PERANAN PEMIMPIN INFORMAL DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI

Download Dalam organisasi peranan adalah tingkah laku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki jabatan dalam hierarki organisasi. Peranan ini ...

0 downloads 384 Views 272KB Size
Peranan Pemimpin Informal dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan di Desa Malola Michael Rojer Liow Alden Laloma Welly Pesoth Abstract : Informal leaders are legitimate is not the leader/legality in Government, but the informal leaders are part of the villagers whose role is crucial in giving influence to the residents of the village. the role of informal leaders does not appear, this is because the formal leader of the village head is not too empowering the role of informal leadership. the purpose of this research is to know the role of the Informal Leader in improving community participation in development in the village Research methods used in this study is a qualitative method of analysis is the efforts made by way of working with data, organizing data, sifting through data into units that can be managed, menyintesiskan data, search for and find patterns, find what is important and what is learned, and decide what can be told to others. The results of this research show that the informal leader's role in improving public participation is very important amongst the people, but not too effective in terms of informing and invites the public to take part in development activities to increase the participation of community development need for sinerginitas between formal and informal leaders leaders Keword: Informal leaders, community participation in development

PENDAHULUAN Desa merupakan pioneer pembangunan nasional dari desa semua di bangun, sampai pada tahap terahir yaitu pembangunan nasional, Desa berkewajiban: melindungi dan menjaga persatuan, kesatuan, serta kerukunan masyarakat Desa dalam rangka kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Desa; mengembangkan kehidupan demokrasi; mengembangkan pemberdayaan masyarakat Desa; dan memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Desa. Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Perkataan pemimpin atau JAP NO.31 VOL III 2015

leader memiliki berbagai pengertian. Pemimpin merupakan dampak interaktif dari faktor individu atau pribadi dengan faktor situasi. Fairchild dalam Kartono (2009: 3839) menyatakan bahwa pemimpin dalam pengertian luas adalah seorangyang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisasi, mengontrol usaha/upaya orang lain, melalui prestise, kekuasaan atau posisi, sedangkan pemimpin dalam arti terbatas ialah seorang yang membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya, dan akseptansi/penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya kerjasama antara perangkat/ pemerintah desa dengan masyarakat. Mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan tahap pengawasan. Suatu program tidak akan berjalan maksimal. “Didalam organisasi formal itu sebenarnya ada kelompok-kelompok yang

Page 1

tidak formal yang mempunyai kekuatankekuatan yang sangat dinamis yaitu kelompok-kelompok kecil tempat individu menyatukan diri” (Arif, 1986) Interaksi yang terjadi secara alamiah, anggotanya mempunyai tenggang rasa yang besar terhadap sesama kelompok, anggotanya biasa mendapat tekanan dari kelompok supaya dapat menyesuaikan dirinya dengan norma kelompok, jarak sosial diantar anggota kelompok secara relatif minim dan punya kesatuan tujuan. Berdasarkan pendapat diatas, Jelaslah bahwa didalam organisasi tumbuh dan berkembang kelompok-kelompok lain. Dalam hal ini pemerintah desa yang dipimpin oleh kepala desa merupakan organisasi formal, organisasi formal yang tumbuh bersama-sama yaitu tokoh agama, tokoh masyarakat, kelompok tani. Peran kepala desa sangat penting dalam pembangunan desa, kepala desa merupakan tokoh sentral dalam pembangunan. Kepala desa juga membangun kesadaran dan memotivasi masyarakat untuk berperan aktif dan sukarela untuk turut aktif berpartisipasi dalam pembangunan. Menurut Arif (1986) Peran erat kaitannya dengan status yaitu tingkah laku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai status dalam masyarakat. Dalam organisasi peranan adalah tingkah laku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki jabatan dalam hierarki organisasi. Peranan ini dapat dilakukan atau dimainkan kalau orang lain disekitarnya juga memegang peranan. Artinya ada orang lain yang membantunya memainkan peranan tersebut. Adakalanya seseorang yang mempunyai status tersebut mendapat hambatan dalam menjalankan perananya karena orang-orang yang berada disekelilingnya tidak membantu menjalankan perannya. Status kepala desa paling tinggi didesa, tetapi adakalanya kepala desa tidak dapat berbuat banyak terhadap pembangunan desa karena masyarakat lebih patuh kepada JAP NO.31 VOL III 2015

seseorang yang lebih kuat pengaruhnya terhadap masyarakat desa. Jadi walaupun kepala desa mempunyai status tinggi dalam hierarki tetapi dia tidak dapat menjalankan peranannya karena orang disekitarnya tidak membantu. Peranan orang lain yang berkaitan dengan peranan yang dimainkan seseorang disebut role set atau pelengkap peran. Role set sangat menetukan keberhasilan seseorang dalam menjalankan peranannya. Artinya kepala desa harus mengetahui siapa-siapa yang dapat bekerjasama atau role set yang ada di desa tersebut. Role set didesa ialah Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Kelompok Tani dll. Role set ini berhubungan dengan pemimpin informal dalam suatu desa. Secara hierarkis mereka tidak punya jabatan dalam struktur pemerintahan desa. pemimpin informal tersebut secara tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap anggota masyarakat yang ada didesa. Hal tersebut disebabkan karena mereka mempunyai massa atau anggota didesa dan biasanya anggota tersebut tunduk kepada mereka. Menurut Cohen dan Uphoff (1977), yang diacu dalam Harahap (2001), partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembuatan keputusan tentang apa yang dilakukan, dalam pelaksanaan program dan pengambilan keputusan untuk berkontribusi sumberdaya atau bekerjasama dalam organisasi atau kegiatan khusus, berbagi manfaat dari program pembangunan dan evaluasi program pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan pada dasarnya merupakan suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela dari dalam diri maupun dari luar masyarakat dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan. Partisipasi masyarakat adalah kerjasama antara masyarakat dengan pemerintah

Page 2

Dalam membangun kesadaran masyarakat tidak semuanya peran itu dilakukan oleh kepala desa. Diperlukan sinergi dan peran dari role set seperti tokohtokoh masyarakat, tokoh agama, tua-tua kampung. Karena mereka ini merupakan peran pemimpin informal/ non formal dalam masyarakat Anonim (2006), pemimpin informal adalah pemimpin yang tidak diangkat secara resmi berdasarkan surat keputusan tertentu. Dia memperoleh kekuasaan / wewenang karena pengaruhnya terhadap kelompok. Apabila pemimpin formal dapat memperoleh pengaruhnya melalui prestasi, maka pemimpin informal memperoleh pengaruh berdasarkan ikatan-ikatan psikologis.Tidak ada ukuran obyektif tentang bagaimana seorang pemimpin informal dijadikan pemimpin. Dasarnya hanyalah oleh karena dia pernah benar dalam hal tertentu, maka besar kemungkinan dia akan benar pula dalam hal tersebut pada kesempatan lain. Di samping penentuan keberhasilan pada masa lalu, pemilihan pemimpin informal juga ditentukan oleh perasaan simpati dan antipati seseorang atau kelompok terhadapnya. Pemimpin informal secara legalitas/ sah bukan pemimpin dalam pemerintahan, tapi pemimpin informal merupakan bagian dari masyarakat desa yang perannya sangat penting dalam memberikan pengaruhnya kepada warga masyarakat desa. Seperti yang dikatakann oleh menteri desa, pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi Marwan Djafar “peran kiai kampung (tokoh agama) sangat dibutuhkan untuk turut serta mendorong kebijakan terkait pembangunan desa agar bisa berjalan dengan baik dan memberikan manfaat nyata bagi kemajuan desa dan kesejahteraan seluruh masyarakat desa” (dalam tribunews.com,Palembang 29 maret 2015). Lebih lanjut dikatakannya bahwa tokoh agama sebagai tokoh masyarakat dan panutan masyarakat mempunyai peran nyata dalam membantu program pembangunan JAP NO.31 VOL III 2015

desa yaitu dengan memberikan landasan keagamaan bahwa pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa adalah suatu ibadah, tokoh agama juga bisa mengajak masyarakat untuk mendukung dan ikut serta dalam pembangunan desa, tokoh agama bisa berperan dam mensosialisasikan berbagai kebijakan tentang desa. Desa malola merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Kumelembuai Kabupaten Minahasa Selatan merupakan suatu desa yang masih kuat adat istiadat, religius dan agraris. Peran pemimpin informal terasa begitu nyata dalam membangun kesadaran masyarakat dalam pembangunan. Berdasarkan prasurvey dilapangan, ternyata peran informasional,peran komunikasi dan peran mempengaruhi dari pemimpin informal tidak nampak.hal ini disebabkan karena pemimpin formal kepala desa tidak terlalu memberdayakan peran dari pimpinan-pimpinan dari tokoh agama, tokoh masyarakat, kelompok tani dll. “kepala desa tidak pernah melibatkan kami dalam hal menyusun program kerja pembangunan desa, perencanaan pembangunan dan tidak mensosialisasikan program kegiatan pemerintah kepada kami, jadi kami tidak tahu mau mau berbuat apa” kata AY (tokoh masyarakat) Lain lagi yang dikatakan oleh SS(Tokoh Agama)” sebenarnya kami sangat ingin membantu dan berpartisipasi dalam pembangunan desa, kami tidak sulit untuk mensosialisasi pada jemaat jika ada kerja bakti, tetapi dalam hal ini pemerintah berkomunikasi dengan kami maupun memintah bantuan kami untuk mensosialisasikan program tersebut pada masyarakat” Berdasarkan pendapat diatas, adanya ketidakpaduan atau tidak adanya sinergis antara pemerintah desa dan tokoh-tokoh informal membuat partisipasi masyarakat dalam pembangunan kurang maksimal. Hal inilah membuat saya tertarik untuk meneliti “

Page 3

Peranan Pemimpin Informal dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan di Desa Malola”. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitan ini adalah metode’ kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006) menjelaskan bahwa metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Bungin (2010) mengatakan bahwa penelitian kualitatif bertujuan menggali dan membangun suatu preposisi atau menjelaskan makna dibalik realita. Menurut Arikunto (2002), penelitian kualitatif pada umumnya merupakan penelitian nonhipotesis sehingga dalam proses penelitiannya tidak perlu mengajukan suatu hipotesis. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis mengembangkan konsep-konsep. menghimpun fakta, mengklasifikasi data, menganalisis dan menafsirkan data, akan tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis. B.

Fokus Penelitian dan Definisi Konsepsional

Konsep yang merupakan fokus penelitian ini ialah “Peranan Pemimpin Informal dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan. Peranan Pemimpin Informal didefinisikan secara konsepsional sebagai ciri kepribadian yang menyebabkan timbulnya kewibawaan pribadi dari pemimpin dan merupakan bakat/sifat/karismatik yang khas terdapat dalam diri pemimpin yang dapat diwujudkan dalam perilaku kepemimpinan. Selanjutnya yang dimaksud dengan Partisipasi Masyarakat keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif JAP NO.31 VOL III 2015

solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. Adapun yang menjadi focus penelitian ini adalah peran kepemimpinan menurut Menurut Sulistiyani (2004 :93-97) Untuk menghasilkan kepemimpinan yang baik diperlukan pemikiran prediktif atas kemungkinan perubahan-perubahan yang terjadi. Peran yang harus dimainkan oleh seorang pemimpin, agar kinerja pegawai dapat lebih meningkat Peran Mempengaruhi Peran Memotivasi Peran Antarpribadi Peran lnformasional/ komunikator Peran Pengambilan Keputusan. Tapi dengan mempertimbangkan peran pemimpin informal maka penulis hanya menggunakan dari lima teori diatas yang di kemukakan Sulistiyanti hanya menggunakan peran pemimpin informasional/komunikator, peran pemimpin mempengaruhi, peran pemimpin antar pribadi dan peran pemimpin memotivasi. C. Jenis Data Data yang dikumpulkan untuk dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder : 1. Data primer, ialah data yang diperoleh secara langsung dari sumber data atau informan penelitian melalui teknik wawancara. Data primer yang dikumpulkan adalah data yang bersifat kualitatif. 2. Data sekunder, data yang diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis yang berkaitan dengan fokus yang diteliti di Kantor Desa Malola Kecamatan Kumelembuai Kabupaten Minahasa Selatan. Data sekunder yang dikumpulkan berupa data kuantitatif ataupun kualitatif yang berfungsi sebagai penunjang/pendukung data primer.

Page 4

D. Sumber Data (Informan Penelitian) Sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang tidak mementingkan jumlah informan sampel, tetapi lebih mementingkan isi (content), relevansi, sumber yang benarbenar dapat memberikan data/informasi baik mengenai orang, peristiwa atau hal, maka teknik yang tepat untuk menentukan sumber data/informan adalah “purposive sampling” yaitu penentuan sumber data berdasarkan tujuan tertentu atau secara sengaja. Adapun sumber data atau informan dalam penelitian ini adalah aparat dan warga masyarakat di Desa Malola Kecamatan Kumelembuai Kabupaten Minahasa Selatan. Jumlah informan yang berhasil diwawancarai ada sebanyak 15 orang yaitu Kepala Desa (1 orang) unsur Pemimpin Formal , Tokoh Agama (3 orang) Unsur Pemimpin Informal, Tokoh Masyarakat (Tua-Tua Kampung) sebanyak 3 orang unsur pemimpin Informal, dan 1 Orang Ketua Kelompok Tani Unsur Pemimpin Informal, dan 7 orang masyarakat Unsur penilaiperan Pemimpin Informal . E.

Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif ialah peneliti sendiri. Sedangkan sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan; selebihnya ialah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen (Moleong, 2006). Adapun metode/teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Wawancara (Interview) : Metode/teknik wawancara ini diglmakan untuk memperoleh data primer dari informan. Dalam wawancara ini digunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan terlebih dahulu. 2. Pengamatan (Observasi). Metode/teknik observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung JAP NO.31 VOL III 2015

peristiwa/fenomena yang menjadi focus penelitian. Data hasil observasi akan melengkapi data hasil wawancara. 3. Dokumentasi. Teknik dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data sekunder yaitu data yang telah terolah atau tersedia di lokasi penelitian yaitu di Kantor Desa Malola Kecamatan Kumelembuai Kabupaten Minahasa Selatan. F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2006), bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah data menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola, menyintesiskan data, mencari dan menemukan pola-pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Adapun teknik analisis kualitatif yang diglmakan dalam penelitian ini ialah model analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Hubennann. Langkah-langkah analisis interaktif dari Hubermann dan Miles (dalam Rohidi dan Mulyarto, 1992) terdiri dari : pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi, seperti digambarkan berikut ini : 1. Pengumpulan Data. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan mengutamakan pedoman wawancara. 2. Reduksi data. Reduksi data ialah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan. 3. Penyajian data. Data yang telah direduksi disajikan dalam bentuk teks naratif.

Page 5

4. Penarikan kesimpulan atau verifikasi. Penarikan kesimpulan adalah penarikan simpulan atas hasil penelitian.

A. PEMBAHASAN Untuk menjawab permasalahan dalam rumusan masalah bagaimana peran kepemimpinan informal dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Malola. Kepemimpinan informal dalam penelitian ini merupakan ciri kepribadian yang menyebabkan timbulnya kewibawaan pribadi dan merupakan bakat/ sifat/ karismatik yang khas terdapat dalam diri pemimpin yang dapat diwujudkan dalam perilaku kepemimpinan. Berdasarkan hasil penelitian dapat membuktikan bahwa pendapat“seorang pemimpin merupakan seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan disatu bidang,sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas- aktivitas tertentu,demi pencapaian satu atau beberapa tujuan”.(Kartono:1994:33) George R. Terry (yang dikutip dari Sutarto, 1998 : 17) Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dilihat dari peran mempengaruhi pemimpin informal di desa malola belum maksimal dan belum efektif. Belum efektif dan maksimalnya dilihat dari keikutsertaan masyarakat untuk memberi diri dan ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan pembangunan. Masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan pembangunan seperti pembuatan goronggorong/ got, jalan hanya sebagian masyrakat yang ikut. Karena mereka mengikut pemimpin mereka. Tidak semua pemimpin informal memberi diri dalam pembangunan hal ini disebabkan adanya kekecewaan dari tokoh masyarakat karena mereka tidak JAP NO.31 VOL III 2015

dilibatkan dalam hal pembuatan perencanaan desa. Pemimpin tidak resmi atau informal leader selalu saja dapat ditemui pada setiap komunitas. Meskipun tidak memiliki SK Pengangkatan sebagaimana lazimnya pemimpin formal pada lembaga swasta maupun pemerintah, namun kepemimpinan informal leader sangat efektif dalam menjalankan kepemimpinannya, yaitu kemampuannya untuk mempengaruhi (influence) orang lain untuk bertindak atau melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan si pemimpin itu sendiri. Kuatnya pengaruh yang dimiliki pemimpin informal berkaitan dengan proses kemunculannya yang didasarkan atas kemauan dari anggota kelompok atau orang-orang yang dipimpinnya, karena memiliki kelebihankelebihan tertentu dan berorientasi pada kepentingan anggota kelompok. Dengan demikian maka wajar apabila loyalitas anggota kelompok tidak diragukan lagi. Dilihat dari peran pemimpin dalam memotivasi anggotanya atau masyarakat, dalam hal ini memotivasi diartikan mendorong atau memberi semangat kepada anggota atau bawahannya. Pemberian motivasi dari pemimpin informal kepada masyarakat berupa wejangan-wejangan supaya ikut aktif dalam pembangunan desa karena disaat desa jadi bagus yang senang juga masyarakat. Hal kecil lainnya yang menjadi pendorong masyarakat ikut serta karena pemimpin informal seringkali memberi anggotanya makan sesudah kegiatan dan memberi rokok disaat kegiatan kerja bakti atau pembangunan. Hal itu yang membuat masyarakat semangat berperan dalam kegiatan pembangunan. pemimpin informal dijadikan penghubung dalam mengkomunikasikan berbagai program pembangunan pemerintah agar anggota komunitas yang bersangkutan dapat menerima. Namun celakanya, tidak semua program pembangunan yang ditawarkan oleh pemerintah sesuai dengan

Page 6

kebutuhan anggota komunitas yang bersangkutan. Di sinilah terjadi benturan kepentingan antara berpihak kepada anggota kelompok yang telah memberikan kewenangan untuk memimpin atau berpihak kepada kepentingan pemerintah (penguasa) yang terkadang mengesampingkan kepentingan anggota kelompoknya. Tidak jarang pilihan jatuh pada pilihan yang ke dua karena mendapat tekanan dari pemerintah dan dicurigai macam-macam karena dianggap menghalang-halangi pembangunan/kemauan pemerintah atau bahkan tergiur oleh iming-iming yang ditawarkan. Hal ini dapat terjadi karena meskipun telah diupayakan adanya pembangunan/perencanaan pembangunan yang datangnya dari bawah (bottom up), namun dalam kenyataannya hal demikian masih belum optimal, sehingga masih saja dijumpai pelaksanaan pembangunan yang datangnya dari atas (top down) dari berbagai tingkatan Dalam pelaksanaan pembangunan pedesaan, pemerintah haruslah mendasarkan pada pengakuan akan peranan penting yang dimainkan oleh pedesaan sejak dahulu. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa desa mempunyai makna yang strategis bagi setiap pertumbuhan. T.R. Battern (Soebroto, 1988) menegaskan pembangunan masyarakat desa merupakan suatu proses dimana orang-orang yang ada di masyarakat tersebut pertamatama mendiskusikan dan menetukan keinginan mereka kemudian merencanakan dan mengerjakan bersama-sama memenuhi keinginan mereka. Jadi dalam pembangunan masyarakat desa merupakan tindakan kolektif, dalam artian material dan spiritual. Dalam pelaksanaan pembangunan yang direncanakan oleh pemerintah; partisipasi masyarakat merupakan hal yang sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembangunan itu sendiri. Karena masyarakatlah yang mengetahui secara obyektif kebutuhan mereka. JAP NO.31 VOL III 2015

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan(Soetrisno, 1995) memberikan dua macam definisi tentang, yaitu: pertama, partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan rakyat terhadap rencana/ proyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh perencana. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi rakyat dalam definisi ini diukur dengan kemauan rakyat untuk ikut bertanggungjawab dalam pembiayaan pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan proyek pembangunan pemerintah. Kedua, partisipasi rakyat merupakan kerjasama yang erat antara perencana dan rakyat, dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi rakyat tidak hanya diukur dengan kemauan rakyat untuk menanggung biaya pembangunan, tetapi juga dengan ada tidaknya hak rakyat untuk ikut menentukan arah dan tujuan proyek yang akan dibangun di wilayah mereka. Dilihat dari partisipasi masyarakat dalam hal dukungan terhadap rencana/ proyek pembangunan. Dukungan masyarakat Malola terhadap pembangunan sangat tinggi apabila ada himbauan dari pemerintah apalagi untuk kemajuan dan kesejahteraan desa. Masyarakat akan memberi dukungan baik tenaga dan moril dengan sukarela. Keterbatasan yang dimiliki oleh kepala desa tidak akan menjangkau ke semua masyarakat disinilah peran dari pemimpin informal untuk membantu pemerintah dalam hal menginformasikan dan mengajak masyarakat untuk turut serta dalam kegiatan pembangunan. Tenaga dan dukungan yang akan diberikan oleh masyarakat dapat terwujud apabila ada arahan, apalagi arahan itu disampaikan oleh orang yang berpengaruh didesa (leader informal) dari orang orang yang mempunyai pengaruh di desa. Dengan demikian penelitian ini dapat menunjukkan bahwa peranan pemimpin

Page 7

informal dalam meningkatkan partisipasi masyarakat di desa Malola belum begitu efektif disebabkan kurangnya sinerginitas/ keterpaduan antara masing-masing pemimpin informal dengan pemimpin formal juga dengan masyarakat dilihat dari beberapa indikator dalam penelitian ini. Sebagaimana hasil wawancara partisipasi pembangunan masyarakat masih belum tinggi disebabkanmasih adanya pengkotakan kelompok-kelompok antara masing-masing pemimpin informal sehingga masyarakat juga terpecah. Sehingga apabila salah seorang dari pemimpin informal tersebut tidak suka dengan program yang ada maka anggotanya tidak akan turut serta Hasil penelitian ini mengisyaratkan perlu adanya keterpaduan antara pemerintah kepala desa atau pemimpin formal dengan pemimpin informal dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Dalam penelitian ini pemimpin informal perlu untuk dapat merangkul para pemimpinpemimpin informal sehingga partisipasi masyarakat dalam pembangunan menjadi tinggi. Karena peran dari pemimpin informal itu sangat besar dalam mempengaruhi, memotivasi dan menginformasikan kepada masyarakat dalam hal berpartisipasi dalam pembangunan. KESIMPULAN DAN SARAN

serta dalam kegiatan pembangunan 2. untuk meningkatkan partisipasi pembangunan masyarakat perlu adanya sinerginitas antara pemimpin formal dan pemimpin informal

B.

SARAN Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendasikan berupa saran-saran sebagai berikut : 1. Pemerintah perlu mengikutsertakan pemimpin informal dalam hal pembuatan perencanaan pembangunan desa 2. Kepala desa perlu merangkul para pemimpin informal untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan

DAFTAR PUSTAKA Arif, Mirriam S. 1986.Organisasi dan Manajemen. Jakarta : Karunia Arikunto, Suhaimi. 2003.Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Darmaputera,

E.

Formal,

2004.

Pemimpin

Pemimpin

Informal.

Harian Umum Sore Sinar Harapan, A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai peran pemimpin informal dalam meningkatkan partisipasi masyarakat 1. peran pemimpin informal dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sangat penting ditengah-tengah masyarakat tapi belum terlalu efektif dalam hal menginformasikan dan mengajak kepada masyarakat untuk turut JAP NO.31 VOL III 2015

Sabtu, 03 Juli 2004. Harahap,

Sofyan,

2001.

Sistem

Pengawasan Manajemen. Jakarta: Penerbit Quantum,. Kartono, Kartini. 2009. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : Rajawali Pers

Page 8

Moleong, Lexy J. 2007 Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Offset Rohidi dan Mulyarto, 1992. Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru.. Jakarta : UI

Soetomo.,

2006,

Strategi-Strategi

Pembangunan

Masyarakat,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sumber lain Monografi Desa Malola. Data Bulan

Sarwono, W.S. 2005. Psikologi Sosial, Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Balai Pustaka. Jakarta. Soetrisno,Loekman,

1995,

Menuju

Januari 2015 Keputusan Desa No. 262 Tahun 2015 Tentang Sejarah Desa Malola

Masyarakat Partisipatif, Penerbit : Kanisius, Yogyakarta

JAP NO.31 VOL III 2015

tribunews.com,Palembang 29 maret 2015

Page 9