PERTUKARAN SOSIAL DALAM PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

Download Dapat mengetahui bagaimana penerapan teori- teori sosiologi, seperti teori pertukaran sosial yang digunakan dalam penelitian ini untuk meng...

0 downloads 426 Views 491KB Size
perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERTUKARAN SOSIAL DALAM PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS)

Disusun Oleh: SRI HARYANI MEIVAWATI D0305060

SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2010

i

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERSETUJUAN

Telah disetujui untuk di pertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Mengetahui, Dosen Pembimbing

Dr.Drajat Tri Kartono, M.Si NIP. 19660112 199003 1 002

commit to user

ii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN

Telah diuji dan disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Pada hari

: Selasa

Tanggal

: 26 Oktober 2010

Panitia Penguji Skripsi

1. Prof. Dr. RB Soemanto, MA NIP. 19470914 197612 1 001

(

) Ketua

2. Eva Agustinawati, S.Sos, M.Si NIP. 19700813 199512 2 001

(

) Sekretaris

3. Dr.Drajat Tri Kartono, M.Si NIP. 19660112 199003 1 002

(

) Penguji

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan

Drs. H. Supriyadi SN., S.U commit to 198103 user 1 001 NIP. 19530128

iii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

MOTTO

v Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan (Amsal 1:7a)

v Serahkanlah

perbuatanmu

kepada

Tuhan,

maka

terlaksanalah segala rencanamu. (Amsal 16: 3) v Ganjaran kerendahan hati dan takut akan Tuhan adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan (Amsal 22: 4)

v Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya (Amsal 16: 9)

v Pengalaman adalah guru yang paling berharga. (Penulis)

v Waktu terus berputar dan tidak akan bisa kembali lagi, gunakan waktu sebaik-baiknya karena setiap detik dalam hidup ini begitu berharga. commit to user

iv

(Penulis)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Tidak ada yang sempurna di dunia ini Teriring doa dan ucapan syukur, penulis ingin mendedikasikan karya ini kepada:

Kedua orang tuaku yang tercinta yang selalu berdoa demi kesuksesanku Kakak - kakakku yang membantu kelancaran tugas ini Keluarga Besarku, Sahabat-sahabatku dan Almamaterku

commit to user

v

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas segala kasih dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini dengan baik dan lancar. Penulis menyadari bahwa selama proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mempersembahkan dan mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. H. Supriyadi SN, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ibu Dra. Hj. Trisni Utami M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Dr.Drajat Tri Kartono,M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan waktu, kesempatan untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan memberikan saran, dorongan untuk terselesainya skripsi ini. 4. Bapak Prof. Dr. RB Soemanto, MA selaku Ketua Panitia Ujian Skripsi. 5. Ibu Eva Agustinawati, S.Sos, M.Si selaku Sekretaris Ujian Skripsi. 6. Bapak Ahmad Zuber, S.Sos., DEA selaku pembimbing akademis. 7. Seluruh Staf Kesbanglinmas Surakarta yang telah memberikan ijin untuk penelitian skripsi. commit to user

vi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

8. Bapak Dardji, SH, MM selaku Kepala Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta beserta stafnya yang memberikan bantuan demi terselesainya skripsi ini . 9. Petugas Puskesmas Pajang yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam memberikan data. 10. Peserta Jamkesmas di Kelurahan Sondakan, terima kasih atas keterbukaan dan keramahan yang diberikan kepada saya. 11. Staf perpustakaan universitas dan fakultas yang telah membantu menambah informasi melalui buku-buku yang dibutuhkan penulis. 12. Ibu dan Bapakku yang sangat kucintai yang telah memberikan doa, kasih sayang dan perhatian yang tiada henti kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini. 13. Kakak – kakakku mas Budi, mas Hantok, mas Ari, mas Jarot terima kasih untuk dukungannya. 14. Keponakanku Febri terima kasih atas dukungan dan bantuannya. Keponakanku yang lain Titin, Kukuh, Ita, Ricky, Sabrina terima kasih atas keceriaan yang tercipta selama ini. 15. Sahabat- sahabatku yang senantiasa menemaniku di kala suka dan duka Istiq, Betly, Dewi, Dian, Yayuk, Ahmad Zunita. Terimakasih untuk persahabatan kita, kalian memberikan warna yang indah dalam hidupku, nikmat yang tiada terkira bisa menjadi bagian dari kalian. 16. Teman-teman Sosiologi angkatan 2005, maaf tidak bisa menyebutkan satu persatu. Terimakasih untuk kebersamaannya selama ini. commit to user

vii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

17. Teman-temanku di Klaten, maaf tidak bisa menyebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungannya. 18. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moral dan spiritual hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhya bahwa dalam penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang membutuhkan.

Surakarta,

Oktober 2010

Sri Haryani Meivawati

commit to user

viii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………

i

HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………..............

ii

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………...........................

iii

MOTTO …………………………………………………………………….

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………….

v

KATA PENGANTAR ……………………………………...........................

vi

DAFTAR ISI ………………………………………………………..............

ix

DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. xiii DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….

xv

ABSTRAK …………………………………………………………………. xvi ABSTRACT …………………………………………………………………. xvii

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………….. ………...

1

B. Perumusan Masalah …………………………………. ………...

8

C. Tujuan Penelitian ……………………………………. ………… 9 D. Manfaat Penelitian ……………………………………………...

9

E. Tinjauan Pustaka ……………………………………..................

9

F. Kerangka Berpikir ……………………………………. ……….. 22 commit to user

ix

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

G. Definisi Konseptual ……………………………………………. 24 H. Metode Penelitian ……………………………………………… 25

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Surakarta …….……………………………………….. ……….. 34 B. Kecamatan Laweyan ……… …………………………………... 41 C. Kelurahan Sondakan ………..……………………….................. 42 D. Puskesmas Pajang ……………………………………………… 46

BAB III

PERTUKARAN SOSIAL DALAM PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) A. PERTUKARAN SOSIAL DALAM PENGETAHUAN PESERTA JAMKESMAS TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM JAMKESMAS ………................................................................... 51 1. Pertukaran Sosial dalam Pelayanan yang diberikan kepada peserta Jamkesmas ………………………………........................... 55 a. Pertukaran Sosial dalam Pelayanan Kesehatan yang diberikan oleh dokter, petugas Puskesmas, petugas Rumah Sakit kepada peserta Jamkesmas ....................................................................... 55 b. Pertukaran Sosial dalam Pelayanan Antrian di Puskesmas dan Rumah Sakit ................................................................................. 63 c. Pertukaran Sosial dalam Prosedur untuk mendapatkan kartu Jamkesmas yang dialami peserta Jamkesmas .............................. 66 commit to user

x

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

d. Pertukaran Sosial dalam Pengalaman sakit yang dialami Peserta Jamkesmas dalam Penggunaan Kartu Jamkesmas ....68 2. Pertukaran Sosial dalam Pengobatan yang diberikan kepada peserta Jamkesmas ....................................................................... 70 a. Pertukaran Sosial dalam Obat Gratis yang diberikan kepada peserta Jamkesmas ................................................................... 70 b. Pertukaran Sosial dalam Pengobatan kepada peserta Jamkesmas yaitu obat tidak gratis semua ..................................79

B. PERTUKARAN SOSIAL DALAM SIKAP PESERTA JAMKESMAS DALAM MENANGGAPI PELAKSANAAN PROGRAM JAMKESMAS ............................................................82 1. Pertukaran Sosial dalam Sikap Peserta Jamkesmas menanggapi dengan baik tentang Pelaksanaan Program Jamkesmas ..................82 2. Pertukaran Sosial dalam Sikap Peserta Jamkesmas menanggapi dengan pasif tentang Pelaksanaan Program Jamkesmas .................94

C. PERTUKARAN SOSIAL DALAM PERASAAN YANG DIALAMI PESERTA JAMKESMAS DALAM PELAKSANAAN PROGRAM JAMKESMAS .............................99 1. Pertukaran sosial dalam perasaan suka yang dialami peserta Jamkesmas dalam pelaksanaan program Jamkesmas ........................99 commit to user

xi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

2. Pertukaran sosial dalam perasaan bosan yang dialami peserta Jamkesmas dalam pelaksanaan program Jamkesmas .................. ... 101

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………………112 B. Implikasi ………………………………………………………….113 C. Saran ……………………………………………………………...119 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

commit to user

xii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Jumlah peserta Jamkesmas Kecamatan Laweyan, Surakarta …….. 5 Tabel 1.2 Jumlah Peserta Jamkesmas Kecamatan Serengan, Surakarta …….. 5 Tabel 1.3 Jumlah Peserta Jamkesmas Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta …………………………………………………………... 6 Tabel 1.4 Jumlah Peserta Jamkesmas Kecamatan Jebres, Surakarta ………... 6 Tabel 1.5 Jumlah Peserta Jamkesmas Kecamatan Banjarsari, Surakarta ......... 7 Tabel 2 Jumlah Penduduk Kota Surakarta ……………………………..........35 Tabel 3 Jumlah Penduduk Miskin Kota Surakarta …………………………...36 Tabel 4 Jumlah Penduduk Kelurahan Sondakan ……………………………..43 Tabel 5 Jumlah Penduduk Kelurahan Sondakan Menurut Pendidikan ……....44 Tabel 6 Jumlah Penduduk Kelurahan Sondakan berdasarkan mata pencaharian ……………………………………….45 Tabel 7 Analisis Domain Pertukaran Sosial dalam Pengetahuan Peserta Jamkesmas terhadap Pelaksanaan Program Jamkesmas .......................................... ................................ .80 Tabel 8 Matriks Pertukaran Sosial dalam Pengetahuan Peserta Jamkesmas terhadap Pelaksanaan Program Jamkesmas .................... .81 Tabel 9 Analisis Domain Pertukaran Sosial dalam Sikap Peserta Jamkesmas dalam menanggapi Pelaksanaan Program Jamkesmas ...... 98 Tabel 10 Matriks Pertukaran Sosial dalam Sikap Peserta Jamkesmas dalam menanggapi Pelaksanaan Program Jamkesmas ......................... 98 commit to user

xiii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Tabel 11 Analisis Domain Pertukaran Sosial dalam perasaan yang dialami Peserta Jamkesmas dalam Pelaksanaan Program Jamkesmas ...................................................................... 103 Tabel 12 Matriks Pertukaran Sosial dalam perasaan yang dialami Peserta Jamkesmas dalam Pelaksanaan Program Jamkesmas ...................................................................... 104 Tabel 13 Matriks Pertukaran Sosial dalam Pelaksanaan Program Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) ................. 111

commit to user

xiv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 : Gambar Kerangka Pikir …………………………………………...23 Gambar 2 : Gambar Struktur Organisasi Puskesmas Pajang …………………..50

commit to user

xv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

SRI HARYANI MEIVAWATI, D0305060 ”PERTUKARAN SOSIAL DALAM PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS)” Skripsi Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini membahas tentang bagaimana pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling atau sampel bertujuan. Informan yang dipilih antara lain peserta Jamkesmas, petugas Kelurahan dan petugas Puskesmas. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data model Spradley. Tahapan analisis data yang dilakukan antara lain analisis domain, taksonomi, komponen dan analisis tema. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta terdiri dari pertukaran sosial dalam pengetahuan peserta Jamkesmas terhadap pelaksanaan program Jamkesmas terdapat proposisi sukses dan proposisi deprivasi satiasi, pertukaran sosial dalam sikap peserta Jamkesmas dalam menanggapi pelaksanaan program Jamkesmas terdapat proposisi sukses dan proposisi deprivasi satiasi, pertukaran sosial dalam perasaan yang dialami peserta Jamkesmas dalam pelaksanaan program Jamkesmas terdapat proposisi sukses dan proposisi deprivasi satiasi. Dalam penelitian ini ditemukan domain, taksonomi dan komponen. Pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jamkesmas di Kelurahan Sondakan, kecamatan Laweyan, Surakarta ditemukan tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, perasaan. Taksonomi yang ditemukan ada enam yaitu pelayanan, pengobatan, baik, pasif, suka, jenuh. Komponen yang ditemukan ada enam yaitu pelayanan kesehatan, antrian, prosedur, pengalaman sakit, gratis, tidak gratis. Pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jamkesmas di Kelurahan Sondakan, kecamatan Laweyan, Surakarta menunjukkan pertukaran sosial peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas, peserta Jamkesmas dengan petugas Rumah Sakit, peserta Jamkesmas dengan dokter, peserta Jamkesmas dengan ketua RT, peserta Jamkesmas dengan petugas Kelurahan.

commit to user

xvi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Sri Haryani Meivawati, D0305060, “Social Exchange in the implementation of society health insurance (Jamkesmas) Program”, Thesis of Sociology Department, Social and Political Sciences Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. This research discusses about how the social exchange is in the implementation of Society Health Insurance (Jamkesmas) program in Kelurahan Sondakan, Laweyan Subdistrict, Surakarta. The type of research employed was descriptive qualitative research. The sampling technique employed in this research was purposive sampling one. The informant selected included Jamkesmas participants, Kelurahan offices and Puskesmas officers. The data analysis employed in this research was Spradley model data analysis. The data analysis stage conducted included domain, taxonomy, component and theme analyses. The result of research shows that social exchange in the implementation of Society Health Insurance (Jamkesmas) program in Kelurahan Sondakan, Laweyan Subdistrict, Surakarta consists of the social exchange in Jamkesmas participant’s knowledge on the implementation of Jamkesmas program in which there is successful proposition and deprivation satiation propositions, the social exchange in the Jamkesmas participant’s attitude in responding to the implementation of Jamkesmas program in which there is successful proposition and deprivation satiation propositions, and the social exchange in the Jamkesmas participant’s feeling in the implementation of Jamkesmas program in which there is successful proposition and deprivation satiation propositions. In this research, it can found the domain, taxonomy and component. Social exchange in the implementation of Jamkesmas program in Kelurahan Sondakan, Laweyan Subdistrict, Surakarta is found in three domains: knowledge, attitude, feeling. There are six taxonomies: service, medicine, good, passive, like, saturated. There are six components found: health service, queuing, procedure, sick experience, free, not free. The social exchange in the implementation of Jamkesmas program in Kelurahan Sondakan, Laweyan Subdistrict, Surakarta shows the social exchange between the Jamkesmas and the Puskesmas officer, the Jamkesmas officer and hospital officer, puskesmas officer and doctor, Jamkesmas participant and chief of RT, Jamkesmas participant and Kelurahan officers.

commit to user

xvii

1 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk dapat melaksanakan aktivitasnya dengan baik. Kesehatan merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Maka pembangunan di bidang kesehatan merupakan salah satu sasaran pembangunan yang hendak diwujudkan oleh pemerintah, sesuai dengan tujuan pembangunan yaitu meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil maupun spiritual. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional mempunyai peranan penting karena pada dasarnya berkaitan erat dengan peningkatan mutu sumber daya manusia yang merupakan modal dasar pembangunan. Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat agar setiap orang mampu meningkatkan derajat kesehatannya. Dan dengan kepercayaan bahwa kita mampu melaksanakan pembangunan kesehatan dengan menggunakan kemampuan dan sumber daya yang ada. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

2 digilib.uns.ac.id

masyarakat miskin dan tidak mampu. (UUD 1945 pasal 28 H dan UU RI NO 23 Tahun 1992) Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi oleh manusia. Kemiskinan merupakan suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin. (Parsudi Suparlan, 1993: xi) Derajat kesehatan masyarakat miskin masih rendah, hal ini tergambarkan dari angka kematian bayi kelompok masyarakat miskin tiga setengah sampai dengan empat kali lebih tnggi dari kelompok masyarakat tidak miskin. Masyarakat miskin biasanya rentan terhadap penyakit dan mudah terjadi penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan lingkungan dan perumahan yang saling berhimpitan, perilaku hidup bersih masyarakat yang belum membudaya, pengetahuan terhadap kesehatan dan pendidikan yang umumnya masih rendah. Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi karena biaya kesehatan mahal. Peningkatan biaya kesehatan yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit, perkembangan commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

3 digilib.uns.ac.id

teknologi kesehatan dan kedokteran, kondisi geografis yang sulit untuk menjangkau sarana kesehatan. Derajat kesehatan yang rendah berpengaruh terhadap rendahnya produktifitas kerja yang pada akhirnya menjadi beban masyarakat dan pemerintah. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan, pemerintah berupaya untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut melalui pelaksanaan kebijakan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin. Program ini diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan melaui penugasan kepada PT Askes (persero) berdasarkan SK Nomor 1241/Menkes / SK/ XI/2004, tentang penugasan PT. Askes (Persero) dalam pengelolaan program pemeliharan kesehatan masyarakat miskin. Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penjaminan terhadap masyarakat miskin yang meliputi sangat miskin, miskin dan mendekati miskin, program ini berganti nama menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai Jamkesmas. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber dayanya, harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan guna mencapai hasil yang optimal. Upaya kesehatan yang semula menitik beratkan pada upaya penyembuhan penderita secara berangsur-angsur berkembang menjadi keterpaduan upaya kesehatan yang menyeluruh. Oleh karena itu, pembangunan kesehatan yang menyangkut upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan harus dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan dan dilaksanakan bersama antara pemerintah dan masyarakat. Peran serta aktif masyarakat termasuk swasta perlu commit to user

4 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

diarahkan, dibina dan dikembangkan sehingga dapat melakukan fungsi

dan

tanggung jawab sosialnya sebagai mitra pemerintah. (Penjelasan UU RI NO 23 Tahun 1992:44) Pembangunan di bidang kesehatan khususnya di rumah sakit bertujuan untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelaksanaan rujukan medik dan rujukan kesehatan secara terpadu. Rumah sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan dituntut oleh masyarakat sebagai penerima jasa layanan kesehatan untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanannya.

Tujuan penyelenggaraan

program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) adalah meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Jumlah peserta Jamkesmas di Indonesia sebanyak 76.400.000, Jawa Tengah sebanyak 11.715.881, Surakarta sebanyak 100.019. Jumlah peserta Jamkesmas di Surakarta dapat dilihat dari tabel tiap kecamatan berikut ini:

commit to user

5 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 1.1 : Jumlah peserta Jamkesmas Kecamatan Laweyan, Surakarta KECAMATAN

KELURAHAN JUMLAH KARTU Pajang 4145 Laweyan 333 Bumi 1234 Panularan 1566 Penumping 836 Laweyan Sriwedari 656 Purwosari 1883 Sondakan 2019 Kerten 1353 Jajar 780 Karangasem 834 Sumber: PT Askes cabang Surakartat tahun 2008 Dari tabel tersebut di Kecamatan Laweyan terdapat banyak peserta Jamkesmas. Tempat penelitian adalah Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, di Kelurahan Sondakan terdapat banyak peserta Jamkesmas.

Tabel 1.2 Jumlah Peserta Jamkesmas Kecamatan Serengan, Surakarta KECAMATAN

KELURAHAN JUMLAH KARTU Joyontakan 2087 Danukusuman 2264 Serengan 1214 Serengan Tipes 2151 Kratonan 1083 Jayengan 268 Kemlayan 304 Sumber: PT Askes cabang Surakarta tahun 2008 Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa terdapat kelurahan yang terdiri banyak peserta Jamkesmas dan terdapat kelurahan yang terdiri dari sedikit peserta Jamkesmas.

commit to user

6 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 1.3 Jumlah Peserta Jamkesmas Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta KECAMATAN

KELURAHAN JUMLAH KARTU Joyosuran 1816 Semanggi 8805 Pasar Kliwon 1392 Gajahan 724 Pasar Kliwon Baluwarti 1625 Kampung Baru 712 Kedung Lumbu 1080 Sangkrah 3642 Kauman 427 Sumber: PT Askes cabang Surakarta tahun 2008 Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa di Kecamatan Pasar Kliwon terdapat kelurahan yang terdiri dari banyak peserta Jamkesmas dan sedikit peserta Jamkesmas.

Tabel 1.4 Jumlah Peserta Jamkesmas Kecamatan Jebres, Surakarta KECAMATAN KELURAHAN JUMLAH KARTU Kepatihan Kulon 365 Kepatihan Wetan 715 Sudiroprajan 1062 Gandekan 2447 Jebres Sewu 1938 Pucangsawit 3559 Jagalan 2702 Purwodiningratan 838 Tegalharjo 1374 Jebres 5839 Mojosongo 4762 Sumber: PT Askes cabang Surakarta tahun 2008 Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa Kecamatan Jebres terdiri dari kelurahan yang terdapat banyak peserta Jamkesmas.

commit to user

7 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 1.5 Jumlah Peserta Jamkesmas Kecamatan Banjarsari, Surakarta KECAMATAN KELURAHAN JUMLAH KARTU Kadipiro 5811 Nusukan 5211 Gilingan 5622 Stabelan 999 Kestalan 513 Keprabon 847 Banjarsari Timuran 621 Ketelan 776 Punggawan 843 Mangkubumen 2023 Manahan 1539 Sumber 2441 Banyuanyar 1939 Sumber : PT Askes cabang Surakarta tahun 2008 Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa Kecamatan Banjarsari terdapat banyak peserta Jamkesmas. Dalam pelaksanaan upaya kesehatan banyak melibatkan instansi pemerintah maupun swasta. Selama ini telah dibangun berbagai sarana dan prasarana kesehatan seperti puskesmas,laboratorium klinik, perusahaan farmasi, rumah sakit, apotek, klinik 24 jam, dan lain sebagainya. Setiap peserta Jamkesmas mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan dasar meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap, serta pelayanan kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan dan pelayanan gawat darurat. Peserta Jamkesmas yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar akan dilayani di Puskesmas dan jaringannya. Apabila peserta Jamkesmas memerlukan pelayanan kesehatan rujukan, maka yang bersangkutan akan dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan di rumah sakit. commit to user

8 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Program Jamkesmas ini merupakan upaya pemerintah dalam mengatasi masalah kesehatan bagi masyarakat miskin. Dengan dilaksanakan program ini diharapkan dapat meningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu yang membutuhkan pelayanan kesehatan agar tercapai derajat kesehatan masyarakat setinggitingginya. Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk meneliti pertukaran sosial dalam pelaksanaan program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta. Penulis tertarik dengan judul tersebut karena melalui pertukaran sosial dalam pelaksanaan program jaminan

kesehatan

masyarakat

(Jamkesmas),

maka

akan

mengetahui

bagaimanakah pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas, peserta Jamkesmas dengan petugas Rumah Sakit, peserta Jamkesmas dengan dokter, peserta Jamkesmas dengan ketua RT, dan peserta Jamkesmas dengan petugas Kelurahan.

B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka masalah yang ada dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana pertukaran sosial dalam pelaksanaan program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta?” commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

9 digilib.uns.ac.id

C. TUJUAN PENELITIAN Diadakan suatu penelitian pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut diatas maka penelitian ini mempunyai tujuan, untuk mengetahui pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN 1

Manfaat Teoritis Dapat mengetahui bagaimana penerapan teori- teori sosiologi, seperti

teori pertukaran sosial yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui pertukaran sosial dalam pelaksanaan program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) di kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta. 2.

Manfaat Praktis Dapat mengetahui bagaimana pertukaran sosial dalam pelaksanaan

program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) di kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta.

E. TINJAUAN PUSTAKA 1. Landasan Teori Dalam sosiologi terdapat tiga macam paradigma yaitu paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial dan paradigma perilaku sosial. Paradigma adalah pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

10 digilib.uns.ac.id

persoalan semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan. Paradigma membantu merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan- persoalan apa yang mesti dijawab, bagaimana seharusnya menjawab serta aturan- aturan apa saja yang harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang dikumpulkan dalam rangka menjawab persoalan- persoalan tersebut. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma perilaku sosial. Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara individu dengan lingkungannya yaitu lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Secara singkat pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat- akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku. Jadi terdapat hubungan fungsional antara tingkah laku dengan perubahan yang terjadi dalam lingkungan actor. Bagi paradigma perilaku sosial individu kurang sekali memiliki kebebasan. Tanggapan yang diberikannya ditentukan oleh sifat dasar stimulus yang datang dari luar dirinya. Jadi tingkah laku manusia lebih bersifat mekanik dibandingkan dengan menurut paradigma definisi sosial. (Ritzer, 2003:71-72). Behavioral sociology dibangun dalam rangka menerapkan prinsipprinsip psikologi perilaku ke dalam sosiologi. Teori ini memusatkan perhatiannya kepada hubungan antar akibat dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan actor dengan tingkah laku actor. Akibat- akibat tingkah laku diperlakukan sebagai variabel independent. Ini berarti bahwa teori ini berusaha menerangkan tingkah laku yang terjadi itu melalui akibat- akibat yang mengikutinya kemudian. Jadi commit to user

11 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

nyata secara metafisik ia mencoba menerangkan tingkah laku yang terjadi di masa sekarang melalui kemungkinan akibatnya yang terjadi di masa yang akan datang. Yang menarik perhatian Behavioral Sociology adalah hubungan historis antara akibat tingkah laku yang terjadi dalam lingkungan actor dengan tingkah laku yang terjadi sekarang. Akibat dari tingkah laku yang terjadi di masa lalu mempengaruhi tingkah laku yang terjadi di masa sekarang. Dengan mengetahui apa yang diperoleh dari suatu tingkah laku nyata di masa lalu akan dapat diramalkan apakah seseorang actor akan bertingkah laku yang sama (mengulanginya) dalam situasi sekarang. Konsep dasar teori ini adalah reinforcement, yang dapat diartikan sebagai ganjaran atau reward, dimana tidak ada sesuatu yang melekat dalam obyek yang menimbulkan ganjaran. Proses ini menjelaskan hubungan yang terjadi di dalam lingkungan actor dengan tingkah laku individu (Ritzer, 2003:73-74). Exchange teory, mendasarkan teorinya pada pergaulan hidup manusia dimana terdapat kecenderungan yang kuat, bahwa kepuasan dan kekecewaan bersumber kepada pihak lain terhadap dirinya sendiri, seseorang akan berinteraksi dengan pihak lain, karena hal tersebut dianggap menguntungkan sehingga ia mendapatkan suatu imbalan. Sudah tentu jika proses- proses tersebut tidak selalu menguntungkan namun terkadang juga merasa rugi atau kecewa. Keuntungan dari hubungan tersebut adanya selisih dari imbalan dan biaya, maka teori ini sering disebut “theori pilihan rasional”. Dua tokoh yang terkenal dari teori ini adalah Homans dan Blau.

commit to user

12 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Homans mengajukan proposisinya, sebagai berikut: a. Semakin tinggi ganjaran (reward) yang diperoleh atau yang akan diperoleh , semakin besar kemungkinan sesuatu tingkah laku akan diulang. b. Demikian juga sebaliknya, semakin tinggi biaya atau ancaman hukuman (punishment) yang akan diperoleh semakin kecil kemungkinan tingkah laku serupa akan diulang. Homans percaya bahwa proses pertukaran dapat dijelaskan lewat pernyataan proposisional yang saling berhubungan dan berasal dari psikologi Skinnerian. Proposisi itu adalah: 1. Proposisi sukses: Dalam setiap tindakan, semakin sering suatu tindakan tertentu memperoleh ganjaran, maka kian kerap ia akan melakukan tindakan itu (Homans, 1974; 16 dalam poloma 1987; 61) Homans menyatakan bahwa bilamana seseorang berhasil memperoleh ganjaran (atau menghindari hukuman) maka ia akan cenderung untuk mengulangi tindakan tersebut. Secara umum, perilaku yang selaras dengan proposisi sukses meliputi tiga tahap antara lain: tindakan seseorang, hasil yang diberikan, dan pengulangan tindakan asli atau minimal tindakan yang dalam beberapa hal menyerupai tindakan asli. Contoh: seorang mahasiswa belajar sebelum ujian dan mendapatkan nilai tinggi, maka pada waktu ujian berikutnya akan belajar agar mendapat nilai yang tinggi. commit to user

13 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2. Proposisi stimulus: Jika di masa lalu terjadinya stimulus yang khusus, atau seperangkat stimuli, merupakan peristiwa dimana tindakan seseorang memperoleh ganjaran, maka semakin mirip stimuli yang ada sekarang ini dengan yang lalu itu, akan semakin mungkin seseorang melakukan tindakan serupa atau yang agak sama (Homans, 1974; 22-23 dalam poloma 1987; 62) Proposisi

stimulus

mengetengahkan

objek

atau

tindakan

yang

memperoleh ganjaran yang diinginkan. Contoh: Mahasiswa yang menginginkan nilai baik.

Di masa lalu dia memperoleh ganjaran berupa nilai baik dan

pentingnya belajar sebagai stimulus yang melahirkan hasil yang diinginkan. Mahasiswa lebih memilih stimulus belajar 2 hari sebelum ujian dan belajar secara individual daripada stimulus lain yang berasal dari belajar secara berkelompok. 3. Proposisi nilai : Semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka kian senang seseorang melakukan tindakan itu (Homans, 1974:25 dalam poloma 1987; 63) Proposisi ini khusus berhubungan dengan ganjaran atau hukuman yang merupakan hasil tindakan. Proposisi nilai mengetengahkan tingkat dimana orang mengiginkan ganjaran yang diberikan oleh stimulus. Proposisi ini merupakan penghargaan terhadap tindakan. Contoh: Seorang mahasiswa datang pagi- pagi ke kampus maka dihargai dengan dikatakan sebagai mahasiswa yang rajin.

commit to user

14 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4. Proposisi Deprivasi – Satiasi Semakin sering dimasa yang baru berlalu seseorang menerima suatu ganjaran tertentu, maka semakin kurang bernilai bagi orang tersebut peningkatan setiap unit ganjaran itu (Homans, 1974: 29 dalam poloma 1987; 64) Proposisi deprivasi satiasi selanjutnya menyempurnakan kondisikondisi dimana penampilan suatu tindakan tertentu mungkin terjadi. Proposisi ini merupakan menurunnya nilai karena kejenuhan. Contoh: Seorang anak yang diberi uang Rp.1000,- selama bertahun- tahun diberi uang dengan jumlah yang sama maka anak itu akan merasa jenuh dan uang Rp.1000,itu menjadi berkurang nilainya. 5. Proposisi Restu Agresi (Approval Agression) Bila tindakan seseorang tidak memperoleh ganjaran yang diharapkannya, atau menerima hukuman yang yang tidak diinginkan, maka dia akan marah, dia menjadi sangat cenderung menunjukkan perilaku agresif, dan hasil perilaku demikian menjadi lebih bernilai baginya. Bilamana tindakan seseorang memperoleh ganjaran yang diharapkannya, khusus ganjaran yang lebih besar dari yang diperkirakan, atau tidak memperoleh hukuman yang diharapkannya, maka dia akan merasa senang; dia akan lebih mungkin melaksanakan perilaku yang disenanginya, dan hasil dari perilaku yang demikian akan menjadi lebih bernilai harganya (Homans, 1974: 37- 39 dalam poloma 1987; 65) Proposisi ini merupakan proposisi konflik Homans. Jika sesuatu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan maka akan marah bahkan akan melakukan commit to user

15 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

perlawanan. Contoh: Seseorang yang sudah bekerja selama beberapa bulan tetapi tidak mendapatkan gaji, maka orang itu akan marah. 6. Proposisi rasionalitas Ketika memilih tindakan alternatif, seseorang akan memilih tindakan sebagaimana dipersepsikannya kala itu, yang jika nilai hasilnya dikalikan probabilitas keberhasilan adalah lebih besar (Homans 1974:43) Pada dasarnya, orang menelaah dan melakukan kalkulasi atas berbagai tindakan alternatif yang tersedia baginya. Mereka membandingkan jumlah imbalan

yang

diasosiasikan

dengan

setiap

tindakan.

Mereka

pun

mengkalkulasikan kecenderungan bahwa mereka benar-benar akan menerima imbalan. Imbalan yang bernilai tinggi akan hilang nilainya jika seseorang menganggap bahwa itu semua dipandang sangat mungkin diperoleh. Jadi terjadi interaksi antara nilai imbalan dengan kecenderungan diperolehnya imbalan. Imbalan yang paling tidak diinginkan adalah imbalan yang paling tidak bernilai dan cenderung tidak mungkin diperoleh. Proposisi rasionalitas menunjukkan pengaruh teori pilihan rasional pendekatan Homans. Homans mengaitkan proposisi rasionalitas dengan keberhasilan, stimulus, dan proposisi nilai. Proposisi rasionalitas mengatakan pada kita bahwa benar tidaknya orang akan melakukan tindakan tergantung pada persepsi mereka tentang probabilitas sukses. Homans beragumen bahwa persepsi apakah peluang sukses tinggi atau rendah ditentukan oleh sukses di masa lalu dan kemiripan dengan situasi masa kini dengan situasi sukses di masa lalu. commit to user

16 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Proposisi rasionalitas ini memilih tindakan berdasarkan rasional. Contoh: Memilih tindakan berolahraga secara teratur agar badan menjadi sehat.

2. Konsep- konsep yang digunakan Konsep konsep dalam teori pertukaran sosial George Homans a. Pertukaran sosial Pertukaran sosial adalah suatu hubungan sosial dalam masyarakat antara satu orang dengan orang lainnya dan dalam hubungan sosial terdapat ganjaran dan imbalan yang saling mempengaruhi. Jadi orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya.

b. Tindakan perilaku sosial Tindakan perilaku sosial yang dimaksudkan Homans adalah tindakan yang berkenaan dengan suatu kemauan yang mengakibatkan adanya suatu ganjaran dan hukuman dari orang lain. (Homans dalam Irving M Zeitlin, 1995; 97)

c. Pertukaran yang adil Pertukaran yang adil menurut Homans adalah pertukaran itu saling dapat menguntungkan atau sepanjang dianggap saling menguntungkan oleh kedua belah pihak.(Homans dalam Irving M Zeitlin, 1995; 100)

commit to user

17 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

d. Kegiatan Kegiatan adalah perilaku aktual yang digambarkan pada tingkat yang sangat konkret. Sebagian dari gambaran mengenai kelompok apa saja harus meliputi catatan mengenai kegiatan-kegiatan para anggotanya saja. Individuindividu dan kelompok-kelompok dapat dibandingkan menurut persamaan dan perbedaan dalam kegiatan- kegiatan mereka, dan dalam tingkat penampilan dari pelbagai kegiatan itu. (Homans dalam Doyle Paul Johnson,1986; 61)

e. Interaksi Interaksi adalah kegiatan apa saja yang merangsang atau dirangsang oleh kegiatan

orang

lain.

Individu-individu

atau

kelompok-kelompok

dapat

dibandingkan menurut frekuensi interaksi, menurut siapa yang mulai interaksi dengan siapa, menurut saluran- saluran dimana interaksi itu terjadi dan seterusnya. (Homans dalam Doyle Paul Johnson, 1986;61)

f. Perasaan Perasaan adalah suatu tanda yang bersifat eksternal atau yang bersifat perilaku yang menunjukkan suatu keadaan internal. Tanda- tanda seperti keadaan internal

yang ditunjukkannya dapat bermacam-macam. Keadaan-keadaan

fisiologis seperti kelaparan atau keletihan, reaksi emosional yang positif atau negatif terhadap suatu peristiwa atau suatu stimulus, perasaan suka atau tidak suka terhadap seorang kawan anggota kelompok, jenis- jenis keadaan fisiologis internal psikologis atau emosional ini, dan banyak lagi lainnya dimasukkan dalam satu commit to user

18 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

kelompok umum yakni perasaan, sepanjang keadaan internal ini dimanifestasikan dalam suatu tipe perilaku yang dapat diamati. (Homans dalam Doyle Paul Johnson, 1986;61-62)

g. Kebiasaan Kebiasaan menunjuk pada kegiatan- kegiatan dan pola–pola interaksi yang diulang- ulang. (Homans dalam Doyle Paul Johnson, 1986;63)

h Norma Norma adalah suatu kegiatan atau pola interaksi yang diharapkan untuk diikuti oleh anggota kelompok, dengan perasaan positif yang dinyatakan kepada mereka yang mengikutinya dan perasaan negatif terhadap mereka yang tidak mengikutinya.(Homans dalam Doyle Paul Johnson, 1986;63)

i. Deprivasi Deprivasi adalah jangka waktu sejak seseorang itu menerima suatu reward tertentu. (Homans dalam Doyle Paul Johnson, 1986; 66)

j. Kepuasan Kepuasan adalah kuantitas dari reward yang cukup besar memuaskan seseorang belum lama berselang, sehingga penghargaan itu untuk sementara waku tidak diinginkan lagi. (Homans dalam Doyle Paul Johnson, 1986; 66) commit to user

19 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

k. Ganjaran Ganjaran adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan.

l. Imbalan (reward) Ganjaran (reward) adalah segala hal yang diperoleh melalui adanya pengorbanan.

3. Penelitian Terdahulu a. Respons Pekerja terhadap Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan di PT.Aksara Solopos Surakarta (Dina Ananti Sawitri Setyani, Skripsi, 2008) Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja di PT. Aksara Solopos menerima dengan baik adanya suatu Program Jaminan pemeliharaan kesehatan di PT. Aksara Solopos yang diselenggarakan oleh manulife financial. Diterimanya program jaminan pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan oleh Manulife Financial tidak terlepas dari persepsi yang baik dari pekerja terhadap program jaminan pemeliharaan kesehatan tersebut. Pengetahuan dan pemahaman pekerja terhadap program jaminan pemeliharaan kesehatan yang diperoleh pekerja melalui pengarahan dan serta pengetahuan pribadi, kepercayaan, penilaian sehingga mereka menerima adanya program jaminan pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan oleh Manulife Financial. Dengan persepsi yang baik dari commit to user

20 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

pekerja terhadap program jaminan pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan oleh Manulife Financial maka menimbulkan respons yang baik pula dari pekerja.

b) Marital Relationship: A Social Exchange Theory Perspective (Hubungan Perkawinan: Sebuah Perspektif Teori Pertukaran Sosial) ( Paul A. Nakonezny & Wayne H Denton, The University of Texas Southwestern Medical Center, Dallas, Texas, USA. Jurnal Internasional 2008) Tesis utama dari artikel ini adalah perlakuan dari hubungan perkawinan dalam konteks teori pertukaran sosial. Artikel ini dibuka dengan diskusi tentang solidaritas perkawinan dan kekuasaan perkawinan dari perspektif pertukaran sosial. Selanjutnya, artikel ini berisi perbedaan di antara pertukaran sosial dan pertukaran ekonomi dalam rangka untuk memberikan wawasan dalam melukiskan

hubungan

perkawinan

dalam

konteks

pertukaran

sosial.

Konseptualisasi beberapa terapi dalam teori pertukaran sosial dibahas berikutnya. Akhirnya, artikel itu ditutup dengan diskusi tentang kekurangan teori pertukaran sosial sebagai upaya untuk membatasi ruang lingkup memperlakukan hubungan perkawinan sebagai sistem pertukaran sosial.

commit to user

21 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

c) Some Amendments to Social Exchange Theory: A Sociological Perspective (Beberapa Koreksi terhadap Teori Pertukaran Sosial: Sebuah Perspektif Sosiologi) (Milan Zafirovski, Department of Sociology, University of North Texas, Jurnal Internasional 2003)

Paradigma pertukaran menghibur aspirasi yang tinggi tentang tempat di dalam psikologi sosial dan umumnya sosiologi dan psikologi. Hal ini ditunjukkan, misalnya, dengan premis fundamental bahwa semua kehidupan sosial dapat dianggap sebagai imbalan atau pertukaran sumber daya antara pelaku. Sifat seperti kehidupan sosial sering menjadi alasan untuk klaim bahwa paradigma pertukaran sosial fitur umum setara dan relevan untuk teori sosiologis. Klaim ini diulang dalam makalah ini, dengan menempatkan penekanan pada versi pilihan rasional dan behavioris teori pertukaran sosial. Pemeriksaan tidak menyediakan dukungan prima untuk klaim teori pertukaran sosial, khususnya formulasi ekonomi-perilaku. Sebaliknya, didasarkan pada psikologi sosial sosiologis atau psiko-sosiologi sebuah konsep alternatif pertukaran sosial secara empiris dirumuskan dan diperkirakan sebagai alternatif dengan teori saat ini. Makalah ini akan mencoba membuat suatu kontribusi terhadap integrasi teori sosiologis dan sosial-psikologis. Kesimpulan utama adalah bahwa aktor dalam pertukaran dapat tidak hanya individu tetapi juga kelompok-kelompok, dan bahwa dalam kelompok proses dan hubungan antar kelompok lebih kompleks dibandingkan dengan menjadi transaksi pasar. commit to user

22 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

F. KERANGKA PIKIR

Dalam kerangka pikir ini dijelaskan mengenai cara berpikir peneliti dalam rangka mengadakan penelitian tentang pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta. Masyarakat menanggapi pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta. Masyarakat ini terdiri dari peserta Jamkesmas di Kelurahan Sondakan, petugas Kelurahan Sondakan, dan petugas Puskesmas Pajang. Pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) ini dikaitkan dengan proposisi Homans. Pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamkesmas ini menunjukkan hubungan sosial dalam masyarakat. Pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jamkesmas dapat diketahui dari pertukaran sosial dalam pengetahuan peserta Jamkesmas terhadap pelaksanaan program Jamkesmas, pertukaran sosial dalam sikap peserta Jamkesmas dalam menanggapi pelaksanaan program Jamkesmas, pertukaran sosial dalam perasaan yang dialami peserta Jamkesmas dalam pelaksanaan program Jamkesmas.

commit to user

23 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Gambar Kerangka Pikir

Pelaksanaan Jamkesmas Pertukaran sosial dalam pengetahuan peserta Jamkesmas terhadap pelaksanaan program Jamkesmas.

Pertukaran sosial

Proposisi Homans

Pertukaran sosial dalam sikap peserta Jamkesmas dalam Menanggapi pelaksanaan program Jamkesmas.

Pertukaran sosial dalam perasaan yang dialami peserta Jamkesmas dalam pelaksanaan program Jamkesmas. Masyarakat

commit to user

24 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

G. DEFINISI KONSEPTUAL Definisi konsep adalah definisi yang dipakai untuk variabel – variabel yang dipilih untuk diteliti. Pada penelitian ini variabelnya sebagai berikut: 1. Tindakan perilaku sosial Tindakan perilaku sosial yang dimaksudkan Homans adalah tindakan yang berkenaan dengan suatu kemauan yang mengakibatkan adanya suatu ganjaran dan hukuman dari orang lain. (Homans dalam Irving M Zeitlin, 1995; 97)

2. Pertukaran yang adil Pertukaran yang adil menurut Homans adalah pertukaran itu saling dapat menguntungkan atau sepanjang dianggap saling menguntungkan oleh kedua belah pihak.(Homans dalam Irving M Zeitlin, 1995; 100)

3. Pertukaran sosial Pertukaran sosial adalah suatu hubungan sosial dalam masyarakat antara satu orang dengan orang lainnya dan dalam hubungan sosial terdapat ganjaran dan imbalan yang saling mempengaruhi. Jadi orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya.

commit to user

25 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4. Ganjaran Ganjaran adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan.

5. Imbalan (reward) Ganjaran (reward) adalah segala hal yang diperoleh melalui adanya pengorbanan.

6. Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.

H. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif yaitu untuk menggambarkan atau memberikan uraian mengenai suatu gejala sosial yang diteliti.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

26 digilib.uns.ac.id

2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta karena di Kelurahan Sondakan terdapat banyak peserta Jamkesmas yang menggunakan Jamkesmas untuk berobat pada waktu sakit.

3. Sumber Data a. Data Primer Data yang diperlukan untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari informan dengan menggunakan pedoman wawancara. Informan yang diwawancarai sebagai sumber data antara lain: Petugas Puskesmas, petugas Kelurahan, dan peserta Jamkesmas. b. Data Sekunder Yaitu data yang dikumpulkan untuk mendukung dan melengkapi data primer adalah yang berkenaan dengan masalah penelitian. Data ini berupa kepustakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan program Jamkesmas, arsip data Kelurahan Sondakan, arsip data Puskesmas Pajang, arsip data PT. Askes Cabang Surakarta

4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik percakapan dengan informan dengan maksud untuk mencari informasi yang commit to user

27 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

berkaitan dengan kajian dalam penelitian ini. Dalam hal ini peneliti akan melakukan wawancara dengan petugas Kelurahan Sondakan, petugas Puskesmas Pajang, dan peserta Jamkesmas di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta. Pelaksanaan wawancara di lapangan peneliti menggunakan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pada pelaksanaannya daftar pertanyaan bisa berkembang sesuai dengan keadaan yang terjadi. b. Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena yang diteliti. Observasi memungkinkan melihat dan mengamati sendiri perilaku dan kajian sebagaimana keadaan yang sebenarnya. Dalam penelitian ini peneliti datang ke lokasi untuk melihat tentang bagaimana pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jamkesmas. Hanya saja dalam hal ini peneliti tidak terlibat secara langsung dengan kegiatan yang ada melainkan hanya mengamati saja. Dalam penelitian ini peneliti mengamati perilaku peserta Jamkesmas dalam memanfaatkan program Jamkesmas di Puskesmas. c. Dokumentasi. Adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara mencatat arsip-arsip, surat-surat dan dokumen lain yang mendukung. Dokumen berupa data-data monografi Kelurahan Sondakan, data-data dari Puskesmas Pajang, data-data dari PT. Askes Cabang Surakarta. commit to user

28 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

5. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling atau sampel bertujuan. Yaitu sampel yang ditarik dengan maksud dan tujuan penelitian. Selain itu dengan teknik tersebut berguna

untuk

mendapatkan

informan

yang

tepat

yang

mengurai

permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Dalam hal ini peneliti akan memilih informan yang dipandang paling tahu, sehingga kemungkinan pilihan informasi akan berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data. Teknik pengambilan sampel ditujukan pada peserta Jamkesmas, petugas Kelurahan, petugas Puskesmas yang menangani masalah Jamkesmas.

6. Validitas data Validitas data menunjukkan bahwa apa yang diamati peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada di lokasi penelitian dan penjabaran dari deskripsi permasalahan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Untuk memperoleh dan menjamin validitas data proses penelitian maka akan digunakan: a. Triangulasi Triangulasi data digunakan dari sumber (informan) yang berbeda. Triangulasi digunakan untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan commit to user

29 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut. Terdapat empat macam triangulasi data yaitu meliputi: pemeriksaan sumber, metode, teori atupun penyelidik. Dari keempat macam triangulasi tersebut, maka peneliti menggunakan sumber data yang berlainan dengan tujuan untuk pengumpulan data yang sama. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat berbeda dengan jalan: ·

Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara

·

Membandingan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan setiap waktu

·

Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang di depan umum dengan apa yang informan katakan

·

Membandingkan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan, orang pemerintahan dan sebagainya.

·

Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen secara kontinyu. Tujuannya jelas yaitu untuk bisa mengetahui adanya alasan terjadinya perbedaan-perbedaan tidak hanya mengharap bahwa

hasil

perbandingan

tersebut

merupakan

kesamaan

pandangan, pendapat, ataupun pemikiran. (Moleong : 2007:330)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

30 digilib.uns.ac.id

b. Informan Review Data sebelum dianalisis diperiksa kembali oleh sumber data (key informan) barangkali ada jawaban-jawaban yang kurang sesuai dengan apa yang dimaksud dengan informan.

7. Teknik analisis data Analisis data yang digunakan adalah analisis data model Spradley. Spradley membagi analisis data dalam penelitian kualitatif berdasarkan tahapan dalam penelitian kualitatif. Tahapan analisis data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif antara lain analisis domain, taksonomi, komponen dan analisis tema. a.

Analisis Domain Analisis domain merupakan langkah pertama dalam penelitian

kualitatif. Analisis domain pada umumnya dilakukan untuk memperoleh data yang umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti atau obyek penelitian. Analisis domain dilakukan terhadap data yang diperoleh dari pengamatan atau wawancara atau pengamatan deskriptif yang terdapat dalam catatan lapangan. Ada enam tahap yang dilakukan dalam analisis domain yaitu: 1. Memilih salah satu hubungan semantik untuk memulai dari sembilan hubungan semantik yang tersedia yaitu hubungan termasuk, spasial, sebab akibat, rasional, lokasi tempat bertindak, fungsi, alat tujuan, urutan, dan memberi atribut atau memberi nama. 2. Menyiapkan lembar analisis domain. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

31 digilib.uns.ac.id

3. Memilih salah satu sampel catatan lapangan yang dibuat terakhir, untuk memulainya. 4. Mencari istilah acuan dan istilah bagian yang cocok dengan hubungan semantik dari catatan lapangan. 5. Mengulangi usaha pencarian domain sampai semua hubungan semantik habis. 6. Membuat daftar domain yang ditemukan (teridentifikasi) b. Analisis Taksonomi Setelah selesai analisis domain, dilakukan pengamatan dan wawancara terfokus berdasarkan fokus yang sebelumnya telah dipilih oleh peneliti. Hasil terpilih untuk memperdalam data telah ditemukan melalui pengajuan sejumlah pertanyaan kontras. Data hasil wawancara terpilih dimuat dalam catatan lapangan. Tujuh langkah yang dilakukan dalam analisis komponen yaitu: 1. Memilih satu domain untuk dianalisis. 2. Mencari kesamaan atas dasar hubungan semantik yang sama yang digunakan untuk domain itu. 3. Mencari tambahan istilah bagian. 4. Mencari domain yang lebih besar dan lebih inklusif yang dapat dimasukkan sebagai sub bagian dari domain yang sedang dianalisis. 5. Membentuk taksonomi sementara 6. Mengadakan wawancara terfokus untuk mengecek analisis yang telah dilakukan 7. Membangun taksonomi secara lengkap. commit to user

32 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

c. Analisis Komponen. Setelah analisis taksonomi, dilakukan wawancara terpilih untuk memperdalam data yang telah ditemukan melalui pengajuan sejumlah pertanyaan kontras. Data hasil wawancara terpilih dimuat dalam catatan lapangan. Delapan langkah yang dilakukan dalam analisis komponen yaitu: 1. Memilih domain yang akan dianalisis. 2. Mengidentifikasi seluruh kontras yang telah ditemukan. 3. Menyiapkan lembar paradigma. 4. Mengidentifikasikan dimensi kontras yang memiliki dua nilai. 5. Menggabungkan dimensi kontras yang berkaitan erat menjadi satu 6. Menyiapkan pertanyaan kontras untuk ciri yang tidak ada. 7. Mengadakan pengamatan terpilih untuk melengkapi data. 8. Menyiapkan paradigma lengkap.

d. Analisis Tema Analisis tema merupakan seperangkat prosedur untuk memahami secara holistik pemandangan yang sedang diteliti. Sebab setiap kebudayaan terintegrasi dalam beberapa jenis pola yang lebih luas. Tujuh cara untuk menemukan tema yaitu: 1. Melebur diri 2. Melakukan analisis komponen terhadap istilah acuan. 3. Perspektif yang lebih luas melalui pencarian domain dalam pemandangan budaya.

commit to user

33 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4. Menguji dimensi kontras seluruh domain yang telah dianalisis. 5. Mengidentifikasi domain terorganisir 6. Membuat gambar untuk memvisualisasi hubungan antar domain. 7. Mencari tema universal. (Moleong, 2007: 302-307)

commit to user

34 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. SURAKARTA 1. Kondisi Geografis Kota Surakarta terletak di daerah Provinsi Jawa Tengah bagian selatan dan merupakan penghubung antara daerah Provinsi Jawa Tengah bagian Timur dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah ini berbatasan dengan daerah – daerah sebagai berikut : Sebelah utara

: Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Karanganyar

Sebelah timur

: Kabupaten Karanganyar dan kabupaten Sukoharjo

Sebelah selatan

: Kabupaten Sukoharjo

Sebelah barat

: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo

2. Kondisi Demografis Penduduk merupakan faktor yang sangat menentukan bagi kemajuan suatu daerah. Pengetahuan mengenai kondisi dan potensi penduduk di suatu daerah bermanfaat sebagai bahan dalam pertimbangan pengambilan kebijakan oleh pemerintah kota sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Jumlah penduduk yang besar apabila dimanfaatkan secara optimal akan bermanfaat bagi pembangunan suatu daerah. Namun sebaliknya, apabila penduduk yang berjumlah besar itu kurang dimanfaatkan dan mempunyai kualitas yang rendah, maka akan commit to user menimbulkan berbagai kendala di daerah tersebut.

35 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 2 : Jumlah Penduduk Kota Surakarta JENIS KELAMIN TAHUN

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

JUMLAH

2003

242.591

254.643

497.234

2004

249.278

261.433

510.711

2005

250.868

283.672

534.540

2006

254.259

258.639

512.898

2007

246.132

269.240

515.372

Sumber : BPS Kota Surakarta ( diolah dari hasil Susenas 2007 ) Menurut Data BPS yang diolah dari hasil Susenas 2007, jumlah penduduk Kota Surakarta di tahun 2003 adalah 497.234 dengan penduduk lakilaki sebanyak 242.951 dan perempuan 254.643. Penduduk Kota Surakarta tersebar dalam 5 (lima) kecamatan, yakni : 1. Kecamatan Banjarsari 2. Kecamatan Serengan 3. Kecamatan Jebres 4. Kecamatan Laweyan 5. Kecamatan Pasar Kliwon Menurut Surakarta Dalam Angka 2007 (BPS Kota Surakarta), penduduk Kota Surakarta di tahun 2007 mencapai 515.372. Ini berarti ada pertumbuhan penduduk sebanyak 18.138 terhitung dari tahun 2003. commit to user

36 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 3 :Jumlah Penduduk Miskin Kota Surakarta No

KECAMATAN

TAHUN 2006

TAHUN 2007

1

Laweyan

7.792

14.658

2

Serengan

6.444

7.932

3

Banjarsari

15.857

26.061

4

Pasar Kliwon

17.560

18.208

5

Jebres

11.391

21.615

Jumlah

59.047

65.884

Sumber: DKRPP- KB/ Keputusan Walikota No. 470/36/1/2007 konsorsiumsolo.multiply.com Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk miskin di Surakarta tahun 2007 lebih banyak daripada tahun 2006. Tahun 2007 jumlah penduduk miskin di Surakarta sebanyak 65.884 dan tahun 2006 jumlah penduduk miskin di Surakarta sebanyak 59.047.

2. Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) a. Sejarah Jamkesmas: 1. Sebelum Tahun 2005 ada Program JPSBK (Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan) 2.

Tahun

2005

dengan

nama

Program

Askeskin

No:

1330/Menkes/SK/IX/2005 3. Tahun 2006 dengan Program commitAskeskin to user No : 332/ Menkes/SK/V/2006

37 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

4. Tahun 2007 dengan nama Askeskin (Asuransi Kesehatan Mayarakat Miskin) No.417/Menkes/SK/IV/2007 5. Tahun 2008 dengan nama Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) No 125/Menkes/SK/II/2008

b. Identitas Kartu Jamkesmas Tahun 2008 1. Nama, Tanggal lahir, alamat lengkap, status (peserta, istri, anak), Puskesmas (PPK) 2. Pada kartu Jamkesmas tidak ada tanda tangannya (hanya tanda tangan Menteri Kesehatan), Stempel, maupun Foto (kalau menjumpai kartu yang ada fotonya yang ditempel sendiri oleh pasien.)

c. Tujuan dan Sasaran Penyelenggaraan Jamkesmas 1. Tujuan Penyelenggaraan Jamkesmas a. Tujuan Umum Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien

b. Tujuan khusus 1. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit.

commit to user

38 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

2. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. 3. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel

2. Sasaran Sasaran program adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.

d. Pengertian Jamkesmas Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Jamkesmas merupakan Jaminan Kesehatan Masyarakat. Sebelumnya bernama Askeskin (Asuransi kesehatan masyarakat miskin). Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penjaminan terhadap masyarakat miskin yang meliputi sangat miskin, miskin dan mendekati miskin maka program ini berganti nama menjadi Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat). Program ini merupakan program yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan melalui penugasan kepada PT. ASKES (persero) berdasarkan SK Nomor 1241/Menkes / SK/ XI/ 2004, tentang penugasan PT. ASKES (persero) dalam pengelolaan program pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin. commit to user

39 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pemerintah Propinsi/ Kabupaten/ Kota berkewajiban memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat miskin mengacu pada prinsip-prinsip : 1. Dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata peningkatan derajat kesehatan masyarakat miskin. 2. Menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan medik yang rasional. 3. Pelayanan tersruktur, berjenjang dengan portabilitas dan ekuitas 4. Transparan dan akuntabel

e. Peserta Jamkesmas Peserta Program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidak mampu selanjutnya disebut peserta Jamkesmas, yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Jumlah sasaran peserta Program Jamkesmas tahun 2008 sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa bersumber dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 yang dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara nasional tersebut. Menkes membagi alokasi sasaran kuota Kabupaten/Kota. commit to user

40 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Jumlah peserta Jamkesmas di Indonesia sebanyak 76,4 juta jiwa. Jumlah peserta Jamkesmas di Jawa Tengah sebanyak 11.715.881 jiwa. Jumlah peserta Jamkesmas di Surakarta sebanyak 100.019 jiwa.

f. Pelayanan Kesehatan kepada Peserta Jamkesmas. Setiap peserta Jamkesmas mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan dasar meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan (RJ), rawat inap (RI), serta pelayanan kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL), rawat inap tingkat lanjutan (RITL), dan pelayanan gawat darurat. Pelayanan kesehatan dalam program ini menerapkan pelayanan berjenjang berdasarkan rujukan. Pelayanan rawat jalan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan jaringannya. Perawatan rawat jalan lanjutan diberikan di BKMM/ BBKPM/ BKPM/ BP4/ BKIM dan Rumah Sakit. Pelayanan rawat inap diberikan di Puskesmas Perawatan dan ruang rawat inap kelas III (tiga) di RS Pemerintah termasuk RS khusus, RS TNI/ POLRI dan RS Swasta yang bekerjasama dengan Departemen Kesehatan, Departemen Kesehatan melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota atas nama Menteri Kesehatan membuat perjanjian kerjasama (PKS) dengan RS setempat yang diketahui kepala dinas kesehatan Propinsi meliputi berbagai aspek pengaturan. (Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) 2008)

commit to user

41 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

B. KECAMATAN LAWEYAN Laweyan adalah kecamatan yang terletak di barat kota Surakarta. Kecamatan ini terkenal karena penduduknya banyak yang menjadi produsen dan pedagang batik, sejak dulu sampai sekarang. Di sinilah tempat berdirinya Sarekat Dagang Islam, asosiasi dagang pertama yang didirikan oleh para produsen dan pedagang batik pribumi, pada 1912. Kecamatan Laweyan memiliki luas wilayah 8,64 km². Jumlah penduduk di Kecamatan Laweyan adalah 87.496. Kepadatan penduduk di wilayah kecamatan Laweyan adalah 10.127 per km². Kecamatan Laweyan memiliki 11 kelurahan antara lain: ·

Kelurahan Penumping yang memiliki kode pos 57141

·

Kelurahan Sriwedari yang memiliki kode pos 57141

·

Kelurahan Purwosari yang memiliki kode pos 57142

·

Kelurahan Kerten yang memiliki kode pos 57143

·

Kelurahan Jajar yang memiliki kode pos 57144

·

Kelurahan Karangasem yang memiliki kode pos 57145

·

Kelurahan Pajang yang memiliki kode pos 57146

·

Kelurahan Sondakan yang memiliki kode pos 57147

·

Kelurahan Laweyan yang memiliki kode pos 57148

·

Kelurahan Bumi yang memiliki kode pos 57148

·

Kelurahan Panularan yang memiliki kode pos 57149 (www.google.com)

commit to user

42 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

C. KELURAHAN SONDAKAN 1. Gambaran Umum Kelurahan Sondakan a. Kondisi Geografis Kelurahan Sondakan secara administratif berada di wilayah kecamatan Laweyan, pemerintahan kota Surakarta. Wilayah Kelurahan Sondakan yang merupakan lokasi penelitian disini secara administratif berbatasan dengan: Sebelah Utara

: Kelurahan Pajang dan KelurahanPurwosari

Sebelah Selatan

: Kelurahan Pajang dan Kelurahan Laweyan

Sebelah Barat

: Kelurahan Pajang

Sebelah Timur

: Kelurahan Purwosari dan Kelurahan Bumi

b. Kondisi Demografis Penduduk Kelurahan Sondakan terdiri dari berbagai macam umur dan jenis kelamin. Jumlah keseluruhan penduduk Kelurahan Sondakan sampai bulan Februari 2010 adalah 11.916 jiwa, dimana dari jumlah tersebut sebanyak 5.725 jiwa berjenis kelamin laki –laki, sementara itu sebanyak 6.191 jiwa berjenis kelamin perempuan. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta yang dilihat dari kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

commit to user

43 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 4 : Jumlah Penduduk Kelurahan Sondakan No

Kelompok Umur

Laki - laki

Perempuan

Jumlah

1.

0–4

256

248

504

2.

5–9

430

420

850

3.

10 – 14

477

410

887

4.

15 – 19

500

485

985

5.

20 – 24

486

545

931

6.

25 – 29

595

592

1187

7.

30 – 39

1065

1056

2120

8.

40 – 49

859

972

1831

9.

50 – 59

685

672

1357

507

757

1264

5725

6191

11.916

10. 60 + Jumlah

Sumber : Data Monografi Kelurahan Sondakan bulan Februari 2010 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak pada kelompok umur 30 – 39 tahun yaitu sebanyak 2120 jiwa dan jumlah penduduk paling sedikit pada kelompok umur 0 – 4 tahun yaitu sebanyak 504 jiwa. Dari sebanyak 11.916 orang penduduk di Kelurahan Sondakan tersebut mereka terbagi ke dalam 3.268 kepala keluarga (KK)

c. Kondisi Sosial Ekonomi 1. Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Sondakan bermacam– macam mulai dari yang tidak sekolah sampai pada penduduk yang mengenyam commit to user pendidikan di perguruan tinggi maupun akademi. Untuk lebih jelasnya mengenai

44 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

data penduduk yang dilihat dari tingkat pendidikan yang dimiliki dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5 : Jumlah Penduduk Kelurahan Sondakan Menurut Pendidikan No.

Pendidikan

Jumlah

1.

Tamat Akademi/ Perguruan Tinggi

1.638

2.

Tamat SLTA

3.795

3.

Tamat SLTP

1.861

4.

Tamat SD

1.694

5.

Tidak Tamat SD

548

6.

Belum Tamat SD

924

7.

Tidak Sekolah

824 11.411

Jumlah

Sumber: Data Monografi Kelurahan Sondakan bulan Februari 2010 Berdasarkan tabel diatas, bahwa tingkat pendidikan penduduk cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk dengan pendidikan tamat SLTP sebanyak 1.861 jiwa dan

pendidikan

tamat SLTA sebanyak 3.795 jiwa.

Walaupun semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mengecil jumlahnya yaitu penduduk yang tamat Akademi / Perguruan Tinggi sebanyak 1.638 jiwa. Melihat pada kondisi yang seperti ini, jelas terlihat bahwa sumber daya manusia yang ada di Kelurahan Sondakan termasuk cukup memadai, hal ini tentunya berpengaruh terhadap produktivitas pekerjaannya. 2. Mata Pencaharian Penduduk Sebagai suatu wilayah yang berada di perkotaan (Kota Surakarta), commit to user juga menjadi sangat kompleks, maka kondisi sosial ekonomi masyarakatnya

45 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

termasuk dalam mata pencaharian yang beragam, mulai dari pengusaha, pegawai negeri, sampai buruh bangunan. Data selengkapnya mengenai mata pencaharian penduduk Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 6 : Jumlah Penduduk Kelurahan Sondakan berdasarkan mata pencaharian No

Mata Pencaharian

Jumlah

1.

Petani sendiri

-

2.

Buruh Tani

-

3.

Nelayan

-

4.

Pengusaha

-

5.

Buruh Industri

2.887

6.

Buruh Bangunan

3.185

7.

Pedagang

969

8.

Pengangkutan

808

9.

Pegawai Negeri (Sipil/ ABRI)

594

10. Pensiunan

280

11. Lain –lain

1.839 Jumlah

10.562

Sumber: Data Monografi Kelurahan Sondakan bulan Februari 2010 Berdasarkan tabel di atas, buruh bangunan mendominasi jumlah penduduk menurut mata pencaharian yaitu sebanyak 3.185 jiwa. Setelah itu diduduki buruh industri yaitu sebanyak 2.887 jiwa. Hal ini disebabkan karena menurunnya jumlah penduduk yang melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi sehingga mereka hanya mampu terserap ke sektor – sektor industri. commit to user

46 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Sarana dan Prasarana Data mengenai sarana dan prasarana yang didapat dari kantor Kelurahan Sondakan yaitu sarana transportasi. Selain itu juga terdapat sarana dan prasarana elektronik. Sarana dan prasarana transportasi di wilayah Sondakan cukup baik. Hal tersebut didasarkan pada kondisi jalan yang hampir seluruhnya sudah beraspal. Jumlah terperinci prasarana transportasi di kelurahan Sondakan adalah sebagai berikut: §

Sepeda

: 1700

§

Sepeda motor

: 1920

§

Mobil Dinas

:

§

Mobil Pribadi

: 78

§

Becak

: 25

5

Selain itu terdapat sarana dan prasarana elektronik antara lain: §

Radio

: 1600

§

Televisi

: 2195

D. PUSKESMAS PAJANG Puskesmas merupakan tempat pelayanan kesehatan terdekat dengan masyarakat, karena pelayanan kesehatan dasar lebih banyak bertempat di Puskesmas. Pada saat ini Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok commit to user

47 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

tanah air. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas Induk diperkuat dengan Puskesmas pembantu serta Puskesmas keliling. Puskesmas Pajang merupakan salah satu Puskesmas Induk dari tiga Puskesmas yang berada di wilayah Kecamatan Laweyan, Surakarta. Ketiga Puskesmas tersebut adalah: 1. Puskesmas Karangasem 2. Puskesmas Kapulogo 3. Puskesmas Laweyan

1. Visi dan misi Puskesmas Pajang Visi : Menjadi puskesmas pilihan masyarakat wilayah puskesmas Pajang dan sekitarnya. Misi : a. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan yang bermutu, efektif, efisien, merata, dan terjangkau bagi masyarakat wilayah puskesmas Pajang dan sekitarnya. b. Memberdayakan kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. c. Melaksanakan penanggulangan masalah kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan lingkungan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

48 digilib.uns.ac.id

2. Fungsi Puskesmas Pajang Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, maka ditetapkan fungsi Puskesmas sebagai berikut: a. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat c. Pusat Pelayanan Kesehatan Srata Pertama 1. Pelayanan Kesehatan Perorangan 2. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

3. Unit Pelaksanaan Teknis Fungsional Puskesmas a. Sub Bagian Pengobatan Umum Memberikan pengobatan berdasarkan diagnosa dan prosedur tetap agar diperoleh hasil pengobatan yang tepat. b. Sub Bagian Pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) terdiri dari KB dan Imunisasi Menerima, memeriksa ibu hamil dan calon akseptor KB,memberi imunisasi ibu hamil dan anak- anak balita, pelayanan kesehatan, pemeriksaan KB, melakukan pengobatan terhadap ibu hamil dan anak balita agar kesehatan tetap terjaga dan pasien kelahiran bayi berjalan lancar, sehat dan selamat. c. Sub Bagian Pelayanan Laboratorium Mengadakan pemeriksaan sesuai prosedur tetap untuk memperoleh hasil pemeriksaan laboratorium yang akurat. commit to user

49 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

d. Sub Bagian Pelayanan Obat Menerima resep, menyediakan obat- obatan, menyerahkan obat sesuai aturan serta membuat laporan penggunaan dan permintaan obat secara rutin setiap bulan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.

4. Struktur Organisasi Gambar struktur organisasi Puskesmas Pajang dapat dilihat dalam gambar berikut:

commit to user

50

Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Pajang 2009 Kepala Puskesmas dr. Dwi Martyastuti

Umum Bambang R.

ISO : 9001 – 2008 MANAGEMENT REPRESENTASIVE Handri Astuti

Kepala Tata Usaha Bambang Purnomo Kepegawaian Joko P.

Bidang Binakes Mas dr. Retnowati 1. KIA : Etik 2. KB/Reproduksi : 3. Gizi : Prama 4. Lansia: Rusdiyanti 5. MTSBS : Etik 6. Resti Bumi : Isna 7. DDTK : Nuryani 8. UKTK : Bety

Bidang P2L dr. Retnowati 1. Surveilance - DB : Sunanto - TB/Kusta: Puji - ISPA/Diare: Linda 2. Peny.Link : Sri Wahyuni 3. Haji : N. Azizah 4. PTM : Linda 5. Peny.Menular : Linda 6. AV : Kalis

Bidang Promosi drg. Budiwati

1. UKS : Linda 2. UKSGS : Salbiyah 3. PKM : Silfah

Penunjang Pelayanan dr. Dwiasih Awidyas

1.Lab.: Warno P. 2. Farmasi : Handri 3. Gulit : drg. Beta 4. P3K : Sumarjo 5. Pusling : Tanti 6. Loket : Gugup 7. Parap legi : Sumarjo 8. WU/Tunanetra : Kalis Laporan Retno

Keuangan PPTK Handri 1. Bend.Pengel.: Eni 2. Bend.Penem.: Marini 3. Bend.Pembnt.: Lestari 4.Bend.Jamkesmas Siska 5. Bend.Barang: Murti Simpus Marini Simkesda Tutut

PUSKESMAS PEMBANTU

Karangasem Retnaning

Kapulogo drg. Beta

Rawat Inap dr.Dwiasih Awidya

Laweyan Sri Winarsih

UGD Nur Azizah

UK Silfah

Rumah Tangga Lini A.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB III PERTUKARAN SOSIAL DALAM PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS)

I. HASIL PENELITIAN A.

PERTUKARAN JAMKESMAS

SOSIAL

DALAM

TERHADAP

PENGETAHUAN

PELAKSANAAN

PESERTA PROGRAM

JAMKESMAS. Masalah kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut dua aspek utama. Yang pertama adalah aspek fisik, seperti misalnya tersedianya sarana kesehatan dan pengobatan penyakit. Yang kedua adalah aspek non fisik yang menyangkut perilaku kesehatan. Faktor perilaku ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap status kesehatan individu maupun masyarakat. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respons ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir, berpendapat bersikap) dan bersifat aktif (melakukan tindakan). Perilaku kesehatan merupakan segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat, commit to user

51

perpustakaan.uns.ac.id

52 digilib.uns.ac.id

sedangkan perilaku pasif tidak dapat dilihat, seperti misalnya pengetahuan dan motivasi. Pengetahuan lebih bersifat pengenalan suatu benda atau hal secara obyektif. Pengetahuan dan Pemahaman tentang kesehatan yang dimiliki masyarakat mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat disaat mereka berada dalam keadaan sakit. Sakit merupakan suatu keadaan subjektif dimana perasaan dan kondisi satu orang dengan yang lainnya berbeda. Pengetahuan masyarakat terhadap program Jamkesmas tidak terlepas dari pengalaman, kebiasaan dan kepercayaan yang berada pada diri individu dan lingkungan di luar individu. Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai penggunaan panca indera, yang berbeda sekali dengan kepercayaan dan penerangan – penerangan yang keliru. Pengetahuan bertujuan untuk mendapatkan kepastian serta menghilangkan prasangka sebagai akibat ketidakpastian. (Soerjono Soekanto: 5 – 6) Pengetahuan adalah kemampuan untuk mengerti dengan menggunakan informasi. Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang memikirkan orang lain atau obyek lain yang dihadapinya. Pengetahuan merupakan salah satu aspek perilaku yang menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengerti dan menggunakan kemampuannya segala sesuatu yang telah dipelajari. Pengetahuan adalah suatu sistem gagasan yang berkesesuaian dengan benda- benda dan dihubungkan oleh keyakinan. Ada 3 sumber pengetahuan: 1.

Pengetahuan yang diperoleh dari pengamatan langsung.

2.

Pengamatan yang diperoleh dari suatu konklusi. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

3.

53 digilib.uns.ac.id

Pengetahuan yang diperoleh dari kesaksian. Pengetahuan yang diperoleh dari pengamatan langsung dibagi menjadi

dua yaitu diperoleh dengan ”persepsi ekstern” dan ”persepsi intern” Persepsi ekstern yaitu kita dapat mengetahui secara langsung suatu benda dalam dunia ini misalnya mata, telinga, hidung, alat indera. Persepsi intern juga disebut dengan instropeksi yaitu bahwa secara langsung kita dapat mengetahui keadaan dari diri kita misalnya kesenangan, kesedihan dan kepuasan. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil konklusi yaitu ditarik suatu kesimpulan (konklusi). Sehingga pemikiran kita dapat mengetahui ”sesuatu” yang belum kita ketahui atau data yang ada. Materi dan data tersebut diperoleh dari pengetahuan pengamatan langsung. Pengetahuan yang diperoleh dari kesaksian- kesaksian berarti keterangan yang diperoleh dari seseorang yang dapat dipercaya, Authority yang dimaksud adalah dikehendakinya suatu kekuatan untuk mempengaruhi pendapat dan menanamkan kepercayaan, kekuatan ini dapat dimiliki oleh individu, benda ataupun lembaga. Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Peserta Program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidak mampu yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Setiap peserta Jamkesmas mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan dasar meliputi pelayanan commit to user

54 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

kesehatan rawat jalan dan rawat inap serta pelayanan kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan pelayanan gawat darurat. Pelayanan rawat jalan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan jaringannya. Perawatan rawat jalan lanjutan diberikan diberikan di Rumah Sakit. Pengetahuan masyarakat terhadap program Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas)

mempengaruhi

tindakannya

untuk

mencapai

pemeliharaan kesehatan yang optimal. Tindakan ini tidak terlepas dari pengalaman, sikap, kepercayaan yang berada pada diri individu. Kemudian dari pengetahuan ini menghasilkan suatu sikap dan perilaku yang merupakan respons atau reaksi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Perkembangan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) sudah diketahui oleh

masyarakat di Kelurahan Sondakan. Masyarakat

memanfaatkan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dengan baik untuk memeriksakan diri pada waktu sakit. Berbagai pengalaman dalam menggunakan fasilitas Jamkesmas dapat diketahui pada waktu peneliti mengajukan beberapa pertanyaan berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman yang dimiliki masyarakat peserta Jamkesmas di Kelurahan Sondakan.

commit to user

55 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1.

Pertukaran Sosial dalam Pelayanan yang diberikan kepada Peserta Jamkesmas.

a. Pertukaran Sosial dalam Pelayanan Kesehatan yang diberikan oleh Dokter, petugas Puskesmas, petugas Rumah Sakit, kepada peserta Jamkesmas. Untuk memenuhi kebutuhannya manusia berusaha baik melalui aktivitas sendiri maupun secara tidak langsung melalui aktivitas orang lain. Proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung disebut pelayanan. Pelayanan merupakan perbuatan melayani apa yang diperlukan dan diharapkan oleh orang lain dengan bantuan pihak lain yang menyediakan sesuatu yang diperlukan oleh orang lain. Ada 2 pandangan mengenai sistem pelayanan sosial antara lain: 1. Sistem pelayanan sosial merupakan sebuah kumpulan dari pilihan program-program yang berlainan yang disediakan untuk klien yang memenuhi syarat. 2. Sistem pelayanan sosial sebagai sebuah sistem yang terkoordinasi dari pelayanan yang ditujukan pada kualitas persoalan hidup dan tanggapannya tergantung pada kebutuhan klien. Pelayanan sosial merupakan kumpulan dari program-program kegiatan yang dibuat untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan respon terhadap pelayanan tergantung pada konsumen. Pelayanan

kesehatan

yang

dilaksanakan

oleh

pemerintah

mempertimbangkan prinsip kemanusiaan dan kepatutan dengan memberikan commit to user

56 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

perhatian khusus kepada masyarakat yang bertempat tinggal di daerah potensial dalam menghadapi masalah kesehatan. Untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan,

pemerintah

telah

membangun

Puskesmas

(Pusat

Kesehatan

Masyarakat) di setiap daerah. Pelaksanaan program Jamkesmas dilaksanakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang timbul di dalam masyarakat, terutama masyarakat miskin atau tidak mampu. Tokoh kunci dalam proses pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit ialah petugas kesehatan atau lebih khusus lagi dokter. Bagi masyarakat awam seorang dianggap mempunyai pengetahuan dan ketrampilan untuk mendiagnosa dan menyembuhkan penyakit sehingga dia mempunyai wewenang melakukan tindakan terhadap diri pasien demi pencapaian kesembuhannya. Berdasarkan pandangan dan harapan pasien terhadap fungsi dokter terjadilah hubungan yang sering kali bersifat tidak seimbang. Dokter aktif memberikan gagasan tindakan dan mengambil inisiatif bertindak, sedangkan pasien secara pasif menerima saran dan mematuhi instruksi dokter. Dalam melakukan tugasnya sebagai seseorang yang memiliki kompetensi untuk mengobati orang yang sakit, dokter melaksanakan lima fungsi utama antara lain: 1. Menerapkan peraturan umum atau khusus yang harus ditaati oleh pasien. 2. Membina interaksi dengan pasien secara luas dan membaur atau terbatas pada fungsinya sebagai dokter 3. Melibatkan

emosi

atau

perasaannya dan

hubungannya dengan sang pasien. commit to user

bersikap

netral

dalam

perpustakaan.uns.ac.id

57 digilib.uns.ac.id

4. Mengutamakan kepentingan diri sendiri atau kepentingan bersama 5. Memandang manusia berdasarkan kualitasnya atau prestasinya. (Solita Sarwono, 1993: 41- 42) Tugas utama seorang dokter adalah menerapkan pengetahuannya tentang pengobatan penyakit terhadap pasien pada umumnya. Dokter diharapkan bersikap idealis artinya mengupayakan mencapai kondisi sebaik mungkin bagi pasien. Namun dokter seyogyanya membatasi diri pada bidang spesialisasi yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya dan kemampuannya. Artinya seorang dokter sebaiknya tidak bersikap sebagai orang yang serba tahu dan dapat memberikan nasihat dalam segala hal. Hubungan dengan pasien pun hendaknya dijaga sebatas hubungan profesional. Perasaan simpati dan emosi lainnya seharusnya dijauhkan dalam merawat seorang pasien. Dokter sebaiknya tidak bersikap membedakan sikapnya antara satu pasien dengan pasien lain karena alasan pribadi ataupun alasan sosial lainnya. Jadi dokter sebaiknya bersikap netral kepada semua pasien. Selanjutnya dokter harus mengutamakan kepentingan pasien di atas kepentingan pribadinya. Kebutuhan dan kesembuhan pasiennya adalah tujuan yang harus dicapai oleh dokter. Seorang dokter tidak boleh mempromosikan kemahirannya untuk menarik pasien ataupun membuat persaingan dengan temannya dalam suatu kelompok. Pengetahuan dan ketrampilan khusus yang dimiliki seorang dokter dalam menyembuhkan penyakit mendapat kepercayaan dari pasiennya untuk melakukan tindakan yang dalam situasi biasa tidak dapat diterima oleh norma sosial (misalnya memeriksa bagian tubuh yang paling pribadi). Orientasi terhadap commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

58 digilib.uns.ac.id

kepentingan bersama melindungi pasien dari penyalahgunaan posisinya yang lemah dan ketidaktahuannya tentang penyakit yang dideritanya. Maka jika dokter memenuhi tugasnya dengan baik, hubungan dokter dan pasien akan terjalin secara terpadu dan harmonis. Dalam tugasnya di lapangan seorang dokter tidak saja harus menghadapi masalah yang dipelajarinya di bangku kuliah, melainkan harus pula memecahkan segala masalah sosial dan kemanusiaan. Masyarakat tidak membedakan apakah keluhan yang dideritanya merupakan masalah medis atau fisik ataukah karena masalah sosial. Seorang dokter diharapkan dapat menyembuhkan segala penyakit masyarakat (fungsi yang membaur). Tugas- tugas dokterpun kadang-kadang memaksa mereka memperlakukan pasiennya secara berbeda, tergantung dari tingkat sosial si pasien. Kesuksesan dokter dalam menangani keluhan pasien-pasiennya tidak saja terletak pada hasil pendidikan dan kemahirannya dalam bidang kedokteran, melainkan ditentukan oleh unsur-unsur pribadi dokter itu sendiri dan harapan dan pandangan pasien atau masyarakat yang dilayani. Pelayanan kesehatan tentunya tidak terlepas dari hubungan yang baik antara dokter dan pasien yang merupakan praktik utama kedokteran. Ada beberapa pandangan mengenai hubungan ini karena pada dasarnya tugas seorang dokter adalah berperan sebagai ahli biologi manusia. Oleh karena itu seorang dokter harus paham benar bagaimana keadaan normal dari manusia sehingga ia dapat menentukan sejauh mana kondisi kesehatan pasien. Proses inilah yang dikenal sebagai diagnosis. Seorang dokter mempelajari tanda- tanda, masalah dan commit to user

59 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

nilai-nilai

dari

pasien,

maka

dari

itu

dokter

memeriksa

pasien,

menginterpretasikan tanda-tanda klinis dan membuat sebuah diagnosis yang kemudian digunakan sebagai penjelasan kepada pasien dan merencanakan perawatan dan pengobatan. Ketika bertemu dengan dokter, pasien memaparkan keadaan dirinya kepada dokter, yang nantinya akan menjadi berbagai informasi tentang tandatanda klinis tersebut. Kemudian dokter akan memeriksa, mencatat segala yang ditemukannya pada diri pasien dan memperkirakan berbagai kemungkinan diagnosis. Bersama pasien, dokter akan menyusun perawatan berikutnya atau tes laboratorium berikutnya bila diagnosis belum dapat dipastikan. Bila diagnosis telah disusun, maka dokter akan memberikan nasihat medis. Dokter dan pasien mempunyai hubungan yang dapat dianalisa dari pandangan masalah etika yang dipengaruhi oleh pemahaman terhadap nilai moral dan budaya. Misalnya pemahaman masyarakat bahwa profesi dokter memiliki status yang lebih tinggi, karena dokter dipercaya melakukan tindakan kesehatan dalam kesehatan masyarakat. Kualitas relasi pasien dan dokter sangat penting bagi kedua belah pihak, adanya rasa percaya terhadap petugas kesehatan, pertukaran pendapat mengenai penyakit, ketersediaan waktu yang cukup, mempertajam ketepatan diagnosis dan memperkaya wawasan pasien tentang penyakit yang dideritanya, semua ini dilakukan agar relasi diantara dokter, perawat, dan pasien semakin baik.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

60 digilib.uns.ac.id

Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta Jamkesmas dapat diketahui dari pendapat peserta Jamkesmas berikut ini: Pendapat dari Ibu Sutinah berikut ini: ”Pelayanannya baik karena kalau berobat di puskesmas Pajang, saya mendapatkan pelayanan dan obat-obatan yang cocok.” (wawancara, 27 Maret 2010) Pendapat yang disampaikan oleh Bapak Salimin berikut ini: ”Pelayanan yang diberikan baik karena pelayanan yang diberikan sama kepada semua pasien tidak membedakan pasien Jamkesmas dengan pasien lain.” (wawancara, 27 Maret 2010) Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa peserta Jamkesmas mempunyai pendapat bahwa pelayanan yang diberikan yaitu baik. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas menunjukkan hubungan sosial yang baik. Pertukaran sosial dalam pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans maka termasuk proposisi sukses. Adanya pelayanan yang baik kepada peserta Jamkesmas maka ada pengulangan tindakan berobat karena mendapat pelayanan yang baik. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter kepada peserta Jamkesmas dapat diketahui dari pendapat peserta Jamkesmas. Berikut ini adalah pendapat dari Ibu Sutinah: ”Dokternya baik karena sabar saat memberikan pelayanan kesehatan.” (wawancara, 27 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Warjinem berikut ini: ”Dokternya baik karena memberikan pelayanan kepada pasien dengan sabar.” (wawancara, 30 Maret 2010) commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

61 digilib.uns.ac.id

Pendapat disampaikan oleh Bapak Juri berikut ini: ”Dokternya baik karena memberi pengarahan dan penjelasan yang berguna tentang kesehatan dengan baik.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Kadarsari berikut ini: ”Dokternya baik karena dapat mengerti kebutuhan pasien sehingga pasien bisa senang dan bebas mengungkapkan semua keluhan yang dialaminya.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Kaswanti berikut ini: ”Dokternya baik karena sabar dalam menghadapi keluhan pasien dan sabar memberi pengarahan untuk kesembuhan pasien.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Nur Lasmi berikut ini: ”Dokternya baik dan ramah karena selalu menghargai kebutuhan pasien dan berkomunikasi dengan pasien dengan nyaman dan enak.”(wawancara, 6 April 2010) Pendapat disampaikan oleh Bapak Hardiman berikut ini: ”Dokternya baik karena memberikan pelayanan dengan sabar sehingga pasien senang.” (wawancara, 6 April 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Mulyani berikut ini: ”Dokternya ramah karena kata katanya halus dan lemah lembut waktu berbicara dengan pasien sehingga saya bebas mengungkapkan semua keluhan yang saya alami.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Bapak Margono berikut ini: ”Dokternya ramah karena bisa berkomunikasi dengan nyaman kepada pasien, jadi pasien bisa mengungkapkan keluhannya dengan nyaman juga.” (wawancara, 30 Maret 2010) Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa peserta Jamkesmas mempunyai pendapat bahwa dokternya baik dan ramah. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan dokter menunjukkan hubungan sosial yang baik. commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

62 digilib.uns.ac.id

Pertukaran sosial dalam pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter kepada peserta Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans maka termasuk proposisi sukses. Adanya pelayanan yang baik dari dokter kepada peserta Jamkesmas maka ada pengulangan tindakan berobat karena mendapat pelayanan yang baik. Pelayanan yang diberikan oleh petugas Puskesmas dan Rumah Sakit kepada peserta Jamkesmas dapat diketahui dari pendapat peserta Jamkesmas berikut ini. Seperti pendapat dari Ibu Sutinah ini: ”Petugasnya baik karena tidak membedakan peserta Jamkesmas dengan pasien lainnya.” (wawancara, 27 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Bapak Salimin berikut ini: ”Petugas baik karena selalu memberikan penjelasan dengan sabar apabila pasien belum mengerti tentang pelayanan di Puskesmas.” (wawancara, 27 Maret 2010) Pendapat diungkapkan oleh Ibu Warjinem berikut ini: ”Petugas baik karena memberikan pelayanan dengan nyaman bagi pasien.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Kaswanti berikut ini: ”Petugasnya baik karena melayani pasien dengan tertib dan nyaman.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Bapak Sutarno berikut ini: ”Petugasnya baik karena selalu mengutamakan kebutuhan pasien.” (wawancara, 6 April 2010) Pendapat diungkapkan oleh Ibu Mulyani berikut ini: ”Petugasnya sopan karena selalu menghargai pasien terutama pasien Jamkesmas.” (wawancara, 30 Maret 2010) Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa peserta Jamkesmas commit to user dan petugas Rumah Sakit baik mempunyai pendapat bahwa petugas Puskesmas

perpustakaan.uns.ac.id

63 digilib.uns.ac.id

dan sopan. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas dan peserta Jamkesmas dengan petugas Rumah Sakit yaitu menunjukkan hubungan sosial yang baik. Pertukaran sosial dalam pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas Puskesmas dan petugas Rumah Sakit kepada peserta Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans maka termasuk proposisi sukses. Adanya pelayanan yang baik dari petugas Puskesmas dan petugas Rumah Sakit kepada peserta Jamkesmas maka ada pengulangan tindakan berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit karena mendapat pelayanan yang baik.

b. Pertukaran Sosial dalam Pelayanan Antrian di Puskesmas dan Rumah Sakit. Suatu proses antrian adalah suatu proses yang berhubungan dengan kedatangan seorang pelanggan pada suatu fasilitas pelayanan, kemudian menunggu dalam suatu baris atau antrian jika semua pelayannya sibuk, dan akhirnya meninggalkan fasilitas tersebut. Sebuah sistem antrian adalah suatu himpunan pelanggan, pelayan dan suatu aturan yang mengatur kedatangan pada pelanggan dan pemrosesan masalahnya. Sebuah sistem antrian adalah suatu proses kelahiran-kematian dengan suatu populasi yang terdiri atas para pelanggan yang sedang menunggu mendapatkan pelayanan atau yang sedang dilayani. Suatu kelahiran terjadi apabila seorang pelanggan tiba di suatu fasilitas pelayanan, sedangkan apabila pelanggannya meninggalkan fasilitas tersebut maka terjadi suatu kematian. Keadaan sistem adalah jumlah pelanggan dalam suatu fasilitas pelayanan. Sistem-sistem antrian dicirikan oleh lima buah komponen yaitu pola commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

64 digilib.uns.ac.id

kedatangan para pelanggan, pola pelayanan, jumlah pelayanan, kapasitas fasilitas untuk menampung para pelanggan dan aturan dimana para pelanggan dilayani. Selain itu sistem antrian adalah sistem yang sering dipelajari melalui simulasi karena analisa matematik sulit dan simulasi dapat memberikan performansi sistem. (www.google.com) Puskesmas Pajang mempunyai satu tempat pendaftaran. Pasien yang akan berobat di Puskesmas Pajang mendaftarkan diri di tempat pendaftaran dan mendapatkan nomor urut. Setelah mendapat nomor urut, pasien duduk di ruang tunggu dan antri menunggu giliran untuk dipanggil dan mendapat pelayanan kesehatan. Pasien yang datang lebih awal akan mendapat pelayanan lebih dulu. Semua pasien yang antri di ruang tunggu mendapatkan pelayanan yang sama, jadi tidak membeda- bedakan antara pasien yang satu dengan pasien yang lain. Antrian di Puskesmas Pajang dapat dilihat di tempat pendaftaran dan ruang tunggu pasien di Puskesmas Pajang. Pelaksanaan antrian dapat diketahui dari pendapat masyarakat peserta Jamkesmas. Berikut ini adalah pendapat dari Ibu Sutinah berikut ini: ”Antrinya urut nomor pendaftaran. Antrinya jadi satu dengan pasien lain karena tempat pendaftaran di Puskesmas Pajang cuma ada satu. Saya mau antri karena sudah peraturan di Puskesmas itu, jadi kalau tidak antri takut kalau tidak dilayani.” (wawancara, 27 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Bapak Salimin berikut ini: ”Kalau berobat di Puskesmas Pajang biasanya langsung menuju ke tempat pendaftaran, menunjukkan kartu Jamkesmas, setelah itu mendapat nomor urut pendaftaran, antri di ruang tunggu dan menunggu dipanggil berdasarkan nomor urut itu untuk mendapatkan pelayanan berikutnya. Saya mau antri karena sudah urutannya seperti itu, jadi tidak bisa langsung harus antri dulu untuk mendapatkan to user pelayanan kesehatan.” commit (wawancara, 27 Maret 2010)

perpustakaan.uns.ac.id

65 digilib.uns.ac.id

Pendapat diungkapkan oleh Ibu Mulyani berikut ini: ”Antrinya urut nomor pendaftaran jadi yang datang terlebih dulu akan mendapat pelayanan lebih awal, antrinya jadi satu dengan pasien lain karena tempat pendaftaran cuma ada satu. Saya mau antri karena saya ingin tertib dalam pelayanan di Puskesmas.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Bapak Waluyo berikut ini: ”Antri sama dengan pasien lain, urut sesuai nomor urut pendaftaran di Puskesmas. Saya mau antri karena sudah peraturan di Puskesmas itu agar mendapat pelayanan di Puskesmas maka harus mau antri dulu.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat diungkapkan oleh Ibu Warjinem berikut ini: ”Antrinya sama dengan pasien lain karena tempatnya sama dan hanya ada satu jadi semua pasien antri disitu. Dipanggil urut berdasarkan nomor urut pendaftaran. Saya mau antri supaya tertib dan teratur.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat diungkapkan oleh Ibu Kaswanti berikut ini: ”Antrinya sama dengan yang lain, meskipun hanya mencari surat rujukan ke Rumah Sakit harus mau antri karena kalau tidak antri takut tidak diberi surat rujukan.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat diungkapkan oleh Ibu Sri Maryani berikut ini: ”Antrinya sama dengan yang pasien lain. Saya mau antri karena sudah urutannya seperti itu, jadi harus antri untuk mendapatkan pelayanan di Puskesmas.” (wawancara, 12 April 2010) Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa antrian yang dialami peserta Jamkesmas di Puskesmas dan Rumah Sakit yaitu sama dengan pasien lain. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas dan peserta Jamkesmas dengan petugas Rumah Sakit menunjukkan hubungan sosial yang baik. Pertukaran sosial dalam pelayanan antrian di Puskesmas dan Rumah commit to user

66 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Sakit dikaitkan proposisi Homans termasuk proposisi sukses. Adanya pelayanan antrian yang baik dari petugas Puskesmas dan petugas Rumah Sakit kepada peserta Jamkesmas maka ada pengulangan tindakan berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit karena pelayanan antrian yang baik, sama dengan pasien lain. Sehingga tidak ada perbedaan antara peserta Jamkesmas dengan pasien lainnya.

c. Pertukaran Sosial dalam Prosedur untuk mendapatkan kartu Jamkesmas yang dialami peserta Jamkesmas. Mengenai prosedur untuk mendapatkan kartu Jamkesmas, peserta Jamkesmas banyak yang mengetahui prosedur untuk mendapatkan kartu Jamkesmas, namun ada juga peserta Jamkesmas yang hanya tahu kalau kartu Jamkesmas sudah langsung jadi dan langsung mendapatkan kartu Jamkesmas. Peserta Jamkesmas yang mengetahui prosedur untuk mendapatkan kartu Jamkesmas antara lain pendapat Ibu Sutinah berikut ini: “Saya menyerahkan fotocopy KK dan foto lalu mengajukan ke RT lalu ke Kelurahan. Tidak ada hambatan untuk mendapatkan kartu Jamkesmas karena syarat- syarat untuk mendapatkan kartu Jamkesmas mudah.” (wawancara, 27 Maret 2010) Pendapat yang disampaikan oleh Bapak Salimin berikut ini: “Untuk mendapatkan kartu Jamkesmas saya membawa fotocopy KK dan mengajukan ke Kelurahan. Tidak ada hambatan untuk mendapatkan kartu Jamkesmas karena petugas yang mengurus kartu Jamkesmas itu baik dan ramah.”(wawancara, 27 Maret 2010)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

67 digilib.uns.ac.id

Pendapat yang disampaikan oleh Bapak Juri berikut ini: “Menunjukkan KK dan KTP waktu disurvey petugas itu, serta dilihat tentang kondisi ekonomi keluarga, petugasnya melihat keluarga ini berhak mendapat kartu Jamkesmas atau tidak. Ternyata keluarga kami berhak mendapat kartu Jamkesmas. Tidak ada hambatan dalam prosedur untuk mendapatkan kartu Jamkesmas karena kartu Jamkesmasnya yang sudah jadi langsung dibagikan oleh Pak RT.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Kadarsari berikut ini: “Menyerahkan fotocopy KK dan KTP kepada ketua RT dan dilanjutkan ke Kelurahan. Tidak ada hambatan dan berjalan lancar.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Nur Lasmi berikut ini: “Menyerahkan fotocopy KTP dan KK, serta surat keterangan dari RT/RW dan dibawa ke Kelurahan. Tidak ada hambatan dalam prosedur untuk mendapatkan kartu Jamkesmas.” (wawancara, 6 April 2010) Peserta Jamkesmas yang mempunyai pendapat bahwa tidak ada prosedur khusus untuk mendapatkan kartu Jamkesmas dapat diketahui dari pendapat yang disampaikan oleh Ibu Mulyani berikut ini: “Setahu saya tidak ada prosedur khusus untuk mendapatkan kartu Jamkesmas. Data penerima Jamkesmas sama dengan data penerima BLT. Saya dapat BLT jadi otomatis saya mendapat Jamkesmas. Jadi dari pemerintah sudah ada datanya. Tidak ada hambatan karena langsung dapat dari pemerintah.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Kaswanti berikut ini: “Kartunya sudah jadi dan tinggal ambil di Kelurahan, waktu mengambilnya membawa fotocopy KK. Tidak ada hambatan dalam mendapatkan kartu Jamkesmas karena langsung dapat diambil.” (wawancara, 30 Maret 2010) Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa peserta Jamkesmas mengetahui bahwa prosedur untuk mendapatkan kartu Jamkesmas mudah bahkan commit to user

68 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

bisa

langsung

mendapatkan

kartu

Jamkesmas.

Dalam

prosedur

untuk

mendapatkan kartu Jamkesmas tidak ada hambatan. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan ketua RT dan peserta Jamkesmas dengan petugas Kelurahan menunjukkan hubungan sosial yang baik. Pertukaran sosial dalam prosedur untuk mendapatkan kartu Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans termasuk proposisi sukses. Adanya pengulangan tindakan untuk berobat menggunakan Jamkesmas karena prosedur untuk memperoleh kartunya tidak ada hambatan.

d.

Pertukaran Sosial dalam Pengalaman sakit yang dialami Peserta Jamkesmas dalam Penggunaan Kartu Jamkesmas. Peserta Jamkesmas mempunyai pengalaman dalam memanfaatkan

Jamkesmas dan sakit yang berbeda-beda antara peserta Jamkesmas yang satu dengan peserta Jamkesmas yang lainnya. Hal ini dapat diketahui dari pendapat peserta Jamkesmas berikut ini. Seperti pendapat Ibu Sutinah berikut ini: ”Pernah, waktu berobat ke Puskesmas Pajang saya sakit batuk dan pilek.” (wawancara, 27 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Bapak Salimin berikut ini: ”Iya saya pernah pakai Jamkesmas pada waktu sakit pinggang.” (wawancara, 27 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Mulyani berikut ini: ”Saya sering menggunakan Jamkesmas untuk periksa ke Puskesmas Pajang, sakit flu dan pusing biasanya.” (wawancara, 30 Maret 2010) commit to user

69 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pendapat disampaikan oleh Ibu Warjinem berikut ini: ”Iya saya pernah pakai Jamkesmas waktu sakit demam dan sakit gigi.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh bapak Juri berikut ini: ”Iya, saya pernah sakit telinga, di Puskesmas tidak bisa melayani maka mendapat rujukan ke Rumah Sakit bagian THT.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Kadarsari berikut ini: ”Saya pernah sakit gigi dan sakit perut.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh ibu Kaswanti berikut ini: ”Pernah sakit demam dan flu waktu ke Puskesmas, sakit mata dan harus operasi yang sampai ke Rumah Sakit.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat lain disampaikan oleh Bapak Margono berikut ini: ”Pernah sakit demam waktu berobat di Puskesmas dan sakit hepatitis A mendapat rujukan ke Rumah Sakit.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Winarti berikut ini: ”Iya, saya pernah sakit batuk dan sakit darah tinggi waktu berobat ke Puskesmas dengan kartu Jamkesmas.” (wawancara, 6 April 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Sri Maryani berikut ini: ”Iya saya pernah sakit pegal- pegal di bagian tangan.” (wawancara, 12 April 2010) Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa peserta Jamkesmas mempunyai

pengalaman

sakit

yang

berbeda-beda

dalam

menggunakan

Jamkesmas untuk berobat. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas dan peserta Jamkesmas dengan petugas Rumah Sakit menunjukkan hubungan sosial yang baik. Pertukaran sosial dalam pengalaman commit to user

70 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

sakit yang dialami peserta Jamkesmas dalam penggunaan kartu Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans termasuk proposisi sukses. Adanya pengulangan tindakan yang dilakukan peserta Jamkesmas pada saat sakit yaitu berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dengan menggunakan Jamkesmas. Dari uraian di atas maka dapat ditemukan domain yaitu pengetahuan. Taksonomi yang ditemukan yaitu pelayanan. Komponen yang ditemukan yaitu pelayanan kesehatan, antrian, prosedur, dan jenis penyakit.

2. Pertukaran Sosial dalam Pengobatan yang diberikan kepada peserta Jamkesmas. a.

Pertukaran Sosial dalam Obat gratis yang diberikan kepada Peserta Jamkesmas. Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan

oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatannya,

termasuk

pencegahan

penyakit,

perawatan

kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi. Perilaku sehat ini diperlihatkan oleh individu- individu yang merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu mereka betul- betul sehat. Penilaian individu terhadap status kesehatannya ini merupakan salah satu faktor yang menentukan perilakunya yaitu perilaku sehat jika dia menganggap dirinya sehat, dan perilaku sakit jika merasa dirinya sakit. Orang yang berpenyakit belum tentu orang sakit dan belum tentu mengakibatkan perubahan perannya dalam masyarakat, commit to user

71 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

sedangkan orang sakit biasanya akan menyebabkan perubahan perannya dalam lingkungan keluarga atau masyarakat. Orang yang sakit tidak dapat menjalankan tugas-tugasnya di lingkungan kerja dan keluarganya sehingga fungsinya itu harus digantikan oleh orang lain. Kadang-kadang peranan orang yang sakit itu sedemikian luasnya sehingga peran yang ditinggalkannya itu tidak cukup digantikan oleh satu orang saja melainkan harus digantikan oleh beberapa orang. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan perubahan dalam sistem sosial atau lingkungan yang langsung berhubungan dengan orang yang sakit. Perilaku sakit adalah reaksi optimal dari individu jika dia terkena penyakit. Dan reaksi ini sangatlah ditentukan oleh sistem sosialnya. Perilaku sakit erat hubungannya dengan konsep diri, penghayatan situasi yang dihadapi, pengaruh petugas kesehatan, serta pengaruh birokrasi. Ada dua faktor utama yang menentukan perilaku sakit yaitu persepsi atau definisi individu tentang suatu situasi atau penyakit serta kemampuan individu untuk melawan serangan penyakit tersebut. Dengan demikian dapatlah dimengerti mengapa ada orang yang dapat mengatasi gangguan kesehatan yang cukup berat sedangkan orang lain yang gangguannya lebih ringan malah memperoleh berbagai masalah, bukan saja fisik melainkan masalah psikis dan sosial (Mechanic dalam Solita Sarwono, 1993: 35) Proses yang terjadi dalam diri individu sebelum dia menentukan untuk mencari upaya pengobatan. Banyak faktor yang menyebabkan orang bereaksi terhadap penyakit antara lain: commit to user

72 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1. Dikenalinya atau dirasakannya gejala-gejala atau tanda-tanda yang menyimpang dari keadaan biasa. 2. Banyaknya gejala yang dianggap serius dan diperkirakan menimbulkan bahaya. 3. Dampak gejala itu terhadap hubungan dengan keluarga, hubungan kerja dan dalam kegiatan sosial lainnya. 4. Frekuensi dari gejala dan tanda tanda yang tampak dan persistensinya. 5. Nilai ambang dari mereka yang terkena gejala itu atau kemungkinan individu untuk diserang penyakit itu. 6. Informasi, pengetahuan, dan asumsi budaya tentang penyakit itu. 7. Perbedaan interpretasi terhadap gejala yang dikenalnya. 8. Adanya kebutuhan untuk bertindak atau berperilaku mengatasi gejala sakit itu. 9. Tersedianya sarana kesehatan, kemudahan mencapai sarana tersebut, tersedianya biaya dan kemampuan untuk mengatasi stigma dan jarak sosial (rasa malu atau takut,dan lain- lain) Dari faktor- faktor di atas dapat dibuat kategorisasi faktor pencetus perilaku sakit, yaitu faktor persepsi yang dipengaruhi oleh orientasi medis dan sosio budaya, faktor intensitas gejala (menghilang atau terus menetap), faktor motivasi individu untuk mengatasi gejala yang ada serta faktor sosial psikologis yang mempengaruhi respons sakit. Dalam menganalisa kondisi tubuhnya, biasanya orang melalui dua tingkat analisa, yaitu:

commit to user

73 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

1. Batasan sakit menurut orang lain: orang- orang di sekitar individu yang sakit mengenali gejala sakit pada diri individu itu dan mengatakan bahwa dia sakit dan perlu mendapat pengobatan. Penilaian orang lain ini sangat besar artinya pada anak-anak dan bagi orang dewasa yang menolak kenyataan bahwa dirinya sakit. 2. Batasan sakit menurut diri sendiri: Individu itu sendiri mengenali gejala penyakitnya dan menentukan apakah dia akan mencari pengobatan atau tidak. Analisa orang lain dapat sesuai atau bertentangan dengan analisa individu, namun biasanya analisa itu mendorong individu untuk mencari upaya pengobatan. Perilaku sakit merupakan suatu pola reaksi sosio budaya yang dipelajari. Pada saat individu dihadapkan pada gejala suatu penyakit, gejala itu akan dikenal, dinilai, ditimbang untuk diputuskan apakah akan bereaksi atau tidak, tergantung dari penghayatan atau definisi individu tentang situasi tersebut. Definisi individu itu dipengaruhi oleh faktor- faktor sosial budaya dan pola sosialisasi yang berlaku, sehingga reaksi individu dalam suatu komunitas tertentu mungkin berbeda dengan individu dari komunitas lain yang menganut norma sosial dan budaya yang berbeda. Misalnya jika penyakit gondok pada umumnya dianggap sebagai suatu penyakit atau keadaan yang abnormal, maka di daerah endemi gondok, masyarakat menganggapnya bukan sebagai suatu kelainan dan individu yang menderita gondok dapat berfungsi dan berinteraksi secara normal dalam kehidupan sehari-harinya. Dalam hal ini analisa orang lain (yang menganggap gondok itu normal) malah justru akan menghambat motivasi individu untuk mencari pengobatan karena keputusan individu untuk berobat itu commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

74 digilib.uns.ac.id

sangatlah dipengaruhi oleh pandangan orang lain, terutama pandangan kelompok acuannya. Dalam menentukan reaksi atau tindakannya sehubungan dengan gejala penyakit yang dirasakannya, menurut Suchman individu berproses melalui tahaptahap berikut ini: 1. Tahap pengenalan gejala. Pada tahap ini individu memutuskan bahwa dirinya dalam keadaan sakit yang ditandai dengan rasa tidak enak dan keadaan itu dianggapnya dapat membahayakan dirinya. 2. Tahap asumsi peranan sakit. Karena merasa sakit dan memerlukan pengobatan, individu mulai mencari pengakuan dari kelompok acuannya yaitu keluarga atau teman tentang sakitnya itu dan kalau perlu meminta pembebasan dari pemenuhan tugas sehariharinya. 3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan Disini individu mulai menghubungi sarana kesehatan sesuai dengan pengalamannya atau dari informasi yang diperoleh dari orang lain tentang tersedianya jenis-jenis pelayanan kesehatan. Pilihan terhadap sarana pelayanan kesehatan itu dengan sendirinya didasari atas kepercayaan dan keyakinan akan kemanjuran sarana tersebut. 4. Tahap ketergantungan si sakit Individu memutuskan bahwa dirinya sebagai orang yang sakit dan ingin disembuhkan, harus menggantungkan diri dan pasrah kepada prosedur commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

75 digilib.uns.ac.id

pengobatan. Dia harus mematuhi perintah orang yang akan menyembuhkannya agar kesembuhan itu cepat tercapai. 5. Tahap penyembuhan atau rehabilitasi. Pada tahap ini si sakit memutuskan untuk melepaskan diri dari peranan sebagai orang sakit. Hal ini terjadi karena dia sudah sehat kembali dan dapat berfungsi seperti sedia kala. Kadang- kadang terjadi bahwa sebagai akibat dari penyakitnya itu individu menjadi cacat. Dalam hal ini dia tetap melepaskan diri dari perannya sebagai orang sakit dan berusaha memulihkan fungsi sosialnya meskipun tidak optimal. Ada dua hal yang sangat berkaitan dengan peran individu dalam lingkungan sosialnya, yaitu hak dan kewajiban. Artinya orang yang berperan sebagai si sakit mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Hak yang pertama bagi orang sakit ialah dibebaskannya dari tanggung jawab sosial dari pekerjaan seharihari. Pemenuhan hak ini tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya. Jika penyakit itu dianggap tidak begitu parah, maka si sakit hanya diberikan sedikit kebebasan dari peran dan tanggung jawab sosialnya sebab kalaupun dipaksakan dia akan menghasilkan pekerjaan yang mutunya rendah. Apalagi jika penyakitnya itu menular. Kehadirannya di lingkungannya justru akan mengganggu orang lain karena menularkan penyakitnya. Hak yang kedua adalah hak untuk menuntut bantuan atau perawatan dari orang lain. Biasanya orang sakit itu berada dalam kondisi lemah sehingga dia membutuhkan bantuan orang lain untuk merawat dirinya agar kesehatannya dapat dipulihkan sehingga dia dapat kembali berfungsi dalam masyarakat. Keluarga atau commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

76 digilib.uns.ac.id

lingkungannya wajib memberikan bantuan kepada si sakit tetapi jika penyakit itu memerlukan ketrampilan khusus untuk menanganinya maka bantuan ini dapat dimintakan dari individu-individu tertentu seperti dokter, perawat dan petugas kesehatan lainnya. Disamping mempunyai hak tertentu, orang sakit harus menjalankan kewajibannya, terutama kewajiban untuk mencapai kesembuhan. Kewajiban itu dapat dipenuhi sendiri maupun dengan pertolongan orang lain atau petugas kesehatan. Dalam lingkup yang lebih luas, masyarakat sebagai kumpulan individu, juga mempunyai kewajiban untuk menyembuhkan anggota-anggotanya yang sakit dan wajib memelihara kesehatan penduduk secara umum. Hidup sehat dapat dipandang sebagai hak yang sekaligus juga kewajiban individu dan masyarakat. Kewajiban lain bagi si sakit ialah untuk mencari pengakuan dari lingkungannya dan dari petugas kesehatan, agar posisinya selama dia sakit dapat digantikan oleh orang lain. Pengakuan ini dapat berwujud sebagai izin tidak masuk kerja atau cuti sakit, baik secara tertulis maupun lisan. Peran sakit seorang individu memiliki dampak timbal balik dengan lingkungannya, komunitas yang sistem sosialnya memberikan dukungan terhadap orang sakit akan mendorong anggota masyarakat untuk lebih cepat mengeluh sakit dan memanfaatkan dukungan sosial bagi kepentingannya sendiri. Pengalaman masyarakat peserta Jamkesmas di Kelurahan Sondakan dalam memanfaatkan program Jamkesmas kebanyakan untuk berobat di Puskesmas Pajang. Tetapi ada juga masyarakat peserta Jamkesmas di Kelurahan Sondakan yang sampai mendapat rujukan ke Rumah Sakit. Hal ini dapat dilihat commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

77 digilib.uns.ac.id

dari pernyataan-pernyataan peserta Jamkesmas berikut ini. Pendapat yang disampaikan oleh Ibu Sutinah seperti berikut ini: ”Punya, pengalaman saya menggunakan kartu Jamkesmas pada waktu sakit untuk berobat di Puskesmas Pajang. Pernah juga saya gunakan untuk KB.” (wawancara, 27 Maret 2010) Pernyataan disampaikan oleh Ibu Mulyani berikut ini: “Punya, pengalamannya waktu berobat ke Puskesmas Pajang mendapatkan pelayanan dan obat gratis.” (wawancara, 30 Maret 2010) Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa peserta Jamkesmas mempunyai pengalaman berobat di Puskesmas menggunakan kartu Jamkesmas bisa mendapatkan obat gratis. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas menunjukkan hubungan sosial yang baik. Pertukaran sosial dalam obat gratis yang diberikan kepada peserta Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans termasuk proposisi sukses. Adanya obat gratis yang diberikan kepada peserta Jamkesmas sehingga ada pengulangan tindakan untuk berobat menggunakan Jamkesmas agar memperoleh obat gratis. Upaya penyembuhan terhadap seseorang yang sedang sakit adalah dengan pengobatan terhadap penyakit tersebut. Tindakan yang dilakukan peserta Jamkesmas pada waktu sakit adalah berobat ke Puskesmas dengan membawa kartu Jamkesmas. Seperti yang diungkapkan Ibu Sutinah berikut ini: ”Kalau sakit saya berobat ke Puskesmas Pajang karena kalau kesana dan bawa kartu Jamkesmas bisa dapat pelayanan dan obat-obatan gratis.” (wawancara, 27 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Sri Maryani berikut ini: ”Kalau sakit saya berobat ke Puskesmas Pajang karena saya memanfaatkan kartu Jamkesmas sehingga bisa mendapat pelayanan commit 12 to user dan obat gratis.” (wawancara, April 2010)

78 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa peserta Jamkesmas yang memanfaatkan Jamkesmas untuk berobat di Puskesmas karena mendapatkan obat gratis. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas menunjukkan hubungan sosial yang baik. Pertukaran sosial dalam obat gratis yang diberikan kepada peserta Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans termasuk proposisi sukses. Adanya obat gratis yang diberikan kepada peserta Jamkesmas sehingga ada pengulangan tindakan untuk berobat menggunakan Jamkesmas agar memperoleh obat gratis. Pengobatan yang diberikan kepada peserta Jamkesmas di Puskesmas bisa gratis. Hal ini sesuai dengan pernyataan peserta Jamkesmas berikut ini. Seperti pendapat dari Ibu Sutinah berikut ini: ”Iya, kalau berobat ke Puskesmas bawa kartu Jamkesmas akan mendapat semua pelayanan dan obat- obatan gratis.” (wawancara, 27 Maret 2010) Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa peserta Jamkesmas yang menggunakan Jamkesmas untuk berobat di Puskesmas mendapatkan obat-obatan gratis. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas menunjukkan hubungan sosial yang baik. Pertukaran sosial dalam obat gratis yang diberikan kepada peserta Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans termasuk proposisi sukses. Adanya obat gratis yang diberikan kepada peserta Jamkesmas sehingga ada pengulangan tindakan untuk berobat menggunakan Jamkesmas agar memperoleh obat gratis.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

79 digilib.uns.ac.id

b. Pertukaran sosial dalam pengobatan kepada peserta Jamkesmas yaitu obat tidak gratis semua. Pengobatan yang diberikan kepada peserta Jamkesmas, ada yang obatobatan yang diberikan gratis dan ada juga yang harus membeli sendiri atau tidak gratis. Hal tersebut dapat diketahui dari pendapat peserta Jamkesmas berikut ini. Pendapat diungkapkan oleh Ibu Warjinem berikut ini: ”Tidak semua obat bisa gratis, obat yang masuk daftar Jamkesmas gratis tapi kalau obatnya tidak masuk daftar Jamkesmas tidak bisa gratis harus beli dengan biaya sendiri. Biasanya diberi resep dan dalam resep tersebut ada daftar obat yang masuk Jamkesmas dan obat yang tidak masuk Jamkesmas.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat diungkapkan oleh Ibu Kaswanti berikut ini: “Pernah untuk ke Puskesmas dan mendapat rujukan ke Rumah Sakit, pada waktu operasi mata, Jamkesmas tidak bisa dipakai, dibilang kamar sudah penuh, jadi harus bayar sendiri.”(wawancara, 30 Maret 2010) Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa peserta Jamkesmas yang menggunakan Jamkesmas untuk berobat di Rumah Sakit obat-obatan yang diberikan tidak gratis semua, ada yang termasuk dalam daftar Jamkesmas dan ada yang tidak termasuk dalam daftar Jamkesmas. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Rumah Sakit menunjukkan hubungan sosial yang kurang baik. Pertukaran sosial dalam obat yang tidak gratis semua yang diberikan kepada peserta Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans termasuk proposisi deprivasi satiasi. Adanya obat yang tidak gratis semua yang diberikan kepada peserta Jamkesmas sehingga ada rasa kecewa pada peserta Jamkesmas karena obat yang diberikan tidak bisa gratis semua. commit to user

80 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Dari uraian di atas dapat ditemukan domain yaitu pengetahuan, taksonomi yang ditemukan yaitu pengobatan, komponen yang ditemukan yaitu gratis dan tidak gratis.

Tabel 7 Analisis Domain Pertukaran Sosial dalam Pengetahuan Peserta Jamkesmas terhadap Program Jamkesmas

DOMAIN

TAKSONOMI

KOMPONEN Pelayanan Kesehatan Antrian

Pelayanan Pengetahuan

Prosedur Jenis Penyakit

Pengobatan

Gratis Tidak Gratis

Dari analisis domain tersebut maka ditemukan domain yaitu pengetahuan. Taksonomi yang ditemukan yaitu pelayanan dan pengobatan. Komponen yang ditemukan yaitu pelayanan kesehatan, antrian, prosedur, jenis penyakit, gratis, tidak gratis.

commit to user

81 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 8 Matriks Pertukaran Sosial dalam Pengetahuan Peserta Jamkesmas terhadap Pelaksanaan program Jamkesmas DOMAIN

TAKSONOMI

KOMPONEN Pelayanan kesehatan

Antrian Pelayanan

Pengetahuan

Prosedur

Pengalaman sakit

Gratis

Pengobatan

Tidak gratis

PROPOSISI PERTUKARAN SOSIAL Proposisi Peserta Jamkesmas sukses dengan dokter, peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas, dan peserta Jamkesmas dengan petugas Rumah Sakit. Proposisi Peserta Jamkesmas sukses dengan petugas Puskesmas dan peserta Jamkesmas dengan petugas Rumah Sakit. Proposisi Peserta Jamkesmas sukses. dengan ketua RT dan peserta Jamkesmas dengan petugas Kelurahan. Proposisi Peserta Jamkesmas sukses. dengan petugas Puskesmas dan peserta Jamkesmas dengan petugas Rumah Sakit. Proposisi Peserta Jamkesmas sukses dengan petugas Puskesmas. Proposisi Peserta Jamkesmas deprivasi dengan petugas satiasi Rumah Sakit.

Pertukaran sosial dalam pengetahuan peserta Jamkesmas terhadap program Jamkesmas terdapat proposisi sukses dan proposisi deprivasi satiasi. commit to user

82 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

B.

PERTUKARAN SOSIAL DALAM SIKAP PESERTA JAMKESMAS DALAM

MENANGGAPI

PELAKSANAAN

PROGRAM

JAMKESMAS. Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespons (secara positif atau negatif) terhadap orang, obyek, atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian emosional/afektif (senang, benci, sedih, dsb), disamping komponen kognitif (pengetahuan tentang obyek itu) serta aspek konatif (kecenderungan bertindak). Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang obyek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. (Solita Sarwono,1993:2)

1. Pertukaran Sosial dalam Sikap Peserta Jamkesmas menanggapi dengan baik tentang Pelaksanaan Program Jamkesmas. Peserta Jamkesmas di Kelurahan Sondakan sudah mengetahui tentang program Jamkesmas. Hal ini dapat diketahui dari jawaban masyarakat tentang pengetahuan terhadap program Jamkesmas. Peserta Jamkesmas mempunyai pendapat tentang program Jamkesmas. Pendapat dari peserta Jamkesmas dapat diketahui dari pernyataan-pernyataan berikut ini: Pendapat yang disampaikan oleh Ibu Sutinah berikut ini: “Iya, saya tahu dari pak RT. Jamkesmas itu untuk berobat gratis bagi orang yang tidak mampu. Jadi kalau berobat pakai kartu Jamkesmas bisa gratis.” (wawancara, 27 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh bapak Salimin berikut ini: “Saya tahu Jamkesmas dari pak RT, Jamkesmas itu untuk berobat di commit(wawancara, to user Puskesmas dan tidak bayar.” 27 Maret 2010)

83 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pendapat disampaikan oleh Bapak Waluyo berikut ini: “Saya tahu Jamkesmas itu dari Puskesmas. Jamkesmas itu untuk berobat gratis bagi masyarakat yang tidak mampu.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat yang disampaikan oleh Ibu Warjinem berikut ini: “Iya, saya tahu Jamkesmas dari Pak RT, Jamkesmas itu adalah Jaminan Kesehatan Masyarakat, jadi untuk berobat gratis di Puskesmas.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat diungkapkan oleh Ibu Kadarsari berikut ini: “Iya, saya tahu sedikit tentang Jamkesmas dari Balaikota, Jamkesmas yaitu untuk berobat gratis itu.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat diungkapkan oleh Bapak Margono berikut ini: “Iya, saya tahu tentang Jamkesmas dari Kelurahan. Jamkesmas itu untuk berobat gratis bagi masyarakat miskin.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat diungkapkan oleh Ibu Nur Lasmi berikut ini: “Iya, saya tahu Jamkesmas dari acara di televisi. Jamkesmas itu untuk berobat gratis bagi masyarakat miskin.” (wawancara, 6 April 2010) Pendapat diungkapkan oleh Ibu Winarti berikut ini: “Iya, saya tahu Jamkesmas untuk berobat gratis bagi masyarakat miskin. Saya tahu dari Kelurahan.” (wawancara, 6 April 2010) Pendapat disampaikan oleh Bapak Sutarno berikut ini: “Iya, saya mengetahui program Jamkesmas yaitu untuk berobat gratis bagi masyarakat yang tidak mampu. Saya tahu Jamkesmas dari Puskesmas.” (wawancara, 6 April 2010) Pendapat diungkapkan oleh Ibu Sri Maryani berikut ini: “Iya, saya tahu tentang Jamkesmas dari ketua RT. Jamkesmas itu merupakan Jaminan Kesehatan Masyarakat, untuk berobat gratis bagi masyarakat yang tidak mampu.” (wawancara, 6 April 2010) commit to user

84 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pendapat disampaikan oleh Bapak Juri berikut ini: “Iya, saya tahu Jamkesmas itu dari ketua RT. Jamkesmas itu Jaminan kesehatan yang digunakan untuk masyarakat miskin atau tidak mampu.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat diungkapkan oleh Ibu Kaswanti berikut ini: “Iya, saya tahu tentang Jamkesmas dari Kelurahan. Jamkesmas itu jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin atau tidak mampu.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Bapak Hardiman berikut ini: “Iya, saya tahu Jamkesmas dari acara di televisi. Jamkesmas itu untuk jaminan kesehatan bagi masyarakat yang miskin dan tidak mampu.” (wawancara, 6 April 2010) Pendapat diungkapkan oleh Bapak Supangat berikut ini: “Iya, saya tahu Jamkesmas itu jaminan kesehatan untuk masyarakat yang tidak mampu.” (wawancara,12 April 2010) Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa peserta Jamkesmas mengetahui tentang program Jamkesmas yang merupakan jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas dan peserta Jamkesmas dengan petugas Kelurahan menunjukkan hubungan sosial yang baik. Pertukaran sosial dalam sikap peserta Jamkesmas menanggapi dengan baik tentang pelaksanaan program Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans termasuk proposisi sukses. Adanya sikap baik dari peserta Jamkesmas maka ada pengulangan tindakan menggunakan Jamkesmas untuk berobat pada waktu sakit. Peserta

Jamkesmas

menanggapi

Program

Jaminan

Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas) dengan baik. Program Jamkesmas ini mempunyai arti commit to user

85 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

tersendiri bagi peserta Jamkesmas di Kelurahan Sondakan. Seperti pernyataan Ibu Sutinah berikut ini: ”Iya, Jamkesmas ini punya arti tersendiri bagi saya karena dengan Jamkesmas dapat mengurangi kesulitan atau beban biaya. Biasanya kalau berobat di Puskesmas bayar Rp 7.500,- tapi kalau pakai Jamkesmas tidak bayar atau gratis.” (wawancara, 27 Maret 2010) Pendapat diungkapkan oleh Ibu Warjinem berikut ini: ”Iya karena Jamkesmas sangat bermanfaat untuk berobat gratis.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Bapak Margono berikut ini: ”Iya Jamkesmas punya arti tersendiri karena Jamkesmas bermanfaat bagi keluarga kami.” (wawancara, 30 Maret 2010) Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa Jamkesmas mempunyai arti tersendiri bagi peserta Jamkesmas. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas dan peserta Jamkesmas dengan petugas Kelurahan menunjukkan hubungan sosial yang baik. Pertukaran sosial dalam sikap peserta Jamkesmas menanggapi dengan baik tentang pelaksanaan program Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans termasuk proposisi sukses. Adanya sikap baik dari peserta Jamkesmas maka ada pengulangan tindakan menggunakan Jamkesmas untuk berobat pada waktu sakit Peserta Jamkesmas di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta menanggapi program Jamkesmas dengan baik. Seperti disampaikan oleh Ibu Sutinah berikut ini: “Baik karena program Jamkesmas ini sangat membantu masyarakat terutama masyarakat miskin.” (wawancara, 27 Maret 2010) commit to user

86 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pendapat disampaikan oleh Bapak Salimin berikut ini: “Jamkesmas itu baik karena Jamkesmas dapat meringankan beban bagi masyarakat miskin.” (wawancara, 27 Maret 2010) Pendapat diungkapkan oleh Ibu Mulyani berikut ini: “Baik karena Jamkesmas dapat menguntungkan bagi masyarakat, tidak perlu mengeluarkan biaya kalau berobat.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Warjinem berikut ini: “Baik karena saya dan keluarga saya sangat terbantu dengan adanya Jamkesmas ini, terutama masalah kesehatan kami.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Bapak Juri berikut ini: “Baik karena Jamkesmas dapat membantu pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Kadarsari berikut ini: “Bagus karena Jamkesmas dapat membantu masyarakat dalam kesehatan” (wawancara, 30 Maret 2010) Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa peserta Jamkesmas menanggapi dengan baik tentang program Jamkesmas. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas dan peserta Jamkesmas dengan petugas Kelurahan menunjukkan hubungan sosial yang baik. Pertukaran sosial dalam sikap peserta Jamkesmas

menanggapi dengan baik tentang program

Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans termasuk proposisi sukses. Adanya sikap baik dari peserta Jamkesmas maka ada pengulangan tindakan menggunakan Jamkesmas untuk berobat pada waktu sakit. Pelaksanaan program Jamkesmas di Kelurahan Sondakan telah memberikan manfaat nyata bagi para peserta Jamkesmas sehingga dapat commit to user

87 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap kesehatan. Keberhasilan program Jamkesmas ini dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain sikap petugas Puskesmas, petugas Kelurahan dan peserta Jamkesmas dalam melaksanakan program Jamkesmas di Kelurahan Sondakan. Pelaksanaan program Jamkesmas membutuhkan dukungan dan sikap positif dari petugas Kelurahan dan petugas Puskesmas karena mereka yang berhubungan langsung dengan peserta Jamkesmas. Sikap petugas Kelurahan dan petugas Puskesmas meliputi kemampuan dan kemauan para petugas Kelurahan maupun petugas Puskesmas dalam menjalankan tugas-tugas tertentu untuk mencapai tujuan pelaksanaan program Jamkesmas. Sikap Petugas Puskesmas dan petugas Kelurahan yang mendukung pelaksanaan program Jamkesmas akan menumbuhkan kreativitas dari para petugas itu sendiri, sehingga pelaksanaan program

Jamkesmas

akan

efektif.

Diterapkannya

program

Jamkesmas

memperoleh tanggapan yang positif dari para petugasnya maupun dari para peserta Jamkesmas. Pelaksanaan program Jamkesmas di Kelurahan Sondakan dapat diketahui dari pernyataan-pernyataan masyarakat peserta Jamkesmas. Berikut ini adalah pernyataan dari Ibu Sutinah: ”Baik karena banyak masyarakat disini yang memanfaatkan Jamkesmas untuk berobat.” (wawancara, 27 Maret 2010) Pendapat yang diungkapkan oleh Bapak Salimin berikut ini: “Pelaksanaan baik karena masyarakat disini banyak yang mempunyai Jamkesmas.” (wawancara, 27 Maret 2010) commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

88 digilib.uns.ac.id

Pendapat yang diungkapkan oleh Ibu Mulyani berikut ini: “Pelaksanaan Jamkesmas disini cukup baik karena masyarakat yang menggunakan Jamkesmas untuk berobat selalu mendapat pelayanan yang baik.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat diungkapkan oleh Bapak Waluyo berikut ini: “Pelaksanaannya baik karena program Jamkesmas di Kelurahan Sondakan berjalan dengan lancar, tidak ada masalah.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat diungkapkan oleh Ibu Warjinem berikut ini: “Pelaksanaannya baik karena banyak masyarakat yang menggunakan Jamkesmas pada waktu sakit dan berobat di Puskesmas Pajang.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat diungkapkan oleh Bapak Juri berikut ini: “Baik karena warga yang mempunyai Jamkesmas ini kalau berobat ke Puskesmas Pajang mendapat perlakuan yang baik oleh petugasnya.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat diungkapkan oleh Bapak Margono berikut ini: “Pelaksanaannya sudah baik karena banyak masyarakat yang memanfaatkan Jamkesmas untuk berobat di Puskesmas.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat diungkapkan oleh Ibu Nur Lasmi berikut ini: “Pelaksanaannya sudah baik karena banyak masyarakat yang suka menggunakan Jamkesmas untuk berobat di Puskesmas.” (wawancara, 6 April 2010) Pendapat disampaikan oleh bapak Hardiman berikut ini: “Pelaksanaannya baik karena banyak masyarakat yang mempunyai kartu Jamkesmas dan menggunakannya untuk berobat di Puskesmas.” (wawancara, 6 April 2010) Pendapat yang disampaikan oleh Ibu Winarti berikut ini: “Pelaksanaan baik karena banyak masyarakat yang mempunyai commit to user Jamkesmas.” (wawancara, 6 April 2010)

perpustakaan.uns.ac.id

89 digilib.uns.ac.id

Pendapat disampaikan oleh Bapak Sutarno berikut ini: “Pelaksanaan program Jamkesmas sudah baik karena pelayanan yang diberikan kepada peserta Jamkesmas selalu baik bahkan malah lebih diutamakan dari yang lainnya.” (wawancara, 6 April 2010) Pendapat yang diungkapkan oleh Ibu Sri Maryani berikut ini: “Baik karena Jamkesmas berjalan lancar dan tidak ada hambatan dalam hal yang berkaitan dengan Jamkesmas.”(wawancara, 12 April 2010) Pendapat diungkapkan oleh Bapak Supangat berikut ini: “Baik karena lancar dan tanpa hambatan dalam semua hal yang berkaitan dengan Jamkesmas.” (wawancara, 12 April 2010) Dari pendapat di atas maka peserta Jamkesmas mengetahui bahwa pelaksanaan program Jamkesmas di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta yaitu baik. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas dan peserta Jamkesmas dengan petugas Kelurahan menunjukkan hubungan sosial yang baik. Pertukaran sosial dalam sikap peserta Jamkesmas menanggapi dengan baik tentang pelaksanaan program Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans termasuk proposisi sukses. Adanya sikap baik dari peserta Jamkesmas maka ada pengulangan tindakan menggunakan Jamkesmas untuk berobat pada waktu sakit Peserta Jamkesmas mempunyai tanggapan bahwa pelaksanaan program Jamkesmas sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh peserta Jamkesmas. Seperti pendapat Ibu Sutinah berikut ini: ”Sudah karena pelayanan yang diberikan kepada peserta Jamkesmas selalu baik, tidak ada perbedaan dengan yang lain. Selain itu juga karena banyak masyarakat yang memanfaatkan Jamkesmas.” (wawancara, 27 Maret 2010) commit to user

90 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pendapat disampaikan oleh Bapak Salimin berikut ini: ”Iya, Jamkesmas ini sudah sesuai dengan harapan karena Jamkesmas dapat membantu meringankan beban dalam masyarakat.” (wawancara, 27 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Bapak Waluyo berikut ini: Pelaksanaan Jamkesmas sudah sesuai dengan apa yang diharapkan karena Jamkesmas sangat bermanfaat bagi kesehatan masyarakat.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Warjinem berikut ini: ”Iya, sudah sesuai karena pelayanan yang diberikan kepada peserta Jamkesmas selalu baik bahkan peserta Jamkesmas selalu diutamakan.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Bapak Juri berikut ini: ”Sudah karena pelayanan yang diberikan kepada peserta Jamkesmas selalu baik dan petugasnya selalu menghargai kepada peserta Jamkesmas.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Sri Maryani berikut ini: ”Sudah karena Jamkesmas sangat membantu masyarakat yang tidak mampu.” (wawancara, 12 April 2010) Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa peserta Jamkesmas mempunyai tanggapan bahwa Jamkesmas sudah sesuai dengan harapan. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas dan peserta Jamkesmas dengan petugas Kelurahan menunjukkan hubungan sosial yang baik. Pertukaran sosial dalam sikap peserta Jamkesmas menanggapi dengan baik tentang pelaksanaan program Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans termasuk proposisi sukses. Adanya sikap baik dari peserta Jamkesmas maka ada pengulangan tindakan menggunakan Jamkesmas untuk berobat pada waktu sakit.

commit to user

91 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tindakan yang dilakukan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan antara lain seperti yang diungkapkan oleh Ibu Sutinah berikut ini: ”Saya tidak pernah mengalami pelayanan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tapi kalau suatu saat pelayanannya tidak sesuai maka saya akan protes karena dengan protes itu saya bisa menuntut hak saya sebagai seorang pasien peserta Jamkesmas.” (wawancara, 27 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Bapak Salimin berikut ini: ”Tidak pernah, pelayanan yang diberikan sudah baik. Apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan maka saya akan protes kepada petugas yang memberi pelayanan karena saya tidak ingin diperlakukan tidak adil dan selalu ingin mendapatkan keadilan.” (wawancara, 27 Maret 2010) Pendapat diungkapkan oleh Ibu Mulyani: ”Tidak pernah mengalaminya karena pelayanan yang diberikan selalu menyenangkan dan sesuai dengan harapan saya. Kalau pelayanan tidak sesuai maka saya akan komplain karena saya menginginkan hak saya untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan harapan saya.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Bapak Waluyo berikut ini: ”Tidak pernah. Tapi apabila mengalami pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan maka saya akan komplain karena saya ingin menanyakan mengapa terjadi seperti itu.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Warjinem berikut ini: ”Tidak pernah, pelayanannya selalu nyaman dan menyenangkan buat saya. Kalau mendapat pelayanan yang tidak sesuai maka saya akan protes karena saya selalu menginginkan mendapat pelayanan yang terbaik.” (wawancara, 30 Maret 2010)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

92 digilib.uns.ac.id

Pendapat disampaikan oleh Ibu Kadarsari berikut ini: ”Belum pernah mengalaminya. Kalau pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan yang diharapkan maka saya akan menyampaikan pendapat saya kepada petugas mengapa bisa sampai terjadi hal itu karena saya ingin memperoleh hak saya untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan harapan saya.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Nur Lasmi berikut ini: ”Tidak pernah. Kalau pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan maka saya akan konsultasi ke pihak Puskesmas mengapa pelayanannya berbeda seperti itu. Saya akan konsultasi karena saya ingin mengetahui mengapa sampai terjadi pelayanan seperti itu.” (wawancara, 6 April 2010) Pendapat disampaikan oleh Bapak Hardiman berikut ini: ”Tidak pernah. Tapi apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan yang diharapkan tentunya marah karena saya menuntut hak saya sebagai pasien Jamkesmas.” (wawancara, 6 April 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Winarti berikut ini: ”Tidak pernah, apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan yang diharapkan saya tidak mau berobat di tempat itu lagi karena saya merasa kecewa maka tidak mau ke tempat itu lagi.” (wawancara, 6 April 2010) Pendapat disampaikan oleh Bapak Sutarno berikut ini: ”Tidak pernah. Apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan maka saya akan marah, karena saya tidak terima diperlakukan seperti itu, saya ingin diperlakukan sesuai dengan hak saya.” (wawancara, 6 April 2010) Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa peserta Jamkesmas tidak pernah mengalami pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan harapan. Jadi pelaksanaan Jamkesmas sudah sesuai dengan harapan masyarakat. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas dan peserta Jamkesmas dengan petugas Rumah Sakit menunjukkan hubungan sosial yang commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

93 digilib.uns.ac.id

baik. Pertukaran sosial dalam sikap peserta Jamkesmas menanggapi dengan baik tentang pelaksanaan program Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans termasuk proposisi sukses. Adanya sikap baik dari peserta Jamkesmas maka ada pengulangan tindakan menggunakan Jamkesmas untuk berobat pada waktu sakit. Peserta Jamkesmas mempunyai harapan terhadap program Jamkesmas. Harapan masyarakat terhadap program Jamkesmas dapat diketahui dari pendapat peserta Jamkesmas seperti pendapat dari Ibu Sutinah berikut ini: “Harapan saya semoga Jamkesmas selalu ada dan pelayanan tetap baik karena Jamkesmas ini sangat membantu masyarakat terutama masyarakat miskin.” (wawancara, 27 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Kadarsari berikut ini: “Harapannya program Jamkesmas diteruskan karena Jamkesmas dapat membantu meringankan beban dalam masyarakat.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat yang diungkapkan oleh Ibu Mulyani berikut ini: “Harapannya semoga Jamkesmas selalu ada sampai kapanpun karena dengan Jamkesmas ini dapat membantu masyarakat terutama dalam hal kesehatan.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Bapak Juri berikut ini: “Harapannya agar selalu ada Jamkesmas karena Jamkesmas dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam hal menjaga kesehatan.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Sri Maryani berikut ini: ”Harapannya Jamkesmas selalu ada dan pelayanan yang diberikan selalu baik karena Jamkesmas sangat menguntungkan bagi masyarakat yang tidak mampu sehingga bisa memperoleh pelayanan kesehatan dengan gratis.” (wawancara, 12 April 2010) Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa peserta Jamkesmas to user mempunyai harapan Jamkesmas commit ada karena Jamkesmas membantu masyarakat.

perpustakaan.uns.ac.id

94 digilib.uns.ac.id

Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas dan peserta Jamkesmas dengan petugas Kelurahan menunjukkan hubungan sosial yang baik. Pertukaran sosial dalam sikap peserta Jamkesmas menanggapi dengan baik tentang pelaksanaan program Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans termasuk proposisi sukses. Adanya sikap baik dari peserta Jamkesmas maka ada pengulangan tindakan menggunakan Jamkesmas untuk berobat pada waktu sakit. Dari uraian di atas dapat ditemukan domain yaitu sikap. Taksonomi yang ditemukan yaitu baik.

2. Pertukaran Sosial dalam Sikap Peserta Jamkesmas menanggapi dengan pasif tentang Pelaksanaan Program Jamkesmas. Peserta Jamkesmas ada yang menanggapi pelaksanaan program Jamkesmas yaitu pasif. Hal tersebut dapat diketahui dari pernyataan peserta Jamkesmas berikut ini. Pendapat diungkapkan oleh Ibu Kadarsari berikut ini: “Pelaksanaan Jamkesmas disini pasif karena saya jarang menggunakan Jamkesmas untuk berobat dan tidak ada sosialisasi yang ditujukan pada masyarakat.” (wawancara, 30 Maret 2010) Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa peserta Jamkesmas mempunyai tanggapan pelaksanaan Jamkesmas yaitu pasif. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas, peserta Jamkesmas dengan petugas Rumah Sakit, dan peserta Jamkesmas dengan petugas Kelurahan menunjukkan hubungan sosial yang kurang baik. Pertukaran sosial dalam sikap commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

95 digilib.uns.ac.id

peserta Jamkesmas menanggapi dengan pasif tentang pelaksanaan program Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans termasuk proposisi deprivasi satiasi. Adanya sikap pasif dari peserta Jamkesmas terhadap pelaksanaan program Jamkesmas maka ada rasa kecewa peserta Jamkesmas terhadap pelaksanaan program Jamkesmas. Mengenai sosialisasi program Jamkesmas di Kelurahan Sondakan, masyarakat kurang mengetahui tentang sosialisasi yang dilakukan tentang program Jamkesmas. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Sutinah berikut ini: “Saya kurang tahu itu sosialisasi atau bukan, tapi pernah ada cek kesehatan yang datang ke rumah, kurang tahu juga petugas yang mengecek kesehatan itu darimana. Saya ditanya sudah pernah sakit apa saja pada waktu dicek kesehatan oleh petugas itu.” (wawancara, 27 Maret 2010) Pendapat diungkapkan oleh Ibu Mulyani berikut ini: “Sosialisasi dari Puskesmas, kalau pergi ke Puskesmas mendapat penjelasan tentang Jamkesmas.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Warjinem berikut ini: “Dulu pernah ada survey dari Balaikota tapi saya kurang tahu itu sosialisasi atau bukan. Pada waktu disurvey itu kami disuruh menunjukkan KK dan KTP.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Kadarsari berikut ini: “Tidak ada sosialisasi.” (wawancara, 30 Maret 2010) Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa peserta Jamkesmas kurang mengetahui tentang sosialisasi program Jamkesmas yang dilakukan di Kelurahan Sondakan, kecamatan Laweyan, Surakarta. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas, peserta Jamkesmas dengan commitJamkesmas to user petugas Rumah Sakit dan peserta dengan petugas Kelurahan

96 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

menunjukkan hubungan sosial yang kurang baik. Pertukaran sosial dalam sikap peserta Jamkesmas

menanggapi dengan pasif tentang sosialisasi program

Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans termasuk proposisi deprivasi satiasi. Adanya sikap pasif dari peserta Jamkesmas terhadap pelaksanaan program Jamkesmas maka ada rasa kecewa peserta Jamkesmas terhadap pelaksanaan program Jamkesmas. Peserta Jamkesmas ada yang berpendapat tentang pelayanan di Rumah Sakit yang berbeda dengan pelayanan di Puskesmas. Pendapat disampaikan oleh Ibu Kaswanti berikut ini: ”Kalau untuk berobat ke Puskesmas sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Tapi kalau mendapat rujukan ke Rumah Sakit swasta kalau mau rawat inap susah, Jamkesmas tidak bisa dipakai, dibilang antrinya banyak, kamarnya sudah penuh yang pakai Jamkesmas, jadi harus bayar dengan biaya sendiri. Jadi terdapat perbedaan pelayanan di Puskesmas dan Rumah Sakit terhadap peserta Jamkesmas.” (wawancara, 30 Maret 2010) Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa pelayanan di Rumah Sakit tidak bisa menggunakan Jamkesmas. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas, peserta Jamkesmas dengan petugas Rumah Sakit dan peserta Jamkesmas dengan petugas Kelurahan menunjukkan hubungan sosial yang kurang baik. Pertukaran sosial dalam sikap peserta Jamkesmas menanggapi dengan pasif tentang pelaksanaan program Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans termasuk proposisi deprivasi satiasi. Adanya sikap pasif dari peserta Jamkesmas terhadap pelaksanaan program Jamksmas maka ada rasa kecewa peserta Jamkesmas terhadap pelaksanaan program Jamkesmas. commit to user

97 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Peserta Jamkesmas yang pernah mengalami pelayanan tidak sesuai dengan yang diharapkan menanggapinya dengan tidak marah. Seperti pernyataan Ibu Kaswanti berikut ini: ”Iya pernah, waktu mau operasi mata tidak bisa pakai Jamkesmas, jadi yang rawat inap harus bayar dengan biaya sendiri. Saya tidak marah cuma ngobrol sama suami saja tidak ngobrol dengan orang lain karena dengan ngobrol sama suami saja sudah merasa berbagi masalah jadi tidak perlu marah dengan orang lain.” (wawancara, 30 Maret 2010) Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa peserta Jamkesmas sudah pernah mengalami pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan harapan. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas, peserta Jamkesmas dengan petugas Rumah Sakit dan peserta Jamkesmas dengan petugas Kelurahan menunjukkan hubungan sosial yang kurang baik. Pertukaran sosial dalam sikap peserta Jamkesmas menanggapi dengan pasif tentang pelaksanaan program Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans termasuk proposisi deprivasi satiasi. Adanya sikap pasif dari peserta Jamkesmas karena menerima pelayanan yang tidak sesuai dengan harapan, dan hanya ngobrol dengan suaminya saja. Sikap pasif peserta Jamkesmas terhadap pelaksanaan program Jamksmas maka ada rasa kecewa peserta Jamkesmas terhadap pelaksanaan program Jamkesmas. Dari uraian di atas dapat ditemukan domain yaitu sikap. Taksonomi yang ditemukan yaitu pasif.

commit to user

98 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Tabel 9 Analisis Domain Pertukaran Sosial dalam Sikap Peserta Jamkesmas dalam Menanggapi Pelaksanaan Program Jamkesmas DOMAIN

TAKSONOMI Baik

Sikap Pasif

Pertukaran Sosial dalam sikap peserta Jamkesmas dalam menanggapi pelaksanaan program Jamkesmas ditemukan domain yaitu sikap. Taksonomi yang ditemukan yaitu baik dan pasif. Tabel 10 Matriks Pertukaran Sosial dalam Sikap Peserta Jamkesmas dalam Menanggapi Pelaksanaan Program Jamkesmas DOMAIN

TAKSONOMI Baik

Sikap Pasif

PROPOSISI

PERTUKARAN SOSIAL Proposisi sukses Peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas dan peserta Jamkesmas dengan petugas Kelurahan. Proposisi deprivasi Peserta Jamkesmas dengan satiasi petugas Puskesmas, peserta Jamkesmas dengan petugas Rumah Sakit, dan peserta Jamkesmas dengan petugas Kelurahan.

Pertukaran sosial dalam sikap peserta Jamkesmas dalam menanggapi pelaksanaan program Jamkesmas terdapat proposisi sukses dan proposisi deprivasi satiasi.

commit to user

99 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

C. PERTUKARAN SOSIAL DALAM PERASAAN YANG DIALAMI PESERTA

JAMKESMAS DALAM PELAKSANAAN PROGRAM

JAMKESMAS Peserta Jamkesmas di Kelurahan Sondakan mengalami berbagai perasaan dalam pengalaman mereka terhadap pelaksanaan program Jamkesmas di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta.

1. Pertukaran sosial dalam perasaan suka yang dialami peserta Jamkesmas dalam pelaksanaan program Jamkesmas. Perasaan suka yang dialami peserta Jamkesmas dalam pelaksanaan program Jamkesmas dapat diketahui dari pernyataan peserta Jamkesmas. Seperti pendapat Ibu Sutinah berikut ini: ”Saya suka pakai Jamkesmas ini kalau sakit untuk berobat di Puskesmas Pajang karena disana saya mendapatkan pelayanan dan obat-obatan yang cocok buat saya. Selain itu saya suka karena tidak bayar jadi tidak ada beban.” (wawancara, 27 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Bapak Salimin berikut ini: ”Saya mau dan suka pakai Jamkesmas untuk berobat karena saya memanfaatkan fasilitas yang ada. Jadi saya menggunakan Jamkesmas karena sudah diberi oleh pemerintah maka saya gunakan sebagaimana mestinya.” (wawancara, 27 Maret 2010) Pendapat disampaikan Ibu Mulyani berikut ini: ”Saya mau dan suka menggunakan Jamkesmas pada saat sakit karena dengan Jamkesmas bisa mendapatkan pelayanan dan obat gratis.” (wawancara, 30 Maret 2010)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

100 digilib.uns.ac.id

Pendapat disampaikan oleh Bapak Waluyo berikut ini: ”Saya suka menggunakan Jamkesmas karena saya menggunakan hak saya sebagai peserta Jamkesmas mendapatkan pelayanan dan obat gratis di Puskesmas.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Ibu Warjinem berikut ini: ”Suka karena kalau pakai Jamkesmas itu malah mendapat pelayanan yang diutamakan dari pasien lain.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Bapak Juri berikut ini: ”Saya suka karena mendapatkan pelayanan yang baik dan sangat bermanfaat bagi kesehatan saya.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Bapak Margono berikut ini: ”Saya suka karena merasa memperoleh hak saya untuk mendapat pelayanan dan obat gratis di Puskesmas.” (wawancara, 30 Maret 2010) Pendapat disampaikan oleh Bapak Hardiman berikut ini: ”Saya suka karena mendapat pelayanan yang menyenangkan.” (wawancara, 6 April 2010) Pendapat disampaikan oleh Bapak Sutarno berikut ini: ”Suka karena saya merasa nyaman menggunakan Jamkesmas untuk berobat di Puskesmas Pajang.” (wawancara, 6 April 2010) Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa perasaan peserta Jamkesmas terhadap pelaksanaan program Jamkesmas yaitu suka. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas menunjukkan hubungan sosial yang baik. Pertukaran sosial dalam perasaan suka yang dialami peserta Jamkesmas dalam pelaksanaan program Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans termasuk proposisi sukses. Adanya perasaan suka dari peserta Jamkesmas karena mendapatkan pelayanan yang baik maka ada pengulangan commit to user tindakan berobat menggunakan Jamkesmas.

perpustakaan.uns.ac.id

101 digilib.uns.ac.id

2. Pertukaran Sosial dalam perasaan bosan yang dialami peserta Jamkesmas dalam pelaksanaan program Jamkesmas.

Para ahli memperdebatkan mengenai berbagai aspek pelayanan kesehatan, kualitas perawatan serta nilai manfaat dari berbagai rekomendasi tentang kesehatan masyarakat dan pelayanan medis. Keberhasilan upaya pencegahan dan pengobatan penyakit tergantung pada kesediaan orang yang bersangkutan untuk melaksanakan dan menjaga perilaku sehat. Biasanya orang terlibat dengan kegiatan medis karena alasan untuk pencegahan penyakit atau pemeriksaan kesehatan pada saat gejala penyakit belum dirasakan, untuk mendapatkan diagnosis penyakit dan tindakan yang diperlukan jika ada gejala penyakit yang dirasakan, dan untuk mengobati penyakit, jika penyakit tertentu telah dipastikan, agar sembuh dan sehat seperti sedia kala, atau agar penyakit tidak bertambah parah. (Fauzi Muzaham, 1995; 43) Dalam upaya perluasan jangkauannya, fungsi pelayanan dan pemeliharaan kesehatan tidak dapat lagi seluruhnya ditangani oleh dokter saja. Apalagi jika kegiatan itu mencakup kelompok masyarakat luas. Para dokter memerlukan bantuan tenaga medis, sanitasi, gizi, ahli ilmu sosial dan juga anggota masyarakat untuk melaksanakan program kesehatan. Tugas tim kesehatan ini dapat dibedakan menurut tahap atau jenis program kesehatan yang dijalankan yaitu promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi. Peran anggota masyarakat, misalnya sebagai motivator atau penyuluh kesehatan yang membantu para petugas to user kesehatan untuk meningkatkan commit kesadaran masyarakat tentang perlunya hidup

102 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

sehat dan memotivasi mereka untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit dengan menggunakan sarana kesehatan yang ada. Mengingat keragaman latar belakang pendidikan, sosio budaya dan pengetahuan medis individu-individu yang terlibat dalam kelompok petugas kesehatan, perlu diberikan perhatian khusus terhadap interaksi atau komunikasi antara petugas medis dan non medis. Meskipun seringkali seorang dokter itu dianggap berderajat lebih tinggi dari petugas lain atau usaha menjembatani jarak antara dirinya dengan petugas kesehatan, serta dengan tokoh masyarakat yang ikut membantu program kesehatan, agar mereka merasa diberi penghargaan dan diberi kesempatan untuk turut memberi saran dan merasa ikut mempunyai andil dalam program tersebut. Jarak sosial antara dua individu atau kelompok biasanya lebih mudah diperkecil jika individu atau kelompok yang lebih tinggi bersedia merendahkan tingkatnya dan mendekati mereka yang lebih rendah. Dengan demikian inisiatif dari pihak dokter yang lebih utama guna mendeteksi anggota tim petugas kesehatan lainnya. Dengan interaksi yang baik antara para anggotanya, diharapkan kerjasama tim dapat berjalan dengan baik dan memberikan hasil kerja yang optimal. Selain dokter, petugas kesehatan juga mempunyai karakterisik yang dapat menghambat komunikasinya dengan masyarakat. Antara lain perbedaan status

sosial.

Harapan

masyarakat

terhadap

kemampuan

petugas

serta

kecenderungan sikap otoriter, terutama dalam rangka mengatasi penyebaran penyakit.

commit to user

103 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas, pasien bisa merasa bosan karena obat-obatan yang diberikan tidak cocok pada dirinya. Hal ini seperti yang diungkapkan Ibu Kaswanti berikut ini: ”Saya pernah merasa bosan dengan obat - obatan yang diberikan dari Puskesmas dan tidak cocok untuk saya, dan periksa lagi dengan penyakit yang masih sama tetapi tetap diberi obat yang sama dengan yang sebelumnya itu.” (wawancara, 30 Maret 2010) Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa peserta Jamkesmas merasa bosan dengan obat-obatan yang diberikan karena tidak cocok dengan obat tersebut pada dirinya. Pertukaran sosial antara peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas menunjukkan hubungan sosial yang kurang baik. Pertukaran sosial dalam perasaan bosan yang dialami peserta Jamkesmas dalam pelaksanaan program Jamkesmas dikaitkan dengan proposisi Homans termasuk proposisi deprivasi satiasi. Adanya perasaan bosan dari peserta Jamkesmas karena mendapatkan obat-obatan yang tidak cocok pada peserta Jamkesmas sehingga menurunnya nilai obat karena kejenuhan seorang peserta Jamkesmas.

Tabel 11 Analisis Domain Pertukaran Sosial dalam Perasaan yang dialami Peserta Jamkesmas dalam Pelaksanaan Program Jamkesmas DOMAIN

TAKSONOMI Suka

Perasaan Bosan

commit to user

104 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pertukaran sosial dalam perasaan yang dialami peserta Jamkesmas dalam pelaksanaan program Jamkesmas ditemukan domain perasaan. Taksonomi yang ditemukan yaitu suka dan bosan.

Tabel 12 Matriks Pertukaran Sosial dalam Perasaan yang dialami Peserta Jamkesmas dalam Pelaksanaan Program Jamkesmas DOMAIN

TAKSONOMI

PROPOSISI

PERTUKARAN SOSIAL

Suka

Proposisi sukses

Jenuh

Proposisi deprivasi satiasi

Peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas Peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas.

Perasaan

Pertukaran sosial dalam perasaan yang dialami peserta Jamkesmas dalam pelaksanaan program Jamkesmas terdapat proposisi sukses dan proposisi deprivasi satiasi.

I I. PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori pertukaran sosial dari George Homans untuk menjelaskan pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta. Inti teori pertukaran George Homans terletak pada serangkaian proposisi fundamental. Meskipun beberapa proposisi Homans memang membahas sekurang-kurangnya dua orang individu yang berinteraksi, ia commit to user

105 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

berhati-hati ketika menunjukkan bahwa proposisi- proposisi tersebut didasarkan atas prinsip – prinsip psikologi. Menurut Homans, proposisi-proposisi tersebut dapat dikatakan bersifat psikologis karena biasanya mereka dinyatakan dan diuji secara empiris oleh orang-orang yang menyebut dirinya psikolog. Dan yang lebih penting, mereka bersifat psikologis karena level hubungan mereka dengan individu di dalam masyarakat. Mereka adalah proposisi tentang perilaku manusia secara individual, daripada sebagai proposisi tentang kelompok atau masyarakat, dan perilaku manusia biasanya dipandang sebagai bagian dari psikologi. Akibat dari pandangan ini, Homans mengakui dirinya sebagaimana yang dituduhkan selama ini, seorang reduksionis psikologis. Bagi Homans reduksionisme adalah proses menunjukkan bagaimana proposisi suatu ilmu yang telah dinamai yaitu sosiologi mengikuti logikanya dari proposisi yang lebih umum dari ilmu pengetahuan lain yang telah dinamai juga. Meski

Homans

memaparkan

prinsip-prinsip

psikologi,

namun

menurutnya individu tidaklah terisolasi. Ia mengakui bahwa manusia bersifat sosial dan menghabiskan waktu mereka untuk berinteraksi dengan orang lain. Ia mencoba menjelaskan perilaku sosial dengan prinsip-prinsip psikologi. Homans berpendapat bahwa proposisi umum psikologi yang merupakan proposisi tentang dampak terhadap perilaku manusia dari akibat yang ditimbulkan olehnya tidak berubah ketika hasilnya lebih merupakan produk dari orang lain daripada produk dari lingkungan fisik. Homans memaparkan program untuk membawa manusia ke sosiologi, namun ia mencoba mengembangkan teori yang terfokus pada psikologi, commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

106 digilib.uns.ac.id

orang, dan bentuk-bentuk dasar kehidupan sosial. Menurut Homans, teori ini memandang perilaku sosial sebagai pertukaran aktivitas, ternilai ataupun tidak dan kurang lebih menguntungkan atau mahal, bagi sekurang- kurangnya dua orang. Homans membatasi dirinya pada interaksi sosial sehari- hari. Homans percaya bahwa sosiologi yang terbangun dari prinsip-prinsip ini pada akhirnya akan mampu menjelaskan semua perilaku sosial. (Ritzer & Goodman, 453) Homans percaya bahwa proses pertukaran dapat dijelaskan lewat pernyataan proposisional yang saling berhubungan dan berasal dari psikologi Skinnerian. Proposisi itu adalah: 1. Proposisi sukses: Dalam setiap tindakan, semakin sering suatu tindakan tertentu memperoleh ganjaran, maka kian kerap ia akan melakukan tindakan itu (Homans, 1974; 16 dalam poloma 1987; 61) Homans menyatakan bahwa bilamana seseorang berhasil memperoleh ganjaran (atau menghindari hukuman) maka ia akan cenderung untuk mengulangi tindakan tersebut. Secara umum, perilaku yang selaras dengan proposisi sukses meliputi tiga tahap antara lain: tindakan seseorang, hasil yang diberikan, dan pengulangan tindakan asli atau minimal tindakan yang dalam beberapa hal menyerupai tindakan asli.

2. Proposisi stimulus: Jika di masa lalu terjadinya stimulus yang khusus, atau seperangkat stimuli, merupakan peristiwa dimana tindakan seseorang memperoleh ganjaran, commit to user

107 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

maka semakin mirip stimuli yang ada sekarang ini dengan yang lalu itu, akan semakin mungkin seseorang melakukan tindakan serupa atau yang agak sama (Homans, 1974; 22-23 dalam poloma 1987; 62) Proposisi

stimulus

mengetengahkan

objek

atau

tindakan

yang

memperoleh ganjaran yang diinginkan.

3. Proposisi nilai : Semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka kian senang seseorang melakukan tindakan itu (Homans, 1974:25 dalam poloma 1987; 63) Proposisi ini khusus berhubungan dengan ganjaran atau hukuman yang merupakan hasil tindakan. Proposisi nilai mengetengahkan tingkat dimana orang mengiginkan ganjaran yang diberikan oleh stimulus. Proposisi nilai ini merupakan penghargaan terhadap tindakan.

4. Proposisi Deprivasi – Satiasi Semakin sering dimasa yang baru berlalu seseorang menerima suatu ganjaran tertentu, maka semakin kurang bernilai bagi orang tersebut peningkatan setiap unit ganjaran itu (Homans, 1974: 29 dalam poloma 1987; 64) Proposisi deprivasi satiasi selanjutnya menyempurnakan kondisikondisi dimana penampilan suatu tindakan tertentu mungkin terjadi. Proposisi deprivasi satiasi ini merupakan menurunnya nilai karena kejenuhan.

commit to user

108 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

5. Proposisi Restu Agresi (Approval Agression) Bila tindakan seseorang tidak memperoleh ganjaran yang diharapkannya, atau menerima hukuman yang yang tidak diinginkan, maka dia akan marah, dia menjadi sangat cenderung menunjukkan perilaku agresif, dan hasil perilaku demikian menjadi lebih bernilai baginya. Bilamana tindakan seseorang memperoleh ganjaran yang diharapkannya, khusus ganjaran yang lebih besar dari yang diperkirakan, atau tidak memperoleh hukuman yang diharapkannya, maka dia akan merasa senang; dia akan lebih mungkin melaksanakan perilaku yang disenanginya, dan hasil dari perilaku yang demikian akan menjadi lebih bernilai harganya (Homans, 1974: 37- 39 dalam poloma 1987; 65) Proposisi ini merupakan proposisi konflik Homans. Jika sesuatu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan maka akan marah bahkan akan melakukan perlawanan.

6. Proposisi rasionalitas Ketika memilih tindakan alternatif, seseorang akan memilih tindakan sebagaimana dipersepsikannya kala itu, yang jika nilai hasilnya dikalikan probabilitas keberhasilan adalah lebih besar (Homans 1974:43) Pada dasarnya, orang menelaah dan melakukan kalkulasi atas berbagai tindakan alternatif yang tersedia baginya. Mereka membandingkan jumlah imbalan

yang

diasosiasikan

dengan

setiap

tindakan.

Mereka

pun

mengkalkulasikan kecenderungan bahwa mereka benar- benar akan menerima imbalan. Imbalan yang bernilai tinggi akan hilang nilainya jika seseorang commit to user

109 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

menganggap bahwa itu semua dipandang sangat mungkin diperoleh. Jadi terjadi interaksi antara nilai imbalan dengan kecenderungan diperolehnya imbalan. Imbalan yang paling tidak diinginkan adalah imbalan yang paling tidak bernilai dan cenderung tidak mungkin diperoleh. Proposisi rasionalitas menunjukkan pengaruh teori pilihan rasional pendekatan Homans. Homans mengaitkan proposisi rasionalitas dengan keberhasilan, stimulus, dan proposisi nilai. Proposisi rasionalitas mengatakan pada kita bahwa benar tidaknya orang akan melakukan tindakan tergantung pada persepsi mereka tentang probabilitas sukses. Homans beragumen bahwa persepsi apakah peluang sukses tinggi atau rendah ditentukan oleh sukses di masa lalu dan kemiripan dengan situasi masa kini dengan situasi sukses di masa lalu. Proposisi rasionalitas ini memilih tindakan berdasarkan rasional. Penelitian ini menunjukkan pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jamkesmas. Pertukaran sosial dalam pengetahuan peserta Jamkesmas terhadap pelaksanaan program Jamkesmas terdapat proposisi sukses dan proposisi deprivasi satiasi. Pertukaran sosial dalam sikap peserta Jamkesmas dalam menanggapi pelaksanaan program Jamkesmas terdapat proposisi sukses dan proposisi deprivasi satiasi. Pertukaran sosial dalam perasaan yang dialami peserta Jamkesmas dalam pelaksanaan program Jamkesmas terdapat proposisi sukses dan proposisi deprivasi satiasi. Pertukaran

sosial

dalam

pelaksanaan

program

Jamkesmas

menunjukkan hubungan sosial peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas, peserta Jamkesmas dengan petugas Rumah Sakit, peserta Jamkesmas dengan commit to user

110 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

dokter, peserta Jamkesmas dengan ketua RT, peserta Jamkesmas dengan petugas Kelurahan. Teori pertukaran sosial Homans sudah tepat digunakan dalam penelitian ini karena teori pertukaran sosial Homans terdiri dari proposisi sukses, proposisi stimulus, proposisi nilai, proposisi deprivasi satiasi, proposisi restu agresi, proposisi rasionalitas. Proposisi Homans sudah dapat diterapkan dalam penelitian tentang pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jamkesmas di Kelurahan Sondakan, kecamatan Laweyan, Surakarta. Dalam penelitian ini terdapat dua proposisi Homans yaitu proposisi sukses dan proposisi deprivasi satiasi.

commit to user

111 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

MATRIKS PERTUKARAN SOSIAL DALAM PELAKSANAAN PROGRAM JAMKESMAS PERTUKARAN SOSIAL PROPOSISI Pengetahuan peserta Jamkesmas Proposisi sukses, proposisi deprivasi terhadap program Jamkesmas satiasi Sikap peserta Jamkesmas terhadap Proposisi sukses, proposisi deprivasi program Jamkesmas satiasi Perasaan peserta Jamkesmas terhadap Proposisi sukses, proposisi deprivasi program Jamkesmas satiasi

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN Pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jamkesmas di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta mengandung dua proposisi Homans yaitu proposisi sukses dan proposisi deprivasi satiasi. Pertukaran sosial dalam pengetahuan peserta Jamkesmas terhadap pelaksanaan program Jamkesmas terdapat proposisi sukses dan proposisi deprivasi satiasi. Pertukaran sosial dalam sikap peserta Jamkesmas dalam menanggapi pelaksanaan program Jamkesmas terdapat proposisi sukses dan proposisi deprivasi satiasi. Pertukaran sosial dalam perasaan yang dialami peserta Jamkesmas dalam pelaksanaan program Jamkesmas terdapat proposisi sukses dan proposisi deprivasi satiasi. Pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jamkesmas di Kelurahan Sondakan, kecamatan Laweyan, Surakarta ditemukan tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, perasaan. Taksonomi yang ditemukan ada enam yaitu pelayanan, pengobatan, baik, pasif, suka, jenuh. Komponen yang ditemukan ada enam yaitu pelayanan kesehatan, antrian, prosedur, pengalaman sakit, gratis, tidak gratis. Pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jamkesmas di Kelurahan Sondakan, kecamatan Laweyan, Surakarta menunjukkan pertukaran sosial peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas, peserta Jamkesmas dengan petugas Rumah Sakit, peserta Jamkesmas dengan dokter, peserta Jamkesmas dengan ketua commitKelurahan. to user RT, peserta Jamkesmas dengan petugas

112

perpustakaan.uns.ac.id

113 digilib.uns.ac.id

B. IMPLIKASI 1. Implikasi Teoritis Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma perilaku sosial, sedangkan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pertukaran sosial dari George Homans. Teori pertukaran sosial Homans sudah tepat digunakan dalam penelitian ini karena teori pertukaran sosial Homans terdiri dari proposisi sukses, proposisi stimulus, proposisi nilai, proposisi deprivasi satiasi, proposisi restu agresi, proposisi rasionalitas. Proposisi Homans dapat diterapkan pada pertukaran sosial dalam pengetahuan peserta Jamkesmas terhadap pelaksanaan program Jamkesmas, pertukaran sosial dalam sikap peserta Jamkesmas dalam menanggapi pelaksanaan program Jamkesmas, pertukaran sosial dalam perasaan yang dialami peserta Jamkesmas dalam pelaksanaan program Jamkesmas. Teori pertukaran sosial Homans dapat diterapkan dalam pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jamkesmas di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta. Terdapat dua proposisi Homans yaitu proposisi sukses dan proposisi deprivasi satisasi yang dapat diterapkan dalam penelitian tentang pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jamkesmas di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta.

2. Implikasi Metodologis Penelitian yang berjudul Pertukaran Sosial dalam Pelaksanaan Program Jamkesmas ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu untuk commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

114 digilib.uns.ac.id

menggambarkan atau memberikan uraian mengenai suatu gejala sosial yang diteliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta. Metode deskriptif untuk memberikan uraian mengenai suatu gejala sosial yang diteliti. Metode deskriptif untuk mendeskripsikan suatu gejala berdasarkan pada indikator- indikator yang dijadikan dasar dari ada tidaknya suatu gejala yang diteliti. Kualitatif merupakan tatacara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis yaitu apa yang dinyatakan secara tertulis atau lisan dan juga perilaku yang nyata yang dipelajari sebagai suasana yang utuh. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi, analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Obyek dalam penelitian kualitatif adalah obyek yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang apa adanya. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. (Sugiyono : 2005; 2) Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

115 digilib.uns.ac.id

yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Metode kualitatif mempunyai kelebihan dan kekurangan Kelebihan yang ada adalah: a.

Penelitian kualitatif mampu mengungkapkan realitas secara mendalam karena dapat menangkap realitas sosial yang ada. Sehingga hasil penelitian yang didapatkan seperti apa adanya.

b. Kebenaran dalam penelitian kualitatif merupakan hasil interpretasi dan disepakati oleh informan yang dijadikan sumber data. Kekurangan yang ada adalah: a. Tidak semua hasil penelitian kualitatif dapat digeneralisasikan, generalisasi hanya dapat dilakukan dalam batas waktu dan konteks penelitian. b. Dalam penelitian kualitatif, peneliti dimungkinkan terjebak dalam subyektivitas sehingga kadang-kadang terbawa emosi, perasaan, pandangan, serta prasangka peneliti ikut mempengaruhi analisis dan hasil penelitiannya. Dalam teknik pengumpulan data, yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumen atau bahan tertulis yang didapatkan peneliti di lapangan, kepustakaan sebagai sumber data. Dalam teknik pengumpulan data yang berupa wawancara tidak ada masalah karena informan yang diwawancarai memberikan jawaban, pendapat atau tanggapan terhadap berbagai hal yang ditanyakan seputar penelitian ini. Sehingga sangat bermanfaat bagi peneliti untuk mendapatkan data. Dalam teknik pengumpulan data yang berupa observasi tidak ada masalah karena commit to user

116 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

peneliti mengamati perilaku peserta Jamkesmas dalam memanfaatkan program Jamkesmas di Puskesmas. Dalam teknik pengumpulan data yang berupa dokumentasi, peneliti memperoleh data monografi kelurahan Sondakan, dan dokumen tertulis lain dari Puskesmas Pajang. Dalam penelitian ini tidak memakai dokumentasi berupa foto karena informan yang diwawancarai yaitu peserta Jamkesmas tidak mau diambil fotonya dengan alasan malu dan takut. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling atau sampel bertujuan. Yaitu sampel yang ditarik dengan maksud dan tujuan penelitian. Selain itu dengan teknik tersebut berguna untuk mendapatkan informan yang tepat yang mengurai permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Dalam hal ini peneliti memilih informan yang dipandang paling tahu, sehingga kemungkinan pilihan informasi akan berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data. Informan dalam penelitian ini berjumlah 17 orang yang terdiri dari 1 orang petugas Kelurahan Sondakan, 1 orang petugas Puskesmas Pajang, dan 15 orang peserta Jamkesmas di Kelurahan Sondakan. Untuk keperluan trianggulasi, peneliti melakukan perbandingan data hasil pengamatan dengan hasil tanya jawab dan membandingkan keadaan dan perspektif yang lain, maka peneliti perlu mewawancarai informan yang dianggap dapat mewakili dari perspektif. Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan hasil wawancara dengan peserta Jamkesmas di Kelurahan Sondakan dengan petugas Kelurahan Sondakan dan Petugas Puskesmas Pajang. commit to user

117 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Untuk menganalisa data, penulis menggunakan analisis data model Spradley. Spradley membagi analisis data dalam penelitian kualitatif berdasarkan tahapan dalam penelitian kualitatif. Tahapan analisis data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif antara lain analisis domain, taksonomi, komponen dan analisis tema. Dalam penelitian ini ditemukan domain, taksonomi, dan komponen, tidak ditemukan tema. Pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jamkesmas di Kelurahan Sondakan, kecamatan Laweyan, Surakarta ditemukan tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, perasaan. Taksonomi yang ditemukan ada enam yaitu pelayanan, pengobatan, baik, pasif, suka, jenuh. Komponen yang ditemukan yaitu pelayanan kesehatan, antrian, prosedur, pengalaman sakit, gratis, tidak gratis. Analisis Domain sudah benar digunakan dalam penelitian ini karena dengan analisis domain dapat mengetahui kelompok-kelompok dalam penelitian tentang pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jamkesmas di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta. Kelompok-kelompok yang ditemukan dalam analisis domain merupakan taksonomi dan komponen, tidak ditemukan tema. Kelompok dalam analisis domain hanya sampai kelompok yaitu komponen.

3. Implikasi Empiris Pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta mengandung dua proposisi Homans yaitu proposisi sukses dan proposisi deprivasi satiasi.

commit to user

118 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

Pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta terdiri dari pertukaran sosial dalam pengetahuan peserta Jamkesmas terhadap pelaksanaan program Jamkesmas, pertukaran sosial dalam sikap peserta Jamkesmas dalam menanggapi pelaksanaan program Jamkesmas, pertukaran sosial dalam perasaan yang dialami peserta Jamkesmas dalam pelaksanaan program Jamkesmas Pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta yaitu menunjukkan pertukaran sosial peserta Jamkesmas dengan petugas Puskesmas, peserta Jamkesmas dengan petugas Rumah Sakit, peserta Jamkesmas dengan dokter, peserta Jamkesmas dengan ketua RT, peserta Jamkesmas dengan petugas Kelurahan. Dalam pengelolalan bidang penelitian, penelitian tentang pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jamkesmas di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta ini dapat digunakan sebagai perbandingan untuk penelitian selanjutnya apabila diadakan penelitian lanjutan dapat diterapkan teori pertukaran sosial dan metode penelitian seperti yang digunakan dalam penelitian tentang pertukaran sosial dalam pelaksanaan program Jamkesmas di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta ini sehingga dapat menambah wawasan bagi banyak pihak.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

119 digilib.uns.ac.id

C. SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas terdapat beberapa saran yang dapat dikemukakan, antara lain sebagai berikut:

1. Bagi Kelurahan Sondakan a. Memberi laporan tentang efektivitas program Jamkesmas dari Dinas Kesehatan kepada peserta Jamkesmas di Kelurahan Sondakan. b. Menjalin hubungan yang baik dengan peserta Jamkesmas di Kelurahan Sondakan, petugas Puskesmas Pajang, petugas Dinas Kesehatan, petugas PT Askes cabang Surakarta. c. Memberikan sosialisasi kepada peserta Jamkesmas agar peserta Jamkesmas di Kelurahan Sondakan dapat mengetahui dan memahami tentang program Jamkesmas secara maksimal dan dapat memanfaatkan program Jamkesmas secara optimal.

2. Bagi Puskesmas Pajang a. Menjalin kerjasama dan komunikasi dengan peserta Jamkesmas, petugas Kelurahan Sondakan, petugas Dinas Kesehatan, petugas PT Askes cabang Surakarta. b. Berupaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. c. Memberikan sosialisasi kepada peserta Jamkesmas agar peserta Jamkesmas dapat mengetahui dan memahami tentang program Jamkesmas secara maksimal dan dapat memanfaatkan program Jamkesmas secara optimal. commit to user

120 digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id

3. Bagi peserta Jamkesmas di Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Surakarta a. Meningkatkan kesadaran dalam menjaga kesehatan. b. Selalu memanfaatkan Jamkesmas untuk berobat pada waktu sakit. c. Berusaha untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara optimal.

commit to user