PENGADAAN LISTRIK KAWASAN INDUSTRI

Download 27 Sep 2017 ... Pajak Penerangan Jalan (PPJ) untuk jalan lingkungan di dalam Kawasan Industri; dan lain lain .... Analisis Dampak Lalu Lint...

0 downloads 704 Views 6MB Size
DITJEN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI

PERCEPATAN BERUSAHA DI BIDANG PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI

Disampaikan pada

“Sosialisasi dan Konsultasi Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Berusaha” Makassar, 27 September 2017

DAFTAR ISI

I II III IV

KINERJA EKONOMI REGIONAL PERANAN KAWASAN INDUSTRI PEMBERIAN FASILITAS DAN KEMUDAHAN BERINVESTASI DI KAWASAN INDUSTRI PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI

Ditjen Pengembangan Perwilayahan Industri

3 10 15 30

2

I. KINERJA EKONOMI REGIONAL

KINERJA EKONOMI REGIONAL Wilayah Sumatera Jawa Bali dan Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku dan Papua Indonesia

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 23.10 23.56 23.74 23.81 23.63 22.21 22.03 58.10 57.59 57.65 57.99 58.51 58.29 58.49 2.70 2.50 3.06 3.13 2.56 2.51 2.53 9.20 8.21 8.15 7.85 9.55 9.30 8.67 4.50 4.97 5.92 6.04 4.61 4.74 4.82 2.40 2.18 2.37 2.46 2.13 2.06 2.18 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

43.00

58.60 58.51

42.50 42.00

42.41

42.35

58.49 58.40 58.29

42.01

41.90 58.10

58.20 41.71

41.50

57.99

58.00 41.51

41.49

41.00 40.50 40.00 2010

57.80 57.59

2011

57.65

2012 Luar Jawa

Sumber : BPS, Diolah DJ PPI (2017)

57.60

2013

2014 Jawa

2015

57.40 2016

Keterangan : a. Upaya mengurangi disparitas pembangunan merupakan tantangan dan kerja keras mengingat peranan Pulau Jawa dalam struktur perekonomian nasional masih dominan. b. Dalam periode 2011-2014 peranan Pulau Jawa cenderung meningkat, dan mencapai puncaknya pada tahun 2014. c. Dalam periode 2014-2016, peranan wilayah di luar Pulau Jawa, secara rata-rata mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan. 4

SHARE SEKTOR INDUSTRI NASIONAL DAN REGIONAL Nilai dan Share Sektoral dalam PDB No

Lapangan Usaha

2014

N

Share Sektor Industri di luar Jawa thd PDRB (%)

2015*

K

N

K

1

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

1.409,66 13,34 1.555,75 13,49

2

Pertambangan dan Penggalian

1.039,42

3

Industri Pengolahan

2.227,58 21,08 2.418,37 20,97

a. Industri Batubara dan Pengilangan Migas b. Industri Pengolahan Non Migas

337,20

9,83 3,19

881,69 320,33

16.90

2016**

7,65 2,78

1.890,38 17,88 2.098,05 18,19

5

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

6

Konstruksi

1.041,95

9,86 1.177,08 10,21

1.287,65 10,38

7

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

1.419,23 13,43 1.535,28 13,31

1.635,95 13,19

8

Transportasi dan Pergudangan

466,97

4,42

579,60

5,02

9

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

321,06

3,04

341,55

2,96

10 Informasi dan Komunikasi

369,46

3,50

405,99

3,52

11 Jasa Keuangan dan Asuransi

408,44

3,86

465,02

4,03

12 Real Estate

294,57

2,79

327,60

2,84

13 Jasa Perusahaan

165,99

1,57

190,27

404,63

3,83

15 Jasa Pendidikan

341,82

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17 Jasa lainnya Total PDB

Sumber : BPS, Diolah DJ PPI (2017)

131,25

1,14

7,84

0,07

8,55

0,07

1.668,99 13,45 893,94 7,21 2.544,57 20,51 286,06 2,31 2.258,51 18,20 142,77 1,15

Pengadaan Listrik dan Gas

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

1,09

K

4

14

114,90

N

8,94

0,07

1,65

647,15 362,23 449,14 520,92 348,29 211,62

5,22 2,92 3,62 4,20 2,81 1,71

450,23

3,90

478,63

3,86

3,23

388,41

3,36

109,15

1,03

122,92

163,55

1,55

190,58

418,25 1,07 132,42 1,65 212,22 100 12.406,80

3,37 1,07 1,71 100

10.569,70

100 11.531,71

16.84

16.80 16.68

16.70 16.60

16.53

16.50 16.40 16.30

16.21

16.24

2012

2013

16.20 16.10 16.00 15.90 2014

2015

2016

Keterangan : a. Share sektor industri di tingkat nasional merupakan yang terbesar dibandingkan sektor lainnya. b. Di luar Jawa, sektor industri peranannya mulai menguat dimana share sektor industrinya terus mengalami peningkatan. 5

KONTRIBUSI NILAI TAMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN NON MIGAS DI LUAR JAWA TERHADAP TOTAL NILAI TAMBAH SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN NONMIGAS NASIONAL

28.5

28 27.5 27

26.93

26.5

26.35

26

27.22

27.47

27.73

28.06

26.59

25.52

25.5 25 24.5

24.63

24 2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

Sumber : BPS, Diolah Ditjen PPI

Kontribusi luar Pulau Jawa dalam PDB sektor industri pengolahan non-migas menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Secara perlahan sektor industri pengolahan non migas mulai bergeser ke luar Pulau Jawa…………. 6

PERKEMBANGAN PMA MENURUT WILAYAH Perkembangan PMA (US $ Juta) Wilayah Jawa Luar Jawa Total

Perkembangan PMA (%)

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 11,498.77 12,324.54 13,659.92 17,326.38 15,436.69 15,432.96 14,772.40 4,716.00 7,149.99 10,904.75 11,291.17 13,093.00 13,842.98 14,191.67 16,214.77 19,474.53 24,564.67 28,617.55 28,529.70 29,275.94 28,964.07

Wilayah Jawa Luar Jawa Total

2010 70.92 29.08 100.00

Perkembangan PMA di luar Jawa (US $ Miliar)

2012 55.61 44.39 100.00

2013 60.54 39.46 100.00

2014 54.11 45.89 100.00

2015 52.72 47.28 100.00

14.19

14.00

55.00 49.00

50.00 13.09

12.00 10.90

47.28

45.00

44.39

11.29 40.00

10.00

8.00 7.15

30.00

6.00

45.89 39.46

36.71

35.00 29.08

25.00

4.72

4.00 2010

2016 51.00 49.00 100.00

Perkembangan PMA di luar Jawa (%)

16.00 13.84

2011 63.29 36.71 100.00

2011

2012

2013

2014

2015

2016

20.00 2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

Sumber : BKPM, Diolah DJ PPI (2017)

Keterangan : Investasi langsung dalam bentuk PMA di luar Jawa dalam periode 2010-216 terus mengalami peningkatan baik dalam bentuk nilai maupun kontribusinya 7

PERKEMBANGAN PMDN MENURUT WILAYAH Perkembangan PMDN (Rp Triliun) Wilayah Jawa Luar Jawa Total

2010 35.14 25.49 60.63

2011 37.18 38.81 75.99

2012 52.69 39.32 92.02

2013 66.50 61.65 128.15

2014 97.06 59.02 156.08

Perkembangan PMDN (%) 2015 103.76 75.61 179.37

2016 126.35 89.88 216.23

Wilayah Jawa Luar Jawa Total

2010 57.96 42.04 100.00

Perkembangan PMDN di luar Jawa (Rp Triliun) 104.00 94.00 84.00 74.00 64.00 54.00 44.00 34.00 25.49 24.00 14.00 4.00 2010

2011 48.92 51.08 100.00

2012 57.26 42.74 100.00

2015 57.85 42.15 100.00

2016 58.43 41.57 100.00

55.00 51.08

50.00

48.11

75.61

38.81

2014 62.18 37.82 100.00

Perkembangan PMDN di luar Jawa (%) 89.88

61.65

2013 51.89 48.11 100.00

45.00

59.02

42.15

42.74

42.04

41.57

40.00

39.32

37.82 35.00

2011

2012

2013

2014

2015

2016

30.00 2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

Sumber : BKPM, Diolah DJ PPI (2017)

Keterangan : Nilai investasi langsung dalam bentuk PMDN di luar Jawa dalam periode 2010-216 terus mengalami peningkatan. Sementara dalam kontribusinya,dalam periode 201-2016 secara rata-rata juga mengalami peningkatan. 8

PERKEMBANGAN RASIO GINI MENURUT WILAYAH Wilayah Sumatera Jawa Bali Nusra Kalimantan Sulawesi Maluku Papua INDONESIA

2005 0.309 0.340 0.331 0.308 0.268 0.349 0.355

2007 0.327 0.361 0.350 0.335 0.356 0.364 0.376

2008 0.316 0.354 0.336 0.335 0.337 0.349 0.368

2009 0.305 0.353 0.342 0.335 0.343 0.344 0.367

2010 0.326 0.370 0.380 0.352 0.393 0.365 0.378

2011 0.343 0.385 0.361 0.343 0.389 0.364 0.388

2012 0.359 0.404 0.370 0.364 0.398 0.385 0.413

2013 0.352 0.394 0.378 0.366 0.405 0.382 0.406

2014 0.350 0.414 0.396 0.364 0.411 0.379 0.414

2015 0.337 0.406 0.369 0.319 0.381 0.361 0.402

2016 0.337 0.396 0.367 0.332 0.383 0.363 0.394

Wilayah Jawa Luar Jawa INDONESIA

2005 0.340 0.313 0.355

2007 0.361 0.346 0.376

2008 0.354 0.335 0.368

2009 0.353 0.334 0.367

2010 0.370 0.363 0.378

2011 0.385 0.360 0.388

2012 0.404 0.375 0.413

2013 0.394 0.376 0.406

2014 0.414 0.380 0.414

2015 0.406 0.353 0.402

2016 0.396 0.356 0.394

Keterangan :

0.420 0.414

0.413

0.402

0.406

0.400

0.394 0.388 0.380

0.378

0.376 0.368

0.360

0.367

0.363

0.355

0.375

0.376

0.380

0.360

0.356 0.353

0.346

0.340

0.335

0.334

0.320 0.300 2005

2006

2007

2008

2009

Sumber : BPS, Diolah DJ PPI (2017)

Luar Jawa 2010

2011

INDONESIA 2012

2013

2014

 Dalam periode 2014-2016, cenderung turun, artinya pendapatan yang semakin kecil.

Rasio GINI kesenjangan

 Tingkat kesenjangan pendapatan di Jawa lebih besar dibandingkan dengan luar Jawa.

0.313 Jawa

 Dalam periode 2005-2012, Ratio GINI baik di tingkat nasional maupun di tingkat regional terus mengalami peningkatan, yang menunjukkan bahwa terjadi kesenjangan pendapatan yang semakin besar.

2015

2016

9

II. PERANAN KAWASAN INDUSTRI

PERANAN KAWASAN INDUSTRI SANGAT STRATEGIS Efisiensi Infrastruktur Meningkatkan efisiensi dan kemudahan penyediaan infrastruktur

Investasi dan Lapangan Kerja Menarik investasi dan menyediakan lapangan kerja yang luas. Dengan bertambahnya lapangan kerja maka pendapatan masyarakat juga akan meningkat dan berdampak pula pada peningkatan pendapatan ekonomi wilayah

Produktivitas Perusahaan dan Nilai Tambah Meningkatkan produktivitas perusahaan yang berlokasi di kawasan industri sehingga mampu menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi

Ramah Lingkungan dan Penyediaan Lahan Mendukung peningkatan kualitas lingkungan secara menyeluruh; lahan akan dapat dihindari; kepastian lokasi investasi industri

masalah-masalah konflik penggunaan

Penyebaran dan Pemerataan Industri Mewujudkan pembangunan industri yang terdesentralisasi ke seluruh wilayah (Indonesia Centris) 11

KAWASAN INDUSTRI SEBAGAI LOKASI INVESTASI SEKTOR INDUSTRI Keterangan :  Pertumbuhan ekonomi tahun 2016 sebesar 5,02 persen didukung oleh pertumbuhan komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga (PK-RT), pengeluaran konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (PKPNPRT), dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau Investasi.  Struktur ekonomi tahun 2016 didominasi oleh komponen PKRT (56,5 persen), PMTB (32,57 persen) dan komponen Ekspor barang dan jasa (19,08 persen).

Sumber : BPS (2017)

Keterangan :  Sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2015, investasi (PMTB) merupakan sumber utama pertumbuhan terbesar kedua setelah PK-RT yaitu sebesar 1,45 persen.  Investasi industri membutuhkan lokasi. Oleh karena itu, dengan adanya kewajiban berlokasi di dalam kawasan industri, maka kawasan industri berperan penting dalam mendorong investasi sektor industri dengan menyediakan lahan yang siap bangun, dengan berbagai kemudahan di dalamnya.  Untuk itu, Pemerintah terus mendorong pembangunan kawasan industri.

12

Perkembangan Penjualan Lahan Kawasan Industri Di Jawa

Catatan :

Penurunan penjualan lahan mulai tahun 2012 diakibatkan oleh terbatasnya pasokan lahan (khususnya di JABOTABEK, Karawang, Serang) Sumber : Collier International Indonesia, 2016 13

NILAI TAMBAH INDUSTRI BESAR SEDANG (IBS)

LOKASI IBS DALAM KI LUAR KI Jumlah

2005 67.973.683 328.464.304 396.437.988

Nilai Rp Juta 2014 305.619.508 1.383.836.176 1.689.455.685

2016 2005 327,223,674 17,15 1,479,779,073 82,85 1,807,002,747 100,00

PERSENTASE 2014 18,09 81,91 100,00

2016 18.11 81.89 100.00

TAHUN 2016 18.11%

Keterangan : Walaupun nilai tambah IBS lebih banyak dikontribusikan oleh industri yang berada di luar kawasan industri, nilai tambah IBS yang berlokasi di kawasan industri cenderung meningkat karena IBS yang berlokasi di dalam KI lebih banyak menghasilkan produk-produk industri dengan nilai yang tambah tinggi 81.89%

DALAM KI LUAR KI

Sumber : BPS, Diolah DJ PPI (2017) 14

III. PEMBERIAN FASILITAS DAN KEMUDAHAN DAN KEMUDAHAN BERINVESTASI DI KAWASAN INDUSTRI

15

IV. PEMBERIAN FASILITAS DI DALAM KAWASAN INDUSTRI (PP 142/2015 Tentang KAWASAN INDUSTRI) 1. FISKAL (Perpajakan) Pasal 41

Diberikan berdasarkan pengelompokan WPI 1. WPI maju meliputi WPI Jawa.

2. WPI berkembang meliputi WPI Sulawesi Bagian selatan, WPI Kalimantan bagian timur, WPI Sumatera bagian utara kecuali Batam, Bintan dan Karimun, serta WPI Sumatera bagian selatan. 3. WPI potensial I (satu) meliputi WPI Sulawesi bagian utara, WPI Kalimantan bagian barat, serta WPI Bali dan Nusa Tenggara 4. WPI potensial II (dua) meliputi WPI Papua dan WPI Papua barat. 2. NON FISKAL Pasal 42

Berupa kemudahan pembangunan dan pengelolaan tenaga listrik untuk kebutuhan sendiri dan industri di dalam Kawasan Industri; Penetapan sebagai Objek Vital Nasional Sektor Industri

3. PAJAK DAERAH Pasal 43 Pengaturan insentif daerah sebagaimana ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Contoh: Pengurangan, keringanan, atau pembebasan Pajak dan Retribusi berupa: 1. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB); 2. Pajak Penerangan Jalan (PPJ) untuk jalan lingkungan di dalam Kawasan Industri; dan lain lain 16

Insentif Fiskal Kawasan Industri (PMK 105/2016 :PEMBERIAN FASILITAS PERPAJAKAN DAN KEPABEANAN BAGI PERUSAHAAN INDUSTRI DI KAWASAN INDUSTRI DAN PERUSAHAAN KAWASAN INDUSTRI)

Insentif yg diberikan: 1. Pengurangan PPh Penanaman Modal atau PPh Badan (apabila sudah mendapatkan fasilitas pengurangan PPh untuk penanaman modal tidak dapat diberikan fasilitas pengurangan PPh badan)

2. Pembebasan PPN Impor, Mesin, dan peralatan pabrik 3. Pembebasan Bea Masuk

Pengelompokan Wilayah Pengembangan Industri WPI

WPI Maju

WPI Berkembang

• WPI Jawa • WPI Sulawesi Bagian Selatan • WPI Kalimantan Bagian Timur • WPI Sumatera Bagian Utara kecuali Batam, Bintan dan Karimun • WPI Sumatera Bagian Selatan

WPI Potensial I

• WPI Sulawesi Bagian Utara, • WPI Kalimantan Bagian Barat, serta • WPI Bali dan Nusa Tenggara

WPI Potensial II

• WPI Papua • WPI Papua Barat 17

Insentif Fiskal Kawasan Industri (PMK 105/2016) WPI MAJU

WPI BERKEMBANG

Sesuai Peraturan Perundang Undangan A. Pengurangan PPh: 1. Pengurahan penghasilan netto 30% selama 6 th (5% per th). 2. Penyusutan yang dipercepat dan amortisasi yang dipercepat. 3. PPh atas deviden sebesar 10%. 4. Kompensasi kerugian selama 8 th. B. Pembebasan PPN berdasarkan PP 81 Tahun 2015

WPI POTENSIAL I

A. Pengurangan PPh: 1. Pengurahan penghasilan netto 30% (5% per th selama 6 th) 2. Penyusutan yang dipercepat atas aktiva berwujud dan amortisasi yang dipercepat 3. PPh atas deviden sebesar 10% 4. Kompensasi kerugian selama 10 th. B. Pembebasan PPN berdasarkan PP 81 Tahun 2015 A. Pengurangan PPh: Pengurangan PPh 10% - 100%, Jangka waktu 5-15 th

WPI POTENSIAL II

Persyaratan perusahaan yang menanamkan modal baru (badan hukum disahkan setelah 15 Agustus 2015)

B. Pembebasan PPN berdasarkan PP 81 Tahun 2015

C. Pembebasan Bea Masuk Tahap pembangunan/pengembangan (kapasitas meningkat 30%): 1. Impor mesin selama 2 th, dapat diperpanjang sesuai jangka waktu pembangunan/pengembangan. 2. Impor barang dan bahan paling lama 3 th dapat diperpanjang selama 1 th. 3. Impor mesin yang dibeli di dalam negeri selama 3 th dapat diperpanjang selama 1 th. 4. Impor barang dan bahan bahan selama 4 th apabila menggunakan mesin produksi buatan dalam negeri paling sedikit 30%. C. Pembebasan Bea Masuk Tahap pembangunan/pengembangan (kapasitas meningkat 30%): 1. Impor mesin selama 2 th, dapat diperpanjang sesuai jangka waktu pembangunan/pengembangan. 2. Impor barang dan bahan paling lama 4 th dapat diperpanjang selama 1 th. 3. Impor mesin yang dibeli di dalam negeri selama 4 th dapat diperpanjang selama 1 th. 4. Impor barang dan bahan bahan selama 4 th apabila menggunakan mesin produksi buatan dalam negeri paling sedikit 30%. C. Pembebasan Bea Masuk Tahap pembangunan/pengembangan (kapasitas meningkat 30%): 1. Impor mesin selama 2 th, dapat diperpanjang sesuai jangka waktu pembangunan/pengembangan. 2. Impor barang dan bahan paling lama 5 th dapat diperpanjang selama 1 th. 3. Impor mesin yang dibeli di dalam negeri selama 5 th dapat diperpanjang selama 1 th. 4. Impor barang dan bahan bahan selama 5 th apabila menggunakan mesin produksi buatan dalam negeri paling sedikit 30%.

18

PENGADAAN LISTRIK KAWASAN INDUSTRI • Pasal 42 ayat (1) PP No. 142 Tentang Kawasan Industri Perusahaan Kawasan Industri diberikan fasilitas kemudahan pembangunan dan pengelolaan tenaga listrik untuk kebutuhan sendiri dan industri di dalam kawasan industri

Pengelola

Suporting Area

Industri Industri

19

KAWASAN INDUSTRI SEBAGAI OBJEK VITAL NASIONAL SEKTOR INDUSTRI • Pasal 4 PP No. 142 Tentang Kawasan Industri Menteri Perindustrian berwenang dalam menetapkan suatu kawasan industri sebagai Objek Vital Nasional Sektor Industri (OVNI)

• Sebanyak 15 Kawasan Industri ditetapkan sebagai OVNI NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

NAMA KAWASAN INDUSTRI Medan Star Industrial Estate (PT. Tamoratama Prakarsa) Kawasan Industrial Medan PT. Kawasan Industrial Medan Panbil Industrial Estate (PT. Nusatama Properta Panbil) BATAMINDO (PT. Batamindo Investment Cakrawala) Kawasan Industri Terpadu Kabil (PT. Kabil Indonusa Estate dan PT. Kabil Citranusa) PT. Bintan Inti Industrial Estate Kaltim Industrial Estate (PT. Kaltim industrial Estate) Modern Cikande Industrial Estate (PT. Prisma Inti Semesta; PT. Puncak Ardimulia Realty)

LOKASI Kab. Deli Serdang – Sumatera Utara Kota Medan – Sumatera Utara Kota Batam – Kepulauan Riau Kota Batam - Kepulauan Riau Kota Batam – Kepulauan Riau Kab. Bintan – Kepulauan Riau Kota Bontang – Kalimantan Timur Kab. Serang - Banten

East Jakarta Industrial Park (EJIP) PT. Best Jakarta Industrial Park Jababeka Industrial Estate – Cikarang (PT. Jababeka, Tbk) Karawang Internasional Industrial City (PT. Maligi Permata Industrial Estate PT. Harapan Anang Bakrie & Sons; PT. Karawang Tata Bina) Ngoro Industrial Park I (PT. Dharmala RSEA Industrial Estate) Jakarta Industrial Park II (PT. Intiland Sejahtera) PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) Kawasan Industri Bukit Indah (PT Besland Pertiwi)

Kab. Bekasi – Jawa Barat Kab. Bekasi – Jawa Barat Kab. Kerawang – Jawa Barat Kab. Mojokerto – Jawa Timur Kab. Mojokerto – Jawa Timur Jakarta Utara-DKI Jakarta Kabupaten Purwakarta-Jawa Barat 20

KEMUDAHAN BERBAGAI PERIZINAN a. PENGECUALIAN

Perusahaan Kawasan Industri 1. Permohonan IUKI dikecualikan dari perizinan yang menyangkut gangguan (HO)

Perusahaan Industri di Kawasan Industri Dikecualikan dari perizinan yang menyangkut 1. gangguan, 2. lingkungan, 3. lokasi, 4. tempat usaha, 5. peruntukan penggunaan tanah, 6. pengesahan rencana tapak tanah dan 7. Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALALIN). b. FASILITASI PERIZINAN

Pengelola Kawasan Industri wajib memfasilitasi pelayanan perizinan satu pintu untuk memenuhi layanan cepat sesuai dengan Peraturan BKPM. 21

KEMUDAHAN BERINVESTASI DI KAWASAN INDUSTRI Paket Kebijakan Ekonomi terkait Investasi

2

29 September 2015

Layanan cepat perizinan investasi 3 jam dan kemudahan investasi di kawasan industri

Gambaran umum  Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK) merupakan kemudahan yang diberikan oleh Pemerintah kepada perusahaan yang akan melakukan investasi berlokasi di Kawasan Industri tertentu.  Perusahaan setelah mendapatkan Izin Investasi/Izin Prinsip, baik dari PTSP Pusat maupun PTSP di daerah setempat, dapat langsung melakukan konstruksi sambil secara paralel mengurus Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Lingkungan (UKL/UPL, AMDAL), dan perizinan pelaksanaan daerah lainnya sepanjang telah memenuhi ketentuan Tata Tertib Kawasan Industri (Estate Regulation).  Perizinan pelaksanaan yang diperlukan wajib dipenuhi sebelum perusahaan siap produksi komersial.  Tidak ada batasan minimal nilai investasi atau penyerapan TKI.  Kawasan Industri tertentu akan ditetapkan oleh Kepala BKPM.  Perlu dukungan Gubernur dan Bupati/Walikota dimana lokasi Kawasan Industri.  Perlu dukungan Menteri untuk mengubah ketentuan teknis terkait (NSPK) sebagai acuan perubahan ketentuan di daerah.  Perlu penegasan komitmen lintas sektor untuk secara bersama-sama menciptakan dan menjaga iklim usaha/investasi yang kondusif. 22

KEMUDAHAN LANGSUNG INVESTASI KONSTRUKSI (KLIK) Investor  Adanya keluhan investor bahwa proses membangun di daerah sangat lambat, antara lain terkendala perizinan pelaksanaan yakni IMB dan Izin Lingkungan yang merupakan kewenangan Pemerintah Daerah.

Perusahaan Kawasan Industri  Di beberapa daerah terdapat Kawasan Industri (KI) yang diperuntukkan sebagai kegiatan industri, telah memiliki AMDAL Kawasan/Izin Lingkungan, Tata Tertib KI ditetapkan Pemerintah Daerah, dan Pengelola KI.  Tingkat utilisasi Kawasan Industri rata-rata masih dibawah 70%.

Pemerintah Daerah  Proyek investasi berlokasi di daerah.  Beberapa Pemerintah Daerah sangat aktif mendorong investasi masuk ke KI yang berada di daerahnya.  Usul pelaksanaan kebijakan KLIK direspon positif oleh Pemerintah Daerah, dengan demikian KLIK sebenarnya inisiatif Pemerintah Daerah.

Pemerintah cq. BKPM  Mendorong pemerataan ekonomi melalui investasi ke wilayah luar Jawa.  Renstra BKPM 2015 – 2019, proyeksi investasi di sektor industri sebesar Rp 1.893,9 Triliun atau 53,5% dari total Rp 3.518,6 Triliun selama 5 tahun.  Beberapa daerah diproyeksikan adanya peningkatan investasi sektor industri.  Adanya kebutuhan lahan industri sebesar 1.000 ha per tahun karena sesuai amanat UU 3 Tahun 2014 dan PP No 142 Tahun 2015 bahwa kegiatan industri wajib berlokasi di Kawasan Industri.  Umumnya investor memerlukan waktu sekitar 4 – 5 tahun untuk merealisasikan investasi (sejak Izin Prinsip disetujui hingga Izin Usaha Industri.  Akselerasi pembangunan konstruksi kegiatan investasi diharapkan dapat meningkatkan realisasi investasi. 23

Manfaat Fasilitas KLIK Non- KLIK Pembelian Lahan (PPJB)

Penyiapan persyaratan (Pre-Reg) IMB Contoh: AMDAL/UKL-UPL/ Izin Lingkungan (6 bln-1,5th)

Permohonan IMB (10-14 hari)

Izin Prinsip/Izin Investasi

Siap produksi komersial (syarat izin pelaksanaan lengkap) Konstruksi (1 – 2 Thn)

Izin Usaha Industri (IUI)

KLIK Pembelian Lahan (PPJB)

Langsung Konstruksi (1 – 2 Thn)

Secara paralel mengurus perizinan pelaksanaan

Siap produksi komersial (syarat izin pelaksanaan lengkap) • IMB • AMDAL/UKL-UPL/IL • Dll.

Dengan memanfaatkan fasilitas KLIK, investor akan efisien waktu kurang lebih ± 6 bln – 1,5 tahun. 24

24

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan Kawasan Industri (KI) KLIK

 Surat Rekomendasi Gubernur dan Bupati/Walikota --> memuat: (1) dukungan normatif, (2) usulan/rekomendasi KI, (3) komitmen percepatan pelayanan perizinan dan nonperizinan, (4) penetapan dan perubahan ketentuan perundangan di daerah.

 Kriteria KI yang diusulkan/direkomendasikan

1) Memiliki Izin Usaha Kawasan Industri (IUKI) atau Izin Prinsip (dalam proses pengurusan IUKI) 2) Memiliki AMDAL Kawasan 3) Ketersediaan lahan yang cukup 4) Tata Tertib Kawasan Industri 5) Pengelola Kawasan Industri

25

25

Kawasan Industri untuk Pelaksanaan KLIK Tahap I  SK Kepala BKPM No. 24 Tahun 2016: Pelaksanaan KLIK tahap awal berada di 6 provinsi dan 9 kabupaten/kota  Total 14 (empat belas) Kawasan Industri dengan luas lahan efektif 10.022 ha (dari luas lahan keseluruhan 17.154 ha), terdiri dari: NAMA DAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI PROVINSI JAWA TENGAH 1. KI Kendal (KIK), Kab Kendal 2. KI Bukit Semarang Baru (BSB), Kota Semarang 3. KI Wijayakusuma, Kota Semarang PROVINSI JAWA TIMUR 4. KI Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Kab Gresik PROVINSI SULWESI SELATAN 5. KI Bantaeng (KIBA), Kab Bantaeng PROVINSI BANTEN 6. KI Modern Cikande Industrial Estate, Kab Serang 7. KI Terpadu Wilmar, Kab Serang 8. KI Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC), Kota Cilegon PROVINSI JAWA BARAT 9. KI Bekasi Fajar Industrial Estate, Kab Bekasi 10. KI Delta Silicon 8, Kab Bekasi 11. KI Karawang Internasional Industrial City (KIIC), Kab Karawang 12. KI Suryacipta City of Industry, Kab Karawang 13. KI GT Tech Park, Kab Karawang PROVINSI SUMATERA UTARA 14. KI Medan (KIM), Kab Deli Serdang Total

TOTAL LAHAN KESELURUHAN (HA) 1.334 1.000 84 250 1.761 1.761 3.000 3.000 5.549 3.175 1.744 630 4.730 1.500 230 1.200 1.400 400 780 780 17.154

LAHAN KOSONG EFEKTIF (HA) 840 700 40 100 1.761 1.761 3.000 3.000 3.150 1.800 800 570 1.151 300 158 293 300 100 100 100 10.022 26

26

Perkembangan Implementasi KLIK di 14 KI Jumlah Proyek yang memanfaatkan fasilitas KLIK (per November 2016) yakni 81 Proyek, nilai investasi Rp 72,09 Triliun, memanfaatkan lahan 917,36 ha, berlokasi di 11 Kawasan Industri (KI). Produksi Komersial

9 Proyek

Nilai Investasi Rp 2,08 Triliun, luas lahan 28,09 ha, berlokasi di 3 KI

Konstruksi

Persiapan

16

56

Proyek

Proyek

Nilai Investasi Rp 8,85 Triliun, luas lahan 202,19 ha, berlokasi di 8 KI

Nilai Investasi Rp 61,16 Triliun, luas lahan 687, 08 ha, berlokasi di 11 KI

Catatan: Terdapat 26 proyek dalam status NDA (Non Disclosure Agreement) yang akan memanfaatkan fasilitas KLIK berlokasi di 6 KI. Apabila sudah diperbolehkan para pihak, segera akan dilakukan verifikasi lebih lanjut . (Sumber : BKPM, 2016)

27

27

Kawasan Industri untuk Pelaksanaan KLIK Tahap II  SK Kepala BKPM No. 17 Tahun 2017: Pelaksanaan KLIK tahap awal berada di 7 provinsi dan 8 kabupaten/kota  Total 18 (delapan belas) Kawasan Industri dengan luas lahan efektif 3 378.9, terdiri dari: No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Kawasan Industri

Provinsi

KI Batamindo Industrial Park KI Bintang Industrial Park II KI Kabil Integrated Industrial Park KI West Point Maritime Industrial Park KI Bintan Inti Industrial Estate Lobam Kawasan Industri Dumai Kawasan Berikat Nusantara/KBN KI Jakarta Industrial Estate Pulagadung/JIEP KI Marunda Center Artha Industrial Hill KI Greenland International Industrial Center (GIIC)/Deltamas KI Jababeka Tahap III KI Kota Bukit Indah Ind. City KI Indotaisei Kota Bukit Indah KI Demak. KI Maspion KI Tuban KI Kariangau Total

Kep. Riau Kep. Riau Kep. Riau Kep. Riau Kep. Riau Riau DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Jawa Timur Kalimantan Timur

Lahan Kosong (Ha) 46.6 20.0 21.7 102.5 229.6 198.9 118.6 10.4 300.0 315.1 400.0 45.0 510.0 300.0 285.7 151.0 190.0 133.8 3,378.9 28

28

Rekap Kawasan Industri untuk Pelaksanaan KLIK (Tahap I dan Tahap II) NAMA DAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI PROVINSI JAWA TENGAH 1. KI Kendal (KIK), Kab Kendal 2. KI Bukit Semarang Baru (BSB), Kota Semarang 3. KI Wijayakusuma, Kota Semarang 4. KI Demak PROVINSI JAWA TIMUR 5. KI Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Kab Gresik 6. KI Maspion 7. KI Tuban PROVINSI SULAWESI SELATAN 8. KI Bantaeng (KIBA), Kab Bantaeng PROVINSI BANTEN 9. KI Modern Cikande Industrial Estate, Kab Serang 10. KI Terpadu Wilmar, Kab Serang 11. KI Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC), Kota Cilegon PROVINSI JAWA BARAT 12. KI Bekasi Fajar Industrial Estate, Kab Bekasi 13. KI Delta Silicon 8, Kab Bekasi 14. KI Karawang Internasional Industrial City (KIIC), Kab Karawang 15. KI Suryacipta City of Industry, Kab Karawang 16. KI GT Tech Park, Kab Karawang 17. Artha Industrial Hill 18. KI Greenland International Industrial Center (GIIC)/Deltamas 19. KI Jababeka Tahap III 20. KI Kota Bukit Indah Ind. City 21. KI Indotaisei Kota Bukit Indah 22. KI Marunda Center

LAHAN KOSONG (HA) 1,125.7 700.0 40.0 100.0 285.7 2,102.0 1,761.0 151.0 190.0 3,000.0 3,000.0 3,170.0 1,800.0 800.0 570.0 2,721.1 300.0 158.0

NAMA DAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI PROVINSI SUMATERA UTARA 23. KI Medan (KIM), Kab Deli Serdang PROVINSI KEP.RIAU 24.KI Batamindo Industrial Park 25. KI Bintang Industrial Park II 26. KI Kabil Integrated Industrial Park 27. KI West Point Maritime Industrial Park 28. KI Bintan Inti Industrial Estate Lobam PROVINSI RIAU 29. Kawasan Industri Dumai PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 30. KI Kariangau PROVINSI DKI JAKARTA 31. Kawasan Berikat Nusantara/KBN 32. Jakarta Industrial Estate Pulagadung/JIEP Total

LAHAN KOSONG (HA) 100.0 100.0 420.4 46.6 20.0 21.7 102.5 229.6 198.9 198.9 133.8 133.8 429.0 118.6 10.4 13,400.9

293.0 300.0 100.0 315.1 400.0 45.0 510.0 300.0 300.0 29

29

IV. PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI

30

JUMLAH KAWASAN INDUSTRI MENURUT WILAYAH Jumlah Kawasan Industri Tahun 2014 No 1 2 3 4

Wilayah Jawa Sumatera Sulawesi Kalimantan Total

Jumlah 50 19 2 3 74

Luas Kawasan Persentase Industri (Ha) Luas (%) 71.99 26,127.40 19.34 7,019.10 6.07 2,203.00 2.61 946.00 100.00 36,295.50

Jumlah Kawasan Industri Tahun 2016 No 1 2 3 4

Wilayah Jawa Sumatera Sulawesi Kalimantan Total

Jumlah 57 21 4 5 87

Luas Kawasan Persentase Industri (Ha) Luas (%) 57.58 34,417.04 26.02 15,549.60 14.15 8,455.00 2.25 1,346.00 100.00 59,767.64

Keterangan : Terjadi peningkatan kawasan industri baik dari sisi jumlah maupun luasannya. 1. Dari sisi jumlah, terjadi peningkatan sebesar 17,56 persen, 2. Sementara dari sisi luas mengalami peningkatan sebesar 64,67 persen. Kawasan industri di luar Jawa mengalami peningkatan luas dari 28,01 persen menjadi 42,42 persen pada tahun 2016. 3. Meskipun dari sisi jumlah peningkatan masih banyak terjadi di Jawa, tetapi karena di luar Jawa ketersediaan lahan masih relatif luas maka peningkatan persentase luas kawasan di luar Jawa lebih tinggi dibandingkan dengan di Jawa.

31

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI KI GIIPE (Aneka)

KI Tanjung Buton (Hilirisasi CPO)

KI Ladong (Agro)

KI Dumai (Hilirisasi CPO)

KI Landak (Feronikel)

KI Kuala Tanjung (Alumina)

KI/KEK Sei Mangkei (CPO & Karet)

KEK Lhokseumawe (Petrokimia) KI/KEK Palu (Rotan)

KI Tanah Kuning (Mineral & Agro) KI/KEK Bitung (Agro & Logistik)

KI Buli, Haltim (Feronikel)

KI Teluk Bintuni (Petrokimia)

KEK Maloy (Agro dan Logistik) KI Kemingking (Agro dan Alat Berat)

KI Tanggamus (Perkapalan)

KI Morowali (Feronikel) KI Bantaeng (Feronikel)

KI Kendal (Aneka Industri KI Ketapang (Alumina) KI Wilmar Serang (Industri Manufaktur terpadu dengan Pelabuhan)

KI Jorong (Besi baja, Agro)

KI Konawe (Feronikel)

KI Batulicin (Besi Baja, Agro)

KI JIIPE Gresik (Industri Manufactur terpadu dengan Pelabuhan) KI Tanjung Jabung Timur (Agro, Besi Baja, dan Petrokimia)

Sriwijaya CBD (Industri Berat)

KEK Tanjung Api-api (Agro dan Hilirisasi Batubara)

Sudah Beroperasi (9 KI) Dalam Tahap Konstruksi (8 KI) Dalam Tahap Perencanaan (11 KI)

32

Investasi •Target Investasi US $ 5,6 Billion (2018) •Realisasi Investasi US $ 4,15 Billion (2016)

Kawasan Industri Morowali

Jenis Industri Integrated Industri Ferronikel, Stainles Steel dan Produk hilirnya Tenaga Kerja • TK per 2017:Asing: 1.748; Lokal: 5.994 • Prediksi TK per 2021: 80.000 langsung/tidak langsung • Prediksi Rasio TK per 2021 Asing 17% Lokal 82% Politeknik Industri Logam Morowali (East Indonesia Center of Excellence ) • Teknik Kimia Mineral, Teknik Perawatan Mesin , Teknik Listrik dan Instalasi setingkat D-III. • Kapasitas 560 mahasiswa per tahun ajaran

Bandara Maleo Morowali • Panjang Landasan Pacu 1050 m • Pesawat ATR 42-500 Twin Oter, CASA 212, CARAVAN • Rute Makassar-Morowai, Palu-Morowali • Jarak Bandara – Kawasan: sekitar 106 km

Pelabuhan Jetty dalam Kawasan Kapasitas eksisting 100.000 DWT

Lokasi Kecamatan Bahodopi, Kab. Morowali Provinsi Sulawesi Tengah

Pengelola Kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP)

Luas Lahan

Lintas Jalan Nasional menghubungkan • Kendari-Morowali-Palu-MamujuMakassar

Rencana: 3000 ha Lahan tersedia per 2017: 2000 ha 33

P e r k e m b a n g a n

Infrastruktur Pendukung 1. Pelabuhan 10 jetty (kapasitas 100 ribu DWT); 2. 3 Tower Rusun dan 8 Apartemen; Daya Tampung 5.500 orang 3. Pengolahan air 1000 Liter debit sungai; 4. Pengolah sampah 4 ton/hari; 5. Oxygen Plant; 6. Poliklinik; 7. Pembangkit listrik 1180 MW;

Investasi Tenant di Dalam Kawasan Industri No

Perusahaan

1.

PT. Sulawesi Mining Invesment

Nickel Pig Iron

300.000 ton/tahun

$ 635.000.000

2.

PT Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Steel Industry

• Nickel Pig Iron • Stainless Steel Slab • Hot Rolling Coil

• 600.000 ton/tahun • 1.000.000 ton/tahun • 2.000.000 ton/tahun

$ 1.034.710.000

3.

Indonesia

• Nickel Pig Iron • Stainless Steel Slab

•600.000 ton/tahun • 1.000.000 ton/tahun

$ 817.950.000

Investasi Tenant dalam Progres No

Jenis Industri

1.

PT. BLNI Smelter dengan teknologi Hydrometalurgi 8.000 ton nikel murni/tahun

2.

PT ITSS Stainless Steel 1.000.000 ton/tahun

3.

Ferrochrome 600.000 ton/tahun

4.

Smelter Ferronickel dengan kadar rendah 500.000 ton.

5.

Pabrik Cooking Coal, dengan kapasitas 600.000 ton.

6.

Pabrik Stainless Steel CRC dengan kapasitas 600.000 ton.

7.

Pabrik Ferromangan.

8.

Pabrik Ferrosilika

Calon Investasi Tenant Baru No

Jenis Produksi

Jenis Industri

1.

Pabrik Stainless Steel kapasitas 1 juta ton.

2.

Pabrik Carbon Steel kapasitas 4 juta ton.

3.

Pabrik HRC dan CRC Carbon Steel.

Dampak ekonomi regional : Rata-rata kenaikan PDRB Kab. Morowali meningkat 29% per tahun (2010-2016)

Tsingshan Stainless Rencana Investasi Steel

Kapasitas Produksi

Nilai Investasi

4.

PT Indonesia Ruipu Nickel and Chrome Alloy

• Stainless Steel Coil • Ferroochrome • Coke

• 700.000 ton/tahun • 600.000 ton/tahun • 600.000 ton/tahun

$ 460.970.000

5.

PT Broly Nickel Industry

• Nickel Oxide Sinter • Tar Batubara

• 19.230 ton/tahun • 6.611 ton/tahun

$ 138.527.700

6.

Power Plant

1180 MW

$ 1.062.000.000

Lahan Industri smelter tumbuh dari 1200 ha menjadi 2000 ha, dan memiliki target pengembangan 3000 ha. 34

Investasi •Target Investasi US $ 5 Billion (2018)

Kawasan Industri Konawe

•Realisasi Investasi US $ 3,5 Billion (2017)

Jenis Industri Integrated Industri Ferronikel, Stainles Steel dan Produk hilirnya Tenaga Kerja • Tenaga Kerja Asing per 2017: TKA: 1500 TKI: 4000 • Prediksi TK per 2021: 16.515 langsung/tidak langsung

Bandara Haluoleo Kendari • Rasio TK per 2021 Asing 17% Lokal 82% • Panjang landasan pacu 2.500 meter • Kapasitas penumpang 1700 per hari • Rute penerbangan: Jakarta, Makassar, Baubau, Wakatobi, Kolaka Pelabuhan Jetty dalam Kawasan Kapasitas eksisting 50.000 DWT Panjang 1800 m; Kedalaman 15-20 m

Lokasi Kecamatan Bondoiala dan Kapoiala Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara Pengelola

Kawasan Jaringan Jalan • Jalan Trans Sulawesi Kendari-Konawe-MorowaliPalu • Jalan dari lokasi tambang ke kawasan industri sepanjang 40 Km

Luas Lahan Rencana: 5500 ha

PT Virtue Dragon Nickel Industrial Park (VDNIP) 35

Investasi Tenant di Dalam Kawasan Industri Rencana Penyerapan Tenaga Kerja

P e r k e m b a n g a n

No

Perusahaan

Jenis Produksi

Kapasitas Produksi

Nilai Investasi

1.

PT. VDNI

Smelter Nickel (NPI)

600.000 ton/tahun

$ 1.000.000.000

2.

PT. OSS (obsidian stainless steel)

Smelter Nickel (NPI & Stainless Steel)

1.200.000 ton/tahun

$ 2.000.000.000

Pembangunan Power Plant

560 MW

$ 504.000.000

3.

Rencana Tahapan Investasi

Okupansi Lahan Lahan yang sudah dibebaskan yaitu 528 ha dari total 5.500 ha, telah dimanfaatkan oleh tenant dalam proses konstruksi pabrik smelter dan pematangan lahan

Rencana Proyek & Nilai Investasi Phase 1 Awal 2016 • Lahan : 100 hectares • Investasi : $1 billion • Produksi : 600,000 tons/annum Phase 2 Pertengahan 2017 • Lahan : 200 hectares • Investasi : $2 billion • Produksi : 1,200,000 tons/annum Phase 3 Pertengahan 2018 • Lahan : 200 hectares • Investasi : $2 billion • Produksi : 1,200,000 tons/annum

36

Investasi Target Investasi Rp 12,5 Triliun Realisasi Investasi per Juli 2017 Rp 115 Milyar

Kawasan Industri Palu

Jenis Industri Industri Rotan, Rumput Laut, Kelapa (Industri Agro), Pengolahan Hasil Tambang dan Logistik Tenaga Kerja per Juli 2017: 210 orang Prediksi Tenaga Kerja: 51.000 orang Bandara Mutiara Sis Al-Jufri Panjang Landasan Pacu 3500 m Kapasitas Penumpang sekitar 1500 orang/hari Jarak Bandara – Kawasan: sekitar 23 km Pelabuhan Pantoloan Kapasitas eksisting 37.000 TEUs Rencana pengembangan kapasitas hingga 1,2 juta TEUs Jalan • Jalan Trans Sulawesi Palu – Toli-toli • Palu Outer Ring Road • By pass Palu – Parigi

Lokasi Kecamatan Tawaeli, Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah

Luas Lahan

Pengelola Kawasan PT Bangun Palu Sulteng

Rencana: 1.500 ha Realisasi per 2017: 482 ha 37

Multifunctional City of International Level

Investasi Tenant di Dalam Kawasan Industri No

P e r k e m b a n g a n

Tenant

Jenis Industri

Luas Lahan

Rencana Nilai Investasi

Perkiraan Tenaga Kerja

Progress

Okupansi Lahan

1

PT. Asbuton Jaya Abadi

Industri Aspal Dingin

12 ha

Rp 100 milyar

100 org

Konstruksi

• Lahan yang sudah dibebaskan yaitu 482 ha.

2

PT Hongthai International

Industri Getah Pinus

2 ha

Rp 15 milyar

110 org

Konstruksi

• Lahan seluas 52 ha dalam tahap

3

PT. Sofi Agro Industries

Industri Pengolahan Kelapa

2 ha

Rp 130 milyar

625 org

Land Clearing

4

PT. Agro Sulteng

Industri Karet dan Minyak Atsiri

17 ha

Rp 200 milyar

100 org

Land Clearing

5

PT Artha Palu

Industri Minyak Atsiri

19 ha

Rp 50 milyar

35 org

Land Clearing

pematangan dan konstruksi pabrik.

Rencana Investasi No

Infrastructure Company

Bidang Kerjasama

1

PT. Pertamina

Pembangunan Instalasi Gas di dalam KI

2

PT. PLN

Pembangunan Gardu Induk di dalam KI

3

PT. Dalle Energy

Pembangunan PLTU 2 x 100 MW

4

PT. Toba Sejahtera

Pembangunan PLTU 2 x 100 MW

5

STM Group

Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan

6

PT. Abana Gema Mentari

Pengembangan dan Pembiayaan Investasi Infrastruktur Kawasan

7

One Asia Group

Pengembangan dan Pembiayaan Investasi Infrastruktur Kawasan

8

PT. SMI

Pengembangan dan Pembiayaan Investasi Infrastruktur Kawasan

Perizinan Administrator KEK Palu telah menerima pelimpahan/ pendelegasian kewenangan Perizinan dan non Perizinan: 1. Dari Pemerintah Kota Palu sebanyak 53 izin/non izin berdasarkan Perwali No. 03 Tahun 2016 2. Dari Pemerintah Provinsi Sebanyak 7 izin/non izin berdasarkan PERGUB No. 11 Tahun 2016 3. Dari BKPM RI Sebanyak 2 Izin - Izin Prinsip berdasarkan PERKA BKPM No.4 Tahun 2016 - Izin Usaha berdasarkan PERKA BKPM No. 5 Tahun 2016 4. Telah memperoleh hak akses perizinan online (SPIPISE Perizinan dan LKPM )

38

Investasi Target Investasi Rp 45,5 Triliun Realisasi Investasi per Juli 2017 Rp 3,89 Triliun

Kawasan Industri Bantaeng

Jenis Industri Industri Ferronickel dan Stainless Steel

Tenaga Kerja Kebutuhan Tenaga Kerja: 163.200 orang Prediksi Tenaga Kerja Tahun 2018: 3.850 orang Akademi Komunitas Bantaeng • Teknik Kimia Analis, Teknik Perawatan Mesin dan Teknik Listrik dan Instalasi setingkat D-II. • Kapasitas 360 mahasiswa per tahun ajaran

Bandara Sultan Hasanuddin Panjang Landasan Pacu 3100 m Kapasitas Penumpang sekitar 10,68 orang/tahun Jarak Bandara – Kawasan ± 57 km Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar Kapasitas eksisting 350.000 TEUs per tahun Jarak Pelabuhan – Kawasan: sekitar 135 km Jaringan Jalan • Jalan Trans Sulawesi Makassar – Bantaeng Bulukumba

Lokasi

Pengelola Kawasan

Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan

PT Bantaeng Industrial Persada

Luas Lahan Rencana: 3.000 ha Realisasi per 2017: 431 ha 39

P e r k e m b a n g a n

Kawasan Industri Bantaeng masuk dalam “Fasilitas KLIK Tahap I oleh BKPM)”… Okupansi Lahan Lahan yang sudah dibebaskan yaitu 431 ha dari total 3.000 ha, telah dimanfaatkan oleh tenant dalam proses konstruksi seluas 50 ha

PT Huadi Nickel Alloy Indonesia

PT Titan Mineral Utama

Rencana beroperasi Smelter PT Huadi Nickel Alloy Indonesia dan PT Titan Mineral Utama pada saat harga nikel dunia stabil.

Investasi Tenant di Dalam Kawasan Industri Nama Perusahaan

Jenis Usaha

Rencana Nilai Investasi

Realisasi Investasi

Rencana Luas Lahan

Realisasi Lahan

Kapasitas Produksi per tahun

Kebutuhan Listrik

Prakiraan Jumlah Tenaga Kerja (s.d. 2018)

PT Huadi Nickel Alloy Indonesia

Smelter

5 Triliun

2 Triliun

200 ha

60 ha

300.000 ton

200 MW

1000 orang

PT Titan Mineral Utama

Smelter

5 Triliun

800 Miliar

170 ha

170 ha

50.000 ton

150 MW

500 orang

PT Bantaeng Sigma Energi

PLTU

11 Triliun

100 Miliar

100 ha

30 ha

600 MW

100 orang

PT Bantaeng Central Asia Steel

Smelter Ferronic kel

3 Triliun

240 Miliar

100 ha

60 ha

300.000 ton

200 MW

1000 orang

PT Sinar Deli Group

Smelter

1,5 Triliun

500 Miliar

25 ha

10 ha

350.000 ton

25 MW

200 orang

PT Power Merah Putih

PLTG

12 Triliun

50 ha

600 MW

300 orang

PT Pasifik Agra Energi

LNG/ Terminal Gas

4 Triliun

100 ha

10 MW

200 orang

PT Intim Perkasa Energi

Refinery

2 Triliun

50 ha

40 MW

150 orang

PT Sergion

Port

1 Triliun

20 ha

2 MW

300 orang

PT Multi Kilang Pratama

Migas

1 Triliun

2 MW

100 orang

PT Cinta Jaya

Smelter

630 MW

3850 orang

Total

45,5 Triliun

250 Miliar

3,890 Triliun

700.000 ton

70 ha

70 ha

30,745 ha

30,475 ha

915,745 ha

430,745 ha

40

Investasi Target investasi Rp. 2,3 Triliun

Kawasan Industri Bitung

Jenis Industri Pengembangan kawasan industri berbasis industri kelapa,

perikanan, farmasi dan industri pendukung lainnya

Proyeksi tenaga kerja 35.000 orang

Bandara Sam Ratulangi Manado Runway 2.650 m Kapasitas penumpang 2.016.136 (BPS 2015)

Pelabuhan Bitung • Kapasitas penumpang 950.707; Kapasitas kargo 7.100.213 Ton (BPS 2015) • Kapasitas mencapai 300.000 Teus dan akan dilakukan pengembangan hingga 3.000.000 Teus

Lokasi • Peningkatan fisik Ruas Jalan Nasional Girian – Kema sepanjang 5 Km • Pembangunan Jalan Nasional akses ke Tol Manado – Bitung dari pintu tol Km 28,5 ke KEK sepanjang 5 Km • Peningkatan Jalan Tol Bitung Minut Manado sepanjang 43 Km

Kelurahan Tanjung Merah Bitung Provinsi Sulawesi Utara

Pengelola Kawasan PT Membangun Sulut Hebat (BUMD)

Luas Lahan Rencana: 534 Ha Realisasi per 2017: 92,96 Ha

41

Calon Investor

P e r k e m b a n g a n

No

Perusahaan Tenant

Infrastruktur dalam Kawasan Industri Bidang Usaha

Ikatan Kerjasama

1

PT Beta Gas

Gas LNG

MOU dengan Pemprov Sulut

2

PT Gasmindo Utama

Jaringan Gas

MOU dengan Pemprov Sulut

3

PT Sari Malalugis

Perikanan

MOU dengan Pemprov Sulut

4

PT Arta Samudera Pasifik

Perikanan/Cold Storage

MOU dengan Pemprov Sulut

5

PT RD Pacific International

Pengolahan Ikan Kaleng

MOU dengan Pemprov Sulut

6

PT Bitung Industri Kapal

Industri Kapal

MOU dengan Pemprov Sulut

7

PT Pelayaran Laut Rezky Semesta

Logistik dan Pergudangan

MOU dengan Pemprov Sulut

8

PT Sinar Bahtera Maju

Industri Baja

MOU dengan Pemprov Sulut

9

PT Brant Wood International

Industri Farmasi

MOU dengan Pemprov Sulut

10

PT Cakra Buana Mas Utama

Industri Baja

MOU dengan Pemprov Sulut

11

PT Pelindo IV

Lapangan Peti Kemas

MOU dengan Pemprov Sulut

12

PT Weda Bay Nikel

Logistik Tambang

MOU dengan Pemprov Sulut

Jalan dalam kawasan industri

Pembebasan lahan seluas 2,8 Ha

Okupansi Lahan

• Lahan yang telah dikuasai 92,96 Ha (ex-HGU), dalam proses HPL

Tanah yang telah dikuasai 92,96 H

• Tanah seluas 438,24 Ha dalam proses pembebasan

Kantor pengelola dan Administrator KEK 42

Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri Gedung Kementerian Perindustrian Lt. 13-14 Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta Selatan 12950

43