikan guru
16
Walaupun
kesulitan,
saya
selalu
berusaha
mengerjakan tugas Bangn Ruang sampai selesai 17
Saya akan menyuruh teman untuk mengerjakan tugas Geometri yang tidak saya pahami
18
Saya menyiapkan buku tulis khusus untuk mencatat setiap materi Matematika
19
Saya selalu mengulang materi pelajaran Matematika di rumah yang telah diajarkan guru di sekolah
20
Saya tetap menyontek PR teman, padahal soalnya tergolong mudah
21
Untuk mendapatkan nilai yang bagus, saya akan menyontek ketika ujian matematika
22
Belajar
matematika
adalah
hal
yang
paling
membosankan 23
Meskipun materi Matematika yang diajarkan cukup banyak,
saya
tetap
mampu
memahami
dan
mempelajari seluruhnya 24
Saya akan berhenti berusaha mengerjakan tugas Phytaghoras meskipun belum mencapai tujuan yang saya harapkan
25
Saya akan menghindari tugas Geometri yang tidak saya pahami sama sekali
26
saya lebih tertarik mengerjakan soal Matematika yang dapat saya selesaikan daripada mengerjakan soal Matematika yang belum dipelajari
27
Menurut saya Matematika sangat sulit karena membutuhkan logika yang tinggi
28
Saya tidak sanggup berlama-lama dalam belajar Matematika
29
Meskipun tahu akan menghadapi kesulitan dalam
ujian Matematika, saya merasa tidak perlu belajar 30
Meskipun materi Matematika yang diajarkan hanya sedikit, saya tetap tidak mampu memahaminya
31
Banyaknya materi Matematika yang diajarkan, membuat
saya
kesulitan
untuk
memahami
seluruhnya 32
Saya merasa kesulitan untuk memahami setiap materi Matematika yang diajarkan guru
33
Karena banyaknya rumus yang digunakan untuk menyelesaikan soal Matematika, membuat saya kesulitan untuk mengerjakannya
34
Saya merasa jenuh dalam belajar Matematika
35
Baik di sekolah maupun di rumah saya mampu mengerjakan PR dengan baik dan benar
36
Saya berambisi untuk menjadi juara Matematika di kelas
37
Walaupun sudah sering belajar matematika, saya tetap tidak mengerti
38
Saya malas belajar matematika karena selalu mendapat nilai jelek
39
Karena pernah gagal dalam mengerjakan tugas Aljabar, maka saya malas mengerjakan tugas tersebut
40
Saya menunda-nunda masuk kelas saat pelajaran Matematika walau sudah dimulai
Skala 2 No
Pernyataan
SS
1
Ketika ada tanya jawab Matematika didalam kelas, saya merasa takut mendapat giliran untuk menjawab
2
Karena terburu-buru dalam mengerjakan soal Matematika, pemahaman saya sering salah
3
Saya bingung menentukan rumus yang akan digunakan
dalam
menjawab
soal
ulangan
Matematika 4
Saya sulit mengingat materi pelajaran Matematika yang telah diberikan guru
5
Saya ragu dalam menentukan jawaban soal Aljabar
6
Ketika guru memulai tanya jawab pada pelajaran Matematika, jantung saya langsung berdebar cepat
7
Jika diperintahkan untuk mengumpulkan PR Matematika saya merasa khawatir akan mendapat nilai jelek
8
Saya merasa khawatir jika saya saja yang tidak memahami Matematika
9
Saya tidak yakin dengan keputusan yang saya ambil
10
Jantung saya berdebar cepat ketika saya ditunjuk oleh guru untuk mengerjakan soal Aljabar didepan kelas
11
Saya merasa santai ketika guru menyuruh saya untuk menyelesaikan perhitungan Matematika di depan kelas
12
Saya
merasa
tenang
mengerjakan
ulangan
S
TS STS
Matematika, meskipun teman-teman saya telah selesai terlebih dahulu 13
Saya merasa keputusan yang saya ambil salah
14
Dalam menjawab ulangan Matematika saya merasa tegang
15
Materi Matematika saya anggap menakutkan
16
Tangan saya berkeringat ketika guru menyuruh saya menyelesaikan soal Phytaghoras dipapan tulis
17
Ketika
soal
ulangan
Matematika
dibagikan
jantung saya berdebar cepat 18
Saya tidak bisa fokus belajar Matematika karena pelajarannya sangat sulit
19
Saya yakin dengan keputusan yang telah saya ambil
20
Saya yakin dalam menentukan rumus yang akan digunakan saat ulangan Matematika berlangsung
21
Ketika guru menyuruh saya mengerjakan soal Matematika didepan kelas, tangan saya langsung gemetar
22
ketika
guru
membagikan
soal
ulangan
Matematika, tangan saya langsung gemetar 23
Saya
merasa
mampu
menyelesaikan
soal
Matematika dipapan tulis jika mendapat giliran untuk menjawab 24
saya dapat berkonsentrasi dengan baik saat mengerjakan soal ulangan Matematika
25
Saya merasa tidak kesulitan dalam menyelesaikan perhitungan Matematika yang diberikan guru
26
Saya yakin apapun keputusan yang telah saya
ambil itu benar 27
Saya
merasa
gugup
dalam
menyelesaikan
perhitungan Matematika didepan kelas 28
Dalam mengerjakan soal Matematika saya selalu hati-hati dan teliti
29
Saya merasa santai dan rileks ketika mengerjakan soal ulangan Matematika
30
Saya merasa was-was ketika guru menyuruh saya mengerjakan soal Matematika didepan kelas
31
jika diperintahkan untuk mengumpulkan PR Matematika saya merasa was-was karena belum selesai mengerjakannya
32
Saya akan senang hati ketika guru membagikan hasil ulangan Matematika
33
Dalam menjawab soal-soal Matematika saya dengan santai dapat menyelesaikannya
34
Saya merasa santai dan rileks dalam kegiatan belajar di dalam kelas
35
Saya akan bersikap santai ketika mempelajari materi Matematika untuk mengerti lebih lanjut
36
Saya
dapat
menyelesaikan
perhitungan
Matematika dengan baik dan benar di depan kelas tanpa perasaan khawatir
Reliabilitas dan Validitas Skala Self-Efficacy Try Out
Reliability Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 60
100.0
0
.0
60
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.933
40
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
VAR00001
3.2333
.62073
60
VAR00002
2.2000
.77678
60
VAR00003
3.1667
.58705
60
VAR00004
3.0667
.77824
60
VAR00005
3.4667
.59565
60
VAR00006
2.8667
.62346
60
VAR00007
3.0500
.67460
60
VAR00008
3.1333
.53573
60
VAR00009
3.1000
.60226
60
VAR00010
3.4333
.59280
60
VAR00011
2.8333
.80605
60
VAR00012
3.5000
.59660
60
VAR00013
2.7333
.60693
60
VAR00014
2.9500
.67460
60
VAR00015
2.5167
.72467
60
VAR00016
3.1167
.52373
60
VAR00017
3.3333
.62887
60
VAR00018
3.5167
.53652
60
VAR00019
3.0667
.66042
60
VAR00020
3.2833
.73857
60
VAR00021
3.2833
.61318
60
VAR00022
3.1500
.68458
60
VAR00023
2.9000
.54306
60
VAR00024
3.0500
.72311
60
VAR00025
3.1667
.58705
60
VAR00026
2.0333
.78041
60
VAR00027
2.3500
.89868
60
VAR00028
2.6833
.87317
60
VAR00029
3.5333
.56648
60
VAR00030
3.0500
.50169
60
VAR00031
2.5333
.65008
60
VAR00032
2.8000
.54617
60
VAR00033
2.4500
.74618
60
VAR00034
2.9667
.71228
60
VAR00035
3.0333
.60971
60
VAR00036
3.2833
.73857
60
VAR00037
2.9333
.54824
60
VAR00038
3.3500
.70890
60
VAR00039
3.4333
.59280
60
VAR00040
3.5333
.56648
60
Item-Total Statistics Corrected ItemScale Mean if Scale Variance Total Item Deleted if Item Deleted Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001
117.8500
183.113
.491
.931
VAR00002
118.8833
183.190
.378
.932
VAR00003
117.9167
183.637
.488
.931
VAR00004
118.0167
178.593
.603
.930
VAR00005
117.6167
183.800
.470
.931
VAR00006
118.2167
179.935
.682
.929
VAR00007
118.0333
181.863
.518
.931
VAR00008
117.9500
184.760
.459
.931
VAR00009
117.9833
183.068
.510
.931
VAR00010
117.6500
186.367
.310
.933
VAR00011
118.2500
179.343
.544
.931
VAR00012
117.5833
186.315
.311
.933
VAR00013
118.3500
182.943
.513
.931
VAR00014
118.1333
180.558
.592
.930
VAR00015
118.5667
180.860
.531
.931
VAR00016
117.9667
187.321
.389
.933
VAR00017
117.7500
182.767
.504
.931
VAR00018
117.5667
185.572
.402
.932
VAR00019
118.0167
181.576
.546
.931
VAR00020
117.8000
181.892
.467
.931
VAR00021
117.8000
181.315
.608
.930
VAR00022
117.9333
179.080
.665
.929
VAR00023
118.1833
181.135
.705
.930
VAR00024
118.0333
183.999
.368
.932
VAR00025
117.9167
186.281
.319
.933
VAR00026
119.0500
182.930
.388
.932
VAR00027
118.7333
181.148
.404
.932
VAR00028
118.4000
176.414
.628
.930
VAR00029
117.5500
186.048
.347
.932
VAR00030
118.0333
185.118
.467
.931
VAR00031
118.5500
180.523
.618
.930
VAR00032
118.2833
182.240
.624
.930
VAR00033
118.6333
180.236
.546
.931
VAR00034
118.1167
180.715
.549
.931
VAR00035
118.0500
183.370
.484
.931
VAR00036
117.8000
182.129
.455
.932
VAR00037
118.1500
182.401
.610
.930
VAR00038
117.7333
180.334
.573
.930
VAR00039
117.6500
184.503
.428
.932
VAR00040
117.5500
186.048
.347
.932
Scale Statistics Mean 1.2108E2
Variance Std. Deviation N of Items 191.739
13.84697
40
Reliabilitas dan Validitas Kecemasan Try Out
Reliability Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 60
100.0
0
.0
60
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.923
36
Item Statistics Mean Std. Deviation
N
VAR00001
2.4667
.76947
60
VAR00002
2.8000
.65871
60
VAR00003
2.7667
.67313
60
VAR00004
2.4167
.74314
60
VAR00005
2.5333
.74712
60
VAR00006
2.6833
.79173
60
VAR00007
2.4833
.85354
60
VAR00008
2.9333
.86095
60
VAR00009
2.3500
.77733
60
VAR00010
2.5667
.83090
60
VAR00011
2.4333
.76727
60
VAR00012
2.3500
.77733
60
VAR00013
2.2167
.78312
60
VAR00014
2.6500
.70890
60
VAR00015
2.0667
.75614
60
VAR00016
2.3833
.82527
60
VAR00017
2.7500
.67961
60
VAR00018
2.1833
.70089
60
VAR00019
1.9333
.60693
60
VAR00020
2.1333
.56648
60
VAR00021
2.3833
.78312
60
VAR00022
2.4167
.74314
60
VAR00023
2.2000
.65871
60
VAR00024
2.1000
.70591
60
VAR00025
2.4333
.67313
60
VAR00026
2.0500
.74618
60
VAR00027
2.4833
.77002
60
VAR00028
1.7500
.72778
60
VAR00029
2.2167
.66617
60
VAR00030
2.5167
.77002
60
VAR00031
2.2000
.77678
60
VAR00032
2.1500
.70890
60
VAR00033
2.4833
.77002
60
VAR00034
1.8833
.64022
60
VAR00035
1.8667
.70028
60
VAR00036
2.3167
.70089
60
Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance Item Deleted if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001
82.0833
178.891
.559
.920
VAR00002
81.7500
179.953
.600
.920
VAR00003
81.7833
179.020
.640
.920
VAR00004
82.1333
178.050
.625
.920
VAR00005
82.0167
182.864
.375
.923
VAR00006
81.8667
178.456
.563
.920
VAR00007
82.0667
180.504
.426
.922
VAR00008
81.6167
179.698
.457
.922
VAR00009
82.2000
179.688
.514
.921
VAR00010
81.9833
179.678
.477
.921
VAR00011
82.1167
181.732
.419
.922
VAR00012
82.2000
179.180
.539
.921
VAR00013
82.3333
178.734
.556
.920
VAR00014
81.9000
181.719
.459
.922
VAR00015
82.4833
179.135
.558
.920
VAR00016
82.1667
176.311
.639
.919
VAR00017
81.8000
181.281
.506
.921
VAR00018
82.3667
179.626
.579
.920
VAR00019
82.6167
185.664
.300
.923
VAR00020
82.4167
185.129
.360
.923
VAR00021
82.1667
177.599
.613
.920
VAR00022
82.1333
180.524
.497
.921
VAR00023
82.3500
181.689
.500
.921
VAR00024
82.4500
180.896
.506
.921
VAR00025
82.1167
182.274
.455
.922
VAR00026
82.5000
181.305
.455
.922
VAR00027
82.0667
182.165
.396
.922
VAR00028
82.8000
183.180
.370
.923
VAR00029
82.3333
183.311
.402
.922
VAR00030
82.0333
178.270
.590
.920
VAR00031
82.3500
182.774
.363
.923
VAR00032
82.4000
184.142
.330
.923
VAR00033
82.0667
180.572
.475
.921
VAR00034
82.6667
184.870
.328
.923
VAR00035
82.6833
182.593
.418
.922
VAR00036
82.2333
181.979
.451
.922
Scale Statistics Mean 84.5500
Variance Std. Deviation N of Items 190.997
13.82018
36
Korelasi variabel self-efficacy dengan variabel kecemasan Correlations
Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
STOT
1.2234E2
10.85740
100
KTOT
83.1400
11.65152
100
Correlations STOT STOT
Pearson Correlation
KTOT 1
Sig. (2-tailed) N KTOT
Pearson Correlation
.000 100
100
-.602**
1
Sig. (2-tailed)
.000
N
100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
-.602**
100
Regresi variabel self-efficacy dengan variabel kecemasan
Regression Variables Entered/Removedb Model
Variables Entered
Variables Removed
STOTa
1
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: KTOT Model Summary Change Statistics
Model 1
R
Std. Error R Adjusted of the Square R Square Estimate
.602a
.363
.356
R Square Change
9.34801
F Chang e df1
.363 55.802
df2
1
Sig. F Change
98
.000
a. Predictors: (Constant), STOT ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
4876.278
1
4876.278
Residual
8563.762
98
87.385
13440.040
99
Total
F
Sig.
55.802
.000a
a. Predictors: (Constant), STOT b. Dependent Variable: KTOT Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients Model 1
B (Constant) STOT
Std. Error
162.220
10.627
-.646
.087
a. Dependent Variable: KTOT
t
Beta
-.602
Sig.
15.264
.000
-7.470
.000
Hasil uji t skala self-efficacy MEANS TABLES=SE BY gender /CELLS MEAN COUNT STDDEV.
Means Case Processing Summary Cases Included N SE * gender
Excluded
Percent 100
N
100.0%
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 100
100.0%
Report SE gender
Mean
N
Std. Deviation
Pr
121.02
53
11.262
Lk
123.83
47
10.298
Total
122.34
100
10.857
Hasil uji t skala kecemasan MEANS TABLES=KC BY gender /CELLS MEAN COUNT STDDEV.
Means Case Processing Summary Cases Included N KC * gender
Excluded
Percent 100
N
99.0%
Total
Percent 1
1.0%
N
Percent 101
100.0%
Report KC gender
Mean
N
Std. Deviation
Pr
87.13
53
11.499
Lk
78.64
47
10.180
Total
83.14
100
11.652
Korelasi aspek-aspek self-efficacy (level, strength & generality) dengan kecemasan
Correlations Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
Kecemasan
50.0000
10.00000
100
Level
50.0000
10.00000
100
Strength
50.0000
10.00000
100
Generality
50.0000
10.00000
100
Correlations Kecemasan Kecemasan
Pearson Correlation
Level
Level
Strength
Generality
Pearson Correlation
Generality
-.480**
-.534**
-.490**
.000
.000
.000
100
100
100
100
-.480**
1
.601**
.573**
.000
.000
1
Sig. (2-tailed) N
Strength
Sig. (2-tailed)
.000
N
100
100
100
100
-.534**
.601**
1
.784**
Sig. (2-tailed)
.000
.000
N
100
100
100
100
-.490**
.573**
.784**
1
Sig. (2-tailed)
.000
.000
.000
N
100
100
100
Pearson Correlation
Pearson Correlation
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.000
100
Regresi aspek-aspek self-efficacy (level, strength & generality) dengan kecemasan
Regression Descriptive Statistics Mean Kecemasan
Std. Deviation
N
50.0000
10.00000
100
50.0000
10.00000
100
Strength
Correlations Kecemasan Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
Kecemasan
1.000
-.534
Strength
-.534
1.000
.
.000
Strength
.000
.
Kecemasan
100
100
Strength
100
100
Kecemasan
N
Strength
Variables Entered/Removedb
Model 1
Variables Entered Strengtha
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kecemasan
Variables Removed
Method . Enter
Model Summary Change Statistics Model 1
R Adjusted Std. Error of R Square R Square the Estimate .534 a
.285
.278
R Square Change
8.49899
Sig. F F Change df1 df2 Change
.285
39.057
1
98
.000
a. Predictors: (Constant), Strength
ANOVAb Sum of Squares
Model 1
df
Mean Square
Regression
2821.190
1
2821.190
Residual
7078.810
98
72.233
Total
9900.000
99
F
Sig.
39.057
.000a
a. Predictors: (Constant), Strength b. Dependent Variable: Kecemasan
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients Model 1
B (Constant) Strength
Std. Error
76.691
4.355
-.534
.085
a. Dependent Variable: Kecemasan
t
Beta
-.534
Sig.
17.611
.000
-6.250
.000
Regression Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
Kecemasan
50.0000
10.00000
100
Strength
50.0000
10.00000
100
Generality
50.0000
10.00000
100
Correlations Kecemasan Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
1.000
-.534
-.490
Strength
-.534
1.000
.784
Generality
-.490
.784
1.000
.
.000
.000
Strength
.000
.
.000
Generality
.000
.000
.
Kecemasan
100
100
100
Strength
100
100
100
Generality
100
100
100
Variables Entered/Removedb
Model 1
Variables Entered
Generality
Kecemasan
Kecemasan
N
Strength
Variables Removed
Generality, Strengtha
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kecemasan
Method . Enter
Model Summary Change Statistics R R Adjusted Std. Error of Square df df Square R Square the Estimate Change F Change 1 2
Model R 1
.546 a
.298
.284
8.46281
.298
20.616
2 97
Sig. F Change .000
a. Predictors: (Constant), Generality, Strength
ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
2952.941
2
1476.471
Residual
6947.059
97
71.619
Total
9900.000
99
F 20.616
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Generality, Strength b. Dependent Variable: Kecemasan
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
78.700
4.582
Strength
-.388
.137
Generality
-.186
.137
a. Dependent Variable: Kecemasan
t
Beta
Sig.
17.176
.000
-.388
-2.835
.006
-.186
-1.356
.178
Regression Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
Kecemasan
50.0000
10.00000
100
Strength
50.0000
10.00000
100
Generality
50.0000
10.00000
100
Level
50.0000
10.00000
100
Correlations Kecemasan Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Strength
Generality
Level
Kecemasan
1.000
-.534
-.490
-.480
Strength
-.534
1.000
.784
.601
Generality
-.490
.784
1.000
.573
Level
-.480
.601
.573
1.000
.
.000
.000
.000
Strength
.000
.
.000
.000
Generality
.000
.000
.
.000
Level
.000
.000
.000
.
Kecemasan
100
100
100
100
Strength
100
100
100
100
Generality
100
100
100
100
Level
100
100
100
100
Kecemasan
Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered Level, Generality, Strengtha
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kecemasan
Variables Removed
Method . Enter
Model Summary Change Statistics Model 1
R
R Adjusted Std. Error of R Square Sig. F Square R Square the Estimate Change F Change df1 df2 Change
.575a
.331
.310
8.30842
.331
15.805
3 96
.000
a. Predictors: (Constant), Level, Generality, Strength
ANOVAb
Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
3273.135
3
1091.045
Residual
6626.865
96
69.030
Total
9900.000
99
F 15.805
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Level, Generality, Strength b. Dependent Variable: Kecemasan
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
82.630
4.854
Strength
-.298
.141
Generality
-.125
Level
-.230
a. Dependent Variable: Kecemasan
t
Beta
Sig.
17.021
.000
-.298
-2.113
.037
.137
-.125
-.910
.365
.107
-.230
-2.154
.034