Pengaruh Pemberian Fraksi
Dwitiyanti, dkk
176
PENGARUH PEMBERIAN FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL 70% HERBA PEGAGAN TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA TIKUS PUTIH JANTAN EFFECT OF ETHYL ACETATE FRACTION ETHANOL 70% EXTRACT OF Centella asiatica L. IN HEALING BURN WOUNDED ON ALBINO MALE RAT Dwitiyanti, Sediarso, Ade Andar Kusuma Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA Islamic Center, Jl. Delima II/IV, Perumnas Klender, Jakarta Timur Email:
[email protected]
ABSTRAK Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap suhu untuk memperbaiki jaringan akibat luka bakar digunakan pegagan. Herba pegagan mempunyai khasiat untuk memperbaiki jaringan granulasi kulit dan penyembuh luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian fraksi etil asetat herba pegagan terhadap penyembuhan luka bakar. Hewan uji yang dipakai adalah tikus putih jantan yang dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan. Kelompok I (kontrol normal), kelompok II (kontrol negatif), kelompok III (kontrol positif) dilukai dan diberi povidon iodium, kelompok IV, V dan VI dilukai dan diberi fraksi etil asetat ekstrak etanol herba pegagan 0,37%, 0,93% dan 1,49%. Punggung tikus diinduksi dengan logam panas dengan suhu 105 oC. Pengamatan dilakukan 2 hari sekali selama 14 hari. Data yang didapat diuji secara statistik dengan uji ANOVA dua arah yang dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasilnya adalah kelompok konsentrasi 0,93% dan konsentrasi 1,49% memiliki khasiat setara dengan kelompok kontrol positif. Kata Kunci :Luka bakar, herba pegagan, fraksi etil asetat ABSTRACT Burn wounded is a response of skin and subcutaneous tissue to temperatures for tissue repair due to burns Centella asiatica, has efficacy for repair granulation tissue of skin and healing wound. The research aims is to prove the effect of ethyl acetate fraction of centella asiatica for healing burn wounded. The research used Male albino rat, that were divided into 6 group. The group I, II, III in subsquently as normal, negative and positive, group IV, V and VI was wounded and given a 0.37%, 0.93%, and 1.49% concentration of ethyl acetate fraction of ethanol extract of Centella asiatica herb. Back of mouse induced by hot metal with
177
Media Farmasi Vol 12 No.2 September 2015 : 176-185
temperature 105oC. Observations were made every 2 days for 14 days. The result was analyzed using two-way ANOVA and Tukey test. It can be concluded that 0.93% and 1.49% concentration has equivalent efficacy with positive group. Keyword : Burn wounded, centella asiatica herb, ethyl acetate fraction
Luka bakar merupakan respons
PENDAHULUAN Pegagan adalah tanaman yang
kulit dan jaringan subkutan terhadap
tumbuh di seluruh Indonesia serta
suhu. Luka bakar dengan ketebalan
daerah-daerah beriklim tropis pada
parsial merupakan luka bakar yang
umumnya. Pegagan dapat tumbuh
tidak merusak epitel kulit atau hanya
mulai di dataran rendah hingga
merusak
ketinggian 2500 m dpl. Pegagan juga
Biasanya
tumbuh di tempat lembab dan subur
penanganan konservatif. Luka bakar
seperti padang rumput, di antara
dengan ketebalan penuh merusak
batu-batu dan di tepi jalan. (BPOM
sumber-sumber
RI, 2010). Pegagan mengandung
kembali
triterpenoid
asiatikosida,
membutuhkan eksisi dan cangkok
madekasosida, asam asiatat, asam
kulit jika luas (Grace and borley,
madekasat,
2007).
asam
indosentoat,
bayogenin, asam euskapat, flavonoid, kaempferol,
kuersetin,
saponin,
sebagian dapat
epitel
Berdasarkan senyawa
yang
dari
epitel.
pulih
dengan
pertumbuhan kulit
dan
studi
bisa
pustaka
berperan
untuk
sentelasapogenol A, B, dan D,
pengobatan luka bakar pada herba
poliasetilen,
pegagan adalah asiaticoside yang
kadiyenol,
sentelin,
asiatisin, dan sentelisin. Pegagan
merupakan
secara tradisional banyak digunakan
triterpenoid dan berdasarkan tingkat
untuk penyakit kulit. Disamping itu
kepolarannya senyawa ini berada
pegagan
untuk
pada fase semipolar menuju polar
mengobati sakit perut, batuk, batuk
(Rismana et al., 2013), oleh karena
berdarah, penambah selera makan,
itu dilakukan penelitian lebih lanjut
asma, dan penyembuh luka (BPOM
dengan menggunakan
RI, 2010).
asetat
juga
digunakan
herba
senyawa
glikosida
fraksi
pegagan
penyembuhan luka bakar.
etil
dalam
Dwitiyanti, dkk 178
Pengaruh Pemberian Fraksi
Berdasarkan hal tersebut maka
Herba pegagan diperoleh dari
dilakukan penelitian uji aktivitas
Balitro dan Determinasi tanaman
penyembuhan luka bakar fraksi etil
dilakukan di Pusat Botani Herbarium
asetat ekstrak etanol herba pegagan
Bogoriense LIPI Cibinong, Bogor.
terhadap tikus putih jantan.
Herba
Penelitian ini bertujuan untuk
pegagan
dikumpulkan
yang
telah
dibersihkan
mengetahui aktivitas penyembuhan
pengotor
luka bakar fraksi etil asetat ekstrak
Selanjutnya dtimbang sebagai berat
etanol
segar
herba
pegagan
(Centella
dengan
sebesar
air
dari
4
bersih.
kg,
kemudian
asiatica (L.) Urb.) terhadap luka
dikeringkan
dengan
cara
bakar pada punggung tikus putih
menjemurnya
panas
matahari
diinduksi logam panas.
menggunakan alas (Darwati, 2012).
di
Sampel yang telah kering diserbuk dengan
METODE PENELITIAN
blender.
Serbuk
yang
Alat yang digunakan antara
diperoleh diayak dengan pengayak
lain: kandang untuk hewan uji,
mesh 60 lalu disimpan dalam wadah
perlengkapan tempat makan dan
bersih dan tertutup rapat.
minum
tikus,
neraca
analitik
Serbuk kering sebanyak 1 kg
(OHAUS), mortir, stamper, kaca
dimaserasi
arloji, jangka sorong, kapas pisau
sebanyak 10 liter, lalu direndam
cukur dan keping logam.
selama
Bahan yang dibutuhkan antara
3
dengan
hari
etanol
disertai
70%
dengan
pengadukan, setelah 3 hari dilakukan
lain pegagan yang diperoleh dari
penyaringan,
Balai Penelitian Tanaman Rempah
dimaserasi kembali dengan etanol
dan Obat (BALITRO), etanol 70%,
70% dengan menggunakan prosedur
n-heksan, etil asetat, phenobarbital
yang
injeksi, akuades, hewan percobaan
sebanyak tiga kali. Hasil maserasi
tikus putih jantan galur SD (Sprague
diuapkan menggunakan vacuum
Dawley) berumur 2-3 bulan, berat
rotary evaporator hingga diperoleh
badan 150-200 gram.
ekstrak kental sebesar 220 gram.
sama.
dan
Maserasi
(Depkes RI, 2008).
ampasnya
dilakukan
179
Media Farmasi Vol 12 No.2 September 2015 : 176-185
Ekstrak kental etanol 70% dimasukkan ke dalam corong pisah
konsentrasi
0,37%,
konsentrasi
0,93%, dan konsentrasi 1,49%.
kemudian difraksinasi dengan n-
Hewan uji dibagi menjadi 6
heksan (1:1), kocok selama ±15
kelompok
menit. Setelah itu didiamkan sampai
kelompok terdiri dari 4 hewan uji.
terbentuk
dan
Kelompok I tidak dilukai (kelompok
lapisan etanol 70%. Lapisan n-
kontrol normal), kelompok II hanya
heksan dipisahkan dari lapisan etanol
dilukai (kelompok kontrol negatif),
70%. Kemudian difraksinasi lapisan
kelompok III dilukai dan diberi
etanol 70% dengan etil asetat (1:1),
fraksi
dikocok
menit.
positif), kelompok IV dilukai dan
Kemudian ditambahkan air hangat
diberi fraksi etil asetat herba pegagan
secukupnya,
±15
konsentrasi 0,37%, kelompok V
menit. Lalu didiamkan beberapa saat
dilukai dan diberi fraksi etil asetat
hingga terbentuk lapisan etil asetat
herba pegagan konsentrasi 0,93%,
dan lapisan etanol 70%. Lapisan etil
kelompok VI dilukai dan diberi
asetat dipisahkan dengan lapisan
fraksi etil asetat herba pegagan
etanol.
konsentrasi 1,49%.
lapisan
n-hexan
selama
±15
kocok
Lapisan
selama
tersebut
disebut
sebagai fraksi etil asetat. Fraksi etil asetat
diuapkan
dengan
rotary
dengan
povidon
masing-masing
iodium
Pembuatan
luka
(kontrol
bakar
dilakukan dengan cara menempelkan
evaporator hingga diperoleh fraksi
logam
kental. Kemudian fraksi tersebut
sebelumnya di dalam oven dengan
dikeringkan dengan oven pada suhu
suhu 105oC, setelah itu ditempelkan
50oC.
di punggung tikus yang sebelumnya Pada penelitian ini, digunakan
yang
telah
dipanaskan
telah dicukur rambutnya terlebih
obat pembanding povidon iodium.
dahulu
Konsentrasi povidon iodium yang
(Widianingtias, 2010).
dipakai adalah 10%. Penelitian ini
selama
10
detik
Pemberian fraksi etil asetat
menggunakan 3 variasi konsentrasi
herba
pegagan
dilakukan
sehari
fraksi etil asetat herba pegagan, yaitu
setelah pembuatan luka sampai hari ke-13 pada waktu pagi hari dengan
Dwitiyanti, dkk 180
Pengaruh Pemberian Fraksi
cara dioleskan rata pada punggung
signifikansi
95%
tikus yang telah dibuat luka.
Kemudian
dilihat
perbedaan
yang
Pengukuran dilakukan dengan
(α ada
=
0,05). tidaknya
bermakna,
jika
cara mengamati luas daerah luka dan
terdapat perbedaan yang bermakna
persentase
maka dilanjutkan dengan uji tukey.
penyembuhan
luka,
dengan cara mengukur diameter luka yang diukur pada arah vertikal, horizontal
dan
kedua
diagonal.
Pengukuran luka dilakukan sehari setelah
pembuatan
luka
dan
dilanjutkan 2 hari berikutnya selama 14 hari.
Uji
identifikasi
dilakukan
untuk mengetahui kandungan kimia yang terdapat dalam herba pegagan. Hasil
penapisan
fitokimia
analisis statistik adalah data diameter luka
bakar
pada
saat
pengukuran hari ke-2 sampai hari ke14. Data ditentukan terlebih dahulu normalitas dan homogenitasnya dari setiap data dan dilanjutkan dengan uji ANOVA dua arah dengan taraf
Hasil penyembuhan luka bakar pada tikus putih jantan dengan pemberian fraksi etil asetat herba pegagan dilakukan dari hari kedua hingga hari ketiga belas. Hasil pengamatan berupa diameter luka bakar selama 14 hari pengamatan dapat dilihat pada tabel II.
Tabel I. Penapisan fitokimia herba pegagan No. 1 2 3 4 5
dapat
dilihat pada tabel I.
Data yang digunakan untuk
akhir
HASIL DAN PEMBAHASAN
Metabolit sekunder Alkaloid Flavonoid Saponin Tanin Steroid dan Terpenoid
Serbuk kering + + + + +
Hasil Fraksi etil asetat + + + + +
Tabel II. Diameter luka bakar tiap kelompok (cm)
181
Media Farmasi Vol 12 No.2 September 2015 : 176-185
Hari
Kontrol Positif 1,7590 1.4496 1.1387 0,8786 0,7055 0.2730 0,0850
Diameter luka bakar (cm)
2 4 6 8 10 12 14
Kontrol Negatif 1,9336 1.7925 1.6668 1,5257 1,4495 1,2356 0,8713
Konsentrasi 0,37% 1,9336 1,7626 1,5311 1,2377 0,9608 0,6443 0,3550
Konsentrasi 0,93% 1,9501 1,6909 1,4487 1,1197 0,7443 0,3800 0,1121
Konsentrasi 1,49% 1,8289 1,6593 1,3029 0,9678 0,5561 0,2310 0
2,5 2
Kontrol Positif
1,5
Kontrol Negatif
1
Konsentrasi 0,37%
0,5
Konsentrasi 0,93%
0 2
4
6
8
10
12
14
Konsentrasi 1,49%
Hari
Persentase penyembuhan luka bakar (%)
Gambar 1. Grafik batang hubungan antara diameter luka bakar terhadap hari
120 100 80
Kontrol Normal
60
Kontrol Negatif
40
Konsentrasi 0,37%
20
Konsentrasi 0,93%
0
Konsentrasi 1,49% 2
4
6
8
10
12
14
Hari
Gambar 2. Grafik batang hubungan antara persentase akhir penyembuhan luka bakar terhadap hari
Dwitiyanti, dkk 182
Pengaruh Pemberian Fraksi
Tabel III. Persentase penyembuhan luka bakar tiap kelompok (%) Kontrol Positif 22,63 47,54 67,59 80,63 87,35 97.95 99,77
Hari 2 4 6 8 10 12 14
Kontrol Negatif 3,8 19,59 30,52 42,35 47,42 61,82 80,89
Konsentrasi 0,37% 6,60 23,32 58,17 61,54 76,91 88,09 96,64
Untuk melihat seberapa besar
Konsentrasi 0,93% 20,11 28,56 64,83 68,61 86,11 96,38 99,67
Konsentrasi 1,49% 16,33 31,15 57,39 76,57 92,25 98,64 100
Simplisia
herba
pegagan
aktivitas fraksi etil asetat herba
didapat dari budidaya tanaman obat
pegagan dalam penyembuhan luka
di BALITTRO Bogor.
bakar, maka data diameter luka bakar
dilakukan untuk menghindari faktor-
tiap kelompok perlakuan tersebut
faktor yang dapat mempengaruhi
kemudian
hasil
diubah
dalam
bentuk
percobaan
Hal ini
serta
simplisia
untuk
persentase penyembuhan luka bakar
mendapatkan
dengan
yang dapat dilihat pada tabel III.
kualitas yang baik. Pemeriksaan
Pada tabel rata-rata diameter
kandungan kimia fraksi dilakukan
luka bakar didapatkan bahwa pada
untuk mengetahui senyawa aktif
kelompok yang diberi konsentrasi
yang terdapat pada simplisia herba
0,37%,
konsentrasi
pegagan. Dari hasil pemeriksaan
1,49% fraksi etil asetat ekstrak etanol
bahwa herba pegagan mengandung
herba pegagan dan kontrol positif
alkaloid, flavanoid, tanin, saponin,
menunjukkan
steroid dan terpenoid.
0,93%,
dan
adanya
aktivitas
penyembuhan luka bakar yang lebih
Herba pegagan yang didapat
baik dibandingkan kontrol negatif.
kemudian dikeringkan di bawah sinar
Hal ini dibuktikan dengan besarnya
matahari serta diberi alas (Darwati,
persentase penyembuhan luka pada
2012). Pengeringan bertujuan untuk
tiap
dan
mengurangi kadar air yang terdapat
kelompok
perlakuan
kelompok
kontrol
positif
di simplisia, sehingga dapat disimpan
dibandingkan
dengan
persentase
dalam waktu yang lebih lama. Selain
kelompok kontrol negatif.
itu
pengeringan
juga
mencegah
simplisia agar tidak berjamur dan
183
Media Farmasi Vol 12 No.2 September 2015 : 176-185
kandungan kimia zat yang berkhasiat
berturut-turut menggunakan pelarut
tidak
n-heksan, dan etil asetat. Proses ini
berubah
karena
proses
fermentasi.
bertujuan
Metode
ekstraksi
yang
untuk
kandungan
meningkatkan
senyawa
yang
digunakan adalah metode maserasi.
dikehendaki dengan menghilangkan
Metode ini dipilih dengan tujuan
atau memisahkan senyawa yang
agar menghindari rusaknya senyawa-
tidak
senyawa yang terdapat di dalam
mungkin, sehingga diperoleh ekstrak
simplisia akibat pemanasan. Pelarut
yang lebih murni.
yang digunakan untuk maserasi ini
Pemilihan
dikehendaki
semaksimal
povidon
iodium
adalah etanol 70%. Pemilihan etanol
sebagai bahan pembanding adalah
70% sebagai pelarut karena etanol
karena povidon iodium merupakan
adalah
mudah
salah satu zat yang umum digunakan
senyawa-senyawa
sebagai pengobatan pada penderita
organik yang ada pada simplisia,
luka. Povidon iodium juga bersifat
selain
antiseptik,
pelarut
melarutkan
itu
yang
etanol
juga
menghambat
dapat
pertumbuhan
mikroorganisme
yang
mengakibatkan rusaknya kandungan simplisia.
Maserat
kemudian
evaporator. untuk ekstrak
dapat
mempercepat dalam penyembuhan pada luka. Luka bakar dibuat dengan cara
didapat
menempelkan logam panas yang
dipekatkan
dengan
dipanaskan dalam oven dengan suhu
vacum
rotary
1050C ke punggung tikus. Luka akan
bertujuan
berbentuk oval setelah 24 jam. Hal
kandungan
ini terjadi akibat adanya gerakan
menggunakan
yang
sehingga
Pemekatan
meningkatkan herba
dengan
yang dilakukan oleh hewan uji,
dan
sehingga mengakibatkan luka bakar
mengurangi sisa pelarut pada saat
menjadi tertarik di bagian atas dan
proses maserasi.
bawah. Pada 24 jam pertama setelah
mengurangi
pegagan kadar
air
Fraksi herba pegagan dibuat
luka dibuat akan terjadi proses
dengan cara pemisahan ekstraksi
inflamasi
dan
proses
epitelisasi.
berdasarkan tingkat kepolaran yakni
Pengukuran diameter luka bakar
Dwitiyanti, dkk 184
Pengaruh Pemberian Fraksi
dilakukan 1 hari setelah dilakukan
seberapa aktivitas penyembuhan luka
pembuatan luka bakar kemudian
bakar yang dihasilkan oleh fraksi etil
dilanjutkan selama 2 hari sekali
asetat herba pegagan.
sampai hari ke-14. Hari ke-2 sampai hari
ke-14
terjadinya
adalah
fase
dimana
granulasi
Pada
uji
lanjut
menunjukkan
Tukey
bahwa
terdapat
akibat
perbedaan bermakna dari kelompok
pembentukan serat kolagen yang
kontrol positif, kelompok konsentrasi
akan bertautan pada tepi luka.
0,93%, dan kelompok konsentrasi
Pada hari ke-2 hingga hari ke-13
1,49% dengan kelompok kontrol
dilakukan pemberian fraksi etil asetat
negatif, dan tidak terdapat perbedaan
herba
bermakna
pegagan
untuk
kelompok
antara
kelompok
perlakuan dan baku pembanding
konsentrasi 0,93% dan kelompok
povidon
kelompok
konsentrasi 1,49% dengan kontrol
kontrol positif. Pembuatan fraksi etil
positif. Hal ini didukung dengan
asetat
dilakukan
besarnya aktivitas penyembuhan luka
setiap 2 hari sekali. Hal ini ditujukan
bakar pada kelompok kontrol positif,
untuk menjaga kondisi sediaan agar
kelompok konsentrasi 0,93% dan
tetap stabil sehingga diharapkan
kelompok konsentrasi 1,49%.
iodium
herba
dapat
pada
pegagan
memaksimalkan
proses
penyembuhan luka bakar.
Dari
hasil
data
persentase
penyembuhan luka bakar didapatkan
Data hasil diameter akhir luka
bahwa hari ke-14 di tiap kelompok
bakar yang diperoleh terlebih dahulu
mengalami persentase penyembuhan
diuji normalitas dan homogenitasnya
luka bakar yang tinggi, dan pada
dan
hasil
dilanjutkan
dengan
analisa
uji
anova
menunjukkan
dua arah, dan apabila ada perbedaan
perbedaan bermakna antara hari ke-
yang bermakna maka dilanjutkan
14 dan hari ke-12 sehingga dapat
dengan
disimpulkan bahwa hari ke-12 adalah
Tukey.
Data
hasil
yang
tidak
arah
menggunakan uji statistik ANOVA
uji
bahwa
dua
diameter akhir luka bakar kemudian
hari
dirubah pula kedalam persentase
penyembuhan luka bakar. Hal ini
penyembuhan luka untuk melihat
didukung
pula
optimum
ada
dari
dalam
besarnya
185
Media Farmasi Vol 12 No.2 September 2015 : 176-185
persentase penyembuhan luka bakar dari semua kelompok perlakuan dan kelompok kontrol positif dan kontrol negatif pada hari ke-12.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa fraksi etil asetat
herba
pegagan
(Centella
asiatica (L.) Urb.) memiliki aktivitas dalam penyembuhan luka bakar. Konsentrasi terbaik terdapat pada konsentrasi 0,93% dan 1,49% yang sebanding dengan kontrol positif dalam penyembuhan luka bakar. Pada persentase penyembuhan luka bakar didapatkan hari ke-12 adalah hari yang optimum dalam proses penyembuhan
luka
bakar
yang
ditunjukkan dengan besarnya hasil persentase penyembuhan luka bakar pada semua kelompok perlakuan.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2010, Serial Data Ilmiah Terkini Tumbuhan Obat, Penerbit Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta. Hlm. 1-4. Darwati I., 2012, Budidaya dan Pasca Panen Pegagan (Centella asiatica), Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. Depkes RI, 2008, Farmakope Herbal Edisi I, Departemen Kesehatan. Jakarta: Hlm. 174. Grace P A., Borley N R., 2007, At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3, Terjemahan: Vidhia Umami. Penerbit Erlangga, Jakarta: Hlm. 87. Rismana E, Rosidah I, Prasetyawan Y, Bunga O, Erna Y., 2013, Efektivitas Khasiat Pengobatan Luka Bakar Sediaan Gel Mengandung Fraksi Ekstrak Pegagan Berdasarkan Analisis Hidroksiprolin dan Histopatologi Pada Kulit Kelinci. Buletin Penelitian Kesehatan, vol. 41. Pusat Teknologi Farmasi dan Medika, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta: Hlm. 46 Widianingtyas D., 2010, Pengaruh Perawatan dengan Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica) dalam Mempercepat Penyembuhan Luka Bakar Derajat Dua Dangkal Pada Tikus Putih (Rattus novergicus) Strain Wistar, Skripsi, Universitas Brawijaya, Malang.