PERLINDUNGAN TANAMAN I

Download musuh alami hama (parasitoid dan predator) serta sebagai serangga penyerbuk .... (VIII) Dalam penghitungan ulat api/ulat kantong, dipisahka...

0 downloads 521 Views 21MB Size
Perlindungan Tanaman I (Bagian Hama)

Dani Sutanta S, SP., MP

Kontrak Kuliah • Mahasiswa harus mengikuti perkuliahan minimal 75% (10 x pertemuan) • Jika tidak mengikuti perkuliahan, harus disertai surat keterangan (dokter/lainnya)  Konfirmasi Komting • Mahasiswa harus aktif bertanya dan diskusi dalam proses perkuliahan • Proses kuliah terdiri dari: ceramah, kuis, presentasi/tugas (individu/kelompok), dan diskusi/tanya-jawab

PENILAIAN      

Kuis (NM 100) = 10% Tugas/Presentasi (NM 90) = 20% UTS (NM 100) = 35% UAS (NM 100) = 35% Praktikum = 100% Nilai Akhir = 70% + 30% = 100%     

A = 81-100 B = 61- 80 C = 41- 60 D = 21- 40 E = 0-20

70% 30%

TUGAS PRESENTASI KELOMPOK          

Hama Ulat Api Hama Ulat Kantong Hama Kumbang Badak Hama Tikus Hama Tandan Buah Hama Rayap Hama Babi Hutan Hama Gajah Hama Monyet/Orang utan Hama Sapi

PENDAHULUAN

Pengertian, Cakupan dan Tujuan Perlindungan Tanaman

PENGERTIAN Perlindungan tanaman menurut : UU No. 12 / 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman PP No. 6/ 1995 tentang Perlindungan Tanaman

Perlindungan Tanaman adalah segala upaya untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh organisme pengganggu tumbuhan

FALSAFAH MANUSIA

ORGANISME PENGGANGGU

MAKHLUK HIDUP

MAKHLUK HIDUP

BERSAING

MANA YANG MENANG ?   

MANUSIA MEMBERANTAS ORGANISME PENGGANGGU ORGANISME PENGGANGGU MEMBERANTAS MANUSIA MANUSIA + ORGANISME PENGGANGGU

KEDUDUKAN ORGANISME PENGGANGGU DALAM TEKNIK BERCOCOK TANAM KUALITAS

PRODUKSI TINGGI

TANAMAN FAKTOR +

KUANTITAS

FAKTOR ORGANISME PENGGANGGU

-

DAPAT DIKUASAI

-

TIDAK DAPAT DIKUASAI

ORGANISME PENGGANGGU  HAMA  PENYAKIT  GULMA

DIKENDALIKAN

PERLINDUNGAN TANAMAN

ORGANISME PENGGANGGU DAN LINGKUNGANNYA IKLIM

OP INANG

MUSUH ALAMI

OP = ORGANISME PENGGANGGU

PERLINDUNGAN TANAMAN

PD (SI) = BP - ER PD = Population Density (Kerapatan Populasi) SI = Source of Innoculum (Banyaknya Sumber Penular) BP = Biotic Potential (Kemampuan Biotic) ER = Environmental Resistance (Ketahanan Lingkungan)

BP

ER

1. 2. 3. 4. 5.

Produksi telur/spora/biji Daya tetas telur, daya kecambah spora/biji Lama berlangsungnya fase Cara reproduksi Sex ratio

Faktor luar yang menghambat Iklim - Hujan - Kelembaban - Suhu - Penyinaran - Angin Musuh Alami - Predator - Parasit - Penyakit

Inang - Jumlah - Jenis - Mutu - Tersedianya

EKOSISTEM HUTAN PD/SI

gk (a)

Waktu Kerapatan populasi/Banyaknya sumber penular Faktor penghambat

EKOSISTEM PERKEBUNAN PD/SI

gk (ab)

gk (a) Waktu Kerapatan populasi/Banyaknya sumber penular Faktor penghambat

PERLINDUNGAN TANAMAN PD (SI) = BP - ER A. 1. 2. 3.

Menurunkan BP Cara Mekanis Cara Biologis Cara Kimiawi

B. 1. 2. 3.

Menaikan ER Cara teknik bercocok tanam Cara seleksi Cara Biologis

C. Karantina Tumbuhan

Organisme pengganggu tanaman adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan

PPRI NO. 6/1995 : PERLINDUNGAN TANAMAN PSL 1:2

Organisme pengganggu tumbuhan adalah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan dan pada tingkat populasi tertentu menyebabkan kerugian

PENGERTIAN OPT • OPT = Organisme Pengganggu Tanaman • OPT (pest) adalah setiap jasad hidup atau organisme yang mengganggu tanaman dengan jalan merusak, baik secara morfologis maupun fisiologis, sehingga mengakibatkan menurunnya produksi, baik kualitas maupun kuantitas dan menimbulkan kerugian secara ekonomi

MENGAPA TIMBUL OPT • Di lingkungan yang masih alami berada dalam kondisi keseimbangan, contoh: hutan • Setiap makhluk hidup saling berinteraksi satu sama lain, keberadaannya sangat diperlukan dalam kelestarian rantai makanan • Rantai makanan: produser  konsumen I (herbivora)  konsumen II (karnivora)  konsumen III dst (karnivora)  bila mati  pengurai: 1) padi tikus sawah ularburung elang 2) kelapa sawit  tikus  burung hantu mikroba • Apa akibatnya kalau ular sawah atau tikus hilang??

• Macam gangguan yang berasal dari faktor biotik antara lain: – kerusakan akar, kerusakan batang, kerusakan daun,kerusakan cabang, ranting dan pucuk, kerusakan bunga, buah dan biji, dan kerusakan pada umbi

• Di dalam mempelajari interaksi antara tanaman dengan OPT perlu dibedakan dua pengertian tentang luka (“injury”) dan kerusakan (“damage”) • Menurut Main (1977) ; Untung (1993) luka adalah setiap bentuk penyimpangan fisiologis tanaman sebagai akibat aktivitas atau serangan OPT

• Tipe pengganggu dapat bersifat biotik dan abiotik • Selain itu, gangguan pada tanaman mungkin dapat disebabkan oleh kerja sama antara dua faktor atau lebih pengganggu. • Kerja sama tersebut dapat terjadi dengan cara yang beragam, seperti ditunjukkan oleh tabel berikut. • Antagonisme timbul bila ada satu organisme membuat tidak dimngkinkan adanya organisme lain seluruhnya atau sebagian, misalnya karena dihasilkan antibiotika. • Antagonisme timbul pada jamur dan bakteri

Contoh kerugian yang sukar dinilai dengan uang adalah : • Matinya serangga berguna yang berperan sebagai parasitoid, predator maupun patogen serangga. • Matinya serangga-serangga penyerbuk, penghasil madu, penghasil shellak dan serangga pemakan gulma. • Matinya binatang liar seperti ular (pemangsa tikus), burung dan ikan. • Gangguan kesehatan bagi penyemprot pestisida , utamanya gangguan pada syaraf dan timbulnya penyakit kanker. • Rusaknya lingkungan dan terjadinya pencemaran lingkungan. • Adanya residu pestisida yang berada pada hasil tanaman, dalam tanah, lingkungan air bahkan di udara

Gangguan pada rantai makanan seperti kepunahan pada spesies tertentu menyebabkan terjadi ketidakseimbangan, yaitu gangguan terhadap kestabilan populasi spesies lain yang ada pada rantai makanan

MENGAPA TIMBUL OPT

TERJADI KOMPETISI

MENGAPA TIMBUL OPT • Karena sasarannya adalah tanaman yang dibudidayakan manusia, maka pengertian OPT juga terbatas pada kepentingan manusia terhadap produksi suatu tanaman • OPT hanya mempunyai arti pada manusia bila mengadakan kompetisi terhadap kepentingan ekonomi manusia • Bila suatu organisme merusak rumput liar maka organisme tersebut tidak dianggap sebagai OPT

STATUS OPT Suatu organisme disebut OPT bila: • Organisme tersebut dapat menurunkan produksi tanaman baik kualitas maupun kuantitas • Organisme tersebut bersaing terhadap kepentingan manusia • Organisme tersebut menjadi masalah dalam usaha pertanian

KOMPONEN OPT  Hama adalah binatang yang merusak tanaman sehingga mengakibatkan kerugian secara ekonomi  Patogen adalah jasad renik (mikroorganisme) yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman  Gulma (tumbuhan pengganggu) adalah tumbuhan yang tumbuhnya di suatu tempat yang tidak dikehendaki di antara tanaman budidaya, karena mengadakan kompetisi dengan tanaman pokok dalam mendapatkan hara, sinar matahari dan tempat tumbuh

BEBERAPA ISTILAH • Hama penting – Hama Utama – Major Pest hama yang sudah merugikan secara ekonomis, baik kualitas dan kuantitas bersaing thd kepentingan manusia, dan mendominasi sebagian populasi hama lain, dan menjadi masalah dalam usaha budidaya • Hama kedua – Secondary pest – Minor pest hama yang tidak potensial, status setingkat dibawah hama utama, status secara ekonomi kurang penting karena serangan tidak sebesar hama utama, dari segi ekonomis kurang merugikan (Non potential Pest) krn populasi rendah, tetapi bila kondisi memungkinkan bisa berubah menjadi hama utama

PENYEBAB MUNCULNYA OPT Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya OPT antara lain: 1. Sistem pertanaman yang monokultur 2. Masuknya OPT dari daerah lain, karena terbawa oleh angin, binatang atau agen lain 3. Penggunaan pestisida yang tidak benar, mengakibatkan hal-hal sebagai berikut: a. Resistensi b. Resurgensi c. OPT potensial/tidak penting/kedua menjadi OPT baru

PENYEBAB MUNCULNYA OPT 4. Pemasukan jenis tanaman baru 5. Terdapatnya genotipe baru hasil seleksi atau pemuliaan tanaman 6. Terjadinya (hama) biotype baru, yang mampu menyerang varietas-varietas baru yang tahan terhadp hama yang bersangkutan. 7. Adanya sinkronisasi antara fenologi hama dan inangnya 8. Pindahnya hama poliphag/oligophag ke tanaman lain

PENYEBAB MUNCULNYA OPT 9. Pemupukan tidak berimbang dapat mengakibatkan meningkatnya populasi hama/patogen 10.Penghargaan konsumen terhadap kualitas hasil produksi tanaman tertentu yang dapat mengakibatkan menurunnya nilai ambang ekonomi suatu hama/patogen

KERUGIAN ? PRODUKSI POTENSI GENETIK

PRODUKSI KENYATAAN

LINGKUNGAN

OPT

PRODUKSI KENYATAAN

AGRONOMIS

PRODUKSI BERDASAR POTENSI GENETIK

KERUGIAN

SEKILAS OPT

Jamur Akar Putih pada Karet (Rigidoporus microporus)

Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella)

Busuk Buah Kakao (Phytophthora palmivora)

Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei)

Karat Daun Kopi (Hemileia vastatrix)

Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros)

Jenis-Jenis Gulma

Imperata cylindrica

Melastoma sp.

Mikania micrantha

Chromolaena odorata

Borrerria sp.

Cyperus rotundus

Gangguan Non OPT Kebakaran

Kekeringan

Banjir

Penjarahan lahan

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TANAMAN PASAL 20 dalam UU No. 12 / 1992 (1) Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem PENGENDALIAN HAMA TERPADU (2) Pelaksanaan perlindungan tanaman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menjadi tanggung jawab masyarakat dan Pemerintah

PERLINDUNGAN TANAMAN SECARA STRUKTURAL ORGANISASI PEMERINTAHAN Perlindungan tanaman merupakan kegiatan MELINDUNGI TANAMAN dari gangguan OPT dan non OPT

Gangguan OPT meliputi:   

Hama Penyakit Gulma

Gangguan non OPT meliputi:   

Anomali iklim Kebakaran lahan Penjarahan produksi dan lahan

PERLINDUNGAN TANAMAN sangat menentukan kinerja atau hasil PROGRAM AGRIBISNIS dalam beberapa aspek:        

Kuantitas Produksi Kualitas Produksi Kontinuitas Produksi Harga Produk Biaya Produksi Penghasilan dan keuntungan usaha tani Iklim usaha di pedesaan, daerah, nasional Daya saing produk di pasar domestik dan global

PERLINDUNGAN TANAMAN DI ERA GLOBALISASI 1. Globalisasi PASAR semakin mengaburkan perbedaan antara pasar domestik dan pasar global 2. Isu KUALITAS PRODUK dan KEAMANAN PANGAN semakin penting dibandingkan isu kuantitas produk pertanian 3. Keamanan pangan menekankan bahwa pangan yang dijual harus aman dari cemaran FISIK, BIOLOGI dan KIMIAWI

4. Tingkat cemaran fisik, biologi dan kimia pada suatu produk pertanian yang dikonsumsi sangat ditentukan oleh kegiatan perlindungan tanaman sejak pertanaman sampai pasca panen 5. Konsumen GLOBAL menginginkan produk pertanian yang tidak mengandung residu pestisida dan bahan racun lainnya. 6. Penerapan PHT yang benar dapat meningkatkan peluang menembus pasar global

PERLINDUNGAN TANAMAN DI ERA OTONOMI DAERAH 1) Setiap daerah memiliki sistem ekosistem pertanian dan sistem sosial-ekonomi-budaya yang khas 2) Sistem perlintan / sistem PHT yang diterapkan harus khas lokasi, khas daerah, tidak seragam 3) Teknologi perlintan harus memanfaatkan sumber daya hayati LOKAL, diminimalkan penggunaan masukan produksi yang boros energi, seperti pupuk dan pestisida kimia

4) Daerah harus mampu mengembangkan SDM, kelembagaan petani, pemerintah dan swasta setempat. Untuk kegiatan perlintan yang khas daerah, efektif dan efisien 5) Daerah masih membutuhkan tenaga-tenaga profesional yang dilatih dalam menangani kegiatan perlintan di daerahnya masingmasing

TUJUAN PERLINDUNGAN TANAMAN o Pencegahan, pengendalian dan pemantauan/peramalan OPT o Peningkatan kuantitas dan kualitas hasil pertanian o Peningkatan daya saing produk pertanian di pasar domestik dan global o Peningkatan penghasilan dan kesejahteraan petani o Peningkatan kualitas lingkungan hidup dan penurunan tingkat pencemaran lingkungan o Pengurangan risiko kecelakaan/keracunan kerja oleh pestisida

Ilmu-ilmu pendukung kegiatan Perlindungan Tanaman  TEKNIS: Entomologi, Ekologi, Fitopatologi, Meteorologi, Ilmu Gulma, Tanah, Akarologi, Agronomi, Nematologi, Virologi, Bakteriologi, Mikologi, Vertebrata Hama  EKONOMI  SOSIAL

KAITAN PERLINDUNGAN TANAMAN DAN KELOMPOK ILMU LAINNYA Agronomi, sosek, tanah & pupuk, mekanisasi pertanian, irigasi, perbenihan, pemuliaan, ekologi, sosek, klimatologi, PERLINTAN

Pengolahan tanah/

Pembi bitan

Pemelih araan tan.

panen

TEKNOLOGI PANGAN, MEKANISASI, SOSEK, PERLINTAN

Penge ringan

ON FARM

guda ng

Pengo lahan hasil

Trans port

OFF FARM PRODUSEN

PASAR

K O N S U M E N

ORGANISASI STRUKTURAL DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL BINA PRODUKSI PERKEBUNAN

SETDITJEN

DIREKTORAT PEMBENIHAN

DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM

DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN

DIREKTORAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN

DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM DAUR AGRIBISNIS Tindakan Perlindungan tanaman (Pengendalian OPT)

Pengolahan tanah/ pratanam

Pembibit an

tanam

Pemeli haraan tana man

panen

pengang kutan

Penyim panan

PASAR

PERLINDUNGAN TANAMAN sangat menentukan kinerja atau hasil PROGRAM AGRIBISNIS dalam beberapa aspek:  Kuantitas Produksi  Kualitas Produksi  Kontinuitas Produksi  Harga Produk  Biaya Produksi  Penghasilan dan keuntungan usaha tani  Iklim usaha di pedesaan, daerah, nasional  Daya saing produk di pasar domestik dan global

HAMA TANAMAN

MORFOLOGI UMUM HAMA • Untuk mengenal berbagai jenis hama, maka sebagai langkah awal dalam dipelajari bentuk atau morfologi, khususnya morfologi luar (external morphology) binatang penyebab hama • Dunia binatang (Animal Kingdom) terbagi menjadi beberapa golongan besar yang masing-masing disebut Filum – Klas - Ordo (Bangsa) - Famili (suku) - Genus (Marga) - Spesies (jenis) • Beberapa filum yang anggotanya diketahui berpotensi sebagai hama tanaman adalah Aschelminthes (nematoda), Mollusca (siput), Chordata (binatang bertulang belakang), dan Arthropoda (serangga, tunggau, dan lain-lain)

FILUM ASCHELMINTHES • Anggota filum Aschelminthes yang banyak dikenal berperan sebagai hama tanaman (bersifat parasit) adalah anggota klas Nematoda • Tidak semua anggota klas Nematoda bertindak sebagai hama, sebab ada di antaranya yang berperan sebagai nematoda saprofag serta sebagai nematoda predator (pemangsa)

Ciri-ciri anggota klas Nematoda tersebut antara lain adalah : • Tubuh tidak bersegmen (tidak beruas) • Bilateral simetris dan tidak memiliki alat gerak • Tubuh terbungkus oleh kutikula dan bersifat transparan • Anggota klas nematoda yang bersifat saprofag digolongkan ke dalam nematoda non parasit dan untuk kelompok nematoda yang berperan sebagai hama tanaman dimasukkan ke dalam golongan nematoda parasit

• Ditinjau dari susunannya, maka bentuk stylet dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe stomatostylet dan odonostylet – Tipe stomatostylet tersusun atas bagian-bagian conus (ujung), silindris (bagian tengah) dan knop stylet (bagian pangkal) – Tipe stylet ini dijumpai pada nematoda parasit dari ordo Tylenchida

– Tipe odonostylet dijumpai pada nematoda parasit dari ordo Dorylaimida, yang styletnya tersusun atas conus dan silindris saja – Beberapa contoh dari nematoda parasit ini antara lain adalah : – Meloidogyne sp. yang juga dikenal sebagai nematoda “puru akar” pada tanaman tomat, lombok, tembakau dan lain-lain – Pratylenchus coffae (Zimm) pada akar tanaman kopi

FILUM MOLLUSCA • Dari filum Mollusca ini yang anggotanya berperan sebagai hama adalah dari klas Gastropoda yang salah satu jenisnya adalah Achatina fulica Bowd atau bekicot, Pomacea ensularis canaliculata (keong emas) • Binatang tersebut memiliki tubuh yang lunak dan dilindungi oleh cangkok (shell) yang keras • Pada bagian anterior dijumpai dua pasang antene yang masing-masing ujungnya terdapat mata

• Pada ujung anterior sebelah bawah terdapat alat mulut yang dilengkapi dengan gigi parut (radula) • Lubang genetalia terdapat pada bagian samping sebelah kanan, sedang anus dan lubang pernafasan terdapat di bagian tepi mantel tubuh dekat dengan cangkok/shell • Bekicot atau siput bersifat hermaprodit, sehingga setiap individu dapat menghasilkan sejumlah telur fertil • Bekicot aktif pada malam hari serta hidup baik pada kelembaban tinggi • Pada siang hari biasanya bersembunyi pada tempattempat terlindung atau pada dinding-dinding bangunan, pohon atau tempat lain yang tersembunyi

FILUM CHORDATA • Anggota Filum Chordata yang umum dijumpai sebagai hama tanaman adalah dari klas Mammalia (Binatang menyusui) • Keluarga Bajing (fam. Sciuridae) • Ada dua jenis yang penting, yaitu Callossciurus notatus Bodd. dan C. nigrovittatus yang keduanya dikenal dengan nama “bajing”. Jenis pertama dijumpai pada daerah-daerah di Indonesia dengan ketinggian sampai 9000 m di atas permukaan laut. Sedang jenis C. nigrovittatus dapat dijumpai di Jawa, Kalimantan, dan Sumatera pada daerah dengan ketinggian sampai 1500 m

• Keluarga tikus (fam. Muridae) • Ada beberapa jenis yang diketahui banyak menimbulkan kerusakan antara lain, tikus rumah (Rattus-rattus diardi Jent); tikus pohon (Rattus-rattus tiomanicus Muller), serta tikus sawah (Rattus-rattus argentiventer_Rob.&Kl)

FILUM ARTHROPODA • Merupakan filum terbesar di antara filumfilum yang lain karena lebih dari 75 % dari binatang-binatang yang telah dikenal merupakan anggota dari filum ini. Karena itu, sebagian besar dari jenis-jenis hama tanaman juga termasuk dalam filum Arthropoda

Klas Arachnida • Tanda-tanda morfologi yang khas dari anggota klas Arachnida ini adalah: – Tubuh terbagi atas dua daerah (region), yaitu cephalothorax (gabungan caput dan thorax) dan abdomen – Tidak memiliki antene dan mata facet – Kaki empat pasang dan beruas-ruas

• Dalam klas Arachnida ini, yang anggotanya banyak berperan sebagai hama adalah dari ordo Acarina atau juga sering disebut mites (tunggau) • Morfologi dari mites ini antara lain, segmentasi tubuh tidak jelas dan dilengkapi dengan bulu-bulu (rambut) yang kaku dan cephhalothorax dijumpai adanya empat pasang kaki

• Alat mulut tipe penusuk dan pengisap yang memiliki bagian-bagian satu pasang chelicerae (masing-masing terdiri dari tiga segmen) dan satu pasang pedipaalpus. Chelicerae tersebut membentuk alat seperti jarum sebagai penusuk. • Beberapa jenis hama dari ordo Acarina antara lain adalah : – Tetranychus cinnabarinus Doisd. atau hama tunggau merah/jingga pada daun ketela pohon. – Brevipalpus obovatus Donn. (tunggau daun teh). – Tenuipalpus orchidarum Parf. (tunggau merah pada anggrek)

Klas Insekta (Hexapoda/serangga) • Anggota beberapa ordo dari klas Insekta dikenal sebagai penyebab hama tanaman, namun ada beberapa yang bertindak sebagai musuh alami hama (parasitoid dan predator) serta sebagai serangga penyerbuk

Secara umum morfologi anggota klas Insekta ini adalah: • Tubuh terdiri atas ruas-ruas (segmen) dan terbagi dalam tiga daerah, yaitu caput, thorax dan abdomen • Kaki tiga pasang, pada thorax • Antene satu pasang • Biasanya bersayap dua pasang, namun ada yang hanya sepasang atau bahkan tidak bersayap sama sekali

Berdasarkan sifat morfologinya, maka larva dan pupa serangga dapat dikelompokkan

• Tipe larva – Polipoda, tipe larva ini memiliki ciri antara lain tubuh berbentuk silindris, kepala berkembang baik serta dilengkapi dengan kaki abdominal dan kaki thorakal. Tipe larva ini dijumpai pada larva ngengat/kupu (Lepidoptera) – Oligopoda, tipe larva ini dapat dikelompokkan menjadi : Campodeiform dan Scarabaeiform, – Apodus (Apodous), tipe larva ini memiliki badan yang memanjang dan tidak memiliki kaki. Kepala ada yang berkembang baik ada yang tidak. Tipe larva ini dijumpai pada anggota ordo Diptera dan familia Curculionidae (Coleoptera)

• Tipe pupa • Perbedaan bentuk pupa didasarkan pada kedudukan alat tambahan (appendages), seperti calon sayap, calon kaki, antene dan lainnya. Tipe pupa dikelompokkan menjadi tiga tipe : – Tipe obtecta, yakni pupa yang memiliki alat tambahan (calon) melekat pada tubuh pupa. Kadang-kadang pupa terbungkus cocon yang dibentuk dari liur dan bulu dari larva – Tipe eksarata, yakni pupa yang memiliki alat tambahan bebas (tidak melekat pada tubuh pupa ) dan tidak terbungkus oleh cocon – Tipe coartacta, yakni pupa yang mirip dengan tipe eksarat, tetapi eksuviar tidak mengelupas (membungkus tubuh pupa). Eksuviae mengeras dan membentuk rongga untuk membungkus tubuh pupa dan disebut puparium

• Tipe pupa obtecta dijumpai pada anggota ordo Lepidoptera, pupa eksarat pada ordo Hymenoptera dan Coleoptera, sedang pupa coartacta pada ordo Diptera

Ordo Serangga yang Penting

Ordo Orthoptera (bangsa belalang) • Sebagian pemakan tumbuhan dan sebagian sebagai predator • Tipe alat mulut penggigit - penguyah • Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur – nimfa dewasa (imago) • Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. • Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah : • Kecoa (Periplaneta sp.) • Belalang kayu (Valanga nigricornis Drum.)

Ordo Hemiptera (bangsa kepik)/kepinding • Ordo ini sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang mingisap cairan tubuh serangga lain. • Tipe alat mulut penusuk - pengisap • Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur – nimfa – dewasa • Contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah : – Walang sangit (Leptorixa oratorius Thumb.) – Kepik hijau (Nezara viridula L) – Bapak pucung (Dysdercus cingulatus F)

Ordo Homoptera (wereng, kutu dan sebagainya) • Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya • Alat mulut juga bertipe penusuk – pengisap • Tipe metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur - nimfa – dewasa • Meliputi kelompok wereng dan kutu-kutuan, seperti : – Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.) – Kutu putih daun kelapa (Aleurodicus destructor Mask.) – Kutu loncat lamtoro (Heteropsylla sp.)

Ordo Coleoptera (bangsa kumbang) • Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain. • Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah • Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur larva - kepompong (pupa) - dewasa (imago) • Beberapa contoh anggotanya adalah : – Kumbang badak (Oryctes rhinoceros L) – Kumbang janur kelapa (Brontispa longissima Gestr) – Kumbang buas (predator) Coccinella sp.

Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat) • Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai hama, namun beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga dewasa umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau nektar. • Pada dewasa dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit • Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur ---> larva ---> kepompong ---> dewasa • Beberapa jenisnya antara lain : – Penggerek batang padi kuning (Tryporiza incertulas Wlk) – Kupu gajah (Attacus atlas L) – Ulat grayak pada tembakau (Spodoptera litura)

Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk) • Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid • Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe pencecap-pengisap, pengisap, atau penusuk-pengisap • Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur - larva kepompong – dewasa • Beberapa contoh anggotanya adalah : – – – –

lalat buah (Dacus spp.) lalat predator pada Aphis (Asarcina aegrota F) lalat rumah (Musca domesticaLinn.) lalat parasitoid (Diatraeophaga striatalis).

Ordo Hymenoptera (bangsa tawon, tabuhan, semut) • Kebanyakan dari anggotanya bertindak sebagai predator/parasitoid pada serangga lain dan sebagian yang lain sebagai penyerbuk. • Tipe alat mulut penggigit atau penggigit-pengisap • Metamorfose sempurna (Holometabola) yang melalui stadia : telur – larva - kepompong – dewasa • Beberapa contoh anggotanya antara lain adalah : – Trichogramma sp. (parasit telur penggerek tebu/padi). – Apanteles artonae Rohw. (tabuhan parasit ulat Artona). – Tetratichus brontispae Ferr. (parasit kumbang Brontispa).

Ordo Odonata (bangsa capung/kinjeng) • Memiliki anggota yang cukup besar dan mudah dikenal • Metamorfose tidak sempurna (Hemimetabola), pada stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air • Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa jenis serangga keecil yang termasuk hama, seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu loncat serta ngengat penggerek batang padi

Cara Merusak dan Gejala Kerusakan • Dengan tipe alat mulut tertentu, serangga hama dalam merusak tanaman akan mengakibatkan gejala kerusakan yang khas pada tanaman yang diserangnya • Karena itu, dengan mempelajari berbagai tipe gejala ataupun tanda serangan akan dapat membantu dalam mengenali jenis-jenis hama penyebab yang dijumpai di lapangan • Bahkan lebih jauh dari itu dapat pula digunakan untuk menduga cara hidup ataupun untuk menaksir populasi hama yang bersangkutan

Cara Merusak dan Gejala Kerusakan • Berdasarkan pada cara merusak dan gejala kerusakan yang ditimbulkannya, maka hamahama penyebab kerusakan pada tanaman dapat digolongkan menjadi beberapa tipe, yaitu : – – – – – – –

Hama penyebab gejala puru (gall) Hama pemakan Hama penggerek Hama pengisap Hama penggulung Hama penyebab busuk buah Hama pengorok (miner)

Teknik Pengendalian • Pengendalian hama tidak dimaksudkan untuk meenghilangkan spesies hama sampai tuntas, melainkan hanya menekan populasinya sampai pada aras tertentu ynag secara ekonomi tidak merugikan • Oleh karena itu, taktik pengendalian apapun yang diterapkan dalam pengendalian hama haruslah tetap dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi dan secara ekologi

• Falsafah pengendalian hama yang harus digunakan adalah Pengelolaan/Pengendalian hama Terpadu (PHT) yang dalam implementasinya tidak hanya mengandalkan satu teknik pengendalian saja • Teknik pengendalian yang dimaksud terdiri dari : » » » » » » »

Pengendalian secara mekanik Pengendalian secara fisik Pengendalian hayati Pengendalian dengan varietas tahan Pengendalian hama dengan cara bercocok tanam Pengendalian hama dengan sanitasi dan eradikasi Pengendalian kimiawi

HAMA TANAMAN KELAPA SAWIT

SISTEM PEMANTAUAN HAMA Sistem Sensus Tetap  Untuk melakukan deteksi dan penghitungan pada baris/titik sensus yang akan digunakan selama umur produktif tanaman  Untuk memantau hama utama kelapa sawit, seperti  Hama daun, contoh : ulat api dan ulat kantong  Hama tikus  Hama Tirathaba

1. Skema (I) Penentuan baris sensus, setiap 10 baris (II) Penentuan titik sensus, setiap 10 tanaman dalam baris sensus (III) Baris sensus dapat digunakan untuk pemantauan hama tikus dan Tirathaba (IV) Titik sensus untuk pemantauan hama yang menyerang daun (V) Setiap titik sensus terdiri dari 3 pohon, yaitu tanaman ke sepuluh dan dua tanaman disekelilingnya

2. Prosedur Penghitungan Deteksi serangan hama daun, tikus dan Tirathaba harus dilakukan secara berkesinambungan

(I) sensus harus dilakukan pada setiap baris sensus (II) mengamati setiap tanaman dalam baris sensus, ada tidaknya serangan baru Tikus dan Tirathaba (III) Mencatat hasilnya (IV) Setelah sampai pada tanaman titik sensus TS, kemudian harus memantau/menghitung hama daun (V) Titik sensus terdiri dari 3 tanaman yaitu tanaman sampel dan 2 tanaman terdekatnya

(VI) setiap tanaman masing-masing harus diambil satu pelepah untuk pengamatan (IV) Sampel pengamatan harus dari pelepah yang menunjukkan populasi/gejala serangan paling banyak (VIII) Dalam penghitungan ulat api/ulat kantong, dipisahkan berdasarkan tingkat stadia hama, yaitu : Ulat Kantong 1. Telur 2. Larva instar muda (I – IV) 3. Larva instar dewasa (V – VIII) 4. Kepompong

Ulat Api 1. Larva 2. Kepompong

(IX) Dalam penghitungan ulat kantong, perlu dilakukan penekanan kantong untuk mengetahui apakah larva masih hidup atau mati (X) Untuk kasus serangan berat dan luas, serta supaya sensus cepat selesai, penghitungannya adalah : Populasi/pelepah 1. < 20 larva 2. 20 – 50 larva 3. > 50 larva

Ulat Kantong Dihitung langsung Diperkirakan dan dicatat T (tinggi) Diperkirakan dan dicatat ST (sangat tinggi)

3. Frekuensi Sensus “Sensus hama dan penyakit wajib dilakukan, terlepas dari hal apakah ada serangan hama atau tidak” Situasi - Normal - Terjadi serangan

Frekuensi Setiap bulan Areal terserang : setiap 2 minggu sampai kondisi normal Tidak terserang : setiap bulan

HAMA PEMAKAN DAUN 1. Jenis Ulat api Setothosea asigna Setora nitens Darna trima Ploneta diducta

Ulat kantong Mahasena corbetti Metisa plana Pteroma pendula

Setothosea asigna

Setora nitens

Darna trima

Ploneta diducta

Mahasena corbetti

2. Siklus Hidup

Kelompok

Ulat api

Siklus hidup (hari)

Nama Ilmiah

Telur

Larva (instar)

Kepompong

S. asigna S. nitens D. trima P. diducta

4–8 3–5 4–6 5

49 – 51 (VI – VIII) 29 (VI – VIII) 30 – 39 (V – VI) 34 (V – VI)

40 23 11 – 14 13

93 – 99 55 – 57 45 – 59 52

16 18 18

80 (IV – V) 50 (IV – V) 50 (IV – V)

30 25 25

126 93 93

M. corbetti M. plana Ulat kantong P. pendula

Jumlah

Tujuan mengetahui siklus hidup : - Memperkirakan waktu munculnya hama tersebut pada generasi berikutnya - Memperkirakan ketersediaan waktu pengendalian - Menyusun strategi pengendalian (alat, bahan kimia dan tenaga kerja)

3.Tingkat Populasi Kritis (TPK) TPK dapat diartikan sebagai tingkat populasi rata-rata larva sehat/pelepah, dimana pada populasi diatas rata-rata tersebut tindakan pengendalian mungkin perlu dilakukan Nama Ilmiah

TPK

S. asigna S. nitens D. trima P. diducta

5 5 10 10

M. corbetti M. plana P. pendula

5 10 10

• TPK hanya merupakan suatu panduan • Untuk mengambil keputusan apakah perlu atau tidaknya dilakukan pengendalian, beberapa faktor berikut dapat dipertimbangkan : (I) Populasi rata-rata larva sehat/pelepah (II) Distribusi (III) Tingkat aktivitas musuh alaminya

CONTOH KASUS Populasi

Distribusi

Musuh alami

Keputusan

TPK

Seragam dan menyebar Seragam dan menyebar

Rendah

Dikendalikan

Rendah

Dikendalikan

Nyata

Dikendalikan secara spot/pemantauan lebih intensif


Sedikit diatas/di bawah TPK

Tidak merata

4. Pengendalian Hasil pengendalian yang efektif sangat ditentukan oleh deteksi awal dan diikuti perlakuan/tindakan segera Rekomendasi teknik pengendalian hama ulat api dan ulat kantong adalah : (I) Pengutipan larva (Hand picking) (II) Penyemprotan insektisida (III) Injeksi batang (IV) Infus akar (V) Pengutipan kepompong (VI) Konservasi dan eksploitasi musuh alami Pengendalian dengan menggunakan salah satu teknis tidak akan mendapatkan hasil yang memuaskan, sehingga perlu diterapkan pengendalian hama terpadu (PHT)

(I) Pengutipan Larva/Hand Picking Prosedur :  Hanya larva yang sehat dikutip dari pelepah daun dan dimatikan  Larva yang sakit, terparasit, dimakan predator atau terserang jamur dibiarkan tetap di pelepah  Hanya pelepah yang menunjukkan gejala serangan yang diperiksa  Tenaga kerja dilengkapi galah ringan dengan pengait dibagian ujung



Keuntungan Pengutipan Larva/Hand Picking : • Sangat selektif dan ramah lingkungan



Kekurangan • Pekerjaan lambat, perlu tenaga kerja yang banyak • Tidak sesuai untuk populasi yang tinggi dan areal terserang luas • Tidak efektif untuk larva berukuran kecil (Darna trima, Metisa plana dan Pteroma pendula) • Tidak sesuai untuk tanaman yang sudah tinggi ( > 5 tahun)

b. Penyemprotan Insektisida  Bijaksana

Apabila penggunaan bahan kimia harus dilakukan, prioritas harus diberikan kepada penggunaan insektisida selektif. Insektisida Selektif - Insektisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis (Bt) Contoh : Dipel Delfin WDG Thuricide HP Condor 70 S Bactospiene WP Florbac -Insektisida Pengatur tumbuh (IGR) Contoh : Atabron Alsystin

Alat semprot mistblower

Pengoperasian alat mist blower

Keuntungan : (I) Efektif terhadap larva muda (instar I – IV) (II) Aman terhadap musuh alami (III) Aman terhadap operator dan lingkungan lainnya Kekurangan : (I) Tidak efektif untuk larva dewasa (II) Bekerja lambat (III) Penyemprotan harus merata (IV) Tidak efektif untuk tanaman tinggi > 5 tahun (V) Stok lama efektivitasnya menurun

Insektisida Bt Merupakan insektisida biologi yaitu berbahan aktif kristal protein bakteri Bacillus thuringiensis. Insektisida Bt bekerja sebagai racun perut sehingga sangat efektif terhadap stadium larva yang aktif makan dari kelompok Lepidoptera

Cara Kerja Insektisida Bt

Kristal portein bakteri akan menjadi efektif bekerja apabila dimakan oleh larva. Kristal protein akan mengalami perpecahan menjadi unit-unit yang bersifat racun dan hal ini terjadi di dalam perut larva. Dalam perut tersebut kristalkristal protein mengalami hidrolisa oleh enzim tertentu. Akibat aktivitas kristal protein tersebut akan menyebabkan luka pada dinding usus dan perut sehingga terjadi pendarahan. Darah larva dikenal sebagai media yang baik bagi pertumbuhan bakteri sehingga spora bakteri mulai membelah diri secara cepat. Gejala yang dapat dilihat dari luar adalah perubahan perilaku larva, warna dan morfologi. Larva yang sakit akan berhenti makan, meninggalkan daerah tempat makan ke permukaan daun yang terbuka.

Efektifitas : Insektisida biologi Bt hanya efektif terhadap larva-larva dari ordo Lepidoptera dan tidak mematikan terhadap stadium dewasa dari parasit/predator. Untuk mendapatkan efektifitas Bt yang optimal, faktor-faktor kritis dibawah ini harus diperhatikan : (I) Ketepatan waktu aplikasi Waktu yang tepat untuk aplikasi Bt adalah : saat menjelang menetasnya telur atau pada saat-saat larva masih muda sampai instar IV (II) Cakupan semprotan Agar larva dapat memperoleh kristal protein Bt, maka penyemprotan pada pelepah daun harus merata (III) Penyimpanan Insektisida Bt merupakan insektisida biologi, maka harus disimpan terhindar dari ruangan yang bersuhu ekstrim, aerasi baik

Dosis dan Alat Semprot

Nama Dagang

Bactospiene WP Condor 70 S Delfin WDG Dipel WP Thuricide HP

Kandungan Bahan Aktif

Dosis/Ha

Bt 16.000 IU/mg Bt 32.000 IU/ mg Bt 56.000 IU/ mg Bt 16.000 IU/ mg Bt 16.000 IU/ mg

500 gr 500 ml 300 gr 500 gr 500 gr

Alat aplikasi Pneumatic Knapsack Sprayer (PKS), Mist Blower

Insektisida Kontak Syarat Penggunaan Insektisida Kontak • Populasi larva rata-rata/pelepah sangat tinggi, • Instar larva dalam keadaan “Overlapping”, • Serangan meliputi areal yang luas, • Larva diatas instar IV

Keuntungan  Daya bunuh cepat dengan persentase kematian tinggi,  Biaya bahan kimia/ha relatif murah  Cakupan semprotan cepat, misal : dengan alat fogger  Sesuai untuk populasi yang tinggi dan “overlapping” Kekurangan  Spektrum lebar (non selektif), sehingga mematikan musuhmusuh alami, seperti parasit, predator dan serangga penyerbuk  Berbahaya bagi operator

Jenis dan Dosis Kelompok hama

Insektisida

Nama dagang

Konsentrasi formulasi (%)

Dosis/ha

EPS

PKS

MB

F

Ulat api

Decis 2.5 EC Matador 25 EC Buldok 25 EC Cymbush 50 EC

200 ml 200 ml 250 ml 500 ml

0.03 0.03 0.04 0.08

0.05 0.05 0.06 0.125

0.13 0.13 0.16 0.33

4 4 5 10

Ulat kantong

Orthene 75 Sp Dipterex 45 SP

650 gr 1000 gr

0.10 0.16

0.16 0.25

0.43 0.66

-

Catatan : Volume semprot/Ha EPS (Engine Power Sprayer) PKS (Pneumatic Knapsack Sprayer) MB (Mist Blower)

= 600 L = 400 L = 150 L

F (Fogger) = 5 L

Alat Aplikasi Insektisida Alat aplikasi insektisida kontak dan sistemik adalah : - Engine Power Sprayer (EPS) - Pneumatic Knapsack Sprayer (PKS) - Mist Blower (pengabutan) - Fogger (pengasapan) Engine Power Sprayer (EPS) Alat semprot EPS terdiri dari dua komponen yaitu mesin dan pompa dan dilengkapi dengan selang dan nozzle. Volume semprot dapat mencapai 600 L/ha dengan kemampuan kerja adalah 3 – 5 ha/hari.

Keuntungan (I) Sesuai untuk insektisida kontak (II) Sesuai untuk tanaman muda ( 5 tahun) Kekurangan (I) Untuk mengoperasikan diperlukan banyak tenaga kerja (II) Kurang sesuai untuk areal yang tidak rata, banyak kayu (III) Sebagian insektisida terbuang karena nozzle tidak bisa dimatikan (IV) Kurang efektif untuk insektisida Bt

Pneumatic Knapsack Sprayer • Sebagai contoh adalah “Knapsack Solo” • Alat semprot ini dioperasikan secara manual dan disambungkan dengan nozzle • Volume semprot/ha adalah 400 – 600 L

Keuntungan (I) Sesuai tanaman berumur  3 tahun (II) Sesuai untuk penyemprotan spot (III) Sesuai untuk insektisida kontak, Bt dan IGR (IV) Cara kerja sangat sederhana sehingga tidak diperlukan tenaga kerja yang berpengalaman Kekurangan (I) Bekerja lambat, maksimum 1 ha/hari kerja (II) Volume semprot yang tinggi sehingga diperlukan air yang banyak (III) Tidak sesuai untuk tanaman menghasilkan

Mist Blower Dengan alat ini larutan insektisida dikeluarkan dalam bentuk kabut Keuntungan  Sangat sesuai untuk insektisida kontak, Bt dan IGR  Cocok untuk tanaman berumur  4 tahun

Kekurangan  Berbahaya terhadap pekerja/operator (insektisida kontak) sehingga diperlukan alat pengaman yang cukup  Tidak sesuai untuk areal bergelombang

Fogger (Pengasapan) • Jenis alat fogger merubah campuran insektisida, air, solar dan emulgator menjadi bentuk asap • Asap yang mengandung insektisida konsentrasi tinggi tersebut akan kontak langsung dengan ulat api/ulat kantong sehingga menyebabkan kematian • Jenis-jenis alat fogger adalah : Swing fog, Pulsfog : K10Sp, K22 Standard, K22-Bio dll

Keuntungan (I) Cakupan luas ± 10 – 15 ha/ hari kerja (II) Sangat efektif untuk insektisida kontak (III) Biaya/ha murah

Kekurangan (I) Hanya dapat diaplikasikan pada malam hari/dini hari (II) Diperlukan tenaga kerja yang terlatih (III) Tidak sesuai untuk areal yang bergelombang (IV) Tidak efektif untuk areal dimana kanopi tanaman belum menutup

K 10 SP dan Swingfog Alat ini terdiri dari 2 tangki yaitu tangki bahan bakar kapasitas 2 liter dan tangki campuran insektisida, solar, air dan emulgator kapasitas 5 liter Komposisi campuran pada alat K 10 SP dan Swingfog Bahan Air Solar Insektisida Emulgator

Jumlah

Umur tanaman < 10 tahun

10 – 15 tahun

> 15 tahun

3 – 5 lt 1.1 – 1.2 lt 0.2 – 0.3 lt 0.1 lt

1.5 lt 3.1 – 3.2 lt 0.2 – 0.3 lt 0.1 lt

0.5 4.0 – 4.5 lt 0.2 – 0.3 lt 0.1 lt

5.0 lt

5.0 lt

5.0 lt

Petugas sedang mengoperasikan alat fogging K 10 SP

Alat fogger K 10 SP

Alat Fogging- swingfog

c. Injeksi Batang Aplikasi insektisida sistemik melalui injeksi batang biasanya dilakukan untuk pengendalian hama daun pada tanaman berumur  7 tahun Pada umur tersebut pemberian insektisida melalui penyemprotan pada umumnya tidak sampai pada pelepah daun

Keuntungan (I) Sangat selektif (II) Sangat efektif terhadap semua instar larva (III) Relatif aman terhadap operator (IV) Efektif untuk tanaman yang sudah tua dan areal bergelombang/berbukit (V) Pekerjaannya cepat (VI) Sesuai untuk serangan sporadik

Kekurangan (I) Sangat mahal (II) Tidak sesuai untuk tanaman muda (III) Diperlukan operator yang berpengalaman

Rekomendasi insektisida dan dosis untuk injeksi batang Nama dagang

Azodrin 15 WCS

Azodrin 600 WCS

Bahan aktif

Jumlah Dosis/ Dosis/p Umur tanaman lubang/ lubang ohon (tahun) pohon (ml) (ml)

Monokrotofos 15 %

<7 7 – 15 > 15

2 1 1

15 30 45

30 30 45

Monokrotofos 60 %

<7 7 – 15 > 15

2 1 1

7.5 10 15

15 10 15

Catatan : Lubang bor dibuat pada ketinggian  50 cm Kemiringan lubang 450

d. Infus Akar infus akar merupakan teknik lain aplikasi insektisida sistemik. Pekerjaan infus akar sangat sederhana, akan tetapi memerlukan ketelitian dalam pelaksanaannya. Tahapan infus akar : - Mencari akar primer - Memotong akar - Memasang plastik berisi insektisida

Keuntungan (I) Sangat selektif (II) Sangat efektif untuk tanaman muda (III) Sesuai untuk serangan sporadik (IV)Tidak diperlukan alat khusus Kekurangan (I) Sangat mahal (II) Bekerja lambat, 1 tim (2 orang) = 80 pohon/hari (III) Diperlukan tenaga kerja terlatih

Catatan : - Pada saat mencari akar, penggalian tanah harus dilakukan secara hati-hati sehingga tidak merusak akar - Pilih akar primer yang aktif dan berada pada radius 50 cm di sekitar batang - Akar dipotong miring 30 – 400 - Insektisida sistemik dalam kantong plastik disarungkan secara hati-hati - Usahakan ujung akar pada posisi di dasar plastik - Ikat ujung plastik dengan karet - Apabila dalam 3 hari setelah infus akar, insektisida masih utuh, maka insektisida tersebut harus dipindahkan ke akar lainnya

Rekomendasi insektisida dan dosis aplikasi infus akar Nama dagang

Azodrin 15 WCS

Azodrin 600 WCS

Bahan aktif

Monokroto fos 15 % Monokroto fos 60 %

Umur tanaman (tahun)

Jumlah akar/ pohon

Dosis/ pohon (ml)

Semua umur

1

30

Semua umur

1

10

e. Pengutipan Kepompong - Pengutipan hanya dapat dilakukan apabila tingkat serangan rendah dan meliputi areal sempit - Kepompong yang dikutip adalah yang sehat dan dimatikan pengutipan kepompong terbatas pada piringan dan pangkal batang Keuntungan (I) Sangat selektif

Kekurangan (I) Tidak efektif saat terjadi eksplosi (II) Pekerjaannya sangat lambat (III) Sulit membedakan kepompong yang sehat dan sakit tanpa membuka kokon terlebih dahulu

Kepompong ulat api sebagian berada di tanah

f. Konservasi dan Eksploitasi Musuh Alami Tujuan Untuk menghindari populasi hama meningkat yang akan menyebabkan eksplosi hama tersebut dan mengembalikan keadaan ekosistem menjadi seimbang sehingga perlakuan insektisida dapat dikurangi

Jenis musuh alami (I) Predator (II) Parasit (III)Pathogen

Predator hama daun Eucanthecona spp

Kepompong terserang Cordyceps

Ulat Api terserang oleh pathogen Virus

Predator Predator merupakan jenis serangga lain yang memakan langsung ulat api dan ulat kantong, baik pada stadia telur, larva, kepompong dan kupu-kupu. Ukuran tubuh predator pada umumnya lebih besar dan kuat dari makanannya. Contoh : Eucanthecona furcellata (Pentatomidae: Hemiptera) Sycanus Spp (Reduviidae : Hemiptera) Inang kedua/alternatif Pada saat tidak terjadi serangan hama daun, predator mempunyai inang alternatif seperti serangga-serangga yang hidup pada tanaman kacangan dan pakis-pakisan.

Predator hama daun Sycanus spp

Parasit Parasit mempunyai ukuran lebih kecil dari inangnya dan hidupnya berada di dalam tubuh inangnya. Parasit yang berasal dari serangga disebut Parasitoid, sedangkan yang berasal dari golongan lain disebut Parasit. Parasit mempunyai siklus hidup yang pendek dan hanya menggunakan satu atau dua stadia inangnya, sehingga dikenal parasit telur, parasit larva dan parasit kepompong.

Parasit Telur Nama Parasitoid Trichogrammatoidea Spp.

Inang S. nitens S. asigna Darna Spp

Induk parasitoid Trichogrammatoidea spp. meletakkan telurnya pada telur ulat api. Telur yang terparasit beberapa hari kemudian berwarna coklat muda-hitam, sedangkan telur sehat berwarna kuning. Dalam satu telur ulat api dapat keluar  25 ekor parasitoid dewasa. Parasit yang sudah keluar ditandai adanya lubang-lubang kecil di permukaan telur ulat api.

Parasit Larva Induk parasit meletakkan telurnya pada permukaan atau dalam tubuh larva inangnya, biasanya pada larva instar I – IV. Telur dapat diletakkan secara tunggal atau berkelompok.

Nama Parasitoid Apanteles Spp. Spinaria spinator Fornicia Spp

Inang Darna trima Parasa Spp Setora nitens S. asigna S. asigna Chalcocelis albigutattus

Parasit Kepompong Induk parasit dewasa pada umumnya meletakkan telur pada tubuh larva ulat api pada saat akan berkepompong di tanah. Larva akan membentuk kepompong dan telur parasit akan menetas di dalam kepompong. Kepompong yang terparasit dan parasit sudah keluar ditunjukkan adanya lubang kecil pada permukaan kokon, sedangkan kepompong yang sudah menetas, besarnya lubang keluar sepertiga dari kokon. Nama Parasitoid Chaetexorista javana Chlorocryptus purpuratus

Inang S. nitens S. asigna

Patogen/Penyakit • Penyakit pada ulat api dan ulat kantong berupa virus, bakteri dan jamur • Untuk dapat berkembang secara baik diperlukan kelembaban lingkungan yang tinggi • Kelembaban yang tinggi ini dapat terjadi pada musim penghujan • Pada umumnya dimusim hujan sangat jarang/sedikit terjadi eksplosi hama, karena penyakti dapat berkembang secara optimal

Jamur Cordyceps tumbuh dgn baik pada tubuh larva

Larva ulat api telah menggantung karena Virus

Virus Pada kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkembangan virus, tingkat pathogenesitas virus dapat mencapai hampir 100% ,2 – 3 minggu setelah penyemprotan virus Efektifitas virus pada ulat api ditentukan oleh : (I) Jenis virus Antara jenis ulat api satu dengan lainnya mempunyai jenis virus yang berbeda Contoh : Jenis virus pada ulat api S. nitens tidak /kurang efektif untuk ulat api jenis S. asigna atau sebaliknya

(II) Identifikasi visual larva terinfeksi virus Larva yang terinfeksi virus mempunyai gejala : • Larva menjadi tidak/kurang aktif dan berhenti makan • Pada larva dewasa, pola warna tubuh menjadi kurang jelas/kabur dan memudar • Susunan duri-duri pada tubuh larva tidak membuka pada saat larva diganggu • Larva mati • Tubuh larva mulai lunak dan bagian perut mulai lembek • Tubuh larva berubah warna menjadi kemerahan atau coklat gelap • Larva akan jatuh ke tanah (larva dewasa), atau tetap lengket di daun (larva muda)

(III) Cuaca kondisi cuaca pada saat aplikasi virus sangat menentukan keberhasilannya/efektifitasnya. Cuaca yang paling baik untuk aplikasi virus adalah saat musim hujan dan waktu aplikasi pagi hari/sore hari (IV) Lama Penyimpanan Untuk mempertahankan efektifitas virus dalam waktu lama maka penyimpanan virus harus pada suhu –30 0C. Pada suhu tersebut bakteri sudah tidak aktif

Pembiakan/Perbanyakan Virus Virus ulat api dapat diperbanyak dengan 2 cara : (I) Perbanyakan di Laboratorium • Pengumpulan/pengutipan larva sehat dewasa ulat api dari lapangan • Larva hasil pengutipan disimpan dalam kurungan kasa yang diberi makanan berupa daun kelapa sawit untuk beberapa hari • Larva disemprot dengan larutan virus • Mulai hari kedua, larva yang menunjukkan gejala sakit dikumpulkan dan disimpan • Pengumpulan larva sakit dilakukan setiap hari, sampai seluruh larva habis terinfeksi

(II) Perbanyakan di Lapangan Tujuan perbanyakan virus di lapangan adalah untuk mendapatkan larva terinfeksi virus dalam jumlah banyak. • Pemilihan lokasi yang terserang ulat api, dengan syarat : – Populasi larva/pelepah sangat tinggi – Larva sudah diatas instar IV – Sebaiknya tanaman masih muda, umur  4 tahun • Larutan virus disemprotkan dengan PKS atau Mist blower sesuai dengan dosis yang dianjurkan

(II) Perbanyakan di Lapangan • Pengamatan dan pengutipan larva terserang virus mulai dilakukan 1 (satu) hari setelah penyemprotan • Pengutipan hanya dilakukan terhadap larva yang menunjukkan gejala terinfeksi virus • Pengutipan dilakukan setiap hari • Larva yang sudah busuk dan jatuh ke tahah tidak boleh dikutip untuk disimpan

Peralatan Peralatan yang digunakan dalam perbanyakan dan koleksi virus adalah: 1. Knapsack sprayer, Mist blower 2. Deep freezer (suhu –30 0C) 3. Plastik kantongan kapasitas 1 kg

Penyiapan Virus Stock Solution (VSS) (I) Ambil 1 plastik (1 kg) larva terinfeksi virus ulat api (dianjurkan selalu menggunakan stok paling lama) (II) Tambahkan 1 L air (1 : 1) kemudian dihancurkan dengan alat blender (III) Hasilnya kemudian disaring dengan kain muslin (IV) Larutan hasil saringan disebut Virus Stock Solution (VSS) (V) Untuk 1 kg larva terinfeksi virus dapat diperoleh  1.500 ml VSS. Alat

Volume semprot/ha

Jumlah VSS/L air

EPS PKS MB

400 300 150

0,75 ml 1,0 ml 2,0 ml

Dosis Aplikasi Virus Dosis aplikasi virus adalah 300 ml VSS/ha

Cordyceps • Jamur Cordyceps dapat menginfeksi larva instar akhir dan kepompong dari ulat api S. asigna, S. Nitens, P. lepida, D. trima, dll • Tingkat pathogenitasnya bervariasi, yaitu antara 13 – 80 % dan sangat tergantung dari tingkat kelembaban di tanah

Cara infeksi dan gejala Spora Cordyceps menginfeksi larva instar terakhir saat turun ke tanah untuk berkepompong. Spora Cordyceps menempel pada tubuh larva. Pada keadaan lembab spora akan menetas dan mulai menggunakan tubuh larva dan isinya sebagai media tumbuh. Miselium berwarna putih akan tumbuh menyelimuti tubuh larva/kepompong, sehingga larva akan mati. Miselium akan membentuk badan buah dan keluar dari permukaan cocon. Badan buah berbentuk seperti jari-jari dengan bagian ujung agak membesar berwarna kemerahan yang merupakan kantong spora. Dari infeksi larva sampai terbentuknya badan buah diperlukan waktu  40 hari.

Teknik Aplikasi Cordyceps Tahapan untuk aplikasi Cordyceps adalah : (I) Pengumpulan kepompong yang terinfeksi Cordyceps (II) Kepompong yang terinfeksi dihancurkan bersama dengan penambahan air dengan perbandingan 3 kepompong terinfeksi dalam 1 L air. (III) Kemudian disaring dan larutan yang diperoleh dapat diaplikasikan di lapangan (IV)Aplikasi dengan menyemprotkan larutan di daerah pangkal batang dan piringan dengan volume larutan 100 ml/pohon (V) Sebaiknya aplikasi Cordyceps dilakukan saat awal musim penghujan dan larva ulat api sudah diatas instar V.

Gulma Bermanfaat (Beneficial Weeds) Gulma-gulma bermanfaat sangat mutlak kehadirannya di perkebunan kelapa sawit untuk tujuan : • Menyediakan makanan bagi parasit dewasa, • Tempat berlindung parasit dewasa Contoh : • • • • •

Cleome rutidosperma, Ageratum conizoides, Casia cubanensis, Turnera subullata Euphorbia heterophylla

Gulma pukul delapan Turnera subullata

Gulma bermanfaat Cassia cubanensis

HAMA TIKUS KERUSAKAN (I) Pembibitan • Memakan kecambah yang baru tumbuh, sehingga kecambah mati • Mengerat bagian pangkal pelepah sampai jaringan muda, bibit tumbuh abnormal atau mati (II) Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) • Mengerat bagian pangkal pelepah sehingga pelepah tumbang • Mengerat jaringan meristem sehingga bibit mati (III) Tanaman Menghasilkan (TM) • Mengerat buah muda dan buah masak • Memakan brondolan • Merusak bunga jantan

Tikus rumah

: Rattus-rattus diardii

Serangan baru tikus pada Tanaman Belum Menghasilkan

Bekas serangan tikus pada TBM, tampak pelepah sengkleh

Serangan tikus pada tanaman menghasilkan

Bekas serangan tikus pada tandan buah

INFORMASI RACUN TIKUS Berdasarkan cara kerjanya, racun tikus digolongkan dalam 2 kelompok yaitu Acute dan Chronic Racun tikus acute bersifat sangat mematikan walaupun tikus baru makan dalam jumlah sedikit, racun tikus acute juga berbahaya terhadap manusia dan binatang piaraan lainnya. Selain itu racun tikus acute dapat menyebabkan kejeraan Contoh : Phosphide, Endrin, Bidrin Racun tikus chronic bekerja sebagai antikoagulan, yaitu apabila tikus makan racun dalam jumlah cukup akan menyebabkan pendarahan secara terus menerus

Contoh racun tikus antikoagulan Nama Dagang Coumarin Tikumin Ramortal Klerat RMB Phython RMB

Bahan Aktif

Konsentrasi (ppm)

Type Racun

Coumatetralyl Coumatetralyl Bromadiolon Brodifacum Brodifacum

375 375 50 50 50

AG I AG I AG II AG II AG II

AG : Antikoagulan Generasi Untuk kebun yang telah membudidayakan burung hantu untuk pengendalian tikus dianjurkan hanya menggunakan jenis racun tikus antikoagulan generasi I

ISTILAH DALAM PENGUMPANAN Istilah yang biasanya digunakan dalam pengumpanan tikus adalah sebagai berikut : Pohon Terserang Baru (PTB) Tanaman Menghasilkan (TM) yaitu pohon yang terdapat 5 atau lebih buah dengan keratan baru (umur 2 – 3 hari), bukan setiap tandan. Buah-buah terserang baru tersebut mungkin masih berada di tandan, atau sebagai brondolan atau kombinasi keduanya Ambang Ekonomi Merupakan tingkat serangan kritis, dimana diatas nilai tersebut pengumpanan segera dilakukan. Tanaman menghasilkan = 5%/ha

Serangan baru tikus pada Tanaman Menghasilkan

Serangan baru tikus pada tandan muda

Serangan tikus pada bunga jantan

Kegiatan Pengumpanan Setiap kegiatan pengumpanan harus terdiri minimum 3 (tiga) rotasi pengumpanan dan dilakukan sebagai berikut : (I) Letakkan 1 butir racun tikus/pohon Racun tikus diletakkan dekat pangkal batang ke arah jalan panen (II) Gantilah racun tikus yang hilang setiap 3 – 4 hari (untuk racun tikus AG I) atau 7 hari (untuk racun tikus AG II) (III) Dalam satu kegiatan pengumpanan minimum terdiri 3 (tiga) rotasi aplikasi

(IV) Apabila racun tikus yang hilang setelah rotasi ketiga turun di bawah 20 %, pengumpanan dapat dihentikan. Akan tetapi apabila > 20 % sensus terhadap PTB harus dilakukan. (V) Apabila PTB sudah turun dibawah 5 %, pengumpanan dapat dihentikan walaupun jumlah racun tikus yang hilang masih > 20 % (VI) Apabila PTB masih  5 %, satu rotasi pengumpanan (rotasi ke 4) harus segera dilakukan (VII)Tiga hari setelah aplikasi racun tikus rotasi IV, harus dilakukan sensus PTB

Aplikasi racun tikus dekat dengan pangkal batang menghadap jalan panen

PENGENDALIAN TIKUS - Pembibitan : Pemberian racun tikus - TBM : Pemberian racun tikus - TM : Pembiakan burung hantu dan aplikasi racun tikus

Pengendalian di Pembibitan Untuk daerah beresiko tinggi yaitu dijumpai banyak aktivitas tikus, satu kegiatan pengumpanan harus dilakukan sepanjang baris polybag sebelah luar, yaitu dilakukan sebelum penanaman kecambah. Apabila terjadi serangan setelah penanaman, aplikasi racun tikus dapat dilakukan terbatas pada lokasi serangan, yaitu dengan cara : • Letakkan racun tikus pada setiap barisan awal poybag di sepanjang perbatasan • Gantilah racun tikus yang hilang setiap 3 – 4 hari sampai tidak dijumpai serangan baru

Pengendalian pada Tanaman Belum Menghasilkan (umur 0 – 12 bulan) Penanaman Untuk daerah beresiko tinggi, satu kegiatan pengumpanan harus dilakukan setelah penanaman bibit

Areal Gambut, Rendahan Dan Rawa-Rawa Daerah ini sangat beresiko tinggi, maka kegiatan pengumpanan dilakukan setiap tiga bulan tanpa melakukan sensus serangan baru

Areal Rata Untuk areal rata serangan tikus pada umumnya lebih rendah. Aplikasi racun tikus berdasarkan “deteksi dan aplikasi” dengan interval 3 bulan dan dilakukan setelah satu kampanye pengumpanan setelah penanaman

Teknik “deteksi dan aplikasi” • Letakkan 3 butir racun tikus/pohon yang menunjukkan gejala serangan baru dan ditambah 6 pohon di sekelilingnya masingmasing 3 butir. • Apabila dalam setiap rotasi “deteksi dan aplikasi”, dijumpai serangan menyebar (pengamatan visual menunjukkan  4 pohon terserang baru/ha), maka satu kampanye pengumpanan harus dilakukan terbatas areal terserang saja

Tanaman Belum Menghasilkan (Umur 13 – 24 Bulan) Semua Areal • Setelah tanaman berumur 12 bulan pada umumnya sudah tahan terhadap serangan tikus. • Aplikasi tunggal berdasarkan “deteksi dan aplikasi” harus dilakukan secara rutin dengan selang waktu 3 bulan. • Dalam setiap rotasi “deteksi dan aplikasi”, apabila dijumpai tanaman sisipan berumur < 1 tahun, letakkan 3 butir racun tikus/pohon. • Apabila dalam rotasi “deteksi dan aplikasi”, dijumpai serangan yang menyebar (pengamatan visual yaitu  4 pohon terserang baru/ha) maka satu kampanye pengumpanan harus dilakukan

Tanaman Menghasilkan (Umur > 24 bulan) Kebijaksanaan management : melakukan eksploitasi burung hantu dalam mengendalikan tikus pada tanaman menghasilkan Pemberian/aplikasi racun tikus dapat dilakukan dengan alasan yang tepat dan dengan ketentuan sebagai berikut : (I) Membantu burung hantu karena belum mampu mengendalikan serangan tikus (II) Untuk mengendalikan tikus dimana burung hantu belum ada

Burung Hantu, Tyto alba sebagai predator potensial hama tikus

Sistem pengendalian tikus dengan rodentisida untuk tanaman menghasilkan adalah : “Response Baiting” dan “Routin Baiting” Response Baiting Pada areal dengan aktivitas tikus rendah-sedang, prioritas pengendalian harus dilakukan dengan sistem Response Baiting, yaitu berdasarkan hasil sensus

Prosedur pengumpanannya adalah : (I) Lakukan sensus terhadap pohon terserang baru (II) Apabila pohon terserang  5 %, kampanye pengumpanan dapat dimulai (III)Kampanye pengumpanan hanya dilakukan pada blok-blok terserang saja

Routine Baiting Pada areal dimana serangan tikus menjadi kronik dan persisten, pengumpanan tikus secara rutin dapat dilakukan dengan selang waktu tetap (4 – 6 bulan) Pengumpanan akan menjadi efektif untuk areal serangan yang luas

HAMA TANDAN BUAH (Tirathaba rufivena) Status Hama Dalam perkebunan kelapa sawit, populasi Tirathaba pada tingkat rendah selalu ada pada semua tingkat umur tanaman menghasilkan Populasi yang rendah ini selalu terjaga oleh adanya musuhmusuh alami dan praktek budidaya. Namun serangan serius dan luas dapat terjadi pada tanaman yang baru menghasilkan. Dalam keadaan normal, hama Tirathaba hanya merusak permukaan buah dengan membuat gerekan-gerekan. Akan tetapi pada kondisi serangan berat dapat menyebabkan rusaknya tandan buah sehingga menurunkan hasil yang nyata.

Siklus Hidup Stadia

Uraian

Waktu (hari)

Telur

Diletakkan secara berkelompok 1 – 20 butir pada permukaan seludang bunga jantan dan betina

Larva

Larva muda berwarna putih kotor, sedangkan yang dewasa berwarna coklat muda-gelap, panjang 40 mm dan ditutupi oleh rambutrambut yang panjang

16 – 21 (5 instar)

Kepompong

Kepompong dilindungi oleh kokon dan berada di dalam tandan atau antara tandan dan pelepah warna kepompong coklat

9 – 12

Kupu-kupu

Sayap depan berwarna coklat muda kehijauan dan sayap belakang berwarna coklat muda

5 – 10

4–5

Gejala Serangan Kehadiran hama Tirathaba pada perkebunan kelapa sawit dapat dideteksi dengan gejala sebagai berikut : (I) Dijumpai adanya bekas gerekan pada permukaan buah berbentuk cincin atau alur-alur (II) Adanya kotoran larva yang menutupi permukaan tandan buah Serangan baru : kotoran berwarna kemerahan (larva masih aktif) Serangan lama : Kotoran berwarna coklat gelam sampai kehitaman (larva tidak aktif/kepompong)

Serangan baru : kotoran berwarna kemerahan (larva masih aktif )

Bekas serangan hama Tirathaba

Pohon terserang adalah pohon yang terdapat kotoran baru berwarna kemerahan pada permukaan salah satu tandan atau lebih

Pengendalian Tanaman Belum Menghasilkan dan Sisipan Dalam keadaan normal kebijaksanaan kastrasi yang dilakukan tepat waktu dan konsisten akan mampu mencegah meningkatnya populasi Tirathaba Apabila pada saat melakukan rotasi kastrasi dijumpai adanya serangan, tindakan yang dianjurkan adalah : - Semua bunga/tandan yang dipotong dikumpulkan, dikeluarkan dari lapangan dan dibakar ATAU - Semua bunga/atau tandan yang dipotong dikumpulkan dan disemprot dengan insektisida Thiodan 35 EC atau Regent 50 SC

Pencegahan dengan penyemprotan insektisida Untuk menekan peningkatan populasi Tirathaba pada tanaman muda, dua rotasi penyemprotan pencegahan dianjurkan : Rotasi I : 2 – 3 bulan sebelum panen Rotasi II : 2 minggu setelah penyemprotan rotasi I Penyemprotan hanya terbatas pada pohon terserang. Penyemprotan pada seluruh bunga, tandan baik yang terserang maupun sehat termasuk tandan yang sudah busuk.

Tanaman Menghasilkan Sensus Hama Sensus hama, mengikuti anjuran pada kebijaksanaan sebelumnya dan dilakukan pada semua tanaman menghasilkan secara rutin pada setiap bulan

Tingkat Serangan Kritis (TSK) Tingkat serangan kritis adalah apabila hasil sensus menunjukkan tingkat serangan  5%/ha

Penyemprotan (I) Penyemprotan menggunakan alat knapsack sprayer dengan nozzle solid cone volume rendah (II) Kondisi Normal. Penyemprotan dibatasi pada pohon dengan serangan baru saja. Pohon dengan bekas serangan lama dan pohon sehat tidak disemprot (III) Kondisi Serangan Berat. Penyemprotan dilakukan untuk seluruh pohon pada areal terserang berat. (IV) Penyemprotan terhadap semua bunga dan tandan termasuk bunga jantan dan tandan yang tidak terserang

Waktu dan Frekuensi Penyemprotan Rotasi penyemprotan dilakukan 2 kali dengan selang waktu maksimum 2 minggu. Perlu tidaknya aplikasi rotasi kedua ditentukan hasil sensus yang dilakukan maksimum 7 – 10 hari setelah penyemprotan rotasi I Apabila hasil sensus masih  5 %, maka aplikasi insektisida rotasi kedua dapat dilakukan.

Jenis dan Dosis Insektisida Insektisida Nama dagang

Bahan aktif

Thiodan 35 EC Regent 50 SC Rope 25 EC

Endosulfan Fipronil Fipronil

Jumlah/L air 1,5 ml 0,5 ml 1,0 ml

Catatan : Untuk meningkatkan efektifitas insektisida tersebut perlu ditambahkan 2,5 ml perekat/liter air (Agristik, Teepol, Lissapol dll).

HAMA RAYAP • Rayap dari jenis Coprotermes curvignathus merupakan masalah hama yang serius terutama pada perkebunan kelapa sawit di tanah gambut • Pada tanaman muda, rayap akan menyerang mulai dari pangkal pelepah dan naik sampai daun tombak • Serangan rayap dapat dideteksi dengan adanya alur-alur tanah berwarna hitam basah pada pangkal pelepah/batang sampai daun tombak. Apabila alur tanah tersebut dirusak maka akan terlihat rayap yang masih aktif. Rayap selanjutnya akan menyerang pangkal daun tombak, akibatnya daun muda akan mati

Potensi Kerusakan Serangan rayap dapat terjadi mulai dari penanaman bibit sampai tanaman berumur  11 tahun dengan tingkat serangan dapat mencapai 5 % atau 7 – 8 pohon/ha. Serangan yang tidak dilakukan pengendalian dapat menyebabkan kematian tanaman.

Akibat serangan hama Rayap, tanaman mati

Serangan rayap pada TM menyebabkan pohon tumbang

Habitat Rayap • Pada umumnya rayap hidup di hutan, terutama di daerah rendahan yang banyak terdapat kayu-kayu yang belum melapuk • Sarang-sarang dapat dijumpai pada kayu-kayu mati yang berada di bawah permukaan tanah • Sarang-sarang tersebut saling berhubungan antara satu dengan yang lain dan dapat mencapai panjang 90 m pada kedalaman 30 – 60 cm

Koloni rayap pada kayu yang sudah lapuk

Biologi Rayap merupakan serangga sosial dan dalam kelompoknya dibagi dalam 3 kasta yaitu : Pekerja Berwarna putih kekuningan dengan ukuran panjang 5 mm Prajurit Berukuran lebih besar, panjang 6 – 8 mm dan mempunyai mandibula yang kuat. Apabila menggigit akan mengeluarkan cairan putih dari bagian kepala Ratu Panjang dapat mencapai 50 mm. Ratu mempunyai tugas untuk reproduksi anggota koloni. Rayap dapat menyebar dengan perantaraan laron dan terjadi pada musim penghujan. Laron tersebut akan berpasangan dan membentuk koloni baru.

Koloni rayap yang terdiri dari Ratu, pekerja dan tentara

Sensus

Prosedur Sensus (I) Petugas sensus harus mengamati seluruh pohon dengan berjalan sepanjang jalan panen (dua jalur) (II) Pohon yang terserang harus ditandai (X) dengan cat warna kuning pada pangkal batang dan menghadap jalan panen. (III) Untuk setiap barisan tanaman yang didalamnya terdapat pohon terserang, pohon pertama pada baris tersebut harus diberi tanda Jumlah pohon terserang pada barisan tersebut dituliskan dibawah tanda (IV) Petugas aplikasi hanya akan mendatangi barisan tanaman yang bertanda, untuk itu pengecatan tanda harus jelas dan menghadap ke jalan

Frekuensi Sensus Keadaan areal Bermasalah Normal

Jumlah pohon terserang/ha >4 4

Frekuensi sensus Setiap bulan Setiap 3 bulan

Data sensus Data hasil sensus diringkas dalam formulir di bawah

Perlakuan Insektisida yang direkomendasikan untuk pengendalian rayap adalah : Insektisida Nama dagang Dursban 20 EC Lentrex 400 EC Termiban 400 EC Regent 50 SC Rope 25 EC

Dosis aplikasi

Bahan aktif

% Bahan aktif

Formulasi (ml/L)

Chlorpyriphos Chlorpyriphos Chlorpyriphos Fipronil Fipronil

0,25 0,25 0,25 0,125 0,125

12,5 12,5 12,5 2,5 5,0

Perlakuan Tanaman berumur < 24 bulan (TBM 1 dan 2) (I) Untuk pohon terserang dan rayap masih aktif, seluruh tanah yang merupakan jalur rayap yang menempel di pangkal pelepah harus dihancurkan (II) Setelah bersih, disemprot larutan insektisida secara merata dengan volume 1 – 2 Ltr/pohon (III) Sebagai tambahan, siramkan 2 Ltr larutan/pohon di sekitar tanaman pada radius  30 cm (IV) Sebagai tindakan pencegahan, siramkan masing-masing 2,0 L larutan/pohon terhadap 6 pohon disekeliling tanaman terserang (V) 2 minggu setelah aplikasi harus dilakukan pengamatan untuk memastikan efektivitasnya Perlakuan ulang harus dilakukan apabila perlakuan sebelumnya tidak efektif

Tanaman Berumur > 24 bulan (TM – 1 ke atas) (I) Untuk pohon terserang dan rayap masih aktif, seluruh tanah yang merupakan jalur rayap yang menempel di batang dan pangkal pelepah harus dihancurkan (II) Setelah bersih disemprot larutan insektisida secara merata dengan volume 1 – 2 Ltr/pohon (III) Sebagai tambahan, siramkan 3 Ltr larutan/pohon di sekitar tanaman pada radius  30 cm (IV)Sebagai tindakan pencegahan, siramkan masing-masing 3 ltr larutan/pohon terhadap 6 pohon di sekeliling tanaman terserang (V) 2 minggu setelah aplikasi harus dilakukan pengamatan untuk memastikan efektifitasnya Perlakuan ulang harus dilakukan apabila perlakuan sebelumnya tidak efektif

Pohon Mati (I) Seluruh pohon yang dipastikan mati oleh rayap harus dibongkar (termasuk pangkal batang) dan diletakkan di gawangan (II) Apabila pohon yang mati masih dihuni oleh rayap, hancurkan seluruh tanah yang merupakan jalur-jalur rayap pada pangkal batang, pangkal pelepah dll, dan semprot merata dengan 1 – 2 Ltr larutan insektisida (III) Apabila lubang bekas tanaman terserang masih dihuni oleh rayap, siramkan 3 Ltr larutan insektisida secara merata. Penyiraman tidak diperlukan apabila rayap tidak dijumpai (IV) Apabila tanaman mati akan disisip, seluruh sisipan harus diperlakukan dengan insektisida sebagai tindakan pencegahan serangan selanjutnya

Sisipan Seluruh sisipan baru di tanah gambut harus diberikan insektisida, untuk mencegah serangan rayap. (I) Taburkan 50 g insektisida Marshal 5 G di dalam lubang tanam (II) Setelah bibit ditanam, taburkan 50 g Marshal 5 G di sekitar pangkal batang bibit

HAMA Oryctes rhinoceros Hama kumbang tanduk Oryctes rhinoceros merupakan hama penting kelapa sawit pada areal peremajaan. Kumbang tanduk dapat menyerang sejak di pembibitan, tanaman muda di lapangan dan bahkan tanaman dewasa > 7 tahun (terutama pada areal yang memanfaatkan janjang kosong sebagai mulsa)

Bekas serangan hama Oryctes

Potensi Kerusakan Pembibitan Kumbang tanduk menggerek pangkal pelepah terbawah, dan langsung mencapai titik tumbuh. Kerusakan yang dapat dilihat adalah daun tombak mengering dan mudah dicabut

TBM Kumbang menggerek pangkal pelepah sebelah atas, kemudian meneruskan gerekan ke bawah sampai jaringan muda. Gejala yang dapat dilihat adalah adanya lubang gerekan, daun tumbang mengering dan mudah dicabut TM Membuat lubang gerekan pada pangkal pelepah sebelah atas, setelah pelepah membuka sebagian pelepah akan patah

Tanaman muda terserang Oryctes berulangkali

Siklus Hidup • Telur diletakkan kumbang betina secara tunggal pada bahan-bahan organik yang sedang melapuk (kayu, batang kelapa sawit, janjang kosong) • Telur menetas setelah 10 – 18 hari. Larva terbagi dalam tiga instar dan berlangsung selama 102 hari (63 - 180 hari) • Pre-pupa dilindungi oleh serabut-serabut media hidupnya dan berlangsung 7,7 hari (6 – 12 hari) • Pupa berada pada tempat yang sama selama 22,4 hari (16 – 27 hari) • Setelah menjadi kumbang dewasa, tetap tinggal di dalam kokon selama 19,7 hari (11 – 29 hari) • Siklus hidup Oryctes adalah rata-rata 164,3 hari (106 – 266 hari)

Larva Oryctes rhinoceros

Kumbang Oryctes rhinoceros

Permasalahan Tumbuh dan berkembangnya hama Oryctes serta kerusakan yang ditimbulkannya sangat ditentukan oleh dua faktor : (I) Ada tidaknya sumber hama (II) Tersedianya media untuk berkembang biak

Tumpukan janjangan kosong sebagai media pembiakan

Sensus Sensus dilakukan apabila terdeteksi adanya serangan Oryctes di lapangan yaitu: Petugas sensus harus mengamati setiap pohon adanya bekas serangan baru. Serangan baru ditunjukkan adanya gundukan bekas gerekan berwarna putih dan dijumpai adanya lubang gerekan. Pada saat sensus tersebut, apabila dijumpai pohon terserang baru petugas sensus harus mencari kumbangnya dan mematikan.

Frekuensi Sensus

Tingkat Serangan  2 pohon/ha 3 – 5 pohon/ha > 5 pohon/ha

Frekuensi 1 bulan 2 minggu 1 minggu

Pengendalian Di dalam usaha pengendalian dilakukan dua hal penting yaitu pencegahan (menghindari penyediaan media perkembangbiakannya) dan penyembuhan yaitu dengan mematikan/menangkap serangga (kumbang, larva dan kepompong) Pencegahan  Menanam kacangan penutup tanah  Menghancurkan tempat/media perkembangbiakannya  Penyebaran janjangan kosong dalam satu lapisan

LCC sebagai sarana pencegahan Perkembangbiakan Oryctes

Penyembuhan (I) Wingkling (mengutip dan membunuh kumbang yang menyerang tanaman) dengan rotasi Tingkat Serangan  2 pohon/ha 3 – 5 pohon/ha > 5 pohon/ha

Frekuensi 1 bulan 2 minggu 1 minggu

(II) Aplikasi Insektisida Aplikasi insektisida dilakukan apabila hasil menunjukkan tingkat serangan > 5 pohon/ha Insektisida

Jumlah/pohon

Teknik aplikasi

sensus Frekuensi aplikasi

Nama dagang

Bahan aktif

insektisida

air

Decis 2,5 EC Matador 25 EC Cymbush 50 EC

Deltamethrin L-sihalothrin Sipermethrin

3,5 ml 3,5 ml 10 ml

100 ml 100 ml 100 ml

Penyemprotan daun tombak dan pangkal pelepah

2 minggu

Curater 3 G

Carbofuron

15 g

-

Penaburan di sekitar pangkal daun tombak

2 minggu

Marshal 5 G

Carbosulfan

10 g

-

1 bulan

(III) Pheromone Pherotrap terdiri dari bahan ember kapasitas 15 L dengan tutup terbailk dan ditengah- tengah tutup diberi lubang dengan diameter 5 cm. Selain itu di dalam ember digantungkan pheromone Tingkat Serangan 5 – 10 pohon/ha 10 – 20 pohon/ha

Frekuensi setiap 10 ha setiap 5 ha

(IV) Pemanfaatan Jamur Metarrhizium Jamur Metarrhizium anisopliae merupakan jamur entomophatogen terhadap larva Oryctes. Keberhasilan penggunaan jamur ini adalah apabila secara pasti sudah diketahui tempat perkembangbiakan dari Oryctes. Dosis aplikasi jamur Metarrhizium anisopliae adalah 20 gr/m3 media tumbuh.

Pemasangan pheromon di lapangan

Aplikasi jamur Metarrhizium pada media perkembangbiakkan

Larva Oryctes terinfeksi jamur Metarrhizium

HAMA ADORETUS DAN APOGONIA Adoretus dan Apogonia merupakan kumbang pemakan daun yang aktif pada malam hari (kumbang malam) dan dapat menyebabkan kerusakan yang nyata di pembibitan atau tanaman baru

Adoretus spp. Kumbang berwarna coklat dan ditutupi oleh sisik-sisik berwarna keabuabuan, panjang kumbang 10 – 12 mm. Larva hidup di tanah, terutama yang banyak mengandung bahanbahan organik

Apogonia spp. Kumbang berwarna hitam mengkilat, berukuran 8,5 – 10 mm, larva hidup pada sisa-sisa tanaman yang sedang mengalami pembusukan

Gejala serangan hama Apogonia dan Adoretus

Gejala serangan Apogonia dan Adoretus

Pengendalian Pengendalian dilakukan apabila dijumpai adanya serangan baru di pembibitan. Insektisida yang dianjurkan untuk pengendalian hama Adoretus spp dan Apogonia spp adalah : Insektisida Nama dagang Thiodan 35 EC Regent 50 SC Dursban 20 EC

Bahan aktif Endosulfan Fipronil Chlorphyryphos

Dosis (ml/L air)

Frekuensi aplikasi (minggu)

1,5 0,5 2,5

1 1 1

Untuk mendapatkan hasil pengendalian yang optimum : - Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada sore hari setelah penyiraman selesai - Perlu ditambahkan surfactant sebanyak 2,5 ml/L air

TERIMAKASIH