1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Download bagian dari proses sosial. Konsep keterlekatan diajukan oleh Granovetter (1985) untuk menjelaskan perilaku ekonomi dalam hubungan sosial. K...

0 downloads 655 Views 151KB Size
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia sebagai bangsa yang besar serta bangsa dengan wilayah yang luas dan penduduk yang besar serta kekayaan alam yang melimpah sampai saat ini belum mampu untuk mengolah sumber daya alam yang dimiliki karena keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.Hal inilah yang menyebabkan kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Kemiskinan merupakan masalah utama yang melanda negara dunia ketiga atau negara berkembang. Negara berkembang seperti Indonesia masih sangat mengandalkan sektor pertanian dan juga sektor-sektor usaha kecil, dalam kegiatan ekonominya. Hal ini terjadi karena sumber daya manusia yang ada di negara ini belum mampu untuk mengolah kekayaan sumber daya alam yang dimilikinya. Oleh karena itu keberlangsungan dan perkembangan usaha kecil menarik untuk dikaji. Masyarakat pedesaan dengan industri kecilnya pada dasarnya adalah masyarakat yang sistem ekonominya mulai berubah atau mengalami deferensiasi. Meskipun demikian sistem ekonomi ini tetap merupakan bagian, merupakan sub sistem dari sebuah sistem sosial yang luas.munculnya industri kecil berarti munculnya etika perdagangan tertentu yang sebenarnya merupakan kasus khusus dari sebuah sistem nilai umum yang berlaku di masyarakat secara keseluruhan namun dirumuskan berkenaan dengan fungsi atau aktifitas ekonomi.

1

Karakteristik atau sifat utama dari industri kecil dan indutri rumah tangga di pedesaan, yang sangat padat karya, pemerintah dan kalangan masyarakat beranggapan bahwa pengembangan industri-industri tersebut sangat urgen diupayakan terus menerus agar menjadi suatu kelompok industri yang kuat dan sehat. Usaha untuk mengembangkan industri kecil dan industri rumah tangga di pedesaan merupakan langkah yang tepat sebagai salah satu instrumen kebijakan pemerintah untuk menanggulangi masalah-masalah ekonomi dan sosial yang dihadapi Indonesia pada saat ini. Secara umum usaha kecil yang terdapat di pedesaan adalah industri kecil dan industri rumah tangga. Berdasarkan definisi atau klasifikasi Biro Pusat Statistik (BPS), perbedaan antara industri kecil dan industri rumah tangga adalah pada jumlah pekerja. Industri rumah tangga adalah unit usaha (establishment) dengan jumlah pekerja 1 hingga 4 orang, yang kebanyakan adalah anggotaanggota keluarga (family workers) yang tidak dibayar dari pemilik usaha atau pengusaha itu sendiri. Kegiatan industri tanpa tenaga kerja, yang disebut self employment, juga termasuk dalam kelompok industri rumah tangga. Sedangkan, indutri kecil adalah unit usaha dengan jumlah pekerja antara 5 hingga 9 orang yang sebagian besar adalah pekerja yang dibayar (wage labourers). Perbedaan-perbedaan lainnya antara industri kecil dan industri rumah tangga adalah terutama pada aspek-aspek seperti sistem manajemen, pola organisasi usaha, termasuk pembagian kerja (labour division), jenis teknologi yang digunakan atau metode produksi yang diterapkan dan jenis produksi yang

2

dibuat. Pada umumnya industri rumah tangga sangat tradisional atau primitif dalam aspek-aspek tersebut (Tulus Tambunan: 2000; 1). Banyaknya industri rumah tangga yang ada di Indonesia membuat para pelaku usaha ini harus mampu mengikuti perkembangan zaman yang terjadi. Dalam hal ini usaha yang dimaksud yaitu perajin khususnyaperajin dan pengusaha kerajinan keramik, harus lebih kreatif lagi dalam memasarkan produk-produknya. Namun dari banyaknya kerajinan-kerajinan tersebut terdapat kerajinan khas yang keberadaannya hanya satu didaerah tersebut salah satunya adalah kerajinan Keramik di Banjarnegara, kerajinan ini merupakan kerajinan yang menjadi salah satu daya tarik dari kabupaten Banjarnegara. Industri rumah tangga kerajinan keramik di Desa Klampok Kecamatan Purwareja Klampok adalah salah satu industri atau usaha kecil yang berada di kabupaten Banjarnegara. Industrialisasi dipedesaan menjadi satu isu yang penting untuk diperhatikan, terutama dengan membengkaknya angka pengangguran di Indonesia. Kendati penurunan angka kelahiran telah berhasil dilakukan, namun pertumbuhan angkatan kerja di Indonesia tetap masih jauh lebih besar daripada penciptaan peluang kerja. Kalau tidak ditangani dengan baik, kondisi itu bisa menimbulkan berbagai masalah sosial yang sangat merugikan bagi pelaksanaan pembangunan. Perubahan desa Klampok menjadi sentra industri kerajinan keramik, merupakan suatu pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah setempat guna mengembangkan usaha kecil tersebut agar lebih berkembang lagi. Salah satu cara pemerintah guna meningkatkan penghasilan masyarakat 3

yaitu dengan

memberikan bantuan modal kepada UKM (usaha kecil menengah) yang di digerakan oleh masyarakat itu sendiri namun sulit untuk bertahan karena berbagai kendala semisal modal, ketersediaan bahan baku, tenaga kerja dan lain sebagainya. Sentra kerajinan keramik ini terletak didalam lokasi yang strategis , karena berada disepanjang jalan Banjarnegara-Banyumas, para perajindan pengusaha disana menggunakan showroom1untuk hasil kerajinannya. Hal tersebut tentunya membentuk jaringa-jaringan dan juga relasi sosial yang terjadi dari siklus terjadinya hasil kerajinan (keramik) yaitu dari pemasok bahan baku yaitu tanah liat,kemudian jaringan antar para perajin itu sendiri kemudian jaringan antar pedagang hingga akhirnya sampai kepada konsumen. Didalam industri keramik di desa Purwareja Klampok terdapat beberapa tipe perajin yang tetap berkembang hingga saat ini. Hal ini berdasarkan data dari desa mengenai jumlah dan jenis usaha. Perajin kerajinan keramik didesa Purwareja Klampok terbagi menjadi 3 golongan yaitu : 1. Tipe 1, Pengusaha keramik penyedia tempat atau toko atau showroom dimana tipe perajin ini hanya sebagai penampung atau pengepul saja tanpa melakukan produksi sendiri. 2. Tipe 2, Pemgusaha keramik yang mempunyai tempat sendiri atau showroom serta melakukan produksi sendiri. Tipe perajin ini merupakan tipe pengusaha yang siftanya sudah besar. 1

Showroom tempat untuk berjualan hasil kerajinan di desa Klampok

4

3. Tipe 3, Pengusaha keramik yang hanya melakukan produksi tidak memiliki tempat seperti showroom untuk menjual hasil produksinya. Jika jika tidak mereka hanya memproduksi setiap ada pesanan saja hal ini dikarenakan tipe ini merupakan pengusaha kecil. Melihat usaha mereka yang masih tetap berkembang hingga sekarang, tentunya menarik untuk melihat perkembangan usaha yang mereka dirikan. Perkembangan yang ada hingga sekarang terlihat dari makin beragamnya bentuk atau macam keramik yang di buat oleh para perajin saat ini .Usaha kerajinan keramik ini merupakan suatu mata pencaharian utama bagi para perajin disana dan tentunya para pengusaha kerajinan keramik. Hal ini menjadi menarik apabila peneliti dapat melihat bagaimana usaha makro kecil dan menengah (UMKM) ini terus berkembang dari awal usaha ini hingga ada sampai sekarang. Serta dapat melihat jaringan-jaringan sosial yang terbentuk dari kehidupan perajinan keramik tersebut sebagai suatu cara agar usahanya dapat terus berkembang atau bahkan lebih maju.Serta dapat mengetahui jaringan sosial yang mengawali ataupun mendasari berdirinya industri kerajinan tersebut dan membuat kerajinan ini masih tetap berkembang hingga sekarang. 1.2 RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang permasalahan yang sudah di paparkan diatas, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah yang dapat mencakup keseluruhan masalah penelitiaan yaitu : “Bagaimana jaringan perajin keramik dan perkembangan usaha kerajinan hingga sekarang? 5

1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian sebagai berikut : 1.

Untuk mengetahui mekanisme terbentuknya jaringan sosial para pengusaha, pengusaha-perajin dan perajin dapat berkembang hingga saat ini.

2.

Untuk mengetahui jaringan sosial yang ada berkaitan dengan perkembangan usaha mereka.

1.4MANFAAT PENELITIAN Selain tujuan penelitian di atas, juga terdapat manfaat dari penelitian ini. Antara lain : 1. Memberikan analisis serta gambaran tentang bagaimana jaringan sosial yang terdapat diantara para pengusaha kerajinan keramik. 2. Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang mengungkap tentang jaringan usaha perajin keramik. 3. Memberikan masukan kepada pihak terkait agar dapat memberikan kebijakan yang tepat bagi para perajin keramik.

6

1.5 KERANGKA TEORI 1.5.1 Teori Jaringan Analisis jaringan lebih ingin mempelajari keteraturan individu atau kolektivitas berperilaku ketimbang keteraturan keyakinan tentang bagaimana mereka seharusnya berperilaku. Karena itu pakar analisis jaringan mencoba menghindarkan penjelasan normatif dari perilaku sosial. Mereka menolak penjelasan non struktural yang memperlakukan proses sosial sama dengan penjumlahan ciri pribadi aktor individual dan norma tertanan. Hubungan ini berlandaskan gagasan bahwa setiap aktor (individual atau kelompok) memiliki akses berbeda terhadap sumber daya yang menilai (kekayaan, kekuasaan, informasi). Akibatnya adalah bahwa sistem yag berstruktur cenderung tersratifikasi, komponen tertentu tergantung pada komponen lain. Jaringan sosial merupakan suatu jaringan tipe khusus, dimana “ikatan” yang menghubungkan satu titik ke titik lain dalam jaringan adalah hubungan sosial. Terlihat pada jenis ikatan ini, maka secara langsung atau tidak langsung yang menjadi anggota suatu jaringan sosial adalah manusia (person). Jaringan sosial tidak hanya beranggotakan pada satu individu, namun dapat juga berupa sekumpulan orang yang mewakili titik –titik seperti yang dikemukakan sebelumnya, jika tidak harus satu titik mewakili satu orang, misalnya organisasi, instansi, pemerintah atau negara. Jaringan sosial menjadi sangat penting di dalam masyarakat karena di dunia ini bisa dikatakan bahwa tidak ada manusia yang tidak menjadi bagian dari 7

jaringan-jaringan hubungan sosial dari manusia lainnya. Walaupun begitu manusia tidak selalu menggunakan semua hubungan sosial yang dimilikinya dalam mencapai tujuan-tujuannya, tetapi disesuaikan dengan ruang dan waktu atau konteks sosialnya (Agusyanto, 2007:30). Barnes (1954) diangap sebagai perintis dari pengertian jaringan sosial. Analisis jaringan atau teori jaringan sosial merupakan studi tentang cara struktur sosial dari hubungan-hubungan sekitar seseorang, kelompok, atau organisai mempengaruhi keyakinan-keyakinan atau perilaku-perilaku. Tekanan-tekanan kausal melekat dalam struktur sosial. Teori jaringan (network theory) melihat manusia memiliki jejaring interaksi karena adanya kesamaan norma dan nilai, yang terjadi dari proses sosialisasi dari stuktur sosial.Teori ini berfokus kepada bagaimana kebudayaan dan juga sosialisasi membentuk normadan nilai dalam suatu kelompok sosial dan pada tahap selanjutnya setiap individu yang menjadi anggotanya terinternalisasi oleh norma dan nilai tersebut. 2 Jaringan merupakan hubungan kerja antara satu orang dengan orang lain yang diikat dengan kepercayaan. Francis Fukuyama dalam bukunya memandang jaringan sebagai hubungan moral kepercayaan. Jaringan yang dimiliki seseorang merupakan bagian dari hubungan dan norma yang lebih luas yang memungkinkan orang-orang mencapai tujuan-tujuan mereka dan juga mengikat masyarakat bersama.3 Keanggotaan dalam jaringan dipengaruhi oleh kesamaan nilai, perasaan

2

Diunduh http://teddymagister.blogspot.com/teorijaringansosial/ diakses pada tanggal 26 Februari 2014

8

simpati dan kewajiban, serta oleh norma pertukaran dan civic engagement yang dimiliki, sehingga mereka lebih cenderung bekerja sama untuk mecapai tujuan bersama.4 Setiap interaksi dilakukan di dalam suatu kelompok sosial pada akhirnya akan membentuk suatu keseimbangan struktrur sosial. Hal inilah yang pada gilirannya membentuk suatu identitas bersama pada suatu kelompok sosial dalam sebuah struktur sosial. Dalam melihat suatu kohesi dalam sebuah kelompok sosial, Mizruchi menjelaskan dapat ditinjau dari dua analisa, yaitu analisa subjektif dan analisa objektif. Dalam analisa subjektif melihat bahwa kohesi dibutuhkan oleh setiap anggota sebagai identitas bersama. Sedangkan, dalam analisa objektif, melihat solidaritas berada di luar kesadaran manusia, atau dalam bahasa Durkheim, adalah sebagai fakta sosial. Menurut Granoveter hubungan (jaringan) itu terjadi berlandaskan gagasan, bahwa aktor (individu atau kolektifitas) berada pada stratifikasi yang berbeda sehingga mempunyai akses yang berbeda pula terhadap sumber daya bernilai (kekayaan, kekuasaan, informasi). Distribusi yang timpang dari sumber daya yang terbatas akan menimbulkan baik itu kerjasama maupun kompetisi, yang mana beberapa kelompok akan bergabung untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas itu dengan bekerjasama. Akibatnya pada sistem yang strukturnya

4

Francis Fukuyama. Trust : Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran.Yogyakarta : Qalam

9

cenderung terstratifikasi, komponen tertentu akan tergantung pada komponen yang lain (Ritzer & Goodman, 2008). Granovetter juga menilai jaringan sosial didalam kehidupan ekonomi sebagai tindakan yang terlekat, karena diekspresikan dalam interaksi dengan orang lain, cara seseorang terlekat dalam jaringan hubungan sosial akan menentukan banyaknya tindakan sosial dan jumlah dari hasil intitusional. Keterlekatan itu sendiri muncul dari proses hubungan antar individu dari aktoraktor yang

didasari oleh kepercayaan, dimana kepercayaan itu akan terus

menerus dilihat dan ditafsirkan. Melalui jaringan sosial, idividu-individu ikut serta dalam tindakan resiprositas, dan melalui hubungan ini akan diperoleh kesempatan “dapat bagian”, informasi baru dan sumber daya. 5 Variasi jaringan sosial membantu menentukan kegunaan jaringan untuk individu atau kelompok individu tersebut. Bentuk jaringan ini dapat dilihat pada ikatan-ikatan yang terbentuk oleh adanya jaringan sosial. Menurut Granovetter (Ritzer, 2010 : 470), membedakan tentang ikatan lemah dan kuat, “ikatan kuat” misalnya, kaitan antara orang dengan teman-teman dekat dan kerabat mereka , “ikatan lemah”, kaitan orang dengan kenalannya. Granovetter menjelaskan bahwa ikatan yang lemah bisa menjadi sangat penting. Contoh ikatan lemah antar dua aktor dapat membantu sebagai jembatan antara dua kelompok yang kuat ikatan internalnya, tanpa adanya dua kelompok seperti itu, kedua kelompok mungkin akan terisolasi secara total. Isolasi ini 5

http://sosbud.kompasiana.com/2012/06/20/contoh-makalah-keterlekatan-ekonomi-terhadapkehidupan-sosial-471252.html, diakses pada 26 Februari 2014

10

selanjutnya dapat menyebabkan sistem sosial semakin terfragmentasi. Seorang individu tanpa ikatan lemah akan merasa dirinya terisolasi dalam sebuah kelompok yang ikatannya sangat kuat dan akan kekurangan informasi tentang apa yang terjadi di kelompok lain maupun dalam masyarakat lebih luas. Meski Granoveter menekankan pentingnya ikatan lemah, ia segera menjelaskan bahwa ikatan yang kuat pun mempunyai nilai. Misalnya orang yang memiliki ikatan yang kuat memiliki motivasi lebih besar untuk saling membantu dan lebih siap membantu satu sama lain. Jaringan sosial dalam lingkaran pengusaha keramik di desa Klampok terbentuk akibat adanya interaksi sosial yang terjadi secara terus menerus yang kemudian menjadikantindakan yang terlekat diantara para pengusaha serta perajin di Desa Klampok , cara seseorang terlekat dalam jaringan hubungan sosial akan menentukan banyaknya tindakan sosial dan jumlah dari hasil intitusional. Keterlekatan itu sendiri

muncul dari proses hubungan antar pengusaha dan

perajin di Desa Klampok yang didasari oleh kepercayaan, dimana kepercayaan itu akan terus menerus dilihat dan ditafsirkan. Melalui jaringan sosial, para pengusaha dan perajin tentunya dapat menguatkan usaha mereka agar tetap berkembang dan melalui hubungan ini akan diperoleh kesempatan “dapat bagian”, informasi baru dan sumber daya. Oleh sebab itu teori jaringan ini membantu peneliti melihat lebih jauh fungsi dan juga kendala dari adanya jaringan sosial yang membuat usaha mereka berkembang hingga saat ini.

11

1.5.2 Konsep Keterlekatan (embeddedness) Konsep keterlekatan (embeddedness) pertama kali diungkapkan oleh Karl Polanyi (1944) dalam bukunya yang berjudul ‘The Great Transformation’. Transformasi merupakan sebuah perubahan dalam motif tindakan para anggota masyarakat: motif substensi harus digantikan dengan motif keuntungan (Karl Polanyi, 1944, 56). Adanya sistem pasar yang terjadi dalam transformasi sosial , keberlangsungan dari sistem pasar tersebut harus dibiarkan tanpa adanya campur tangan dari luar dimana yang disebut dengan ekonomi pasar. Ekonomi pasar merupakan sebuah sistem pasar yang mampu mengatur dirinya sendiri. Menurut Polanyi (1944), pengaturan ekonomi masyarakat tertanam dalam hubungan – hubungan sosialnya. Dia tidak bertindak demi menjaga kepentingan individualnya dalam hal kepemilikan barang-barang material melainkan dia bertindak demi mengamankan kedudukan sosial, hak-hak sosial dan aset-aset sosialnya6.

“The outstanding discovery of recent historical and anthropological research is that man’s economy, as a rule, is submerged in his social relationships. He does not act so as to safeguard his individual interest in the possession of material goods; he acts so as to safeguard his social standing, his social claims, his social assets.” (Polanyi, 1944:46) Pemeliharaan terhadap ikatan-ikatan sosial, di sisi lain sangatlah penting. Pertama, karena dengan mengabaikan aturan kehormatan yang disepakati, individu telah melepaskan dirinya dari masyarakat dan menjadi orang yang terbuang; kedua, karena dalam jangka panjang semua kewajiban sosial bersifat timbal balik (reciprocal), dan pemenuhan kewajiban-kewajiban tersebut juga 6

Diunduhdari http://mantrikarno.wordpress.com/2008/11/22/the-great-transformation-karlpolanyi/, diakses pada tanggal26Februari 2014

12

melayani kepentingan- kepentingan individu untuk saling memberi dan menerima secara maksimal. Tindakan ekonomi merupakan suatu situasi yang bersifat sosial yang tercermin pada interaksi sosial di dalam jaringan (social networks) dimana setiap kepentingan antar aktor – aktor ekonomi bertemu dan melakukan suatu transaksi. Karl Polanyi menjelaskan konsepnya mengenai ‘The Theory of Embeddedness’, dimana teori ekonomi saat ini hanya melihat tindakan ekonomi sebagai ‘individual

atomized’,

padahal

sesungguhnya

tindakan

ekonomi

sangat

dipengaruhi oleh relasi individu dan keberadaan struktur sosial serta budaya yang mempengaruhi tindakan rasionalitasnya. Sehingga tindakan ekonomi merupakan bagian dari proses sosial. Konsep

keterlekatan

diajukan

oleh

Granovetter

(1985)

untuk

menjelaskan perilaku ekonomi dalam hubungan sosial. Konsep keterlekatan merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung di antara para aktor. Adapun yang dimaksud dengan jaringan hubungan sosial ialah sebagai suatu rangkaian hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang sama diantara individu-individu atau kelompok – kelompok. Adapun yang dimaksudkan jaringan hubungan sosial ialah sebagai “suatu rangkaian hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang

13

sama di antara individu – individu atau kelompok – kelompok” (Granovetter dan Swedberg, 1992 : 9).7 Pada konteks penelitian ini, tentunya para pengusaha keramik yang pada awalnya adalah orang yang belum memounyai ketrampilan apapun kemudian memiliki ketrampilan membuat kerajinan keramik oleh karena itu mereka para pengusaha serta perajin melalukakan interaksi yang terus menerus dalam suatu hubungan ekonomi yang membuat mereka terlekat dalam suatu jaringan sosial yang terbentuk dalam lingkaran usaha kerajinan keramik di desa Klampok . 1.6 Kajian Pustaka Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian peneliti melakukan beberapa kajian pustaka mengenai penelitian yang terkait dengan perajin kerajinan keramik yang dijadikan referensi oleh peneliti nantinya dalam melakukan penelitian ini. Penelitian tentang jaringan sosial yang terbentuk didalam masyarakat sudah dilakukan oleh beberapa peneliti.Engky Permata Djawas (2005) dalam skripsi yang berjudul ‘Relasi Sosial Pedagang Salak di Desa Bangun Kerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta’ menuliskan bahwa relasi sosial yang terbangun dari tindakan pedagang salak pondoh bukan hanya tindakan ekonomi, tetapi di dalamnya berkembang aspek-aspek sosial dan kebudayaan, aspek kepercayaan dan keagamaan dan aspek tradisi. Munculnya pedagang salak

7

Diunduh dari http://sosbud.kompasiana.com/2012/06/20/contoh-makalah-keterlekatan-ekonomiterhadap-kehidupan-sosial-471252.html, diakses pada 26 Februari 2014

14

pondoh adalah sebuah fenomena sosial yang menarik untuk diteliti, terkait dengan pola-pola interaksi sosial dan ekonomi yang melahirkan sebuah bentuk relasi sosial yang khas. Pencermatan ini didasari oleh pemikiran untuk mengerti dan memahami perdagangan kecil atau yang lebih dikenal dengan perdagangan subsisten yang menggunakan srategi keberlangsungan hidup melalui relasi sosial pedagang salak pondoh, dimana perdagangan dalam konteks pedesaan tidak hanya dimotivasi oleh tujuan-tujuan ekonomi yang beresensi untuk tercapainya kebutuhan rumah tangga, tetapi juga oleh nilai-nilai tradisional yang masih dijaga sebagai basis interaksi saat dan tujuan esensial perdagangannya adalah tercapainya kepuasan kebutuhan rumah tangga. Dalam hasil penelitian yang lainnya yaitu penelitian mengenai Modal Sosial dan penguatan industri kecil oleh Dewi Cahyani Puspitasari ini mengambil konteks pada Masyarakat Perajin Genteng di desa Sidoluhur, Godean, Yogyakarta.Usaha kecil perajin genteng ini dikembangkan secara turun temurun hal ini menjadi menarik untuk dikaji melalui kacamata modal sosial sebagai bagian dari modal komonitas perajin genteng. Layaknya suatu usaha atau bisnis yang menginkankan adanya profit atau keuntungan serta sarat dengan persaingan tetapi didalam kehidupan perajin genteng ini masih terdapat kearifan lokal dalam aktivitas ekonomi tersebut. Potensi modal sosial yang ada digunakan sebagai salah satu solusi dari berbagai masalah yang ada didalam usaha kecil ini.Penekanan masalah pokok dalam penelitiaan ini menekankan pada bagaimana mekanisme yang terbentuk diantara perajin genteng melalui faktor non-ekonomis berupa modal sosial ini berproses sebagai strategi bertahan hidup untuk penguatan 15

usaha.Hasil dari penelitian ini menunjukan proses pembentukan modal sosial dapat ditinjau dari sisi historis dan dimensi modal sosial. Tinjauan ini dapat dilihat dari sisi sejarah pada fase pertumbuhan usaha kecil perajin genteng yang mulanya hanya usaha milik keluarga menjadi usaha tingkat dusun hingga kecamatan.Untuk dimensi sosial dijelaskan faktor-faktor yang berperan aktif dalam pembentukan modal sosial yaitu dimensi kultural (norma dan nilai sosial),kepercayaaan, timbal balik, jaringan sosial dan tindakan sosial.Peran yang dimunculkan modal sosial inilah menjadikan perajin genteng diGodean khususnya di wilayah dusun Berjo dan Kunden tetap mampu eksis ditengah dinamika usaha saat ini yang sangat kompetitif. Kedua penelitian tersebut membantu penulis dalam membuat kerangka berfikir awal dalam pemeltian serta membantu membuat gambaran awal meneganai wilayah atau daerah penelitian yang penulis teliti. 1.7 Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti termasuk dalam kategori penelitian kualitatif, pemilihan metode kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui, mempelajari dan memahami tindakan yang dilakukan para perajin keramik di Desa Klampok berupa jaringan sosial yang membantu berkembangnya industri mereka ditengah berbagai kendala yang muncul dan berpengaruh baik negatif atau positif terhadap industri mereka.Oleh karena hal tersebut diperlukan pendekatan secara menyeluruh dan mendalam karena suatu fenomena sosial tidak mungkin dijelaskan dengan angka-angka atau statistik saja. 16

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata atau lisan maupun tertulis dari objek yang diamati. Penelitian kualitatif yang peneliti lakukan adalah studi kasus. Studi Kasus merupakan bentuk penelitian yang meneliti fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatasi, meskipun batas-batas antara fenomena dan konteks tidak sepenuhnya jelas. Kasus tersebut dapat berupa individu, organisasi, karakteristik atau atribut dari individu-individu, peristiwa atau insiden tertentu, dan sebagainya.Studi kasus terbagi menjadi 3 tipe, yaitu: 1. Studi kasus intrinsik, penelitian dilakukan karena ketertarikan atau kepedulian pada suatu kasus khusus guna memahami secara utuh kasus tersebut tanpa harus dimaksudkan untuk menghasilkan konsepkonsep/teori ataupun tanpa ada upaya menggeneralisasi. 2. Studi kasus instrumental, penelitian pada suatu kasus unik tertentu guna memahami isu dengan lebih baik, dan juga guna mengembangkan dan memperhalus teori. 3. Studi kasus kolektif/majemuk/komparatif, suatu studi kasus instrumental yang diperluas sehingga mencakup beberapa kasus. Tujuannya adalah untuk mempelajari fenomena/populasi/kondisi umum dengan lebih mendalam.

Tipe studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus Intrinsik, yaitu penelitian dilakukan karena ketertarikan atau kepedulian pada suatu kasus khusus guna memahami secara utuh kasus tersebut tanpa harus dimaksudkan untuk menghasilkan konsep-konsep/teori ataupun tanpa ada upaya menggeneralisasi

17

Dalam memahami suatu fenomena sosial atau masalah dalam penelitian diperlukan berbagai cara serta pendekatan yang sesuai dengan fenomena atau permasalahan yang menjadi fokus penelitian tersebut. Pertimbangan dalam menentukan pendekatan sangat diperlukan bagi tercapainya pemahaman terhadap suatu permasalahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan dalam kehidupan perajin keramik di desa Klampok dan perkembangan usaha kerajinan keramik tersebut.Pendekatan studi kasus intrinsik yang digunakan dalam penelitian ini karena peneliti berusaha mengamati situasi yang terjadi ditempat penelitian secara sistematis dan terfokus. Dengan menggunakan studi kasus intrinsikini peneliti tidak hanya mengumpulkan data dan menyusun data, akan tetapi juga menganalisis serta mengiterpresikan data yang ada. Dengan demikian metode penelitian ini dapat memberikan informasi yang memadai sesuai dengan tujuan penelitian. Di Desa Klampok yang awal mula mayoritas warga desanya bekerja pada sektor pertanian, kemudian muncul suatu jenis mata pencaharian baru yang dibawa oleh bapak Kandar. Bapak Kandar sendiri merupakan seorang guru yang diberi kesempatan belajar keramik di Bandung, setelah itu beliau mendirikan usaha keramik Meandallai, hal inilah yangmerubah Desa Klampok menjadi suatu daerah industri kreatif yang ada di Kabupaten Banjarnegara. Industri kreatif ini dapat berkembang di klampok berkat usaha dari pak Kandar yang memanfaatkan sumber daya manusia warga desanya untuk mengembangkan usaha keramiknya pada saat itu, sehingga membuat usaha ini dapat berkembang dimasyarakat desa Klampok. Kerajinan keramik klampok merupakan suatu fenomena sosial karena 18

mampu menjadikan desa Klampok menjadi salah satu industri kreatif di Banjarnegara. Dari kekhasan industri kreatif kerajinan keramik inilah yang membuat para pelaku usahanya mampu berkembang hingga saat ini. Kekhasan industri kreatif yang ada di Desa Klampok ini juga menjadi salah satu alasan peniliti tertarik untuk meneliti kekhasan yang ada pada jaringan usaha yang terbentuk disana dan kaitannya dengan perkembangan usaha kerajinan keramik hingga saat ini. 1.7.1 Jenis Penelititian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis studi kasus intrinsik. Studi kasus intrinsik (intrinsic case study) adalah penelitian yang dilakukan pada suatu kasus yang memiliki kekhasan dan keunikan yang tinggi. Fokus penelitian ini adalah pada kasus itu sendiri, baik sebagai lokasi, program, kejadian atau kegiatan. Penelitian studi kasus intrinsik ini memiliki proses kajian yang lebih terperinci kepada kasus dan kaitannya dengan lingkungan disekitarnya secara terintegrasi dan apa adanya. Lebih khusus lagi, penelitian studi kasus intrinsik merupakan penelitian yang sangat terikat pada konteksnya, atau dengan kata lain sangat terikat pada lokusnya (site-case).8 Bentuk dari penelitian ini ditujukan untuk lebih memfokuskan terhadap fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia agar sistematis dan terfokus. Penelitian ini merupakan metode penelitian

8

http://penelitianstudikasus.blogspot.com/2010/05/jenis-jenis-penelitian-studi-kasus.html, diakses pada 28 Maret 2014

19

yang berusaha memfokuskan obyek secara sistematis sesuai dengan data yang ada9. Dalam penelitian ini, pendekatan intrinsik digunakan untuk menganalisis bagaimana para perajin keramik Klampok dapat mengembangkan jaringan usaha kerajinanya, yang debgan kekhasan mereka yaitu keramik agar usahanya ini dapat terus berkembang. 1.7.2 Daerah Penelitian Alasan pemilihan desa Klampok sebagai daerah penelitian karena peneliti sudah cukup paham mengenai daerah tersebut sehinngga hal tersebut dapat membantu peneliti dalam melakukan penelitian nantinya. Daerah sentra kerajinan ini merupakan arti penting bagi pemerintah setempat khususnya bagi marga daerah setempat. 1.7.3 Jenis data Jenis data ini dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah di atas. Ada dua jenis data yang dibutuhkan, yaitu : 1. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh dari informan secara langsung yang terkait dalam penelitian. Menurut Keller, dkk (Silalahi, 2010:289) data primer adalah data yang dikumpulkan dari situasi aktual ketika peristiwa terjadi. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan melihat keadaan yang terjadi di desa Purwareja Klampok mengenai keberadaaan usaha kerajinan keramik serta dari

9

. Aries, Erna. 2010. Design Action Research. Malang: Aditya Media Publishing.

20

data hasil wawancara melalui key person ketua Asosiasi Pengusaha Kerajinan Keramik ( ASKRI ) yang kemudian berlanjut kepada para pengusaha yang lain. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang tersimpan dalam arsip yang biasanya terbuka untuk umum atau peneliti, seperti arsip-arsip penting yang dikumpulkan oleh negara.Data sekunder juga meliputi buku-buku, pamlet, brosur, buletin, laporan hasil-hasil penelitian baik cetak maupun elektronik dan juga catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman

dan

kepercayaannya. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan meramalkan. 1.7.3

Metode Pengumpulan Data

Menurut Lofland dan lofland (1984:47) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu, pada bagian ini jenis datanya dibagi kedalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik. Dalam pelaksanaan penelitian kualitatif, salah satu tahap yang harus dilakukan adalah tahap pengumpulan data, Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

21

1. Observasi Menurut Marshal dan Rossman (1989:79) dalam Sutinah (2010:172) yang dimaksud Observasi atau pengamatan adalah deskripsi secara sistematis tentang kejadian dan tingkah laku dalam setting sosial yang dipilih untuk diteliti. Pengamatan dapat bervariasi mulai dari yang sangat terstruktur dengan catatan rinci mengenai tingkah laku sampai dengan deskripsi yang paling kabur tentang kejadian dan tingkah laku. Proses ini dilakukan agar peneliti bebaar-benar memahami kondisi yang sebenarnya didesa Klampok, maka setelah dilakukan pengamatan kemudian sedikit mencatat kegiatan sehari-hari para perajin. Dalam penelitian ini, observasi dilalukan secara terus menerus. Proses observasi dilakukan agar peneliti benar-benar memahami kondisi yang sebenarnya di desa Klampok, maka setelah peneliti melakukan pengamatan kemudian mencatat kegiatan yang dilakukan oleh perajin.Terkait dengan tema penelitian, peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan atau aktifitas para perajin dalam usaha kerajinan keramik untuk menghasilkan suatu produk , yang dimulai dari aktifitas produksi, pemasaran hasil produksi, jaringan yang terbentuk akibat adanya aktifitas produksi antar perajin tersebut, karena hal tersebut merupakan hal yang sangat berharga untuk peneliti dalam menganalisis aktivitas keseharian perajin. 2. Wawancara Mendalam (Indepth Interview) Wawancara mendalam (indepth interview) adalah teknik pengumpulan data yang didasarkan pada percakapan secara intensif dengan suatu tujuan 22

(Marshall dan Rossman 1989:82 dalam Sutinah 2010:172). Dalam hal ini melakukan wawancara mendalam, pertanyaan yang kaku haruslah dihindari, sebaliknya disarankan membuat pertanyaan yang bersifat umum berdasarkan substansi setting atau berdasarkan kerangka konseptual. Lincoln dan Guba (1985:266 dalam Lexi J. Moleong,hlm 186), wawancara dimaksudkan untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lainnya. Wawancara dilakukan oleh peneliti sebagai bentuk komunikasi langsung dalam hubungan tatap muka melalui hubungan tanya jawab. Pendekatan wawancara yang digunakan adalah dengan menggunakan petunjuk wawancara yang berisi petunjuk garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar fokus penelitian dapat tercapai tujuannya. 3 . Teknik Pengumpulan Informan Pemilihan informan ini difokuskan pada perajin serta pengusaha kerajinan keramik didesa Purwareja Klampok. Untuk proses pengumpulan informan, peneliti memfokuskan pada pengusaha kerajinan kramik desa Purwareja Klampok. Pengambilan informan ini dilakukan dengan memanfaatkan seorang informan yang dianggap sebagai key person untuk mencari data atau informasi dari informan berikutnya hingga data yang diharapkan dapat diperoleh dan dianggap cukup. Informan yang digunakan dari penelitian ini berjumlah 6 dengan rincian 1 perajin-pengusaha, 2 pengusaha dan 3 perajin.

23

Peneliti memilih keypersonketua ASKRI desa Purwareja Klampok dikarenakan informan tersebut mempunyai infornasi kunci yang dapat menunjukan informan selanjutnya sesuai dengan kebutuhan penelitian. Dari ketua ASKRI desa Purwareja Klampok ini, selanjutnya dapat diperoleh pengusahapengusaha yang sesuai dengan kriteria peneliti. 1.8 Analisis Data Analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (Miles & Huberman, 1992). 1.

Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Sebagaimana kita ketahui, reduksi data berlangsung

terus-menerus

selama

proyek

yang

berorientasi

kualitatif

berlangsung. Reduksi data ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun. Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis, ia merupakan bagian dari analisis. Pilihan-pilihan peneliti tentang bagian data mana yang dikode, mana yang dibuang, pola-pola mana yang meringkas sebagian yang tersebar, cerita-cerita apa yang sedang berkembang, semuanya itu merupakan pilihan-pilihan analitis. Reduksi merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang

24

yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Pemilihan data sudah dimulai sejak peneliti mengambiltentang pemilihan kasus, pertanyaan yang diajukan dan tentang tata cara pengumpulan data yang

dipakai

pada

saat

pengumpulan

data berlangsung. Setelah

pengumpulan data selesai, kemudian data dipilah sesuai dengan kebutuhan yang di perlukan terkait dengan jaringan usaha perajin dan pengusaha kerajinan keramik klampok. 2. Penyajian Data Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data, penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian, kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan- lebih jauh, menganalisis atau kah mengambil tindakan-berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut. Penyajian yang paling sering digunakan pada data kualitatif adalah bentuk teks naratif. 3. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Dari data yang didapat, data primer maupun sekunder, serta 25

hasil observasi maupun wawancara, data kemudian diolah dan dianalasis sesuai dengan teori yang digunakan, barulah ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulankesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung, makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya yang merupakan validitasnya.

26