PERCOBAAN PELARUTAN TERHADAP BIJIH NIKEL LATERIT POMALAA

nikel laterit pada tahun 2000. Kenyataan lain juga menunjukkan adanya permintaan akan logam kobal kedepan yang cenderung terus meningkat. Tampaknya ha...

37 downloads 569 Views 132KB Size
PERCOBAAN PELARUTAN TERHADAP BIJIH NIKEL LATERIT POMALAA HASIL PROSES PEMANGGANGAN Dr. Ir. F. Firdiyono Pusat Penelitian Metalurgi LIPI Komplek PUSPIPTEK, Cisauk, Tangerang INTI SARI Bijih laterit nikel terdiri dari bijih serpentin dan bijih limonit. Bijih limonit banyak mengandung goethit sebagai hidrat besi. Proses hidrometalurgi terhadap bijih leterit nikel kadar rendah dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Pelarutan amoniak-amonium karbonat setelah pemanggangan reduksi selektif. b. Pelarutan dengan larutan asam sulfat encer setelah pemanggangan reduksi. Direncanakan pemanfaatan bijih limonit sebagai katalis pengganti besi, magnetit atau wustit yang diperoleh dari hasil proses reduksi bijih limonit. Selanjutnya substitusi antara unsur FeO dan nikel di dalam forsterit, dan pengendapan NiO dipermukaan mineral forsterit yang kemudian dilanjutkan dengan pelarutan asam sulfat. Tulisan ini merupakan gambaran percobaan terhadap campuran bijih serpentin dan bijih limonit dengan 2 tahap proses, yaitu proses pertama merupakan proses pembentukkan logam besi, magnetit atau wustit dari goethit dalam bijih limonit dengan menggunakan gas hidrogen atau hidrogen dan uap air sebagai gas reduksi. Proses tahap kedua adalah proses pemanggangan untuk substitusi antara unsur nikel dan besi oksida yang kemudian dilanjutkan dengan proses pelarutan NiO dengan larutan asam sulfat.

Kata kunci : Nikel laterit, Serpentin, Limonit, Magnetit, Wustit, Goethit, Forsterit, Enstantit, Pemanggangan, Pelarutan.

ABSTRACT Nickel laterite ore will be composed of serpentinic and limonitic ores. Limonitic ore includes a plenty of goethite as iron hydrat. Hydrometallurgical processing for low grade nickel laterite ore can be classified as follows,, a. Ammonical-ammonium carbonate leaching after selective reduction. b. Diluted sulfuric acid leaching after reduction roasting. It was thought the utilization of magnetite-wustite which could be obtained from limonitic nickel ore by the reduction process as a Substitution catalizer of Metalurgi, Volume 21, No. 2, Desember 2006

Metalurgi, Volume 21, No. 2, Desember 2006

metallic iron. The substitution between FeO element and nickel element in forsterite, and then NiO is segregated on the surface of the forsterite mineral and finally leaching with the diluted sulfuric acid. This paper is a description of the experimental studies on two stage processes, namely first stage process, which is the formation of magnetite or wustite from goethite in the limonitic ore with the reduction gas such as hydrogen and/or hydrogen plus steam and secondary stage, which is the substitution roasting process between nickel elements and iron oxides and then leaching of NiO with the diluted sulfuric acid.

PENGHILANGAN ION BESI DARI LARUTAN NIKEL KHLORIDA Oleh : Rudi Subagja Pusat Penelitian Metalurgi LIPI Komplek PUSPIPTEK, Cisauk, Tangerang INTI SARI Pada penelitian ini telah dilakukan percobaan penghilangan ion besi dari larutan nikel khlorida dengan cara pengendapan. Percobaan dilakukan dengan menggunakan beaker glass kapasitas 2 liter dengan variabel percobaan meliputi temperatur reaksi dari 30 o C sampai dengan 50 o C, pH larutan dari pH = 2 sampai dengan pH = 5 dan waktu reaksi divariasikan dari dari `5 menit sampai 60 menit. Hasil percobaan memperlihatkan bahwa jumlah ion besi yang dapat diendapkan dari larutan nikel khlorida makin meningkat bila temperatur dan pH larutan dinaikan. Namun demikian dalam proses pengendapan ion besi dari larutan nikel chlorida, pengaturan pH dari larutan memberikan pengaruh yang lebih dominan bila dibandingkan dengan pengaturan temperatur.

Kata Kunci : pemurnian larutan nikel khlorida, penghilangan ion besi, oksidasi dengan gas khlor ABSTRACT In present work, the experiment to remove ionic ferrous from aqueous Nickel chloride solution has been done by a precipitation method. Experiments were caried out by using 2 litres capacities beaker glass the variables of experiment covering temperature from 30 o C to 50 o C, aqueous solution pH from pH = 2 to pH = 5 and reaction time from 5 minutes to 60 minutes. The result of experiment showed that the ferrous ions which could be removed from the aqueous nickel chloride solution increased if the pH and temperature of solution were increased. However, during the precipitation process of ferrous ions from the aqueous nickel chloride solution, the role of pH adjustment gave more dominant effect on the precipitation process compared to temperature adjustment.

Metalurgi, Volume 21, No. 2, Desember 2006

Metalurgi, Volume 21, No. 2, Desember 2006

KEBERADAAN SUMBER DAYA KOBAL INDONESIA DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA KEDEPAN

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK SiC & Al2O3 TERHADAP SIFAT KEKERASAN MATERIAL BERBASIS TITANIUM

Oleh : Arifin Arif Pusat Penelitian Metalurgi LIPI Komplek PUSPIPTEK, Cisauk, Tangerang

Gadang Priyotomo Pusat Penelitian Metalurgi LIPI Komplek PUSPIPTEK, Cisauk, Tangerang

INTISARI Telah terjadi pergeseran sumber daya penghasil kobal dari tadinya yang didominasi oleh hasil samping dari pengolahan bijih tembaga ke pengolahan bijih nikel laterit pada tahun 2000. Kenyataan lain juga menunjukkan adanya permintaan akan logam kobal kedepan yang cenderung terus meningkat. Tampaknya hal ini perlu masuk dalam pertimbangan oleh Indonesia dalam penyusunan strategi pengembangan sumber daya bijih nikel lateritnya yang cadangannya termasuk peringkat atas di dunia.

Kata Kunci : Kobal, Bijih Tembaga, Bijih Nikel, Proses HPAL dan Proses Caron ABSTRACT There was a change on the resources for cobalt production which formerly is as a by -product of copper ore to nickel laterite ore processing in 2000. There are also facts that the demand of cobalt tends to increase in the future. Therefore as a top rank country for nickel laterite resources, Indonesia has to considerate this situation in a strategy for the development of its nickel laterite ore.

Metalurgi, Volume 21, No. 2, Desember 2006

Oleh :

INTI SARI Logam titanium mempunyai sifat material yang baik. Peningkatan sifat material khususnya nilai kekerasan dapat dilakukan melalui pengerjaan pengerasan terdispersi. Material yang digunakan yaitu SiC dan Al2O3. Proses peleburan menggunakan tungku induksi vakum. Penambahan 1%wt SiC dan 1%wt Al2O3 dilakukan ke dalam logam titanium murni. Nilai kekerasan Titanium murni 160 HVN, Ti-1%wt SiC 264,33 HVN dan Ti-1%wt Al2O3 221,75. Pengaruh peningkatan kekerasan dikarenakan adanya butiranbutiran precipitasi yang tersebar di seluruh matrik α titanium. Ini juga dapat mempengaruhi terjadinya hambatan dislokasi di batas butir titanium.

Kata kunci : Titanium, Silikon, Karbida, Alumina, Methoda levitasi dan Matrik ABSTRACT Titanium metal has good material properties. The increasing of material properties especially hardness value can be carried out through dispersed hardening process. Material that is done in this research is SiC and Al2O3. Melting process uses vacuum induction furnace. The addition of 1%wt SiC and 1%wt Al2O3 is done inside pure titanium. The hardness value of pure titanium is 160 HVN. The hardness values of Ti-1%wt SiC are 264, 33 HVN and 221, 75 HVN for Ti-1%wt Al2O3. The influence of increased hardness can be caused by precipitated grains that are spreaed in all of α titanium matrix. This phenomenon also can influence the occurrence of dislocation barrier between grain boundaries of titanium.

Metalurgi, Volume 21, No. 2, Desember 2006

INDUSTRI BAJA BERBASIS BATUBARA Oleh :

Yusuf Pusat Penelitian Metalurgi LIPI Komplek PUSPIPTEK, Cisauk, Tangerang INTI SARI Dengan meningkatnya harga gas alam dan pelet bijih besi berkualitas tinggi seperti dipersyaratkan oleh reaktor HyL3 PT Krakatau Steel, daya saing industri baja berbasis gas alam menjadi sangat lemah. Untuk mengganti proses dengan jalur tanur tiup yang cukup populer, juga dihadapi kendala dalam bentuk ketersediaan batubara kokas (coking coal). Indonesia yang di tahun 2005 lalu telah menghasilkan sekitar 150 juta ton batubara, layak mempertimbangkan proses pembuatan baja berbasis batubara. Tulisan ini membahas berbagai pilihan proses peleburan baja berbasis batubara non kokas, mulai dari proses berjalur reduksi langsung, proses berjalur peleburan langsung, maupuntanur tiup mini. Tanur tiup mini diikutsertakan dalam pilihan proses, karena dia tidak memerlukan kokas dengan kualitas metalurgi seperti yang dipersyaratkan oleh tanur tiup konvensional. Tanpa persyaratan yang berat ini, energi untuk tanur tiup mini bisa dipasok dengan kokas dari batubara lokal.

Kata kunci : baja, batubara, daya saing, teknologi, energi. ABSTRACT The increasing price of natural gas and the high grade iron ore pellets as required by PT Krakatau Steel’s direct reduction reactor HyL3 destry the competitiveness of gas based steel industries. To change the existing process with a popular blast furnaces route, will be challenged by the availability of coking coal. On the other hand, Indonesia produced as many as 150 millions tons of ordinary steam coal. This paper will present alternative technologies to produce steel with ordinary steam coal. The information will cover many processes such as direct reduction routes, direct smelting routes, as well as a mini blast furnace route. This mini blast furnace route included here because the process does not need a hiqh quality metallurgical coke as required by a conventional blast furnaces. Without this requirement, the energy for mini blast furnace can be supplied by cokes produced from domestic coal.

Metalurgi, Volume 21, No. 2, Desember 2006

Metalurgi, Volume 21, No. 2, Desember 2006