PENANGANAN JALAN DALAM KAWASAN KONSERVASI

Download lintas di Jalan raya merupakan dampak langsung terhadap satwa. Satwa mati tergilas ataupun tertabrak oleh kendaraan baik satwa melata, amph...

1 downloads 669 Views 9MB Size
Ir. Anshori Djausal, M.T. Universitas Lampung Pontianak, 17 Desember 2014

PENGANTAR

Ekologi Jalan raya untuk memahami dan melengkapi pengetahuan interaksi antara Jalan Raya dan sumber Daya Alam serta Lingkungan Hidup. Dan berupaya mengembangkan solusi melalui riset, pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat.

Roads and Wildlife



 

  

Second Nature

Photo by Patricia White, Defenders of Wildlife



Roadkill, kecelakaan di jalan raya Fragmentasi Habitat Kehilangan Habitat Polusi udara dan tanah Polusi air Polusi suara Spesies invasif

ROADKILL Roadkill - Kecelakaan lalu lintas di Jalan raya merupakan dampak langsung terhadap satwa. Satwa mati tergilas ataupun tertabrak oleh kendaraan baik satwa melata, amphibi maupun satwa besar.

KEHILANGAN HABITAT Jalan Raya, Rel Kereta, Kanal, jalur Sutet, dan Pipa memasuki dan membelah habitat satwa . Jalan adalah yang paling banyak memberikan dampak luas, setiap tahun jalan bertambah ribuan km, Tentunya dampak terhada p lingkungan juga sangat besar, fragmentasi habitat, kehilangan habitat, menghancurkan habitat,

• Kendaraan bermotor adalah sumber utama polusi udara  Air pollutants  Hujan asam  Racun  Logam berat  Jalan adalah permukaan yang kedap air  Erosi Second Nature

  

Suara mobil dan truk adalah gangguan utama Penyebab stress pada satwa Merubah perilaku satwa

Second Nature







Perencanaan terpadu konservasi habitat conservation, dan transportasi Mitigasi, mengurangi dampak jalan terhadap satwa liar Membangun kembali jalur habitat, habitat corridor

Second Nature



   

Mempelajari jalur habitat untuk menentukan lokasi terbaik untuk penyeberangan Memperbaiki jalan yang ada dengan menambahkan penyeberangan satwa Monitoring penyeberangan Memasang tanda lalu lintas tentang satwa liar Mengurangi kecepatan pada lokasi habitat satwa

Second Nature

Penyeberangan sebagai upaya konservasi habitat berarti dapat menghubungkan kembali habitat yang terpisah, mengatasi fragmentasi habitat. Menghindari tertabraknya satwa oleh kendaraan yang lewat, yang bukan saja celaka buat satwa tapi juga kepada pengendara serta kerusakan kendaraan.

Fig. 2. Runner up of the "On Dangerous Roads" Competition organized by Varangy Akciócsoport Egyesület for the 2010 Infra-Eco Network of Europe Conference showing an overpass used by wildlife. An ongoing project in the Netherlands is studying the effectiveness of an overpass for amphibians, in combination with fences along the road. This overpass is equipped with a cascading series of small ponds fed with water pumped into the highest pond in the center of the overpass.

Penyeberangan Satwa Liar, dapat juga berupa terowongan, viaduct untuk binatang yang besar. Bisa juga gorong gorong untuk ikan atau binatang air lainnya, misalnya berang-berang atau kodok. Kanopi tanaman untuk burung dan kupu-

Penyeberangan Satwa Liar

TANDA PENYEBERANGAN SATWA LIAR

Tanda penyeberangan satwa liar dapat ditempatkan dimana sering menyeberang atau mencoba menyeberang berpindah dari seberang jalan atau migrasi.

TANDA PENYEBERANGAN SATWA LIAR

Pengantar Diskusi

Ir. Anshori Djausal, M.T., Universitas Lampung Ir. Eufrat, M.T., Konsultan Ir. Andius, M.T., Universitas Lampung Martinus, S.T., M.Sc., Universitas Lampung

Mengapa Kawasan TNBBS Penting ? 1. Memiliki tipe ekosistem yang cukup lengkap dan tidak terputus meliputi ekosistem marine dan ekosistem terestrial 2. Habitat bagi 514 jenis tumbuhan berkayu, 126 anggrek, 26 jenis rotan, 15 jenis bambu dan flora langka. 3. Tempat Populasi harimau di TNBBS sekitar 40-43 ekor (O’brien dkk, 2003); badak 60 – 80 ekor (RPU) dan gajah 498 ekor (Hedges, et. al, 2005). 4. Sebagai daerah tangkapan air (catchment area) dan melindungi sistem tata air (hidrologi) bagi tiga provinsi 5. Memiliki banyak Obyek Wisata Alam seperti Sukaraja Atas, Danau Suoh, Kubu Perahu, Tampang-Belimbing dan Makam Keramat Menula 6. Merupakan Kawasan World Heritage Site/Warisan alam dunia dengan nama Tropical Rainforest Heritage of Sumatera oleh UNESCO tahun 2004 7. Sebagai TN Model tahun 2006

Tantangan Pengelolaan :  Pemantapan Kawasan

 Jalan Tembus  Perambahan Hutan  Illegal Logging  Perburuan Satwa Liar  Konflik Satwa Liar  Community Claim

Ruas Jalan Sanggi – Bengkunat menuju kawasan TNBBS





Banyaknya jalan melintas Taman Nasional Jalan melintas pada daerah padat habitat satwa liar

Grafik 1. Jumlah Kendaraan Yang Mengunakan Jalan Sangi-Bengkunat Dalam 24 Jam 1000 900

899/Hari

800

Jumlah (unit)

700 600 500 400 300 233 200 100

191

75 /Jam

47

45

28

10

19 0 Motor

4

2 Minibus

sedan

jeep

1 akt Desa Jenis Kendaraan

Survei WWF – TNBBS November 2008

4 Pickup

28

16 Truck

2 Bus

6 1 Tronton

Grafik 2. Tingkat Ganguan Kendaraan Terhadap Habitat dan Satwa 60

Tronton

Tingkat Pengaruh

Truck

50 40 30

Pickup

Spd Motor Minibus

Jeep

Akt Desa

Sedan

20 10 0

Survei WWF – TNBBS November 2008

Jenis Kendaraan

Bus

Temuan Tapak Satwa di Sekitar jalan Tembus Sanggi-Bengkunat Berdasarkan Patroli RPU - YABI tahun 2003 - 2008

# # #

#

## #

#

2005 ##

##

#

ak a

#

WONOSOBO S #

# #

# #

W

Badak Harimau Gajah Jalan Sanggi-B engkunat

E S

Daerah Radius 5 Km dari jalan # ##

# WAY#S H ENI

#

WAY#S N IPAH

# # # ##

#

#

Daerah yang beririsan dengan TN Kawasan TNB BS

#

#

#

#

# ## # ## ### # ## ## ## # #

## # ##

#

SUKA RAJA S #

N

Legenda

m Se

# # #

a

# #

WAY H ENI S #

# ## #

BENGK UNA T

WAY#S N IPAH

# #

#

#

ak

#

#

W.

m Se

a

# #

#

# # #

ak

#

SUKA RAJA S #

# # ## # # # ## # # # ## # # # # # ## # # # # ## # # # ## # # ## #### # ## # #

BENGK UNA T

# # ## # # ## #

WONOSOBO S #

#

WAY#S N IPAH

# WAY H ENI S #

SUKA RAJA S #

##

#

em .S

## # # ## # # # # # # ## ## ## # ## ### # # # # # # # # # # # # ## ## ### # #### # # # # #### #

#

WONOSOBO S #

W

#

W.

# #

B ENGK UNA T

# #

Sumber Data : RPU - Yayasan Badak Indones ia ##

2007

# #

#

##

#

2008

#

a

## ##

#

# #

#

Ba m

WAY#S H ENI

# #

#

#

# #

aka em W.S

W.Ba mban

#

#

WAY#S N IPAH

#

W. P e mer ihan

# # #

.

#

W

.P e

W

me

.B

ri h an

am

b

an

ba n

ak

WAY#S N IPAH

# ## #

# # #

m Se

#

# #

#

#

WAY#S H ENI

S

# ##

SUKA RAJA S #

# #

BENGK UNA T

#

W.

WAY NS IPAH

WONOSOBO S #

# # #

a

#

SUKA RAJA S #

ak

BENGK UNA T

#

WONOSOBO S #

# # # ## # # ## # # # # ### ## # # # # ## # # ## # ## # ## ##

em .S

a

# ### # # ## ## # ## ## # #### # # #### ## ### ## # # # # # ## # # # ### ## # # ## ## ### # # ### # ### # # # # # # # # # # # WAY H ENI

ak

SUKASRAJA

W

# #

WONOSOBO S

m Se

## #

#

#

W

## #

# #

#

W

#

er ih an

# #

2006

.P em

# #

W.

B ENGK UNA T

#

# #

2004

2003

B y RP U- B B S , Y a ya sa n b a d a k In d o n es ia

Sekitar 18.200 ha (5 km kanan kiri jalan) Sudah tidak ada lagi kubangan Badak aktif, Dan berkurangnya jalur satwa (dari 9 jalur Menjadi 3 jalur)

DAMPAK JALAN TEMBUS DI KAWASAN TNBBS BAGI PENGELOLAAN HIDUPAN LIAR 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Terjadi Fragmentasi Habitat (Terputusnya jalur dan koridor satwa) Rentannya Konflik Satwa Liar – Manusia Perubahan perilaku satwa/ behavior change. Perpindahan satwa ke habitat yang jauh dari jalan tembus. Mempermudah akses terhadap illegal logging,perambahan hutan dan perburuan satwa. Rentan penyebaran penyakit terhadap satwa liar.

Harapan Pengelolaan (Penyelenggaraan Lalu Lintas & Angkutan Jalan) Dalam Kawasan Taman Nasional 1. 2.

3. 4. 5.

Rekonstruksi ruas jalan untuk memberikan akses perlintasan satwa Adanya Kesepakatan waktu penggunaan jalan untuk memberikan kesempatan satwa menggunakan 2 bagian habitat yang terpisah (mekanisme buka – tutup) Membatasi jenis dan tingkat kebisingan kendaraan yang melintas kawasan , (Tronton, Trailler, Truck Besar dan Bus Besar) Kerjasama Pengelolaan Jalan dalam kawasan secara kolaboratif Tidak ada lagi pembukaan jalan baru (jalan umum) dalam Taman Nasional



Diperlukan sebuah pedoman dalam pengembangan dan manajemen jalan dalam kawasan konservasi dalam hal ini Taman Nasional di Indonesia untuk mengurangi dampak negatif jalan tersebut bagi lingkungan hidup sekitar

3 1





 



Survei Awal

2

Identifikasi

Solusi

Implementasi

5

4

Konstruksi

Evaluasi dan Monitoring

Tahap pertama adalah survei awal baik survei dari biodiversitas satwa maupun vegetasi serta survei pendukung lainnya (jalur satwa, jalur air, kontur, dll.) yang diperlukan sebagai syarat untuk membangun jalan dalam Taman Nasional, bagi jalan yang sudah ada diperlukan survei penggunaan jalan dan kontur jalan sendiri. Tahap kedua adalah mengidentifikasi solusi-solusi dan pilihan-pilihan untuk mengurangi ekses dari pengembangan jalan dalam Taman Nasional. Tahap ketiga adalah perencanaan dan implementasi dari solusi yang dipilih. Tahap keempat adalah pembangunan struktur atau konstruksi dan tahap pengawasan serta perawatan struktur. Tahap kelima adalah tahap pengawasan dan evaluasi apabila ada perbaikan dan ubah suai maka akan dilakukan pada tahap ini.

Bentuk Mitigasi konflik jalan dalam Taman Nasion  

Canopy crossing Over pass ◦ Jembatan

Zebra Cross dan Manajemen Jalan 

Under pass ◦ Terowongan ◦ Jembatan bagi kendaraan ◦ Jalan layang bagi kendaraan

 

Manajemen Waktu Manajemen Jenis Kendaraan

Jembatan Kanopi sangat diperlukan sebagai salah satu opsi mitigasi, karena hewan-hewan arboreal sangat banyak jenisnya di hutan-hutan di indonesia. Solusi ini menjadi sangat vital bagi Taman Nasional yang terpotong oleh jalan raya.  Karena, umumnya hewanhewan arboreal ini sangat tidak suka untuk turun ke lantai hutan, jadi pergerakan mereka terbatas dari pohon ke pohon. 

Jembatan yang paling lebar pernah dibangun di Banff selebar 50m, kemudian yang standar dibangun diberbagai negara eropa dan amerika memiliki lebar 7m-22m.  Keoptimalan penggunaan jembatan penyeberangan dapat pula ditingkatkan dengan menambah vegetasi yang tepat pada jemabatan penyeberangan dan di pintu masuk dan keluar jembatan penyeberangan serta pada badan jembatan 

Penyeberangan tipe underpass dapat berupa jembatan, jalan layang maupun terowongan box culvert atau bahkan sesederhana pipa gorong-gorong biasa.  Berikut Tabel dibawah ini menyajikan tipe-tipe penyeberangan underpass dan kemungkinan digunakan oleh jenis satwa mana saja. 

Kelas Underpass Kelas D: Underpass Kecil

Dimensi

Fungsi

Contoh Satwa yang Menggunakan

Memberikan perlindungan pada hewanJembatan Kecil, Box Hewan-hewan kecil yang tidak terlalu Maksimal hewan kecil. Juga dapat Culvert Kecil, Pipa sensitif terhadap ruang tertutup: tinggi atau diimplementasikan pada penyeberangan Drainase yang bisa Amfibi, Reptil, Mamalia Kecil, lebih rendah hewan air atau pada gabungan keduanya berfungsi sebagai Beberapa Mamalia Sedang, Hewandari 1,5m penyeberangan air di tengan dan disisi penyeberangan hewan air kanan-kiri adalah penyeberangan kering.

Kelas C: Underpass Sedang

Contoh Struktur

hewan air

Dimensi yang cukup besar memberikan Box Culvert, Konstruksi Box Culvert kesempatan bagi hewan sedang dan Pipa Baja baik Kotak dengan sebagiakan kecil hewan besar bisa lewat. Maupun Arch, serta Tinggi Lebih Cukup memberikan perlindungan bagi Jembatan Kecil. Besar dari hewan yang melintas, serta terowongan ini 1,5m sampai bisa digabung dengan penyeberangan air (multi fungsi). 2,5m

Memberikan jalur penyeberanganbagi Box Culvert mamalia besar yang sangat berhati-hati dengan memerlukan jarak pandang yang cukup tinggi jauh serta ruang untuk bermanuver. Juga minimal: 2,5m mungkin dengan perlindungan apabila sampai 6m, dikamuflase dengan vegetasi tertentu. dan Jembatan Sedang Memberikan jalur penyeberangan yang Kelas A: Jembatan ideal dengan vegetasi yang sesuai dapat Underpass Layang Bagi menjadi pilihan penyeberangan untuk Sangat Besat Kendaraan

Kelas B: Underpass Besar

semua hewan. Tentunya juga bisa digabung dengan jalur penyeberangan air.

Hewan yang cukup sensitif dengan tempat tertutup sehingga jalan keluar harus terlihat jelas bagi hewan ini. Contohnya adalah mamalia sedang Rusa, Kancil dan Babi Serta Karnivora Besat seperti Harimau dan Beruang. Juga tentunya dimanfaatkan hewanhewan lain yang menggunakan penyeberangan yang lebih kecil. Box Culvert Standar, Hampir seluruh mamalia besar seperti Pipa Metal Besar dan Rusa, Babi, Gajah, Kerbau serta jembatan dengan Karnivora besar sepert Harimau dan tinggi minimal 2.5m Beruang. Juga tentunya dan lebar minimal dimanfaatkan hewan-hewan lain 10m. Jembatan juga yang menggunakan penyeberangan bisa memberikan jalur ang lebih kecil. penyeberangan air yang cukup. Jalan Layang, Jembatan Besar

Seluruh Hewan Terestial Termasuk Badak dan Hewan Air

“Zebra Cross” untuk penyeberangan satwa dapat diimplementasikan pada area-area tertentu dalam Taman Nasional. Ide utama tipe penyeberangan ini adalah para pengemudi kendaraan harus berhati-hati terhadap hewan liar yang menyeberang.  Cara paling umum yang dilakukan adalah dengan memberikan rambu-rabu peringatan khusus penyeberangan satwa dan rambu pembatasan kecepatan kendaraan. 





Manajemen jalan dapat dilakukan dengan beberapa hal: Pembatasan Kecepatan Pembatasan Jenis Kendaraan Pembatasan Waktu

Jenis mitigasi ini bisa dimanfaatkan oleh hewan-hewan terbang serta pada area dimana tipe mitigasi lain tidak memungkinkan





Jalan sepanjang 11.5 km yang melintas TNBBS Serta titik-titik rencana mitigasi









Diperlukan sebuah guide line atau pedoman dalam pengembangan jalan dalam kawasan konservasi (NSPM) Tipe-tipe mitigasi yang memungkinkan adalah overpass, underpass, dan manajemen penggunaan jalan Diperlukan dukungan dari berbagai pihak untuk melaksanakannya Potensi ekowisata pada koridor jalan





  

  

Bellis, M. 2007. Evaluating the effectiveness of wildlife passage structures on the Bennington Bypass. dalam: Proceedings of the 2007 International Conference on Ecology and Transportation. Editor C. L. Irwin, P.Garrett, dan K.P. McDermott. Raleigh, NC: Center for Transportation and the Environment, North Carolina State University, North Carolina, in Press. Bissonette, J.A., M. E. Lehnert, dan J. W. Haefner. 2000a. Dead on the road: mitigative models to address deer highway mortality. Absrak P. 52. Prosiding dari Simposium: Wildlife and Highways: Seeking solutions to an ecological and socio-economic dilemma. 7th Ann. Meeting of the Wildlife Society, Nashville. Clevenger, A.P, dan N. Waltho. 2000. Factors influencing the effectiveness of wildlife underpasses in Banff National Park, Alberta, Canada. Conservation Biology. 14:47-56. Clevenger, A. P., B. Chruszcz, dan K. Gunson. 2001. Drainage culverts as habitat linkages and factors affecting passage by mammals. Journal of Applied Ecology 38:1340-1349. Clevenger, A. P., dan N. Waltho. 2005. Performance indices to identify attributes of highway crossing structures facilitating movements of large mammals. Biological Conservation. 121:453-464. Clevenger, A. P., B. Cruszcz, K. Gunson, dan J. Wierzchowski. 2001. Highway mitigation fencing reduces wildlife-vehicle collisions. Wildlife Society Bulletin 29:646-653. Clevenger, A. P., B. Chruszcz, dan K. Gunson. 2001. Drainage culverts as habitat linkages and factors affecting passage by mammals. Journal of Applied Ecology 38:1340-1349. Dodd, C.K., W.J. Barichivich, dan L.L. Smith. 2004. Effectiveness of a barrier wall and culverts in reducing wildlife mortality on a heavily traveled highway in Florida. Biological Conservation: 118:619-631.







  



Foresman, K. 2003. Small mammal use of modified culverts on the Lolo south project of western Montana -an update. Prosiding dari the International Conference on Ecology and Transportation, editor C. Leroy Irwin, Paul Garrett, dan K.P. McDermott. Raleigh, NC: Center for Transportation and the Environment, North Carolina State University, 2003. Jaeger, J., J. Bowman, J. Brennan, L. Fahrig, D. Bert, J. Bouchard, N. Charbonneau, K. Frank, B. Gruber, dan K. Tluk,von Toschanowitz. 2005. Predicting when animal populations are at risk from roads: an interactive model of road avoidance behavior. Ecological Modeling 185:329348. Jackson, S. D., dan T. F. Tyning. 1989. Effectiveness of drift fences and tunnels for moving spotted salamanders Ambystoma maculatum under roads. Pages 93-99 in T.E.S. Langton (ed). Amphibians and Roads, proceedings of the toad tunnel conference. ACO Polymer Products, Shefford, Inggris. Jackson, S. D. 2003. Proposed design and considerations for use of amphibian and reptile tunnels in New England. University of Massachusetts, Amherst. Desyana, C. 2009. Kaban: Jalan Trumon-Bulohseuma Buka Isolasi. Koran Tempo Edisi 22 Juni 2009. van Manen, F. T., J. D. Jones, J. L. Kindall, L. M. Thompson, dan B. K. Scheick. 2001. Determining the potential mitigation effects of wildlife passageways on black bears. Pages 435-446 in C. L. Irwin, P. Garrett, and K.P. McDermott, editor. Prosiding dari the 2001 International Conference on Ecology and Transportation, Center for Transportation and the Environment, North Carolina State University, Raleigh, North Carolina. Waller, J. S. dan C. Servheen. 2005. Effects of transportation infrastructures on grizzly bears in northwestern Montana. Journal of Wildlife Management 69:985-1000.