PENGARUH SALINITAS TERHADAP

Download PENGARUH SALINITAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN. AKAR SEMAI MANGROVE Rhizophora apiculata Blume. (EFFECT OF SALINITY ON THE GROW...

0 downloads 539 Views 420KB Size
PENGARUH SALINITAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN AKAR SEMAI MANGROVE Rhizophora apiculata Blume (EFFECT OF SALINITY ON THE GROWTH AND ROOT DEVELOPMENT IN MANGROVE Rhizophora apiculata BLUME SEEDLINGS) Desya Alvionita Keliat1, Mohammad Basyuni2, Budi Utomo3 1

Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Jl. Tri Dharma Ujung No. 1 Kampus USU Medan 20155 (Corresponding author:[email protected]) 2 Staff Pengajar Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155 Abstract Rhizophora apiculata is easy species to be found and widely distributed. The purpose this research is to know the best concentration of salinity for growing seedlings of mangrove as refrence to rehabilitate mangrove forest. Effect of salinity on the growth and root development in mangrove Rhizophora apiculata Blume seedlings at Greenhouse Faculty of Agriculture and Laboratory of Ecology, University of Sumatera Utara from May 2015 until October 2015. Five level concentration of salinity was used namely 0%, 0,5%, 1,5%, 2%, and 3% with ten of repeatation. The research measured the parameters of height seedlings, diameter, leaves thickness, wide of leaves, primary root, lateral root, long of primary root, long of lateral root, diameter of primary root, diameter of lateral root, water content of shoot, water content of root, and shoot ratio. We found that the best growing Rhizophora apiculata seedlings was at 0,5% salinity level. Keywords: Development, Mangrove, Growing, Rhizophora apiculata Blume, Salinity.

PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan mangrove memiliki peranan ekologi, sosial-ekonomi, dan sosial-budaya yang sangat penting; misalnya menjaga stabilitas pantai dari abrasi, sumber kayu bakar dan kayu bangunan, serta memiliki fungsi konservasi, pendidikan, ekoturisme dan identitas budaya. Tingkat kerusakan ekosistem mangrove dunia, termasuk Indonesia sangat cepat akibat pembukaan tambak, penebangan hutan mangrove, pencemaran lingkungan, reklamasi dan sedimentasi, pertambangan, sebab-sebab alam seperti badai/tsunami, abrasi dan intrusi air laut, dan tenggelamnya suatu pulau (Setyawan dan Kusumo, 2006). Pemilihan jenis Rhizophora apiculatapada penelitian ini merupakan langkah yang baik mengingat jenis ini mudah tumbuh dan propagulnya mudah untuk dicari dibandingkan dengan jenis lainnya, selain itu

propagul jenis ini juga tersedia dalam jumlah yang cukup banyak. Pengetahuan tentang konsentrasi salinitas yang terbaik untuk pertumbuhan dan perkembangan akar semai R. apiculata diperlukan untuk program rehabilitas kawasan hutan maupun bukan kawasan hutan. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui tingkat konsentrasi salinitas yang terbaik terhadap pertumbuhan dan perkembangan akar semai mangrove R. apiculata. Hipotesis Penelitian Perbedaan tingkat salinitas mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar semai mangrove R. apiculata.

Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai konsentrasi salinitas terbaik berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan akar R. apiculata. 2. Menjadi refrensi bagi pihak terkait dalam upaya kegiatan rehabilitasi lahan bekas tambak di Pulau Sembilan dengan jenis R. apiculata.

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara, Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan sejak 19 mei s/d oktober 2015. Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan adalah micrometer scrub, ember, penggaris, kamera, timbangan,cutter, counter, hand refractometer (Atago Co. Ltd), program excel, program SAS 9.1, program image J dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah propagul R. apiculata yang sehat dan matang, bubuk garam komersial (marine salt), pasir dari sungai (tidak memiliki salinitas), benang, tali plastik, tap water, pot plastik, dan label name. Prosedur Penelitian Pengumpulan dan Penanganan Buah Rhizophora apiculata Pengumpulan propagul R. apiculata dilakukan dengan cara memanjat pohon induk dan mengunduhnya. Buah R. apiculata yang telah matang ditandai dengan perubahan warna kotiledon merah dengan hijau kecoklatan atau kemerahan, serta keadaan dimana hampir lepasnya buah dari bonggolnya. Propagul yang sudah dikumpulkan, kemudian dilakukan dengan memilih propagul yang sehat dan masak, kokoh serta bebas dari hama penyakit maupun luka mekanis (Buharman et al, 2011). Kemudian antara buah dan pericarp yang belum terpisah harus dipisahkan untuk memudahkan dalam proses perkecambahan. Perkecambahan dilakukan dengan merendam propagul selama seminggu sampai daun muda muncul sebelum dipindahkan kerumah kaca.

Perlakuan Toleransi Garam Dalam penelitian ini, terdapat 5 perlakuan konsentrasi salinitas yang dibuat yaitu 0%, 0,5%, 1,5%, 2%, 3%. Didalam penelitian ini, salinitas ditemukan dari perbandingan antara bubuk garam dengan massa larutan. Metode yang digunakan mengacu pada Fofonoff dan Lewis (1979). Dimana jenis garam yang dipakai adalah bubuk garam komersial (marine salt). Untuk membuat konsentrasi salinitas 0,5%, 1,5%, 2%, dan 3% dibutuhkan 5,66 gr, 17 gr, 22,6 gr, dan 34 gr bubuk garam komersial untuk 1 liter air. Salinitas adalah massa serbuk garam/massa larutan. Setelah propagul R.apiculata sudah berakar dan berdaun seragam, dilakukan penyapihan dari media kecambahan ke media tanam yang telah diisi pasir dan diberi perlakuan salinitas. Kemudian diberi label sesuai dengan perlakuan dan ulangan yang diberikan. Selama 5 bulan di rumah kaca, setiap minggunya konsentrasi garam pada setiap perlakuan pot plastik diperiksa dengan menggunakan refractometer, jika salinitasnya semakin tinggi maka perlu disesuaikan salinitasnya dengan penambahan tap water. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial yang terdiri atas 5 perlakuan dengan 10 ulangan sehingga didapat 50 unit percobaan. Model linier yang digunakan adalah: Yij = μ + τi + 𝜀ij Keterangan: Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ = nilai rataan umum (mean) τi = Pengaruh perlakuan intensitas naungan ke-i 𝜀ij = Galad percobaan perlakuan ke-i pada ulangan ke-j Perlakuan yang digunakan adalah : S0 = Tanpa salinitas (0 %) S1 = Salinitas 0,5% S2 = Salinitas 1,5% S3 = Salinitas 2% S4 = Salinitas 3% Metode analisa yang digunakanadalah sidik ragam ANOVA satu arah menggunakan uji Dunnet’s untuk perbandingan seluruh perlakuan terhadap kontrol, nilai P<0,05 dipakai sebagai batas untuk menunjukkan pengaruh perlakuan. Seluruh analisis

statistikyang dilakukan menggunakan program SAS 9.1 (SAS Institute Inc Cary,NC, USA). Parameter Pengamatan Pengamatan dilakukan selama 5 bulan setelah tanam dan parameter yang diamati adalah sebagai berikut: 1. Persentase Hidup (%) Persentase hidup dihitung dengan membandingkan antara jumlah bibit yang hidup dan jumlah bibit yang ditanam pada awal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada akhir pengamatan setelah 5 bulan masa setelah tanam (Yusmani dan Suharsi, 2008).

2. Mortalitas (%) Kematian bibit dihitung dengan membandingkan antara jumlah bibit yang mati dan jumlah bibit yang ditanam pada awal penelitian. Pengambilan data dilakukan diakhir pengamatan setelah 5 bulan masa setelah tanam.

3. Jumlah Akar (cm) Perhitungan jumlah akar dilakukan secara manual dengan menggunakan counter yang dilakukan setelah pemanenan bibit R. apiculata pada 5 bulan setelah tanam. Jumlah akar dihitung berdasarkan kedudukan akar pada sistem perakaran (tingkat percabangan) menurut klasifikasi Pi et al,(2009) yang terdiri dari: i. Akar utama (primary root) ii. Akar lateral (lateral root) 4. Panjang Akar (cm) Pengukuran panjang akar dilakukan secara manual dengan menggunakan mistar dan benang. Pengukuran panjang dilakukan setelah pemanenan bibit R. apiculata pada 5 bulan setelah tanam. Panjang akar diukur berdasarkan kedudukan akar pada sistem perakaran (tingkat percabangan) menurut klasifikasi Pi et al,(2009). 5. Diameter akar (mm) Pengukuran diameter dilakukan setelah pemanenan bibit R. apiculata pada 5 bulan setelah tanam. Hasil dari diameter akar dapat memberikan informasi penting hubungannya dengan ukuran pori tanah dan potensial penetrasi akar (Bohm, 1979).

6. Tinggi semai (cm) Pengambilan data tinggi semai diambil diakhir pengamatan dengan menggunakan penggaris, pada setiap satuan percobaan. Tinggi semai diukur dari pangkal batang hingga daun terpanjang. 7. Diameter semai (mm) Pengukuran diameter semai dilakukan diakhir pengamatan setelah pemanenan. Diameter diukur pada panjang 1 cm dari pangkal propagul bibit. 8. Jumlah daun (helai) Pengambilan data jumlah daun diambil diakhir pengamatan bersamaan dengan pengambilan data tinggi semai. 9. Tebal daun (mm) Pengukuran tebal daun dilakukan diakhir pengamatan bersamaan dengan pengambilan data tinggi semai dengan menggunakan micrometer scrub. 10. Luas daun (cm2) Pengukuran luas daun dihitung diakhir pengamatan dari setiap ulangan semai R. apiculata. Daun diGambar dikertas HVS kemudian hasilnya di scan untuk mendapatkan luas dengan menggunakan program image J. 11. Kadar air akar (%) Penghitungan kadar air akar dilakukan setelah pemanenan bibit R. apiculata pada 5 bulan setelah tanam, terlebih dahulu akar tanaman dioven pada suhu 75°C selama 2x24 jam. Akar yang beratnya sudah konstan kemudian ditimbang untuk mengetahui berat kering oven. Persen kadar air akar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

12. Kadar air tajuk (%) Penghitungan kadar air tajuk dilakukan setelah pemanenan bibit R. apiculata pada 5 bulan setelah tanam, terlebih dahulu tajuk tanaman dioven pada suhu 75°C selama 2x24 jam. Tajuk yang beratnya sudah konstan kemudian ditimbang untuk mengetahui berat kering oven. Persen kadar air tajuk dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

13. Rasio tajuk dan akar Perhitungan rasio tajuk dan akar dilakukan pada akhir pengamatan. Perhitungan tajuk

dan akar dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Semai R. apiculata Pertumbuhan dan perkembangan akar semai R. apiculata pada berbagai tingkat salinitas di sajikan pada Gambar 3.

bahwa tidak ada perbedaan persen hidup dan mortalitas dari semai R.apiculata pada tingkat salinitas yang berbeda, hal ini disebabkan semai R. apiculata mampu bertahan hidup dalam keadaan salinitas yang tinggi dan rendah meskipun tidak dapat tumbuh baik pada konsentrasi salinitas yang mendukung pertumbuhan dari semai mangrove R. apiculata. Hal tersebut di dukung pernyataan Richards (1964) yang menyatakan bahwa hampir semua jenis mangrove merupakan jenis yang toleran terhadap garam, tetapi bukan merupakan jenis yang membutuhkan garam untuk hidupnya (salt demanding). Parameter pengamatan pertumbuhan tinggi dan diameter semai di sajikan pada Gambar 4. A

Gambar 3.Pertumbuhan dan perkembangan akar semai R. apiculata umur 5 bulan. Keterangan Gambar : 1. Akar utama; 2. Akar lateral Gambar 3 menunjukkan bahwa pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan dan perkembangan akar semai mangrove R. apiculata signifikan dari masing perlakuan konsentrasi pada setiap pemberian salinitas pada umur 5 bulan. Berdasarkan Pi et al (2009) akar R. apiculata diklasifikasikan menjadi 2 yaitu akar utama (primary root) dan akar lateral (lateral root), akar utama merupakan akar yang memiliki diameter yang lebih besar dan panjang akar yang lebih panjang dibanding dengan akar lateral.

B

Tabel 1. Persen hidup dan mortalitas semai R. apiculata

Kemampuan mangrove untuk tumbuh dan mampu bertahan hidup di daerah salinitas yang tinggi dan rendah ditunjukkan dari hasil penelitian selama 5 bulan yang menunjukkan

Gambar 4. A. Pengaruh salinitas terhadap tinggi semai R. apiculata; B. Pengaruh salinitas terhadap diameter semai R. apiculata Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 5 bulan, pada Gambar 4A pertumbuhan semai tertinggi ditunjukkan pada

salinitas 0% (kontrol) yaitu 28 cm dan yang terendah pada salinitas 2% dan 3% yaitu 18,86 cm. Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s pada perlakuan salinitas 2% dan 3%. Pemberian salinitas yang semakin tinggi konsentrasinya memberikan dampak penurunan tingkat pertumbuhan tanaman. Hal yang sama juga dapat dilihat pada pertumbuhan diameter, pertumbuhan diameter yang baik ditunjukkan pada tingkat salinitas 0,5% yaitu 4,848 mm, sedangkan yang terendah pada salinitas 3% yaitu sebesar 3,496mm. Pemberian salinitas juga berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s pada perlakuan salinitas 2% dan 3%. Berdasarkan Gambar 4A dan 4B di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pertumbuhan tinggi dan diameter semai R. apiculata semakin menurun pada tingkat salinitas yang semakin tinggi, semai akan tumbuh tetapi dalam keadaan tidak normal (tertekan). Hal tersebut didukung oleh pernyataan Ball et al, (1997) menyatakan bahwa laju pertumbuhan, laju fotosintesis dan penggunaan air dari semai R. apiculata dan R. stylosa yang ditanam pada kondisi salinitas yang relatif lebih rendah lebih tinggi daripada semai yang ditanam pada kondisi salinitas yang relatif lebih tinggi. Fenomena ini juga diperkuat oleh penelitian Kusmana(2010) bahwa semai R. mucronata yang ditanam pada kondisi salinitas sekitar 1,0% memperlihatkan riap diameter dan tinggi batang yang lebih tinggi daripada semai yang ditanam pada kondisi salinitas sekitar 2,8%. Peningkatan konsentrasi salinitas akan menghambat pertumbuhan dari semai mangrove, untuk mengurangi terjadinya stress garam terdapat senyawa metabolit sekunder pada tanaman jenis mangrove sesuai dengan penelitian yang dilakukan Basyuni et al, (2009) terkait pengujian penambahan terpenoid mRNA sintesis untuk melihat pengaruhnya terhadap stress garam pada tanaman Kandelia candel dan Bruguiera gymnorhiza. Oku et al, (2003) pernah melakukan penelitian bahwa terpenoid dapat membantu tanaman melawan stress terhadap garam.

A

B

C

Gambar 5. A. Pengaruh salinitas terhadap jumlah daun semai R. apiculata; B. Pengaruh salinitas terhadap tebal daun semai R. apiculata; C. Pengaruh salinitas terhadap luas daun semai R. apiculata. Jumlah daun terbanyak terdapat pada tingkat salinitas 0,5% dan 1,5% yaitu 7 helai sedangkan jumlah daun terendah pada salinitas 3% yaitu 3 helai. Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada

P<0,05 dengan uji Dunnet’s pada perlakuan salinitas 3%.Pada Gambar 5B di atas ditunjukkan bahwa tebal daun semai R. apiculata tertinggi pada pemberian salinitas 1,5% yaitu 0,528 mm dan yang terendah pada salinitas 3% yaitu 0,395 mm. Pemberian salinitas tidak berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s. Pada Gambar 5C di atas ditunjukkan bahwa luas daun semai R. apiculata tertinggi pada pemberian salinitas 0,5% yaitu 24,53 cm 2 dan yang terendah pada salinitas 3% yaitu 3,40 cm2. Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s pada perlakuan salinitas 2% dan 3%. Berdasarkan Gambar 5 A, B dan C jumlah daun, tebal daun dan luas daun mengalami penurunan yang drastis pada konsentrasi salinitas yang tinggi. Dapat diketahui bahwa salinitas mempengaruhi morfologidari struktur suatu tanaman baikukuran daun yang relatif lebih kecil, jumlah daun yang sedikit dan tebal daun dari semai mangrove, hal ini akan berdampak pada penyerapan hara dan air yang berkurang pada tingkat salinitas yang tinggi sehingga menghambat laju fotosintesis, pada akhirnya tanaman tersebut akan mengalami pertumbuhan yang tidak normal. Hal ini sesuai dengan penelitian Basyuni et al, (2014) yang menyatakan bahwa tingkat salinitas akan mempengaruhi jumlah daun dari semai Rhizophora stylosa dan Avicennia marina dimana semakin tinggi salinitas maka semakin sedikit jumlah daun yang yang dihasilkan. Pengaruh Salinitas Terhadap Perkembangan Akar Semai R. apiculata Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 5 bulan pengaruh tingkat salinitas terhadap perkembangan akar semai R. apiculata berdasarkan jumlah akar, panjang akar dan diameter akardapat dilihat pada Gambar 6, 7 dan 8.

A

B

Gambar 6. A. Pengaruh salinitas terhadap jumlah akar utama semai R. apiculata; B. Pengaruh salinitas terhadap jumlah akar lateral semai R. apiculata Berdasarkan Gambar 6A jumlah akar utama semai tertinggi ditunjukkan pada salinitas 0,5%, 1,5% dan 2% yaitu 2 akar utama dan yang terendah pada salinitas 0% dan 3% yaitu 1 akar utama. Pemberian salinitas tidak berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s. Sedangkan untuk jumlah akar lateral tertinggi pada tingkat salinitas 1,5% yaitu 56 akar lateral dan terendah pada salinitas 3% yaitu 19 akar lateral. Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s pada perlakuan salinitas 0,5%, 1,5% dan 3%.

A

A

B B

Gambar 7. A. Pengaruh salinitas terhadap panjang akar utama semai R. apiculata; B. Pengaruh salinitas terhadap panjang akar lateral semaiR. apiculata. Gambar 7A menunjukkan bahwa panjang akar utama semai R. apiculata tertinggi ditunjukkan pada salinitas 0,5% yaitu 5,35 cm dan yang terendah pada salinitas 1,5% yaitu 3,35 cm. Pemberian salinitasberpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s pada perlakuan 0,5% dan 2%. Pada Gambar 7B untuk panjang akar lateral tertinggi pada tingkat salinitas 2% yaitu 3,25 cm dan terendah pada salinitas 0% yaitu 2,07 cm. Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s pada perlakuan salinitas 1,5%, 2% dan 3%.

Gambar 8. A. Pengaruh salinitas terhadap diameter akar utama semai R. apiculata; B. Pengaruh salinitas terhadap diameter akar lateral semai R. apiculata Gambar 8 menunjukkan bahwa diameter akar utama semai R. apiculata tertinggi ditunjukkan pada salinitas 2% yaitu 4,43 mm dan yang terendah padasalinitas 3% yaitu 2,81 mm. Pemberian salinitas tidakberpengaruhsignifikansecara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s, sedangkan untuk diameter akar lateral tertinggi pada tingkat salinitas 3% yaitu 1,55 mm dan terendah pada salinitas 2% yaitu 1,27 cm. Pemberian salinitas tidak berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s. Berdasarkan parameter jumlah akar, panjang akar, dan diameter akar, salinitas tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Pertumbuhan akar yang baik akan menggambarkan pertumbuhan tanaman yang baik pula. Akar merupakan bagian dari tanaman yang memiliki fungsi yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman terutama

untuk pertumbuhan tajuk dimana akar akan mentransfer ion-ion yang diserap dari untuk disalurkan ketajuk tanaman, hal tersebut di perkuat dengan pernyataan Shannon et al, (1994) yang menyatakan bahwa akar merupakan organ yang kontak secara langsung dengan lingkungan salin, oleh karena itu akar merupakan struktur yang berfungsi mengatur pengambilan dan transpor ion. Akar merupakan barrier utama terhadap pergerakan larutan kedalam tumbuhan dan sebagai hasilnya konsentrasi ion yang diantarkan ke tunas sangat berbeda dari konsentrasi ion pada medium eksternal. Jumlah akar semai R. apiculata berbanding terbalik dengan diameter akarnya pada tingkat konsentrasi salinitas yang tinggi. Semakin sedikit jumlah akar maka diameter akar akan semakin besar, tingkat konsentrasi salinitas yang tinggi menyebabkan terjadinya stress garam yang memberikan dampak terhadap perakaran dari mangove jenis R. apiculata. Pada dasarnya lingkungan merupakan faktor utama untuk menentukan keberhasilan suatu tanaman untuk tumbuh. Poedjirahajoe (2006) melaporkan bahwa jumlah akar mangrove sangat dipengaruhi oleh lokasi tempat tumbuh serta dapat merupakan indikasi dari kesesuaian mangrove terhadap tempat tumbuhnya. Pengaruh Salinitas Terhadap Biomassa Semai R. apiculata Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 5 bulan terdapat pengaruh tingkat salinitas terhadap biomassa semai R. apiculata berdasarkan kadar air akar, kadar air tajuk dan ratio tajuk dan akar dapat dilihat pada Gambar 9 dan 10.

B

Gambar 9. A. Pengaruh salinitas terhadap kadar air akar semai R. apiculata; B. Pengaruh salinitas terhadap kadar akar tajuk semai R. apiculata. Gambar 9A menunjukkan kadar air akar semai R. apiculata tertinggi ditunjukkan pada salinitas 2% yaitu 2,42% dan yang terendah pada salinitas 0% yaitu 0,794%. Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s pada perlakuan 0,5%, 2% dan 3%. Pada Gambar 9B untuk kadar air tajuk tertinggi pada tingkat salinitas 2% yaitu 2,118% dan terendah pada salinitas 0% yaitu 1,34%. Pemberian salinitas tidak menunjukkan pengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s.

A

Gambar10. Pengaruh salinitas terhadap ratio tajuk dan akar semai R. apiculata Gambar 10 menunjukkan ratio tajuk dan akar semai R. apiculata tertinggi ditunjukkan pada salinitas 0% yaitu 4,19 dan yang terendah pada salinitas 3% yaitu 1,143. Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0%

(kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s pada perlakuan 2% dan 3%. Persen kadar air akar dan tajuk pada tingkat salinitas berbanding lurus, kadar air akar yang tinggi juga mempengaruhi kadar air tajuk menjadi tinggi, dan sebaliknya jika kadar air akar rendah maka kadar air tajuk juga rendah. Besar dan kecilnya persen kadar air tajuk dan akar di pengaruhi oleh meningkatnya suhu akan tetapi proses transpirasi rendah, selain itu tingkat konsentrasi salinitas yang tinggi juga mempengaruhi kadar air tanaman. Scholander et al, (1962) menyatakan bahwa pada umumnya transpirasi jenis-jenis mangrove adalah rendah, sedangkan akarnya terus-menerus mengabsorbsi air garam. Hal ini menyebabkan terjadinya akumulasi garam pada daun. Untuk mengatasi hal ini beberapa jenis mangrove mempunyai kelenjar pengeluaran garam (excretion gland) pada daunnya, sedangkan bagi jenis mangrove yang tidak memiliki kelenjar pengeluaran garam dilakukan dengan cara mengalirkan garam tersebut ke daun-daun muda yang baru terbentuk. Rasio tajuk dan akar merupakan perbandingan antara berat kering tajuk dan akar.Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa rasio tajuk dan akar mengalami penurunan pada tiap tingkat konsentrasi salinitas, semakin tinggi salinitas maka semakin kecil rasio tajuk dan akar. Hal ini didukung oleh penelitian Basyuni et al, (2014) yang menyatakan bahwa semakin tinggi salinitas maka rasio tajuk dan akar R. stylosa akan semakin kecil. Rasio tajuk dan akar menggambarkan kemampuan fisiologi suatu tanaman untuk dapat tumbuh dan berkembang. Hal tersebut dinyatakan oleh Ramayani (2012) yang menyatakan bahwa rasio berat kering batang/akar merupakan karakter fisiologi yang dapat membantu untuk memahami pertumbuhan relatif batang-akar. Hal ini berkaitan dengan sinar matahari atau naungan, tanah yang lembab atau tanah yang kering serta salinitas. Hal tersebut juga di dukung oleh pernyataan Klepper (1991) bahwa setiap tanaman mempunyai ciri khas yang berbeda untuk menggambarkan hubungan antara tajuk dan akar. Keseimbangan tajuk dan akar merupakan upaya organ tanaman tersebut dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis, sehingga masing-masing organ tanaman dapat melakukan fungsinya secara normal.

Tabel 2. Koefisien Pengamatan

korelasi

Parameter

Keterangan: JD: jumlah daun, TD: tebal daun, JAU: jumlah akar utama, JAL: jumlah akar lateral, PAU: panjang akar utama, PAL: panjang akar lateral, DAU: diameter akar utama, DAL:diameter akar lateral, KAA: kadar air akar, KAT: kadar air tajuk, RTA: ratio tajuk akar, LD: luas daun. Berdasarkan Tabel 2 dapat di ketahui bahwa hubungan korelasi negatif (r = -1) yang tertinggi ditunjukkan pada parameter luas daun terhadap salinitas yaitu -0,871 dan terendah ditunjukkan pada parameter kadar air tajuk terhadap salinitas yaitu -0,032, sedangkan untuk hubungan korelasi positif (r = +) yang tertinggi ditunjukkan pada parameter panjang akar lateral terhadap salinitas yaitu 0,514 dan terendah ditunjukkan pada parameter panjang akar lateral terhadap salinitas yaitu 0,020. Korelasi menunjukkan adanya hubungan antara parameter pengamatan terhadap perlakuan salinitas, yang bertujuan untuk mengukur derajat hubungan yang diberikan antara variabel. Nilai korelasi (r = +1) menunjukkan hubungan yang berbanding lurus antara salinitas dengan parameter, jika variabel naik maka nilai lainnya naik sedangkan nilai korelasi (r = -1) menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik antara salinitas dengan parameter, jika variabel naik maka variebel lainnya turun. Konteks tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat salinitas memberikan penurunan struktur morfologi maupun fisiologi seperti tinggi hingga ke luas daun tanaman R. apiculata.

Tabel 3. Ringkasan pertumbuhan terbaik parameter penelitian pada tingkat salinitas.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan R. apiculata mengalami pertumbuhan yang baik pada tingkat salinitas 0,5% berdasarkan parameter diameter, jumlah daun, luas daun, jumlah akar utama, panjang akar utama, dan diameter akar utama. Semakin tinggi tingkat salinitas maka pertumbuhan tanaman akan semakin terganggu. Saran

Tabel 3 ringkasan parameter pengamatan pertumbuhan dan perkembangan akar terbaik diatas, konsentrasi salinitas yang terbaik dapat dilihat berdasarkan Gambar 11.

Pada saat melakukan pembibitan semai R. apiculata dan rehabilitasi lahan dengan jenis mangrove R. apiculata sebaiknya dilakukan pada tingkat salinitas 0,5%yang memberikan tingkat pertumbuhan dan perkembangan akar semai R. apiculata yang terbaik. Diperlukan penelitian lanjutan terkait penelitian di lapangan apakah sesuai pertumbuhan dan perkembangannya dengan kondisi di rumah kaca.

DAFTAR PUSTAKA

Gambar 11. Pengamatan pertumbuhan terbaik berdasarkan parameter Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 11 diatas dapat diketahui bahwa dari parameter pengamatan yaitu diameter, jumlah daun, luas daun, jumlah akar utama, panjang akar utama, dan diameter akar utama dapat dilihat bahwa tanaman mangrove jenis R. apiculata dapat tumbuh dengan baik pada tingkat konsentrasi salinitas 0,5%, pada tingkat konsentrasi yang lebih tinggi dan lebih rendah jenis ini akan mengalami gangguan pertumbuhan. Hasil yang didapat pada penelitian ini didukung oleh penelitian Basyuni et al (2014) yang menyatakan bahwa R. stylosa mengalami penurunan pertumbuhan pada tingkat konsentrasi salinitas yang lebih dari 0,5% tetapi jenis A. Marina dapat mengalami pertumbuhan pada tingkat konsentrasi 2% dan apabila lebih dari 2% maka akan mengalami penurunan.

Arief, A. 2003.Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya.Kanisius.Yogyakarta. Bengen, D, G. 2004. Pedoman teknis : Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB. Bogor. Ball, M. C., M. J. Cochrane and H. M.Rawson. 1997. Growth and water use of the mangroves Rhizophora apiculata and R. stylosa in response to salinity and humadity under ambient and elevated concentrations of atmospheric CO2. Plant, Cell and Environ. 20:1158-1166. Barbour, M. G. 1970. Is any angiosperm an obligate halophyte? American Midland Naturalist 84 (1) : 105120. Basyuni, M., Shigeyuki, B., Masashi, I., Hironori, I., Kazutoshi, K dan Hirosuke, O. 2009. Expression of Terpenoid Synthase mRNA and Terpenoid Content in Salt Stressed Mangrove. Journal of Plant Physiology 166: 1786-1800. ______ ., Lollie, A, P, P., Berliana, N dan Putri, E. 2014. Growth and

Biomass in Response to Salinity and Subsequent Fresh Water in Mangrove Seedlings Avicennia marina and Rhizophora stylosa. JMHT Vol XX (1): 17-25. Buharman., Dharmawati, F, D., Nurin, W., dan Sudradjat, S. 2011. Atlas Propagul Tanaman Hutan Indonesia. Vol V : 1. Bogor. Bohm.W., 1979.Methods of Studying Root Systems. Springer - Verlag Berlin Heidelberg New York. Ecological Studies 33. Clough B.F. 1984. Gowth and salt balance of the mangrove Avicennia marina (Forsk.) Vierh andRhizophora stylosa Giff.In relation to salinity. Aust J Plant Physiol 11:419-430. Universitas. Downton, W. J.S. 1982.Growth and Osmotic Relation Of Mangrove Avicennis marina,as Influenced by Salinity. Australian J. of Plant Physiol, 9(5):519-528. Fofonoff, N.P., dan Lewis, E.L.1979. A practical salinity scale. J. Oceanografi. 35, 63–64. Hogarth, P. J. 1999. The Biology Mangroves. Oxford university Press. New York. Karim, M, Y. 2007. The Effect of Osmotic at Various Medium Salinity on Vitality of Female Mud Crab (Scylla olivacea). Vol. 14 : 1. Klepper, B. 1991.Root-shoot relationships, p:265-286. In Waisel et al., 1991.Plant roots the hidden half Marcel Dekker Inc. New York. 948p. Kordi, M, Ghufron, H. 2012. Ekosistem Mangrove : Potensi, Fungsi dan Pengelolaan. PT Rineka Cipta. Jakarta. Kusmana, C. 2010. Respon Mangrove Terhadap Perubahan Iklim Global : Aspek Biologi Dan Ekologi Mangrove. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Lear, R dan T. Turner. 1977. Mangrove of Australia. University of Queensland. Press:1-21. Oku, H., Baba, S., Koga, H., Takara, K dan Iwasaki, H. 2003. Lipid Composition of Mangroves and its

Relevance to Salt Tolerance. J Plant Res 116 : 37-45. Onrizal. 2005. Adaptasi Tumbuhan Mangrove Pada Lingkungan Salin dan Jenuh Air. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. Pi, N., N. F. Y. Tam., Y. Wu dan M. H. Wong. 2009. Root Anatomy and Spatial Pattern of Radial Oxygen Loss of Eight True Mangrove Species. Aquatic Botany (90) : 222-230. Poedjirahajoe.2006. Klasifikasi Lahan Potensil untuk Rehabilitasi Mang-rove di Pantai Utara Jawa Tengah.Disertasi. Universitas Gajah Mada. Yokyakarta. Ramayani.2012. Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan san Biomassa Semai dan Kandungan Lipida Pohon NonSekresi Ceriops tagal.Universitas Sumatera Utara. Medan. Richards, P. W. 1964. The Tropical Rain Forest.Cambridge Univ. Press.London, 540 hal. Robinson, J. C. 1999. Bananas and Plantains.CABI Publishing. New York. 238p. Rusila, N, Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor. Scholander, P. F., Hammel, H. T., Hemmingsen, E., dan Garey, W. 1962. Salt Balance in Mangroves.Scripps Institution of Oceanography, University of California, La Jolla. Setyawan, A, D dan Kusumo, W. 2006. Permasalahan Konservasi Ekosistem Mangrove di Pesisir Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Conservation problems of mangrove ecosystem in coastal area of Rembang Regency, Central Java 7 : 159-163. Shannon. M. C., C. M. Grieve., dan L. E. Francois. 1994. Whole Plant Response to Salinity. In. Wilkinson, R. E. (Ed). Plant Environt Integration.Marcel Dracker, Inc., New York. Pp. 199-228. Soeroyo. 1992. Sifat dan Peranan Hutan Mangrove. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Oseanologi-LIPI. Jakarta. Spalding, M., Kainuma, M., and Collins L. 2010.World Atlas of Mangroves. Earthscan. London. Sukardjo, S. 1984. Ekosistem mangrove.Oseana. Volume IX (4) : 102-115. Talib, M, F. 2008. Struktur dan Pola Zonasi (Sebaran) Mangrove Serta Makrozoobenthos Yang Berkoeksistensi Di Desa Tanah Merah dan Oebelo Kecil Kabupaten Kupang.Skripsi.Institut Pertanian Bogor. Bogor. Yusmaini, F. dan T.K.Suharsi.2008. Pengaruh Jenis Bahan Stek dan Penyungkupan terhadap Keberhasilan Stek Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.). Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura.IPB. Bogor Walsh, G. E. 1974. Mangroves :A Review. Dalam Reimold, R. J dan W. H. Quenn. (Eds). Ecology of Halophytes. Acad. Press, Inc., New York. Pp. 51-174. Wang W. Q, dan Lin P. 1999. Influence of substrate salinity on Thegrowth of mangrove species of Bruguiera gymnorrhizaseedling (in Chinese). J Xiamen Univ (Nat Sci) 38 (2): 237-279. Watson, J. G. 1928. Mangrove Forest of the Malay Peninsula. Malayan Forest Record 6: 1-275.