MAKNA TATO SEBAGAI REPRESENTASI PESAN KOMUNIKASI

Download (Studi Fenomenologi Makna Tato Sebagai Representasi Pesan Komunikasi. Pada Komunitas ... Teori yang digunakan adalah Komunikasi, ... Kajian...

0 downloads 352 Views 260KB Size
MAKNA TATO SEBAGAI REPRESENTASI PESAN KOMUNIKASI PADA KOMUNITAS BLACK CAT TATTOO (Studi Fenomenologi Makna Tato Sebagai Representasi Pesan Komunikasi Pada Komunitas Black Cat Tattoo) Endang Murdaningih 100904013 Abstrak Penelitian ini berjudul “Makna Tato Sebagai Representasi Pesan Komunikasi Pada Komunitas Black Cat Tattoo”. Peneliti menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan pendekatan studi fenomenologi. Teori yang digunakan adalah Komunikasi, Fenomenologi, Tato, Teori Interaksi Simbolik, Teori Konstruksi Sosial Diri dan Teori Tindakan Beralasan, Makna dan Komunitas. Pada penelitian ini yang menjadi informan adalah anggota komunitas Black Cat Tattoo. Mereka terdiri dari enam orang yaitu, Pepen, Rangga, Bembeng, Pablo, Zulham dan Ricky. Teknik penentuan informan menggunakan Snowball sampling. Adapun Teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan metode observasi, wawancara mendalam, dokumentasi dan studi kepustakaan. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data fenomenologi Van Kamm. Hasil penelitian disimpulkan bahwa seluruh informan merefleksikan pengalamannya melalui sebuah tindakan yaitu menjadi pengguna tato dan seniman tato. Motif individu dalam menggunakan tato pun berbeda-beda, ada yang mentato tubuhnya agar terlihat indah oleh orang lain, mentato tubuh karena inspirasi dari idolanya yang juga bertato dan mentato tubuh karena terpengaruh oleh pergaulan atau teman sepermainannya. Pemaknaan tato yang diperoleh dari mereka juga cenderung mengarah pada tato yang dimaknai sebagai wujud seni dan ekspresi keindahan, walaupun ada satu informan yang memaknai tato sebagai suatu identitas kelompok, layaknya simbol solidaritas di dalam kelompok tersebut. Kata Kunci : Makna, Tato, Komunitas, Black Cat Tattoo, Studi Fenomenologi Pendahuluan Konteks Masalah Pada era Soeharto, tato pernah mendapatkan citra yang negatif dari masyarakat. Pasalnya, saat itu operasi “Petrus” (penembakan misterius) sedang giat-giatnya dilakukan oleh aparat negara. Sasaran dari operasi “Petrus” ini adalah para preman, gali (gabungan anak liar), orang-orang yang dianggap berpotensi melakukan tindakan kriminal dan umumnya mereka yang bertato. Mereka diculik, dihajar, ditembak kemudian mayatnya di buang di berbagai tempat seperti di sungai, di tepi jalan, di perempatan dan ada juga di dekat pos siskamling. Tato yang awalnya merupakan wujud ekspresi diri dari penggunanya berubah menjadi sesuatu yang “lain” bagi negara. Negara pada saat itu beralasan bahwa 1

penumpasan mereka didasari tujuan dari kontrol negara dalam rangka stabilitas keamanan yang dapat berdampak pada kontinuitas pembangunan negara. Namun saat ini tato menjadi lebih dianggap moderen dan jauh dari kesan kriminal. Mulai dari desain, alat, proses penatoannya dan makna tato itu pun turut berubah. Tato dalam masyarakat kekinian, terutama muda-mudi dimaknai sebagai kebebasan tanpa ada aturan yang membelenggu mereka (campur tangan pemerintah), sebagai ajang ekspresi diri dan sebagai wujud kecintaan kepada idolanya yang menggunakan tato. Menjamurnya studio tato di kota-kota besar menunjukkan bahwa eksistensi tato perlahan sudah diterima oleh sebagian kalangan. Seiring dengan itu, bermunculan berbagai macam komunitas tato yang di dalamnya adalah para pengguna tato, baik seniman ataupun partisipan. Melalui komunitas yang mereka bentuk, mereka mampu menampilkan kreativitas yang dimiliki. Melalui kegiatan-kegiatan event, exhibition dan lain sebagainya, eksistensi mereka semakin terlihat dan sembari menegaskan bahwa tato saat ini bukan sesuatu yang negatif, bukan sesuatu yang kuno lagi, melainkan sebuah industri kreatif yang harus terusmenerus dikembangkan. Komunitas tato juga menjadi wadah untuk berinteraksi dengan pengguna tato lainnya. Berbagi ilmu, berbagi pengalaman serta menguatkan solidaritas di antara sesamanya. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian berfokus pada pemaknaan tato yang dimiliki oleh anggota komunitas tato yang dikonstruksi melalui pengalaman-pengalamannya. Pemilihan lokasi penelitian berfokus kepada studio Black Cat Tattoo di Jalan Dr. Mansyur, karena lokasi tersebut menjadi tempat mereka biasa berkumpul. Fokus Masalah Berdasarkan konteks masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah: 1. Bagaimana individu pengguna tato di komunitas “Black Cat Tattoo” merefleksikan pengalamannya? 2. Bagaimana pemaknaan tato pada individu pengguna tato di komunitas “Black Cat Tattoo” ? Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan mengungkapkan tindakan individu pengguna tato di komunitas “Black Cat Tattoo” dalam merefleksikan pengalamannya. 2. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan mengungkapkan motif ataupun alasan dalam menggunakan tato. 3. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan mengungkapkan makna tato dari individu pengguna tato di komunitas “Black Cat Tattoo”. Kajian Pustaka Komunikasi Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa Latin, Communis yang berarti “sama” sedangkan secara terminologis, komunikasi adalah ilmu yang mempelajari 2

pernyataan antar manusia yang bersifat umum dengan menggunakan lambing-lambang (simbol) yang berarti. Simbol yang dimaksud berarti itu adalah simbol verbal (bahasa, baik lisan ataupun tulisan) dan simbol non verbal (isyarat, misalnya gambar, tanda, grafik, warna dan sebagainya). Menurut salah satu ahli yaitu Theodorson dan Theodorson (1969), komunikasi adalah pengiriman informasi, pemikiran, sikap atau emosi dari seorang individu atau kelompok lain dengan menggunakan simbol-simbol (Sitompul, 2009: 1-2). Kehadiran komunikasi menurut perjalanan sejarah sama tuanya dengan umur peradaban manusia di permukaan bumi ini. Pada zaman pra sejarah, manusia telah mengenal proses penyampaian pernyataan dengan bahasa isyarat, bahasa lisan, gambar-gambar dan berbagai jenis gendering (drum) dan alat penabuh lainnya yang pada wujudnya dimaksudkan untuk menyampaikan pesan komunikasi. Fakta sejarah telah menampilkan berbagai contoh mengenai kegiatan komunikasi pada abad pra sejarah tersebut seperti gambar seekor bison di dinding-dinding gua Altamira di Spanyol, yaitu dilukis di atas batu. Kemudian suku Indian di Benua Amerika memakai sandi-sandi asap di atas bukit yang tinggi sebagai tanda akan diadakan suatu upacara keagamaan atau pemilihan kepala suku (Lubis, 2011: 7). Fenomenologi Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani phainomai yang berarti “menampak”. Phainomenon merujuk pada “yang menampak”. Fenomena tiada lain adalah fakta yang disadari, dan masuk ke dalam pemahaman manusia. Jadi suatu objek itu ada dalam relasi dengan kesadaran. Fenomena bukanlah dirinya seperti tampak secara kasat mata, melainkan justru ada di depan kesadaran, dan disajikan dengan kesadaran pula. Berkaitan dengan hal ini, maka fenomenologi merefleksikan pengalaman langsung manusia, sejauh pengalaman itu secara intensif berhubungan dengan suatu objek (Kuswarno, 2013: 1). Tato Secara kebahasaan, tato mempunyai istilah yang nyaris sama digunakan di berbagai belahan dunia. Beberapa di antaranya adalah tatoage, tatouage, tatowier, tatuaggio, tatuar,tatoos,tattueringar, tatuagens, tatoveringer, tattos dan tatu. Tato yang merupakan bagian dari body painting adalah suatu produk dari kegiatan menggambar pada kulit tubuh dengan menggunakan alat sejenis jarum atau benda yang dipertajam yang terbuat dari flora. Gambar tersebut dihias dengan pigmen berwarna-warni (Olong, 2006: 83). Dalam bahasa Indonesia, kata tato merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar atau lambang yang membentuk sebuah desain pada kulit tubuh. Di dalam Ensiklopedia Indonesia dijelaskan bahwa tato merupakan lukisan berwarna permanen pada kulit tubuh. Sedangkan dalam Ensiklopedia Americana disebutkan bahwa tatto, tattoing is the production of pattern on the face and body by serting dye under the skin some anthropologist think the practice developed for the painting indication of status, or as mean of obtaining magical protection.

3

Teori Interaksi Simbolik Dalam lingkup sosiologi, ide ini sebenarnya sudah lebih dahulu dikemukakan George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh Blumer guna mencapai tujuan tertentu. Teori ini memiliki ide yang baik, tetapi tidak terlalu dalam sebagaimana yang diajukan G.H.Mead. Karakteristik dasar teori ini adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu. Interaksi yang terjadi antar-individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan (Wirawan, 2012: 109). Realitas sosial merupakan rangkaian sosial yang terjadi pada beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar-individu itu berlangsung secara sadar. Interaksi simbolik juga berkaitan dengan gerak tubuh, antara lain suara atau vokal, gerakan fisik, ekspresi tubuh yang semuanya itu mempunyai maksud dan disebut dengan “simbol”. Teori interaksi simbolik sering disebut juga sebagai teori sosiologi interpretatif. Selain itu teori ini ternyata sangat dipengaruhi oleh ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial. Teori ini juga didasarkan pada persoalan konsep diri. Teori Konstruksi Sosial Diri Teori konstruksi sosial diri realitas merupakan ide atau prinsip utama dalam tradisi sosiokultural. Ide menyatakan bahwa dunia sosial kita tercipta karena adanya interaksi antara manusia. Cara bagaimana kita berkomunikasi sepanjang waktu mewujudkan pengertian kita mengenai pengalaman, termasuk ide kita mengenai diri kita sebagai manusia dan sebagai komunikator. Dengan demikian, setiap orang pada dasarnya memiliki teorinya masing-masing mengenal kehidupan. Teori itu menjadi model bagi manusia untuk memahami pengalaman hidupnya. Teori berkembang dan diperbaiki terus-menerus sepanjang waktu kehidupan manusia melalui berbagai interaksi (Morissan, 2013: 113-114). Teori Tindakan Beralasan Teori tindakan yang beralasan adalah sebuah teori yang menyatakan bahwa keputusan untuk melakukan tingkah laku tertentu adalah hasil dari sebuah proses rasional di mana pilihan tingkah laku dipertimbangkan, konsekuensi dan hasil dari setiap tingkah laku dievaluasi dan sebuah keputusan sudah dibuat, apakah akan bertingkah laku tertentu atau tidak. Kemudian keputusan ini direfleksikan dalam tujuan tingkah laku, yang sangat berpengaruh terhadap tingkah laku yang tampil (Baron, 2003: 135). Makna Makna sebagai konsep komunikasi, mencakup lebih daripada sekedar penafsiran atau pemahaman seorang individu saja. Makna selalu mencakup banyak pemahaman - aspekaspek pemahaman yang secara bersama dimiliki komunikator (Fisher dalam Rakhmat, 1990: 346). Komunitas Community menunjukkan arti masyarakat yang terbatas. Hanya pada umumnya suatu masyarakat-community ini, selain karena sentimen yang sama juga menunjukkan suatu 4

lokalitas, suatu pembatasan letak kediamannya, karena itu dinamakan juga masyarakat setempat, masyarakat sini (Shadily, 1993: 60). Model Teoritik Untuk mengetahui keseluruhan teori dalam penelitian ini, maka di bawah ini dapat dilihat bagaimana model teoritik dalam penelitian ini. Teori Interaksi Simbolik

Anggota komunitas Black Cat Tattoo

Teori Konstruksi Sosial Diri Teori Tindakan beralasan

Makna Tato Keterangan gambar 2.1: Di dalam meneliti anggota komunitas Black Cat Tattoo, peneliti menggunakan teori-teori yang sebagaimana telah disebutkan di atas yaitu, teori interaksi simbolik, teori konstruksi sosial diri dan teori tindakan beralasan. Teori-teori ini juga awalnya beranjak dari tujuan penelitian. Namun, tujuan teori tersebut bukan untuk menguji sebuah realitas tetapi untuk keperluan menjelaskan fokus dan konteks penelitian, jika temuan lapangan berbeda ataupun bertentangan dengan teori yang digunakan, teori boleh diabaikan dan peneliti memprioritaskan untuk menggali lebih dalam temuan lapangan selanjutnya peneliti meyakini pada akhirnya dapat menemukan makna tato yang subjektif dari anggota komunitas Black Cat Tattoo. Metodologi Penelitian Deskripsi Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Black Cat Tattoo Studio di Jalan Dr. Mansyur, dekat simpang lampu merah jalan setia budi Medan. Penelitian ini berlangsung selama empat bulan yaitu sejak bulan April 2014 hingga Juni 2014. Metode Penelitian Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi fenomenologi. Penentuan Informan Informan dalam penelitian ini adalah anggota komunitas Black Cat Tattoo. Peneliti memilih Black Cat Tattoo karena Black Cat Tattoo aktif berpartisipasi dalam event-event tato, mereka tergabung dalam STA (Sumut Tattoo Artist), mereka memiliki artis tato yang cukup popular dari kalangan masyarakat Kota Medan hingga turis mancanegara, terbukti 5

dengan pengakuan salah satu informan yang juga merupakan pemilik studio tato itu, Pepen. Ia pernah mentato turis dari Australia dan Belanda, mereka khusus datang ke Medan untuk membuat tato dengan Pepen. Teknik penentuan informan dengan menggunakan snowball sampling yaitu teknik untuk memperoleh beberapa individu dalam organisasi atau kelompok yang terbatas dan dikenal sebagai teman dekat atau kerabat lainnya, sampai peneliti menemukan konstelasi persahabatan yang berubah menjadi suatu pola-pola sosial yang lengkap (Bungin, 2001: 173). Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Metode observasi 2. Wawancara mendalam 3. Dokumentasi 4. Studi kepustakaan Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Metode analisis fenomenologi Van Kamm Hasil Dan Pembahasan Tindakan Anggota Komunitas Pengalamannya Terkait Tato

“Black

No. 1 2 3 4 5 6

Cat

Tattoo”

Dalam

Merefleksikan

Nama Informan Wujud Sikap Pepen Menjadi Pengguna dan Seniman Tato Rangga Menjadi Pengguna dan Seniman Tato Bembeng Menjadi Pengguna Tato Pablo Menjadi Pengguna dan Seniman Tato Zulham Menjadi Pengguna Tato Ricky Menjadi Pengguna Tato Sumber: Hasil Penelitian Dari hasil penelitian serta wawancara mendalam yang dilakukan peneliti terhadap enam orang informan, peneliti menemukan dua kategori bagaimana para informan mereflesikan pengalamannya lewat tindakan mentato. Adapun kedua kategori itu adalah dengan “menjadi pengguna tato” atau “menjadi pengguna dan seniman tato”. Kategori ini bertujuan menjelaskan bagaimana informan merefleksikan pengalaman-pengalaman yang telah diperolehnya selama berinteraksi dengan orang lain. Pada akhirnya, dipahami bahwa dari para informan merefleksikan segala pengalamannya tentang tato lewat sikap/tindakan yaitu, sekedar menjadi pengguna tato atau bahkan menjadi pengguna sekaligus seorang seniman tato. 6

1. Kategori “menjadi pengguna tato” menjelaskan bahwa informan yang telah mendapatkan pengalaman terkait tato sebelumnya, hanya akan memilih menjadi seorang pengguna tato dan partisipan dalam komunitas tersebut. Tidak ada pandangan atau keinginan untuk menjadi seniman tato suatu saat nanti. 2. Kategori “menjadi pengguna dan seniman tato” menjelaskan bahwa informan yang telah mendapatkan pengalaman terkait tato sebelumnya, tidak hanya memilih menjadi seorang pengguna tato dan partisipan dalam komunitas. Namun mereka juga memiliki minat dan bakat yang lebih kuat dibandingkan informan dengan kategori “menjadi pengguna tato”. Motif Anggota Komunitas Menggunakan Tato No. 1 2 3 4 5 6

Nama Informan Motif Pepen Agar Terlihat Indah Rangga Sebab Meniru Idola Bembeng Sebab Pergaulan Pablo Sebab Pergaulan Zulham Agar Terlihat Indah Ricky Agar Terlihat Indah Sumber: Hasil Penelitian Dari hasil penelitian serta wawancara mendalam yang dilakukan peneliti terhadap enam orang informan, peneliti menemukan tiga kategori motif anggota komunitas menggunakan tato. Adapun ketiga kategori itu adalah “agar terlihat indah”, “sebab meniru idola” dan “sebab pergaulan”. 1. Kategori “agar terlihat indah” menjelaskan bahwa informan melatarbelakangi dirinya melakukan tindakan mentato dengan alasan keindahan. Keindahan dalam konteks ini menyangkut tato sebagai perhiasan tubuh dan seni lukis tubuh yang didekorasi oleh warna-warni tinta yang dimasukkan ke dalam kulit manusia menggunakan mesin tato. 2. Kategori “sebab meniru idola” menjelaskan bahwa informan melatarbelakangi dirinya melakukan tindakan mentato dengan alasan inspirasi dari idolanya yang menggunakan tato sehingga mendorongnya untuk menggunakan tato. 3. Kategori “sebab pergaulan” menjelaskan bahwa informan melatarbelakangi dirinya melakukan tindakan mentato dengan alasan mengikuti teman sepergaulan, di mana tempat informan berinteraksi adalah orang-orang yang sudah terlebih dahulu menggunakan tato dan biasanya dilakukan untuk solidaritas. Kesimpulan Tindakan, Motif dan Pemaknaan Tato Pada Anggota Komunitas No. 1 2

Nama Informan Pepen Rangga

Makna Tato Ekspresi Seni dan Keindahan Ekspresi Seni dan Keindahan 7

Ekspresi Seni dan Keindahan Identitas Ekspresi Seni dan Keindahan Ekspresi Seni dan Keindahan Sumber: Hasil Penelitian Dari hasil penelitian serta wawancara mendalam yang dilakukan peneliti terhadap enam orang informan, peneliti menemukan dua kategori pemaknaan tato bagi informan. Adapun kedua kategori itu adalah “ekspresi seni dan keindahan” serta “identitas”. 1. Kategori “Ekspresi Seni dan Keindahan” menjelaskan bahwa informan yang bersangkutan dilatarbelakangi oleh hobi dan kecintaannya terhadap seni gambar yang melahirkan sebuah keindahan yang tidak biasa. Bagi informan dengan kategori ini, kertas dan dinding adalah media yang sudah banyak digunakan orang untuk berkreativitas. Namun tidak dengan kulit, kulit adalah media yang tidak biasa untuk berkreativitas, bereksperimen dan berekspresi atas kecintaan mereka terhadap tato. 2. Kategori “Identitas” menjelaskan bahwa informan yang bersangkutan dilatarbelakangi oleh keterlibatannya dalam suatu komunitas, yang di dalamnya semua adalah individu bertato. Tidak ada tato tertentu yang digunakan sebagai simbol komunitas tersebut, namun tato yang digunakan hanya sebagai identitas kelompok semata. Berangkat dari hasil penelitian lapangan, peneliti melihat banyak hal dari informan, namun peneliti hanya memfilter data yang diperlukan saja. Para anggota komunitas tato tersebut memiliki latar belakang pengalaman yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Namun lingkungan dan orang-orang yang ada di sekitar mereka ikut terlibat dalam pengalamannya secara sadar. Mereka berkomunikasi, melihat, menyerap dan merefleksikan pengalamannya ke dalam sebuah tindakan, dalam hal ini tindakan mentato. Para informan dalam hal ini kemudian mencari sesuatu yang dapat memperkaya wawasannya tentang tato dan memperkuat identitas dirinya sebagai pecinta tato. Komunitas tersebut adalah tempatnya. Di dalamnya para informan akhirnya bisa menemukan jati dirinya yang sebenarnya. Seiring dengan proses interaksi yang terus-menerus berkembang, para informan menjadi paham atas dirinya sendiri dan membentuk suatu pemaknaan pribadi tentang tato. Motif ataupun alasan yang diperoleh dari enam orang informan ini pun berbeda satu dengan lainnya. Mereka memiliki motif tersendiri mengapa atau bagaimana hingga mereka akhirnya menggunakan tato. Pada dasarnya seperti yang telah disinggung di atas, bahwa motif lahir karena adanya dorongan-dorongan maupun tujuan yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Teori tindakan beralasan telah menjelaskan bahwa seseorang akan melakukan sesuatu atas niat, tanpa niat sesuatu itu tidak akan pernah terjadi. Jadi, dapat dikatakan bahwa sebelum melakukan sesuatu, telah ada niat dan pertimbangan mengenai apa yang terjadi nanti saat ia mengubahnya menjadi sebuah tingkah laku. Pada teori konstruksi diri dijelaskan bahwa dunia sosial kita tercipta karena adanya interaksi antara manusia. Cara bagaimana kita berkomunikasi sepanjang waktu mewujudkan pengertian kita mengenai pengalaman, termasuk ide kita mengenai diri kita 3 4 5 6

Bembeng Pablo Zulham Ricky

8

sebagai manusia dan sebagai komunikator. Demikian halnya seperti yang ditemukan oleh peneliti, informan dalam komunitas tersebut merupakan manusia-manusia sosial di mana mereka selama perjalanan hidupnya berinteraksi dengan manusia sosial lainnya. Akhirnya, interaksi tersebut melahirkan sebuah pengalaman. Misalnya informan Pablo, yang pada awalnya ia bergabung dalam suatu komunitas punk dan untuk menguatkan identitasnya Pablo akhirnya mengikuti jejak teman-teman satu komunitasnya untuk bertato. Lambat laun ia juga tertarik menjadi seorang seniman tato. Simpulan Dan Saran Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai makna tato sebagai representasi pesan komunikasi pada anggota komunitas “Black Cat Tattoo”, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Setiap individu pengguna tato di komunitas Black Cat Tattoo memiliki pengalaman yang cenderung sama di masa lalu, mereka menjadikan pengalaman sebagai suatu pengetahuan dan selanjutnya mereka wujudkan dalam suatu tindakan yaitu menjadi pengguna tato dan seniman tato. Mereka berinteraksi dan terpengaruh dengan dunia sekitar kemudian akhirnya terkonstruksi lah cara pandang mereka mengenai suatu fenomena. 2. Motif individu dalam menggunakan tato dilatarbelakangi dengan bermacam-macam alasan. Alasan-alasan tersebut merupakan dorongan niat serta pertimbanganpertimbangan yang telah dipikirkan sebelumnya oleh individu. Ada informan yang mentato tubuh agar terlihat indah ketika dilihat oleh orang lain, ada informan yang mentato tubuhnya karena terinsipirasi dari idola kesukaannya dan ada informan yang mentato tubuhnya karena terbawa arus pergaulan dengan teman-teman sepermainannya. 3. Pemaknaan tato pada anggota komunitas Black Cat Tattoo cenderung banyak mengarah kepada informan yang memaknai tato sebagai suatu wujud ekspresi seni dan keindahan, lebih kepada sebuah penghargaan dan kepuasan untuk diri sendiri, meskipun di antara enam informan ada satu yang memaknai tato sebagai sebuah identitas kelompok, di mana informan tersebut menjadikan tato layaknya sebuah simbol solidaritas di dalam kelompoknya. Saran 1. Saran dalam Kaitan Bidang Akademis Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan studi fenomenologi tentang bagaimana anggota komunitas tato merefleksikan pengalamannya tentang tato, motif di balik penggunaan tato dan pemaknaan pribadinya terhadap tato itu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana informan dalam merefleksikan pengalamannya, apa motifnya dan pemaknaan tato yang terbentuk dalam dirinya selama menjadi pengguna tato. Dari penelitian tentang pemaknaan tato ini, diharapkan dapat mengetahui proses pemaknaan tato melalui pengalaman- pengalaman yang telah dilewati oleh penggunanya. Selain itu, sangat 9

memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk mengembangkan penelitian ini menggunakan metode dan kerangka pemikiran yang berbeda. 2. Saran dalam Kaitan Bidang Praktis Peneliti memberi saran kepada pengguna tato untuk terus meningkatkan kegiatankegiatan yang positif dan memiliki etika yang baik saat berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Kemudian untuk masyarakat disarankan agar tidak langsung men-judge buruk kepada orang-orang bertato, karena pada dasarnya kita tidak dapat menilai seseorang dari kulit luarnya saja, sebelum kita mengenal seperti apa kepribadian orang tersebut. Daftar Referensi  Sumber Buku Baron, Robert A. dan Byrne, Donn. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press. Kuswarno, Engkus. 2013. Fenomenologi: Konsepsi, Pedoman, Dan Contoh Penelitian. Bandung: Widya Padjadjaran. Lubis, Suwardi. 2011. Sistem Komunikasi Indonesia. Medan: Bartong Jaya. Morissan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Olong, Hatib Abdul Khadir. 2006. Tato. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta. Rakhmat, Jalaluddin. 1990. Teori-Teori Komunikasi. Bandung: Remaja Karya. Shadily, Hasan. 1993. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Wirawan, I.B. 2012. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma: Fakta Sosial, Defenisi Sosial, Perilaku Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.  Sumber Diktat Perkuliahan Sitompul. Mukti dan Emilia Ramadhani. 2009. “Pengantar Ilmu Komunikasi” Bahan Ajar dalam Mata Kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi: Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

10