PRESENTASI PASMINA SOLO 28-10-2015.PDF

Download 28 Mei 2016 ... Asuransi Jiwa Syariah Al Amin. Asuransi Bringin Sejahtera Arta Makmur. Asuransi Sinarmas. Asuransi Avrist Assurance. Asuran...

0 downloads 452 Views 4MB Size
Mengurangi Kerentanan Ekonomi Melalui Asuransi Mikro: Tantangan dan Potensi di Indonesia Hotel Sunan, Surakarta 29 Oktober 2015

2

Latar Belakang Pertumbuhan sektor Asuransi mengalami peningkatan selama 5 tahun terakhir, namun proporsinya terhadap PDB masih terbilang kecil Premium/GDP 1.9%

Aset/GDP 1.85%

5.0% 1.83%

1.79%

1.8%

4.1% 4.0%

1.68%

1.7% 1.62% 1.6%

4.4%

4.5%

3.7%

3.5%

1.56%

3.0%

1.5%

3.8%

3.2% 2.8%

2.5%

1.4%

2.0% 2008

2009

2010

2011

2012

2013

2008

2009

2010

2011

2012

2013

3

Latar Belakang (Lanjutan) • Sekitar sepertiga penduduk Indonesia, atau kurang lebih 77 juta penduduk, tidak memiliki simpanan dana/tabungan ataupun perlindungan asuransi untuk berjaga-jaga jika sesuatu yang buruk terjadi pada mereka (sumber: Bank Dunia, 2011) • Tingkat pemahaman masyarakat akan jasa dan layanan asuransi hanya sebesar 18 persen, artinya dari 100 penduduk Indonesia hanya 18 orang yang memahami dan meyakini jasa dan produk asuransi (sumber: Survei Nasional Literasi Keuangan OJK, 2013)

4

Latar Belakang (Lanjutan)

Alasan masyarakat tidak memiliki asuransi adalah karena keterbatasan dana dan informasi (Sumber: Microinsurance Stakeholders in Indonesia Baseline Survey oleh Nunung Nuryartono, Institut Pertanian Bogor, Juli 2013. (USAID and SEADI).

5

Latar Belakang (Lanjutan) • Sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja sektor asuransi di Indonesia secara umum, dan mengembangkan asuransi mikro secara khusus, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkolaborasi dengan Bank Dunia, dengan pendanaan dari SECO, merintis serangkaian kegiatan pengembangan asuransi mikro di Indonesia dengan menitikberatkan kepada edukasi asuransi ke berbagai lapisan masyarakat dan pengembangan produk asuransi mikro yang tepat sasaran dan tepat kebutuhan • Pada tanggal 17 Oktober 2013 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan kerangka dasar asuransi mikro yang dituangkan dalam Grand Design Asuransi Mikro, didalamnya termuat definisi dan kriteria “asuransi mikro” yang berlaku di Indonesia • Langkah ini diikuti dengan peluncuran 6 produk generik asuransi mikro hasil kerjasama OJK dengan asosiasi asuransi di Indonesia yaitu Si Peci, Si Bijak, Rumahku, Warisanku, Stop Usaha Erupsi, Stop Usaha Gempa Bumi pada tanggal 30 Oktober 2014 pada acara Pasar Asuransi Mikro Indonesia di Bogor

6

Asuransi Mikro di Indonesia Persepsi Masyarakat Mengenai Asuransi

Asuransi Mikro Indonesia

Ru mit pengecualian dan ketentuannya

S ederhana fitur dan administrasinya

Su sah mendapat produk dan persyaratannya

M udah didapat produknya

Ma hal harga preminya

VS

E konomis harga preminya (maksimal Rp50.000 per periode)

La ma proses klaimnya (30 hari sejak dokumen lengkap diterima

S egera penyelesaian klaimnya (maks. 10 hari sejak dokumen lengkap diterima)

7

Tujuan Kegiatan • Meningkatkan pemahaman terkait dasar asuransi dan proses berasuransi • Mensosialisasikan produk asuransi mikro • Melakukan proyek percontohan terkait dengan penjualan produk generik asuransi mikro • Melakukan uji coba terhadap template/kerangka pemantauan dan evaluasi (M & E) • Mengetahui pemahaman masyarakat atas perbedaan asuransi mikro vs bukan mikro. • Mengetahui penilaian dan minat para calon konsumen atau pengguna jasa atas jenis produk generik asuransi mikro yang dipasarkan • Mengkaji pengembangan asuransi mikro di Indonesia dari sisi penawaran produk (supply)

8

Bentuk Kegiatan • Pada bulan Februari - Maret 2014, dilaksanakan serangkaian kegiatan terkait produk generik asuransi mikro yang terdiri dari kegiatan sosialisasi produk generik asuransi mikro, sekaligus pemantauan dan evaluasi. • Secara khusus, kegiatan pemantauan dan evaluasi mencoba melihat dari dua sisi yaitu baik dari sisi permintaan (demand side) dan juga sisi penawaran (supply side). • Sisi permintaan adalah pemantauan dan evaluasi dengan tujuan untuk melihat penilaian dari para calon konsumen atau pengguna jasa asuransi mikro yaitu masyarakat atas produk yang dipasarkan. • Sedangkan sisi penawaran adalah pemantauan dan evaluasi untuk melihat kesiapan dan perkembangan distribusi pemasaran produk oleh pelaku industri dan pemerintah khususnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

9

Jenis Produk Asuransi Mikro Generik Enam produk asuransi mikro generik, yang diluncurkan pada akhir tahun 2014:

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Si Bijak Si Peci Warisanku Rumahku Stop Usaha Gempa Tsunami Stop Usaha Erupsi

10

1. Si Bijak • • • •

Menerapkan pola syariah Diterbitkan oleh AASI baik Umum maupun Jiwa Akadnya: Tabbaru dan Wakalah bin Ujrah Santunannya: • Santunan meninggal karena sakit plus biaya pemakaman • Santunan meninggal karena kecelakaan • Santunan karena hartanya menderita kerugia

• • • • •

Besaran iuran: Rp50.000 per tahun (50:50 ujrah dana tabbaru) Ada batasan usia Bentuknya: voucher Ada pengecualian, masa tunggu Waktu pembayaran : maksimum 10 hari

11

2. Si Peci • Menerapkan pola asuransi jiwa terms assurance • Diterbitkan oleh AAJI di jual baik independen (Allianz) maupun konsorsium leader: AJB1912 • Santunannya: • Santunan meninggal karena sakit • Santunan meninggal karena kecelakaan • Besaran premi : Rp50.000 per tahun

• • • •

Bentuknya: voucher Ada pengecualian, masa tunggu Batasan usia: 6-64 tahun Waktu pembayaran : maksimum 10 hari

12

3. Warisanku • Menerapkan pola asuransi umum • Diterbitkan oleh AAUI dan saat ini dijual secara independen oleh 3 perusahaan asuransi umum • Santunannya: • Santunan meninggal karena kecelakaan plus biaya pemakaman • biaya pemakaman kalau meninggal karena sakit • Besaran premi : Rp40.000 per tahun • Bentuknya: voucher • Ada pengecualian, masa tunggu • Batasan usia: maksimum 60 tahun • Waktu pembayaran : maksimum 10 hari

13

4. Rumahku • Menerapkan pola asuransi umum • Diterbitkan oleh AAUI dan saat ini dijual secara independen oleh 3 perusahaan asuransi umum • Santunannya: • Santunan meninggal karena kecelakaan plus biaya pemakaman • biaya pemakaman kalau meninggal karena sakit • Besaran premi : Rp40.000 per tahun • Bentuknya: voucher • Ada pengecualian, masa tunggu • Batasan usia: maksimum 60 tahun • Waktu pembayaran : maksimum 10 hari

14

5. Stop Usaha Erupsi • Menerapkan pola asuransi umum • Diterbitkan oleh AAUI dan saat ini dijual secara independen oleh 3 perusahaan asuransi umum • Santunannya: o Harta benda rusak karena kebakaran, ledakan kompor, kejatuhan pesawat, asap , kebakaran bangunan sekitarnya, kerusuhan, tertabrak kendaraan, letusan gunung berapi atau pemerintah melarang memasuki wilayah tempat usaha. • Besaran premi : Rp40.000 per tahun • Bentuknya: voucher • Ada pengecualian, masa tunggu • Waktu pembayaran : maksimum 10 hari

15

6. Stop Usaha Gempa dan Tsunami • Menerapkan pola asuransi umum

• Diterbitkan oleh AAUI dan saat ini dijual secara independen oleh 3 perusahaan asuransi umum • Santunannya: • Harta benda rusak karena kebakaran, ledakan kompor, kejatuhan pesawat, asap , kebakaran bangunan sekitarnya, kerusuhan, tertabak kendaraan, gempa atau tsunami atau pemerintah melaang memasuki wilayah tempat usaha.

• • • •

Besaran premi : Rp40.000 per tahun Bentuknya: voucher Ada pengecualian, masa tunggu Waktu pembayaran : maksimum 10 hari

Peserta yang Berpartisipasi dalam Kegiatan berdasarkan Model Penutupan Asuransi 1. Independen: perusahaan ini menerbitkan polis/jaminan sendiri, namun dengan terms and conditions yang sudah disepakati bersama. Bilamana terjadi claim, maka dia akan menanggung sendiri pembayaran santunan (Allianz, ACA, Wahana Tata, Tripakarta) 2. Konsorsium: beberapa perusahaan bergabung untuk menutup program asuransi yang sama. Adanya seorang administrator diperlukan yang akan menampung anggota yang menerbitkan voucher/polis. Perlu adanya Perjanjian Kerjasama antar anggota dalam menentukan besaran partisipasi serta besaran biaya administrator untuk mengelola bisnis ini 3. Co Asuransi: Beberapa asuransi sepakat menutup asuransi sesuai dengan share yang ditetapkan, penerbit polis umumnya oleh leader. Premi akan dialokasikan oleh Leader kepada member nya sebesar partisipasi yang ada, demikian juga saat terjadi klaim, maka masing-masing anggota akan membayar sesuai persentase kepesertaannya. Catatan: Untuk program ini yang diterapkan adalah nomor 1 dan 2.

16

Peserta yang Berpartisipasi dalam Kegiatan berdasarkan Model Penutupan Asuransi Konsorsium AASI Jumlah anggotanya: 26 perusahaan asuransi berbasis syariah Leader : Asuransi JASINDO Syariah Member: Asuransi Jiwa Amanah Gita Asuransi Jiwa Syariah Al Amin Asuransi Avrist Assurance Asuransi Adira Dinamika Asuransi Bintang tbk Asuransi Asei Indonesia Asuransi Ramayana Asuransi Staco Mandiri Asuransi Tri Pakarta

Asuransi Umum Mega Asuransi Bringin Sejahtera Arta Makmur Asuransi Jaya Proteksi Asuransi Tugu Pratama Indonesia Asuransi jiwa Sinarmas MSIG Life Asuransi Takaful Keluarga Asuransi Abda Insurance Asuransi Astra Buana Asuransi Central Asia

Asuransi Mitra Maparya Asuransi Sinarmas Asuransi Takaful Umum Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Asuransi Wahanatata Asuransi Jasaraharja Putra Asuransi Pan Pasific Ace Indonesia Insurance

17

Peserta yang Berpartisipasi dalam Kegiatan berdasarkan Model Penutupan Asuransi Konsorsium AAJI Jumlah anggota: 27 anggota asuransi jiwa Leader : Asuransi Jiwa Bumiputera 1912 Member: ACE Life Assurance

Adisarana Wanaartha

AIA Financial

Astra Aviva Life

Avrst Assurance

AXA Financial Indonesia

AXA Life Indonesia

BCA Life

BNI Life Insurance

Bringin Jiwa Sejahtera

Bumiputera 1912

Central Asia Raya

Equity Life Indonesia

Financial Wiramitra Danadyaksa

Generali Indonesia

Hanwha Life

Heksa Eka Life insurance

Indosurya Sukses

Jiwasraya

Kresna Life

Mega Jiwa Indonesia

Panin Dai-ichi Life

Recapital

Reliance Indonesia

Sinarmas MSIG life

Taspen Life

Tugu Mandiri

18

19

Peserta yang Berpartisipasi dalam Kegiatan berdasarkan Model Penutupan Asuransi (Independen) • Asuransi jiwa: Asuransi Allianz • Asuransi umum/kerugian: • Asuransi Central Asia • Asuransi Tripakarta • Asuransi Wahana Tata

Demand Side

20

21

Jenis Kegiatan Sosialisasi 1. Training of Trainers  Mengundang perwakilan 25 kelompok (2 orang/kelompok) untuk memperoleh pelatihan untuk menjadi pelatih (ToT) dasar-dasar asuransi serta memperoleh informasi terkait produk asuransi generik  Pihak OJK membuka dan mengawasi jalannya Pelatihan  Penjelasan mengenai prinsip asuransi dan asuransi mikro diberikan oleh perwakilan Bank Dunia, penjelasan produk diberikan oleh perwakilan industri yang mendapat ‘jatah’ melakukan sosialisasi di daerah tersebut

2. Sosialisasi Penuh  Berbentuk kunjungan ke komunitas dengan pengenalan dan penjelasan produk secara verbal oleh masing-masing pihak industri setelah peserta sosialisasi membaca buku saku asuransi mikro dan brosur produk generik

22

Jenis Kegiatan Sosialisasi (Lanjutan) 3. Sosialisasi Sebagian  Berbentuk kunjungan ke komunitas, tanpa ada penjelasan verbal mengenai asuransi dan asuransi mikro, serta produk generik Peserta hanya hanya mendapat informasi melalui buku saku asuransi mikro dan brosur produk

4. Drop off  Membagikan media informasi asuransi mikro (buku saku, buku panduan, poster, CD yang berisi video edukasi asuransi mikro dan seluruh soft file media informasi) dan produk generik asuransi mikro (brosur produk dari masing-masing perusahaan yang bertugas melakukan sosialisasi di daerah tersebut) kepada kelompok-kelompok masyarakat atau komunitas terpilih

23

Lokasi Sosialisasi Pulau Jawa* Sumatera Kalimantan Sulawesi Nusa Tenggara Maluku Bali

Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten Aceh dan Bandar Lampung Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur Maluku Tenggara Barat Bali

24

Kelompok Peserta Sosialisasi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Kelompok pengajian

Ibu rumah tangga

Koperasi

Kelompok gereja

Paguyuban

Kantor Pos

Kelompok arisan

Anggota RT/RW

Pedagang kecil

Perbankan

Gabungan Kelompok Tani dan Nelayan (Gapoktan)

Peternak

Pegadaian

25

Jumlah Responden Jenis kegiatan

∑ Sebelum Sosialisasi

∑ Sesudah Sosialisasi

Sosialisasi Penuh: (Pengenalan produk asuransi mikro)

995

906

Sosialisasi Sebagian: (Hanya membaca buku saku asuransi mikro)

511

511

Training of Trainers (ToT)

753

753

2,259

2,170

Total

Catatan: data yang digunakan adalah data yang telah melalui proses cleaning

26

Komposisi Responden

Responden yang hadir di Sosialisasi: 47% 53%

Laki-laki

Perempuan

• 1.058 laki-laki (47%) • 1.201 perempuan (53%)

27

Komposisi Reponden 500 400

138

300 175

409

200

65

309

58

100 121

128

Pedagang/ KUKM (N=296)

Karyawan* (N=193)

0 Petani/ nelayan (N=447)

Ibu rumah tangga (N=409)

Laki-laki

76

Sosialisasi sebagian besar dihadiri oleh para petani, ibu rumah tangga dan pedagang karena memiliki waktu yang lebih fleksibel untuk menghadiri kegiatan sosialisasi.

Lainnya* (N=134)

Perempuan

Catatan: • Karyawan adalah terdiri dari para pegawai swasta/PNS/BUMN, guru, dan buruh pabrik • Lainnya yaitu termasuk para pelajar/mahasiswa, dan pensiunan • 35 persen responden tidak menjawab untuk informasi jenis pekerjaan (missing information)

Hanya setengah dari total responden yang sudah tahu atau mengenal asuransi

28

Tidak mengetahui asuransi (N=988) 44% 56%

Mengetahui mengenai asuransi (1,271) Total responden 2.259

29

100%

Sebagian besar responden dengan jenis pekerjaan informal, relatif lebih banyak tidak tahu asuransi dibandingkan para pekerja di sektor formal. Para pekerja informal yang paling banyak tidak tahu mengenai asuransi adalah buruh pabrik, petani/nelayan, dan ibu rumah tangga.

80% 60%

75%

74%

61%

48%

47%

45%

44%

41%

34%

52%

53%

55%

56%

59%

66%

40% 20%

25%

26%

39%

0%

Ya

Tidak

30

50% 43% 40% 34%

Dari sebagian responden yang paham asuransi, mayoritas cenderung pernah atau sedang memiliki polis asuransi kesehatan atau asuransi jiwa.

Total responden 1,271

30% 20%

10%

21%

21%

8% 3%

0%

2%

1%

Televisi dan Radio adalah Media yang paling tepat untuk melakukan sosialisasi produk asuransi Sumber media informasi yang diterima selama ini mengenai asuransi

Media informasi yang dianggap paling tepat oleh masyarakat ke depan

31

32

Preferensi Masyarakat untuk Produk Generik Asuransi Mikro 30%

Total responden 2,069 25%

• Si Peci lebih banyak diminati dibanding produk generik asuransi mikro lainnya.

24% 21%

20%

20%

• Si Peci relatif lebih menarik bagi masyarakat dikarenakan besarnya santunan lebih besar dengan persyaratan dan kondisi yang lebih mudah dibanding produk generik lainnya yang sejenis (Si Bijak dan Warisanku).

20%

15%

10%

8%

7%

5%

0%

Si Peci

Rumahku Warisanku Si Bijak

Tsunami

Erupsi

• Kelengkapan informasi dan bahasa yang mudah dipahami saat sosialisasi produk baik lisan maupun tertulis (brosur/leaflet) mempengaruhi minat masyarakat untuk membeli produk.

33

Masyarakat Enggan Menjadi Peserta Asuransi ‘Premi yang hilang begitu saja pada waktu tidak terjadi proses klaim’, menjadi alasan utama sebagian besar responden tidak tertarik membeli produk asuransi mikro 3%

2% 1%

1% 1%

Premi hilang begitu saja pada waktu tidak ada klaim

3%

Santunan kurang besar dibandingkan kebutuhan yang ada Lainnya Produk tidak menarik

89%

Premi terlalu besar

Bukti kepemilikan produk tidak terlalu meyakinkan Tidak ada pilihan perpanjangan otomatis

34

Beberapa Temuan Penting • Produk yang ditawarkan dinilai sebagian besar masyarakat kurang sesuai dengan harapan mereka, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah. Beberapa produk yang diharapkan tersedia, yaitu: (i) asuransi pemakaman, (ii) asuransi rawat inap (pengganti penghasilan yang hilang karena dirawat di rumah sakit sebagai pendamping BPJS/Jamkesda), (iii) gagal panen, dan (iv) ternak mati • Produk yang ditawarkan dinilai memiliki beberapa kemiripan dari segi jenis perlindungan yang disediakan namun untuk harga, besarnya santunan dan syarat ketentuannya berbeda. Sebagai contoh yaitu produk Si Bijak, Si Peci dan Warisanku ketiganya merupakan jenis asuransi yang sama namun santunannya berbeda. Oleh karena itu ke depannya, diharapkan adanya produk gabungan yang tidak saling tumpang tindih. • Batas usia pembelian produk dianggap kurang longgar, masyarakat berharap perlindungan dapat diberikan kepada yang berada di atas usia pension yaitu maksimal 80 tahun. • Masyarakat mengharapkan adanya penyeragaman masa tunggu antar sesama produk generik.

Supply Side

35

36

Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan yang dilakukan: • Pengumpulan data non-regular (primer) Menyebarkan kuesioner ke 120 perusahaan asuransi pada akhir Juni 2015 Diskusi bilateral dengan entitas perusahaan asuransi dilaksanakan pada 10-11 Juni 2015

• Pengumpulan data regular (sekunder) Laporan keuangan terkait penjualan asuransi mikro secara bulanan Database berbasis web (http://pusatdata.asuransimikroindonesia.org) terkait masingmasing entitas perusahaan asuransi yang terlibat dalam proyek percontohan.

Sampai dengan 12 Oktober 2015, sebanyak 72 perusahaan sudah mengembalikan kuesioner (42 perusahaan asuransi jiwa dan 30 perusahaan asuransi umum) Perusahaan Asuransi Jiwa

Perusahaan Asuransi Umum

Syariah, 2

Syariah, 1 Independen, 2

Independen, 18

AAJI, 22 AAUI, 27

37

90% perusahaan asuransi jiwa yang mengembalikan kuesioner telah aktif memasarkan produk asuransi mikro, sedangkan asuransi umum hanya 57% yang telah aktif memasarkan produk mikro 100%

4 (10%)

80%

13 (43%)

60% 40%

38 (90%)

17 (57%) 20% 0%

Jiwa (N=42) Terlibat aktif memasarkan asuransi mikro

Umum (N=30) Tidak/belum aktif memasarkan asuransi mikro

38

Jenis produk asuransi mikro yang dipasarkan sebagian besar merupakan produk asuransi jiwa, kecelakaan diri, properti dan kesehatan Perusahaan Asuransi Jiwa Produk Pemakaman 4%

Produk Jiwa Tabungan 1%

Perusahaan Asuransi Umum Produk Produk Produk Korban Bencana, 3% Pinjaman , 3% Indeks, 3% Produk Kombinasi, 6%

Produk Kesehatan 10% Produk Jiwa 36% Produk Pinjaman 18%

Produk Kecelakaan Diri , 45% Produk Properti , 39%

Produk Kecelakaan Diri 31%

39

Kurangnya Sosialisasi Produk Asuransi Mikro Menjadi Kendala Utama bagi Perusahaan dalam Memasarkan Produk Kurangnya edukasi kepada masyarakat Moral hazard/penipuan

9

Tidak cukupnya jaringan distribusi

16

13

Anti-selection

7

Biaya yang tinggi

7

11 10

2

Kurangnya data aktuaria

8

Pemangku kepentingan belum mengenal tentang asuransi Ketidakmampuan mengembangkan bisnis Peraturan lokal

1

Kendala bahasa

Lainnya

1 1

Kurangnya akses kepada reasuransi

1

Ketidakmampuan masyarakat membeli asuransi mikro

1 0

3 3

7

4 4

14

8

5

Sedikitnya ahli khusus di bidang asuransi mikro

16

12

Rendahnya permintaan kalangan ekonomi lemah

Klaim yang tinggi

29

18 18

9

2 2

2 4 5 Asuansi jiwa

10 Asuansi umum

15

20

25

30

35

40

41

Temuan-Temuan Penting • Mendapatkan keuntungan finansial bukanlah alasan utama bagi perusahaan baik asuransi jiwa maupun umum untuk memasarkan produk asuransi mikro. Namun, lebih dikarenakan:  Adanya keinginan untuk mengembangkan usaha dengan memasuki target pasar baru terutama ekonomi menengah ke bawah  Dorongan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR)  Diharuskan oleh undang-undang atau otoritas pemerintah.

• Pelaku industri asuransi jiwa dan umum menilai perkembangan asuransi mikro di masa depan cukup positif terutama dalam 3 tahun ke depan. • 60 persen perusahaan asuransi umum menyatakan bahwa dalam waktu 3 tahun mendatang, akan lebih banyak jenis produk asuransi mikro yang akan ditawarkan.

Rekomendasi

42

 Edukasi mengenai dasar asuransi dan asuransi mikro adalah salah satu hal yang penting untuk dikaji lebih lanjut Sosialisasi diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan minat masyarakat untuk berasuransi sekaligus mengurangi persepsi negatif mengenai asuransi

Sosialisasi harus diberikan secara merata kepada semua lapisan masyarakat, dan penyampaian sosialisasi sebaiknya menggunakan ungkapan/bahasa yang mudah, sederhana, dan ‘mikro’ Sosialisasi perlu dikembangkan sesuai dengan media yang paling mudah diakses oleh masyarakat seperti melalui televisi atau radio. Oleh karena itu, layanan iklan resmi dan dialog publik dari pemerintah perlu ditayangkan secara khusus di televisi agar masyarakat dapat lebih mudah mengenal produk asuransi mikro

Rekomendasi (Lanjutan)

43

 Mengingat Asuransi Mikro menganut ‘Hukum Bilangan Besar’ maka sebaiknya industri asuransi bisa menciptakan produk asuransi yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Untuk itu diperlukan kerjasama dengan kementerian/lembaga terkait yang dapat memahami kebutuhan akan produk asurnasi yang tepat dan berguna.  Memperluas jaringan distribusi Membentuk kerjasama, terutama dengan lembaga formal dan komunitas masyarakat lokal untuk meningkatkan jaringan distribusi dan memasarkan produk asuransi mikro.

Terima Kasih…

44