PERSEPSI IBU HAMIL TENTANG PELAKSANAAN ANTENATAL CARE OLEH

Persepsi Ibu Hamil Tentang Pelaksanaan Antenatal Care Oleh Bidan Terhadap Kunjungan Antenatal 1 ... Berdasarkan hasil study pendahuluan di...

4 downloads 439 Views 222KB Size
PERSEPSI IBU HAMIL TENTANG PELAKSANAAN ANTENATAL CARE OLEH BIDAN TERHADAP KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DUREN KECAMATAN BANDUNGAN

Euis Agustin Indah Safitri Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRACT

Background: From the 26 health centers in Semarang district, the lowest visit in health center that Duren which is 64,2%. High and low coverage of antenatal care visits are influenced positive and negative perceptions of the pregnant women that describe the behavior of pregnant women visit. Purpose: This study aims to find the correlation between the pregnant women’s perception about implementation of antenatal care by midwife toward antenatal care visits at Duren Public Health Center Bandungan. Method: This was an analytical correlative study with cross sectional approach. The population in this study was all third trimester pregnant women at the working area of Duren Public Health Center Bandungan. The samples in this study were 31 respondents that taken by saturated sampling technique. The data were collected by questionnaires. The data analysis used Chi Square test with α of 0.05. Result: The results of this study indicated that the respondents with positive perception about regular Antenatal care visit were 14 (82.4%) respondents. While the respondents with negative perception about irregular Antenatal care visit were 9(64.3%) respondents. The statistical analysis indicated that there was a significant correlation between the pregnant women’s perception about antenatal care visits at the working area of Duren Public Health Center Bandungan with p-value = 0.022 (α =0.05) and OR= 8,400 (95% CI : 1,600 – 44,104). Conclusion: Improving the quality of care for midwives the more motivated the pregnant women to do checkups regularly and on time. Keywords: Pregnant women’s perception, Antenatal Care (ANC) visit

PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan derajat kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Mufdlilah, 2012). Berdasarkan data tingkat Nasional pada tahun 2012 menunjuk kancakupan K4 sebesar 90,18% meningkat dibandingkan pada tahun 2011 sebesar 88,27%, yang berarti telah mencapai target rencana strategi Kementrian Kesehatan (renstra) untuk cakupan K4 tahun 2012 sebesar 90% (Kemenkes RI, 2013).

Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang Cakupan K1 ibu hamil di Kabupaten Semarang pada tahun 2011 sebesar 84% mengalami peningkatan pada tahun 2012 sebesar 98,8%, sedangkan cakupan K4 ibu hamil di Kabupaten Semarang pada tahun 2011 sebesar 88,3% mengalami peningkatan pada tahun 2012 sebesar 89,1%, sedangkan target yang ditetapkan adalah 95% sehingga masih harus lebih ditingkatkan lagi (Dinkes Kabupaten Semarang, 2012). Dari data Dinkes Kabupaten Semarang yaitu dari 26 puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Semarang didapatkan kunjungan K4 tertinggi yaitu di Puskesmas Pringapus sebesar 108,2% sedangkan Kunjungan K4 paling rendah yaitu

Persepsi Ibu Hamil Tentang Pelaksanaan Antenatal Care Oleh Bidan Terhadap Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan

1

di Puskesmas Duren sebesar 64,2% (Dinkes Kabupaten Semarang, 2012). Antenatal care merupakan cara penting untuk monitoring dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal, ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan asuhan antenatal (Prawirohardjo, 2006). Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang dianjurkan, dibandingkan sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun (Dinkes Kabupaten Semarang, 2012). World Health Organization (WHO, 2004) menyatakan bahwa salah satu upaya intervensi yang efektif untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi di sector kesehatan adalah perbaikan kualiatas pelayanan antenatal. Tolak ukur keberhasilan pelayanan Antenatal care adalah cakupan kunjungan K1 dan cakupan K4 untuk layanan antenatal care Penurunan AKI menjadi tanggung jawab bersama yang memerlukan adanya upaya aktif dan pasif oleh tenaga kesehatan. Upaya tersebut dapat berupa meningkatkan cakupan kunjungan ibu hamil baik K1 (kunjungan pertama) sampai K4 kunjungan ibu hamil minimal 4 kali ke pelayanan kesehatan, terutama untuk ibu hamil yang sulit mengakses peleyanan kesehatan. Dengan kunjungan minimal dapat diketahui secara dini kelainan dan komplikasi pada ibu hamil. Standar yang ditetapkan yaitu minimal 1 kali pada trimester satu, minimal 1 kali pada trimester dua, dan minimal 2 kali kontak pada trimester tiga (Depkes, 2008). Peran bidan antara lain meningkatkan cakupan kunjungan pertama ibu hamil (K1), kunjungan keempat ibu hamil (K4) dan semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Semua komplikasi obstetrik mendapat pelayanan rujukan yang adekuat, semua perempuan dalam usia reproduksi mendapatkan akses pencegahan dan pelaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan atau aborsi yang tidak aman (Mufdlilah, 2009).

2

Penurunan proporsi yang secara klinis relevan dalam angka rata-rata kunjungan pelayanan antenatal hasil tidak pengaruh terhadap ibu dan bayi baru lahir. Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan kesehatan antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan nifas. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan (Mufdlilah, 2009). Analisis indikator kesehatan ibu K1 dibandingkan K4, apabila Drop Out (DO) K1K4 lebih dari 10% berarti wilayah tersebut bermasalah dan perlu penusuran dan intervensi lebih lanjut. Drop Out tersebut dapat disebabkan karena ibu yang kontak pertama (K1) dengan tenaga kesehatan, kehamilannya sudah berumur lebih dari 3 bulan. Sehingga diperlukan intervensi peningkatan pendataan ibu hamil yang lebih intensif (PWS KIA). Tinggi rendahnya cakupan K1 dan K4 menggambarkan perilaku kunjungan ibu hamil. Lauren Green dalam Notoatmodjo (2010), mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku meliputi tiga faktor yaitu: faktor yang mempermudah (predisposing factor), yang mencakup pengetahuan, sikap; faktor yang mendukung (enabling factor )yaitu jarak dengan fasilitas kesehatan, keterpaparan media; dan factor pendorong (reinforcing factors) yaitu dukungan petugas kesehatan, keluarga dan masyarakat. Rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang perawatan kehamilan dapat disebabkan karena kurangnya informasi yang diberikan oleh bidan pada saat pelayanan antenatal. Hal ini dinyatakan oleh pendapat ibu hamil menunjukkan bahwa mereka masih sangat jarang bahkan tidak pernah melihat penjelasan dari bidan tentang jenis, urutan dan waktu pelayanan kehamilan, gizi dan pentinganya pemeriksaan kehamilan, perawatan jalan lahir, senam kebugaran, makanan untuk meningkatkan produksi. Dalam kenyataannya, dari beberapa survey dan data statistik pelayanan kesehatan ibu hamil menunjukkan bahwa cakupan kunjungan ibu hamil di Indonesia masih rendah termasuk K4. Departemen RI tahun 2004 melaporkan bahwa wanita hamil yang

Persepsi Ibu Hamil Tentang Pelaksanaan Antenatal Care Oleh Bidan Terhadap Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan

mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan selama kurun kehamilan adalah sebagai berikut : yang berkunjung sekali sebanyak 49% dan yang berkunjung empat kali hanya 34%. Rendahnya cakupan kunjungan ibu hamil ke fasilitas kesehatan tersebut disebabkan oleh berbagai factor seperti pengetahuan, sikap, jarak, pengalaman, keterpaparan media, dukungan suami, dan dukungan petugas kesehatan (Salmah, 2006). Kurangnya penjelasan bidan juga dapat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan antenatal yang diterima oleh ibu hamil. Kurangnya pengetahuan ibu hamil akan berdampak pada pilihan untuk memeriksakan kehamilan dan persalinan oleh dukun. Pelayanan antenatal oleh bidan yang umumnya kurang dari 10 menit, tidak tersedianya cukup waktu untuk menjelaskan berbagai hal penting untuk perawatan kehamilan dan persalinan. Hal tersebut dapat terjadi oleh karena kurangnya pemahaman akan pentingnya komunikasi atau penjelasan kepada ibu sehingga bidan lebih memprioritaskan hanya pemeriksaan fisik saja, tidak diikuti dengan upaya memberikan pengertian kepada ibu. Disamping itu juga dapat disebabkan kurangnya pengetahuan dan keterampilan bidan untuk berkomunikasi kepada ibu hamil. Padahal komunikasi merupakan aspek utama dalam upaya meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan perubahan perilaku ibu dalam perawatan kehamilan dan persalinan. Menurut Depkes RI 2008), faktor yang mempengaruhi kunjungan ibu hamil yaitu kebutuhan dimana pemeriksaan kehamilan akan dilakukan secara teratur oleh ibu hamil, bila tindakan itu dirasakan sebagai kebutuhan. Dapat dikatakan bahwa faktor-faktor kebutuhan ini merupakan dasar dan stimulus paling langsung untuk menggunakan sarana kesehatan dalam menjaga kesehatannya selama kehamilan. Kemudian pengalaman ibu hamil pengalaman ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan kehamilan sebelumnya akan berpengaruh tehadap perilaku ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan yang sekarang. Ibu yang mendapatkan pengalaman yang kurang menyenangkan pada saat melakukan pemeriksaan pada kehamilan sebelumnya akan cenderung kurang antusias dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, karena takut pengalaman yang lalu akan terulang kembali. Fasilitas untuk pelayanan

Antenatal Care tidak memadai, tidak berfungsi sebagaimana mestinya, tidak memungkinkan kerahasiaan, harus menunggu lama atau perlakuan petugas yang kurang memuaskan. Dari faktor-faktor diatas itulah yang menimbulkan adanya persepsi masing-masing ibuhamil dalam melakukan kunjungan. Proses persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada. Berdasarkan hasil study pendahuluan di Puskesmas Duren pada bulan Januari 2014 dilihat dari data pada tahun 2012 jumlah sasaran ibu hamil di wilayah Puskesmas Duren sebanyak 531 orang dengan cakupan K1 sebesar 93,6 % dan cakupan K4 sebesar 64,2%. Sedangkan data pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sasaran ibu hamil sebanyak 518 dengan cakupan K1 sebesar 92,8% dan cakupan K4 sebesar 74,9% dan masih dibawah target SPM 2015 (95%). Untuk persepsi yang disampaikan oleh ke lima responden terhadap bidan selama memberikan pelayanan kebidanan, berkaitan dengan pemeriksaan kehamilan hampir semuanya mengatakan positif (baik). Dalam pengertian bahwa pelayanan yang diberikan oleh bidan selama mereka datang memeriksakan kehamilan sudah baik. Dari persepsi yang disampaikan, ada dua responden yang mengatakan baik dengan pelayanan yang diberikan, namun belum 100%, karena pada seorang responden belum merasa puas dengan penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh bidan karena terkesan terburu-buru dan singkat atas jawaban atau konseling yang diberikan. Namun berdasarkan teori sikap yang dikemukakan oleh Secord (1998), yang mengatakan bahwa sikap itu dapat berubah, karena sikap itu dapat dipelajari orang atau sebaliknya, bila terdapat keadaan dan syaratsyarat yang mempermudah berubahnya sikap pada orang itu. Namun dari persepsi dua responden di atas, berbeda pula dengan persepsi yang disampaikan oleh responden lainnya, mereka mengatakan bahwa pelayanan yang diberikan

Persepsi Ibu Hamil Tentang Pelaksanaan Antenatal Care Oleh Bidan Terhadap Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan

3

oleh bidan sudah baik, baik dari segi penampilan, perilaku maupun sikap yang ditampilkan oleh bidan selama memberikan pelayanan. Sehinga jika dikaitkan dengan peran bidan yang salah satunya adalah sebagai pelaksana dalam memberikan pelayanan antenatal care, maka dapat dikatakan bahwa tugas bidan dalam memberikan pelayanan antenatal sudah terlaksana. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud meneliti lebih jauh tentang hubungan persepsi ibu hamil tentang pelaksanaan Antenatal Care terhadap kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis analitik korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan independen. Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan Persepsi Ibu Hamil tentang Pelaksanaan Antenatal Care oleh Bidan terhadap Kunjungan Antenatal Care. Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional yaitu dimana data yang menyangkut variabel bebas lebih lengkap yang dilakukan satu kali pengambilan data. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua Ibu Hamil Trimester III yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan yaitu 31 responden yang terdiri dari seluruh ibu hamil pada Trimester III. Sampel Sampel untuk penelitian ini sebanyak 31 responden. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Sampel jenuh yaitu penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel. Dengan demikian maka peneliti mengambil sampel dari seluruh ibu hamil Trimester III yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Duren.

4

Analisis Data Analisis Univariat Analisis univariat yang digunakan adalah distribusi frekuensi. Hasil penghitungan analisis univariat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Setelah data dimasukkan dalam tabel tabulasi kemudian dilakukan penghitungan dengan rumus : p = 100% Keterangan: p = proporsi X = jumlah jawaban N = jumlah skor total Analisis Bivariat Analisa data yang digunakan adalah dengan uji Chi-Square (X2). Data yang didapat dianalisa dengan menggunakan uji statistik Chi-Square (X2) untuk melihat persepsi ibu hamil tentang pelaksanaan Antenatal Care oleh bidan terhadap Kunjungan Antenatal Care di wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan. Uji statistik ini dipakai untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen dengan taraf signifikasi 0,05. Jika ρvalue< α maka H0 ditolak dan Ha di terima yang artinya ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Prinsip dasar Uji Chi Square adalah membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai frekuensi yang terjadi dengan nilai harapan sama, maka dikatakan tidak ada perbedaan yang bermakna (signifikan). Sebaliknya bila nilai frekuensi yang terjadi dan nilai frekuensi harapan berbeda maka dikatakan ada perbedaan yang bermakna (signifikan). Adapun syarat dari Uji Chi Square adalah tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan (E) kurang dari 1, tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan (E) kurang dari 5, lebih dari 20% dari jumlah keseluruhan sel. Untuk tabel 2 x 2, syarat itu berarti tidak satu sel pun boleh berisi frekuensi harapan kurang dari 5. Apabila hal tersebut terjadi pada tabel 2 x 2 maka dianjurkan menggunakan Uji Fisher Exact.

Persepsi Ibu Hamil Tentang Pelaksanaan Antenatal Care Oleh Bidan Terhadap Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan

HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Umur Tabel 1 Distribusi frekuensi berdasarkan umur ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan Umur Jumlah Persentase (%) < 20 tahun 2 6,5 20-35 tahun 27 87,0 >35 tahun 2 6,5 Total 31 100 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa dari 31 hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan sebagian besar berumur 20-35 tahun, yaitu sejumlah 27 (87,0%) orang. Pendidikan Tabel 2. Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan Pendidikan Jumlah Persentase (%) SD 7 22,6 SMP 7 22,6 SMA 10 32,3 PT 7 22,6 Total 31 100 Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 31 hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan sebagian besar berpendidikan SMA, yaitu sejumlah 10 (32,3%) orang. Paritas Tabel 3 Distribusi frekuensi berdasarkan Paritas ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan Paritas Jumlah Persentase (%) Primipara 6 19,4 Multipara 24 77,7 Grande multipara 1 3,2 Total 31 100 Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa dari 31 hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan sebagian besar paritas multipara, yaitu sejumlah 24 (77,7%) orang.

Pekerjaan Tabel 4 Distribusi frekuensi berdasarkan Pekerjaan ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan Pekerjaan Jumlah Persentase (%) Buruh Pabrik 12 38,7 IRT 10 32,3 PNS 3 9,7 Swasta 6 19,4 Total 31 100 Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa dari 31 hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan sebagian besar bekerja sebagai buruh pabrik, yaitu sejumlah 12 (38,7%) orang. Analisis Univariat Persepsi Tabel 5 Distribusi frekuensi berdasarkan persepsi ibu hamil tentang pelaksanaan antenatal care di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan Persepsi Jumlah Persentase (%) Negatif 14 45,2 Positif 17 54,8 Total 31 100 Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa dari 31 hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan sebagian besar dengan persepsi positif, yaitu sejumlah 17 ((54,8%) orang. Kunjungan Antenatal Care Tabel 6 Distribusi frekuensi berdasarkan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan Kunjungan Jumlah Persentase ANC (%) Tidak Teratur 12 38,7 Teratur 19 61,3 Total 31 100 Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa dari 31 hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan sebagian besar dengan Kunjungan Antenatal Care teratur, yaitu sejumlah 19 (61,3%) orang.

Persepsi Ibu Hamil Tentang Pelaksanaan Antenatal Care Oleh Bidan Terhadap Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan

5

Analisis Bivariat Tabel 7. Persepsi ibu hamil tentang pelaksanaan Antenatal care oleh Bidan terhadap kunjungan Antental care di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan Kunjungan Antenatal care Persepsi Tidak teratur Teratur Total Chi P value OR Square f % f % f % Negatif 9 64,3 5 35,7 14 100 Positif 3 17,6 14 82,4 17 100 5,210 0,022 8,400 Total 12 38,7 19 61,3 31 100

Berdasarkan Tabel 7 diatas bahwa ibu hamil sebanyak 9 (64,3%) memiliki persepsi negatif dengan kunjungan Antenatal care tidak teratur, kemudian sebanyak 14(82,4%) ibu hamil persepsi positif dengan kujungan Antenatal care teratur. Hasil uji chi square didapatkan hasil 5,210 dengan P-value 0,022 (α=0,05) artinya ada hubungan yang signifikan antara persepsi ibu hamil dengan kujungan Antenatal care dan nilai Odds Ratio (OR) 8,400 (95% CI : 1,600 – 44,104) yang berarti responden yang mempunyai persepsi negatif berpeluang 8,400 kali melakukan kunjungan Antenatal Care yang tidak teratur dibandingkan dengan responden yang mempunyai persepsi positif.

PEMBAHASAN Gambaran Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 31 responden sebagian besar 19 (61,3%) dengan kunjungan Antenatal care yang teratur. Pemeriksaan antenatal penting untuk deteksi dini komplikasi kehamilan dan pendidikan tentang kehamilan, ibu yang antenatal care yang tidak teratur memiliki resiko mengalami partus lama 3 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang antenatal care teratur (Amiruddin, 2006). Kunjungan Antenatal Care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan atau asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan Antenatal Care, petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi. Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah 6

kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan. Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan seterusnya untuk mendapatkan pelayanan antental sesuai dengan standar selama satu periode kehamilan berlangsung. Sedangkan K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar (Prawirohardjo, 2006). Secara operasional, untuk pelayanan antenatal dikenal dengan adanya standar pelayanan dan pemantauan pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal merupakan salah satu kegiatan dari program kesehatan ibu dan anak, pelayanan ini bisa dilaksanakan oleh bidan di poliklinik, BPS dan Rumah Sakit. Selain itu, pelayanan antenatal juga bisa diberikan pada waktu pelaksanaan Posyandu, di tempat praktik dokter, dirumah bersalin atau di Puskesmas. Dimana pada standar II tentang Pemeriksaan dan pemantauan antenatal yaitu Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal, artinya disini bahwa kunjungan antenatal care itu minimal 4x selama kehamilan. Pemeriksaan meliputi anamnesa serta pemantauan ibu dan janin secara seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan resti/kelainan, terutama anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS ( penyakit menular seksual ), memberikan pelayanan imunisasi, nasihat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lain yang diberikan oleh puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan . bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya. (Mufdlilah,2009). Kunjungan antental dapat dipengaruhi oleh umur, pendidikan, paritas, dan pekerjaan. Dari hasil penelitian karakteristik umur ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal

Persepsi Ibu Hamil Tentang Pelaksanaan Antenatal Care Oleh Bidan Terhadap Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan

sebagian besar berumur 20 – 35 tahun sebanyak 27 (87,0%). Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003) dalam Wawan dan Dewi (2010), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Ibu yang berumur ≤ 20 tahun, termasuk usia yang terlalu muda sehingga dalam pola berfikir pun masih dapat berubah – ubah. Sedangkan ibu dengan usia ≥ 35 tahun tergolong usia yang sudah matang dalam berfikir dan mengambil keputusan. Berbeda dengan usia 20 – 35 tahun yang dianggap matang dalam berfikir. Sedangkan menurut Huclpk (1998) dalam Wawan dan Dewi (2010) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dan berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan. Dilihat dari segi pendidikan ibu semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima informasi, informasi kesehatan yang cukup pada ibu hamil mempengaruhi perilaku ibu hamil dalam melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan hal ini secara tidak langsung dapat memperkecil kematian ibu dan bayi (Amiruddin, 2006) Berdasarkan karakteristik pendidikan sebagian besar berpendidikan SMA, yaitu sejumlah 10 (32,3%) artinya ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal sebagian besar berpendidikan menengah. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk pencapaian keselamatan dan kebahagiaan (Wawan dan Dewi, 2010). Menurut Notoadmodjo (2010) tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang bertindak dan mencari penyebab solusi dalam hidupnya. Dimana Pendidikan yang rendah merupakan salah satu masalah yang berpengruh terhadap kunjungan Antenatal care pada ibu hamil. Demikian halnya dengan ibu yang berpendidikan tinggi akan memeriksakan kehamilannya secara teratur demi menjaga keadaan kesehatan dirinya dan bayi dalam kandungannya. Pendidikan ibu hamil mempengaruhi pengetahun ibu hamil tersebut. Semakin tinggi pendidikan ibu hamil akan semakin baik pula pengetahuannya begitu pula sebaliknya.

Menurut Notoatmodjo (2010) tingkat pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan : tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Tingkat pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Pengetahuan disini yang dimaksud adalah pengetahuan ibu hamil dalam melakukan kunjungan Antenatal care. Bila pengetahuan ibu hamil sudah baik terhadap Antenatal care maka ibu hamil akan melakukan kunjungan Antenatal care akan teratur. Apabila pengetahuan belum sepenuhnya dimiliki maka mengikuti anjuran untuk kunjungan Antenatal care kurang teratur. Kemudian paritas mempegaruhi kunjungan Antenatal care dimana hasil penelitian menunjukkan karakteristik ibu hamil yang melakaukan kunjungan antenatal care sebagian besar paritas multipara yaitu 24 (77,7%). Umumnya ibu yang pernah melahirkan akan memiliki pemahaman dan kesadaran melakukan kunjungan antenatal lebih tinggi, dibandingakn dengan ibu yang baru pertama kali hamil. Menurut Prawirohardjo (2006) kehamilan (graviditas) adalah jumlah janin yang pernah dilahirkan, hidup maupun mati. Penggolongan graviditas bagi ibu yang masih hamil atau pernah hamil berdasarkan jumlah menurut Perdinakes yaitu, primigravida adalah wanita hamil untuk pertama kalinya, multigravida adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali, dimana kehamilan tersebut tidak lebih dari 5 kali, dan grandemultigravida adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5 kali. Berdasarkan pengertian tersebut maka paritas mempengaruhi kunjungan Antenatal care. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi resiko kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Namun sebagian kehamilan pada paritas tinggi biasa tidak direncanakan. Jadi ibu hamil dengan jumlah anak lebih sedikit cenderung akan lebih baik dalam memeriksakan kehamilannya dari pada ibu hamil dengan jumlah anak lebih banyak. Dalam penelitian ini didukung oleh penelitian Taruli Rohana Sinaga (2009) dengan judul Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Tahun 2009

Persepsi Ibu Hamil Tentang Pelaksanaan Antenatal Care Oleh Bidan Terhadap Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan

7

didapat kan hasil bahwa dari 24 responden sebagian besar ibu dengan umur 20 – 35 tahun dengan kinjungan antenatal teratur sebanyak 15 (62,5%), pendidikan tinggi dengan kunjungan antenatal teratur sebanyak 16 orang (66,7%), dan paritas multipara dengan kunjungan antenatal teratur sebanyak 12 orang (50,0%). Demikian juga hasil penelitian Wardhani dan Desi Lusiana (2007) yang menyatakan bahwa rendahnya pendidikan ibu akan berdampak pada rendahnya pengetahuan ibu yang berpengaruh pada keputusan ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian yang didapat penulis, bahwa tingkat pendidikan ibu menengah lebih sering memeriksakan kehamilan, hal ini mungkin penyuluhan yang dilakukan tenaga kesehatan mempunyai sikap dan perilaku yang sesui standar serta adanya kesadaran dalam diri ibu hamil tersebut. Gambaran persepsi ibu hamil tentang pelaksanaan antenatal care di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan Dari hasil penelitian yang dilakukan pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan sebagian besar dengan persepsi positif yaitu 17 (54,8%) responden. Ibu yang memiliki persepsi positif selama kehamilannya mengatakan bahwa pengalaman terdahulunya tidak pernah ada masalah dalam kehamilan meskipun jarang melakukan pemeriksaan kehamilan dan pengalaman merupakan salah satu faktor ibu memanfaatkan pelayanan kesehatan. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 2007). Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses informasi yang berasal dari pengalaman dan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan kata lain, persepsi dapat diartikan sebagai proses informasi yang terjadi melalui alat-alat indra berdasarkan pada pengalaman masa lampau. Dan juga pengalaman pada objek yang disimpulkan dan diberikan makna kemudian ditafsirkan berdasarkan pada stimuli dari lingkungan. Menurut Depkes RI (2008), pengalaman adalah suatu keadaan yang dialami ibu pada kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Ibu

8

yang memiliki pengalaman buruk dalam kehamilan yang lalu akan cenderung untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Menurut Akin dalam Adhaniyah mengatakan bahwa pengalaman masa lalu dalam kehamilan, persalinan dan pelayanan kesehatan mempunyai efek sangat besar terhadap pengetahuan, sikap, dan penggunaan pelayanan kesehatan ibu. Menurut Alport dalam Walgito (2010) proses persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada. Terjadinya persepsi merupakan suatu yang terjadi dalam beberapa tahap. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia. Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis, merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indera) melalui saraf-saraf sensoris. Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologik, merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor. Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan perilaku. Berdasarkan karakteristik pendidikan sebagian besar berpendidikan SMA, yaitu sejumlah 10 (32,3%) artinya ibu hamil yang memiliki persepsi positif sebagian besar berpendidikan menengah. Menurut Notoadmodjo (2010) tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang bertindak dan mencari penyebab solusi dalam hidupnya. dimana Pendidikan yang rendah merupakan salah satu masalah yang berpengruh terhadap kunjungan Antenatal care pada ibu hamil. Demikian halnya dengan ibu yang berpendidikan tinggi akan memeriksakan kehamilannya secara teratur demi menjaga

Persepsi Ibu Hamil Tentang Pelaksanaan Antenatal Care Oleh Bidan Terhadap Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan

keadaan kesehatan dirinya dan bayi dalam kandungannya. Dalam penelitian ini didukung oleh penelitian dengan judul Persepsi Ibu Hamil Terhadap Bidan Sebagai Pelaksana Antenatal Care Di Puskesmas Latuhalat Kecamatan Nusaniwe Ambon. Pelaksanaan pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Latuhalat berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari data K1 dan K4 pada tahun 2006-2007 mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2006 target yang ditentukan oleh Puskesmas Latuhala adalah 80,6% mengalami peningkatan mencapai 107,18% sedangkan pada tahun 2007, target yang ditentukan adalah sebesar 87% juga mengalami peningkatan sebesar 107,3%. Hubungan persepsi ibu hamil tentang pelaksanaan Antenatal Care oleh Bidan dengan kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 17 (52,8%) responden dengan persepsi positif , 3 (17,6%) responden diantaranya yaitu ibu yang selama kehamilan tidak teratur atau jarang melakukan pemeriksaan kehamilan dan 14 (82,4%) responden yang teratur atau rutin memeriksakan kehamilannya. Sedangkan sebanyak 14 (45,2%) responden dengan persepsi negatif. Dimana 9 (64,3%) responden diantaranya yaitu ibu yang selama kehamilan tidak teratur atau jarang melakukan pemeriksaan kehamilan dan 5 (35,7%) responden dari ibu dengan persepsi negatif teratur melakukan pemeriksaan kehamilan. Ibu yang memiliki persepsi negatif selama kehamilannya tidak teratur atau jarang melakukan pemeriksaan kehamilan mengatakan bahwa pengalaman terdahulunya tidak pernah ada masalah dalam kehamilan meskipun jarang melakukan pemeriksaan kehamilan. Dan ibu yang tertur atau rutin melakukan pemeriksaan kehamilan mengatakan pengalaman merupakan salah satu faktor ibu memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian hubungan Persepsi Ibu Hamil Tentang Pelaksanaan Antenatal Care oleh Bidan Dengan Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan. Setelah dilakukan analisa data dengan analisa Chi Square didapatkan hasil p-value 0,022. Oleh karena p-

value 0,022 ≤ α (0,05) dan Odds Ratio (OR) 8,400 (95% CI : 1,600 – 44,104) yang berarti responden yang mempunyai persepsi negatif berpeluang 8,400 kali melakukan kunjungan Antenatal Care yang tidak teratur dibandingkan dengan responden yang mempunyai persepsi positif. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 2007). Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses informasi yang berasal dari pengalaman dan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan kata lain, persepsi dapat diartikan sebagai proses informasi yang terjadi melalui alat-alat indra berdasarkan pada pengalaman masa lampau. Dan juga pengalaman pada objek yang disimpulkan dan diberikan makna kemudian ditafsirkan berdasarkan pada stimuli dari lingkungan. Pengalaman ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan kehamilan sebelumnya akan berpengaruh tehadap persepsi dan perilaku ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan yang sekarang. Ibu yang mendapatkan pengalaman yang kurang menyenangkan pada saat melakukan pemeriksaan pada kehamilan sebelumnya akan cenderung kurang antusias dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, karena takut pengalaman yang lalu akan terulang kembali. Menurut Astini (2011) pelaksanaan Antenatal Care dikatakan baik atau tidak bila ibu yang melakukan kunjungan antenatal care sesuai dengan jumlah kunjungan antenatal yaitu pada trimester I minimal satu kali kunjungan, pada trimester II minimal melakukan satu kali kunjungan dan pada trimester III minimal melakukan dua kali kunjungan. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi ibu melaksanakan antenatal care, yaitu tingkat pendidikan ibu, jumlah anak dalam keluarga, jarak kehamilan, riwayat kehamilan, pndapatan keluarga, status pekerjaan ibu, dukungan suami dan jarak pelayanan kesehatan memiliki pengaruh yang signifikan sehingga faktor-faktor tersebut juga berpengaruh terhadap lengkap atau tidaknya pelaksanaan Antenatal Care. Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan aspek yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Tingkat pendidikan adalah upaya

Persepsi Ibu Hamil Tentang Pelaksanaan Antenatal Care Oleh Bidan Terhadap Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan

9

untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat baik dalam bentuk persepsi maupun tindakan. Pengetahuan tentang kehamilan harus dimiliki ibu hamil untuk dapat menyiapkan fisik atau mental agar sampai akhir kehamilannya sama sehatnya. Ibu hamil tidak menyadari bahwa pemeriksaan antenatal penting untuk deteksi dini komplikasi kehamilan dan pendidikan tentang kehamilan, mengatakan ibu yang antenatal care yang tidak teratur memiliki resiko mengalami partus lama 3 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang antenatal care teratur (Amiruddin, 2006). Dalam perilaku kesehatan menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010), fator-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku pada ibu hamil dalam melakukan kunjungan Antenatal Care yaitu dukungan suami dan tindakan petugas kesehatan. Ibu hamil akan melakukan kunjungan Antenatal Care dengan rutin apabila suami menganjurkan, memberikan dukungan maka ibu hamil mau untuk melaksanakannya. Apabila tindakan petugas kesehatan baik dan ramah maka ibu hamil akan melakukan kunjungan Antenatal Care dengan rutin dan sebaliknya apabila petugas kesehatan kurang ramah ibu hamil akan enggan untuk melakukannya dan mungkin akan pindah ketempat kunjungan Antenatal Care dengan pelayanan yang lebih baik. Dari penjelasan tersebut perilaku sangat mempengaruhi timbulnya persepsi. Jika perlakuan yang didapatkan ibu hamil selama kunjungan antenatal baik maka persepsi ibu hamil terhadap bidan selaku pelaksana antenatal care pun akan baik sehingga memotivasi ibu hamil untuk tetap rutin atau teratur dalam melakukan kunjungan antenatal care dan sebaliknya. Dalam penelitian ini didukung oleh penelitian Syamsulhuda BM dkk yang menyatakan bahwa persepsi responden terhadap Antenatal care umunya positif namun hanya 40% yang melakukannya. Dimana pegetahuan dan perilaku kesehatan ibu pada masa hamil kurang atau rendah serta pendidikan responden yang rendah lebih sering memeriksakan kehamilannya, hal ini mungkin didasari peran perilaku ibu yang merespon dengan pelayanan yang diberikan terhaadap ibu sangat diperhatikan. Teori Snehendu B. Kar (Notoadmodjo, 2010) menyimpulkan bahwa perilaku

10

kesehatan seseorang ditentukan antara lain oleh ada atau tidaknya dukungan masyarakat sekitarnya (social support). Orang yang tinggal dilingkungan yang menjunjung tinggi aspek kesehatan akan lebih antusias dalam menjaga kesehatannya. Sebaliknya mereka yang tinggal dilingkungan dengan pola hidup tidak sehat atau tidak memperhatikan kesehatan akan cenderung tidak perduli dengan pencegahan penyakit atau pemeriksan kesehatan secara teratur. Keterbatasan Penelitian Peneliti mengalami kesulitan saat membagikan kuesioner pada responden, banyak responden yang kurang paham pertanyaan peneliti sehingga responden harus di dampingi oleh peneliti saat menjawab pertanyaan dari reponden. Ada responden yang tidak bersedia menjadi responden, sehingga peneliti harus lebih menekankan infoment consent nya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kunjungan antenatal care di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan sebagian besar yaitu 19 (61,3%) responden dengan kunjungan antenatal care teratur. Persepsi ibu hamil tentang pelaksanaan antenatal care di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan dari sebagian besar yaitu 17(52,8%) responden dengan persepsi positif. Ada hubungan persepsi ibu hamil tentang pelaksanaan kunjungan antenatal care oleh bidan terhadap kunjungan antenatal care di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan dengan P-value 0,022 (α= 0,05) dan hasil Odds Ratio (OR) 8,400 (95% CI : 1,600 – 44,104) yang berarti responden yang mempunyai persepsi negatif berpeluang 8,400 kali melakukan kunjungan Antenatal Care yang tidak teratur dibandingkan dengan responden yang mempunyai persepsi positif. Saran Diharapkan kepada tenaga kesehatan dalam hal ini adalah bidan sebagai pelaksana Antenatal Care agar dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada semua ibu hamil perlu ditingkatkan lagi baik dari sikap bidan yang ramah terhadap ibu hamil, pelayanan

Persepsi Ibu Hamil Tentang Pelaksanaan Antenatal Care Oleh Bidan Terhadap Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan

yang sesuai SOP karena dengan peningkatan kualitas pelayanan, maka dapat lebih memotivasi ibu hamil untuk datang memeriksakan kehamilannya secara teratur dan tepat waktu. Diharapkan kepada ibu hamil hendaknya rajin berkunjung untuk memeriksakan kehamilannya, agar dapat mendeteksi secara dini komplikasi yang terjadi saat kehamilan demi kesehatan ibu dan bayi dalam kandungan. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya apabila meneliti persepsi ibu hamil mengenai kunjungan antenatal care agar menggunakan alat kuesioner yang lebih sederhana dan mudah dipahami oleh responden serta peneliti lebih menekankan informed consent pada responden. DAFTAR PUSTAKA [1] Amiruddin, Ridwan, 2005. Studi Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Terhadap Kelainan kesehatan Pada Ibu Hamil yang dibuka pada www//http.studi pemanfaatan go.id. dibuka pada tanggal 27 mei 2014 [2] Astini, Siringo. 2011. Pengetahuan ibu hamil dan motivasi keluarga dalam pelaksanaan ANC. Sumatra Utara.

[10] Mulyana, Deddy.2004.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. [11] Notoatmodjo. S.2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta: Rineka Cipta. [12] ___________, S.2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta: PT Rineka Cipta. [13] ___________, S.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. [14] ___________, S.2010.Ilmu Perilaku Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta [15] Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta; Salemba Medika [16] Profil Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2012 [Di akses Tanggal 1 Oktober 2013]. Didapat dari: http://www.dinkesjatengprov.go.iddokum enprofil2012.pdf [17] Profil Kesehatan Kabupaten Semarang. Tahun 2012. [18] Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Kebidanan. Jakarta : YBPSP.

Ilmu

[3] Bartini, Istri. 2012. Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Normal (ASKEB I. Yogyakarta: Nuha Medika

[19] Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

[4] Depkes RI. 2003. Tingkatan Partisipasi Masyarakat

[20] Salmah, dkk. 2006. AsuhanKebidanan Antenatal. Jakarta : EGC

[5] ___________,2008. Faktor yang mempengaruhi kunjungan pemeriksaan kehamilan ANC

[21] Sugiyono. 2010. Statistika Penelitian. Bandung: Alfabeta

[6] Irwanto, dkk. 2004. Psikologi Umum. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. [7] Mufdlilah. 2009. ANC Yogyakarta: Nuha Medika.

Fokus.

[8] ___________, 2009. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jogyakarta: Nuha Medika. [9] ___________, 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Untuk

[22] Walgito, Bimo .2010. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta: ANDI. [23] Wawan dan Dewi. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. [24] Yulifah dan Yuswanto. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Persepsi Ibu Hamil Tentang Pelaksanaan Antenatal Care Oleh Bidan Terhadap Kunjungan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kecamatan Bandungan

11