e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS INKUIRI UNTUK PEMAHAMAN KONSEP IPA SISWA KELAS V Ni Kadek Desi Aristini1, I Komang Sudarma 2, Putu Nanci Riastini3 Jurusan PGSD1,2,3, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk, 1) mengetahui validitas pengembangan LKS dan 2) menguji efektivitas penggunaan LKS terhadap pemahaman konsep IPA siswa kelas V semester genap SD di Gugus IV Kecamatan Sukasada Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan menggunakan model ADDIE. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode pencatatan dokumen, observasi, kuesioner, dan tes. Instrumen yang digunakan adalah lembar pencatatan dokumen, lembar observasi, lembar kuesioner, dan tes uraian (essay). Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, deskriptif kuantitatif, dan statistik inferensial. Hasil dari penelitian ini adalah 1) validitas LKS menurut review para ahli diperoleh hasil sangat baik. Persentase tingkat pencapaian dari review ahli desain pembelajaran, ahli media pembelajaran, dan ahli isi mata pelajaran, berturut-turut yaitu 86%, 92%, dan 94%. Berdasarkan uji coba produk juga diperoleh hasil sangat baik. Persentase tingkat pencapaian dari uji coba perorangan, kelompok kecil, dan lapangan berturut-turut yaitu 92,6%, 91,8% dan, 91,13%, 2) hasil uji t menunjukan thitung (19,61) > ttabel (2,021). Hal ini berarti, LKS berbasis inkuiri efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Temuan yang diperoleh yaitu, LKS berbasis inkuiri dapat mengembangkan keterampilan proses siswa, membuat siswa aktif, antusias, dan terlibat penuh dalam pembelajaran. Kata kunci: Pengembangan, LKS, ADDIE, Pemahaman Konsep IPA. Abstract
The aims of this study are 1) to know the validity of LKS development and 2) to examine the effectiveness using the LKS in understanding science concepts for fifth grade student elementary school in group IV Sukasada sub district, lesson year 2016/2017. This study is a development study using the ADDIE model. The data collection was done using document recording method, observation, questionnaire, and test. Instruments data used are document recording sheets, observation sheets, questionnaire sheets, and essay tests. Data analysis that used were descriptive qualitative, descriptive quantitative, and inferential statistic. The results of this study are follows 1) the validity of LKS according to the expert reviews obtained very good results. Percentage level of achievement from the review of instructional design experts, learning media experts, and subject matter content experts, were 86%, 92%, and 94%, respectively. Based on the product trial also obtained very good results. Percentage of achievement level from individual, small group and field trials were 92.6%, 91.8% and, 91.13%, 2) t test result showed tcount (19.61)> ttable (2.021). It is means, LKS based inquiry is effective to improve students' conceptual understanding. The findings that obtained are, based on the inquiry, LKS cans develop students' process skills, make the students active, enthusiastic, and fully involved in learning. Keywords: Development, LKS, ADDIE, Understanding of Science Concept.
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Pendahuluan Ilmu pengetahuan alam, sering disebut juga dengan istilah pendidikan sains, atau disingkat menjadi IPA. Menurut Trianto (2010:136) “IPA adalah sekumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya”. Berdasarkan pentingnya IPA seperti pernyataan di atas, maka IPA saat ini menjadi salah satu mata pelajaran dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar.
yang berhubungan dengan situasi kehidupan mereka sehari-hari. Misalnya, siswa diajak melakukan kegiatan percobaan untuk mengetahui sifat-sifat cahaya. Mereka diminta melakukan pengamatan sendiri mengenai arah perambatan cahaya, sedangkan guru bertindak selaku fasilitator dan organisator. Melalui percobaanpercobaan yang dilakukan sendiri oleh siswa, maka IPA dapat melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir siswa (Agustiana & Tika, 2013). Namun sayangnya, mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa SD karena lemahnya pelaksanaan proses pembelajaran yang diterapkan para guru di sekolah. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya sebatas untuk menghapal informasi. Mereka tidak dituntut untuk melakukan percobaan dan menghubungkan materi dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dalam proses belajar mengajar, kebanyakan guru hanya terpaku pada satu buku teks sebagai satu-satunya sumber belajar mengajar (Susanto, 2013). Kenyataan tersebut juga terjadi di Gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap guru wali kelas V SD di gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng pada tanggal 31 Desember 2016 dan 01-05 Januari 2017, dinyatakan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan masih belum optimal. Pembelajaran yang terjadi selama ini masih didominasi dengan metode ceramah dan tanya jawab. Kegiatan percobaan/eksperimen pun sangat jarang dilakukan. Hal tersebut dikarenakan minimnya kelengkapan alat percobaan yang dimiliki oleh sekolah. Kebanyakan guru berorientasi pada buku paket saja sebagai sumber mengajar. Penggunaan lembar kerja siswa (LKS) sebagai penuntun siswa bekerja juga masih kurang. Akibatnya, siswa hampir
Menurut Susanto (2013:167) “IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan kesimpulan”. Selanjutnya menurut Trianto (2010:141) “IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala alam, melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah”. Kemudian Bundu (2006:9) menyatakan, IPA dapat diartikan sebagai berikut.
Sejumlah kegiatan atau proses pengumpulan informasi yang dilakukan secara sistematis tentang dunia sekitar, b) IPA adalah pengetahuan yang diperoleh melalui proses kegiatan tertentu, dan c) IPA dicirikan oleh nilai-nilai dan sikap dari para ilmuan yang menggunakan proses ilmiah dalam memperoleh pengetahuan. Artinya, IPA dapat diartikan sebagai kegiatan/proses pengumpulan informasi yang dilakukan secara sistematis tentang alam. Selain itu, IPA adalah pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan tertentu dan tidak terlepas dari proses ilmiah untuk memperoleh pengetahuan. Pembelajaran IPA di sekolah seharusnya memberikan pengalaman pada pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Siswa diajak untuk memecahkan berbagai masalah sederhana 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
tidak pernah melakukan kegiatan percobaan. Tidak pernahnya siswa melakukan percobaan tersebut menyebabkan pembelajaran IPA menjadi kurang bermakna dan tidak sesuai dengan hakikat IPA sebagai proses. Siswa pun mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran IPA. Rendahnya pemahaman materi IPA dibuktikan dari hasil pretest pemahaman konsep IPA yang dilaksanakan pada tanggal 30-31 Januari 2017 dan tanggal 1 Februari 2017. Hasil pretest menunjukan bahwa ratarata nilai siswa adalah 60. Dari hasil tes tersebut, 65% siswa memiliki pemahaman konsep IPA masih kurang. Hal tersebut membuktikan pemahaman konsep siswa masih rendah. Pemahaman konsep adalah sebuah komponen yang penting dari pengetahuan. Kemampuan ini berupa memahami intruksi dan menegaskan pengertian ide atau konsep yang telah dipelajari baik dalam bentuk lisan, tertulis, maupun grafik/diagram (Lasmiyati & Idris Harta, 2014). Berangkat dari permasalahan tersebut, pembelajaran IPA seharusnya diorientasikan pada berbagai aktivitas yang mendukung terjadinya pemahaman atas konsep, prinsip, dan prosedur dalam kaitannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari. Tujuannya adalah agar pembelajaran IPA menjadi bermakna dan pada akhirnya menjadi proses belajar yang menyenangkan.Untuk itu perlu adanya perubahan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran berbasis inkuiri, yang dibantu dengan LKS berbasis inkuiri. LKS berbasis inkuiri merupakan salah satu sarana penuntun siswa dalam belajar. Maryati (2015:181) menyatakan, LKS terdiri dari dua jenis, yaitu LKS eksperimen dan LKS non-eksperimen. LKS eksperimen adalah LKS yang dijadikan pedoman untuk melaksanakan eksperimen dan dapat memuat semua jenis keterampilan proses. LKS non-eksperimen adalah LKS yang dijadikan pedoman untuk memahami konsep atau prinsip tanpa
melakukan eksperimen dan hanya memuat keterampilan proses tertentu. LKS adalah salah satu bahan ajar yang dapat digunakan untuk semua mata pelajaran. LKS berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah. Tugas tersebut menggambarkan kompetensi yang harus dicapai. Selain itu, dalam menggunakan LKS akan lebih baik jika dilengkapi dengan referensi lain yang terkait dengan materi yang disampaikan (Sudana, 2016).
Berdasarkan pendapat di atas, LKS berbasis inkuiri termasuk LKS eksperimen. LKS ini memiliki beberapa fungsi. Pertama, dapat meminimalkan peran pendidik dan mengoptimalkan peran siswa, sehingga pembelajaran menjadi berpusat pada siswa. Kedua, sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan. Ketiga, pengarah siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan secara bertahap, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Keempat, sebagai bahan ajar ringkas dan kaya tugas untuk berlatih. Dengan bantuan LKS berbasis inkuiri siswa dapat memahami suatu konsep tanpa diberi tahu oleh guru secara langsung, tetapi guru memberi peluang agar siswa memperoleh sendiri konsep-konsep melalui pengalamannya. Mengacu pada pentingnya LKS berbasis inkuiri dan ketiadaannya di sekolah, maka perlu dikembangkan LKS tersebut. LKS berbasis inkuiri yang akan dikembangkan memiliki beberapa kelebihan. Pertama, LKS berbasis inkuiri yang dibuat mendorong keterlibatan siswa secara aktif, untuk memecahkan masalah, sehingga pembelajaran berpusat pada siswa. Kedua, LKS dilengkapi dengan kata-kata persuasif agar siswa termotivasi dalam belajar. Ketiga, langkah disertai dengan gambar ilustrasi supaya memperjelas siswa dalam petunjuk kerja. Keempat, kegiatan menyimpulkan dituntun dengan kalimat rumpang yang harus dilengkapi oleh siswa, sehingga simpulan terarah. 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka perlu dikembangkan LKS berbasis inkuiri. LKS ini berguna untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA siswa kelas V SD di gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2016/2017. Dengan demikian, dilakukan penelitian berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Inkuiri untuk Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk menghasilkan LKS yang telah diuji validitasnya berdasarkan uji ahli media pembelajaran, uji ahli desain pembelajaran, uji coba kelompok, dan uji coba lapangan. 2) untuk menguji efektivitas LKS berbasis inquiri terhadap pemahaman konsep IPA kelas V SD di Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017.
melakukan analisis kompetensi pada kurikulum KTSP yang dituntut pada siswa, melakukan analisis karakteristik peserta didik tentang kapasitas belajar, pengetahuan, keterampilan, sikap yang telah dimiliki peserta didik, serta aspek lain yang terkait. Melakukan analisis materi sesuai dengan tuntutan kompetensi pada kurikulum KTSP. 2) tahap II Perencanaan (design) meliputi perumusan indikator, membuat rancangan struktur LKS, pemilihan gambar yang akan dituangkan dalam LKS, dan pembuatan desain cover. 3) tahap III pengembangan (development) tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah pembuatan LKS berdasarkan rancangan, produksi dilakukan untuk menghasilkan 3 LKS. 4) tahap IV implementasi (implementation) merupakan penerapan hasil pengembangan LKS untuk mengetahui keefektifan produk tersebut dalam pembelajaran. Dan fase terakhir 5) evaluasi (evaluation) meliputi evaluasi formatif untuk mengumpulkan data pada setiap tahapan dan evaluasi sumatif diakhir penelitian untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pemahaman konsep siswa. Pengembangan LKS berbasis inkuiri akan dievaluasi dengan melakukan evaluasi formatif berupa review dari ahli isi mata pelajaran, ahli desain dan ahli media pembelajaran. Selanjutnya dilakukan uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan yang melibatkan siswa kelas V SD Gugus IV Kecamatan Sukasada. Kemudian dilakukan evaluasi sumatif berupa pre-test dan post-test terhadap siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) lembar pencatatan dokumen untuk mencatat tahap-tahap pengembangan produk sesuai model ADDIE, 2) lembar observasi untuk mengumpulkan data hasil review dari ahli isi mata pelajaran, ahli media pembelajaran, ahli media pembelajaran, 3) lembar kuesioner untuk mengumpulkan data hasil review uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan, serta 4) lembar tes berupa tes uraian untuk mengetahui skor hasil pretest dan post-test peserta didik.
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan, yang mengembangkan LKS berbasis inkuiri pada mata pelajaran IPA kelas V SD semester genap. Model penelitian yang digunakan dalam pengembangan LKS ini adalah model ADDIE. Tegeh, dkk (2014) menyatakan bahwa tahapan penelitian pengembangan pada model ADDIE terdiri atas lima langkah, yaitu Analisis (analyze), Perancangan (desain), Pengembangan (development), Implementasi (implementation), dan Evaluasi (evaluation). Pemilihan model ini didasari atas pertimbangan bahwa model ini mudah dipahami, dikembangkan secara sistematis, berpijak pada landasan teoritis desain pembelajaran yang dikembangkan, dan memiliki alur proses pengembangan bahan ajar yang baik dan benar. Fase dari model ini dibagi menjadi (lima), yaitu 1) tahap I analisis (Analyze) pada tahap ini dilakukan analisis kebutuhan pada siswa kelas V di SD gugus IV Kecamatan Sukasada. Analisis yang dilakukan yaitu 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Untuk mengetahui tingkat validitas dan reabilitas alat ukur dilakukan beberapa analisis data yaitu, 1) uji validitas tes, 2) uji reabilitas tes, 3) daya beda, dan 4) tingkat kesukaran tes. Pada tahap ini instrumen tes essay diujicobakan kepada siswa. Uji coba tersebut dilakukan untuk mengetahui validitas soal yang akan digunakan pada tahap efektifitas LKS. Uji reabilitas tes dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen itu akan tetap. Pada uji taraf kesukaran tes, akan diketahui instrumen yang memiliki tingkat kesukaran mudah, sedang, dan sukar. Daya beda adalah kemampuan tiap butir soal untuk membedakan antara responden yang kurang menguasai materi dengan responden yang lebih menguasai materi. Data yang digunakan adalah data yang sudah valid saat uji validitas tes. Analisis data ini dilaksanakan langsung saat penelitian mengingat waktu penelitian yang terbatas. Untuk mengetahui keefektifan LKS terhadap pemahaman konsep siswa maka dilakukan uji efektivitas. Dalam penelitian ini dilakukan analisis data kuantitatif dan data kualitatif untuk mengetahui validitas produk yang dikembangkan serta analisis statistik inferensial untuk mengetahui reabilitas alat ukur. Dalam uji efektivitas dilakukan analisis uji-t pada hasil skor pre-test dan post-test siswa. Data yang didapat dikelompokan menjadi 2 (dua) yaitu data kualitatif untuk mengembangkan rancangan produk, dan data kuantitatif untuk validasi dan efektivitas produk. Data tersebut didapatkan dari uji validasi produk dari review ahli isi mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, ahli media pembelajaran, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ada 4 (empat), yaitu 1) Metode Pencatatan dokumen dilakukan dengan membuat laporan mengenai tahap-tahap
yang dilakukan dalam mengembangkan LKS. 2) metode observasi, metode observasi ini digunakan untuk mengukur kelayakan produk yang telah dikembangkan pada evaluasi dari uji ahli isi pembelajaran, dan uji ahli media/desain pembelajaran. 3) metode kuesioner, metode kuesioner ini digunakan untuk mengukur kelayakan produk yang telah dikembangkan. Metode ini digunakan untuk evaluasi dari siswa saat uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba kelompok besar. 4) metode tes, metode tes ini digunakan dengan untuk mengukur pemahaman siswa sebelum dan sesudah menggunakan LKS. Tes yang digunakan adalah soal-soal pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 (dua), yaitu 1) analisis deskriptif kualitatif adalah teknik analisis yang digunakan untuk mengolah data hasil review ahli isi mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, ahli media pembelajaran, dan uji coba siswa. dalam teknik analisis ini didapatkan pendapat, komentar, maupun kritik terhadap produk yang dikembangkan. Hasil analisis tersebut kemudian digunakan untuk merevisi produk yang dikembangkan. Kemudian 2) analisis deskriptif kuantitatif yang digunakan untuk mengolah data dalam bentuk angka atau presentase. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase masing-masing subjek menurut Tegeh dan Kirna, (2014:82) adalah sebagai berikut. Persentase=
X x 100 % SMI
Keterangan: ∑X = jumlah skor SMI = Skor Maksimal Ideal Selanjutnya untuk menghitung presentase keseluruhan objek digunakan rumus seperti berikut. Presentase = F : N Keterangan: F = Jumlah presentase keseluruhan objek. N = Banyak subjek.
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Untuk dapat memberikan makna dan pengambilan keputusan digunakan ketetapan
konversi tingkat pencapaian dengan skala lima, yaitu sebagai berikut.
Tabel 1. Konversi Tingkat Pencapaian Skala 5 Tingkat Pencapaian (%) 90-100 75-89 65-74 55-64 0-54
Kualifikasi Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Keterangan Tidak perlu direvisi Direvisi seperlunya Cukup banyak direvisi Banyak revisi Direvisi total (Sumber: Tegeh, 2014:83) Validitas hasil pengembangan LKS akan dipaparkan enam hal pokok, meliputi validitas LKS menurut 1) ahli desain pembelajaran, 2) ahli media pembelajaran, 3) ahli ahli isi mata pelajaran, 4) uji coba perorangan, 5) uji coba kelompok kecil, dan 6) uji coba lapangan. Keenam data tersebut akan disajikan secara berturut-turut sesuai dengan hasil yang diperoleh sebagai berikut. Hasil Produk akhir dari penelitian ini adalah LKS berbasis inkuiri pada mata pelajaran IPA untuk kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Sukasada. “Pengembangan LKS berbasis inkuiri diuji oleh bapak Dr. I Made Tegeh selaku ahli desain pembelajaran, setelah dikonversikan dengan tabel konversi, persentase tingkat pencapaian 86% berada pada kualifikasi sangat baik. Selanjutnya hasil evaluasi ahli media pembelajaran oleh Bapak Dewa Gede Agus Putra Prabawa, S.Pd., M.Pd. setelah dikonversikan dengan tabel konversi, persentase tingkat pencapaian 93% berada pada kualifikasi sangat baik. Selanjutnya, hasil evaluasi oleh ahli isi mata pelajaran Ibu Putu Nancy Riastini, S.Pd., M.Pd. setelah dikonversikan dengan tabel konversi, persentase tingkat pencapaian 96% berada pada kualifikasi sangat baik. Kemudian dilanjutkan dengan uji coba perorangan ini adalah siswa kelas VI di SD N 2 Sukasada sebanyak 3 (tiga) orang siswa. Siswa tersebut terdiri dari satu orang siswa dengan prestasi belajar tinggi, satu orang siswa yang berprestasi belajar sedan, dan satu orang siswa dengan prestasi belajar rendah. Setelah dikonversikan dengan tabel
Analis data pemahaman konsep menggunakan analisis inferensial. Analisis inferensial digunakan untuk mengetahui tingkat keefektifan produk terhadap hasil pengembangan LKS pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD di gugus IV Kecamatan Sukasada. Data uji coba kelompok sasaran dikumpulkan menggunakan pretest dan posttest terhadap materi pokok yang diuji cobakan. Hasil pretest dan posttest kemudian dianalisis menggunakan uji t untuk mengetahui perbedaan antara hasil pretest dan posttest. Pengujian hipotesis digunakan untuk uji t berkolerasi. Sebelum melakukan uji hipotesis (uji t berkorelasi) dilakukan uji prasyarat (normalitas dan homogenitas). Hasil uji coba dibandingkan t tabel pada taraf signifikansi 0,05 (5%) untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara sebelum dan sesudah menggunakan LKS. Hasil dan Pembahasan Desain pengembangan LKS telah dilakukan dengan metode pencatatan dokumen. Pencatatan dokumen dilakukan dengan mencatat tahap-tahap yang telah dilakukan sesuai dengan prosedur pengembangan. Berdasarkan pencatatan dokumen yang telah dilakukan, menghasilkan laporan pengembangan produk. Dalam laporan pengembangan produk, terdapat bagian yang menjelaskan desain pengembangan LKS. Pada tahap desain, telah dirancang struktur dan desain cover LKS yang dikembangkan
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
konversi, rerata persentase tingkat pencapaian 92,6% berada pada kualifikasi sangat baik. Pada uji coba kelompok kecil subjek uji coba pada penelitian ini adalah siswa kelas VI di SD N 3 Sukasada sebanyak 10 orang. Siswa tersebut terdiri dari tiga orang siswa dengan prestasi belajar tinggi, empat orang siswa dengan prestasi belajar sedang, dan tiga orang siswa dengan prestasi belajar rendah. Setelah dikonversikan dengan tabel konversi, rerata
No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
persentase 91,8% berada pada kualifikasi sangat baik. Selanjutnya, dilakukan uji coba kelompok besar sebanyak 30 orang siswa kelas VI di SD N 3 Sukasada. Setelah dikonversikan dengan tabel konversi, rerata persentase 91,13% berada pada kualifikasi sangat baik. Setelah uji lapangan pada siswa dilakukan uji efektivitas sebelum dilakukan penyebaran produk. Berikut tabel kualifikasi nilai masing-masing responden PAP skala 5.
Tabel 02. Kualifikasi nilai masing-masing responden sesuai PAP kala 5 Komponen Nilai (%) Kualifikasi Ahli isi mata pelajaran 96% Sangat baik Ahli Desain Pembelajaran 86% Baik Ahli media pembelajaran 93% Sangat baik Uji coba perorangan 92,6% Sangat Baik Uji Coba Kelompok Kecil 91,8% Sangat baik Uji Coba Lapangan 91,13% Sangat baik
Uji instrumen dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran apakah instrumen pemahaman konsep layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Instrumen tes pemahaman konsep terlebih dahulu dianalisis dengan menggunakan uji validitas tes, reabilitas tes, taraf kesukaran tes, dan daya beda tes. Hasil uji validitas tes menunjukan bahwa, dari 12 butir tes essay yang diujicobakan terdapat 11 butir soal yang valid dan 1 butir soal tidak valid. Berdasarkan hasil tersebut maka digunakan 10 butir tes yang valid pada tahap uji efektifitas.Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen memiliki reabilitas sebesar 0,640 dengan kriteria reabilitas tinggi. Berdasarkan uji taraf kesukaran tes terdapat 5 butir soal dengan taraf kesukaran mudah dan 6 butir soal dengan taraf kesukaran sedang. Berdasarkan hasil uji daya beda pada 11 butir soal yang dibantu dengan program Microsoft Excel 2007 for Windows,
Data Pretest Posttest
N 30 30
didapatkan 6 butir soal termasuk daya beda sangat baik dan 5 butir soal termasuk daya beda baik. Kemudian dilanjutkan dengan uji-t berkorelasi. Namun, sebelum melakukan uji hipotesis (uji-t berkorelasi) dilakukan uji prasyarat (normalitas dan homogenitas). (1) uji normalitas data dilakukan untuk menyajikan bahwa sampel erdasarkan hasil pengujian homogenitas diperoleh Fhitung = 1,246 sedangkan Ftabel = 1,861 dengan taraf signifikansi 5%. Jadi dapat disimpulkan Fhitung< Ftabel, sehingga 2 data tersebut memiliki varians yang homogen. Berdasarkan hasil uji-t diperoleh thitung =19,61 dan ttabel = 2,021 untuk db=58 dari taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti thitung > ttabel, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Rangkuman perhitungan ujit terdapat pada tabel berikut ini.
Tabel 03. Rangkuman Hasil Uji-t Rata-rata Varians Db 30,46 14,424 58 40,7 11,568 58 7
thitung 19,61
ttabel 2,021
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Pembahasan Pembahasan dalam penelitian ini membahas temuan penelitian berdasarkan validitas uji ahli desain pembelajaran, uji ahli media pembelajaran, uji ahli isi mata pelajaran, dan temuan-temuan lain yang ditemukan selama penelitian. Pertama, desain LKS mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Penyajian materi yang baik & tulisan yang jelas membuat siswa mudah mengerti dan lebih tertarik untuk membaca materi pelajaran yang disajikan. Selain itu, ketepatan penempatan gambar-gambar dan kejelasan urutan langkah-langkah kerja LKS juga mempengaruhi pemahaman siswa dalam belajar. Pemahaman siswa menjadi lebih baik jika materi disajikan sistematis dan gambar yang digunakan sesuai/selaras dengan materi yang disampaikan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sudarma, dkk (2016) yang menyatakan bahwa, siswa dapat belajar lebih optimal ketika bahan ajar didesain dengan baik. Misal, gambar harus memiliki keselarasan dengan materi dan pendidik harus menggunakan gambar yang relevan. Selain itu, kejelasan langkahlangkah pembelajaran juga mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Kedua, dilihat dari segi media pembelajaran, LKS yang menarik dan sesuai dengan karakteristik peserta didik membantu siswa lebih mudah memahami konsepkonsep yang diajarkan. Jika materi mudah dipahami oleh siswa, maka pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menunjang keberhasilan belajar siswa. Selain itu, penggunaan bahasa yang sesuai dengan perkembangan kognitif siswa juga membantu pemahaman siswa lebih mendalam. Dengan demikian, hal tersebut berpengaruh pada peningkatan pemahaman konsep siswa. Tinjauan tersebut sejalan dengan pendapat Sudana (2016) yang menyatakan bahwa, penggunaan bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa membantu keberhasilan belajar siswa. Pendapat tersebut juga selajan dengan pendapat Hidayah (2008) yang menjelaskan bahwa, LKS merupakan stimulus dalam
pembelajaran yang akan disajikan secara tertulis, sehingga dalam penulisannya perlu memperhatikan kriteria media grafis sebagai media visual untuk menarik perhatian peserta didik dan mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dengan penggunaan media yang baik berpengaruh pada peningkatan pemahaman siswa. Ketiga, dilihat dari isi mata pelajaran yang disajikan. Jika cakupan materi bagus, maka siswa mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap indikator yang harus dikuasai. Kesesuaian indikator pembelajaran dengan tujuan percobaan juga mempengaruhi pemahaman siswa. Selain itu, kesesuaian simpulan dengan tujuan percobaan membuat materi yang tersaji bermakna. Indikator yang jelas dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai berdampak pada peningkatan pemahaman konsep siswa.Tinjauan ini sejalan dengan pendapat Sudana, dkk (2016) yang menyatakan bahwa, bahan ajar yang memiliki tujuan belajar yang jelas dan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dapat membantu pemahaman siswa lebih baik. Pendapat tersebut juga didukung oleh pendapat Mustolifah (2013) yang menyatakan, keberhasilan pembelajaran ditunjukkan oleh materi pembelajaranyang mendukung. Materi yang disusun dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan siswa berpengaruh pada pemahaman siswa dalam menerima materi pelajaran. Keempat, LKS sebagai bahan ajar ringkas dan kaya tugas membuat siswa aktif dan terlibat secara penuh dalam proses pembelajaran. Belajar dengan LKS juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ketrampilan proses, sehingga pembelajaran menjadi sesuai dengan hakikat IPA. Adanya keterampilan proses, keaktifan, dan keterlibatan siswa menyebabkan timbulnya pemahaman konsep. Tinjauan ini sejalan dengan pendapat Parmiti, (2014) yang menyatakan bahwa, peranan LKS dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan keaktifan dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. LKS juga dapat digunakan untuk 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
mengembangkan keterampilan proses, mengembangkan sikap ilmiah, serta membangun pemahaman melalui kegiatan diskusi yang dilakukan. Tinjauan ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu, dilakukan oleh Sudarsa & Karyasa pada tahun 2013 menunjukan bahwa, penggunaan LKS dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Hal tersebut karena LKS dalam pembelajaran sangat membantu siswa berdiskusi dan menuntun mereka untuk menemukan konsep yang dicari. Kelima, proses pembelajaran inkuiri memberikan pengalaman belajar yang nyata kepada siswa untuk menemukan konsepkonsep materi berdasarkan masalah/pertanyaan yang diajukan. Selain itu, proses inkuiri membuat siswa menjadi kritis, memiliki inisiatif untuk menemukan jawaban, dan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dalam belajar. Dengan pengalaman belajar yang dimiliki oleh siswa, memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran. Hal tersebut mendasari timbulnya pemahaman konsep. Temuan ini sesuai dengan pendapat Susanto (2013), proses pembelajaran inkuiri menekankan pada keterlibatan siswa secara maksimal. Pembelajaran diawali dengan pertanyaan yang dapat menumbuhkan keingintahuan siswa dalam belajar serta memberikan ruang dan peluang kepada siswa untuk mengambil inisiatif dalam pemecahan masalah. Hal tersebut juga sesuai dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Rahmiati pada tahun 2016 yang menyatakan bahwa, ”guided inquiry-based learning process focused on the main concepts. And it encourages a deep understanding of learning materials that develop thinking skills”. Artinya, proses pembelajaran inkuiri terbimbing memfokuskan pada konsep utama yang dapat mendorong terjadinya suatu pemahaman terhadap materi pelajaran, sehingga bisa mengembangkan kemampuan berpikir. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Abdurrohim, dkk pada tahun 2016 yang menunjukan
bahwa, proses inkuiri memberikan pengalaman belajar dan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa untuk belajar. Keenam, gambar-gambar penunjang yang ada pada LKS memperjelas maksud yang ingin disampaikan. Adanya gambar ilustrasi memudahkan siswa dalam memahami penjelasan sebuah tulisan, sehingga siswa tidak mengalami miskonsepsi terhadap suatu pernyataan. Ketika siswa sudah memahami dan mengerti materi pelajaran yang disampaikan, maka kemampuan dalam pemahaman menjadi lebih baik. Hal tersebut menyebabkan pemahaman konsep siswa meningkat. Tinjauan ini sesuai dengan pendapat Sudarma, dkk (2015), gambar merupakan representasi kongkret dari pesan yang disajikan dengan kata-kata, gambar mampu menyampaikan banyak makna daripada teks. Gambar dapat membantu pembaca memahami maksud pesan yang disampaikan melalui teks. Temuan ini juga sesuai dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Lisdayanti pada tahun 2014 menunjukan bahwa, dengan bantuan media gambar sangat mempermudah bagi seorang guru dalam menjelaskan materi pelajaran yang diajarkan. Selain itu, media gambar juga membuat siswa antusias dalam belajar. Karena ketika proses pembelajaranya semua indera yang mereka miliki diikutsertakan secara penuh sehingga emosi mereka dalam berkemauan untuk belajarpun semakin baik. Dengan adanya kemauan untuk belajar memberikan kesempatan untuk siswa membangun pemahaman. Hal tersebut juga didukung dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Wardani, dkk pada tahun 2013 yang menunjukan bahwa, penggunaan media gambar efektif dalam meningkatkan pemahaman. Hal ini karena gambar memudahkan siswa dalam menerjemahkan ilustrasi, sehingga dapat menjadi jembatan untuk membantu siswa membangun pemahaman konsep. Ketujuh, kalimat motivasi menarik minat siswa untuk belajar. Motivasi menjadi sebuah dorongan yang menyebabkan siswa semangat belajar. Pada mulanya siswa tidak 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang unik yaitu kalimat motivasi, muncullah minat untuk belajar. Hal ini sejalan dengan rasa keingintahuan mereka yang akhirnya mendorong siswa untuk belajar, sehingga penguasaan materinya lebih baik dan menyebabkan pemahaman konsep IPA meningkat. Tinjauan ini sesuai dengan pendapat Sudana, dkk (2016) menyatakan, motivasi adalah pendorong yang mempengaruhi sikap apa yang seharusnya siswa ambil dalam rangka belajar. Sikap inilah yang akhirnya mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan dalam belajar. Hal tersebut juga didukung dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Hamdu & Lisa pada tahun 2011, menunjukan bahwa motivasi berpengaruh pada kesuksesan aktifitas pembelajaran siswa. Tanpa motivasi, proses pembelajaran akan sulit mencapai kesuksesan yang optimum. Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui bahwa LKS yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA pada siswa. Tidak hanya itu, LKS berbasis inkuiri juga dapat mengembangkan ketrampilan proses siswa, membuat siswa aktif, antusias, dan terlibat penuh dalam proses pembelajaran.
pemahaman konsep siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Sukasada dalam pembelajaran IPA sebelum dan sesudah menggunakan LKS berbasis inkuiri. Saran-saran yang disampaikan sehubungan dengan pengembangan LKS berbasis inkuiri pada mata pelajaran IPA adalah sebagai berikut. Kepada siswa, siswa hendaknya dapat menerapkan pelajaran yang diperoleh dari melakukan kegiatan inkuiri dalam kehidupan sehari-hari. Kepada Guru, guru hendaknya menambah wawasan tentang pembelajaran inovatif dengan membaca sumber-sumber yang sesuai, dan lebih berinovasi dalam pembelajaran dengan membuat LKS secara mandiri dan didukung penggunaan media yang relevan. Kepada kepala sekolah, hendaknya memberikan dorongan kepada guru-guru untuk membuat LKS secara mandiri sesuai dengan rumusan indikator. Bagi peneliti lain, LKS yang dihasilkan dalam penelitian ini masih dalam bentuk bahan ajar cetak. Kepada peneliti lain, hendaknya dapat melanjutkan penelitian untuk menghasilkan LKS dalam bentuk elektronik. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih disampaikan kepada ketua SD Gugus IV Kecamatan Sukasada, Anak Agung Ayu Bintang Marhaeni, M.Pd., dan Bapak I Made Redana, S.Pd., yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian di sekolah yang dipimpinnya. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada guru mata pelajaran IPA kelas V, Ni Putu Suyasmini S.Pd., M.Pd., atas segala bantuan dan kerjasamanya selama penelitian. Begitu pula Dr. I Komang Sudarma, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing I dan Putu Nancy Riastini, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II. dan semua pihak yang telah membantu mereview produk yang dikembangkan serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian artikel ini.
SIMPULAN DAN SARAN LKS yang dikembangkan telah memenuhi syarat validitas. LKS berkualifikasi baik berdasarkan uji ahli desain pembelajaran dan berkualifikasi sangat baik, berdasarkan uji ahli media & ahli isi mata pelajaran. Kemudian, LKS juga berkualifikasi sangat baik berdasarkan hasil uji coba pada siswa yaitu uji perorangan, uji kelompok kecil, dan uji kelompok besar. Efektivitas pengembangan LKS. LKS berbasis inkuiri efektif digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Berdasarkan hasil uji-t berkorelasi diperoleh t hitung sebesar 19,61 dan t tabel dengan db= 58
DAFTAR RUJUKAN
pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) adalah 2,00, sehingga thitung > ttabel. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang signifikan
Abdurrohim, dkk. 2016. “Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 10
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Berbasis Inkuiri Terbimbing IPA Pada Mteri Hidrolisis Garam”. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Volume 2 (2) (hlm 197--212).
Terbimbing Pada Materi Pokok Hidrolis Garam untuk SMA/MA”. Jurnal Paedagogia, Volume 17 (1) (hlm 94--103). Putri
Astuti,
Y dan Setiawan .2013. “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Pendekatan Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Kooperatif Pada Materi Kalor”. EJournal Program Studi Pendidikan Sains, Unesa, Volume 2 (1) (halm. 88-92).
Rahmiati, Sari & Mawardi. 2016. “Teaching Materials Development Of Student Work Sheet (Sws) Guided Inquiry Based On The Materials For Learning Rate Of Chemical Reaction”. Academics World International Conferce., ISBN: 978-93-85973-72-7.
Lasmiyati. 2014. “Pengembangan Modul Pembelajaran untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Minat SMP”. E-Journal Universitas Muhammadiyah Surakarta, Volume 9 (2) (halm. 165).
Sudana, dkk. 2016. Pendidikan IPA SD. Singaraja: Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Maryati, Marina & Anita. 2015. “Lembar Kerja Siswa (LKS) Eksperimen dan NonEksperimen Berbasis Inkuiri Terstruktur yang Dikembangkan pada Subpokok Materi Pergeseran Kesetimbangan Kimia”.E-Journal Program Studi Universitas Pendidikan Indonesia,Volume 1 (hlm. 60--62)
Sudarsa, I Made, dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan LKS Terhadap Pemahaman Konsep Kimia ditinjau dari Motivasi Berprestasi. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, Vol. 6.
Minawati, Zuliana, dkk. 2014. “Pengembangan Lembar Kerja Siswa IPA Terpadu Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Tema Sistem Kehidupan Dalam Tumbuhan Untuk SMP Kelas VIII”. Unnes Science Education. Volume3 (3) (591). Putri
& A. Widyatmoko. 2013. “Pengembangan LKS IPA Terpadu Berbasis Inkuiri Tema di SMP N 2 Tengaran”. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. JPII 2 (2) (hlm. 102--106).
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prendamedia Group. Tegeh, I Made, dkk. 2014. Model Penelitian Pengembangan. Singaraja: Graha Ilmu.
& A. Widyatmoko. 2013. “Pengembangan LKS IPA Terpadu Berbasis Inkuiri Tema di SMP N 2 Tengaran”. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. JPII 2 (2) (hlm. 102--106).
Wardani, dkk. 2013. Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pada Mata
Wahyuningsih, Fitri dkk. 2014. “Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri 11
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Pelajaran Sosiologi. Jurnal Untan Pontianak, Volume 2(6).
FKIP
12