POTENSI LIMBAH KULIT BUAH PISANG (MUSA PARADISIACA L

Download POTENSI LIMBAH KULIT BUAH PISANG. (Musa paradisiaca L.) DARI PEDAGANG GORENGAN. DI KOTA MANOKWARI. [The Waste Potency of Banana Skin (Mus...

0 downloads 518 Views 790KB Size
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011

POTENSI LIMBAH KULIT BUAH PISANG (Musa paradisiaca L.) DARI PEDAGANG GORENGAN DI KOTA MANOKWARI The Waste Potency of Banana Skin (Musa paradisiaca L.) from Junkfood Salesman in Manokwari City DIANA SAWEN dan THIMOTHIUS SRAUN Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPPK) Universitas Negeri Papua Manokwari, Jl. Gunung Salju Amban Manokwari 98314

ABSTRACT The utilizing of agriculture waste is one alternative to prepare the feed resources, likes the waste of banana peel. In Manokwari, utilizing of this waste is not optimal but they has hight production. This research to aim the potential of waste banana skin from junkfood salesman. Descriptive methods with survey technic we use in this study and ten of salesman junkfood as a respondent or sample and during 1.5 month. The result showed, two kind of banana they use to make junkfood is kepok and raja. Fresh and dry production of waste banana skin kepok is 15247.5 gram and 110.5 g/day. And raja is 10151.3 and 123.8 g/day. Dry matter value is 12.5% for kepok and 14.9% for raja and due potential for feed resource. They proyection for feed resource based of dry matter is 0.03 AU/day. KeyWords: Potency, Waste of Banana Peel, Junkfood Salesman, Manokwari ABSTRAK Pemanfaatan limbah pertanian merupakan salah satu alternatif dalam penyediaan sumber pakan, salah satunya adalah limbah kulit buah pisang. Di Kabupaten Manokwari, jenis limbah ini belum dimanfaatkan secara optimal padahal produksinya cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar potensi limbah kulit buah pisang (Musa paradisiaca L.) dari pedagang gorengan di Kota Manokwari. 10 pedagang gorengan yang ada menjadi responden dan penelitian ini dilakukan selama ± 1,5 bulan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis pisang yang diusahakan oleh pedagang gorengan adalah pisang kepok dan pisang raja. Produksi limbah kulit buah pisang kepok segar maupun kering masing-masing sebesar 15247,5 dan 110,2 g per hari. Sedangkan kulit buah pisang raja produksinya masing-masing adalah 10151,3 dan 123,8 g per hari. Kandungan bahan keringnya sebesar 12,5% (pisang kepok) dan 15% (pisang raja) dan keduanya berpotensi sebagai sumber pakan. Proyeksi potensi limbah kulit buah pisang (BK) adalah 0,03 UT/hari. Kata Kunci: Potensi, Limbah Kulit Buah Pisang, Pedagang Gorengan, Manokwari

PENDAHULUAN Papua merupakan salah satu daerah yang mendapat perhatian cukup serius untuk dijadikan sebagai daerah pengembangan peternakan khususnya ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing dan domba. DISNAK KABUPATEN MANOKWARI (2004) melaporkan bahwa telah terjadi peningkatan jumlah populasi ternak ruminansia yaitu untuk sapi yang berjumlah 14.284 ekor (2002) meningkat menjadi 17.535 ekor pada tahun

558

2003. Sedangkan ternak kambing pada tahun 2002 berjumlah 4.596 ekor menjadi 5.437 ekor pada tahun 2003. Sementara penyediaan pakan yang memadai masih merupakan kendala utama dalam suatu usaha pengembangan ternak baik ternak ruminansia maupun jenis ternak lainnya. Penggunaan jenis bahan makanan dalam suatu usaha peternakan juga sangat tergantung pada potensi suatu daerah termasuk pula penggunaan jenis limbah pertanian. Limbah pertanian yang tersedia di lapangan dapat

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011

dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak. Kulit buah pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan salah satu jenis limbah yang sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan. Menurut laporan DINAS PERTANIAN T ANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA (2003), produksi pisang (Musa paradisiaca L.) untuk Kabupaten Manokwari dapat mencapai 24.698 ton pada tahun 2002 dengan produktivitas 2.466 ha, luas tanam 116 ha dan luas panen 934 ha. Ternak ruminansia merupakan penghasil daging yang berkemampuan lebih baik dalam memanfaatkan pakan yang berserat kasar tinggi jika dibandingkan dengan ternak lainnya namun realita yang terjadi bahwa pakan basal yang biasa diberikan mempunyai nilai gizi rendah. Tingginya produksi pisang (Musa paradisiaca L.) ini mengindikasikan tingginya produksi limbah pertanian asal komoditi ini berupa daun, gedebok maupun kulit buah pisang. Salah satu sumber limbah pertanian yang potensial dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan adalah kulit buah pisang (Musa paradisiaca L.) dari pedagang gorengan. Menurut informasi seorang pedagang gorengan di Sanggeng bahwa setiap harinya pisang kepok yang digunakan untuk membuat pisang goreng dapat mencapai 30 sisir besar bahkan lebih bila sisir kecil atau sedang. Kemudian limbah kulit buah pisangnya tidak digunakan lagi sehingga langsung dibuang sebagai sampah. Berdasarkan pengamatan, diketahui bahwa di Kota Manokwari terdapat ± 10 pedagang gorengan yang beroperasi, dan jika dalam satu hari 30 sisir besar kulit buah pisang (Musa paradisiaca L.) yang digunakan maka produksinya adalah ± 300 dan ± 9.000 sisir/bulan. Potensi ini jika dapat dikelola dan dimanfaatkan secara baik dan optimal dapat bernilai gizi tinggi sebagai pakan ternak, namun sejauh ini belum diketahui sehingga dibutuhkan suatu kajian melalui studi ini. Penelitian bertujuan untuk mengetahui seberapa besar potensi limbah kulit buah pisang dari pedagang gorengan. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan selama 1,5 bulan yaitu 1 Agustus – 16 September 2004, pada 10 pedagang gorengan di tiga lokasi

usaha yaitu Fanindi, Sanggeng dan Wosi Kabupaten Manokwari Papua Barat serta Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPPK) Univseritas Negeri Papua (UNIPA) Manokwari. Studi ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis pisang Berdasarkan pengamatan di lapangan, jenis pisang (Musa paradisiaca L.) yang diusahakan oleh para pedagang untuk membuat gorengan di kota Manokwari terdiri atas 2 jenis yaitu pisang kepok dan pisang raja. Menurut CAHYONO (1995), REDAKSI TRUBUS (2003) dan WIDJONO (1997) bahwa pisang terdiri dari berbagai macam jenis atau spesies dan dua diantaranya termasuk pisang kepok dan raja (pisang meja). Produksi limbah kulit buah pisang segar (Musa paradisiaca L.) (g/hari) Pisang Kepok Rata-rata produksi limbah kulit buah pisang kepok segar yang dihasilkan per hari oleh setiap pedagang bervariasi, sebagaimana disajikan pada Gambar 1. Gambar 1 memperlihatkan bahwa produksi limbah kulit buah pisang kepok segar yang dihasilkan oleh setiap pedagang bervariasi, yaitu berkisar dari 9 sampai 24 sisir per harinya dengan produksi rata-rata secara keseluruhan sebesar 17 sisir. Dalam konversi berat, secara keseluruhan diperoleh bahwa rata-rata produksi limbah kulit buah pisang kepok per hari adalah 13.243,98 g dengan jumlah rata-rata per hari untuk setiap pedagang sebesar 6.251,0 – 23.663,2 g. Dengan demikian rata-rata berat per sisir adalah 881,36 g, sehingga diperoleh produksi limbah kulit buah pisang kepok segar adalah 15.247,5 g per hari. Bervariasinya produksi limbah ini, diduga karena permintaan konsumen pasar yang juga berfluktuasi dimana pada awal bulan atau tanggal-tanggal muda banyak konsumen yang mengkonsumsi gorengan sehingga jumlah limbah kulit buah

559

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011

Gambar 1. Hubungan pedagang gorengan dengan produksi segar limbah kulit pisang kepok per hari

pisang segar yang dihasilkan cukup banyak daripada pertengahan atau akhir bulan. Hal ini didukung oleh informasi dari beberapa pedagang yang menyatakan bahwa pada awal bulan, penghasilan mereka cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan tengah atau akhir bulan, sehingga hal ini memungkinkan mereka untuk menambah stok atau persediaan pisang yang ada agar dapat memenuhi permintaan konsumen. Dengan demikian produksi limbah kulit buah pisang

(Musa paradisiaca L.) pun akan meningkat mengikuti kondisi tersebut. Pisang Raja Rata-rata produksi limbah kulit buah pisang raja yang digunakan disajikan pada Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa rata-rata jumlah limbah kulit buah pisang raja yang dihasilkan pedagang gorengan per hari adalah 12 sisir atau sekitar 10.226,13 g. Dengan

Gambar 2. Hubungan pedagang gorengan dengan produksi segar limbah kulit pisang raja per hari

560

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011

jumlah rata-rata untuk masing-masing pedagang per harinya adalah 6.876,4 – 12.194,2 rataan berat limbah ini adalah 823,3 g dengan produksi total limbah 10.151,29 g. Rataan berat ini dapat dinyatakan hampir sama, yang diduga karena para pedagang mengusahakan pisang molen tidak dalam jumlah yang besar atau banyak. Hal inipun dipengaruhi oleh kondisi pasar. Banyak diantara para pedagang yang tidak mengusahakan gorengan ini karena menurut informasi yang diberikan bahwa untuk membuat pisang molen memerlukan keterampilan khusus. Selain itu harga pisang raja di pasar relatif lebih mahal dibanding pisang kepok. Dengan demikian total produksi limbah kulit buah pisang segar dari kedua jenis pisang ini adalah 25.398,6 g per hari. Jika dibandingkan dengan produksi per tahun maka limbah yang dihasilkan ± 1,03%. Produksi segar limbah kulit buah pisang kepok yang dihasilkan per hari sebesar 60% dibandingkan dengan pisang raja yang hanya sekitar 40%. Produksi bahan kering limbah kulit buah pisang (Musa paradisiaca L.) Pisang Kepok

Produksi bahan kering (g)

Berdasarkan hasil analisis kandungan bahan kering diketahui bahwa kulit buah

pisang kepok dari setiap pedagang gorengan mengandung bahan kering adalah 12,1 – 13,1% dengan jumlah rata-rata 12,5%. Sedangkan produksi bahan keringnya berkisar antara 62,7 – 155 g dengan jumlah rata-rata 110,5 g. Menurut HARTADI et al. (1980), kulit buah pisang kepok mengandung bahan kering 14%, 1,5% abu; 1,5% lemak; 1,5% serat kasar; protein kasar 1% dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 8,5%. Berdasarkan hasil ini maka dapat dinyatakan bahwa kandungan bahan kering kulit buah pisang kepok masih tergolong baik atau hampir sama untuk setiap pedagang yang ada yaitu 12,5%. Sedikit perbedaan kandungan bahan kering, diduga karena perbedaan faktor umur panen, lokasi asal dan jenis tanah. Selain itu diduga karena terjadi penguapan yang berlebihan pada saat penyimpanan setelah pembelian dari pasar. Hal ini didukung oleh SUSETYO (1980) bahwa tinggi rendahnya kandungan bahan kering limbah kulit buah pisang kepok selain mempengaruhi total produksi bahan kering juga berpengaruh terhadap kualitasnya sebagai pakan. Selanjutnya dikemukakan juga oleh pedagang gorengan bahwa pisang yang digunakan untuk membuat gorengan diperoleh dengan membeli pada masyarakat yang menjual pisang (Musa paradisiaca L.) di pasar Wosi juga Sanggeng, yang berasal dari lokasi atau tempat yang beragam seperti Pantai Utara,

160,0 140,0 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0

Gambar 3. Kandungan bahan kering dan produksi bahan kering kulit pisang kepok dari pedagang yang ada

561

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011

Ransiki, Warmare, Prafi, Amban dan sebagainya. Kemudian berdasarkan pengamatan, nampak bahwa pisang yang dibeli rata-rata merupakan pisang yang masih mentah, yang kemudian akan diperam dengan cara menjemur di bawah panas sinar matahari sebelum digoreng ataupun disimpan sebagai persediaan. Pisang Raja

Produksi bahan kering (g)

Hasil analisis kandungan bahan kering limbah kulit buah pisang raja dari tiga pedagang gorengan yaitu 12,8 – 17,1% dengan rata-rata adalah 14,9%. Sedangkan rata-rata produksi bahan keringnya berkisar antara 97,5 – 152,4 g untuk setiap pedagang dan secara keseluruhan adalah 123,8 g. Berdasarkan hasil ini, jika dibandingkan dengan HARTADI et al. (1980) yang menyatakan bahwa kulit buah pisang raja mengandung bahan kering 13%, 1,2% abu, 1,3% lemak, 1,4% serat kasar, protein kasar 1% dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 8%, maka nilai kandungan bahan kering tersebut cukup tinggi. Perbedaan kandungan bahan kering ini diduga karena secara fisik jika dilihat nampak bahwa pisang raja mempunyai ukuran yang lebih kecil daripada pisang kepok. Kemudian menurut ANONYMOUS (2000), CAHYONO (1995), bahwa pisang raja digolongkan dalam kelompok pisang buah yang dapat dimakan secara langsung bila sudah masak, karena

mempunyai rasa yang lebih manis. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa kulit buah pisang terdiri dari lapisan yaitu epicarp (kulit luar) dan mesocarp (bagian dalam/buah pisang. Dengan demikian epicarp atau lapisan kulit luar pisang raja lebih manis atau mempunyai kandungan bahan kering lebih tinggi daripada pisang kepok. Berdasarkan pengamatan pun terlihat bahwa kebanyakan pisang raja yang dibeli adalah pisang yang sudah matang atau mengkal yang digunakan untuk membuat gorengan berupa pisang molen. Total produksi bahan kering limbah kulit buah pisang sebesar 234,3 g yang terdiri dari pisang kepok sebesar 110,5 g dan pisang raja 123,8 g per hari. Jika dibandingkan dengan produksi limbah kulit buah pisang segar maka hasil ini masih rendah yaitu ± 0,92 %. Potensi sebagai sumber pakan Beberapa asumsi yang digunakan dalam menghitung potensi adalah limbah kulit buah pisang dianggap sebagai pakan tunggal dan kebutuhan konsumsi pakan segar/ekor/hari adalah 10% dari bobot badan (untuk ternak sapi) serta kebutuhan konsumsi pakan/ekor/hari adalah 2% dari berat badan (dalam BK). Berdasarkan asumsi ini maka potensinya sebagai sumber pakan dapat dilihat pada Tabel 1.

160,0 140,0 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0

Gambar 4. Kandungan bahan kering dan produksi bahan kering kulit buah pisang raja

562

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011

Tabel 1. Proyeksi potensi limbah kulit buah pisang (Musa paradisiaca L.) Produksi segar

Produksi bahan kering

Rataan produksi kulit buah pisang kepok/hari (g)

15.247,50

110,20

Rataan produksi kulit buah pisang raja/hari (g)

10.151,30

123,80

Total produksi /hari (g)

25.898,60

234,10

45,00

9,00

0,56

0,03

Potensi sebagai sumber pakan

Kebutuhan pakan/UT/hari (kg) Potensi sebagai pakan/UT/hari (kg)

Tabel 1 memperlihatkan bahwa total produksi limbah kulit buah pisang kepok dan pisang raja adalah sebesar 25898.6 gram. Apabila digunakan sebagai pakan tunggal, maka untuk limbah ini mampu memenuhi kebutuhan pakan sebesar 0.56 UT/hari. Sedangkan berdasarkan produksi bahan kering, maka total produksi limbah kulit buah pisang kepok dan pisang raja adalah sebesar 234.1 gram. Apabila digunakan sebagai pakan tunggal akan mampu memenuhi kebutuhan konsumsi pakan sebesar 0.03 UT/hari.

DAFTAR PUSTAKA ANONIMUS. 2000. Pisang (Musa spp.). Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Pedesaan, Bappenas, Jakarta. http://www.ristek.go.id. DINAS TANAMAN PANGAN dan HORTIKULTURA. 2003. Laporan Tahunan Tahun 2003. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Manokwari. DISNAK MANOKWARI. 2004. Laporan Tahunan Dinas Peternakan Tahun 2004 Kabupaten Manokwari.

KESIMPULAN

CAHYONO, B. 1995. Pisang, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta.

Produksi limbah kulit buah pisang kepok segar maupun kering masing-masing sebesar 15.247,5 gram dan 110,5 gram per hari, sedangkan pisang raja masing-masing adalah 10.151,3 dan 123,8 gram per hari. Kandungan bahan kering limbah kulit buah pisang kepok dan raja yaitu 12,5% dan 14,9%, dengan demikian berpotensi sebagai sumber pakan. Potensi limbah kulit buah pisang sebagai sumber pakan tunggal berdasarkan bahan segar dan bahan kering yaitu sebesar 0,56 UT/hari dan 0,03 UT/hari.

REDAKSI TRUBUS. 2003. Berkebun Pisang Secara Intenstif. Penebar Swadaya, Jakarta. SUSETYO. 1980. Padang Penggembalaan. Nuffic. Universitas Brawijaya, Malang. HARTADI, H., S. REKSOHADIPRODJO, S. LEBDOSUKOJO dan A.D. TILLMAN. 1980. Tabel Komposisi Bahan Makanan Ternak Untuk Indonesia. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Program EFD, Yogyakarta. WIDJONO, K. 1997. Botani dan Sistematika Tanaman Pisang (Musa spp). Bogor.

563