Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
PENGARUH BAURAN PEMASARAN RITEL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN ULANG KONSUMEN MEGA PRIMA SWALAYAN PAYAKUMBUH Yuda Melisa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang Email:
[email protected] ABSTRACT This research aims to analyze the effects of merchandise, price, location, communication mix, store layout and design on consumer repurchase decision at Mega Prima Supermarket Payakumbuh. Populations on the research are the consumers who ever purchase at Mega Prima Supermarket before. Sampling has been developed through purposive sampling, resulting in 100 respondents. The data have been collected by main instrument of questionnaire and 5-point Likert Scale was used to measure the respondents answer. Path analysis was conducted to test the relationship between retail marketing mix and consumer repurchase decisions. The results of research indicate that retail marketing mix involving merchandise, price, location communication mix, store layout and design have significant relationship with consumers repurchase decision at Mega Prima Supermarket Payakumbuh. Key words: Merchandise, Price, Location, Communication mix, Store layout and design, Repurchase.
Retail,
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh antara persediaan barang, harga, lokasi, bauran komunikasi serta desain dan tampilan toko pembelian ulang konsumen di Mega Prima Swalayan Payakumbuh. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang pernah melakukan pembelian pada Mega Prima Swalayan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dengan jumlah responden sebanyak 100 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner sebagai instrument utama, dan kuisioner menggunakan skala Likert untuk mengukur jawaban responden. Analisis jalur digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara bauran pemasaran ritel dan keputusan pembelian ulang konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bauran pemasaran ritel yang terdiri dari persediaan barang, harga, lokasi, bauran komunikasi, desain dan tampilan toko berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian ulang konsumen Mega Prima Swalayan Payakumbuh. Kata Kunci : Persediaan Barang, Harga, Lokasi, Bauran Komunikasi, Desain dan Tampilan Toko, Ritel, Pembelian Ulang
1
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
PENDAHULUAN
Pertumbuhan swalayan di Payakumbuh telah meningkatkan persaingan di antara perusahaan perusahaan ritel tersebut. Namun, dalam persaingannya yang ketat tidak semua swalayan mampu bertahan dan berkembang. Dua di antaranya telah di tutup yaitu Atlantis Swalayan dan Aprilia Swalayan. Sehingga swalayan yang masih berdiri sampai sekarang ini adalah Mega Prima Swalayan, Ramayana, Swalayan, dan Niagara Swalayan. Untuk dapat bertahan dan berkembang, sebuah perusahaan perlu memahami perilaku konsumen agar mampu menimbulkan pembelian ulang konsumen sehingga pada akhirnya dapat bersaing dengan perusahaan lainnya. Berman dan Evans (2007: 16) menyatakan “konsumen yang tidak puas dengan pengalaman berbelanja di suatu perusahaan ritel, cenderung untuk tidak melakukan pembelian ulang di perusahaan tersebut”.Untuk itu, perusahaan perlu melakukan berbagai strategi agar dapat memberikan kepuasan pada konsumen dan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian ulang pada perusahaan tersebut. Berdasarkan pra survey yang dilakukan terhadap 35 orang konsumen swalayan di kota Payakumbuh. Maka diketahui, dari 35 orang konsumen yang berbelanja di Mega Prima Swalayan, 74% berbelanja di Mega Prima Swalayan kurang dari 4 (< 4) kali, dan hanya 26% yang berbelanja lebih dari 3 (≥4) kali. Sementara itu hanya 49 % yang berbelanja pada Ramayana swalayan kurang dari 4 (< 4) kali, dan 51 % yang berbelanja lebih dari 3 (≥4) kali . Jadi, dapat disimpulkan bahwa konsumen Mega Prima juga melakukan pembelian di Swalayan lain. Kemudian, tingkat pembelian ulang konsumen di Mega Prima tergolong rendah di bandingkan dengan pembelian ulang yang dilakukan konsumen pada Ramayana Swalayan (pesaing). Hal ini 2
menyebabkan berkurangnya pembeli pada Mega Prima Swalayan, dan kemudian juga mengakibatkan kurangnya jumlah penjualan Mega Prima Swalayan. Untuk menarik dan mempertahankan pelanggan agar tetap melakukan pembelanjaan. Perusahaan ritel terus berusaha untuk menemukan strategi yang baru. Menurut Levy&Weitz (2009:21), elemen dalam strategi ritel terdiri atas merchandise assortment, pricing, location, communication mix, store design and display, dan customer service. Melihat kecenderungan konsumen di Kota Payakumbuh yang suka berpindah dari swalayan yang satu ke swalayan lain, dan keinginannya untuk mencoba berbelanja di tempat yang baru. Mega Prima Swalayan harus menerapkan strategi bauran pemasaran ritel yang baik dan tepat, agar ia dapat memberikan kepuasan yang lebih pada konsumen, dibandingkan dengan kepuasan yang diberikan oleh pesaingnya. Hal ini akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian ulang pada Mega Prima Swalayan. Pengertian pembelian ulang (repeat purchase) menurut Peter/Olsen dalam Novantiano (2007: 24) adalah “Kegiatan pembelian yang dilakukan lebih dari satu kali atau beberapa kali”. Jadi pembelian ulang adalah suatu proses membeli barang atau jasa untuk kesekian kalinya, setelah melakukan proses membeli sebelumnya. Keputusan pembelian ulang merupakan pengembangan dari teori keputusan pembelian konsumen. Keputusan pembelian ulang tercipta setelah konsumen melakukan serangkaian proses pembelian konsumen, yaitu: pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Menurut Simamora (2003:51), “Yang dipertimbangkan konsumen dalam melakukan pembelian ulang hanya dua, yaitu: faktor harga dan bukan harga”. Faktor bukan harga terdiri dari faktor produk dan non produk. Apabila seseorang sudah melakukan pembelian
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
terhadap suatu produk dan ia melakukan pembelian ulang terhadap produk tersebut, maka perilaku yang mungkin ditujukan ada dua menurut Simamora (2003:28) yaitu: Pemecahan masalah berulang dan perilaku kebiasaan. Menurut beberapa pakar ekonomi seperangkat alat pemasaran pada perusahaan perdagangan eceran disebut dengan istilah bauran pemasaran ritel (retailing mix), namun pada dasarnya ciri-ciri dari alat pemasaran pada perdagangan eceran itu sama dengan bauran pemasaran ( marketing mix). Beneke (2011:31) menyatakan, “retail mix is the variables retailers use to satisfy customers needs and influence their purchase decision”. Jadi bauran pemasaran ritel merupakan variabel-variabel yang dapat memuaskan pelanggan dan dapat mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Menurut L. MullerHagedorn dalam Gudonavicien dan Alijosiene (2005: 143) “ retail marketing mix consist of product ( assortment), staff, place, advertising, store layout and design” . Menurut Dunne dan Lusch dalam Gudonavicien dan Alijosiene (2005:143) “retail marketing mix consist of pricing, promotion, product, supply chain, retail location, customers service and retail selling, storelayout and design”. Untuk menarik dan mempertahankan pelanggan agar tetap melakukan pembelanjaan di perusahaannya. Perusahaan ritel terus berusaha untuk meningkatkan pelayanannya melalui bauran pemasaran ritel. Merchandising adalah proses perencanaan susunan produk atau merchandise pada toko ritel, dan memastikan produk yang benar tersedia untuk konsumen yang ditargetkan, menurut Dhotre (2010:136). Keputusan persediaan barang menyangkut tentang jenis barang yang akan dijual, serta banyak pilihan yang dilakukan oleh para pengecer. Seperti menjual barang bermerek eksklusif, barang bermerek peribadi ataupun menjual barang sesuai selera konsumen. Menurut Berman dan Evans (2007:416), terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan
produk, yaitu: Peramalan, inovasi, keragaman produk, merek, dan alokasi. Kebijakan harga peritel adalah faktor positioning yang sangat penting yang harus diputuskan dalam kaitannya dengan pasar sasaran, bauran produk dan layanan yang diberikan, dan persaingan yang dihadapi. Pengecer juga harus memperaktekan taktik penetapan harga. Berman dan Evans (2007:500) menyatakan bahwa terdapat 4 faktor yang mempengaruhi strategi penetapan harga pada perusahaan ritel, diantaranya: konsumen, pemerintah, pabrik dan pesaing Menurut Kotler dan Amstrong (2001: 83) “lokasi pengecer adalah kunci bagi kemampuannya menarik pelanggan”. Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses dibanding yang lainnya, meskipun keduanya menjual produk yang sama, oleh pramuniaga yang sama banyak dan terampil, dan sama-sama punya seting yang bagus. Dalam menentukan lokasi suatu perusahaan ritel, menurut Berman dan Evans (2007: 305) diperlukan sebuah location and site evaluation checklist yang terdiri dari: Pedestrian Traffic, Vehicular Traffic, Parking Facilities, Transportation, Store Composition, Specific Site, Terms of Occupancy. Utami (2005: 114) juga menjelaskan bahwa perusahaan ritel memiliki tiga jenis dasar pilihan lokasi, yaitu pusat perbelanjaan, lokasi di kota atau bertempat di tengah kota, maupun kota kecil dan lokasi bebas. Communication mix atau bauran komunikasi juga dikenal dengan istilah promotion mix. Bauran komunikasi ini digunakan untuk membangun merek dan membangun kesetiaan pelanggan. Menurut Sharma (2008: 196) “Bauran komunikasi adalah aktifitas yang digunakan manusia untuk mengkomunikasikan kepada orang lain tentang produk atau jasa yang mereka tawarkan, dan meyakinkan orang lain tersebut untuk menggunakannya”. Menurut Levy&Weitz (2009:448), metode komunikasi terdiri atas impersonal komunikasi
3
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
berbayar, personal komunikasi berbayar, impersonal komunikasi tidak berbayar, dan personal komunikasi tidak berbayar. Impersonal komunikasi berbayar terdiri atas periklanan, bauran komunikasi, atmosfir toko, web-site, dan membangun komunitas. Personal komunikasi berbayar terdiri atas penjualan perorangan, e-mail, e-mail langsung dan Mcommerce. Impersonal komunikasi tidak berbayar dalam bentuk publisitas, dan personal komunikasi tidak berbayar dalam bentuk word of mouth (WOM). Desain dan tampilan toko meliputi berbagai tampilan interior, eksterior, tata letak, lalu lintas internal toko, kenyamanan, layanan, seragam pramuniaga, pajangan barang, atmosfir dan sebagainya, yang menimbulkan daya tarik bagi konsumen. Berman dan Evans (2007: 556) membagi display menjadi beberapa tipe, diantaranya: Assortment display, Theme-setting display, Ensemble display, Rack display. Sementara itu Dhotre (2010: 130) berpendapat bahwa “layout menentukan pengaturan susunan merchandise yang ditawarkan oleh toko, dan juga ketersediaan ruang untuk berjalan ( floor space) bagi konsumen”. Layout harus didesain berdasarkan target dari toko, dan mempertimbangkan kenyamanan dan kemudahan bagi konsumen saat berbelanja. Selain Display dan Layout, masih pada desain dan tampilan toko juga terdapat unsur atmosfir toko. Berman dan Evans (2007: 544) menjelaskan bahwa “ Atmosphere refers to the stor physical characteristics that project an image and draw customers”. Menurut Utami (2005: 138) “Atmospherics berarti mendesain lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, dan wangiwangian untuk merancang respon emosional dan persepsi pelanggan dan untuk memengaruhi pelanggan membeli barang”. Atmosphere mampu mempengaruhi kenikmatan konsumen dalam berbelanja, dan mampu menciptakan pengalaman berbelanja yang nyaman dan menyenangkan. Konsumen mungkin akan menghabiskan waktu yang 4
banyak dan uang yang banyak dikarenakan oleh atmosphere belanja yang baik. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif kausatif karena adanya hipotesis yang akan diuji menggunakan alat uji statistik yang menunjukkan pengaruh antar variabel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang pernah melakukan pembelian pada Mega Prima Swalayan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non- probability sampling dengan cara purposive sampling. Data yang digunakan adalah data primer, dan sekunder. Data primer berupa kuisioner yang diisi oleh 100 orang konsumen yang pernah berbelanja pada Mega Prima Swalayan selama 3 bulan terakhir dan berdomisili di Payakumbuh. Data sekunder merupakan informasi dari manejer Mega Prima Swalayan, buku, web, dan dokumen pemerintah setempat. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dan induktif. Analisis deskriptif variabel dilakukan dengan menampilkan data pada tabel distribusi frekuensi, menghitung persentase mean, standar deviasi dan interpretasi. Analisis induktif teridiri dari pengujian asumsi klasik, dan analisis jalur. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa alat uji statistik analisis jalur dapat digunakan atau tidak. Pengujian ini terdiri dari Uji Normalitas dengan menggunakan metode PP Plot dan uji heterokedesitas dengan menggunakan Gletjser Test. Sedangkan, analisis jalur dibuat untuk menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variable eksogen terhadap variable endogen. Pengolahan dan analisis dilakukan dengan program komputer SPSS 15.0 HASIL PENELITIAN Responden penelitian dengan proporsi terbesar berdasarkan umur adalah umur 26-35 tahun yaitu 34%. Proporsi terendah adalah
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
konsumen umur 46-55 tahun yaitu 14%. Responden penelitian terbanyak adalah wanita dengan proporsi 74% atau sebanyak 74 orang dan sisanya adalah laki-laki. Mayoritas konsumen Mega Prima Swalayan berdomisili di Payakumbuh Barat dengan proporsi 40% atau 40 orang. Berdasarkan pekerjaan diketahui bahwa proporsi terbesar pada penelitian ini adalah pegawai negeri dengan proporsi 31%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa proporsi pengelompokan responden berdasarkan pengeluaran kebutuhan rumah tangga per bulan mayoritas memiliki pengeluaran per bulan Rp 250.000-Rp 500.000 yaitu sebanyak 26 orang, dan yang memiliki pengeluaran > Rp 1.500.000 perbulan adalah sebanyak 22 orang. Penilaian responden terhadap variabel persediaan barang adalah baik, terbukti dengan tingkat capaian responden sebesar 75,84%. Artinya, Mega Prima Swalayan Payakumbuh selalu menyediakan produk yang banyak, bervariasi, lengkap, berkualitas dan selalu tersedia saat konsumen membutuhkannya. Sementara itu, penilaian responden terhadap harga juga baik, dibuktikan dengan variabel tingkat capaian responden sebesar 76,27%. Artinya Mega Prima Swalayan menyediakan harga barang dagangan yang lebih rendah dari swalayan lain, harga barang yang dijual sesuai dengan kualitas, dan daya beli konsumen. Kemudian untuk variabel lokasi, konsumen menilai Mega prima Swalayan mudah dijangkau dengan kendaraan umum, memiliki fasilitas parkir yang luas dan aman, serta dekat dengan kediaman konsumen, dibuktikan dengan tingkat capaian responden adalah 74,84%. Konsumen juga menilai diskon dan poin belanja yang ditawarkan Mega Prima Swalayan menarik bagi konsumen, dengan tingkat capaian responden sebesar74,7%. Selanjutnya, penilaian konsumen terhadap variabel desain dan tampilan toko adalah baik, dengan tingkat capaian responden sebesar 75,64%. Artinya, Mega Prima Swalayan memiliki pencahayaan yang terang, temperatur udara yang sejuk, penataan ruangan yang menarik dan teratur, ruangan yang bersih dan
nyaman, sirkulasi dalam toko yang lancar, penataan barang yang rapi dan mudah ditemukan, serta aroma dalam toko yang menarik. Dan yang terkahir, penelitian menunjukkan pada variabel keputusan pembelian ulang tingkat capaian responden adalah baik, terlihat dari tingkat capaian responden sebesar 76,5 %, artinya tingkat pembelian ulang konsumen pada Mega Prima Swalayan tergolong tinggi.
Tabel 1. Uji t M od el
1
Unstandardized Coefficients Std. B Error (Constant) X1 X2 X3 X4 X5
-.568
.714
.074 .130
.032 .055
.069 .168 .074
.032 .077 .021
Standardized Coefficients Beta
. T
Sig
-.795
.428
.193 .201
2.351 2.364
.021 .020
.176 .186 .284
2.159 2.167 3.581
.033 .033 .001
Sumber: Data Primer 2012 (Diolah)
Hipotesis pertama ditolak, karena pada tabel 1dapat dilihat nilai t hitung X1 sebesar 2,351 dan t tabel sebesar 1,9855 maka 2,351 >1,9855 atau dengan nilai signifikannya < α (0,021 < 0,05). Akibatnya Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi terdapat pengaruh yang signifikan antara persediaan barang (X1) terhadap pembelian ulang konsumen (Y) pada Mega Prima Swalayan Payakumbuh. Hipotesis Kedua ditolak, karena pada tabel 1 dapat dilihat nilai t hitung X2 sebesar 2,364 dan t tabel sebesar 1,9855 maka 2,364 >1,9855 atau dengan nilai signifikannya < α (0,020 < 0,05). Akibatnya Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi, terdapat pengaruh yang signifikan antara harga (X2) terhadap pembelian ulang konsumen (Y) pada Mega Prima Swalayan Payakumbuh. Hipotesis Ketiga ditolak, karena tabel 1 terlihat nilai t hitung X3 sebesar 2,159 dan t tabel sebesar 1,9855 maka 2,159 > 1,9855 5
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
dengan nilai signifikan < α (0,033 < 0,05). Akibatnya Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga, terdapat pengaruh yang signifikan antara lokasi (X3) terhadap pembelian ulang konsumen (Y) pada Mega Prima Swalayan Payakumbuh.
Gambar 6. Koefisien analisis jalur Sumber Data primer 2012 (Diolah) PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ditemukan bahwa terdapat pengaruh persediaan barang (X1) yang signifikan terhadap keputusan pembelian ulang (Y) konsumen Mega Prima Swalayan Payakumbuh. Analisis jalur menunjukkan bahwa koefisien jalur variabel persediaan barang terhadap keputusan pembelian ulang sebesar 0,193. Pengaruh langsung persediaan barang atas keputusan pembelian ulang adalah sebesar 3,7% dan pengaruh tidak langsung sebesar 7,7%. Total pengaruh persediaan barang terhadap pembelian ulang adalah sebesar 11,4%. Pengaruh variabel persediaan barang terhadap keputusan pembelian ulang konsumen yang positif dan signifikan menunjukan bahwa kelengkapan produkproduk yang ditawarkan Mega Prima, akan meningkatkan keputusan pembelian ulang konsumen pada Mega Prima Swalayan Payakumbuh. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian N.Chamhuri and P.J Batt (2009:11) yang menyatakan bahwa ”ketersediaan dan variasi produk mempengaruhi keputusan pembelian konsumen”. Pendapat Levy&Weitz (2009:112) juga menyatakan bahwa ”persediaan barang mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian ulang konsumen”.
Hipotesis Keempat ditolak, karena hasil analisis pada tabel 1 menunjukkan nilai t hitung X4 sebesar 2,167 maka 2,167 >1,9855, dengan nilai signifikannya < α (0,033 < 0,05). Akibatnya Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga, terdapat pengaruh yang signifikan antara bauran komunikasi (X4) terhadap pembelian ulang konsumen (Y) pada Mega Prima Swalayan Payakumbuh. Hipotesis Kelima ditolak, karena hasil analisis pada tabel 1 menunjukkan nilai t hitung X5 sebesar 3,581 dan t tabel sebesar 1,9855 maka 3,581>1,9855 a dengan nilai signifikannya < α (0,001 < 0,05). Akibatnya Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga, terdapat pengaruh yang signifikan antara desain dan tampilan toko (X5) terhadap pembelian ulang konsumen (Y) pada Mega Prima Swalayan Payakumbuh. 2) Untuk menentukan pengaruh variabel lain (Py ε) terhadap variable terikat yang tidak dimasukkan ke dalam model, digunakan rumus: Y 1 R 2YX 1 X 2 X 3 . X4 . X2
1 0,608 = = 0,392 3) Sehingga diperoleh struktur jalur sebagai berikut:
Persediaan Barang (X1) 0,481 0,492 0,470 0,469 0,441 0,569 0,300
0,392
0,459 0,465
Harga (X2) Lokasi (X3) Bauran komunikasi (X4) Desain dan Tampilan Toko(X5)
6
0,193
0,392
0,201
0,176 0,186 0,284
Keputusan Pembelian Ulang (Y)
Dari indikator yang terdapat pada variabel harga diketahui bahwa harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian ulang konsumen Mega Prima. Analisis jalur menunjukkan bahwa koefisien jalur variabel harga terhadap keputusan pembelian ulang adalah sebesar 0,201. Pengaruh langsung variabel harga terhadap keputusan pembelian ulang sebesar 4%, dan pengaruh tidak langsung sebesar 7,4%. Secara keseluruhan, pengaruh variabel harga terhadap keputusan pembelian ulang sebesar 11,4%. Mega Prima Swalayan menyediakan harga yang lebih rendah dari swalayan lain, harga barang yang
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
dijual sesuai dengan kualitas, dan daya beli konsumen, sehingga, dapat meningkatkan pembelian ulang konsumen, karena konsumen merasa mendapat keuntungan yang lebih dari pembelian yang mereka lakukan. Hal ini sejalan dengan pendapat Levy&Weitz (2009:112) yang menyatakan bahwa “harga mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian ulang”. Hasil penelitian Karnawati dan Hamzah (2008:44), juga menemukan bahwa “harga mempengaruhi keputusan pembelian konsumen”. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ditemukan bahwa variabel lokasi berpengaruh signifikan terhadap pembelian ulang konsumen pada Mega Prima Swalayan Payakumbuh. Analisis jalur menunjukkan bahwa koefisien jalur variabel lokasi terhadap keputusan pembelian ulang adalah sebesar 0,201. Variabel lokasi berpengaruh terhadap pembelian ulang sebesar 10,1% , dengan pengaruh langsung sebesar 3,1% dan pengaruh tidak langsung sebesar 7%. Deskripsi variabel lokasi menunjukkan bahwa lokasi Mega Prima Swalayan mudah dijangkau dengan kendaraan umum, memiliki fasilitas parkir yang luas dan aman, serta dekat dengan kediaman konsumen. Menurut Levy&Weitz (2009: 112) “lokasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian ulang konsumen”. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mamuaya (2008) bahwa “lokasi mempengaruhi keputusan pembelian ulang konsumen”. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara bauran komunikasi terhadap keputusan pembelian ulang konsumen Mega Prima Swalayan Payakumbuh. Analisis jalur menunjukkan bahwa koefisien jalur variabel bauran komunikasi terhadap keputusan pembelian ulang sebesar 0,176. Pengaruh langsung variabel bauran komunikasi terhadap keputusan pembelian adalah sebesar 3, 5% dan pengaruh tidak langsung sebesar 7,6%. Total pengaruh persediaan barang terhadap pembelian ulang adalah sebesar 11,1%.
Analisis deskripsi variabel bauran komunikasi menunjukkan bahwa diskon dan poin belanja yang ditawarkan Mega prima Swalayan menarik bagi konsumen. Menurut Utami (2008:221) “bauran komunikasi dapat menimbulkan pembelian ulang konsumen”. Hal ini sejalan dengan pendapat Levy&Weitz (2009:112) yang menyatakan bahwa “bauran komunikasi dapat mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan pembelian ulang”. Berdasarkan hasil analisis berganda dan pengujian hipotesis ditemukan bahwa variabel desain dan tampilan toko yang meliputi indikator di dalamnya ternyata memberi pengaruh yang signifikan terhadap pembelian ulang konsumen pada Mega Prima Swalayan Payakumbuh. Analisis jalur menunjukkan bahwa koefisien jalur variabel desain dan tampilan toko terhadap keputusan pembelian ulang sebesar 0, 284. Pada perhitungan pengaruh langsung menunjukkan bahwa desain dan tampilan toko berpengaruh atas keputusan pembelian sebesar 8, 1% dan pengaruh tidak langsung sebesar 8,9%. Total pengaruh desain dan tampilan toko terhadap pembelian ulang adalah sebesar 17%. Berdasarkan deskripsi dapat disimpulkan bahwa Mega Prima Swalayan memiliki cahaya yang cukup, temperatur yang sejuk, penataan ruangan yang rapi dan teratur, kebersihan yang terjaga, sirkulasi dalam toko yang lancar, penataan barang yang rapi dan aroma ruangan yang menarik, dapat memberikan kenyamanan dan keleluasaan pada konsumen saat berbelanja. Sehingga pada masa yang akan datang konsumen memutuskan untuk melakukan pembelian ulang di tempat yang sama. Sesuai dengan pendapat Beneke (2011: 37) bahwa “desain dan tampilan toko adalah aspek utama dari bauran pemasaran ritel yang memainkan peranan penting dalam proses keputusan pembelian ulang konsumen”. Dhotre (2010: 126) juga menyatakan bahwa “desain dan tampilan toko yang menarik dan nyaman merupakan pertimbangan utama bagi konsumen dalam melakukan pembelian ulang di sebuah toko”. Penelitian Karnawati dan 7
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
Hamzah (2008) juga menunjukkan bahwa variabel desain dan tampilan toko secara signifikan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui analisis jalur antara variabel-variabel penyebab terhadap variabel akibat, maupun antara variabel penyebab melalui variabel penyebab lainnya terhadap keputusan pembelian ulang konsumen Mega Prima Swalayan Payakumbuh, maka dapat diambil kesimpulan bahwa,variabel persediaan barang, variabel harga, variabel, variabel bauran komunikasi , variabel desain dan tampilan toko berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian ulang konsumen Mega Prima Swalayan Payakumbuh.
konsumen. 3)Mencari strategi harga yang baru untuk menjaga daya saing harga yang mereka miliki saat ini. 4)Mega Prima Swalayan juga harus memperluas area parkir, karena area parkir yang dimiliki Mega Prima Swalayan kurang memadai. 5)Terus meningkatkan strategi bauran komunikasi penjualan yang telah diterapkan dan juga melakukan periklanan yang dapat diakses konsumen, seperti di koran-koran, dan melalui internet. 6)Mempertahankan strategi desain dan tampilan toko yang telah diterapkan, dan menambah instrument lain seperti musik dan warna dalam toko yang cerah untuk meningkatkan kenyamanan konsumen saat berbelanja.
KETERBATASAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yang mana sampel di ambil berdasarkan karakteristik tertentu, penelitian ini tidak tersebar keseluruh wilayah Payakumbuh secara adil dan merata. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan menggunakan teknik area sampling. Selanjutnya, penelitian ini tidak menggunakan unsur layanan pelanggan sebagai salah satu unsur bauran pemasaran ritel pada Mega Prima Swalayan Payakumbuh. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk memasukkan layanan pelanggan sebagai salah satu unsur dari bauran pemasaran ritel. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, peneliti mengemukakan beberapa saran kepada manajer Mega Prima Swalayan Payakumbuh untuk meningkatkan pembelian ulang konsumen, sebagai berikut: 1)Mengecek persediaan barang, serta kualitas barang yang dijual secara teratur. 2)Barang yang dijual juga harus disesuaikan dengan kebutuhan 8
DAFTAR PUSTAKA Alma, Buchari. (2005). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. 7th.ed. Bandung: Alfabeta Baoku, Li et all. (2010). An empirical study on the decision-making styles of the Chinese peasant consumers. Journal of Consumer Marketing. Hlm.629-637 Beneke, Justin. (2011). A Path Way To Commitment in the South African Supermarket: An Exploratory Study. KCA Journal of Business Management. Vol 3. No 1 Berman, Barry & Evans, Joel.R. (2007). Retail Management. 10th. ed. United Stated of Amerika: Pearson Prentice Hall Burhan, Bungin. (2005). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Prenada Media Group.
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
Chamhuri,N& Batt.P.J.(2009). Factors influencing consumers’ choice of retail stores for fresh meat in Malaysia. Journal of Marketing and Logistics.Hlm.331-348 Dhotre, Meenal. (2010). Channel Management and Retail Marketing. Mumbai, INDIA: Global Media. Godonaviciene, Rosa& Alijosiene, Sonata. (2005). Elements of retailing marketing mix. Managemen of rural business. Hlm. 142-144. Husein, Umar. (2009). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Cetakan Kesebelas. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta
Kotler, Philip & Armstrong, Gary. (2008). Prinsip-Prinsip Pemasaran, 12th. Erlangga: Jakarta Levy, Michael& Weitz, Barton.A. (2009). Retailing Management.7th.ed. McGrawHill: New York Mamuaya, Nova.C.I. (2008). Pengaruh Variabel-Variabel Retail Mix Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Supermarket Kota Manado. Jurnal FORMAS. Hlm. 29-40. Munusamy, Jayaraman& Hoo, Wong Chee. (2008). Relationship Between Marketing Mix strategy and Consumer Motive: An Empirical study In Major Tesco Stores. Unitar E-Journal. Vol 4. Hlm. 41-56.
http://dprdpayakumbuh.wordpress.com/. Tanggal terbit 24 April 2012. Angka kemiskinan di Payakumbuh cenderung menurun. Di akses 6 Mei 2012.
Novantiano. (2007). Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Ulang Barang-Barang Elektronik Buatan RRC di Toko Hartono Elektronika. From: http://digilib.petra.ac.id/
Idris. (2010). Aplikasi Model Analisis Data Kuantitatif dengan Program SPSS, Edisi Revisi III. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Riduwan. (2004). Metode & Teknik Menyusun Tesis. Cetakan Kedua. Bandung : Alfabeta
Karnawati, Tin Agustina& Hamzah,Lilik Nur. (2008). Analisis Pengaruh Strategi Marketing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Toko Eceran Tradisional Kepanjen Malang. Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi ASIA. Vol. 3 Kotler, Philip. Management. Prentice Hall
(2003). Marketting th 10 .ed. New Jersey:
Kotler, Philip, Keller, Kevin Lane. (2009). Marketing Management. 13th.ed. New Jersey: Prentice Hall Kotler, Philip & Armstrong, Gary. (2001). Prinsip-Prinsip Pemasaran, 8th. Erlangga: Jakarta
Sharma, Bal.Mukand.(2008). Strategic Retail Management. Jaipur, INDIA: Global Media Simamora, Bilson. (2003). Membongkar Kotak Hitam Konsumen. Jakarta: Gramedia Siringoringo,Hotniar. (2004). Peran Bauran Pemasaran Terhadap Perilaku Pembelian Konsumen. Jurnal ekonomi & bisnis. no. 3, jilid 9 98 Sulistiawan, Fauzan. (2008). Pengaruh Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian pada Alfamart di jl. Gajayana Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Tandanu, Mansur. (2009). Pengaruh Lokasi dan Kualitas Pelayanan terhadap Minat 9
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
Pembelian Ulang pada CV.Brastagi supermarket Jl. Gatot Subroto Medan. Skripsi tidak diterbitkan.
Zikmund, William G., Babin, Barry J., Carr, John C., Griffin, Mitch. 2010. Business Research Method, Eight Edition. Cengange Learning: Canada
Utami, Christina. (2008). Manajemen Ritel. 2nd. ed. Jakarta : Salemba Empat.
KARAKTERISTIK RESPONDEN Frequencies [DataSet0] Statistics
N
Valid Missing
Usia 100 0
Jenis_ Kelamin 100 0
Tempat_ Tinggal 100 0
ekerjaan 100 0
Pengeluaran 100 0
Frequency Table Usia
Valid
16-25 Tahun 26-35 Tahun 36-45 Tahun 46-55 Tahun Total
Frequency 27 34
Percent 27.0 34.0
Valid Percent 27.0 34.0
25 14 100
25.0 14.0 100.0
25.0 14.0 100.0
Cumulative Percent 27.0 61.0 86.0 100.0
Jenis_Kelamin
Valid
10
Pria Wanita Total
Frequency 26 74 100
Percent 26.0 74.0 100.0
Valid Percent 26.0 74.0 100.0
Cumulative Percent 26.0 100.0
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
Tempat_Tinggal
Valid
Payakumbuh Utara Payakumbuh Timur Payakumbuh Barat Payakumbuh Selatan Lampasi Tigo Nagari Lainnya Total
Frequency 17 17 40 7 1 18
Percent 17.0 17.0 40.0 7.0 1.0 18.0
Valid Percent 17.0 17.0 40.0 7.0 1.0 18.0
100
100.0
100.0
Cumulative Percent 17.0 34.0 74.0 81.0 82.0 100.0
ekerjaan
Valid
Pegawai Swasta Pegawai Negeri Wiraswasta Mahasiswa Ibu Rumah Tangga Lainnya Total
Frequency 19
Percent 19.0
Valid Percent 19.0
31 13 9 22 6 100
31.0 13.0 9.0 22.0 6.0 100.0
31.0 13.0 9.0 22.0 6.0 100.0
Cumulative Percent 19.0 50.0 63.0 72.0 94.0 100.0
Pengeluaran
Valid
Rp 250.000- Rp 500.000 Rp 500.000 - Rp 750.000 Rp 750.000 - Rp 1.000. 000 Rp 1.000.000 - Rp 1.250. 000 Rp 1.250.000 - Rp 1.500. 000 > Rp 1.500.000 Total
Frequency 26 13
Percent 26.0 13.0
Valid Percent 26.0 13.0
Cumulative Percent 26.0 39.0
11
11.0
11.0
50.0
15
15.0
15.0
65.0
13
13.0
13.0
78.0
22 100
22.0 100.0
22.0 100.0
100.0
11
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
DISTRIBUSI FREKUENSI VARIABEL Statistics N
Valid Missing
Mean Sum
PB1 100 0 3.85 385
PB2 100 0 3.79 379
PB3 100 0 3.57 357
PB4 100 0 3.89 389
Frequency Table PB1
Valid
TS KS S SS Total
Frequency 2 23 63 12 100
Percent 2.0 23.0 63.0 12.0 100.0
Valid Percent 2.0 23.0 63.0 12.0 100.0
Cumulative Percent 2.0 25.0 88.0 100.0
PB2
Valid
12
TS KS S SS Total
Frequency 3 21 70 6 100
Percent 3.0 21.0 70.0 6.0 100.0
Valid Percent 3.0 21.0 70.0 6.0 100.0
Cumulative Percent 3.0 24.0 94.0 100.0
PB5 100 0 3.86 386
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
PB3
Valid
TS KS S SS Total
Frequency 3 42 50
Percent 3.0 42.0 50.0
Valid Percent 3.0 42.0 50.0
5 100
5.0 100.0
5.0 100.0
Cumulative Percent 3.0 45.0 95.0 100.0
PB4
Valid
TS KS S SS Total
Frequency 1 22 64 13 100
Percent 1.0 22.0 64.0 13.0 100.0
Valid Percent 1.0 22.0 64.0 13.0 100.0
Cumulative Percent 1.0 23.0 87.0 100.0
PB5
Valid
TS KS S SS Total
Frequency 1 23 65 11 100
Percent 1.0 23.0 65.0 11.0 100.0
Valid Percent 1.0 23.0 65.0 11.0 100.0
Cumulative Percent 1.0 24.0 89.0 100.0
Frequencies Statistics N
[
Valid Missing
Mean Sum
H1 100 0 3.56 356
H2 100 0 3.91 391
H3 100 0 3.97 397
Frequency Table H1
Valid
TS KS S SS Total
Frequency 6 41
Percent 6.0 41.0
Valid Percent 6.0 41.0
44 9 100
44.0 9.0 100.0
44.0 9.0 100.0
Cumulative Percent 6.0 47.0 91.0 100.0
13
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
H2
Valid
KS S SS Total
Frequency 16 77
Percent 16.0 77.0
Valid Percent 16.0 77.0
7 100
7.0 100.0
7.0 100.0
Cumulative Percent 16.0 93.0 100.0
H3
Valid
TS KS S SS Total
Frequency 1 13 74 12 100
Percent 1.0 13.0 74.0 12.0 100.0
Valid Percent 1.0 13.0 74.0 12.0 100.0
Cumulative Percent 1.0 14.0 88.0 100.0
FREQUENCIES VARIABLES=L1 L2 L3 L4 L5 /STATISTICS=MEAN SUM /ORDER= ANALYSIS .
Frequencies [DataSet1] C:\Users\Qlife Customer\Documents\my skripsi\SPSS\data hasil penelitian.sav Statistics N
Valid Missing
Mean Sum
L1 100 0 4.15 415
L2 100 0 3.32 332
L3 100 0 3.74 374
L4 100 0 3.68 368
Frequency Table L1
Valid
14
TS KS S SS Total
Frequency 3 8 60 29 100
Percent 3.0 8.0 60.0 29.0 100.0
Valid Percent 3.0 8.0 60.0 29.0 100.0
Cumulative Percent 3.0 11.0 71.0 100.0
L5 100 0 3.82 382
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
L2
Valid
STS TS KS S SS Total
Frequency 1
Percent 1.0
Valid Percent 1.0
8 55 30 6 100
8.0 55.0 30.0 6.0 100.0
8.0 55.0 30.0 6.0 100.0
Cumulative Percent 1.0 9.0 64.0 94.0 100.0
L3
Valid
TS KS S SS Total
Frequency 1 29 65 5 100
Percent 1.0 29.0 65.0 5.0 100.0
Valid Percent 1.0 29.0 65.0 5.0 100.0
Cumulative Percent 1.0 30.0 95.0 100.0
L4
Valid
TS KS S SS Total
Frequency 4 32 56 8 100
Percent 4.0 32.0 56.0 8.0 100.0
Valid Percent 4.0 32.0 56.0 8.0 100.0
Cumulative Percent 4.0 36.0 92.0 100.0
L5
Valid
TS KS S SS Total
Frequency 4 24 58 14 100
Percent 4.0 24.0 58.0 14.0 100.0
Valid Percent 4.0 24.0 58.0 14.0 100.0
Cumulative Percent 4.0 28.0 86.0 100.0
Frequencies
15
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
Statistics N
Valid Missing
Mean Sum
BK1 100 0 3.71
BK2 100 0 3.76
371
376
Frequency Table BK1
Valid
TS KS S SS Total
Frequency 1
Percent 1.0
Valid Percent 1.0
31 64 4 100
31.0 64.0 4.0 100.0
31.0 64.0 4.0 100.0
Cumulative Percent 1.0 32.0 96.0 100.0
BK2
Valid
KS S SS Total
Frequency 29 66
Percent 29.0 66.0
Valid Percent 29.0 66.0
5 100
5.0 100.0
5.0 100.0
Cumulative Percent 29.0 95.0 100.0
Frequencies Statistics N
Valid Missing
Mean Sum
DT1 100 0 3.98 398
DT2 100 0 3.62 362
DT3 100 0 3.80 380
DT4 100 0 3.79 379
DT5 100 0 3.88 388
DT6 100 0 3.87 387
DT7 100 0 3.67 367
Frequency Table DT1
Valid
16
KS S SS Total
Frequency 15 72 13 100
Percent 15.0 72.0 13.0 100.0
Valid Percent 15.0 72.0 13.0 100.0
Cumulative Percent 15.0 87.0 100.0
DT8 100 0 3.85 385
DT9 100 0 3.84 384
DT10 100 0 3.52 352
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
DT2
Valid
TS KS S SS Total
Frequency 1 42 51
Percent 1.0 42.0 51.0
Valid Percent 1.0 42.0 51.0
6 100
6.0 100.0
6.0 100.0
Cumulative Percent 1.0 43.0 94.0 100.0
DT3
Valid
KS S SS Total
Frequency 30 60 10 100
Percent 30.0 60.0 10.0 100.0
Valid Percent 30.0 60.0 10.0 100.0
Cumulative Percent 30.0 90.0 100.0
DT4
Valid
KS S SS Total
Frequency 24
Percent 24.0
Valid Percent 24.0
73 3 100
73.0 3.0 100.0
73.0 3.0 100.0
Cumulative Percent 24.0 97.0 100.0
DT5
Valid
TS KS S SS Total
Frequency 1 15 79 5 100
Percent 1.0 15.0 79.0 5.0 100.0
Valid Percent 1.0 15.0 79.0 5.0 100.0
Cumulative Percent 1.0 16.0 95.0 100.0
DT6
Valid
TS KS S SS Total
Frequency 1 18 74 7
Percent 1.0 18.0 74.0 7.0
Valid Percent 1.0 18.0 74.0 7.0
100
100.0
100.0
Cumulative Percent 1.0 19.0 93.0 100.0
17
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
DT7
Valid
Frequency 37 59 4 100
KS S SS Total
Percent 37.0 59.0 4.0 100.0
Valid Percent 37.0 59.0 4.0 100.0
Cumulative Percent 37.0 96.0 100.0
DT8
Valid
KS S SS Total
Frequency 20 75
Percent 20.0 75.0
Valid Percent 20.0 75.0
5 100
5.0 100.0
5.0 100.0
Cumulative Percent 20.0 95.0 100.0
DT9
Valid
Frequency
TS KS S SS Total
1 23 67 9 100
Percent 1.0 23.0 67.0 9.0 100.0
Valid Percent 1.0 23.0 67.0 9.0 100.0
Cumulative Percent
1.0 24.0 91.0 100.0
DT10
Valid
Frequency
TS KS S SS Total
2 46 50
Percent 2.0 46.0 50.0
Valid Percent 2.0 46.0 50.0
2 100
2.0 100.0
2.0 100.0
Cumulative Percent 2.0 48.0 98.0 100.0
Frequencies Statistics N
Valid Missing
PU1 100
Mean Sum
PU2 100
0 3.72
0 3.93
372
393
Frequency Table PU1
Valid
18
TS KS S SS Total
Frequency 1 32 61
Percent 1.0 32.0 61.0
Valid Percent 1.0 32.0 61.0
6 100
6.0 100.0
6.0 100.0
Cumulative Percent 1.0 33.0 94.0 100.0
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
PU2
Valid
KS S SS Total
Frequency 16 75 9
Percent 16.0 75.0 9.0
Valid Percent 16.0 75.0 9.0
100
100.0
100.0
Cumulative Percent 16.0 91.0 100.0
HASIL ANALISIS JALUR Coefficientsa
Model 1
(Constant) X1 X2 X3 X4 X5
Unstandardized Coefficients B Std. Error -.568 .714 .074 .032 .130 .055 .069 .032 .168 .077 .074
.021
Standardized Coefficients Beta .193 .201 .176 .186
t -.795 2.351 2.364 2.159 2.167
Sig. .428 .021 .020 .033 .033
.284
3.581
.001
a. Dependent Variable: Y
19
Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012
CORRELATIONS /VARIABLES=X1 X2 X3 X4 X5 /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE .
Correlations [DataSet1] C:\Users\Qlife Customer\Documents\my skripsi\SPSS\DATA REGRESI.sav Correlations X1
X2
X3
X4
X5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1
1
100 .481** .000 100 .492**
X2 .481** .000 100 1 100 .469**
1
.000 100 .470** .000 100 .441**
.000 100 .569** .000 100 .300**
100 .392** .000 100 .459**
.000 100
.002 100
.000 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
20
X3 .492** .000 100 .469** .000 100
X4 .470** .000 100 .569** .000 100 .392** .000 100 1
X5 .441** .000 100 .300** .002 100 .459**
100 .465**
.000 100 .465** .000 100 1
.000 100
100