PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NET INTEREST MARGIN DAN RETURN

Download Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap. Harga Saham, untuk menganalisis pengar...

0 downloads 391 Views 141KB Size
No. 36 / Th. XXI / April 2014

Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Net Interest Margin dan Return on Asset Terhadap Harga Saham pada Perbankan di BEI Periode 2009 – 2012. Oleh : Y. Sunyoto Sam’ani

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Harga Saham, untuk menganalisis pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap Harga Saham, untuk mengetahui pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Harga Saham pada Perbankan di BEI Periode 2009-2012. Hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa :H1 ada pengaruh CAR terhadap harga saham pada Perbankan di BEI Periode 2009-2012, hal ini ditunjukkan dengan angka signifikansi = 0,016 ˂  = 0,05 dan angka t hitung = 2,512 > t tabel 2,013. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Heriyati Chrisna (2009) yang menunjukkan bahwa CAR secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham. H2 tidak ada pengaruh NIM terhadap harga saham pada Perbankan di BEI Periode 2009-2012, hal ini ditunjukkan dengan angka signifikansi = 0,837 > = 0,05 dan angka t hitung = 0,207 < t tabel 2,013. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Heriyati Chrisna (2009) yang menunjukkan bahwa NIM tidak berpengaruh terhadap harga saham. H3 ada pengaruh ROA terhadap harga saham pada Perbankan di BEI Periode 20092012, hal ini ditunjukkan dengan angka signifikansi = 0,000 ˂  = 0,05 dan angka t hitung = 8,590 > t tabel 2,013. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah Nurmalasari (2009) yang menunjukkan bahwa ROA berpengaruh terhadap harga saham. Kata kunci : Harga saham, Capital Adequacy Ratio, Net Interest Margin, Return On Asset.

Latar Belakang Masalah Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya yaitu menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan melakukan jasa-jasa lain dibidang perbankan. Atau dengan kata lain bank sebagai lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary), yaitu perantara antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana. Oleh karena itu bank harus dapat menjaga kepercayaan masyarakat dengan menjamin tingkat likuiditas juga beroperasi secara efektif dan efisien untuk mencapai profitabilitas yang tinggi. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa sektor perbankan mempunyai peran penting sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kesehatan dan stabilitas perbankan akan sangat berpengaruh terhadap pasang surut suatu perekonomian. Bank yang sehat merupakan kebutuhan suatu perekonomian yang ingin tumbuh dan berkembang dengan baik. Kondisi keuangan merupakan faktor penting yang menjadi tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana perusahaan mampu menjaga kelancaran operasi agar tidak terganggu. Salah satu cara mengetahui kondisi atau keadaan suatu perusahaan adalah dengan cara menganalisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan serta hasil-hasil yang telah dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang telah diterapkan. Dengan melakukan analisis laporan keuangan perusahaan, maka pemimpin perusahaan dapat mengetahui keadaan serta perkembangan finansial perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai waktu lampau dan diwaktu yang sedang berjalan. Selain itu dengan melakukan analisis keuangan di waktu lampau, dapat diketahui kelemahan-kelemahan perusahaan serta hasil-hasilnya yang dianggap cukup baik dan mengetahui tingkat kesehatan.

Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu menginterpretasikan berbagai hubungan kunci serta kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan dimasa mendatang (Almilia dan Herdiningtyas, 2005) Kinerja yang diperlihatkan perbankan dengan melihat indikator keuangan sangat menentukan kinerja bank. Kinerja keuangan perbankan dapat dilihat dari beberapa indikator keuangan seperti CAR (Capital Adequacy Ratio) yang merupakan sebagai kecukupan pemenuhan KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum) sesuai ketentuan berlaku, NIM (Net Interest margin) dan ROA (Return On Asset). Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank biasanya menggunakan alat ukur. BI selaku otoritas moneter menetapkan ketentuan standarisasi kemampuan menghasilkan pendapatan. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat (Kasmir 2008 : 44). Ini juga berkaitan dengan efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Hasil yang diperoleh akan menggambarkan kondisi bank umum dan kemampuan pengelolaannya. Beberapa peneliti telah melakukan penelitian mengenai variabel yang mempengaruhi harga saham, diantaranya adalah Heriyati Chrisna (2009) dengan hasil pengujian ini membuktikan bahwa variabel ROE, CAR, NIM dan DPR secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan, namun secara parsial hanya variabel ROE saja yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Indah Nurmalasari (2009) dengan hasil penelitian penelitian menunjukan bahwa variabel Return On Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) memilki berpengaruh terhadap harga saham secara parsial dengan tingkat sig (0,000 dan 0,004) sedangkan rasio keuangan yang lainnya tidak berpengaruh.Untuk rasio keuangan yang terdiri dari NPM, ROE, ROI dan EPS berpengaruh secara bersama-sama terhadap harga saham pada tahun 2005-2008. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ada pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Harga Saham pada Perbankan di BEI Periode 2009-2012? 2. Apakah ada pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap Harga Saham pada Perbankan di BEI Periode 2009-2012? 3. Apakah ada pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Harga Saham pada Perbankan di BEI Periode 2009-2012?

Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Harga Saham pada Perbankan di BEI Periode 2009-2012. 2. Untuk menganalisis pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap Harga Saham pada Perbankan di BEI Periode 2009-2012. 2

3. Untuk menganalisis pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Harga Saham pada Perbankan di BEI Periode 2009-2012.

Landasan Teori Pengertian Bank Menurut Kasmir (2008 : 11) menyatakan bahwa bank secara sederhana sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya menghimpun dan menyalurkan dana. Pengertian bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998 tentang perbankan menyatakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Dalam konteks ini bank merupakan badan usaha yang melaksanakan fungsi intermediary bagi pemerintah. Sedangkan dalam sebuah terminologi fungsi, pengertian bank adalah ”suatu lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan (financial intermediary) yang melaksanakan fungsi sebagai Agent of Trust, Agent of Development, dan Agent of Service (Sri Susilo, 2010 : 6). Hasibuan (2009) menyatakan bahwa bank pada dasarnya merupakan perantara Surplus Spending Unit (SSU) dengan Defisit Spending Unit (DSU), usaha pokok bank didasarkan atas empat hal pokok, yaitu : 1. Denomination Divisibility, artinya bank menghimpun dana dari SSU yang masing-masing nilainya relatif kecil tetapi secara keseluruhan jumlahnya akan besar dengan demikian bank dapat memenuhi permintaan DSU yang membutuhkan dana tersebut dalam bentuk kredit. 2. Maturity Flexibility, artinya bank dalam menghimpun dana menyelenggarakan bentukbentuk simpanan yang bervariasi jangka waktu dan penarikannya, seperti deposito berjangka, buku tabungan. 3. Liquidity Transformation, artinya dana yang disimpan oleh para penabung (SSU) kepada bank umumnya bersifat likuid. Karena itu, SSU dapat dengan mudah mancairkan sesuai dengan bentuk tabungannya. 4. Risk Diversification, artinya bank dalam menyalurkan kredit kepada banyak pihak atau debitor dan sektor-sektor ekonomi yang beraneka macam sehingga risiko yang dihadapi bank dengan cara menyebarkan kredit semakin kecil. Pengertian Laporan Keuangan Bank Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (2012 : 2) adalah laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan laporan keuangan yang lengkap, biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam beberapa cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan 3

tersebut. Misalnya : informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. Menurut Kasmir (2008 : 239) laporan keuangan Bank adalah menunjukan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukan kinerja manajemen bank selama satu periode. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) (2012 : 2), dinyatakan bahwa tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang laporan keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukan pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercaya kepada mereka. Sedangkan tujuan laporan keuangan bank yaitu (Kasmir 2008 : 240) : 1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aset dan jenis-jenis aset yang dimiliki. 2. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis kewajiban baik jangka pendek (lancar) maupun jangka panjang. 3. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal pada waktu tertentu. 4. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank tersebut. 5. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu. 6. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aset, kewajiban dan modal suatu bank. 7. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan. Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh bank akan memberikan berbagai manfaat kepada berbagai pihak. Masing-masing pihak mempunyai kepentingan dan tujuan tersendiri terhadap laporan keuangan yang diberikan oleh bank. Adapun pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan bank menurut Kasmir (2008 : 242) adalah sebagai berikut : 1. Pemegang Saham. Kegunaannya adalah untuk melihat kemajuan perusahaan dalam menciptakan laba dan pengembangan usaha bank tersebut. 2. Pemerintah. Bagi pemerintah adalah untuk mengetahui kemajuan dan kepatuhan bank dalam melaksanakan kebijakan moneter dan pengembangan sektor-sektor industri tertentu. 3. Manajemen. Untuk menilai kinerja manajemen bank dalam mencapai terget-target yang telah ditetapkan. Kemudian juga untuk menilai kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. 4. Karyawan. Untuk mengetahui kondisi keuangan bank, sehingga karyawan juga merasa perlu mengharapkan peningkatan kesejahteraan apabila bank mengalami keuntungan dan sebaliknya. 5. Masyarakat. Bagi masyarakat luas merupakan suatu jaminan terhadap dananya yang disimpan di bank. Jaminan ini diperoleh dari laporan keuangan yang ada dengan melihat angka-angka yang ada di laporan keuangan dimana dapat mengetahui kondisi bank yang bersangkutan. 4

Seperti lembaga lainnya, bank juga memiliki beberapa jenis laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan SAK. Jenis-jenis laporan keuangan bank menurut Kasmir (2008 : 243) adalah sebagai berikut : 1. Neraca. Neraca merupakan laporan yang menunjukan posisi keuangan bank pada tanggal tertentu. Posisi keuangan yang dimaksudkan adalah posisi aset (harta), passiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank. Penyusunan komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo. 2. Laporan Komitmen dan Kontinjensi. Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (Irrevocable) dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi. Contoh laporan komitmen adalah komitmen kredit, komitmen penjualan atau pembelian aset bank dengan syarat Repurchase Agreement (Repo), sedangkan laporan kontinjensi merupakan tagihan atau kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidaknya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang. Penyajian laporan komitmen dan kontinjensi disajikan sendiri tanpa pos lama. 3. Laporan Laba Rugi. Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. 4. Laporan Arus Kas. Merupakan laporan yang menunjukan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan bank baik yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan. 5. Catatan atas Laporan Keuangan. Merupakan laporan yang berisi catatan tersendiri mengenai posisi devisa netto menurut jenis mata uang dan aktivitas lainnya. 6. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi. Merupakan laporan dari seluruh cabangcabang bank yang bersangkutan baik yang ada di dalam negeri maupun yang di luar negeri. Sedangkan laporan konsolidasi merupakan laporan bank yang bersangkutan dengan anak perusahaannya. Capital Adequacy Ratio (CAR) Dalam rangka meningkatkan kemampuan bank untuk menyerap risiko, diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas permodalan bank sesuai dengan standar internasional. Peningkatan kualitas modal dilakukan melalui penyesuaian persyaratan komponen dan instrumen modal bank, serta penyesuaian rasio-rasio permodalan. Dalam rangka meningkatkan kuantitas modal, bank perlu membentuk tambahan modal di atas persyaratan penyediaan modal minimum sesuai profil risiko yang berfungsi sebagai penyangga (buffer) apabila terjadi krisis keuangan dan ekonomi yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan. Dalam hal ini Bank wajib memenuhi ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) yang berlaku untuk peningkatan modal (SE. Intern BI, 2004). Secara teknis, analisis tentang permodalan disebut juga sebagai analisis solvabilitas, atau juga disebut capital adequacy analysis, yang mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah permodalan bank yang ada telah mencukupi untuk mendukung kegiatan bank yang dilakukan secara efisien, apakah permodalan bank tersebut akan mampu untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan, dan apakah kekayaan bank (kekayaan pemegang saham) akan semakin besar atau semakin kecil (Muljono, 2009). Lebih lanjut lagi menurut Muljono, untuk mengukur kemampuan permodalan tersebut digunakan : primary ratio, capital ratio dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Jumlah kebutuhan modal suatu bank meningkat dari waktu ke waktu tergantung dari tiga pertimbangan, yaitu tingkat pertumbuhan asset dan simpanan, persyaratan kecukupan modal 5

dari pihak yang berwenang, dan ketersediaan serta biaya modal bank. Menurut Muljono (2009), Capital Adequacy Ratio adalah suatu rasio yang menunjukkan sampai sejauh mana kemampuan permodalan suatu bank untuk mampu menyerap risiko kegagalan kredit yang mungkin terjadi sehingga semakin tinggi angka rasio ini, maka menunjukkan bank tersebut semakin sehat begitu juga dengan sebaliknya. Sementara menurut Peraturan Bank Indonesia, CAR (Capital Adequancy Ratio) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aset bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumbersumber diluar bank. Angka rasio CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah minimal 8%, jika rasio CAR sebuah bank berada dibawah 8% berarti bank tersebut tidak mampu menyerap kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan usaha bank, kemudian jika rasio CAR diatas 8% menunjukkan bahwa bank tersebut semakin solvable. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan atau memperbaiki posisi modal minimum Bank (CAR) adalah dengan : 1. Memperkecil komitmen pinjaman yang tidak dipergunakan. 2. Pinjaman yang diberikan lebih dibatasi dan diseleksi sehingga risiko semakin berkurang. 3. Fasilitas Bank quarantee yang hanya memperoleh hasil pendapatan berupa posisi yang relatif kecil namun dengan risiko yang sama besarnya dengan pinjaman yang ada sebaiknya dibatasi. 4. Komitmen Letter of Credit (L/C) bagi Bank Devisa yang belum benar-benar memperoleh kepastian dalam penggunaannya atau tidak dapat dimanfaatkan secara efisien sebaiknya juga dibatasi. 5. Penyertaan yang mempunyai risiko 100% perlu ditinjau kembali apakah bermanfaat atau tidak. 6. Posisi aset-aset tetap dan inventaris diusahakan agar tidak berlebihan dan jangan hanya sekedar memenuhi kelayakan. 7. Menambah atau memperbaiki posisi modal dengan cara setoran tunai, go public, dan pinjaman subordinasi jangka panjang dari pemegang saham. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, modal bank terdiri atas modal inti dan modal pelengkap sedangkan ATMR dihitung berdasarkan nilai masing-masing pos aset pada neraca dikalikan bobot risikonya masing-masing. Semakin tinggi CAR semakin baik kondisi sebuah bank. Ketentuan Bank for International Settlements (BIS) yang sejalan dengan deregulasi Pakfeb ’91, Bank Indonesia mewajibkan setiap bank umum mewajibkan CAR minimum bagi bank-bank umum di Indonesia adalah 8% (Dendawijaya, 2006). Modal CAR  x 100% ATMR Net Interest Margin (NIM) Net Interest Margin (NIM) penting untuk mengevaluasi kemampuan bank dalam mengelola resiko terhadap suku bunga. Saat suku bunga berubah, pendapatan bunga dan biaya bunga bank akan berubah. Sebagai contoh saat suku bunga naik, baik pendapatan bunga maupun biaya bunga akan naik karena beberapa aset dan liability bank akan dihargai pada tingkat yang lebih tinggi (Budi Ponco, 2008) Net Interest Margin (NIM) menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga (spread) dari kredit yang disalurkan. Pendapatan diperoleh dari bunga yang diterima dari pinjaman yang diberikan 6

dikurangi dengan biaya bunga dari sumber dana yang dikumpulkan. NIM suatu bank sehat bila memiliki NIM diatas 2% (Muljono, 2009). Untuk dapat meningkatkan perolehan NIM maka perlu menekan biaya dana, biaya dana adalah bunga yang dibayarkan oleh bank kepada masing-masing sumber dana bank yang bersangkutan. Secara keseluruhan, biaya yang harus dikeluarkan oleh bank akan menentukan berapa persen bank harus menetapkan tingkat bunga kredit yang diberikan kepada nasabahnya untuk memperoleh pendapatan bersih bank. Dalam hal ini tingkat suku bunga sangat menentukan besarnya NIM. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus (SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 ) : Pendapatan bunga bersih NIM  x 100% Rata - rata aktiva produktif Return on Asset (ROA) Return On Assets (ROA) mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh dan mengelola profitabilitas efisiensi bisnis bank secara keseluruhan. Semakin besar nilai rasio ini menunjukkan bahwa tingkatan profitabilitas bank lebih baik atau lebih sehat (Mahrinasari, 2003 : 22). Sementara itu menurut Bank Indonesia, ROA adalah rasio keuntungan sebelum pajak terhadap total aset selama periode tertentu. Rasio ini bisa digunakan untuk mengukur kesehatan bank. Rasio ini sangat penting, mengingat bahwa keuntungan yang dihasilkan oleh sebuah aset mungkin merefleksikan tingkat efisiensi bisnis sebuah bank. Dalam framework penilaian kesehatan bank, bank sentral akan memberi nilai maksimum 100 (sehat), jika bank memiliki ROA lebih besar dari 1,5% (Hasibuan, 2009). Semakin besar ROA sebuah bank, semakin tinggi tingkat profit yang dihasilkan oleh bank. Dan semakin baik posisi bank dalam penggunaan aset (Kurnia, 2012 : 45). Return on Asset (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur risiko likuiditas perbankan karena Return on Asset (ROA) adalah ukuran akuntansi bank yang paling komprehensif. Return on Asset (ROA) sebagai indikator efisiensi bank dan ukuran kemampuan bank untuk mendapatkan sewa/keuntungan dari seluruh operasinya (Goudreau, 2012 : 5). Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, formula perhitungan ROA adalah: Laba bersih setelah pajak ROA  x 100% Total asset Harga Saham Harga saham menurut (Hartono, 2008 : 69) adalah harga yang terjadi di pasar bursa pada waktu tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar. Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Oleh karena itu, investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor internal, antara lain: laba perusahaan, pertumbuhan aset tahunan, likuiditas, nilai kekayaan total dan penjualan. Sementara itu, faktor eksternalnya yaitu : kebijakan pemerintah dan dampaknya, pergerakan suku bunga, fluktuasi nilai tukar mata uang, rumor dan sentimen pasar dan penggabungan usaha (business combination). Harga sebuah saham sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran, harga suatu saham akan cenderung naik bila suatu saham mengalami kelebihan permintaan dan cenderung turun jika terjadi kelebihan penawaran. Terdapat 2 macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan harga saham, yaitu (Jogiyanto, 2007: 109) : 7

1.

Analisis Teknikal (Technical Analysis), yaitu menentukan harga saham dengan menggunakan data pasar dari saham misalnya harga saham, volume transaksi saham dan indeks pasar. 2. Analisis Fundamental (Fundamental Analysis) atau Analisis Perusahaan (Company Analysis), yaitu menentukan harga saham dengan menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan, pertumbuhan dan prospek perusahaan dan kondisi industri perusahaan. Perubahan harga saham di pasar terjadi karena faktor permintaan dan penawaran. Terdapat berbagai variabel yang mempengaruhi permintaan dan penawaran, baik yang rasional maupun yang irrasional. Pengaruh yang sifatnya rasional, sebagaimana diungkapkan oleh Samsul (2006: 275) mencakup kinerja perusahaan, tingkat bunga, tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan, kurs valuta asing, atau indeks harga saham dari negara lain. Pengaruh yang irrasional mencakup rumor di pasar, mengikuti mimpi, bisikan teman, atau permainan harga. Pada umumnya, kenaikan harga atau penurunan harga dapat terjadi secara bersama-sama. Model penilaian harga saham yang sering digunakan dalam analisis saham (Manurung, 2007 : 28) yaitu : 1. Pendekatan Present Value Dalam pendekatan nilai saat ini dari suatu saham adalah sama dengan present value arus kas yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham tersebut. Dividen merupakan arus kas bagi para pemegang saham menurut pendekatan the dividen discount model. Model ini dikembangkan menjadi dua model pendekatan yaitu : 2. Model tanpa pertumbuhan dividen (The Zero Growth Model) Model ini didasarkan pada asumsi keuntungan tidak berubah setiap tahunnya dan keuntungan dibagikan sebagai dividen. D Po  r Dimana : Po = Harga saham (nilai instrinsik) D =Dividen r =Required rate of return (tingkat keuntungan yang dianggap relevan atau diharapkan) 3. Model pertumbuhan konstan (Constant Growth Model) Model ini didasarkan pada asumsi bahwa tidak semua laba dibagikan dan laba ditahan diinvestasikan kembali PO 

Di rg

Dimana : Po =Harga saham (nilai instrinsik) Di =Dividen pada periode i r =Required rate of return (tingkat keuntungan yang dianggap relevan atau diharapkan) g =Growth of rate (pertumbuhan laba atau dividen di masa yang akan datang) 4. Pendekatan Price Earning Ratio (PER) Dalam pendekatan ini harga saham (nilai instrinsik) DAPAT dirumuskan : Po = EPSi x PER Dimana : Po = harga saham (nilai instrinsik) EPSi = earning per share (laba per saham yang diharapkan) 8

PER = price earning ratio Penelitian Terdahulu Heriyati Chrisna (2009) meneliti tentang Pengaruh Return on Equity, Capital Adequacy Ratio, Net Interest Margin dan Dividen Payout Ratio terhadap harga saham pada perusahaan perbankan di BEI. Hasil pengujian ini membuktikan bahwa variabel ROE, CAR, NIM dan DPR secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan, namun secara parsial hanya variabel ROE saja yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan. Indah Nurmalasari (2009) dalam penelitiannya Analisis pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham emiten LQ45 yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2005-2008, menunjukkan bahwa variabel Return On Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) memilki berpengaruh terhadap harga saham secara parsial dengan tingkat sig (0,000 dan 0,004) sedangkan rasio keuangan yang lainnya tidak berpengaruh.Untuk rasio keuangan yang terdiri dari NPM, ROE, ROI dan EPS berpengaruh secara bersama-sama terhadap harga saham pada tahun 2005-2008. Kerangka Pikir Rasio permodalan yang lazim digunakan untuk mengukur kesehatan bank adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). Besarnya CAR diukur dari rasio antara modal sendiri terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Dengan meningkatnya modal sendiri maka kesehatan bank yang terkait dengan rasio permodalan (CAR) semakin meningkat dan dengan modal yang besar maka kesempatan untuk memperoleh laba perusahaan juga semakin besar. Berdasarkan penelitian Heriyati Chrisna (2009) membuktikan bahwa variabel ROE, CAR, NIM dan DPR secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan, namun secara parsial hanya variabel ROE saja yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan. Net Interest Margin (NIM) menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga (spread) dari kredit yang disalurkan. Pendapatan diperoleh dari bunga yang diterima dari pinjaman yang diberikan dikurangi dengan biaya bunga dari sumber dana yang dikumpulkan. NIM suatu bank sehat bila memiliki NIM diatas 2% (Muljono, 2009). Berdasarkan penelitian Heriyati Chrisna (2009) membuktikan bahwa variabel ROE, CAR, NIM dan DPR secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan, namun secara parsial hanya variabel ROE saja yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan. Return On Assets (ROA) mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh dan mengelola profitabilitas efisiensi bisnis bank secara keseluruhan. Semakin besar nilai rasio ini menunjukkan bahwa tingkatan profitabilitas bank lebih baik atau lebih sehat (Mahrinasari, 2003 : 22). Berdasarkan penelitian Indah Nurmalasari (2009) menunjukan bahwa variabel Return On Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) memiliki pengaruh terhadap harga saham secara parsial dengan tingkat sig (0,000 dan 0,004) sedangkan rasio keuangan yang lainnya tidak berpengaruh. Berdasarkan uraian sebelumnya maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut: CAR (X1) NIM (X2)

H1 H2 H3

ROA (X3)

Harga saham (Y)

9

Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang disajikan dalam bentuk pernyataan. Berdasarkan perumusan masalah, landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran teoritis yang telah diuraikan di atas maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : Ada pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Harga Saham pada Perbankan di BEI Periode 2009-2012. H2 : Ada pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap Harga Saham pada Perbankan di BEI Periode 2009-2012. H3 : Ada pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Harga Saham pada Perbankan di BEI Periode 2009-2012. METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yaitu penelitian yang melakukan analisis terhadap profitabilitas yang diteliti setiap tahunnya sehubungan dengan adanya peristiwa yang terjadi. Peristiwa yang dimaksud pada penelitian ini adalah pengaruh CAR, NIM dan ROA terhadap harga saham pada bank di Indonesia. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel independen (bebas) adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Yang termasuk variabel independen disini adalah : - Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aset bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh dana-dana dari sumber lain-lain (Dendawijaya, 2006). Modal CAR  x 100% ATMR - Net Interest Margin (NIM) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aset produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih (SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 ). Pendapatan bunga bersih NIM  x 100% Rata - rata aktiva produktif - Return On Assets merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset bank yang bersangkutan (SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 ). Laba bersih setelah pajak ROA  x 100% Total asset - Sedangkan variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Yang termasuk variabel dependen disini adalah : harga saham yang dalam penelitian 10

ini digunakan closing price yatitu harga rata-rata H0 s/d H+5 setelah perusahaan mempublikasikan laporan keuangannya pada periode 2009 sampai dengan tahun 2012. Populasi dan Sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan obyek atau individu yang karakteristiknya hendak diduga. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili populasi. Jumlah lebih sedikit dari pada jumlah populasi (Djarwanto P.S, 2008 : 107-108).Populasi yang dipilih adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2009 hingga 2012 sebanyak 28 perusahaan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling methode yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2004 : 78). Kriteria yang ditentukan adalah sebagai berikut: a. Sampel yang digunakan adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. b. Memiliki laporan keuangan yang lengkap selama selama periode 2009 sampai 2012. c. Perusahaan go public yang data semua variabelnya baik variabel dependen maupun independen tersedia dan dapat diperoleh, baik dari indonesia capital market directory (ICMD), JSX watch 2009-2012 atau dari laporan keuangan yang diambil dari sumber lain maupun situs Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan kriteria tersebut di atas jumlah sampel yang memenuhi syarat sebanyak 12 perusahaan, dengan demikian jumlah sampelnya sebanyak 36 observasi/amatan. Jenis Dan Sumber Data Jenis data digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka atau data kualititatif yang diangkanya (Sugiyono, 2004 : 23). Data ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari indonesia capital market directory (ICMD), JSX watch atau dari laporan keuangan yang diambil dari sumber lain maupun situs Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinieritas Uji asumsi yang pertama adalah tidak adanya multikolinieritas diantara variabel bebas (Singgih Santoso, 2004 : 95). Dalam model regresi yang baik, seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel-variabel bebas. Model regresi yang mengandung multikolinieritas akan menyebabkan kesalahan standar estimasi yang cenderung akan meningkat seiring bertambahnya variabel independen antara yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah : 1) Jika nilai tolerance dan VIF mendekati angka 1, maka tidak terjadi problem multikolinieritas. 2) Jika nilai tolerance dan VIF menjauhi angka 1, maka terjadi problem multikolinieritas. Uji Heteroskedastisitas Uji asumsi berikutnya adalah tidak adanya heteroskedastisitas. Adanya penyimpangan pada asumsi ini, berarti terjadi ketisaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya dalam model regresi (Singgih Santoso, 2004 : 95) konsekuensi dari heteroskedastisitas adalah bahwa penaksiran yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun sampel besar. 11

Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesaalahan pengganggu. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.  Angka D-W (Durbin Watson) di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.  Angka D-W (Durbin Watson) di bawah -2 sampai +2 berarti tak ada autokorelasi.  Angka D-W (Durbin Watson) di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. Uji Normalitas Uji asumsi ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan bebas memiliki distribusi normal atau tidak (Singgih Santoso, 2004 : 95). Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau setidaknya mendekati normal. Sedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas data adalah : 1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya, menunjukkan distribusi normal, maka model regresi memenuhi normalitas. 2) Jika data menyebar jauh dari diagonal tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 2. Uji Model Uji F Uji statistik pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara simultan dalam menerangkan variasi variabel dependen. Rumus yang digunakan yaitu : R 2 ( N  m  1) F M(1  R 2 ) Keterangan : F = Harga F hitung R = Koefisien regresi n = Jumlah sampel k = Jumlah variabel bebas Kriteria pengujian hipotesis penelitian adalah sebagai berikut : - Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima - Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak Koefisien determinasi Adapun untuk mengetahui besarnya pengaruh yang dibentuk oleh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan rumus koefisien determinasi dimana KD = R2 x 100%. Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis menggunakan uji t dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Rumus yang digunakan yaitu : n2 t 2 1  rs Keterangan : 12

n = Jumlah sampel r = Koefisien korelasi product moment Derajat kebebasan df = n – 2,  = 0,05 Kriteria pengujian hipotesis penelitian adalah sebagai berikut : - Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima - Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak Analisis regresi linier berganda Regresi linier berganda dapat digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel independen yaitu CAR, NIM dan ROA terhadap harga saham pada Bank. Adapun model regresi linear berganda adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan : Y = Nilai variabel harga saham a, b1, b2, b3 = Koefisien regresi linier berganda X1 = Nilai tertentu dari variabel CAR X2 = Nilai tertentu dari variabel NIM X3 = Nilai tertentu dari variabel ROA e = Error HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia (BEI) Era pasar modal di Indonesia dibagi menjadi enam periode. Periode pertama adalah periode zaman Belanda mulai tahun 1912 yang merupakan tahun didirikannya pasar modal pertama. Periode kedua adalah periode orde lama yang mulai pada tahun 1952. Periode ketiga adalah periode orde baru yang didirikannya kembali pasar modal pada tahun 1977. Periode keempat dimulai tahun 1988 adalah dibangunnya pasar modal. Periode kelima adalah periode otomatisasi pasar modal mulai tahun 1995. Periode keenam adalah periode krisis moneter mulai bulan Agustus 1997. Sejarah BEI berawal dari berdirinya Bursa Efek di Indonesia pada abad 19, pada tahun 1912 dengan bantuan Pemerintah Kolonial Belanda. Bursa Efek pertama di Indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintah kolonial Belanda dan dikenal sebagai Jakarta saat ini. (www.jsx.co.id, 2009) Bursa Batavia sempat ditutup selama periode perang dunia pertama dan kemudian dibuka lagi pada tahun 1925. Selain bursa Batavia, pemerintah kolonial juga mengoperasikan Bursa Paralel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia pada tahun 1952. Tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, Bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Kegiatan Bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956. Tidak sampai tahun 1997, Bursa Efek dibuka kembali dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam), institusi baru di bawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi sahampun mulai meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 1990 seiring dengan perkembangan pasar Finansial dan sektor swasta. 13

Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek diswastanisasi menjadi PT BEJ. Swastanisasi Bursa Efek menjadi PT BEJ ini mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Tahun 1995 adalah tahun BEJ memasuki babak baru. Pada 22 Mei 1995 BEJ meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan otomatis yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibandingkan sistem perdagangan manual. Pada 13 Juli 1992, BEJ diprivatisasi dengan dibentuknya PT.Bursa Efek Jakarta. Kemudian pada 1995, perdagangan elektronik di BEJ dimulai. Setelah sempat jatuh ke sekitar 300 poin pada saat-saat krisis, BEJ mencatat rekor tertinggi baru pada awal tahun 2006 setelah mencapai level 1.500 poin berkat adanya sentiment positif dari dilantiknya Presiden baru Susilo Bambang Yudhoyono. Peningkatan pada tahun 2004 ini sekaligus membuat BEJ menjadi salah satu bursa saham dengan kinerja terbaik di Asia pada tahun tersebut. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah bursa saham di Jakarta. Bursa Efek Jakarta merupakan salah satu bursa tempat dimana orang memperjualbelikan efek di Indonesia .Pada 1 Desember 2007 Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya melakukan penggabungan usaha secara efektif mulai beroperasi pada 1 Desember 2007 dengan nama baru Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (IDX) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Dengan efektivitas operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivative. Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1 Desember 2007. BEI menggunakan system perdagangan bernama Jakarta Automated Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya. Sejak 2 Maret 2009 sistem JATS ini sendiri telah digantikan dengan sistem baru bernama JATSNextG yang disediakan OMX. Bursa Efek Indonesia berpusat dikawasan Niaga Sudirman, Jl. Jend. Sudirman 52-53, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. 2. Hasil Penelitian 2.1. Deskripsi Data Berdasarkan hasil olahan SPSS, diketahui bahwa nilai CAR rata-rata sebesar 15,12%, nilai NIM rata-rata sebesar 6,40%, dan nilai ROA rata-rata sebesar 2,38%. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolinearitas Hasil yang diperoleh dalam angka VIF ini nilainya yaitu < 10 yaitu untuk VIF untuk variabel CAR (X1) sebesar 1,141, VIF untuk variabel NIM (X2) sebesar 1,245, VIF untuk variabel ROA (X3) sebesar 1,098. Melihat hasil VIF semua variabel penelitian yaitu < 10, maka data penelitian digolongkan tidak terdapat gangguan multikolinearitas dalam model regresinya. 2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas ini bertujuan untuk mengetahui varian variabel dalam model sama (konstan) atau tidak, jika tidak maka terdapat heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini pengujuan heteroskedastisitas dengan menggunakan analisis grafik. Pengujian heteroskedastisitas dengan grafik Scatterplot ditetapkan titik-titik yang terbentuk harus 14

menyebar secara acak, yaitu tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, bila kondisi ini terpenuhi maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 3. Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi dengan Durbin-Watson dilakukan dengan membandingkan nilai Durbin-Watson yang terbentuk dari hasil perhitungan dibandingan dengan nilai tabel, bila nilai Durbin-Watson terletak antara -2 dengan +2 maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi dan model regresi layak untuk digunakan. 4. Uji Normalitas Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi, variabel bebas, variabel terikat atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan analisis grafik. Pengujian ini dilakukan dengan analisis grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual dan grafik Histogram. Analisis dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal Normal P-P of Regression Standardizer Residual, dapat diambil keputusan sebagai berikut : a. Jika data penyebaran di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka modal regresi memenui asumsi Normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi Normalitas. Uji Model 1. Uji F Hasil perhitungan pengujian hipotesis F-test dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3. Pengujian Hipotesis F-test b

ANOVA

Model 1

Sum of Squares

df

Mean Square

Regression

73.512

3

24.504

Residual

37.997

44

.864

111.509

47

Total

F 28.375

Sig. a

.000

a. Predictors: (Constant), ROA (%), CAR (%), NIM(%)

Untuk mencari pengaruh variabel bebas dari persamaan regresi linier berganda secara bersama-sama dapat diuji dengan menggunakan uji F. Hipotesis statistik yang diajukan dalam menentukan pengaruh secara bersama-sama ini adalah : F hitung > F tabel, tingkat signifikansi <  = 0,05, maka model regresi layak digunakan. Berdasarkan print out diketahui angka signifikansi antara CAR (X1), NIM (X2) dan ROA terhadap harga saham (Y) sebesar 0,000 <  = 0,05 sehingga signifikan. Dan nilai F hitung sebesar 28,375 > F tabel = 2,82 ( = 0,05, Numerator (jumlah variabel - 1) = 4 - 1 = 3 dan Denumerator (jumlah kasus - jumlah variabel) = 48 - 4 = 44). Hal ini berarti bahwa model regresi dalam penelitian ini dapat digunakan untuk memprediksi perubahan variabel dependen yaitu profitabilitas. Grafik pengujian hipotesis Uji F adalah sebagai berikut: 15

2. Uji Determinasi Untuk mencari besarnya variasi harga saham yang dipengaruhi oleh variabel CAR, NIM dan ROA dapat diketahui dari besarnya koefisien determinasi. Nilai koefisien determinasi dapat diketahui dari besarnya nilai Adjusted R Square dari model regresi berganda. Tabel 4. Adjusted R Square b

Model Summary Std. Error Adjusted of the R Square Estimate .636

.92928

Change Statistics R Square Change F Change .659

df1

28.375

Sig. F Change

df2 3

44

Durbin-Watson

.000

1.062

a. Predictors: (Constant), ROA (%), CAR (%), NIM(%) b. Dependent Variable: Price (Rp)

Sumber : Data primer yang diolah, 2014 Dari hasil analisis data melalui komputer diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,636 yang berarti bahwa 63,6% variasi harga saham dipengaruhi oleh variabel CAR, NIM dan ROA. Sedangkan sisanya 36,4% harga saham dapat dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Pengujian Hipotesis t-test Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis dalam penelitian ini terbukti (signifikan) atau tidak. Adapun hasil pengujian hipotesis t-test dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5. Pengujian Hipotesis t-test Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1

B

Std. Error

(Constant)

6.205

.666

CAR (%)

-.100

.040

NIM(%)

-.015

ROA (%)

1.050

a

Standardized Coefficients Beta

Collinearity Statistics

Correlations T

Sig.

Zeroorder

Partial

Part

Toler ance

VIF

9.312

.000

-.236

-2.512

.016

-.204

-.354 -.221

.877

1.141

.072

-.020

-.207

.837

.130

-.031 -.018

.803

1.245

.122

.792

8.590

.000

.775

.911

1.098

.791

.756

a. Dependent Variable: Price (Rp)

Sumber : Data primer yang diolah, 2014 a. Uji hipotesis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Harga Saham pada Perbankan di BEI Periode 2009-2012 Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS versi 17.0 diperoleh angka signifikansi dari pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) (X1) terhadap harga saham (Y) sebesar 0,016 lebih kecil dari tingkat kesalahan penelitian  = 0,05 sehingga signifikan. Sedangkan angka t hitung = 2,512 > t tabel 2,013 (df = n – 2 = 48 – 2 = 46,  = 0,05 uji dua pihak). Dengan demikian maka Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti ada pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Harga Saham pada Perbankan di BEI Periode 2009-2012.

16

b. Uji hipotesis pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap Harga Saham pada Perbankan di BEI Periode 2009-2012 Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS versi 17.0 diperoleh angka signifikansi dari pengaruh Net Interest Margin (NIM) (X2) terhadap harga saham (Y) sebesar 0,837 lebih besar dari tingkat kesalahan penelitian  = 0,05 sehingga tidak signifikan. Sedangkan angka t hitung = 0,207 < t tabel 2,013 (df = n – 2 = 48 – 2 = 46,  = 0,05 uji dua pihak). Dengan demikian maka Ho diterima dan H2 ditolak yang berarti tidak ada pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap Harga Saham pada Perbankan di BEI Periode 20092012. c. Uji hipotesis pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Harga Saham pada Perbankan di BEI Periode 2009-2012 Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS versi 17.0 diperoleh angka signifikansi dari pengaruh Return on Asset (ROA) (X3) terhadap harga saham (Y) sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat kesalahan penelitian  = 0,05 sehingga signifikan. Sedangkan angka t hitung = 8,590 > t tabel 2,013 (df = n – 2 = 48 – 2 = 46,  = 0,05 uji dua pihak). Dengan demikian maka Ho ditolak dan H3 diterima yang berarti ada pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Harga Saham pada Perbankan di BEI Periode 2009-2012. Analisis Regresi Linear Berganda Regresi linier berganda dapat digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen yaitu CAR, NIM, ROA serta terdapat variabel dependen yaitu harga saham. Adapun hasil perhitungan analisis regresi linear berganda adalah sebagai berikut: Dengan melihat hasil perhitungan yang menggunakan komputer dengan program SPSS Versi 17.0 diperoleh hasil : Y = 6,205 – 100 X1 – 0,015 X2 + 1050 X3 Keterangan : - Konstanta a = 6,205, berarti bahwa jika CAR, NIM, ROA diasumsikan nilainya sama dengan nol maka harga saham adalah sebesar 6,205. - CAR (X1) dari perhitungan regresi linier berganda didapat nilai koefisien - 0,100 negatif. Hal ini berarti setiap ada penurunan CAR maka akan menurunkan harga saham dengan anggapan variabel lain adalah konstan atau tetap. - NIM (X2) dari hasil perhitungan regresi linier berganda diperoleh koefisien sebesar 0,015 negatif. Hal ini berarti setiap ada penurunan NIM maka akan mennurunkan harga saham dengan anggapan variabel lain adalah konstan atau tetap. - ROA (X3) dari hasil perhitungan regresi linier berganda diperoleh koefisien sebesar 1,050 positif. Hal ini berarti setiap ada peningkatan ROA maka akan meningkatkan harga saham dengan anggapan variabel lain adalah konstan atau tetap. Pembahasan 1. CAR (Capital Adequacy Ratio) Ada pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap harga saham pada Perbankan di BEI Periode 2009-2012, hal ini ditunjukkan dengan angka signifikansi = 0,016 lebih kecil dari  = 0,05 dan angka t hitung = 2,512 > t tabel 2,013. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Heriyati Chrisna (2009) yang menunjukkan bahwa CAR secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham. 17

2. NIM (Net Interest Margin) Ada pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap harga saham pada Perbankan di BEI Periode 2009-2012, hal ini ditunjukkan dengan angka signifikansi = 0,837 lebih besar dari  = 0,05 dan angka t hitung = 0,207 < t tabel 2,013. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Heriyati Chrisna (2009) yang menunjukkan bahwa NIM tidak berpengaruh terhadap harga saham. 3. ROA (Return on Asset) Ada pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap harga saham pada Perbankan di BEI Periode 2009-2012, hal ini ditunjukkan dengan angka signifikansi = 0,000 lebih kecil dari  = 0,05 dan angka t hitung = 8,590 > t tabel 2,013. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah Nurmalasari (2009) yang menunjukkan bahwa ROA berpengaruh terhadap harga saham. Kesimpulan Dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh angka signifikansi dari pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) (X1) terhadap harga saham (Y) sebesar 0,016 <  = 0,05 sehingga signifikan. Sedangkan angka t hitung = 2,512 > t tabel 2,013. Dengan demikian maka Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti ada pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Harga Saham pada Perbankan di BEI Periode 2009-2012. 2. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh angka signifikansi dari pengaruh Net Interest Margin (NIM) (X2) terhadap harga saham (Y) sebesar 0,837 >  = 0,05 sehingga signifikan. Sedangkan angka t hitung = 0,207 < t tabel 2,013. Dengan demikian maka Ho diterima dan H2 ditolak yang berarti tidak ada pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap Harga Saham pada Perbankan di BEI Periode 2009-2012. 3. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh angka signifikansi dari pengaruh Return on Asset (ROA) (X3) terhadap harga saham (Y) sebesar 0,000 <  = 0,05 sehingga signifikan. Sedangkan angka t hitung = 8,590 > t tabel 2,013. Dengan demikian maka Ho ditolak dan H3 diterima yang berarti ada pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Harga Saham pada Perbankan di BEI Periode 2009-2012. Saran 1. Bagi investor dan calon investor, supaya lebih cermat dan teliti dalam membaca laporan keuangan serta rasio-rasio yang menjadi gambaran terhadap kinerja operasi perusahaan sehingga nantinya calon investor dan investor mampu menginvestasikan dananya kepada perusahaan yang benar-benar memberikan return yang seimbang dengan dampak risiko yang ditanggung oleh perusahaan serta calon investor dan investor dapat melihat apakah perbankan yang ditanamkan modalnya memiliki tingkat kesehatan yang baik. 2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian yang akan datang agar lebih lagi mengkaji perbankan secara keseluruhan dalam kinerjanya terhadap dunia perbankan itu sendiri dan perekonomian secara umum sehingga hasil yang diharapkan dapat lebih akurat.

18

DAFTAR PUSTAKA Almilia, Luciana Spica dan Winny Herdiningtyas, Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 2005. Budi Ponco, Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO, NIM dan LDR terhadap ROA, Skripsi Program sarjana Fakultas Ekonomi UNDIP, 2008. Djarwanto dan Pengestu Subagyo, Statistik Induktif, Yogyakarta, BPFE, 2008. Hartono, Manfaat Rasio Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 2008. Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta, Salemba Empat, 2012. Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Yogyakarta, BPFE, 2007. Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2008. Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2006. Malayu Hasibuan, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta, Bumi Aksara, 2009. Muljono, Teguh Pudjo, Aplikasi Akuntansi Manajemen Dalam Praktik Perbankan, Yogyakarta, BPFE, 2009. Samsul, Pengaruh Resiko Nilai Tukar Rupiah Terhadap Return Saham: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 2006. Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Jakarta, Elex Media Komputindo, 2004. Sri Susilo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta, Salemba Empat, 2010. Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta, 2004. Sutrisno, Manajemen Keuangan Teori, Konsep Dan Aplikasi, Yogyakarta, Penerbit Ekonisia, 2008. Undang-Undang Perbankan Umum No. 10 tahun 1998. www.idx.co.id www.duniainvestasi.com

19