PENGARUH KONSERVATISME LAPORAN KEUANGAN TERHADAP EARNINGS RESPONSE COEFFICIENT ABSTRAK Oleh: CITRALISA MENTARI NPM : 0811031025 Tlpn : 085658944419 Email :
[email protected] Pembimbing I : Dr. Ratna Septiyanti, S.E., M.Si. Pembimbing II : Retno Yuni Nur, S.E., M.Sc., Akt.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh konservatisme laporan keuangan terhadap earnings response coefficient dengan menggunakan earnings response coefficient sebagai variabel dependen dan konservatisme laporan keuangan sebagai variabel independen, serta leverage dan profitabilitas sebagai variabel kontrol. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007-2011. Sampel dipilih dengan menggunakan metoda purposive sampling dan diperoleh 9 perusahaan sebagai sampel. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konservatisme dan profitablitas mempunyai pengaruh signifikan terhadap earnings response coefficient, sedangkan leverage tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap earnings response coefficient. Kata kunci: konservatisme laporan keuangan, leverage, profitabilitas, dan earnings response coefficient.
THE EFFECT OF CONSERVATISM IN FINANCIAL STATEMENTS ON EARNINGS RESPONSE COEFFICIENT
ABSTRACT By: CITRALISA MENTARI NPM : 0811031025 Tlpn : 085658944419 Email :
[email protected] Pembimbing I : Dr. Ratna Septiyanti, S.E., M.Si. Pembimbing II : Retno Yuni Nur, S.E., M.Sc., Akt.
This research aims to analyze the effect of conservatism in financial statements on earnings response coefficient by using earnings response coefficient as a dependent variable and conservatism in financial statements as an independent variable, with leverage and profitability as control variables. Population of this research are the manufacturing firms listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) of 2007-2011 periods. Samples are selected by using purposive sampling method that results 9 firms to be examined. Classic assumption tests and hypothesis testing by using multiple linear regression method are used for data analysis. The result of this research shows that conservatism and profitability have significant effect on earnings response coefficient, while leverage does not. Keywords: conservatism in financial statements, leverage, profitability, and earnings response coefficient.
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Konservatisme merupakan prinsip penting yang telah lama mempengaruhi laporan keuangan. Konvensi seperti konservatisme menjadi pertimbangan dalam akuntansi dan laporan keuangan karena aktivitas perusahaan dilingkupi oleh ketidakpastian. FASB Statement of Concept No. 2 mendefinisi konservatisme sebagai reaksi hati-hati (prudent reaction) menghadapi ketidakpastian. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko yang melekat pada situasi bisnis telah cukup dipertimbangkan. Prinsip konservatif mensyaratkan perlunya mengantisipasi kerugian daripada keuntungan. Apabila perusahaan memilih satu diantara dua teknik akuntansi yang ada, maka harus dipilih alternatif yang kurang menguntungkan bagi ekuitas pemegang saham. Dengan demikian, biaya, rugi atau hutang dapat diakui dan dicatat lebih awal meskipun masih dalam tahap kemungkinan akan terjadi. Sebaliknya, aset, pendapatan atau keuntungan hanya dicatat apabila benar-benar telah terealisasi (Ghozali dan Chariri, 2007). Watts (2003) mendefinisi konservatisme akuntansi sebagai preferensi terhadap metoda-metoda akuntansi yang menghasilkan nilai paling rendah untuk aset dan pendapatan serta menghasilkan nilai paling tinggi untuk kewajiban dan biaya. Konservatisme merupakan konsep akuntansi yang kontroversial. Terdapat banyak kritikan yang muncul, namun ada pula yang mendukung penerapan prinsip konservatisme. Di satu sisi, konservatisme akuntansi dianggap sebagai kendala yang akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Monahan (1999) menyatakan bahwa semakin konservatif akuntansi maka nilai buku ekuitas yang dilaporkan akan semakin bias. Di sisi lain, Wolk (2004) berpendapat bahwa konsevatisme akuntansi bermanfaat. Penerapan konservatisme dapat meminimalisir persediaan dan bermanfaat dalam tujuan penilaian pajak. Konservatisme akuntansi bermanfaat untuk menghindari perilaku oportunistik manajer berkaitan dengan kontrak-kontrak yang menggunakan laporan keuangan sebagai media kontrak (Watts, 2003).
Penerapan konservatisme menimbulkan reaksi bagi para pelaku pasar modal. Reaksi pasar dipengaruhi oleh informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Laporan keuangan yang konservatif menghasilkan angka-angka pendapatan atau laba yang lebih rendah dibandingkan laporan keuangan optimis. Hubungan antara reaksi pasar terhadap laba yang dihasilkan dari penerapan konservatisme tercermin dalam earnings response coefficient. Earnings response coefficient menunjukkan seberapa besar respon pasar yang terkandung dalam harga saham atas perubahan yang terjadi pada laba (Nayar dan Rozeff, 1992). Oleh karena itu, tujuan variabel konservatisme dihubungkan dengan earnings response coefficient adalah untuk melihat seberapa besar reaksi pelaku pasar terhadap laporan keuangan yang konservatif. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menghasilkan simpulan yang berbeda atas reaksi pasar terhadap konservatisme laporan keuangan. Penelitian mengenai hubungan antara konservatime dan reaksi pasar dilakukan oleh Dewi (2004) dan Suaryana (2005) yang menghubungkan konservatisme dengan earnings response coefficient. Hasil kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa earnings response coefficient laporan yang cenderung persisten optimis lebih tinggi dibandingkan earnings response coefficient laporan yang cenderung persisten konservatif. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Assegaf (2008) dalam Setyaningtyas (2009) bahwa konservatisme tidak berpengaruh signifikan terhadap earnings response coefficient. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh konservatisme laporan keuangan terhadap earnings response coefficient. Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Konservatisme Laporan Keuangan terhadap Earnings Response Coefficient.” 1.2 Rumusan Masalah dan Batasan Masalah 1.2.1 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang dirumuskan pada penelitian ini adalah: Apakah konservatisme laporan keuangan berpengaruh terhadap earnings response coefficient?
1.2.2 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi earnings response coefficient dalam penelitian ini, yaitu konservatisme sebagai variabel independen dan leverage dan profitabilitas sebagai variabel kontrol. Faktor-faktor yang selain disebutkan di atas tidak menjadi sorotan penelitian ini.
2.
Perioda pengamatan yang digunakan untuk menghitung cumulative abnormal return adalah ± 3 hari pada tanggal peristiwa pengumuman laporan keuangan. Digunakan perioda jendela 3 hari sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan untuk melihat pengaruh dari pengumuman laporan keuangan, karena dalam kurun waktu tersebut diperkirakan pasar mampu menyerap suatu pengumuman atau informasi yang diterbitkan. Menurut Jogiyanto (2003), lamanya jendela tergantung jenis peristiwa. Jika peristiwanya merupakan peristiwa yang nilai ekonomisnya dapat ditentukan dengan mudah oleh investor (misalnya pengumuman laba), perioda jendela dapat pendek, disebabkan oleh investor yang dapat bereaksi dengan cepat. Selain itu, penggunaan narrow window bertujuan untuk mencegah informasi lain yang masuk ke pasar selain informasi tentang laba.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh konservatisme laporan
keuangan terhadap earnings response coefficient pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda tahun 2007 – 2011. 1.3.2 Manfaat penelitian Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai bukti empiris serta memberikan kontribusi tambahan terhadap penelitian-penelitian yang telah ada. Bagi para praktisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti bagi investor sebagai pertimbangan pentingnya melakukan analisis keinformatifan laba perusahaan sebelum melakukan investasi. Bagi para akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap isu tentang pengaruh konservatisme laporan
keuangan terhadap earnings response coefficient. Hasil penelitian diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan atau bahan pembanding bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis maupun penelitian yang lebih luas.
2.
LANDASAN TEORI, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Signalling Theory Signalling theory menjelaskan mengapa perusahaan memiliki dorongan untuk melaporkan secara sukarela kepada pasar modal meskipun tidak ada suatu keharusan dalam pelaporan (Wolk et al., 2004). Teori sinyal mengindikasikan bahwa pelaporan keuangan oleh emiten merupakan suatu sinyal yang dapat mempengaruhi nilai saham mereka. Dengan adanya sinyal dari perusahaan menyebabkan investor melakukan antisipasi untuk menentukan antisipasi yang tepat. Dengan demikian, apabila manajemen menyampaikan informasi ke pasar, umumnya pasar akan merespon sebagai suatu sinyal terhadap adanya suatu peristiwa tertentu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Misalnya, perusahaan memberikan sinyal melalui informasi yang terkandung dalam laporan keuangan dan tercermin dalam angka-angka laporan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme. Menurut Fala (2007), understatement laba dan aset bersih yang relatif permanen yang ditunjukkan melalui laporan keuangan merupakan suatu sinyal positif dari manajemen kepada investor bahwa manajemen telah menerapkan akuntansi konservatif untuk menghasilkan laba yang berkualitas. Investor diharapkan dapat menerima sinyal ini dan menilai perusahaan dengan lebih tinggi. 2.2 Earnings Response Coefficient Penelitian Ball dan Brown (1968) yang menguji tentang laba dan harga saham menunjukkan bukti empiris bahwa keduanya mempunyai hubungan positif secara statistis signifikan. Hal ini berarti naik turunnya laba akan mempengaruhi naik turunnya harga saham secara searah. Palupi (2006) menyatakan, laba merupakan salah satu bagian dari laporan keuangan yang mendapat banyak perhatian dan banyak penelitian yang membuktikan adanya hubungan yang sangat erat antara laba dengan tingkat return saham perusahaan. Besaran yang menunjukkan
kekuatan hubungan antara laba dan return saham ini yang disebut dengan Earnings Response Coefficient (ERC). Koefisien respon laba (earnings response coefficient) merupakan suatu koefisien yang menunjukkan seberapa besar respon pasar yang terkandung dalam harga saham ( return saham atau pun unexpected return) atas perubahan yang terjadi pada laba (laba kejutan) (Nayar dan Rozeff, 1992). Naimah dan Utama (2006) mendefinisi earnings response coefficient adalah reaksi atas laba yang diumumkan perusahaan. Earnings response coefficient disebut juga koefisien sensitifitas laba akuntansi yaitu ukuran perubahan harga saham terhadap perubahan laba akuntansi. Mayangsari (2004) mendefinisi koefisien respon laba sebagai suatu dampak dari tiap dollar laba kejutan pada return saham dan biasanya diukur dengan slope koefisien hasil regresi return abnormal dan laba kejutan. Itu berarti bahwa koefisien respon laba adalah suatu reaksi yang datang dari pengumuman laba perusahaan. 2.3 Konservatisme Konservatisme adalah reaksi yang hati-hati (prudent reaction) menghadapi ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko dalam lingkungan bisnis atau perusahaan sudah cukup dipertimbangkan. Selain merupakan konvensi penting dalam laporan keuangan, konservatisme mengimplikasi kehati-hatian dalam mengakui dan mengukur pendapatan dan aset. Konservatisme juga merupakan prinsip dominan dalam akuntansi. Konservatisme bukan merupakan suatu standar atau aturan utama yang harus diikuti, melainkan didefinisi sebagai suatu usaha dalam memilih metoda akuntansi yang dapat diterima secara umum sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: (1) pengakuan pendapatan yang lebih lambat, (2) pengakuan biaya yang lebih cepat, (3) penaksiran aset yang lebih rendah, (4) penaksiran kewajiban yang lebih tinggi (Wolk et al, 2004). Watts (2003) mendefinisi konservatisme akuntansi sebagai preferensi terhadap metoda-metoda akuntansi yang menghasilkan nilai paling rendah untuk aset dan pendapatan serta menghasilkan nilai paling tinggi untuk kewajiban dan biaya. Dengan kata lain, prinsip ini menghasilkan nilai buku ekuitas yang paling rendah.
Berdasarkan definisi tersebut, maka praktik konservatisme dalam pelaporan keuangan tidak terburu-buru dalam mengakui pendapatan yang mungkin terjadi, tetapi mempercepat pengakuan biaya yang mungkin terjadi. Sementara itu, dalam penilaian aset dan kewajiban, aset dinilai pada nilai yang paling rendah dan kewajiban dinilai pada nilai yang paling tinggi. Basu (2007) mendefinisi konservatisme sebagai praktik mengurangi laba dan mengecilkan aset bersih dalam merespon bad news, tetapi tidak meninggikan laba dalam merespon good news. Konservatisme merupakan antisipasi terhadap kerugian daripada keuntungan. Menurut Watts (2003), mengantisipasi keuntungan berarti mencatat laba sebelum ada klaim secara hukum dihubungkan dengan aliran kas dimasa yang akan datang dan sebaliknya tidak mengantisipasi keuntungan berarti belum mencatat laba sebelum ada klaim secara hukum dihubungkan dengan aliran kas dimasa yang akan datang. Sehingga, apabila perusahaan memilih satu diantara dua teknik akuntansi yang ada, maka harus dipilih alternatif yang kurang menguntungkan bagi ekuitas pemegang saham. Dengan demikian, biaya, rugi atau hutang dapat diakui dan dicatat lebih awal meskipun masih dalam tahap kemungkinan akan terjadi. Sebaliknya, aset, pendapatan atau keuntungan hanya dicatat apabila benar-benar telah terealisasi. Selain itu, tingkat penerapan konservatisme dapat digunakan dalam pemilihan metoda akuntansi. Beberapa metoda berikut menunjukkan bahwa standar akuntansi yang berlaku mengijinkan untuk memilih berbagai metoda yang dapat diterapkan dalam kondisi/transaksi yang sama, sehingga memungkinkan perusahaan menggunakan metoda yang dirasa paling tepat. Kebebasan memilih standar akuntansi dapat menghasilkan angka-angka yang berbeda dalam laporan keuangan yang pada akhirnya akan menyebabkan laba yang cenderung konservatif. Contohnya seperti dalam penilaian metoda persediaan, metoda yang digunakan adalah metoda yang menghasilkan laba paling rendah. Selain itu, laporan keuangan akan menjadi lebih konservatif jika biaya riset dan pengembangan diakui sebagai beban daripada sebagai aset. Biaya riset dan pengembangan yang diakui sebagai beban mengakibatkan laba yang dihasilkan
menjadi lebih rendah. Sedangkan dalam metoda penyusutan, akuntan memilih untuk mempercepat penyusutan aset tetap (Belkaoui, 2001). Karakteristik dari konservatisme adalah nilai buku dari aset bersih yang dilaporkan di laporan keuangan lebih rendah dibandingkan nilai pasarnya dalam jangka panjang. Berbagai metoda pengukuran konservatisme yang digunakan antara lain, ratio of market value to book value (mengindikasi neraca konservatif) dan ratio of income from continuing operations to total assets (Wolk et al, 2004). Watts (2003) membagi konservatisme menjadi tiga pengukuran, yaitu Earning/Stock Return Relation Measure, Earning/Accrual Measures, Net Asset Measure. 2.4 Model Penelitian Konservatisme Earnings Response Coefficient Variabel Kontrol: - Leverage - Profitabilitas 3. 2.5 Pengembangan Hipotesis Konservatisme dan Earnings Response Coefficient Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menghasilkan simpulan yang berbeda atas reaksi pasar terhadap konservatisme laporan keuangan. Penelitian mengenai hubungan antara konservatime dan reaksi pasar dilakukan oleh Dewi (2004) yang menghubungkan konservatisme dengan koefisien respon laba. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ERC laporan yang cenderung persisten optimis lebih tinggi dibandingkan ERC laporan yang cenderung persisten konservatif. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Suaryana (2005) yang juga membuktikan bahwa ERC perusahaan yang menerapkan akuntansi konservatif lebih rendah daripada perusahaan tidak menerapkan akuntansi konservatif.
Adanya kontroversi mengenai penerapan konservatisme menghasilkan simpulan yang berbeda atas reaksi pasar terhadap konservatisme laporan keuangan. Konservatisme dapat dianggap sebagai good news maupun sebagai bad news. Hal ini terbukti pada penelitian sebelumnya. Konservatisme identik dengan bad news, dan menurut Giner (2001) dalam Dewi (2004) bad news memiliki dampak yang lebih besar atas harga sekuritas dibandingkan good news. Penman (2002) mendukung penelitian Giner, dengan menarik simpulan bahwa laba yang disusun dengan prinsip akuntansi yang cenderung konservatif dianggap sebagai bad news, sehingga direaksi dengan cepat oleh pasar. Hal ini juga didukung oleh penelitian Suaryana (2005) yang membuktikan adanya pengaruh negatif dan signifikan antara konservatisme dan earnings response coefficient. Gigler dan Hemmer (2001) dalam Dewi (2004) menyatakan pasar bereaksi lebih cepat terhadap informasi-informasi dari perusahaan yang menerapkan metoda akuntansi yang kurang konservatif (lebih optimis). Namun, pendapat Penman (2002) yang menyatakan bahwa konservatisme merupakan bad news masih menjadi pertentangan, karena sebagian peneliti lainnya beranggapan metoda konservatif justru lebih baik dibandingkan metoda optimis sehingga dapat dianggap sebagai good news. Wolk (2004) berpendapat bahwa konservatisme akuntansi bermanfaat, terutama pada saat terjadinya bad news seperti inflasi dan krisis global yang berdampak kurang baik terhadap laba. Berdasarkan perspektif teori agensi, manajemen mempunyai dorongan yang kuat untuk menahan bad news yang akan berdampak kurang baik terhadap laba. Penggunaan metoda akuntansi yang konservatif akan dapat menghasilkan laporan keuangan yang pesimis. Hal ini terbukti pada hasil penelitian Assegaf (2007) dalam Setyaningtiyas (2009) yang membuktikan hubungan positif antara konservatisme dan earnings response coefficient. Respon yang positif saat laporan keuangan cenderung konservatif disebabkan oleh perilaku investor yang high risk averse pada saat inflasi. Sehingga, semakin tinggi penerapan konservatisme pada perusahaan maka reaksi pasar yang dicerminkan dalam earnings response coefficient akan semakin baik.
Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis alternatif penelitian ini adalah : Ha: Konservatisme laporan keuangan berpengaruh positif terhadap earnings response coefficient
3.
METODA PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder dapat berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang tersusun dalam arsip, baik yang dipublikasi maupun tidak dipublikasi. Adapun data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dalam laporan keuangan perusahaan go public tahun 2007- 2011, serta data harga saham selama perioda pengamatan. Sumber data yang digunakan diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada (http://www.idx.co.id), IDX Fact Book dan Indonesia Capital Market Directory (ICMD).
3.2 Metode Pemilihan Sampel Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metoda penyampelan bersasaran (purposive sampling method) yaitu sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2007-2011 dan tidak sedang berada pada proses delisting pada perioda tersebut. 2. Perusahaan mempublikasi laporan tahunan di BEI secara lengkap dan terdapat kelengkapan data yang dibutuhkan berturut-turut dari tahun 2007-2011. 3. Perusahaan yang sahamnya masih aktif diperdagangkan selama tahun 2007-2011.
4. Perusahaan yang memiliki nilai buku ekuitas dan saldo laba positif selama perioda penelitian (2007-2011). 5. Perusahaan menerapkan konservatisme secara persisten selama perioda penelitian 2007-2011, yaitu dengan nilai market to book ratio lebih dari satu. 6. Perusahaan tidak mengalami peristiwa yang nilai ekonomisnya sulit ditentukan dan dapat mempengaruhi reaksi pasar, seperti merger, akuisisi, dan pengambilalihan/takeover. Tabel 1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria No 1
Kriteria Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2011 2 Perusahaan manufaktur yang melakukan delisting tahun 2007-2011 dari BEI 3 Memiliki nilai buku ekuitas dan saldo laba negatif selama perioda pengamatan (2007-2011) 4 Tidak ada data Penelitian 5 Tidak menerapkan konservatisme secara persisten (market to book ratio < 1) Jumlah data total selama perioda Penelitian
Jumlah Akumulasi 141 (38)
103
(68)
35
(16) (10)
19 9 45
Tabel 2 Daftar Perusahaan Sampel No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kode Perusahaan ASII AUTO DVLA EKAD INTP MERK SMCB SMGR ULTJ
Nama Perusahaan PT Astra International Tbk PT Astra Otoparts Tbk PT Darya‐Varia Laboratoria Tbk PT Ekadharma International Tbk PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk PT Merck Tbk PT Holcim Indonesia Tbk PT Semen Gresik (Persero) Tbk PT Ultra Jaya Milk Tbk
3.3 Variable Penelitian 3.3.1 Variabel Dependen (Y) Variabel dependen pada penelitian ini adalah Earnings Response Coefficient (ERC). ERC merupakan koefisien yang diperoleh dari regresi antara proksi respon pasar yang terkandung dalam harga saham dan laba akuntansi (Belkaoui, 2001). Proksi harga saham yang digunakan adalah Cumulative Abnormal Return (CAR) yang dihitung pada ± 3 hari disekitar tanggal pengumuman (t-3, t, t+3), sedangkan proksi laba akuntansi yang digunakan adalah Unexpected Earnings (UE). Hal ini mengacu pada penelitian Suaryana (2005). Cummulative abnormal return (CAR) akan diproksikan sebagai berikut: 3
CAR i (
ARit
3, 3 ) t
3
(Jogiyanto, 2003)
Keterangan: CAR i (
3, 3 )
amatan
= adalah abnormal return kumulatif perusahaan i selama perioda
3 hari dari tanggal publikasi laporan keuangan
ARit
= adalah
abnormal return perusahan i pada hari t
Tahap-tahap untuk menghitung CAR 1.
2.
3.
ARit
Rit
Rmit
ARit
= abnormal return perusahaan i pada hari t
Rit
= return sesungguhnya perusahaan i pada hari t
Rmit
= return pasar pada hari t
R it
Pit
Pit Pit
1
1
Rit
= return sesungguhnya perusahaan i pada hari t
Pit
= harga penutupan saham perusahaan i pada perioda t
Pit-1
= harga penutupan saham perusahaan i pada perioda t-1
Rm it
IHSG it IHSG it IHSG it 1
1
Rmit
= return pasar pada hari t
IHSGit
= indeks harga saham gabungan pada hari t
IHSGit-1 = indeks harga saham gabungan pada hari t-1
Dalam penelitian ini abnormal return dihitung menggunakan model pasarsesuaian (market-adjusted model). Model pasar-sesuaian (market-adjusted model) menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengetimasi return sekuritas adalah return pasar pada saat peristiwa (Jogiyanto, 2003). Selain itu, Jogiyanto (2003) juga menyatakan bahwa market adjusted model merupakan penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat itu. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan perioda estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. Unexpected earnings (UE) dihitung dengan proksi seperti yang dilakukan oleh Suaryana (2005). Unexpected earnings diukur dengan rumus sebagai berikut:
UE
it
(E it E t 1 ) E it 1
Keterangan: UEit
= unexpected earnings perusahaan i pada perioda t
Eit
= laba perusahaan i pada perioda t
Eit-1
= laba perusahaan i pada perioda t-1
3.3.2 Variabel Independen (X) Variabel dependen dalam penelitian ini menggunakan konservatisme yang diukur
dengan menggunakan rasio market to book. Pengukuran market to book ratio dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian Suaryana (2005) yang mengacu pada Watts (2003), yaitu sebagai berikut: Market to book ratio
market value of common equity (MVE) book value of common equity (BVE)
Keterangan: MVE = harga penutupan saham akhir tahun x jumlah saham beredar BVE
= total net asset – total kewajiban
3.3.3 Variabel Pengontrol Variabel pengontrol juga digunakan dalam penelitian ini, yaitu Leverage dan Profitabilitas.
1. Leverage Leverage dalam penelitian ini diproksikan dengan debt to equity ratio (DER), yaitu menunjukkan proporsi antara kewajiban dan ekuitas yang merupakan sumber pendanaan suatu perusahaan. Pengukuran leverage pada penelitian ini mengacu pada penelitian Setiati dan Kusuma (2004), yaitu diproksikan dengan debt to equity ratio yaitu rasio total hutang dibagi total ekuitas perusahaan. DER
total kewajiban ekuitas
2. Profitabilitas Profitabilitas diproksikan dengan Return on Equity (ROE). Return on Equity (ROE), yaitu indikator kemampuan suatu perusahaan dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih. Dalam penelitian ini, profitabilitas yang diproksikan dengan ROE mengacu pada penelitian Naimah dan Sidharta (2006) dan dirumuskan sebagai berikut: ROE
net income after tax total equity
3.4 Alat Analisis 3.4.1
Uji Regresi Linear Berganda
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel dependen dinotasi dengan Y dan untuk variabel independen dinotasi dengan X. Maka, model regresi linear berganda untuk penelitian ini sebagai berikut: ERC it
0
1
KON it
2
DER it
3
ROE it
eit
Keterangan: ERC it
= Earnings Response Coefficient perusahaan i pada tahun t
KON it
= Konservatisme perusahaan i pada tahun t
DER it
= Leverage perusahaan i pada tahun t
ROE it
= Profitabilitas perusahaan i pada tahun t
e
= error
3.4.2
Uji Asumsi Klasik
Dalam melakukan penelitian terhadap model analisis regresi harus dipenuhi asumsi-asumsi yang mendasari model regresi. Penelitian dengan menggunakan model regresi membutuhkan beberapa pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari gejala multikolinearitas, gejala heteroskedastisitas, dan gejala autokorelasi. a. Uji Normalitas Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya memiliki distribusi data yang normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model dengan distribusi data yang normal atau mendekati normal.Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2006). Selain dengan menggunakan grafik, pada penelitian ini pengujian normalitas juga dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji ini adalah metoda yang umum digunakan untuk menguji normalitas data. Jika nilai KolmogorovSmirnov tidak signifikan (tingkat signifikansi di atas 0,05), maka semua data terdistribusi secara normal. b. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas merupakan keadaan yang mana terdapat korelasi antara tiga atau lebih variabel independen. Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Tolerance (TOL) dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai TOL berkebalikan dengan VIF. Tolerance adalah besarnya variasi dari satu variabel independen yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya, sedangkan VIF menjelaskan derajat suatu variabel independen dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jika nilai TOL lebih besar dari 0,1, maka tidak terdapat
multikolinearitas di antara variabel independen. Sedangkan untuk nilai VIF sebagai rule of thumb nilai VIF yang lebih besar dari 10 menunjukkan bahwa ada kolinearitas yang tinggi di antara variabel independen (Ghozali, 2006). c. Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Hal ini dapat dideteksi dengan melihat scatterplot antara nilai taksiran Y dengan nilai residual dimana plot residual versus nilai prediksinya menyebar. Jika pada grafik yang mempunyai sumbu residual yang distandarkan dari sumbu X dan Y yang telah diprediksi membentuk suatu pola tertentu yang jelas (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2006). d. Uji Autokorelasi Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada perioda t dengan kesalahan perioda t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Dengan adanya autokorelasi mengakibatkan penaksiran masih tetap bias dan masih tetap konsisten hanya saja masih tidak efisien (Ghozali, 2006). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Metoda pendeteksian adanya autokorelasi adalah dengan tes Durbin-Watson. Hipotesis Nol Tidak ada autokorelasi (+) Tidak ada autokorelasi (+) Tidak ada autokorelasi (-) Tidak ada autokorelasi (-) Tidak ada autokorelasi (+),(-)
Keputusan Tolak No decision Tolak No decision Tidak Tolak
Jika 0< d
3.4.3
Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2006). 3.4.4 Uji Kelayakan Model (Uji Signifikansi F) Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi dapat menjelaskan pengaruh variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji F (pengujian signifikansi secara simultan). Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah: Menyusun hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1) H0 : ρ = 0, diduga variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. H1 : ρ ≠ 0, diduga variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Menetapkan kriteria pengujian yaitu: Tolak H0 jika angka signifikansi lebih besar dari α = 5% Terima H0 jika angka signifikansi lebih kecil dari α = 5% 3.4.5 Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan secara parsial bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan signifikansi dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.Pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi secara parsial dilakukan dengan menggunakan uji-t pada tingkat keyakinan 95% dengan tingkat kesalahan analisis (α) 5%.Untuk menolak atau menerima hipotesis digunakan: Jika Sig < 5% maka : Ha diterima Jika Sig > 5% maka : Ha ditolak
4.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Gambar 1. Hasil Uji Normalitas (Grafik)
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas K-S One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
45 ,0000000 ,19649448 ,095 ,095 -,063 ,636 ,813
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Dengan melihat tampilan grafik normal probability plot pada gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi normal yang mendekati normal. Dari gambar di atas terlihat titik-titik menyebar mendekati garis diagonal serta penyebarannya di sekitar garis diagonal. Sehingga dapat
disimpulkan berdistribusi normal dan model regresi layak untuk dipakai dalam penelitian ini karena telah memenuhi asumsi normalitas. Hasil pengujian normalitas dengan uji statistik non-parametrik KolmogorovSmirnov berdasarkan data analisis statistik pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,636. Dengan Asymp. Sig. (2tailed), yaitu sebesar 0,813. Hal ini berarti H0 diterima dan data residual terdistribusi normal. Hasil ini konsisten dengan uji normalitas menggunakan normal probability plot.
b. Uji Multikolinearitas Tabel 4. Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Independen KON
Tolerance
VIF
Simpulan Tidak ada 0,775 1,290 multikolinearitas DER Tidak ada 0,805 1,243 multikolinearitas ROE Tidak ada 0,775 1,290 multikolinearitas Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen tidak mempunyai masalah multikolinearitas. c. Uji Autokorelasi Tabel 5. Interpretasi Hasil Durbin - Watson Jika 0 < d < 1,383 1,383 ≤ d ≤ 1,666 2,617 ≤ d ≤ 4 2,334 ≤ d ≤ 2,617 1,666 ≤ d ≤ 2,334
Hipotesis Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi negative Tidak ada autokorelasi negative Tidak ada autokorelasi positif atau negative
Keputusan Tolak No Decision Tolak No Decision Tidak Ditolak
Berdasarkan klasifikasi nilai interpretasi DW di atas, maka dapat dilihat hasil uji autokorelasi dengan nilai Durbin-Watson sebesar 1,686. Nilai d lebih dari 1,666 dan kurang dari 2,334. Hal ini berarti hasil pengujian tidak terjadi autokorelasi.
d. Uji Heterokedastisitas Gambar 2. Hasil Uji Heteroskedastisitas (Scatter Plot)
Berdasarkan grafik scatter plot, dapat dilihat bahwa titik-titik berpencar, tidak membentuk pola tertentu, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan regresi dalam penelitian ini tidak terjadi heterokedastisitas. 4.2 Goodness of Fit Test Tabel 6. Hasil Uji Goodness Of Fit Model Summaryb Model
R
1
,442a
R Square ,196
Adjusted R Square ,137
Std. Error of the Estimate ,20356
DurbinWatson 1,686
a. Predictors: (Constant), ROE, DER, KON b. Dependent Variabel: ERC
Nilai adjusted R2 yang diperoleh dari pengujian regresi yang telah dilakukan sebesar 0,137 yang menunjukkan bahwa model regresi dalam penelitian ini mampu menjelaskan variabel dependen Earnings Response Coefficient (ERC) sebesar 13,7% sedangkan sisanya sebesar 86,3% dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi ini. Standar Error of
Estimates (SEE ) sebesar 0,20356. Makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen. 4.3 Signifikansi Model Regresi Tabel 7. Signifikansi Model Regresi ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
Mean Square
df
,413
3
,138
Residual
1,699
41
,041
Total
2,112
44
F
Sig. ,029a
3,324
a. Predictors: (Constant), ROE, DER, KON b. Dependent Variable: ERC Dari hasil analisis regresi ini, didapat F-hitung sebesar 3,324 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,029. Karena probabilitas 0,029 lebih kecil daripada 0,05, maka model regresi ini dapat digunakan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara statistik pada α 5% variabel konservatisme, leverage, dan profitabilitas mempengaruhi Earnings Response Coefficient (ERC).
4.4
Regresi Linear Berganda
Model persamaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: ERC it
0
1
KON it
2
DER it
3
ROE it
eit
Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Linear Berganda Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients B
1
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant )
,200
,092
KON
,056
,022
DER
-,086
ROE
-1,025
a. Dependent Variable: ERC
Beta
T
Sig.
2,174
,036
,400
2,512
,016
,067
-,200
-1,282
,207
,370
-,441
-2,774
,008
Pengolahan data tersebut menghasilkan suatu model regresi berganda adalah sebagai berikut: Y
0,200
0,056 KON
0,086 DER 1,025 ROE
eit
Y
= Earnings Response Coefficient (ERC)
KON it
= Konservatisme
DERit
= Leverage
ROEit
= Profitabilitas
e
= error
Keterangan dari persamaan tersebut sebagai berikut: Konstanta sebesar 0,200 dapat diinterpretasikan bahwa variable-variabel konservatisme, leverage, dan profitabilitas dianggap konstan, maka earnings response coefficient sebesar 0,200. Koefisien regresi konservatisme sebesar 0,056 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% konservatisme (KON) akan menaikkan earnings response coefficient sebesar 0,056. Koefisien regresi leverage (DER) sebesar -0,086 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% leverage (DER) akan menurunkan earnings response coefficient sebesar 0,086. Koefisien regresi return on equity (ROE) sebesar -1,025 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% ROE akan menurunkan earnings response coefficient sebesar 1,025. 4.5 Pengujian Hipotesis Tabel 4.9 Hasil Pengujian Hipotesis Hipotesis
Arah
Ha1: Konservatisme laporan Positif keuangan berpengaruh positif terhadap earnings response coefficient Variabel Kontrol:
Nilai Signifikansi 0,016
Simpulan Tidak menolak H0
Leverage
Negatif
0,207
Profitabilitas
Negatif
0,008
Leverage tidak berpengaruh terhadap earnings response coefficient Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap earnings response coefficient
Dari hasil perhitungan berdasarkan tabel 4.9 secara statistik bahwa variabel konservatisme memiliki koefisien 0,056 dengan tingkat signifikansi 0,016 (p<0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa konservatisme berpengaruh signifikan terhadap earnings response coefficient. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa konservatisme berpengaruh positif terhadap earnings response coefficient diterima. Variabel Kontrol: 1.
Leverage (DER)
Hasil koefisien regresi yang terdapat pada tabel 4.9 untuk variabel kontrol leverage (DER) menunjukan arah negatif 0,086 dengan tingkat signifikansi 0,207 (p>0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa leverage yang diproksikan dengan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap earnings response coefficient. 2.
Profitabilitas (ROE)
Hasil koefisien regresi yang terdapat pada tabel 4.9 untuk variabel kontrol profitabilitas (ROE) menunjukan arah negatif 1,025 dengan tingkat signifikansi 0,008 (p<0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa profitabilitas yang diproksikan dengan return on equity berpengaruh signifikan terhadap earnings response coefficient. 4.6 Pembahasan 4.6.1
Pengaruh konservatisme laporan keuangan terhadap Earnings
Response Coefficient (ERC) Pengujian terhadap hipotesis bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari konservatisme laporan keuangan terhadap earnings response coefficient (ERC) yang diperoleh dari regresi antara cumulative abnormal return (CAR) dan unexpected earnings (UE) pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI. Dapat dilihat pada tabel 4.9, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,016, yaitu nilainya lebih kecil dari tingkat signifikansinya 0.05, maka secara statistik H0 tertolak, yang artinya variabel konservatisme laporan keuangan berpengaruh signifikan terhadap ERC. Selain itu dapat diketahui bahwa konservatisme mempunyai koefisien regresi positif terhadap ERC, yaitu sebesar nilai Unstandardized Coefficients Beta = 0,056. Sehingga, setiap peningkatan 1% praktik konservatisme pada perusahaan akan menaikkan earnings response coefficient sebesar 0,056. Adanya hubungan positif antara konservatisme dan Earnings Response Coefficient (ERC) disebabkan oleh perilaku investor yang lebih memilih berhatihati dalam menghindari risiko, terutama pada saat inflasi dan krisis global. Hal ini sesuai dengan pendapat Wolk (2004) bahwa konservatisme akuntansi bermanfaat, terutama pada saat terjadinya bad news seperti inflasi dan krisis global yang berdampak kurang baik terhadap laba. Berdasarkan perspektif teori agensi, manajemen mempunyai dorongan yang kuat untuk menahan bad news yang akan berdampak kurang baik terhadap laba. Penggunaan metoda akuntansi yang konservatif akan dapat menghasilkan laporan keuangan yang pesimis. Sehingga, penerapan konservatisme pada saat perusahaan mengalami inflasi di respon positif oleh pasar karena dianggap sebagai good news. Pengujian terhadap variabel kontrol leverage yang diproksi dengan debt to equity ratio (DER) terhadap earnings response coefficient (ERC) pada perusahaanperusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI memperoleh nilai signifikansi sebesar 0,207. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari tingkat signifikansinya 0,05, maka dapat disimpulkan secara statistik bahwa variabel leverage tidak berpengaruh terhadap earnings response coefficient (ERC) . Hasil analisis tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian Setiati dan Indra (2004). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besar atau kecil leverage tidak mempengaruhi reaksi pasar yang tercermin dalam earnings response cofficient. Secara teoretis perusahaan yang high levered memiliki earnings response coefficient yang lebih rendah dibanding dengan perusahaan low levered, sehingga leverage mempengaruhi earnings response coefficient. Tetapi hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori
tersebut, hal ini mungkin disebabkan karena perilaku investor bukan terbentuk dari aspek fundamental saja, tetapi juga dari aspek sentimen pasar (Masassya, 2010). Hasil pengujian hipotesis variabel kontrol profitabilitas menunjukkan pengaruh negatif terhadap earnings response coefficient. Dapat dilihat pada tabel 4.9, secara statistik diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.008, yaitu nilainya lebih kecil dari tingkat signifikansinya 0.05, yang berarti variabel profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap earnings response coefficient. Selain itu dapat diketahui bahwa profitabilitas mempunyai koefisien regresi negatif terhadap koefisien respon laba, yaitu sebesar nilai Unstandardized Coefficients Beta = -1,025. Hasil tersebut menunjukan adanya hubungan terbalik antara profitabilitas dan earnings response coefficient, yaitu setiap peningkatan 1% profitabilitas (ROE) maka reaksi pasar terhadap laba akan mengalami penurunan sebesar 1,025. Hal tersebut mungkin disebabkan karena perilaku investor berpengalaman (sophisticated) yang cenderung berhati-hati dalam menghadapi risiko. Adanya risiko yang muncul dari dampak makro ekonomi mempengaruhi harga instrumen investasi di Indonesia. Menurut data Bank Indonesia, inflasi terus meningkat tajam dari akhir tahun 2007 hingga awal tahun 2009, kemudian berfluktuasi di tahun 2010 dan 2011. Inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan investasi. Suku bunga yang meningkat akibat inflasi terlalu tinggi mempengaruhi keputusan investasi, yaitu investor lebih memilih deposito ataupun memegang cash dibandingkan berinvestasi. Sehingga, meskipun secara fundamental ROE perusahaan cukup baik, namun adanya faktor lain seperti berita ekonomi, justru mempengaruhi respon investor untuk menjual saham yang mengakibatkan abnormal return yang tercermin dalam earnings response coefficient semakin kecil.
5.
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh konservatisme terhadap earnings response coefficient. Dalam penelitian ini terdapat variabel independen dan variabel kontrol yang diuji pengaruhnya dengan earnings response coefficient. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel independen yang diuji yaitu konservatisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap earnings response coefficient. Hasil pengujian atas pengaruh variabel kontrol leverage dan profitabilitas terhadap earnings response coefficient menunujukkan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap earnings response ceofficient, sedangkan variabel profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap earnings response coefficient. 5.2 Keterbatasan Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu sebagai berikut: 1.
Sampel penelitian yang digunakan hanya perusahaan-perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan tahunannya secara berturut-turut selama lima tahun yaitu tahun 2007-2011. Sehingga sampel yang didapat jumlahnya terlalu sedikit dan kurang menggambarkan perusahaan secara keseluruhan.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi earnings response coefficient dalam penelitian ini hanya tiga variabel, yaitu konservatisme, leverage, dan profitabilitas, sedangkan masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi earnings response coefficient.
3.
Variabel independen konservatisme, leverage, dan profitabilitas belum dapat menjelaskan variabel dependen earnings response coefficient secara keseluruhan yaitu hanya sebesar 13,7% saja. Sehingga, masih banyak variabel-variabel diluar model yang mungkin dapat mempengaruhi earnings response coefficient.
5.3 Saran Mendasar pada keterbatasan di atas, maka peneliti menyampaikan beberapa saran yaitu: 1.
Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan sampel penelitian dari berbagai jenis perusahaan atau industri. Karena dengan tidak terfokus pada satu jenis perusahaan atau industri, diharapkan dapat memperoleh earnings response coefficient yang mencerminkan reaksi pasar modal secara keseluruhan.
2.
Peneliti selanjutnya diharapkan memperpanjang periode amatan penelitiannya sehingga diharapkan dapat memperoleh estimasi earnings response coefficient (ERC) dan konservatisme yang lebih baik.
3.
Peneliti selanjutnya dapat menambah atau mengganti variabel determinan earnings response coefficient (ERC) serta menambah atau mengganti proksi dari variabel-variabel yang digunakan dengan proksi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Basu, Sudipta. 1997. The Conservatism Principle and the Asymmetric Timeliness of Earnings. Journal of Accounting and Economics. Ball, R. dan P. Brown. 1968. An Empirical Evaluation of Accounting Income Numbers. Journal of Accounting Research 6 (Autumn). Belkaoui, A.R. 2001. Teori Akuntansi I. Jakarta: Salemba Empat. Dewi, A. A. A. Ratna. 2004. Pengaruh Konservatisme Laporan Keuangan Terhadap Earnings Response Coefficient. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 7 No. 2, Mei: 207-223. Fala, Dwiyana A.S. 2007. Pengaruh Konservatisma Akuntansi Terhadap Penilaian Ekuitas Perusahaan Dimoderasi Oleh Good Corporate Governance. Makalah Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Ketiga. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, I. dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi Edisi 3. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Jogiyanto H.M. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Edisi 2007. Yogyakarta. BPFE. Jogiyanto H.M. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE. Masassya, Elvin G. Simak Jurus Memilih Saham. Kompas, 11 Oktober 2010. Mayangsari, Sekar. 2004. Bukti Empiris Pengaruh Spesialisasi Industri Auditor Terhadap Earnings Response Coefficient. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 7, No. 2.
Mayangsari, Sekar dan Wilopo. 2001. Konservatisme Akuntansi, Value Relevance dan Discretionary Accrual: Implikasi Empiris Model FelthamOhlson. Simposium Nasional Akuntansi IV. Monahan, Steve. 1999. Conservatism, Growth And The Role Of Accounting Numbers In The Equity Valuation Process. http://www.ssrn.com. Mulyani, dkk. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Earnings Response Coefficient Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. JAAI Volume 11 No.1 Juni 2007. Nayar, Nandkumar dan Michael S. Rozeff. 1992. Earnings Response Coefficient Models: Synthesis and Extensions. http://www.ssrn.com. Naimah, Zahroh dan Siddharta Utama. 2006. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan, dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Koefisien Respon Laba dan Koefisien Respon Nilai Buku Ekuitas: Studi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang Palupi, Margaretta Jati. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien Respon Laba: Bukti Empiris Pada Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekubank Volume 3 Edisi November. Pennman, Stephen H. dan Xiao-Jun Zhang. 2002. Accounting Conservatism, The Quality Of Earnings, and Stock Returns. Working Paper SSRN. Sari, Cynthia dan Desi Adhariani. 2008. Konservatisme Perusahaan di Indonesia dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya. Simposium Nasional Akuntansi XII. Setiati, Fita dan Indra Wijaya Kusuma. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koefisien Respon Laba Pada Perusahaan Bertumbuh dan Tidak Bertumbuh. Simposium Nasional Akuntansi VII. Setyaningtyas, Tara. 2009. Pengaruh Konservatisme Laporan Keuangan dan Siklus Hidup Perusahaan Terhadap Koefisien Respon Laba, (Studi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2006). (Skripsi). Universitas Sebelas Maret Surakarta Subramanyam, K.R. dan John J. Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Suaryana, Agung. 2005. Pengaruh Konservatisme Laba Terhadap Koefisien Respon Laba. Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan. Yogyakarta: CV. ANDI. Suprianto, Edi dan Kiryanto. 2006. Pengaruh Moderasi Size Terhadap Hubungan Laba Konservatisme dengan Neraca Konservatisme. Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang. Scott, William R. 2003. Financial Accounting Theory. Ontario: Prentice Hall. Watts, RL. 2003. Conservatism In Accounting part I: Explanations and Implications. http://www.ssrn.com. Wolk, Harry I., Michael G. Tearney, dan James L Dodd. 2004. Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach. South-Western College Publishing.