PEMANFAATAN SEKAM PADI DAN PELEPAH POHON PISANG SEBAGAIBAHAN ALTERNATIF PEMBUAT KERTAS BERKUALITAS Susy Yunita Prabawati dan Abdul Gani Wijaya
Abstrak
Sekam padi dan pelepah pohon pisang banyak dijumpai di daerah pedesaaan terutama pada masa pascapanen. Hampir di setiap tempat penggilingan padi menumpuk sekam yang penggunaannya belum dapat dioptimalkan. Begitu pula dengan pelepah pohon pisang, umumnya pelepah pisang diabaikan begitu saja setelah pohonnya berbuah, padahal komposisi bahan di dalam sekam padi dan pelepah pohon pisang terkandung selulosa dalam jumlah yang cukup besar. Selulosa merupakan suatu bahan yang banyak terdapat dalam tanaman dan menjadi zat utama dalam proses pembuatan kertas. Selama ini bahan baku utama pembuatan kertas berasal dari kayu hutan, dan penelitian ini mencoba mencari nilai lebih dari bahan-bahan yang biasanya diabaikan oleh masyarakat tersebut sebagai bahan alternatif pembuat kertas yang berkualitas. I.
Pendahuluan Kertas ditemukan pada tahun 105 M oleh seorang pegawai Negeri Kerajaan yaitu Ts'ai Lun. Penggunaan kertas meluas di seluruh Cina pada abad ke-2, dan dalam beberapa abad saja Cina sudah sanggup mengekspor kertas ke negara-negara Asia. Teknik pembuatan kertas menyebar ke seluruh dunia Arab dan baru pada Abad ke-12 orang-orang Eropa mulai mempelajari teknik membuat kertas. Sesudah itulah pemakaian kertas mulai berkembang luas dan setelah Gutenberg menemukan mesin cetak modern, kertas menggantikan kedudukan kulit kambing sebagai sarana tulis-menulis. Keberadaan kertas dalam kehidupan manusia cukup penting, karena kertas berfungsi sebagai pencatat ilmu pengetahuan, media untuk promosi Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. IX, No. 1 Juni 2008:44-56
perdagangan, sarana untuk menyampaikan pikiran serta gagasan, dan IainIain. Di atas permukaannyalah terletak berbagai informasi yang ingin disampaikan, misalnya tulisan atau gambar. Sejalan dengan laju perkembangan perekonomian Indonesia, maka konsumsi kertas terus meningkat. Konsumsi kertas perkapita pada tahun 1960 berjumlah 1,8 Kg perkapita, konsumsi ini terus meningkat hingga tahun 1980 menjadi 3 Kg perkapita sebagaimana terlihat dalam tabel berikut: Tabel 1. Konsumsi kertas perkapita negara Asean1 Tahun
Indonesia
Malaysia
Philipina
Singapura
Thailand
1960
1,8
7?
4,1
19
2,3
1970
2,3
24
6,6
51
7,7
1980
3
29
10
59
11
Meskipun saat ini pembuatan kertas telah menggunakan mesin yang serba otomatis tetapi masalah utama yang dihadapi para pembuat kertas serupa dengan masalah yang dihadapi China pada zaman dahulu, yaitu masalah untuk mendapatkan dan menggunakan bahan-bahan yang cocok untuk pembuatan kertas, selain itu bagaimana membuat bubur kertas dan bagaimana teknik membentuk kertas agar awet dan wujudnya menarik. Bahan utama pembuat kertas adalah dari bahan-bahan yang mengandung selulosa dan sampai saat ini masih lebih dari 90% industri pulp di Indonesia berbahan baku kayu bulat, yang berasal dari hu tan alam. Selulosa adalah suatu polisakarida yang tak larut dalam air dan merupakan zat pembentuk kulit sel tanaman.2 Selulosa terdapat lebih dari 50% dalam kayu, bewarna putih, mempunyai kulit tarik yang besar dan mempunyai rumus kimia (C6HIIIOS). Selain terdapat dalam kayu, selulosa juga terkandung dalam beberapa tanaman Iain seperti pelepah pohon pisang dan sekam padi. Pada umumya, masyarakat kurang memperdulikan pelepah 1 Anonim, Perkembangan Industri Kertas dan Pulp di Dunia dan di Indonesia (bagian A-B). Departemen Perindustrian. 1982, p. 91. 2 Fingel, D dan Wenger, G. Kayu: kimia, ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1995, p. 44.
Pemanfaatan Sekam Padi dan Pelepah Pohon Pisang... (Susy Yunita Prabavrati dan Abdul Gani Wijaya)
45
pohon pisang terutama setelah pohonnya berbuah, demikian juga dengan sekam padi, padahal dalam kedua bahan tersebut terkandung selulosa dalam jumlah yang cukup besar. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba mencari nilai lebih dari bahan-bahan yang biasanya diabaikan oleh masyarakat yaitu pelepah pisang dan sekam padi sebagai bahan alternatif pembuat kertas yang berkualitas. II. Sekam Padi dan Pelepah Pisang Sekam merupakan salah satu residu dari pengolahan padi yang perlu ditangani lebih lanjut atau dilakukan pemanfaatan ulang. Volume sekam yang dihasilkan adalah 17% dari Gabah kering giling (GKG). Untuk penggilingan padi yang berkapasitas 5 ton/jam beras putih atau sekitar 7 ton GKG/jam akan dihasilkan sekam sekitar 0.85 ton/jam atau sekitar 8.5 ton/hari. Berat ini setara dengan sekitar 25 m3/hari atau 7500 m3/tahun.3 Volume yang besar ini akan menjadi masalah serius dalam jangka panjang apabila tidak ditangani dengan baik. Sekam tersusun dari palea dan lemma (bagian yang lebih lebar) yang terikat dengan struktur pengikat yang menyerupai kait. Sel-sel sekam yang telah masak mengandung lignin dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Komposisi sekam sebagaimana terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi Kimiawi Sekam Kandungan C-organik N-total P-total K-total Mg-total SiO3
Persentase 45.06 0.31 0.07 0.28 0.16 33.01
Sumber:Hidayati(1993)4
1 Tajuddin Bantacut, disampaikan pada Lokakarya Nasional "Peningkatan Dayasaing Beras Melalui Perbaikan Kualitas" Gedung Pertemuan Oryza Bulog, Jakarta, 13 September 2006, p. 7. 4 Hidayati, U. Pengaruh Residu Kapur dan Sekam Padi pada Sifat Oxcyx Dystripcpt Cikarang dan Hasil Kcdelai. Skripsi JurusanTanah, Fakultas Pertanian, Institut pertanian Bogor: 1993,p.30.
46
Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. IX, No. 1 Juni 2008:44-56
Dari komposisi kimia sekam (label 2) dapat diketahui potensi penggunaannya terbatas sebagai sumber C-organik tanah dan media tumbuh (dari kandungan karbon organik yang tinggi). Karbon yang tinggi juga mengindikasikan banyaknya kandungan polisakarida (selulosa) sekam. Pisang (Musa Paradisiaca, Linn) merupakan tumbuhan yang berasal dari Asia dan tersebar di Spanyol, Italia, Indonesia, dan bagian dunia yang lain. Pada dasarnya tanaman pisang merupakan tumbuhan yang tidak memiliki batang sejati. Batang pohonnya terbentuk dari perkembangan dan pertumbuhan pelepah yang mengelilingi poros lunak panjang.5 Pelepah pohon pisang juga mengandung selulose dalam jumlah yang cukup tetapi selama ini pemanfaatannya selama ini dirasa kurang optimal. III. Aspek Kimiawi Selulosa dan I.ignin Selulosa adalah polisakarida yang tak larut dalam air merupakan zat pembentuk kulit sel tanaman. Selulosa terdapat lebih dari 50% dalam kayu, bewarna putih, mempunyai kulit tarik yang besar dan mempunyai rumus kimia (CjHjjCy dan berat molekul 162, setiap struktur selulosa mengandung 3 group alkohol hidroksil sebagai berikut:
Gambar 1. Stuktur Selulosa Berat molekul tergantung dari panjang rantai serat jenis bahannya dan panjang rantai ini dinyatakan dengan "derajat polimerisasi" Menurut panjang rantainya (derajat polimerisasi). Selulosa dibagi menjadi 3 macam yaitu:6 5
Situs
Sentra
Informasi
IPTEK
www.iptek.net.id/ind/pd tanobat/
view.php?mnu=2&id=147 diakses pada tanggal 21 Januari 2008. b
Fingel, D dan Wenger, G. Kayu: kimia, ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1995, p. 44.
Pemanfaatan Sekam Padi dan Pelepah Pohon Pisang... fSusy Yunita Prabawati dan Abdul Gani Wijaya)
47
(1) Alpha Selulosa Rantai panjang, tak larut dalam air, sukar larut dalam alkali dan adalah penyusun utama selulosa. (2) Beta Selulosa Rantainya pendek larut dalam alkali, bila diberi asam akan mengendap lagi. (3) Gamma Selulosa Rantainya lebih pendek, larut dalam alkali dan bila diberi asam tidak mengendap. Anselme Payen dalam tahun 1838 mengamati bahwa kayu, bila di tambah dengan asam nitrat pekat akan kehilangan sebagian zatnya dan meninggalkan sisa padat dan berserat yang disebut selulosa. Serat yang diisolasi oleh Payen juga mengandung polisakarida lain di samping selulosa yaitu zat yang disebut "lignin." Istilah ini yang di kenalkan oleh Decondolle (1819) yang berasal dari kata latin untuk kayu yaitu Lignum.7 Lignin merupakan zat pengikat antara molekul-molekul selulosa. Lignin larut dalam air. Untuk memperoleh serat, maka lignin harus dihilangkan dengan menggunakan alkali atau asam. Struktur lignin adalah sebagai berikut:
7 Sjostrom, E, Kimia Kayu : Dasar-dasar dan Penggunaan, Yogyakarta :Gadjah Mada University Press, 1995,p. 90.
48
Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. IX, No. 1 Juni 2008:44-56
H,COH CH, HC-
Gambar 2. Stuktur Lignin Proses penghilangan lignin ini disebut "proses Delignifikasi" jadi semakin rendah kandungan lignin suatu bahan, akan semakin baik untuk pembuatan pulp. Dalam proses pembuatan pulp secara kimia, komponen-komponen clalam bahan dasar akan mengalami reaksi kimia antara lain: 1. Reaksi Kimia dari Selulosa Selulosa dapat mengadakan reaksi kimia karena mengandung gugus reaktif yaitu a. Gugus Hidroksil, tiap satuan gugus anhidrus glukosa mengandung tiga buah gugus hidroksil. b. Adanya ikatan Glycosutic yang menghubungkan satuan anhidrus glukosa satu sama lain. c. Adanya gugus pereduksi.
Pemanfaatan Sekam Padi dan Pelepah Pohon Pisang... {Susy Yunita Prabawati dan Abdul Gani Wijaya)
49
Dengan adanya gugus pereaksi tersebut, selulosa dapat mengadakan reaksi adisi dengan alkali kuat, asam mineral maupun air. Bila atom Hidrogen dalam satu atau keseluruhan dari gugus hidroksil diganti natrium atau monovalent metal lainya, maka selulosa akan membentuk "Cellulocates" ialah ikatan yang identik dengan "Alkoholates." Reaksi oksidasi dari selulosa akan menyebabkan sebagian dari gugus anhidroksil ini akan berubah menjadi gugus aldehid dan akhirnya menjadi gugus karboksil dan terbentuk pula Ester dan Ether. Sedangkan gugus glikosidik dapat putus rantainya, karena dapat terhidrolisa oleh asam, juga oleh reaksi oksidasi Karena terjadi reaksireaksi seperti tersebut di atas, maka panjang rantai selulosa akan menjadi lebih pendek sehingga banyak serat yang hilang pada waktu pemasakan. 2.
Reaksi Kimia dari Lignin Lignin dapat menjadi substan yang reaktif disebabkan adanya gugus hidroksil, karbonil dan metoksil yang terdapat didalam molekul lignin. Reaksi lignin tergantung pada proses yang dijalankan, jika dalam Proses Soda, lignin akan membentuk Natrium Lignat berdasarkan reaksi: Lignin + NaOH Na Lignat + Hp
IV. Pulp Pulp adalah produk utama kayu terutama digunakan untuk pembuatan kertas tetapi ia juga dapat diproses menjadi berbagai turunan selulosa.* Tujuan utama pembuatan pulp kayu adalah untuk melepaskan serat-serat yang dapat dikerjakan secara kimia atau secara mekanika atau dengan kombinasi dua tipe perlakuan tesebut9 Terdapat 3 macam proses pembuatan pulp, yaitu: 1. Proses mekanis Tidak digunakan bahan-bahan kimia. Bahan baku digiling dengan mesin sehingga selulosa terpisah dari zat-zat lain.
8 9
seperti sutera, rayon dan selofon
Sjostrom, E. Kimia Kayu : Dasar-dasar dan Penggunaan edisi ke dua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995, p. 144.
50
Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. IX, No. 1 Juni 2008:44-56
2.
3.
Proses Semi Kimia Dilakukan seperti proses mekanis, tetapi dibantu dengan bahan kimia untuk lebih melunakkan, sehingga serat-serat selulosa mudah terpisah dan tidak rusak. Proses Kimia Bahan baku dimasak dengan bahan kimia tertentu untuk menghilangkan zat lain yang tidak perlu dari serat-serat selulosa. Dengan proses ini, dapat diperoleh selulosa murni dan tidak rusak.
Pembuatan Pulp dengan proses kimia, dapat dilakukan dengsn 2 cara yaitu: 1. Metoda proses Basa Bahan baku yang telah dipotong kecil-kecil dengan mesin pemotong, dimasukkan dalam sebuah bejana yang disebut "digester." Dalam larutan tersebut dimasukkan larutan pemasak: - NaOH 7%, untuk proses soda Cara ini baik digunakan untuk membuat pulp dengan bahan dasar yang mempunyai serat pendek. Bahan dasar yang biasa digunakan adalah golongan yang lunak, seperti rumput-rumputan - NaOH, NajS dan NajCO3 untuk proses sulfat Cara ini digunakan untuk memperbaiki Proses Soda yaitu mengurangi hidrolisa dari selulosa oleh NaOH. Hal ini dapat dicapai dengan mengganti sebagian NaOH dengan Na2S. Larutan pemasak terdiri dari campuran Na2S dan Na^O, dan NaOH. Selama pemasakan akan terjadi hidrolisa lignin menjadi Alkohol dan asam serta sedikit Mercaptan. Pemasakan ini berguna untuk memisahkan selulosa dari zat-zat yang lain. Reaksi yang terjadi secara sederhana dapat dituliskan sebagai berikut: Kayu > pulp (selulosa) + senyawa-senyawa alkohol + senyawa-senyawa asam + merkaptan + zat-zat pengotor lainnya. Campuran yang telah selesai dimasak kemudian dimasukkan ke dalam mesin pemisah pulp dan disaring. Pulp kasar dapat digunakan untuk membuat karton dan pulp halus yang warnanya masih coklat harus dikelantang (diputihkan/dipucatkan). Pemucatan dilakukan
Pemantaatan Sekam Padi dan Petepah Pohon Pisang... (Susy Yunita Prabawati dan Abdul Gani Wijaya)
dengan menggunakan Kaporit atau Natrium hipoklorit. Bahan-bahan kimia yang sudah terpakai dapat diolah kembali untuk digunakan kembali sehingga dapat menghemat biaya dan mencegah pencemaran lingkungan. Reaksi kimia dalam proses pengolahan kembali sisa larutan tersebut adalah : Na2SO4 + 2 C >Na 2 S + 2CO 2 Na2CO3 + Ca(OH)2 >2 NaOH + CaCO, 2.
Metoda proses Asam Secara garis besar, proses sulfit dilakukan melalui tahap-tahap yang sama dengan proses basa. tetapi larutan yang digunakan adalah: S0y Ca(HSO3)2 dan MgfHSO^ Yang termasuk proses asam adalah : a. Proses Sulfit Larutan pemasak bersifat asam yaitu larutan bisulfit dari Ca(HSOj)2. dan MgfHSOJy sedangkan bahan yang akan diolah hams bebasa dari persenyawaan hidroksi phenolik. Dalam proses pemasakan bahan dasar yang bewarna ini akan menghasilkan pulp tak berwarna atau berwarna putih dan lignin akan terpecah serta membentuk "lignosulfbnat"'.
V. Bahan dan Cara Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah merang, pelepah pohon pisang, air, Natrium hidroksida (pro analisis) dan lem kayu. Sedangkan cara penelitian yaitu: 1. Pembuatan Pulp: Pelepah pohon pisang dan merang yang telah dipotong kecil lalu dimasak dengan larutan NaOH 7% b/b. Setelah dingin, potongan tersebut dihaluskan dengan blender sampai menjadi seperti bubur selanjutnya bubur kertas dituang ke dalam baskom yang telah berisi air. 2. Pembuatan Kertas dari Pulp: Bubur kertas yang telah terbentuk kemudian dijadikan lembaranlembaran kertas yaitu dengan cara screen tanpa kasa diletakkan di atas screen dengan kasa, sehingga seakan-akan kasa terletak atau terjepit di antara dua bingkai atau screen. Screen tersebut dimasukkan kedalam wadah penampungan (ember) yang berisi campuran air dan bubur
52
Aplikasia, Jumal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. IX, No. 1 Juni 2008:44-56
kertas, sehingga seluruh screen tenggelam kedalam adonan, dan dengan cepat screen diangkat. Air dibiarkan menetes beberapa saat dari screen kemudian screen tanpa kasa dilepas sedangkan screen dengan kasa dibalik dengan cepat dan hati-hati, dan diletakkan di atas meja yang telah dialasi kain sehingga kasa berscreen berada di posisi atas dan adonan kertas berada di posisi bawah kertas. setelah itu, air pada screen diserap dengan menggunakan potongan busa yang telah dipersiapkan sebelumnya. Penyerapan dilakukan dengan menekankan busa tersebut pada kasa, dan bila busa telah banyak menyerap air, kemudian diperas. Langkah ini diulangi hingga screen tidak lagi mengandung banyak air kemudian secara perlahan screen diangkat dari meja. Pengangkatan screen dimulai dari ujung screen bagian atas terus ke bawah. Setelah itu kertas yang masih basah bersama dengan alasnya, dijemur langsung di bawah sinar matahari hingga setengah kering, kertas tersebut lalu dilepas dari alasnya, dan segera distrika hingga benar-benar kering dan permukaan menjadi rata. VI. Hasil Penelitian dan Pembahasan Dari eksperiment yang dilakukan, didapat data sebagai berikut. Tabel 3. Hasil pengamatan terhadap pembuatan pulp Bahan
Ukuran
Konsentrasi Soda
Lama Pemasakan
1.
Merang
2cm
7 % berat
2 jam
2.
Pelepah pisang
2cm
7 % berat
2 jam
3.
Merang dan pelepah pisang
2cm
7 % berat
2 jam
No
Tabel 4. Hasil pengamatan terhadap pembuatan kertas dari pulp. Bahan Kertas
No
Ukuran Kerapatan Screen
Warna Produk
1.
Pulp merang
T.61
Kuning
2.
Pulp pelepah pisang
T.61
Coklat
T.61
Kuning tua
3.
Pulp campur (merang dan pelepah 1 piling
Pemanfaatan Sekam Padi dan Pelepah Pohon Pisang... (Susy Yunifa Prabawati dan Abdul Gani Wijaya)
53
Dari eksperimen yang telah dilakukan, ukuran potongan dari ketiga bahan yang akan dijadikan pulp dibuat sama yaitu 2 cm dan ternyata ukuran potongan bahan yang semakin kecil membantu memudahkan proses pembuatan pulp. Konsentrasi NaOH yang digunakan juga sama yaitu NaOH 7 % (b/b) yang berarti dalam setiap seratus gram larutan NaOH terdapat tujuh gram NaOH. Proses pemanasan/perebusan dimaksudkan untuk mempercepat proses pelunakan selulosa sehingga pembuatan pulp menjadi lebih rnudah. Selain itu proses pemasakan ini juga dimaksudkan untuk memisahkan selulosa dari zat-zat yang lain. Dari eksperimen yang telah dilakukan, ternyata untuk bahan baku merang dan pelepah pisang maupun kombinasi dari kedua bahan tersebut, pembuatan pulp dengan larutan 7 % b / b NaOH dan lama pemasakan 2 jam diperoleh serat yang lebih bersih. Ukuran screen juga mempengaruhi tingkat kehalusan pada kertas yang akan di cetak, semakin kecil ukuran lubang pada screen maka permukaan kertas juga semakin halus dan warna produk kertas yang dihasilkan mengikuti warna dasar dari pulp. Warna kertas dari bahan dasar merang, pelepah pisang dan gabungan kedua bahan tersebut secara berturut-turut adalah kuning, coklat, dan kuning tua. Kertas yang dihasilkan dari bahan dasar merang dan pelepah pisang dapat dimanfaatkan lebih lanjut misalnya untuk pembuatan pigura photo, media lukis, perlengkapan kado, souvenir, blocknote, dan lain sebagainya sehingga dapat mempunyai nilai jual dan nilai seni yang lebih tinggi. Contoh pemanfaatan kertas dari bahan dasar merang dan pelepah pisang seperti terlihat pada gambar berikut:
Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. IX, No. 1 Juni 2008:44-56
Gambar 3. Contoh pemanfaatan kertas berbahan baku merang dan pelepah pisang. Penggunaan merang dan pelepah pisang sebagai bahan pembuatan kertas juga mempunyai banyak keunggulan, antara lain: 1. Ramah Lingkungan Penelitian ini menggunakan merang dan pelepah pisang, yang dapat dikatakan sebagai limbah dimana kedua bahan tersebut biasanya sering diabaikan oleh masyarakat. Penggunaan bahan kimia yaitu NaOH hanya sebagai bahan tambahan dan sisa NaOH yang digunakan, tidak dibuang ke alam tetapi digunakan kembali dalam proses pemasakan berikutnya. 2. Nilai Ekonomis Waktu yang digunakan untuk proses pembuatan kertas cukup singkat, sehingga secara ekonomis cukup menguntungkan disamping itu bahan yang digunakan pun mudah dijumpai disekitar kita. VII. Kesimpulan Industri pulp dan kertas harus dapat memulai untuk menggunakan bahan-bahan alternatif pembuat kertas selain menggunakan bahan baku
Pemanfaatan Sekam Padi dan Pelepah Pohon Pisang... (Susy Yunita Prabawali dan Abdul Gani Wijaya)
55
kayu hutan sehingga kelangsungan ekosistem hutan dapat tetap terjaga. Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa merang dan pelepah pohon pisang dapat dimanf aatkan sebagai bahan alternatif pembuatan kertas yang ramah lingkungan dan kertas yang dihasilkan dari kedua bahan tersebut mempunyai keungulan yang terletak pada corak dan warnanya yang khas. Daftar Fustaka Anonim, Perkembangan Industri Kertas dan Pulp di Dunia dan di Indonesia (bagian A-B). Departemen Perindustrian, 1982. Fengel,D dan Wegener,G. 1995. KAYU: Kimia, Ultrastuktur, Reaksi-reaksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hidayati, U. 1993, Pengaruh Residu Kapur dan Sekam Padi pada Sifdt Oxcyx Dystripept Cikarang dan Hasil Kedelai. Skripsi Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut pertanian Bogor. Sjostrom, E. 1995. Kimia Kayu: Dasar-dasar dan Penggunaan edisi ke dua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tajuddin Bantacut, disampaikan pada Lokakarya Nasional "Peningkatan Dayasaing Beras Melalui Perbaikan Kualitas" Gedung Pertemuan Oryza Bulog, (Jakarta, 13 September 2006). Situs Sentra Informasi IPTEK www.iptek.net.id/ind/pd tanobat/ view.php?mnu=2&id=147 diakses pada tanggal 21 Januari 2008
Susy Yunita Prabawati, M.Si, adalah dosen pada program studi kimia di Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Lahir pada tanggal 21 Juni 1976, menyelesaikan studi SI pada tahun 1998 dan S2 pada tahun 2003 di jurusan kimia FMIPA UGM. Abdul Gani Wijaya, Mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Aplikasia, Jumal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. IX, No. 1 Juni 2008:44-56