I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting karena menghasilkan beras yang menjadi sumber bahan makanan pokok, seperti di Indonesia padi merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan masyarakat. Hampir seluruh masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok seharihari. Konsumsi beras di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 139 kg/ kapita/ tahun dengan jumlah penduduk 237 juta jiwa, sehingga konsumsi beras nasional pada tahun 2011 mencapai 34 juta ton (BPS, 2011). Kebutuhan beras akan terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Di Indonesia luas panen padi mencapai 13.835.252,00 ha dengan produksi 71.279.709,00 Ton (BPS, 2013). Luas panen padi terus menurun akibat adanya alih fungsi lahan pertanian yang menyebabkan produksi juga menurun, sedangkan penduduk Indonesia terus meningkat sehingga kebutuhan pangan juga meningkat. Apabila ini terus terjadi maka dapat menyebabkan kelangkaan pangan. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas adalah dengan pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman dapat diartikan sebagai seni dan ilmu yang mempelajari adanya pertukaran dan perbaikan karakter tanaman yang diwariskan pada suatu populasi baru dengan sifat genetik yang baru. Pemuliaan tanaman umumnya mencakup tindakan penangkaran, persilangan, dan seleksi (Nuraida, 2012). Tindakan penangkaran meliputi eksplorasi, peremajaan dan karakterisasi. Karakterisasi untuk mengetahui sifat-sifat tetua yang akan digunakan sebagai sumber bahan genetik perlu dilakukan sebelum persilangan. Informasi keragaman genetik diperlukan para pemulia untuk mengembangkan tanaman. Selain itu keragaman genetik juga diperlukan untuk mempertahankan produksi tanaman dan perakitan tanaman yang tahan cekaman biotik maupun abiotik (Situmeang, 2013). Banyaknya kultivar padi menyebabkan kesulitan untuk membedakannya, sehingga diperlukan suatu pengelompokan kultivar tersebut. Ciri morfologi yang sering digunakan sebagai pembeda kultivar padi adalah tinggi tanaman, jumlah 1
anakan produktif, warna batang, warna daun, permukaan daun, jumlah gabah per malai, bentuk gabah, warna gabah, dan permukaan gabah. Setiap kultivar padi lokal memiliki persamaan ataupun perbedaan ciri/ karakter. Adanya persamaan ataupun perbedaan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara kultivar-kultivar padi (Irawan dan Purbayanti, 2008). Pada akhir tahun 1960-an, usaha pertanian padi di beberapa negara kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia banyak mengalami perubahan akibat introduksi varietas padi unggul (High Yielding Rice Varieties = HYVs), yang merupakan salah satu program dari revolusi hijau. Pada masa revolusi hijau banyak diintroduksi varietas unggul yang memiliki daya hasil tinggi. Selain memberikan dampak positif, revolusi hijau juga memberikan dampak negatif, antara lain punahnya varietas padi lokal secara masal, pencemaran air dan tanah, serta kerusakan kesuburan tanah. Seperti dikatakan Iskandar (2001) di Indonesia tercatat lebih dari 8.000 kultivar padi lokal atau tradisional yang biasa ditanam petani. Adanya program revolusi hijau yang mengintroduksikan varietas padi unggul, keanekaragaman padi lokal menurun secara drastis. Para petani mulai menanam varietas unggul dan varietas lokal banyak yang sudah tidak ditanam lagi. Penggunaan varietas baru pada pertanian komersial menggantikan kultivar tradisional mengakibatkan berkurangnya keragaman genetik kultivar lokal, sehingga informasi penting seperti produksi hasil berbagai kultivar juga menghilang. Peningkatan keragaman genetik merupakan hal yang penting karena dapat meningkatkan kesempatan untuk pengembangan spesies lebih lanjut, karena itu untuk mengatasi hilangnya keragaman genetik perlu adanya suatu metode yang tepat agar tidak terjadi kehilangan maupun penurunan keragaman genetik pada tanaman. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan melakukan pengumpulan plasma nutfah dan data koleksi (Situmeang, 2013). Tahapan pengelolaan plasma nutfah yaitu eksplorasi, peremajaan, karakterisasi, koreksi dan pemanfaatan. Eksplorasi merupakan kegiatan untuk mencari dan mengumpulkan sumber gen. Peremajaan merupakan kegiatan meremajakan kembali benih atau bahan tanam agar bisa ditanam kembali. 2
Karakterisasi yaitu proses pegamatan yang bertujuan untuk mengetahui karakter yang dimiliki suatu tanaman. Pemanfaatan merupakan kegiatan penggunaan plasma nutfah sebagai bahan dalam pemuliaa tanaman. Di Daerah Istimewa Yogyakarta luas panen padi mencapai 159.266.00 ha dengan produksi 921.824.00 Ton (BPS, 2013). Pada beberapa daerah masih ada beberapa petani yang masih menanam kultivar lokal. Kultivar-kultivar tersebut dapat digunakan sebagai sumber bahan genetik dalam proses pemuliaan tanaman untuk memperbaiki sifat agar produksi dapat meningkat. Pendataan tentang kultivar tersebut sangat penting untuk mendapatkan berbagai informasi sehingga perlu dilakukannya karakterisasi agar diketahui deskripsi tentang kultivar tersebut. Deskripsi tentang suatu kultivar dapat mempermudah untuk mengetahui informasi apabila suatu kultivar tersebut akan digunakan sebagai sumber bahan genetik dalam proses pemuliaan tanaman.
1.2 Tujuan Mengetahui karakter morfologi 20 kultivar padi lokal yang ditemukan di Daerah Istimewa Yogyakarta.
1.3 Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah mengetahui karakterkarakter morfologi beberapa kultivar padi lokal Daerah Istimewa Yogyakarta dan mengetahui deskripsi masing-masing kultivar yang dapat digunakan untuk koleksi plasma nutfah padi. Hasil karakterisasi diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pengembangan dalam program pemuliaan tanaman dan budidaya padi.
3
II. TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Sejarah Padi merupakan tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 7000 tahun lalu. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam (Suparyono dan Setyono, 1993). Saat ini padi tersebar luas di daerah Tropika dan Subtropika seperti Asia, Afrika, Amerika, dan Australia. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Prades India sekitar 100-800 SM. Di daerah asalnya banyak terdapat varietas padi yang diusahakan maupun yang tumbuh liar. Menurut penyelidikan yang banyak dilakukan padi yang banyak dibudidayakan yaitu Oryza sativa L. yang merupakan hasil perkawinan silang yang berlangsung berkali-kali antara banyak sekali padi liar. Di Jawa tanaman ini telah dibudidayakan orang jauh sebelum bangsa Hindu datang ke Indonesia. Di Indonesia padi disebut dewi sri yang sejajar dengan dewa-dewa lain yang dihormati. Pada awal dan akhir musim tanam sering diadakan upacara-upacara ritual yang menggambarkan bahwa padi sangat dihormati (Suparyono dan Setyono, 1993). Di Indonesia jenis padi yang banyak diusahakan yaitu padi bulu dan padi cereh. Perbedaan antara padi bulu dan padi cereh yang mudah terlihat ialah ada tidaknya ekor pada gabahnya (Soemartono et al., 1981). Negara produsen padi terkemuka adalah Cina (31% dari total produksi dunia), India (20%) dan Indonesia (9%). Namun hanya sebagian kecil produksi padi dunia yang diperdagangkan antar negara (5-6% dari total produksi dunia). Thailand merupakan pengekspor padi utama (26% dari total yang diperdagangkan dunia), diikuti Vietnam (15%) dan Amerika Serikat (11%). Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang diperdagangkan dunia) diikuti Bangladesh (4%) dan Brazil (3%). Data lima daerah penghasil padi terbesar di Indonesia adalah Indramayu 7.447.075 ton/ tahun, Karawang 6.681.452 ton/ tahun, Subang 6.279.037 4
ton/ tahun, Sukabumi 4.614.314 ton/ tahun, dan Tasikmalaya 4.074.753 ton/ tahun (Indranegara, 2012).
2.2 Morfologi Padi Padi merupakan keluarga padi-padian dengan batang beruas-ruas yang dalamnya berongga. Tanaman ini memiliki tinggi 1-1,5 meter. Pada tiap buku batang tumbuh daun berbentuk pita dan berpelepah. Dari tiap buku tumbuh tunas yang nantinya dapat tumbuh menjadi anakan dan dari tiap batang dapat tumbuh bunga yang nantinya akan menjadi bulir-bulir padi (Soemartono et al., 1981). Pada dasarnya padi terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif
yaitu
organ-organ
tanaman
yang
berfungsi
mendukung
atau
menyelenggarakan proses pertumbuhan, termasuk dalam bagian ini adalah akar, batang dan daun. Fase generatif diawali dengan fase primordial bunga, termasuk dalam bagian generatif yaitu malai, bunga dan gabah atau buah padi (Suparyono dan Setyono, 1993). Akar tanaman padi berfungsi untuk menopang batang, menyerap nutrisi dan air serta untuk pernafasan. Padi adalah tanaman berakar serabut. Akar yang tumbuh dari kecambah biji disebut akar utama (primer). Akar lain yang tumbuh di dekat buku disebut akar seminal (Suparyono dan Setyono, 1993). Semakin hari pertumbuhan akar serabut semakin banyak. Akar-akar tersebut akan berkembang dan menyerap hara dalam tanah sampai kedalaman ± 25 cm, sedalam tanah yang diolah. Selain akar utama terdapat akar cabang dan akar rambut. Akar cabang keluar dari akar-akar induk dan akar ini panjang-panjang. Selain itu terdapat pula bulu akar yang panjangnya 1-2 mm (Soemartono et al., 1981). Batang padi terdiri dari beberapa ruas yang dibatasi oleh buku. Pada awal pertumbuhan ruas batang masih bertumpukan dan mulain memanjang setelah memasuki fase reproduktif. Ruas yang terpanjang adalah ruas yang teratas dan panjangnya berangsur-angsur menurun sampai keruas yang terbawah dekat
5
permukaan tanah. Dari buku pada batang utama akan tumbuh anakan primer. Anakan mulai tumbuh setelah tanaman padi memiliki 4 atau 5 daun (Ismunadji et al., 1988). Daun padi tumbuh pada buku-buku batang dengan susunan berseling. Pada tiap buku batang tumbuh satu daun yang terdiri dari pelepah daun, helai daun, telinga daun (uricle), dan lidah daun (ligula). Pelepah daun berbentuk pita yang menggulung menjadi silinder yang membungkus semua bagian dari tunas muda. Helaian daun datar, dan lebih panjang dari selubung di semua daun kecuali daun kedua. Lidah daun biasanya berwarna putih, berbentuk segitiga kecil yang terlihat seperti kelanjutan dari pelepah daun, terletak di dasar helai daun, sekitar persimpangan antara pelepah daun dan helaian daun. Sepasang telinga daun berbulu terletak di persimpangan (kanan dan kiri) antara pelepah dan helaian daun. Adanya telinga daun sering digunakan sebagai acuan yang mudah untuk membedakan kultivar tanaman padi. Beberapa kultivar padi ada yang tidak memiliki lidah daun dan telinga daun. Manfaat lidah daun yaitu untuk menahan air agar tidak masuk dalam pelepah daun. Pada awal pertumbuhannya tanaman padi memiliki sekitar 8-18 daun pada batang utama (Yoshida, 1981). Malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer. Pada buku pangkal malai umumnya hanya muncul satu cabang primer dan dari cabang primer tersebut akan muncul lagi cabang-cabang sekunder. Pada malai inilah tumbuh bunga yang nantinya akan menjadi biji. Bunga padi berkelamin dua dan memiliki enam buah benang sari dengan tangkai sari pendek dan dua kantung serbuk di kepala sari. Bunga padi juga mempunyai dua tangkai putik dengan dua kepala putik yang berwarna putih atau ungu. Sekam mahkotanya ada dua dan yang bawah disebut lemma sedang yang atas disebut palea. Pada dasar bunga terdapat dua daun mahkota yang berubah bentuk dan disebut lodicula. Bagian ini sangat berperan dalam pembukaan palea. Bunga padi bersifat majemuk yaitu ibu tangkai bunga bercabangcabang dan masing-masing cabang mendukung bunga-bunga dengan susunan seperti bulir. Terbukanya bunga berturut-turut dari atas ke bawah. Pada waktu terbuka, sekam terbuka dengan sudut maksimum 350 dan pada saat itu kepala putik terkuak keluar. Bunga terbuka selama 30-90 menit. Dalam keadaan biasa bunga terbuka 6
antara pukul 11 sampai 12 siang. Persarian dapat berlangsung dengan baik pada hari kering dan cuaca terang. Tepung sari dapat terbang terbawa angin, sehingga dapat memungkinkan
terjadinya
perkawinan
silang
(Soemartono
et
al.,
1981).
Kemungkinan terjadi perkawinan silang pada padi 5%. Gabah tersusun atas dua komponen utama yaitu kariopsis padi dan struktur pembungkus. Kariopsis padi yakni bagian yang dapat dimakan sedangkan struktur pembungkus yaitu kulit gabah atau sekam. Kariopsis padi umumnya dikenal sebagai beras atau beras pecah kulit yang merupakan benih tunggal yang bergabung dengan dinding telur (perikarp) menjadi biji. Lembaga atau embrio beras sangat kecil dan terdapat pada sisi ventral dari beras (kariopsis). Sekam terdiri atas dua bentuk daun yaitu sekam kelopak/ lemma dan sekam mahkota/ palea (Ismunadji et al., 1988). Lemma yaitu bagian bunga floret yang berurat lima dan keras yang sebagian menutupi palea. Palea yaitu bagian floret yang berurat tiga yang keras dan sangat pas dengan lemma (Suharno, 2005). Berdasarkan morfologi tersebut tanaman padi diklasifikasikan (Siregar, 1981): Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisio
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Poales
Familia
: Gramineae
Genus
: Oryza
Spesies
: Oryza sativa, L.
2.3 Fase Pertumbuhan Tanaman Padi Fase pertumbuhan padi dibagi menjadi tiga periode yaitu (Soemartono et al., 1981): 1. Periode vegetatif (lamanya 60-70 hari): tahap 0-3. 2. Periode reproduktif (lamanya 30 hari): tahap 4-6. 3. Periode pemasakan ( lamanya 25 sampai 35 hari): tahap 7-9. 7
Tiga fase pertumbuhan tersebut dapat diuraikan mejadi 10 tahapan pertumbuhan yaitu (Makarim dan Suhartatik, 2007): 1.
Tahap 0: benih berkecambah sampai muncul ke permukaan. Berlangsung selama 2-3 hari.
2.
Tahap 1: Pertunasan atau bibit, yaitu sejak benih berkecambah, tumbuh menjadi tanaman muda hingga hampir keluar anakan pertama.
3.
Tahap 2: Pembentukan anakan, berlangsung selama pembentukan anakan sampai tercapai anakan maksimum.
4.
Tahap 3: Pemanjangan batang, terjadi sebelum pembentukan malai atau pada tahap akhir pembentukan anakan.
5.
Tahap 4: Pembentukan malai sampai bunting.
6.
Tahap 5: Heading (keluarnya bunga atau malai). Tahap ini ditandai dengan munculnya ujung malai dari pelepah daun bendera. Dalam suatu rumpun fase ini memerlukan waktu 10-14 hari.
7.
Tahap 6: Pembungaan (Antesis), dimulai ketika benang sari bunga paling ujung pada tiap cabang malai sudah keluar dari bulir dan terjadi pembuahan. Pada umumya anthesis terjadi pada pukul 08.00-13.00 dan persarian akan selesai 5-6 jam setelah anthesis. Tepung sari yag jatuh ke kepala putik segera berkecambah dalam 3 menit dan meghasilkan pipa tepung sari yang akan mencapai kantong janin melalui pintu mikropil. Dalam waktu 30 menit setelah persarian, 1 gamet jantan bersatu dengan 2 inti kutub sel telur menghasilkan endosperm dengan jumlah kromosom 3n. Persaria gamet jantan yang satu lagi bersatu degan 1 inti kutub sel telur membentuk 1 sel telur 2n. Dalam satu malai, semua bunga memerlukan 7-10 hari utuk anthesis. Anthesis terjadi 25 hari setelah bunting.
8.
Tahap 7: Gabah matang susu. Pada tahap ini gabah mulai terisi dengan cairan kental berwarna putih susu.
9.
Tahap 8: Gabah ½ matang. Pada tahap ini isi gabah berubah menjadi gumpalan lunak. Gabah pada malai mulai menguning.
10. Tahap 9: Gabah matang penuh. Gabah matang, berkembang penuh, keras dan berwarna kuning. Daun mulai menguning.
8
2.4 Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Padi Petumbuhan tanaman padi dimulai dari fase perkecambahan. Pada fase tersebut lembaga dan endosperm sangat berperan penting. Endosperm yang terdiri dari pati, protein, dan lemak sangat penting sebagai penyedia makanan yang dibutuhkan dalam perkecambahan benih. Lembaga akan berkembang menjadi akar dan tunas. Pertumbuhan lembaga bergantung suhu, tersedianya air dan udara. Perendaman menjadi proses yang sangat penting karena air merupakan kebutuhan pertama dari benih untuk berkecambah. Dengan adanya air proses metabolisme dalam benih untuk awal pertumbuhan akan terjadi. Perendaman tidak boleh dilakukan terlalu lama, cukup 24 jam karena benih membutuhkan oksigen untuk berkecambah. Kondisi lingkungan hangat diperlukan untuk meningkatkan aktifitas metabolisme di dalam benih yang selanjutnya dapat meningkatkan pertumbuhan benih. Pemeraman diperlukan untuk mempertahankan agar benih tetap hangat, meningkatkan pertumbuhan lembaga dan menghasilkan perkecambahan yang seragam (Vergara, 1990). Pada saat pindah tanam kedalaman air harus sangat diperhatikan. Penggenangan yang dalam mengakibatkan pertumbuhan akar tidak baik, dan bibit menjadi tinggi akibat kurangnya udara dalam tanah. Keadaan tanah yang baik yaitu macak-macak (tanah basah megandung air tetapi tidak menggenang). Tanaman dapat tumbuh lebih cepat pada suhu hangat. Suhu dingin dapat membuat daun menjadi kekuningan. Bibit juga memerlukan cahaya matahari yang cukup. Kurangnya cahaya menyebabkan bibit menjadi lemah karena tanaman tidak dapat memproduksi cukup makanan. Jumlah anakan per tanaman meningkat dengan bertambahnya jarak antar tanaman karena ruang gerak yang semakin bebas. Jumlah anakan lebih banyak dihasilkan pada waktu musim penghujan. Penambahan pupuk nitrogen juga dapat menambah produksi anakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah anakan yaitu varietas, jarak tanam, waktu tanam, dan pupuk (Vergara, 1990). Daerah yang cocok untuk tanaman padi sangat bervariasi (mulai dari 530 lintang utara sampai 35-400 lintang selatan mulai dari daerah pantai, 0 sampai 9
ketinggian 2400 m dpl (Suparyono dan Setyono, 1993). Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah 23 0C. Rata–rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/ bulan atau 1500–2000 mm/ tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim kemarau, produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air melimpah produksi dapat menurun, karena penyerbukan kurang intensif. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian tempat 0–650 m dpl dengan temperatur 22-27 0C sedangkan didataran tinggi 650– 1.500 m dpl dengan temperatur 19-230C. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Keasaman tanah yang dikehendaki tanaman padi adalah antara pH 4,0 – 7,0 (Kementrian Riset dan Teknologi, 2008).
2.5 Manfaat Padi Padi merupakan tanaman yang menghasilkan beras. Padi merupakan sumber makanan pokok hampir 40% dari populasi penduduk dunia dan makanan utama dari penduduk Asia Tenggara (Grubben dan Partohardjono, 1996). Beras adalah bahan makanan pokok penduduk Indonesia. Sejak Indonesia merdeka pemakaian beras sebagai bahan makanan pokok semakin meluas. Orang-orang yang sebelumnya biasa makan jagung, sagu atau gaplek banyak yang beralih makan nasi. Oleh sebab itu beras memegang peranan penting dalam bidang ekonomi karena secara tidak langsung juga dapat mempengaruhi situasi bahan konsumsi lain. Apabila harga beras naik maka harga bahan konsumsi lain juga akan naik. Beberapa alasan padi lebih disukai (Suparyono dan Setyono, 1993): 1. Tidak membosankan 2. Cepat dan mudah dipersiapkan 3. Sangat fleksibel untuk dikombinasikan dengan bahan makanan lain. 4. Tidak mengandung senyawa yang bersifat merugikan. 10
5. Padi merupakan tanaman yang unik. Tanaman ini ada yang dapat hidup dalam genangan maupun lahan darat. Tanaman ini dapat hidup dalam genangan karena adanya tabung dalam daun, batang dan akar. Tabung ini memungkinkan udara dapat bergerak dari daun ke akar sehingga akar tetap memiliki persediaan udara yang cukup untuk respirasi normal. Beras memiliki banyak manfaat bagi kesehatan karena dapat memenuhi beberapa zat yang dibutuhkan oleh tubuh.Kandungan dalam setiap 100 gram beras yaitu energi 1.527 kJ (365 kcal), Karbohidrat 79 g, serat pangan 1,3 g, lemak 0,66 g, protein 7,13 g, air 11,62g, Thiamine (Vit.B1) 0,070 mg (5%), Riboflavin (Vit.B2) 0,049 mg (3%), Niacin (Vit. B3) 1,6 mg (11%), Pantothenic acid (B5) 1,014 mg (20%), Vitamin B60 164 mg (13%), Folate (Vit. B9) 8 g (2%), Calcium 28 mg (3%), Iron 0.80 mg (6%), Magnesium 25 mg (7%), Manganese 1,088 mg (54%), Phosphorus 115 mg (16%), Potassium 115 mg (2%), Zinc 1,09 mg (11%) (Anonim, 2013). Manfaat beras (Anonim, 2013): 1. Sebagai sumber karbohidrat 2. Bebas Kolesterol 3. Kaya mineral dan vitamin seperti niacin, vitamin D, kalsium, serat, zat besi, thiamine, dan riboflavin. 4. Mengurangi resiko tekanan darah tinggi. Nasi tidak banyak mengandung sodium, dan dianggap sebagai makanan terbaik untuk mereka yang menderita tekanan darah tinggi dan hipertensi.
2.6 Karakterisasi dan Kultivar Pengembangan varietas padi unggul menyebabkan jumlah padi lokal menurun karena jarang bahkan sama sekali tidak dibudidayakan lagi. Benih yang diperoleh dari hasil eksplorasi di beberapa daerah telah disimpan dalam waktu yang sangat lama dan dikhawatirkan akan mengalami penurunan viabilitas. Menurunya viabilitas dapat meyebabkan benih tidak tumbuh sehingga dapat punah. Oleh karena itu perlu 11
dilakukan peremajaan pada koleksi benih. Beberapa varietas padi lokal memiliki karakter yang dapat dikembangkan untuk merakit varietas unggul, untuk megetahui karakter tersebut perlu dilakukan karakterisasi. Karakterisasi penting dilakukan sebagai langkah awal pengumpulan informasi tentang karakter tanaman dan setelah dilakukan karakterisasi perlu dibuat deskripsi yang digunakan untuk memberikan informasi tentang karakteristik plasma nutfah yang nantinya dapat bermanfaat dalam usaha pemuliaan tanaman padi lokal (Wulandari, 2008). Pengelolaan plasma nutfah padi di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi dilakukan melalui kegiatan penelitian karakterisasi sifat agronomis, konservasi dan pengelolaan plasma nutfah padi. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh koleksi benih yang telah teridentifikasi sifat-sifat morfologis dan agronomis penting, dengan viabilitas benih yang baik agar dapat dimanfaatkan oleh pemulia untuk merakit varietas padi yang mempunyai hasil tinggi serta spesifik lokasi. Plasma nutfah padi merupakan sumber keanekaragaman karakter tanaman padi yang memiliki potensi sebagai sumber keunggulan tetua dalam program perakitan varietas unggul baru. Keragaman plasma nutfah padi berupa koleksi varietas lokal, ras-ras yang beradaptasi di lingkungan spesifik, kultivar unggul yang telah lama dilepas dan bertahan di masyarakat, serta kultivar unggul yang baru dilepas dan galur-galur harapan yang tidak terpilih dalam pelepasan varietas (BB Padi, 2012). Kultivar adalah sekelompok tumbuhan yang apabila dibudidayakan untuk memperoleh keturunan akan tetap menurunkan ciri-ciri khas tumbuhan induknya seperti bentuk, rasa, buah, warna dan ciri khas lainnya. Diduga apabila kultivar berbeda, maka kandungan senyawa organik seperti protein dan vitamin E juga berbeda (Laila, 2008). Istilah kultivar juga ada dalam Pasal 10 Kode Internasional Tatanama Tanaman Budidaya tahun 1969. Pasal tersebut memberi batasan kultivar sebagai kumpulan atas unit tumbuh-tumbuhan yang dibudidayakan dan dibedakan secara nyata oleh karakter morfologis, fisiologis, sitologis, kimia, maupun sifat yang lain, dan jika diproduksi secara seksual maupun aseksual sifat tersebut masih dapat dipertahankan oleh keturunannya (Uki, 2012). 12
Dalam dunia pertanian, kultivar diartikan sebagai sekelompok tumbuhan yang telah dipilih/ diseleksi untuk suatu atau beberapa ciri tertentu yang khas dan dapat dibedakan secara jelas dari kelompok lainnya, serta tetap mempertahankan ciri-ciri khas ini jika diperbanyak dengan cara tertentu, baik secara seksual maupun aseksual. Dalam pembicaraan sehari-hari awam kerap kali menyebut kultivar sebagai varietas atau ras (ras lokal, landrace), meskipun sebenarnya masing-masing memiliki pengertian yang berbeda (Prassojo, 2012). Padi lokal merupakan plasma nutfah yang potensial sebagai sumber gen yang mengendalikan sifat penting pada tanaman padi. Keragaman genetik yang tinggi pada padi-padi lokal dapat dimanfaatkan dalam program pemuliaan padi secara umum. Identifikasi sifat-sifat penting yang terdapat pada padi-padi lokal perlu terus dilakukan agar dapat diketahui potensinya dalam program pemuliaan. Karakter morfologi yang sering digunakan sebagai pembeda varietas padi lokal adalah karakter batang (jumlah anakan, tinggi, tipe permukaan, warna permukaan, jumlah nodus, dan panjang internodus), daun (panjang dan warna lidah daun, panjang telinga daun, ukuran permukaan atas dan warna helaian daun, bunga (panjang malai, jumlah bulir, bentuk, ukuran, permukaan, warna permukaan, keadaan ujung permukaan, panjang tangkai dan warna tangkai bulir), gabah (bentuk, ukuran, permukaan, warna permukaan, keadaan ujung permukaan, ekor pada ujung permukaan, panjang tangkai, dan kerontokan gabah), beras (bentuk, ukuran, dan warna beras) (Sajak et al, 2009). Irawan dan Purbayanti (2008) menyatakan bahwa setiap kultivar padi lokal memiliki persamaan ataupun perbedaan ciri/ karakter. Adanya persamaan ataupun perbedaan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara kultivar-kultivar padi. Semakin banyak persamaan ciri, maka semakin dekat hubungan kekerabatannya. Sebaliknya, semakin banyak perbedaan ciri, maka semakin jauh hubungan kekerabatannya. Dari hasil penelitian Sajak (2008) disimpulkan sepuluh plasma nutfah padi lokal dari Tana Toraja Utara Sulawesi Selatan, memiliki karakter spesifik pada pengamatan morfologi.
13
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan percobaan lapangan mulai bulan Oktober 2014 sampai Maret 2015. Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan dan Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta bertempat di Jalan Stadion Maguwoharjo No 22, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
3.2 Alat dan Bahan Bahan yang digunakan yaitu 20 kultivar padi lokal yang merupakan koleksi dari BPTP Yogyakarta (Tabel 1), plastik, kertas label, kertas buram, tanah, dan pupuk. Alat yang digunakan adalah cangkul, alat tulis, kamera, timbangan analitik, jangka sorong, penggaris, busur, kaca pembesar, gembor untuk menyiram, dan pot (ember).
3.3 Tatalaksana Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari pemilihan benih hingga panen, pengamatan dilaksanakan pada 3 tanaman sampel untuk setiap kultivar saat fase vegetatif dan fase generatif. Cara kerjanya meliputi: 1. Pemilihan benih: benih merupakan koleksi dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang merupakan hasil observasi lapangan di beberapa lokasi empat kabupaten/ kota Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Sleman, Kota Yogyakarta, Bantul dan Gunung Kidul. Benih untuk persemaian dipilih benih-benih yang bernas sebanyak 20 benih untuk satu kultivar. 2. Perendaman benih: setelah dipilih benih yang bernas kemudian direndam agar air mampu masuk ke dalam benih dengan mudah dan merata sehingga benih mampu berkecambah. Benih direndam di dalam plastik klip selama 24 jam (Gambar 1). 14
Tabel 1. Daftar Kultivar Padi Lokal Daerah Istmewa Yogyakarta yang Digunakan. NOMOR BPTP YK 00007 BPTP YK 00009 BPTP YK 00014 BPTP YK 00015 BPTP YK 00019 BPTP YK 00024 BPTP YK 00025 BPTP YK 00029 BPTP YK 00031 BPTP YK 00037 BPTP YK 00038 BPTP YK 00040 BPTP YK 00042 BPTP YK 00043 BPTP YK 00069 BPTP YK 00070 BPTP YK 00072 BPTP YK 00073 BPTP YK 00074 BPTP YK 00075
NAMA KULTIVAR Rojo Lele Gebyok Cempo Kenanga Mariti Merah Segreng Rojolele Genjah Hitam Mujiono Merah Pepen Ho-Ing Batang Biru Ho-Ing Inbuh Mentik Wangi Rojolele Mutiara Jepang Cempo Merah Andel Hitam 1 Andel Merah Sentani Sedani Mandala/Manggala Padi Hitam
DAERAH DITEMUKAN Bantul Gunung Kidul Gunung Kidul Gunung Kidul Sleman Sleman Sleman Sleman Sleman Merata Yogya Sleman dan Bantul Sleman dan Bantul Sleman dan Bantul Sleman dan Bantul Kulon Progo Kulon Progo Kulon Progo Sleman Sleman Bantul
KODE RGB CK MM SG RLG HM MP HBB HI MW RL MT JP CM AH1 AM ST SD MD PHB
Gambar 1. Perendaman benih. 3. Perlakuan benih: Setelah direndam selama 24 jam kemudian air dibuang dan benih diperlakukan menggunakan air hangat agar meningkatkan aktivitas di 15
dalam benih. Benih direndam menggunakan air hangat 400C-500C selama 15 menit. 4. Pemeraman benih: pemeraman ini diperlukan untuk mempertahankan agar benih tetap hangat, meningkatkan pertumbuhan lembaga, dan menghasilkan perkecambahan yang seragam. Pemeraman dilakukan dengan memasukkan benih yang telah diperlakukan air hangat ke wadah yang telah dipersiapkan (wadah dari kertas buram) dan dibiarkan kurang lebih 20 jam. 5. Persemaian: Persemaian dilakukan pada bak perkecambahan yang telah disiapkan seminggu sebelum semai dilakukan. Pada bak perkecambahan diisi dengan pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 yang telah diayak sebelumnya agar lebih halus. Dua bahan tersebut diaduk sampai rata kemudian dibasahi
sampai basah benar. Media yang telah dicampur
dimasukkan pada bak yang dasarnya telah diberi kertas koran agar air tidak cepat hilang. Setelah 1 minggu benih ditata rapi dan ditutup menggunakan serbuk kayu agar tetap lembab dan memudahkan kelak saat akan diambil untuk dipindah tanam.
(A)
(B)
Gambar 2. Persemaian. (A). Bak perkecambahan , (B). Sungkup persemaian.
16
6. Persiapan media: media disiapkan kurang lebih 1 minggu sebelum pindah tanam. Media yang digunakan yaitu campuran tanah sawah dengan pupuk kandang dengan perbandingan 3:1. Setelah media tersebut dicampur rata kemudian media diisikan ke dalam pot (ember) berukuran tinggi 23 cm dan diameter rata-rata 26 cm dengan berat 8 kg per ember. Setelah pencampuran kemudian tanah dianalisis kandungan N, P, K dan pH tanahnya menggunakan PUTS (perangkat uji tanah sawah). Setelah dimasukkan kedalam ember dan didiamkan selama 1 hari kemudian di beri pupuk NPK dan digenangi. Tanah tersebut dikurangi airnya sampai macak-macak sebelum benih pindah tanam.
Gambar 3. Persiapan media tanam 7. Pindah tanam: Pindah tanam dilakukan setelah tanaman berumur 14 hari setelah semai. Setiap pot diisi 2 tanaman dan setiap kultivar 3 pot tanaman.
Gambar 4. Pindah tanam.
17
8. Perawatan a. Penyiraman: penyiraman dilakukan sesuai kebutuhan. b. Penyulaman: penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati. Hal ini dilakukan segera setelah diketahui ada tanaman yang mati sampai satu minggu setelah pndah tanam. c. Pengendalian gulma, hama dan penyakit: pengendalian disesuaikan pada kondisi lapangan, dilakukan apabila terjadi serangan. d. Pemupukan: pemupukan dilakukan dengan pupuk kandang dan NPK. Pupuk kandang diberikan pada awal persiapan media. Dosis pupuk ditentukan dari hasil analisis tanah menggunakan PUTS (perangkat uji tanah sawah). Pupuk NPK (15-15-15) diberikan 3 kali yaitu 1/3 saat awal persiapan media, 1/3 saat tanaman berumur 30 hari dan 1/3 saat tanaman berumur 60 hari. Dosis pupuk NPK yaitu 150 kg/ha dengan tambahan KCl 75 kg/ha (BPTP, 2007). Contoh perhitungan untuk dosis NPK per pot yaitu: r ember = 13cm Luas pot
= phi. r2 = 3,14 x 13 x 13 = 530,66 cm2= 0,053 m2
Kebutuhan pupuk = 150.000 gram 10.000 m2 = 15 gram/ m2 Kebutuhan pupuk per pot = 15 gram/ m2 x 0,053 m2 1 m2 = 0,795 gram. Perhitungan dosis pupuk hanya menggunakan luas permukaan dari ember karena kedalaman ember masih pada kisaran tanah lapis olah (20-25 cm) yaitu 23 cm. Pupuk yang mengandung unsur N diberikan pada saat tanaman fase vegetatif karena dapat merangsang pertumbuhan vegetatif. Pupuk yang mengandung unsur P 18
berfungsi dalam pegangkutan energi hasil metabolisme dan merangsang pembungaan dan pembuahan. Pupuk yang mengandung unsur K berfungsi dalam proses fotositesa, pengangkutan asimilasi dan menigkatkan daya tahan /kekebalan terhadap peyakit.
(A) (B) Gambar 5. Analisis tanah, (A). PUTS, (B). Hasil analisis tanah e. Pemasangan jaring: dilakukan pada saat malai mulai muncul untuk melindungi tanaman dari serangan burung.
Gambar 6. Pemasangan jarring 9. Panen: panen dilakukan saat 85% tanaman sudah menguning dan mulai mengering. Biasanya saat tanaman telah berumur 120 hari atau lebih tergantung dengan jenisnya. Panen dilakukan dengan bantuan sabit. Pada penelitian ini 20 kultivar padi diamati secara morfologi meliputi (Komnas Plasma Nutfah, 2003): 1. Tinggi tanaman Pada fase vegetatif diukur mulai dari pangkal batang sampai ke ujung daun terpanjang dan dinyatakan dalam cm sedangkan saat tanaman pada fase generatif diukur dari pangkal batang sampai ujung malai dan dinyatakan dalam cm.
19
2. Panjang Batang Pengukuran dilakukan saat panen. Diukur dari bawah leher malai sampai pangkal batang dan dinyatakan dalam cm. 3. Panjang Daun Daun yang diukur yaitu daun ke 3 di bawah daun bendera dan dinyatakan dalam cm. 4. Lebar Daun Diukur bagian daun yang terlebar pada daun ke 3 di bawah daun bendera dan dinyatakan dalam mm. 5. Permukaan Daun Permukaan daun diraba dari ujung atas sampai ke pangkal daun dan diklasifikasikan berdasarkan keberadaan rambut pada permukaan daun. Kode:
1 = tidak berambut 2 = Sedang 3 = Berambut
6. Sudut Daun Bendera Sudut daun bendera merupakan sudut yang terbentuk antara daun bendera dengan poros malai utama. Kode:
1 = Tegak 3 = Sedang (± 450) 5 = Mendatar (± 900) 7 = Terkulai
Gambar 7. Tipe Sudut daun bendera Sumber: Komnas Plasma Nutfah, 2003.
20
7. Warna Leher daun Kode:
1 = Hijau Muda 2 = Ungu 8. Warna Telinga Daun Kode:
1 = Putih (tidak berwarna) 2 = Bergaris ungu 3 = Ungu 9. Warna Buku Batang Diamati pada permukaan luar dari buku. Kode:
1 = Hijau 2 = Kuning emas 3 = Bergaris ungu 4 = Ungu
10. Warna Helaian Daun Kode:
1 = Hijau Muda 2 = Hijau 3 = Hijau Tua 4 = Ungu pada bagian ujung 5 = Ungu pada bagian pinggir 6 = Campuran ungu dengan hijau 7
= Ungu
11. Warna Pelepah Daun Kode:
1 = Hijau 2 = Bergaris ungu 3 = Ungu muda 4 = Ungu
12.
Warna Lidah Daun Kode:
1 = Putih 2 = Bergaris Ungu 3 = Ungu
21
13. Bentuk Lidah Kode:
1 = Acute-Acuminate 2 = 2-cleft 3 = Truncate
Gambar 8. Tipe Bentuk Lidah. Sumber: Komnas Plasma Nutfah, 2003. 14. Jumlah Anakan: dihitung jumlah anakan yang muncul. Jumlah anakan yang dihitung merupakan jumlah aakan produktif. 15. Kemampuan Beranak Kode:
1 = Sangat banyak (> 25 anakan/tanaman) 3 = Banyak (20-25 anakan/ tanaman) 5 = Sedang (10-19 anakan/ tanaman) 7 = Sedikit (5-9 anakan/ tanaman) 9 = Sangat Sedikit (< 5 anakan/ tanaman)
16. Sudut Batang: ditentukan dari sudut yang terbentuk antara garis yang tegak lurus dengan tanaman dan batang tanaman. Kode:
1 = Tegak (< 300) 3 = Sedang (± 450) 5 = Terbuka (± 600) 7 = Terserak (>600)
Gambar 9. Tipe Sudut Batang. Sumber: Komnas Plasma Nutfah, 2003. 22
17. Warna Ruas Batang Dilihat pada permukaan luar dari ruas batang bagian tengah. Kode:
1 = Hijau 2 = Kuning emas 3 = Bergaris ungu 4 = Ungu
18. Keluarnya Malai Dilihat dari kenampakan keluarnya malai dari ujung batang. Kode:
1 = Seluruh malai dan leher keluar 3 = Seluruh malai keluar dan sebagian leher keluar 5 = Malai hanya muncul sebatas leher malai 7 = Sebagian malai keluar 9 = Malai tidak keluar
Gambar 10. Tipe Keluarnya malai Sumber: Komnas Plasma Nutfah, 2003. 19. Panjang Malai Diukur mulai leher sampai ujung malai dan dinyatakan dalam cm. 20.
Tipe malai Malai diklasifikasikan sesuai dengan model percabangan, sudut cabang utama dan kepadatan butir.
23
Kode:
1 = Kompak 3 = Antara kompak dan sedang 5 = Sedang 7 =Antara sedang dan terbuka 9 = Terbuka
21.
Gambar 11. Tipe malai. Sumber: Komnas Plasma Nutfah, 2003. Cabang Malai Sekunder Kode:
0 = Tidak Bercabang 1 = Sedikit 2 = Banyak (padat) 3 = Bergerombol
Gambar 12. Tipe Cabang malai sekunder. Sumber: Komnas Plasma Nutfah, 2003. 22. Umur Berbuga dan Umur Tanaman Umur berbunga dihitung dari semai sampai tanaman berbunga (80% tanaman sudah berbunga) sedangkan umur tanaman dihitung dari semai sampai panen (85% butir gabah sudah matang). 24
23. Jumlah dan Berat Gabah Isi per Malai Jumlah gabah isi per malai dihitung dan ditimbang. 24. Fertilitas Gabah Fertilitas gabah diidentifikasi dengan menekan gabah menggunakan jari kemudian dicatat jumlah gabah yang bernas dan tidak bernas. Fertilitas gabah dihitung dari perbandingan gabah isi dengan keseluruhan gabah per malai dan dinyatakan dalam %. Kode:
1 = Sangat fertile (> 90%) 3 = Fertil (75-89%) 5 = Sebagian Steril (50-74%) 7 = Steril (<50%) 9 = Sangat steril (0%)
25. Kerontokan Malai digenggam dan ditarik dengan tangan dan dihitung presentase biji yang rontok. Kode:
1 = Sulit (< 1%) 3 = Agak sulit (1-5%) 5 = Sedang (6-25%) 7 = Agak mudah (26-50%) 9 = Mudah (51-100%)
26. Bulu Ujung Gabah Dilihat apakah pada ujung gabah berbulu atau tidak.Gabah yang memiliki bulu < 5 mm merupakan gabah berbulu pendek. Kode:
0 = Tidak berbulu 1 = pendek dan hanya sebagian berbulu 5 = Pendek dan semua berbulu 7 = Panjang dan hanya sebagian berbulu 9 = Panjang dan semua berbulu
25
27. Panjang Bulu Gabah Panjang bulu diukur dari ujung sampai pangkal bulu gabah (apiculus) dan dinyatakan dalam mm. 28. Warna Bulu Ujung Gabah Kode:
0 = Tidak berbulu 1 = Kuning Jerami 2 = Kuning emas 3 = Coklat (Orange kecoklat-coklatan) 4 = Merah 5 = Ungu 6 = hitam
29. Warna Kepala Putik Warna putik diamati pada gabah yang sedang berbunga (antara pukul 09.00-14.00) saat bunga terbuka. Kode:
1 = Putih 2 = Hijau muda 3 = Kuning 4 = Ungu muda 5 = Ungu
30. Warna Gabah Warna gabah dilihat dari warna palea dan lemma saat panen/ sudah kering. Kode:
0= Kuning jerami 1= Kuning emas dan garis-garis berwarna emas dengan latar kuning jerami 2= Bercak coklat pada latar kuning jerami 3= Garis-garis coklat pada latar kuning jerami 4= Coklat (orange kecoklatan) 5= Kemerahan sampai ungu muda 26
6= Bercak ungu pada latar kuning jerami 7= Garis ungu pada latar kuning jerami 8= Ungu 9= Hitam 10= Putih 31. Panjang Gabah Diukur mulai dari dasar gabah dibawah lemma steril sampai ujung gabah (apiculus) dari lemma dan palea fertile.Pada kasus gabah berbulu, panjang biji diukur sampai pada titik yang setara dengan ujung apiculus. Kode:
1 = Sangat panjang (> 7,50 mm) 3 = Panjang (6,61-7,50 mm) 5 = Sedang (5,51-6,60 mm) 9 = Pendek (<5,51 mm)
32. Lebar Gabah Diukur pada jarak terlebar antara lemma dan palea dan dinyatakan dalam mm. 33. Bentuk Gabah Bentuk biji diukur dengan membandingkan panjang biji dan lebar biji. Kode:
1 = Ramping (> 3,0) 3 = Sedang (2,1-3,0) 5 = Lonjong (1,1-2,0) 9 = Bulat (<1,1)
34. Bobot 100 Butir 100 butir gabah bernas yang dikeringkan ditimbang dan dinyatakan dalam gram. 35. Panjang Beras Pecah Kulit Diukur setelah padi dikupas, sebelum digiling, diukur dari ujung sampai pangkal beras. Kode:
1 = Sangat panjang (> 7,50 mm) 27
3 = Panjang (6,61-7,50 mm) 5 = Sedang (5,51-6,60 mm) 7 = Pendek (< 5,5 mm). 36. Lebar Beras Pecah Kulit Lebar beras diukur pada bagian tengah beras dan dinyatakan dalam mm. 37. Bentuk Beras Pecah Kulit Bentuk beras diukur dengan membandingkan panjang beras dan lebar beras. Kode:
1 = Ramping (> 3,0) 3 = Sedang (2,1-3,0) 5 = Lonjong (1,1-2,0) 9 = Bulat (<1,1)
38. Warna Beras Diamati pada beras pecah kulit. Kode:
1 = Putih 2 = Coklat Muda 3 = Bercak-bercak kecil coklat 4 = Coklat 5 = Merah 6 = Ungu Bervariasi 7 = Ungu
28
Karakter- karakter tersebut dapat diamati pada beberapa fase pertumbuhan tanaman padi (Komnas plasma nutfah., 2003): Tabel 2. Waktu Pengamatan Fase Pertumbuhan
Karakter yang Diamati
Perkecambahan
:
Tidak ada pengamatan
Bibit
:
Tinggi tanaman
Anakan
:
warna lidah daun bentuk lidah daun
Pemanjangan batang
:
warna leher daun, warna telinga daun, warna helaian daun
Bunting
:
Warna pelepah daun
Keluarnya malai
:
Kemampuan beranak, permukaan daun, sudut daun bendera,
Pembungaan
:
warna kepala putik, umur berbunga
Gabah matang susu
:
Panjang daun, lebar daun, jumlah anakan,
Gabah 1/2 matang
:
Keluarnya malai, warna buku batang, sudut batang, warna ruas batang, bulu ujung gabah, warna bulu ujung gabah, panjang bulu
Gabah matang penuh
:
Tinggi tanaman generatif, Panjang malai, tipe malai, cabang malai sekunder Panjang batang, Kerontokan, jumlah dan berat gabah isi per malai, fertilitas gabah, umur tanaman, panjang dan lebar gabah, bentuk gabah, warna gabah, panjang dan lebar beras pecah kulit, bentuk beras pecah kulit, warna
beras, bobot 100
butir.
Keterangan (Sudarmo, 1991) : 1. Perkecambahan: dari perkecambahan sampai timbulnya daun pertama, biasanya memakan waktu sekitar 3 hari.
29
2. Bibit: stadia ini lepas dari terbentuknya daun pertama sampai terbentuk anakan pertama, lamanya sekitar 3 minggu, atau sampai pada umur 24 hari. 3. Anakan: ketika jumlah anakan semakin bertambah sampai batas maksimum, lamanya sampai 2 minggu, atau saat padi berumur 40 hari. 4. Pemanjangan batang: lamanya sekitar 10 hari, yaitu sampai terbentuknya bulir, saat padi berumur 52 hari. 5. Bunting:
stadia saat mulai terbentuknya bulir dan perkembangan bulir,
lamanya sekitar 24 hari, saat padi sampai berumur 72 hari. 6. Keluarnya malai (Heading): Ditandai dengan munculnya malai dari pelepah daun bendera. Terjadi selama 10-14 hari. Fase ini diartikan sama dengan pembungaan ditinjau dari segi hari kalender karena setelah malai muncul langsung terjadi pembungaan. 7. Pembungaan: lamanya 10 hari, saat mulai muncul bunga, polinasi, dan fertilisasi. 8. Fase matang susu: stadia biji berisi cairan menyerupai susu, bulir kelihatan berwarna hijau, lamanya sekitar 2 minggu, yaitu padi berumur 94 hari. 9. Fase pengisian/ gabah ½ matang: ketika biji yang lembek mulai mengeras dan berwarna kuning, sehingga seluruh pertanaman kelihatan kekuningkuningan. Lama stadia ini sekitar 2 minggu, saat tanaman berumur 102 hari. 10. Pematangan/ gabah matang penuh: biji berukuran sempurna, keras dan berwarna kuning, bulir mulai merunduk, lama stadia ini sekitar 2 minggu, sampai padi berumur 116 hari.
3.4 Analisis Data Analisis gerombol (cluster hierarchical) dilakukan terhadap data hasil pengamatan dengan bantuan software SAS versi 9.1. Data yang didapatkan dari pengamatan distandarisasi terlebih dahulu karena satuan data tidak sama. Rumus yang digunakan adalah =STANDARDIZE(x, mean, standard_dev). Analisis gerombol ini untuk mengetahui kultivar mana saja yang dapat dikelompok30
kelompokkan menjadi satu golongan yang sama. Selain itu hasil pengelompokan dan karakterisasi dapat digunakan sebagai panduan untuk mengetahui deskripsi kultivarkultivar tersebut sehingga memudahkan apabila akan digunakan sebagai bahan sumber genetik dalam pemuliaan tanaman. Metode gerombol (cluster) yang digunakan adalah cluster hierarchical. Analisis cluster hierarchical sendiri adalah cara umum untuk mengelompokkan sebuah objek dalam grup yang mempunyai kemiripan yang sama satu dengan yang lain. Setelah dilakukan analisis gerombol digambarkan jarak antar gerombol dengan dendrogram
untuk
mempermudah
melihat
kultivar-kultivar
yang
dapat
dikelompokkan.
31