PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI
DISUSUN OLEH : Emelda,M.Farm.,Apt
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA 2017 0
HALAMAN PENGESAHAN Petunjuk praktikum Farmakognosi Disahkan di Yogyakarta pada bulan Februari 2017
Ketua Prodi Farmasi,
Koordinator Praktikum,
Eva Nurinda, M.Sc.,Apt.
Emelda, M.Farm.,Apt.
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Dr. Sri Werdati, SKM.,M.Kes.
1
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan “Buku Petunjuk Praktikum Farmakognosi” untuk program studi Sarjana Farmasi Universitas Alma Ata Yogyakarta Buku petunjuk ini dibuat untuk membantu mahasiswa agar dapat melaksanakan praktikum dengan baik sesuai dengan teori yang telah diperoleh di kelas perkuliahan. Kami berharap semoga dengan adanya buku ini memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa dalam menempuh mata kuliah Farmakognosi. Kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku ini, kami ucapkan terimakasih dan akan ada usaha berkelanjutan untuk selalu menyempurnakan buku petujuk praktikum Farmakognosi ini sesuai dengan keperluan dan kemajuan di bidang Ilmu Farmakognosi.
Yogyakarta, ..................2017 Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2 DAFTAR ISI......................................................................................................................... 3 TATA TERTIB PRAKTIKUM ................................................................................................... 4 PERCOBAAN I PENGENALAN SIMPLISIA DAN ALAT PRAKTIKUM ................................................ 5 PERCOBAAN II PEMBUATAN SIMPLISIA ................................................................................. 10 PERCOBAAN III IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPI................................................. 12 PERCOBAAN IV IDENTIFIKASI POLIFENOL, SAPONIN DAN TANIN ............................................ 14 PERCOBAAN V IDENTIFIKASI AMILUM SECARA KIMIAWI DAN MIKROSKOPI .............................. 17 PERCOBAAN VI PEMBUATAN EKSTRAK................................................................................. 20 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 22
3
TATA TERTIB PRAKTIKUM 1. Praktikan diwajibkan memakai jas lab sebelum memasuki laboratorium untuk menghindari terkena bahan-bahan kimia dan dilepas di luar laboratorium 2. Praktikan wajib memakai sepatu pada saat praktikum 3. Dilarang makan, merokok, minum di laboratorium 4. Praktikan dilarang berbicara yang tidak perlu dan membuat gaduh 5. Sebelum dan sesudah bekerja, meja praktikum dibersihkan 6. Pengambilan reagen cair harus menggunakan pipet dengan bantuan filler tidak boleh dihisap dengan mulut 7. Laporkan segera jika terjadi kecelakaan seperti kebakaran, ada yang tertelan atau terhirup bahan kimia 8. Penguapan pelarut-pelarut yang sangat mudah terbakar harus dilakukan di lemari asam tidak menggunakan api langsung atau kompor listrik 9. Sebelum meninggalkan laboratorium disarankan untuk mencuci tangan dengan seksama 10. Praktikan ditoleransi keterlambatan sampai 15 menit dari mulai praktikum 11. Praktikan yang tidak mengikuti pretes tanpa keterangan tidak mendapatkan nilai pretest, tapi jika ada izin tertulis maka dapat mengikuti pretest susulan 12. Laporan harus dibawa masuk pada pretest sebagai syarat masuk 13. Praktikan yang tidak membawa laporan karena tertinggal, tetap diizinkan mengikuti praktikum tetapi harus mengambil laporan yang tertinggal pada hari itu juga dan menyerahkannya kepada dosen pembimbing 14. Aturan-aturan∕tata tertib yang belum tercantum akan diputuskan kemudian
4
PENGENALAN MIKROSKOP DAN CARA PENGGUNAANNYA Mikroskop Cahaya (Brightfield Microscope) Salah satu alat untuk melihat sel mikroorganisme adalah mikroskop cahaya. Alat ini dapat digunakan untuk mengamati sel bakteri yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada umumnya mata tidak mampu membedakan benda dengan diameter lebih kecil dari 0,1 mm. Berikut merupakan uraian tentang cara penggunaan bagian dan spesifikasi mikroskop cahaya :
Prosedur Operasi a. Mengatur Letak Mikroskop 1. Mikroskop diletakkan dengan hati-hati di atas meja yang terjangkau badan pengamat (tidak terlalu ke tepi atau ke tengah) b. Mengatur Pencahayaan 1. Mikroskop dengan sumber cahaya matahari, lebih baik digunakan di meja dekat jendela. Jangan meletakkan mikroskop di bawah sinar matahari langsung. 2. Mikroskop dengan sumber cahaya lampu dari luar dipakai dengan memasang lampu 15 cm di muka mikroskop. 5
3. Mikroskop dengan sumber cahaya tetap di dasar alat lebih mudah digunakan dengan cara menekan tombol untuk menyalakan lampu. 4. Banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke mata pengamat dan untuk menerangi objek diatur dengan memutar tombol pengatur diafragma. Makin lebar lubang diafragma, makin banyak jumlah cahaya yang masuk, begitu juga sebaliknya c. Menemukan Objek 1. Letakkan slide/preparat (sediaan bahan/spesimen) di atas meja mikroskop, tepat di atas lubang. Jepitlah slide dengan penjepit. Pada saat itu, posisi tabung berada pada jarak terjauh dengan meja mikroskop. 2. Pasanglah dengan tepat sampai terdengar bunyi “klik”. 3. Turunkan tabung sampai berjarak 1 cm dari atas objek dengan pemutar kasar. (Ketika melakukan hal ini, jangan mengintai pada lensa okuler lebih dahulu). 4. Tempatkan lampu di depan cermin, jika memakai sumber cahaya dari luar. Tempatkan mikroskop dekat jendela, jika memakai cahaya matahari. Nyalakan tombol untuk menyalakan lampu, jika mikroskop sudah dipasangi lampu. 5. Aturlah banyaknya cahaya yang masuk dengan membuka diafragma iris dan mengatur cermin (jika perlu). 6. Lihatlah melalui lubang pengamat. Carilah objek yang jelas dengan memutar tombol pemutar halus naik atau turun. 7. Setelah didapatkan objek dengan bidang pandang yang jelas, putarlah cakram mikroskop untuk mengarahkan lensa objektif perbesaran kuat tepat di atas objek. 8. Agar diperoleh pandangan yang jelas, atur kembali melalui pemutar halus, sambil mengamati melalui lubang pengintai. d. Menyiapkan Preparat 1. Objek-objek mikroskopis (berukuran kecil) dapat langsung diamati di bawah mikroskop. Namun, untuk objek makroskopis (berukuran besar) harus mengambil sebagaian dari objek itu. Objek yang diamati tersebut selanjutnya diwujudkan dalam sebuah preparat. 2. Preparat (spesimen) merupakan sediaan bahan yang akan diamati. Preparat dibagi menjadi dua, yaitu preparat basah dan preparat kering. Pembuatan preparat membutuhkan alat berupa kaca benda (slide), kaca penutup, objek pengamatan, dan medium. 3. Medium yang dipakai disesuaikan dengan tujuannya, antara lain air, cairan pewarna, atau gliserin. Air dipakai sebagai medium bagi mikroorganisme air yang ingin 6
diamati gerakannya. Pewarna dipakai sebagai medium bagi objek yang ingin diamati bagian-bagiannya. 4. Jenis pewarna disesuaikan dengan kebutuhan. Bagian jaringan yang akan diamati sajalah yang diharapkan akan menyerap pewarna tertentu dan memberikan warna kontras dengan struktur lain di sekelilingnya. 5. Gliserin dipakai sebagai medium untuk mengamati objek yang akan diperbesar dengan lensa berkekuatan tinggi. Medium yang diteteskan di atas kaca benda tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit, cukup untuk menenggelamkan objek. 6. Spesimen dibuat dengan mengiris bahan setipis mungkin, melintang atau membujur. Spesimen diletakkan di atas kaca benda tepat di tengah dengan memakai pinset. 7. Di atas spesimen, ditetesi medium dengan memakai pipet. Selanjutnya, spesimen ditutup dengan kaca penutup. Salah satu sisi kaca ditekan perlahan dengan jari, sedangkan sisi yang lain diturunkan perlahan-lahan dengan jarum.
7
PERCOBAAN I PENGENALAN SIMPLISIA DAN ALAT PRAKTIKUM A. Tujuan Praktikum Pada akhir praktikum diharapkan mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam contoh simplisia dan juga mengetahui alat-alat praktikum yang digunakan dalam praktikum farmakognosi
B. Teori Pengertian simplisia menurut Farmakope Indonesia Edisi III adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia terbagi atas 3 golongan yaitu : 1. Simplisia Nabati Simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman atau gabungan antara ketiganya. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/ diisolasi dari tanamannya. 2. Simplisia Hewani Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni. 3. Simplisia Pelikan atau Mineral Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni. C. Alat dan Bahan Alat : -
Mikroskop
-
Cover glass
-
Objek Glass
-
Alat-alat gelas lain
Bahan : -
Simplisia bunga Cengkeh
-
Simplisia Kayu Cendana
-
Simplisia Daun Saga
-
Simplisia Cabe Jawa 8
-
Simplisia kemukus
-
Simplisia Lada Hitam
-
Simplisia Kayu Secang
-
Simplisia Kayu Manis
-
Simplisia Daun tempuyung
-
Simplisia Kumis Kucing
D. Cara Kerja 1. Sediakan alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum 2. Siapkan bahan-bahan simplisia yang dibutuhkan 3. Pada Laporan sementara/Hasil praktikum : -
Gambarkan berbagai macam alat yang digunakan untuk praktikum
-
Tuliskan Nama Simplisia yang diamati (Nama latin, Nama resmi,Taksonomi tanaman)
4. Pada Laporan resmi : -
Lampirkan Laporan sementara/Hasil praktikum
-
Jelaskan berbagai macam kegunaan dari alat yang telah digambarkan
-
Tuliskan Nama simplisia
yang diamati
(nama latin,
nama resmi,
family/taksonomi tanaman,Kegunaan, kandungan kimia) dan lampirkan pula gambar dari simplisia tersebut.
9
PERCOBAAN II PEMBUATAN SIMPLISIA A. Tujuan Praktikum Pada akhir praktikum diharapkan mahasiswa dapat memahami prinsip dan melakukan pembuatan simplisia B. Teori Tanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati,merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi mutu simplisia. Tanaman obat dapat berupa tumbuhan liar atau berupa tanaman budidaya. Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut: Pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan. a. Pengumpulan Bahan Baku Pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman sangat erat hubungannya dengan waktu panen. Waktu panen yang tepat adalah pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah besar. b. Sortasi Basah Sortasi basah bertujuan untuk memisahkan kotoran atau bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, daun, akar yang telah rusak serta pengotor lainnya harus dibuang. c. Pencucian Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainya yang melekat pada simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut dalam air, pencucian dilakukan dalam waktu yang singkat. d. Perajangan Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang, tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama satu hari. e. Pengeringan Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air
10
dan menghentikan reaksi enzimatik akan dapat dicegah penurunan mutu atau pengrusakan simplisia. C. Alat dan Bahan Alat : Bahan : -
Pisau Nampan Bak Cuci Kain Hitam Rimpang Temulawak Rimpang Kunyit Rimpang Jahe
D. Cara Kerja 1. Rimpang temulawak/rimpang kunyit/rimpang jahe disortasi basah, dilakukan terhadap tanah dan kerikil, rumput-rumputan, bahan tumbuhan lain atau bagian tumbuhan lain dan bagian tumbuhan yang rusak. 2. Timbang dengan seksama sebanyak 250 gram, catat dan tempatkan diatas nampan. 3. Cuci dengan air mengalir hingga bersih, biarkan hingga tiris. 4. Ubah bentuk meliputi perajangan (rimpang, daun, herba), pengupasan(buah, bijibijian yang besar), pemotongan (akar, batang, ranting). 5. Keringkan dengan cara yang sesuai berdasarkan jenis bagian tumbuhan dan kandungan zat aktifnya. 6. Timbang lagi dengan seksama dan catat beratnya. 7. Lakukan sortasi kering. 8. Lakukan pengepakan, masukkan kedalam kertas payung, diberi label dan disimpan ditempat kering. 9. Hitung rendemen simplisia
11
PERCOBAAN III IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPI A. Tujuan Praktikum Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mengetahui dan dapat membedakan simplisia daun, kulit batang dan rimpang secara mikroskopis. B. Teori Ada 5 macam cara pemeriksaan untuk menilai simplisia 1. Secara Organoleptik Adalah cara pemeriksaan dengan panca indera dan meliputi pemeriksaan terhadap bentuk, bau, rasa pada lidah dan tangan, kadang- kadang pengamatan dengan pendengaran, dalam hal ini diperhatikan bentuk, ukuran, warna bagian luar dan bagian dalam, retakan- retakan atau gambaran–gambaran dan susunan bahannya (berseratserat, bergumpal, dan lain sebagainya). Pemeriksaan secara organoleptik harus dilakukan lebih dahulu sebelum dilakukan pemerikaan dengan cara lain, karena pada umumnya pemeriksaan baru dilanjutkan jika penilaian organoleptik memberikan hasil baik . Pada simplisia bentuk serbuk, pemeriksaan secara mikroskopik dapat dilakukan secara serentak dengan cara organoleptik. 2. Secara Mikroskopik Umumnya meliputi pengamatan terhadap irisan melintang dan terhadap serbuk. 3. Secara Fisika Meliputi penetapan daya larut , bobot jenis, rotasi optik, titik lebur, titik beku, kadar air, sifat-sifat simplisia di bawah sinar ultra violet, pengamatan mikroskopik dengan sinar polarisasi dan lain sebagainya. 4. Secara Kimia Pemeriksaan yang bersifat kualitatif disebut identifikasi dan pada umumnya berupa reaksi warna atau pengendapan. Sebelum reaksi-reaksi tersebut dilakukan terlebih dahulu diadakan isolasi terhadap zat yang dikehendaki , misalnya isolasi dengan cara pelarutan, penyaringan dan mikrosublimasi. Pemeriksaan secara kimia yang bersifat kuantitatif disebut penetapan kadar. 5. Secara Hayati / Biologi Pada umumnya bersifat penetapan potensi zat berkhasiat.
12
C. Alat dan Bahan Alat :
Objek Glass
Cover Glass
Mikroskop Binokuler
Beker glass
Pipet tetes
Tabung reaksi kecil
Bunsen
Bahan :
Larutan Kloralhidrat
Serbuk daun Sambiloto
Serbuk Daun kecubung
Serbuk Kayu Manis
Serbuk Kulit Kina
Serbuk Rimpang Jahe
Serbuk Rimpang temulawak
D. CARA KERJA 1. Ambil sedikit serbuk sampel simplisia yang akan diperiksa, letakkan di atas Objek Glass lalu tetesi dengan larutan kloralhidrat. Hangatkan di atas lampu spiritus, dan dijaga agar jangan sampai mendidih. Tutup dengan gelas penutup, lalu amati di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan perbesaran kuat. Analisis ciri khas dari masing-masing simplisia. 2. Gambar hasil
pengamatan
yang anda peroleh pada kolom
yang tersedia.
Tunjukkan bagian- bagian simplisia hasil pengamatan anda, dan sebutkan nama simplisia yang anda periksa. 3. Sebutkan tanaman asal beserta familia untuk masing- masing sampel simplisia yang anda periksa
13
PERCOBAAN IV IDENTIFIKASI POLIFENOL, SAPONIN DAN TANIN A. Tujuan Praktikum Mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan identifikasi kandungan flavonoid, saponin, dan tanin pada serbuk simplisia B. Teori Tumbuhan memiliki banyak kandungan senyawa kimia yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat. Terkadang, banyak penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan obat kimia melainkan dapat disembuhkan dengan obat alami dari tumbuhan (Depkes RI, 1995). Untuk mengetahui mutu dari simplisia yang akan digunakan, dapat dilakukan pemeriksaan yaitu secara organoleptik, makroskopik, mikroskopik, serta secara kimia. Mengetahui kandungan senyawa apa saja yang terkandung dalam simplisia yang akan kita gunakan juga penting dalam pemanfaatan simplisia tersebut untuk pengobatan (Depkes RI, 2007). Dari uraian tersebut maka praktikan melakukan identifikasi simplisia, uji kemurnian, dan skrining fitokimia sehingga dapat diketahui kemurnian dan senyawa apa saja yang terkandung dalam simplisia tersebut. Identifikasi kandungan kimia atau skrining fitokimia adalah suatu metode untuk mengetahui golongan kimia pada suatu sampel dengan menguji secara kualitatif adanya senyawa kandungan dalam sampel yang digunakan seperti misalnya tanin, saponin, flavonoid, steroid terpenoid, alkaloid, serta kandungan kimia lainnya (Depkes RI, 2007). Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang terdapat pada suatu tanaman. Hal ini berfungsi sebagai data awal untuk menentukan metode ekstraksi yang akan digunakan agar komponen aktif yang terdapat pada sampel dapat diekstrasi secara optimal (Gembog, 2001). 1. Polifenol Uji polifenol dilakukan dengan memanaskan serbuk simplisia yang telah ditambahkan dengan air selama 10 menit diDipanaskan dengan air sebanyak 10 ml kemudian disaring panas, setelah dingin ditambahkan dengan pereaksi besi (II) klorida sebanyak 3 tetes. Terjadi warna biru menunjukkan adanya fenolat. Selain itu, uji polifenol juga termasuk uji adanya flavonoid yaitu sebanyak ±1 mL larutan ekstrak ditambah 1-2 mL metanol 50 %, dipanaskan pada suhu 50o C, dan 14
setelah dingin ditambahkan logam Mg dan 4-5 tetes HCl pekat. Adanya flavonoid ditunjukkan dengan perubahan warna merah atau jingga pada filtrat. 2. Saponin Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan asam (Leswara, 2005). 3. Tanin Tanin merupakan senyawa yang memiliki sejumlah gugus hidroksi fenolik yang banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan. Terdapat pada bagian tertentu dari tumbuhan, seperti daun, buah dan batang. Tanin merupakan senyawa yang tidak dapat dikristalkan, dan membentuk senyawa tidak larut yang berwarna biru gelap atau hitam kehijauan dengan logam besi. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh dalam angiospermae terdapat khusus pada jaringan kayu. Menurut batasannya tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Di dalam tumbuhan, letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak misalnya bila hewan memakannya, maka reaksi penyamakan dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencerna hewan. Salah satu fungsi utama tanin dalam tumbuhan ialah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan (Gunawan, 2004). C. Alat dan Bahan Alat
Pipet Tetes Tabung Reaksi
Bahan FeCl3 HCl pekat Metanol 50% MgCl2 NaCl 2% D. Cara Kerja I. Identifikasi Polifenol (Flavonoid) 1. Timbang serbuk sebanyak 2 gram 2. Tambahkan 10 ml methanol 3. Panaskan kemudian saring dalam kondisi panas dan pekatkan di penangas air 15
4. Tambahkan 3 tetes HCl pekat dan Logam Mg, hasil positif jika terbentuk warna merah II. Identifikasi Tanin 1. Timbang serbuk sebanyak 2 gram 2. Larutkan dalam air suling 10 ml 3. Panaskan selama 30 menit di atas tangas air 4. Saring 5. Ampas dibuang dan filtrat dipipet 5 ml 6. Tambahkan larutan NaCl 2% (1 ml), bila terjadi suspensi/endapan disaring melalui kertas saring 7. Ampas di buang, filtrat di tambah larutan gelatin 1% (5 ml) 8. Terbentuk endapan menunjukkan adanya tanin III. Identifikasi Saponin 1. Timbang ekstrak sebanyak 200 mg 2. Masukkan dalam tabung reaksi 3. Tambahkan air suling (10 ml), tutup dan kocok kuat-kuat selama 30 detik 4. Biarkan tabung dalam posisi tegak selama 30 detik 5. Apabila buih setinggi ±3 cm dari permukaan cairan menunjukkan adanya saponin.
16
PERCOBAAN V IDENTIFIKASI AMILUM SECARA KIMIAWI DAN MIKROSKOPI B. Tujuan Praktikum Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mengetahui dan dapat membedakan macam-macam amilum yang umum digunakan dalam sediaan farmasi. C. Teori Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat di alam, sebagian besar terdapat pada umbi, daun, batang dan biji-bijian (Poedjiadi, 2009). Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penyimpanan sementara dari produk fotosintesis. Amilum juga tersimpan dalam bahan makanan cadangan yang permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun, dan umbi. Dalam dunia farmasi, amilum digunakan sebagai bahan penyusun dalam serbuk dan sebagai bahan pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan pengisi tablet, bahan pengikat, dan bahan penghancur. Sementara suspensi amilum dapat diberikan secara oral sebagai antidotum terhadap keracunan iodium dam amilum gliserin biasa digunakan sebagai emolien dan sebagai basis untuk supositoria (Gunawan, 2004). Jika ditinjau dari struktur anatominya, pada butir amilum tampak adanya lapisan mengelilingi hilus, yang disebut lamela. Apabila hilum terletak di pinggir, disebut amilum eksentris. Lapisan dalam amilum (lamela) terbentuk karena pemadatan molekul dan perbedaan kadar air pada awal pertumbuhan tiap lapisan. Jumlah lamela pada amilum seleria terkait dengan jumlah hari selama pertumbuhan amilum. Butir amilum jika dilihat dengan mikroskop cahaya terpolarisasi tampak terang. Posisi hilus, bentuk dan ukuran butir, maupun penampilannya sebagai amilum tunggal atau amilum majemuk memungkinkan untuk mengenali spesies tumbuhan dengan melihat tepungnya (Sri Mulyani, 2006). D. Alat dan Bahan Alat :
Gelas obyek
Gelas penutup
Mikroskop
Beker glass
Pipet tetes
Tabung reaksi kecil 17
Bunsen
Bahan :
Pati beras
Pati gandum
Pati jagung
Pati singkong
Aquadest
Larutan iodium
E. Cara Kerja 1. Pemeriksaan amilum dengan larutan iodium Buat larutan amilum 2%. Panaskan 5 menit (mendidih) lalu dinginkan, untuk semua jenis amilum yang diperiksa masukan dalam tabung reaksi. Tambahkan 3 tetes larutan iodium. Catat warna yang terjadi saat dipanaskan dan didinginkan untuk masing-masing jenis amilum yang diperiksa, lalu bandingkan hasilnya dengan literature yang tersedia. No. 1.
Warna yang dihasilkan dengan penambahan iodium
Amilum Amilum
oryzae
Sebelum dipanaskan
Setelah dipanaskan
(Pati
beras) 2.
Dst.....
2. Pemeriksaan amilum secara mikroskopi Ambil sedikit amilum (secukupnya). Letakkan di atas gelas obyek, tetesi dengan sedikit air dan tutup dengan gelas penutup. Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah dan perbesaran kuat. Analisis bentuk amilum dari masing-masing spesies tanaman. 3. Gambar hasil pengamatan yang anda peroleh pada kolom yang tersedia. Tunjukkan bagian- bagian amilum hasil pengamatan anda, dan sebutkan nama amilum yang anda periksa. No. Amilum Gambar Gambar Hasil Keterangan Literatur 1.
Amilum
oryzae
Praktikum
(Pati
beras)
18
2.
Dst.....
4. Sebutkan tanaman asal beserta familia untuk masing- masing amilum yang anda periksa.
19
PERCOBAAN VI PEMBUATAN EKSTRAK A. Tujuan Praktikum Mahasiswa mampu mengetahui cara pembuatan ekstrak dengan teknik maserasi. B. Teori Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Jadi, ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan cara ekstraksi tanaman obat dengan ukuran pertikel tertentu dan menggunakan medium pengekstrasi (menstrum) yang tertentu pula. Ekstraksi dapat dilakukan menurut berbagai cara. Ekstrak yang diperoleh sesudah pemisahan cairan dari residu tanaman obat dinamakan “micela”. Micelle ini dapat diubah menjadi bentuk obat siap pakai, seperti ekstrak cair dan tinctura atau sebagai produk/bahan antara yang selanjutnya dapat diproses menjadi ekstrak kering.(Agoes, G.2007). Metode dasar dari ekstraksi obat adalah maserasi dan perkolasi. Biasanya metode yang dipilih tergantung pada beberapa faktor yang paling penting adalah sifat dari bahan mentah itu sendiri. Metode Ekstraksi 1. Ekstraksi Dengan Pelarut *Cara dingin => Maserasi dan Perkolasi *Cara panas => Refluks, Soxhlet, Digesti, Infus, Dekok 2. Destilasi *Destilasi air & uap 3. Ekstraksi dengan cara lain C. Alat dan Bahan Alat :
Maserator
Batang pengaduk
Corong Buchner
Kertas saring
Beaker glass 100 ml
Botol untuk menampung hasil saringan (maserat)
Evaporator 20
Waterbath
Gelas untuk menampung ekstrak kental
Bahan : 1. Serbuk Daun Sirsak 2. Air (perbandingan daun sirsak :Air; 1:4) D. Cara Kerja 1. Timbang serbuk daun sirsak sebanyak 1 kg 2. Masukkan ke dalam bejana maserasi (toples kaca) 3. Tambahkan air dengan perbandingan serbuk daun sirsak dan Air 1:4 4. Tutup toples dan biarkan selama 2 hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya (toples ditutup dengan aluminium foil) sambil berulang-ulang diaduk 5. Ambil filtratnya, ampas diperas dengan menggunakan kain flanel 6. Ampas nya lakukan remaserasi 7. Semua sari yang diperoleh dikumpulkan dan uapkan hingga diperoleh ekstrak kental 8. Hitung rendemen ekstrak
21
DAFTAR PUSTAKA Depkes RI, 1995, Materia Medika Indonesia jilid VI, Depkes RI, Jakarta. Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Jilid VI, Depkes RI, Jakarta Gunawan, Didik dan Sri Mulyani, 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid I, Penebar Swadaya, Jakarta Leswara, 2005, Buku Ajar Kimia Organik, Ari Cipta, Jakarta.
22
LAMPIRAN
23
Contoh Cover untuk Laporan Resmi
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI “PENGENALAN SIMPLISIA DAN ALAT PRAKTIKUM”
Dosen Pembimbing : Emelda, M.Farm.,Apt
Disusun Oleh : Nama (NIM)
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA 2017
24
Laporan Sementara memuat : A. B. C. D.
Tujuan Praktikum Dasar Teori Alat dan Bahan Cara Kerja
Laporan Resmi memuat : A. B. C. D. E. F. G.
Tujuan Praktikum Dasar Teori Alat dan Bahan Cara Kerja Hasil Praktikum Pembahasan Daftar Pustaka
25