1 BAGIAN I : PENDAHULUAN A. PENGERTIAN PENELITIAN KUALITATIF

Download BAGIAN I : PENDAHULUAN. A. Pengertian Penelitian Kualitatif. Penelitian Kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menggunakan data de...

0 downloads 742 Views 729KB Size
BAGIAN I : PENDAHULUAN A. Pengertian Penelitian Kualitatif. Penelitian Kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. Karakteristik penelitian kualitatif adalah datanya dinyatakan dalam keadaan kewajaran atau sebagimana adanya ( natural setting) dengan tidak dirubah dalam bentuk simbol atau bilangan, sedangkan perkataan penelitian pada dasarnya berarti rangkaian kegiatan atau proses pengungkapan rahasia sesuatu yang belum diketahui dengan mempergunakan cara bekerja atau metode yang sistematis, terarah dan dapat dipertanggungjawabkan. Metode penelitian kualitatif sering disebut sebagai metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natur setting) dengan memperhatikan situs-situs lokasi penelitian dengan data kualitatif, tidak menggunakan model matematik statistic dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian dan peneliti tidak menggunakan angka dalam mengumpulkan data tetapi memberikan penafsiran. Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller dalam (Lexy J. Moleong, 2002) pada mulanya bersumber

1

pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kualitatif. Pengamatan kualitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu. Untuk lebih memahami arti dari pada penelitian kualitatif perlu kiranya dikemukakan beberapa definisi. 1. Bongdan dan Taylor mendefinisikan metedologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang mengahasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 2. Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. (Lexy J. Moleong, 2002). 3. Anselm Strauss dan Juliet Corbin (2003) penelitian kualitatif diartikan sebagai jenis penelitian yang temuantemuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Berdasarkan beberapa definisi tentang arti penelitian kualitatif yang diuraikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa: a. penelitian kualitatif adalah penelitian yang berdasarkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis

2

atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati. b. penelitian kualitatif dalam pengumpulan datanya secara fundamental sangat tergantung pada proses pengamatan yang dilakukan oleh peneliti itu sendiri. c. penelitian kualitatif temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk heterogen lainnya. Metodologi penelitian merupakan sesuatu yang berusaha membahas konsep teoristik berbagai metode, kelebihan dan kelemahan-kelemahannya yang dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yanng akan digunakan. Dalam hal ini metode lebih bersifat teknis pelaksanaan lapangan sedangkan metodologi lebih pada uraian filosofis dan teoritisnya. Oleh karena itu penetapan sebuah metodologi penelitian mengandung implikasi inheren di dalam diri filsafat yang dianutnya, sebab filsafat ilmu yang melandasi berbagai metodologi penelitian yang ada. Dengan mengetahui metodologi penelitian yang digunakan, filsafat ilmu dan kajian teoritisnya, kelemahan dan kelebihannya diharapkan akan mampu memberikan kesesuaian metodologi dengan fokus masalah penelitian. Objek penelitian kualitatif adalah seluruh bidang/aspek kehidupan manusia, yakni manusia dan segala sesuatu yang dipengaruhi manusia. Objek itu diungkapkan kondisinya sebagaimana adanya atau dalam keadaan sewajarnya (natural

3

setting), mungkin berkenaan dengan aspek/bidang kehidupannya yang disebut ekonomi kebudayaan, hukum, administrasi, agama dan sebagainya. Data kualitatif tentang objeknya dinyatakan dalam kalimat, yang pengolahannya dilakukan melalui proses berpikir (logika) yang bersifat kritik, analitik/sintetik dan tuntas. Penelitian kualitatif menuntut keteraturan, ketertiban dan kecermatan dalam berpikir, tentang hubungan data yang satu dengan data yang lain dan konteksnya dalam masalah yang akan diungkapkan. Ada beberapa alasan penggunaan penelitian kualitatif: 1. Untuk menanggulangi banyaknya informasi yang hilang seperti yang dialami oleh penelitian kuantitatif, sehingga intisari konsep yang ada dalam data tidak dapat diungkap secara benar, 2. Untuk menanggulangi kecenderungan menggali data empiris dengan tujuan membuktikan kebenaran hipotesis berdasarkan berpikir deduktif seperti dalam penelitian kuantitatif. 3. Untuk menanggulangi kecenderungan pembatasan variabel yang sebelumnya, seperti dalam penelitian kuantitatif padahal permasalahan dan variabel dalam masalah sosial sangat kompleks. 4. Untuk menanggulangi adanya indeks-indeks kasar seperti dalam penelitian kuantitatif yang menggunakan pengukuran enumirasi (perhitungan) empiris, padahal

4

inti sebenarnya berada pada konsep-konsep yang timbul dari data. 5. Karena pengalaman dan spesialisasi seorang ahli, misalnya yang latar belakang ilmunya adalah antroplogi atau filsafat biasanya dianjurkan untuk menggunakan metode kualitatif dalam mengumpulkan dan menganalisis data. 6. sifat dari masalah yang diteliti, artinya untuk mengungkap masalah yang berkenaan dengan pengalaman seseorang ketika menghadapi fenomen tertentu ( seperti ketagihan obat, sakit menjelang kematian dsb) lebih cocok digunakan metode kualitatif. Selain itu metode ini juga sesuai bila kita hendak mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui, karena metode kualitatif dapat memberikan rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif. Desaign sebuah penelitian merupakan bagian dari perencanaan penelitian yang menunjukkan usaha peneliti dalam melihat apakah penelitian yang direncanakan telah memiliki validitas internal dan validitas eksternal yang komprehensif. Pada penelitian kualitatif, bentuk desain penelitian dimungkinkan bervariasi karena sesuai dengan bentuk alami penelitian kualitatif itu sendiri yang mempunyai sifat emergent dimana phenomena muncul sesuai dengan prinsip alami yaitu pehenomena apa adanya

5

sesuai dengan yang dijumpai oleh seorang peneliti dalam proses penelitian dilapangan. Penelitian kualitatif dapat dipandang juga sebagai penelitian partisipatif yang desain penelitiannya memiliki sifat fleksibel atau dimungkinkan untuk diubah guna menyesuaikan dari rencana yang telah dibuat, dengan gejala yang ada pada tempat penelitian yang sebenarnya. Oleh karena seorang peneliti belum mengetahui tentang responden dan apa yang akan ditanyakan kepada mereka, maka mereka diperbolehkan melakukan perubahan. Dalam penelitian kualitatif, bacaan yang luas dan up to date merupakan syarat mutlak yang perlu dilakukan oleh seorang peneliti guna mendalami teori yang relevan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan. Berdasarkan pembahasan dan uraian di atas, maka secara hakikat keilmuan, karakteristik penelitian kualitatif dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Secara ontologis, penelitian kualitatif memandang realita terbentuk dari hakikat manusia sebagai subyek yang mempunyai kebebasan menentukan pilihan berdasarkan sistem makna individu. Oleh karena itu, fenomena sosial, budaya dan tingkah laku manusia tidak cukup dengan merekam hal-hal yang tampak secara nyata, melainkan juga harus mencermati secara keseluruhan dalam totalitas dengan konteksnya.

6

Hal ini perlu dilakukan karena tingkah laku sebagai fakta tidak dapat dilepaskan atau dipisahkan begitu saja dari konteks yang melatarbelakanginya, serta tidak dapat disederhanakan ke dalam hukum-hukum tunggal yang bebas nilai dan bebas konteks. Subyek penelitian kualitatif adalah tingkah laku manusia sebagai individu yang menjadi anggota masyarakat. Di sini ditekankankan perspektif pandangan sosio-psikologis, yang sasaran utamanya adalah pada individu dengan kepribadiannya dan pada interaksi antara pendapat internal dan eksternal tingkah laku seseorang terhadap latar belakang kehidupan sosialnya. Para peneliti kualitatif meyakini bahwa di dalam masyarakat terdapat keteraturan yang terbentuk secara alami seiring dengan perjalanan sejarah, yang dilatarbelakangi oleh nilai-nilai tertentu. Oleh karena itu, tugas peneliti adalah menemukan kebenaran dibalik keteraturan itu pada umumnya dan khususnya nilai-nilai yang melatar belakanginya, bukan menciptakan atau membuat sendiri batasan-batasannya berdasarkan teori atau aturan yang ada. Jadi, pada hakikatnya penelitian kualitatif adalah satu kegiatan sistematis untuk melakukan eksplorasi atas teori dari fakta di dunia nyata, bukan untuk menguji teori atau hipotesis. Penelitian kualitatif tetap mengakui fakta empiris sebagai sumber

7

pengetahuan tetapi tidak menggunakan teori yang ada sebagai landasan untuk melakukan verifikasi. 2. Secara epistemologis, di dalam penelitian kualitatif, proses penelitian merupakan sesuatu yang lebih penting dibanding dengan hasil yang diperoleh. Karena itu peneliti sebagai instrumen utama pengumpul data merupakan salah satu karakteristik utama penelitian kualitatif. Hanya dengan keterlibatan peneliti dalam proses pengumpulan datalah hasil penelitian dapat dipertanggungjawakan. Khusus dalam proses analisis dan pengambilan kesimpulan, paradigma kualitatif menggunakan induksi analitis dan ekstrapolasi. Induksi analitis adalah satu pendekatan pengolahan data ke dalam konsep-konsep dan kateorikategori, jadi bukan dalam bentuk frekuensi. Untuk mencapai hal tersebut, sarana berpikir yang digunakan tidak dalam bentuk numerik, melainkan dalam bentuk deskripsi bahasa, yang ditempuh dengan cara merubah data ke dalam penjelasan-penjelasan yang bersifat formulatif. Sedangkan ekstrapolasi adalah suatu cara pengambilan kesimpulan yang dilakukan secara simultan pada saat proses induksi analitis dan dilakukan secara bertahap dari satu makna ke makna lainnya, kemudian dirumuskan suatu pernyataan teoritis. 3. Secara aksiologis, konsep atau teori yang diperoleh dari proses penelitian kualitatif dapat dimanfaatkan untuk

8

membangun kehidupan suatu kelompok masyarakat yang berlandaskan kepada nilai-nilai dasar kehidupan mereka sendiri. Nilai-nilai yang digali melalui interaksi antara peneliti dengan partisipannya dapat menghasilkan teori lokal dan spesifik yang dapat merepresentasikan kehidupan sosial, budaya dan tradisi, yang terkritalisasi melewati sejarah kehidupan individu atau masyarakat yang diteliti. Pemanfaatan nilai-nilai spesifik tentu saja akan sangat sesuai dengan kehidupan individu atau masyarakat yang diteliti. Apabila nilai-nilai yang bersifat lokal dan spesifik tersebut hendak digeneralisasikan dan dimanfaatkan pada lokasi atau kasus yang lain, harus melalui proses khusus yang disebut sebagai transferabilitas. Proses tranferabilitas biasanya dilakukan melalui serangkaian proses dialog teori yang memperbandingkan antara konsep atau teori yang ditemukan dengan teori yang ada dan telah diakui. Melalui proses tersebut, nilai-nilai yang bersifat lokal, spesifik dan kontekstual dapat di dkonfirmasikan terhadap teori-teori general sebagai upaya untuk memberikan ilustrasi kontribusinya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan manfaatnya di dalam pembangunan kehidupan masyarakat secara umum.

9

B. Ciri-Ciri Penelitian Kualitatif 1. Ciri : Latar Alamiah, melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada kontek dari suatu keutuhan. Hal ini dilakukan karena latar alamiah menghendaki adanya kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteknya. 2. Ciri: Manusia sebagai Alat (Instrument), dalam penelitian kualitatif peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Hal ini dilakukan karena jika memanfaatkan alat yang bukan yang manusia dan mempersiapkannya terlebih dahulu sebagai lazim digunakan dalam penelitian, maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada dilapangan. 3. Ciri: Analisis Data secara Induktif, penelitian kualititaif menggunakan analisis data secara induktif. Analisis induktif ini digunakan karena beberapa alasan ; a. proses induktif lebih dapat menemukan kenyataankenyataan ganda sebagai yang terdapat dalam data. b. analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel. c. analisis demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan kepada suatu latar lainnya.

10

4.

5.

6.

7.

8.

d. analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan, dan e. analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik. Ciri : Teori dari Dasar, penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori subtansif yang berasal dari data. Ciri : Deskriptif, data yang dikumpulkan berupa katakata, gambar dan bukan angka-angka. Selain itu semua yang dikumpulkan ada kemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Ciri : Lebih Mementingkan Proses daripada Hasil, peneliti kualitatif lebih banyak mementingkan segi proses dari pada hasil. Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses. Ciri : Adanya Batas yang Ditentukan oleh Fokus, penelitian menghendaki ditetapkanya batas dalam penelitiannya atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian. Ciri : Adanya Kriteria Khusus untuk Keabsahan Data, penelitian kualitatif mendefinisikan validitas, realibilitas dan objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan lazim digunakan dalam penelitian kualitatif.

11

9. Ciri : Desain yang Bersifat Sementara, peneliti kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus yang disesuaikan dengan kenyataan dilapangan. Jadi tidak menggunakan desain yang telah disusun secara ketat dan kaku sehingga tidak dapat diubah lagi. 10. Ciri : Hasil Penelitian Dirundingkan dan Disepakati Bersama, peneliti kualitatif lebih menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sebagai sumber data. Berdasarkan ciri-ciri tesebut diatas dapat dijelaskan lebih lanjut keadaan yang menggambarkan ciri penelitian kualitatif sebagai berikut : a. Dalam penelitian kualitatif data dikumpulkan dalam kondisi yang asli atau alamiah (natural setting) dan peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama pengumpul data yaitu dengan metode pengumpulan data berdasarkan pengamatan dan wawancara, b. Dalam penelitian kualitatif diusahakan pengumpulan data secara deskriptif data yang diperoleh dari penelitian ini berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Artinya lebih mementingkan proses daripada hasil, c. Latar belakang tingkah laku atau perbuatan dicari maknanya, sehingga apa yang ada di balik tingkah laku manusia merupakan hal yang pokok bagi penelitian

12

kualitatif, sehingga menuntut sebanyak mungkin kepada penelitinya untuk melakukan sendiri kegiatan penelitian di lapangan dan menngunakan metode triangulasi secara ekstensif baik tringulasi metode maupun triangulasi sumber data. d. Mengumpulkan dan mencatat data yang sangat rinci mengenai hal-hal yang dianggap bertalian dengan masalah yang diteliti dan menempatkan subjek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti jadi tidak sebagai objek atau yang lebih rendah kedudukannya. e. Sampel dipilih secara purposive( sebngaja) sesuai karakteristik yang ditentukan yang biasanya sampel sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian. C. Jenis-jenis Penelitian Kualitatif Terdapat beberapa jenis penelitian kualitatif, yakni etnografi (ethnography), studi kasus (case studies), studi dokumen (document studies), observasi alami (natural observation), Grounded theory dan Fenomenologi yang masing-masing dapat kita pahami melalui uraian berikut : 1. Etnografi (Ethnography). Etnografi merupakan studi yang sangat mendalam tentang perilaku yang terjadi secara alami di sebuah budaya atau sebuah kelompok sosial tertentu untuk memahami sebuah budaya tertentu dari sisi pandang pelakunya. Para ahli menyebutnya sebagai

13

penelitian lapangan, karena memang dilaksanakan di lapangan dalam latar alami. Peneliti mengamati perilaku seseorang atau kelompok sebagaimana apa adanya tentang ciri khas dan kebiasaan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat. Data diperoleh melalui observasi sangat mendalam sehingga memerlukan waktu berlama-lama di lapangan, wawancara dengan anggota kelompok budaya secara mendalam, mempelajari dokumen atau artifak secara cermat. Tidak seperti jenis penelitian kualitatif yang lain dimana lazimnya data dianalisis setelah selesai pengumpulan data di lapangan, data penelitian etnografi dianalisis di lapangan sesuai konteks atau situasi yang terjadi pada saat data dikumpulkan. Penelitian etnografi bersifat antropologis karena akar-akar metodologinya dari antropologi. Para ahli pendidikan bisa menggunakan etnografi untuk meneliti tentang pendidikan di sekolah-sekolah pinggiran atau sekolah-sekolah di tengah-tengah kota. Artinya etnografi ini lebih terkhusus kepada apa yang menjadi pedoman bagi masyarakat dan dinamikadinamika social yang ada di masyarakat. Etnografi cocok digunakan di bidang pendidikan, karena sekolah-sekolah mempunyai satu ciri khas tersendiri artinya sekolah memiliki kebudayaan tersendiri yang tidak melupakan kebudayaan yang ada didaerah setempatnya.

14

2. Studi Kasus (Case Studies) Studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu dengan tujuan untuk memperoleh diskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah entitas dengan menghasilkan data yang selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan teori. Sebagaimana prosedur perolehan data penelitian kualitatif, data studi kasus diperoleh dari wawancara, observasi, dan arsif. Studi kasus dapat digunakan untuk meneliti bagaimana aspek psikologis siswa yang bermasalah. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu contoh studi kasus yang saat ini banyak di gunakan oleh guru untuk meneliti siswa-siswanya yang dibatasi oleh waktu dan tempat dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa atau individu. a. Pengertian Studi Kasus Menurut Stake (dalam Denzin & Lincoln, 1994), studi kasus tidak selalu menggunakan pendekatan kualitatif, ada beberapa studi kasus yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Stake, dalam membahas studi kasus, akan menekankan pendekatan kualitatif, bersifat naturalistik, berbasis pada budaya dan minat fenomenologi. Studi kasus bukan merupakan pilihan metodologi, tetapi pilihan

15

masalah yang bersifat khusus untuk dipelajari. Misalnya (kasus anak yang sakit), dokter mempelajari anak yang sakit dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif, walaupun catatan dokter lebih bersifat kuantitatif ketimbang kualitatif. Studi kasus adalah suatu bentuk penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan (particularity), dapat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, dengan sasaran perorangan (individual) maupun kelompok, bahkan masyarakat luas. b. Ciri-ciri studi kasus 1. Studi kasus bukan suatu metodologi penelitian, tetapi suatu bentuk studi (penelitian) tentang masalah yang khusus (particular). 2. Sasaran studi kasus dapat bersifat tunggal (ditujukan perorangan /individual) atau suatu kelompok, misalnya suatu kelas, kelompok profesional, dan lain-lain. 3. Masalah yang dipelajari atau diteliti dapat bersifat sederhana atau kompleks (misalnya penyimpangan perilaku dan skizofrenia, dll). 4. Tujuan yang ingin dicapai adalah pemahaman yang mendalam tentang suatu kasus, atau dapat dikatakan untuk mendapatkan verstehen bukan sekedar erklaren (deskripsi suatu fenomena).

16

5. Studi kasus tidak bertujuan untuk melakukan generalisasi, walaupun studi dapat dilakukan terhadap beberapa kasus. Studi yang dilakukan terhadap beberapa kasus bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap, sehingga pemahaman yang dihasilkan terhadap satu kasus yang dipelajari lebih mendalam. c. Kelebihan dan Kelemahan Studi Kasus 1. Kelebihan Studi Kasus a. Studi kasus mampu mengungkap hal-hal yang spesifik, unik dan mendetail yang tidak dapat diungkap oleh studi yang lain dan mampu mengungkap makna di balik fenomena dalam kondisi apa adanya atau natural. b. Studi kasus dapat memberi nuansa, suasana kebatinan dan pikiran-pikiran yang berkembang dalam kasus yang menjadi bahan studi yang tidak dapat ditangkap oleh penelitian kuantitatif yang sangat ketat. 2. Kelemahan Studi Kasus, dari kacamata penelitian kuantitatif, studi kasus dipersoalkan dari segi validitas, reliabilitas dan generalisasi. Namun studi kasus yang sifatnya unik dan kualitatif tidak dapat diukur dengan parameter yang digunakan dalam penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari generalisasi.

17

3. Studi Dokumen (Document Study) Studi dokumen merupakan kajian yang menitik beratkan pada analisis atau interpretasi bahan tertulis berdasarkan konteksnya. Bahan bisa berupa catatan yang terpublikasikan, buku teks, surat kabar, majalah, surat-surat, film, catatan harian, naskah, artikel, dan sejenisnya. Untuk memperoleh kredibilitas yang tinggi peneliti dokumen harus yakin bahwa naskah-naskah itu otentik. Penelitian jenis ini bisa juga untuk menggali pikiran seseorang yang tertuang di dalam buku atau naskah-naskah yang terpublikasikan. Para pendidik menggunakan metode penelitian ini untuk mengkaji tingkat keterbacaan sebuah teks, atau untuk menentukan tingkat pencapaian pemahaman terhadap topik tertentu dari sebuah teks. Penelitian ini dapat pula kita lakukan di bidang pendidikan, misalnya mengkaji kurikulum sekolah, RPP, dan berkas-berkas yang ada di sekolah tersebut, keadaan siswa setiap semester pun dapat dilihat melalui studi dokumen ini. 4. Pengamatan Alami (Natural Observation) Pengamatan alami merupakan jenis penelitian kualitatif dengan melakukan observasi menyeluruh pada sebuah latar tertentu tanpa sedikitpun mengubahnya. Tujuan utamanya ialah untuk mengamati dan memahami

18

perilaku seseorang atau kelompok orang dalam situasi tertentu. Misalnya, bagaimana perilaku seseorang ketika dia berada kelompok diskusi yang anggota berasal dari latar sosial yang berbeda-beda dan bagaimana pula perilaku dia jika berada dalam kelompok yang homogen. Peneliti menggunakan kamera tersembunyi atau isntrumen lain yang sama sekali tidak diketahui oleh orang yang diamati (subjek), dengan cara peneliti bisa mengamati sekelompok anak ketika bermain dengan teman-temannya untuk memahami perilaku interaksi sosial mereka. 5. Fenomenologi Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Menurut Creswell (1998), pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan

19

awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden. 6. Grounded Theory Tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu . Situasi di mana individu saling berhubungan, bertindak atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari. D. Karakteristik Penelitian Kualitatif 1. Sifat Realitas, dalam penelitian kualitatif realitas atau objek tidak dapat dilihat secara parsial dan dipecah kedalam variabel. Objek penelitian sebagai sesuatu yang dinamis dan hasil konstruksi pemikiran dan interprestasi terhadap gejala yang diamati serta utuh ( holistic) karena setiap aspek dari objek itu mempunyai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Realitas dalam penelitian kualitatif tidak hanya yang tampak ( teramati ), tetapi sampai dibalik yang tampak tersebut. 2. Hubungan Peneliti dengan yang Diteliti, dalam penelitian kualitatif peneliti sebagai human instrument dan dengan teknik pengumpulan data participant observation ( observasi berperan serta ) dan in depth

20

interview ( wawancara mendalam), maka peneliti harus berinteraksi dengan sumber data. ). Para peneliti kualitatif sedapat mungkin berinteraksi secara dekat dengan informan, mengenal secara dekat dunia kehidupan mereka, mengamati dan mengikuti alur kehidupan informan secara apa adanya (wajar ), dengan demikian peneliti kualitatif harus mengenal betul orang yang memberikan data. 3. Hubungan Antar Variabel, dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistic dan lebih menekankan pada proses dalam melihat hubungan antar variabel pada obyek yang diteliti lebih bersifat interaktif yaitu saling mempengaruhi ( reciprocal/interaktif), sehingga tidak diketahui mana variabel independen dan dependennya 4. Kemungkinan Generalisasi, penelitian kualitatif tidak melakukan generalisasi tetapi lebih menekankan kedalaman informasi sehingga sampai pada tingkat makna. Walaupun penelitian kualitatif tidak membuat generalisasi, tidak berarti hasil penelitiannya tidak dapat diterapkan ditempat lain. Generalisasi dalam penelitian kualitatif disebut transferability (keteralihan), artinya bahwa hasil penelitian kualitatif dapat ditransferkan atau diterapkan ditempat lain manakala kondisi tempat lain tersebut tidak jauh berbeda dengan tempat penelitian. 5. Peranan Nilai, peneliti kualitatif dalam melakukan pengumpulan data terjadi interaksi antara peneliti data

21

dengan sumber data. Dalam interaksi ini baik peneliti maupun sumber data memiliki latar belakang, pandangan, keyakinan, nilai-nilai, kepentingan dan persepsi yang berbeda-beda, sehingga dalam pengumpulan data, analisis dan pembuatan laporan akan terikat oleh nilai masing- masing. 6. Desain Penelitian Kualitatif (flexible design), melihat sifatnya, pendekatan kualitatif desainnya bersifat umum, dan berubah-ubah / berkembang sesuai dengan situasi di lapangan. Desain hanya digunakan sebagai asumsi untuk melakukan penelitan, oleh karena itu desain harus bersifat fleksibel dan terbuka. Peranan peneliti sangat dominan dalam menentukan keberhasilan penelitian sedang desain sifatnya hanya membantu mengarahkan proses penelitian agar berjalan dengan sistematis 7. Tujuan Penelitian Kualitatif, penelitian kualitatif bertujuan untuk melakukan penafsiran terhadap fenomena sosial. Para periset kualitatif menggunakan pendekatan pengamatan terlibat (participant observation). Kalau dibandingkan dengan metodologi penelitian yang dikemukakan oleh Feyerabend (dalam Chalmers, 1982) mungkin akan mendekati ketepatan, karena menurutnya metodologi apa saja boleh dipakai asal dapat mencapai tujuan yang dikehendaki. 8. Teknik Pengumpulan Data Kualitatif, teknik pegumpulan data kualitatif dilakukan dengan berbagai

22

cara, diantaranya; Catatan Lapangan (Fieldnotes), Observasi partisipan (Participant Observations), Wawancara mendalam (in-Dept Interview), Dokumentasi. Penelitian kualitatif juga dapat menggunakan kuesioner untuk pengumpulan datanya, tetapi hanya dijadikan sebagai pelengkap data jika dibutuhkan dan bukan merupakan sumber data asli yang dijadikan pijakan analisis. 9. Instrumen Penelitian Kualitatif, pada penelitian kualitatif instrumen penelitian adalah: peneliti itu sendiri sehingga validasi dilakukan oleh peneliti sendiri dengan memperhatikan: a) Pemahaman peneliti terhadap metode penelitian kualitatif. b) Penguasaan wawasan peneliti terhadap bidang yang diteliti, dan c) Kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian secara akademik maupun logistic. 10. Data Kualitatif, paradigma Kualitatif merupakan cara pandang yang menekankan pada ciri-ciri, sifat dan mutu suatu obyek (subyek), maka data kualitatif merupakan data yang dihasilkan dari cara pandang yang menekankan pada ciri-ciri, sifat dan mutu obyek (subyek) yang bersangkutan. Data kualitatif bersifat nonnumerik (kata-kata deskriptif), seperti cantik, tampan, gagap, tampak kurang berpendidikan, reponsif, bagus sekali, lincah, mewakili anak muda zaman sekarang, dan lain-lain.

23

11. Sampel Penelitian Kualitatif, strategi penentuan sampel yang bersifat purposif (sengaja) dinyatakan dalam proposal walaupun strategi ini akan dikembangkan lebih lanjut dalam pelaksanaan penelitian di lapangan. Tujuan dan pengambilan sampel secara purposif adalah untuk memperoleh sampel kecil dari individu-individu yang kaya akan informnasi, proses, atau wawasan sosial. Dalam pemilihan sampel juga dijelaskan bagaimana memelihara nama baik subyek yang diteliti, menjaga kerahasiaan data dan individu-individu yang akan dijadikan sebagai sumber data. 12. Hubungan dengan Responden Kualitatif, a. Empati, akrab, supaya memperoleh pemahaman yang mendalam b. Kedudukan sama bahkan sebagai guru, konsultan c. Jangka lama, sampai datanya jenuh, dapat ditemukan hipotesis atau teori 13. Kompetensi Peneliti Kualitatif, a. Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang yang akan diteliti, b. Mampu menciptakan rapport kepada setiap orang yang ada pada konteks sosial yang akan diteliti dan mampu membangun hubungan yang akrab dengan setiap orang yang ada pada konteks sosial, c. Memiliki kepekaan untuk melihat setiap gejala yang ada pada obyek penelitian ( konteks sosial),

24

d. Mampu menggali sumber data dengan observasi partisipan, dan wawancara mendalam secara triangulasi, serta sumber- sumber lain, e. Mampu menganalisis data kualitatif secara induktif berkesinambungan mulai dari analisis deskriptif, domain, komponensial, dan tema kultural/budaya, f. Mampu menguji kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas, dan transferabilitas hasil penelitian, g. Mampu menghasilkan temuan pengetahuan, hipotesis atau ilmu baru, h. Mampu membuat laporan secara sistematis, jelas, lengkap, dan rinci.

25

26

BAGIAN II : DESAIN PENELITIAN KUALITATIF A. Pengertian Design Penelitian Desain penelitian adalah rencana tentang cara melakukan penelitian itu, sehingga desain penelitian sangat erat hubungannya dengan proses penelitian. (Nazir, 2005), desiagn penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, desaign penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisis data saja, tetapi dalam arati yang luas, desaign penelitian mencakup proses-prose berikut: a. Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian b. Pemilihan kerangka konseptual untuk masalah penelitian serta hubungan-hubungan dengan penelitian sebelumnya. c. Memformasikan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dan tujuan, luas jangkau, dan hipotetsis untuk diuji. d. Membangun penyelidikan atau percobaan e. Memeilih serta memeberikan devinisi terhadap pengukuran variable-variable f. Memilh prosedur dan teknik sampling yang digunakan g. Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data.

27

B. Tahapan Dalam Mendesign Penelitian Kualitatif Beberapa tahapan dalam membuat rancangan (design) penelitian kualitatif sebagai suatu patokan, walaupun belum ada patokan yang standar dibanding dengan penelitian kauntitatif yang sudah memilki tahapan yang baku dan berlaku umum. Penelitian kualitatif cenderung lebih sulit dibuat dibuat tahapan baku karena terkait dengan karakteristik dari penelitian kualitatif, yaitu flaksibel sehingga jalannya penelitian dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Menurut para pakar penelitian kualitatif, tahapan yang dimaksud dapat dijabarkan sebagai beikut: 1. Mengangkat Permasalahan Penelitian Masalah penelitian kualitatif merupakan masalah atau isu yang menentukan pada keharusan dilaksankannya penelitian tersebut. Masalah ini bisa muncul dari berbagai sumber ang seingkali bias dari pengalaman yang pernah dirasakan peneliti dalam kehidupan pribadi atau bersumber pada tempat kerjanya. Pada dasarnya sumber-sumber masalah penelitian itu sangat beragam. Salah satu contohnya adalah untuk mengidentifikasi kehamilan seorang mahasiswa, peneliti masih terlebih dahulu memunculkan masalah yang terkait dengan kehidupan mahasiswa dan sosial secara umum.

28

Dalam mengangkat sebuah masalah penelitian hendaknya memiliki adanya keunikan , khas, dan daya tarik tersendiri dan masalah tersebut layak untuk diangkat menjadi sebuah penelitian kualitatif. Masalah dalam penelitian kualitatif terjadi tiga kemungkinan : a. Masalah yang dibawa peneliti tidak tetap sejak awal hingga akhir sebuah penelitian, sehingga judul proposal dan hasil sebuah penelitian tidak sama. b. Masalah yang dibawa peneliti ketempat lokasi penelitian berkembang yaitu memperluas atau memperdalam masalah yang telah di persiapkan. Dengan demikian proposal dan judul penelitian cukup disempurnakan. c. Masalah yang dibawa peneliti ke lokasi penelitian berubah secara total, sehingga harus diganti masalahnya. Dari ketiga kemungkinan yang terjadi dalam diatas, peneliti kualitatif yang merubah atau ganti judul penelitiannya setelah memasuki lokasi penelitiannya atau setelah selesai merupakan penelitian yang lebih baik, karena dia dipandang mampu melepaskan apa yang telah dipikirkan sebelumnya dan mampu melihat fenomena secara lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa yang terjadi dan berkembang pada situasi social yang di teliti.

29

Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari dua factor atau lebih yang menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda tanya dan dengan sendirinya memerlukan upaya untuk mencari sesuatu jawaban. Factor yang berhubungan tersebut dalam hal ini mungkin berupa konsep, data empiris, pengalaman, atau unsure lainnya. Apabila kedua factor ini diletakkan secara berpasangan akan menghasilkan sejumlah tanda tanya, kesukaran yaitu sesuatu yang tidak dipahami atau tidak dapat dijelaskan pada waktu itu. 2. Menentukan Topic Penelitian Dalam penelitian kualitatif, menentukan topic penelitian tak terlepas dari kajian empiris yang berangkat dari permasalahan dalam lingkup perisitwa yang terus berlangsung dan bisa diamati saat berlangsungnya penelitian dan ketetapan suatu topic dapat dielaborasi dalam bentuk judul penelitian. Misalnya : a. Topic perencanaan dan kebijkan pendidikan Pengembangan model perencanaan setrategis dalam menetapkan factor utama keberhasilan pendidikan b. Topic pembiayaan/ekonomi pendidikan Mengembangkan model pembiayaan madrasah secara nasional dalam upaya peningkatan kualiatas pendidikan. c. Topik manajemen Mengembangkan model madrasah berbasis kemasyarakatan

30

d. Topik kepemimpinan Model pendekatan inquiry dalam pengembangan nilai-nilai kepemimpinan kepala madrasah. 3. Menentukan Focus Inquiri Dalam penelitian kualitatif pembatasan masalah disebut focus masalah, seperti contoh, topic yang dipilih misalnya adalah kepimimpinan. Oleh karena itu kajilah dengan mendalam tentang paradigma kepemimpinan yang berkembang dan isu-isu kepemimpinan yang sangat hangat diperbincangkan orang. Pardigma desentralisasi dengan penerapan MPS/MBM (menejemn berbasis sekolah/madrasah) pada sekolah atau madrasah yang menginginkan perilaku kepemimpinan yang mandiri yang mampu menetukan masa depan sekolah/madrasah, peneliti bisa focus pada visioner kepala sekolah atau madrasah sebagai focus inquiry, atau yang dijadikan focus adalah visi kepemimpinan visioner itu sendiri, peneliti dapat memfokuskan pada penciptaan visi kepemimpinan kepala sekolah atau madrasah. Dalam penelitian kualitatif, penetuan focus lebih didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi social (lokasi penelitian). 4. Bentuk Rumusan Masalah Fokus masalah dalam sebuah penelitian kualitatif adalah rumusan masalah yang bersifat sementara dan dapat berubah setelah peneliti masuk atau berada

31

dilokasi penelitian. Pertanyaan penelitian kualitaif dirumuskan dengan maksud untuk memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain. 5. Prinsip-prinsip Perumusan Masalah Prinsip-prinsip perumusan maslah penelitian kualitatif pada dasarnya dari hasil pengkajian dari rumusan masalah, karenanya perlu dikemukakan bahwa prinsip-prinsip perumusan masalah dilakukan untuk menjadi pegangan para peneliti kualitatif dalam rangka merumuskan masalah. Pengajuan prinsip-prinsip perumusan masalah penelitian kualitatitf pada dasarnya diuraikan secara berurutan sebagai berikut : a. Prinsip yang berkaitan dengan teori dari dasar Peneliti sebaiknya senantiasa menyadari bahwa perumusan masalah dalam sebuah penelitian kualitatif didasarkan atas upaya menentukan teori dasar-dasar sebagai acuan. Perumusan masalah penelitian kualitatif disini hanyalah sebagai ancangancang arahan, pembimbing atau acuan pada usaha untuk menemukan masalah yang sebenarnya, karena masalah yang sesungguhnya akan ditemukan ketika peneliti kualitatif sudah berada dan mulai melakukan penelitian, bahkan peneliti kualitatif sedang meneliti sebuah data.

32

Perumusan masalah disini adalah sebuah aplikasi dari asumsi bahwa sesuatu penelitian kualitatif tidak mungkin dimulai dari sesuatu yang hampa. b. Perumusan yang berkaitan dengan tujuan Pada dasarnya inti hakikat penelitian kualitatif terletak pada upaya penemuan dan penyusunan teori subtantif yang bersumber pada data. Selain dari hanya sekedar penemuan teori yang baru itu lebih dari hanya sekedar menguji teori yang sedang berlaku dengan menyadari bahwa segala macam kekurangan yang dilakukan peneliti, tetapi juga hasil sebuah penelitian tersebut dapat menjadi kahzanah keilmuan yang bermanfaat dalam dunia pengetahuan. c. Prinsip hubungan factor Fokus sebagai sumber masalah penelitian merupakan rumusan masalah yang terdiri atas dua atau lebih factor yang menghasilkan tanda-tanda tanya atau kebingungan dan factor-faktor tersebut dapat berupa konsep, peristiwa, pengalaman, atau fenomena. d. Focus sebagai wahana untuk membatasi study Seorang peneliti pasti memilki satu orientasi teori penelitian atau pardigma sendiri yang barang kali dari pengetahuan sebelumnya ataupun berdasarkan pengalaman. Penelitian kualitatif bersifat terbuka, artinya tidak mengharuskan peneliti menganut satu

33

orientasi teori atau paradigm tertentu, pilihan subjektif peneliti dihargai sekali dalam sebuah penelitian. e. Prinsip yang berkaitan dengan criteria inklusi dan eklusi-eklusi Perumusan masalah yang bagus dilaksnakan sebelum peneliti terjun ke lokasi penelitian dan mungkin di sempurnakan diawal sebuah penelitian dan disini peneliti akan memebatasi data yang relevan atau data yang tidak relevan. Masalah yang dirumuskan secara jelas dan tegas akan menjadi alat yang ampuh guna mendapat data yang relevan. f. Prinsip yang berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan masalah Contoh-contoh perumusan masalah yang telah disajikan ternyata menawarkan tiaga bentuk perumusan masalah, yaitu : a. Secara diskusi, cara penyajiannya adalah dengan dalam bentuk pernyataan secara deskriptif namun perlu diikuti denagn pertyaan-pertanyaan, b. Proporsional, yakni secara langsung menghubungkan factor-faktor dalam hubungan logis dan bermakna yang disajikan dalam bentuk deskriptif atau pengungkapannya langsung dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian,

34

c. Secara gabungan, yakni terlebih dahulu disajikan dalam bentuk diskusi, kemudian ditegaskan lagi dalam bentuk proporsional. g. Prinsip sehubungan dengan posisi perumusan masalah Posisi yang dimaksudkan adalah kedudukan rumusan masalah untuk merumuskan masalah diantara unsure-unsur yang lain. Unsur-unsur penelitian yang erat kaitannya dengan rumusan masalah adalah latar belakang masalah, tujuan acuan teori, metode penelitian. h. Prinsip yang berkaitan dengan hasil penelaahan kepustakaan Prinsip yang perlu dipegang oleh peneliti kualitatif adalah bahwa penelitian kualitatif perlu membiasakan diri agar dalam merumuskan masalah peneliti senantiasa disertai dengan penelaahan kepustakaan yang terkait. Oleh karena pada dasarnya perumusan masalah itu tidak dapat dipisahkan dari penelaahan kepustakaan, maka begitu rumusan masalah akan lebih tajam. i. Prinsip yang berkaitan dengan penggunaan bahasa Pada waktu menulis laporan atau artikel tentang hasil penelitian dan ketika merumuskan masalah hendaknya peneliti kualitatif mempertimbangkan ragam pembaca sehingga rumusan masalah yang

35

j.

diajukan dapat di sesuaikan dengan tingkat kemampuan menyimak para pembaca. Melakukan survey pendahuluan Tujuan melakukan survey pendahuluan adalah memastikan bahwa topic inquiry ada data lapangannya dan setelah melakukan penjajakan peneliti dapat mengenal dan melihat feasibiltas lapangan dari sisi keadaan, situasi, latar, dan konteksnya, sehingga penelitian kualitatif dapat mempersiapkan diri, mental maupun fisik serta mempersiapkan keperluan yang diinginkan.

C. Unsur-unsur Design Penelitian Kualitatif Pada hakikatnya desain penelitian kualitatif ini bersifat emergent atau tidak dapat dimantapkan pada taraf permulaan dan baru mendapat bentuk yang lebih jelas sepanjang penelitian itu dijalankan, namun untuk kepentingan penulisan laporan, peneliti sebaiknya membuat suatu desain yang dapat menjadi bahan untuk dipertimbangkan keabsahannya. Dianjurkan agar peneliti mengadakan survey pendahuluan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai masalah penelitiannya.Dalam penyusunan desain penelitian kualitatif, Bogdan dan Biklen memberikan petunjuk sebagai berikut :

36

a. Menentukan fokus penelitian. Masalah yang akan diteliti yang pada awalnya masih umum dan samar-samar akan bertambah jelas dan mendapat fokus setelah peneliti berada dalam lapangan. Fokus penelitian masih mungkin mengalami perubahan selama berlangsung penelitian itu. b. Menentukan paradigma penelitian Apabila peneliti ingin mengetahui bagaimana macam-macam orang memandang realitas, misalnnya mengenai dikeluarkannya peraturan baru atau apabila peneliti ingin mempelajari suatu kasus atau apabila peneliti yang mempunyai sampel kecil yang serasi adalah model penelitian kuantitatif. Menurut paradigma naturalistic, dunia realitas, peristiwa atai situasi tertentu dipandang dengan cara yang berbeda-beda oleh orang yang berbeda-beda. Misalnya peraturan lalu lintas dipandang dengan cara yang berlainan oleh sopir oplet, pengendara sepeda motor, penumpang, pejalankaki, polisi lalu lintas atau masyarakat umumnya. Penelitian naturalistik mengutamakan pandangan menurut pendirian masingmasing orang, yang disebut perspektif emic. c. Menentukan kesesuaian paradigma dengan teori Penelitian naturalistik tidak a priori menentukan teori, artinya tidak dipastikan terlebih dahulu teori apa yang akan dijadikan pegangan. Namun tidak berarti

37

bahwa penelitian naturalistik sama sekali tidak memerlukan teori. Dalam mengadakan tafsiran untuk mengetahui maknanya peneliti dengan sendirinya akan menggunakan teori yang dianggapnya dapat membantunya. Namun tidak berpegang pada satu teori dan tidak berusaha untuk menguji kebenaran teori itu. Selain itu peneliti mencari teori yang dibangunnya berdasar data yang dikumpulkannya. d. Menentukan sumber data, lokasi para responden. Dalam penelitian naturalistik yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi dan sampel berupa responden yang dapat diwawancarai dipilih secara purposive (sengaja) berkaitan dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi dan kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain, dan seterusnya. Cara ini lazim disebut snowball sampling yang dilakukan secara serial atau berurutan. Untuk memperoleh informasi tertentu sampling dapat diteruskan sampai dicapai taraf redundancy, ketuntansan atau kejenuhan, artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti.

38

e. Menentukan tahap-tahap penelitian Tahap-tahap dalam dalam penelitian kualitatif tidak mempunyai batas-batas yang tegas oleh sebab desain serta fokus penelitian dapat mengalami perubahan yang bersifat emergent. Namun demikian dapat dibedakan dalam garis besarnya tiga fase, yakni : 1. Tahap Orientasi, pada awal penelitian, peneliti sendiri belum mengetahui dengan jelas apa yang tidak diketahuinya yaitu apa yang seharusnya dicarinya, karena belum nyata benar apa yang akan dipilihnya sebagai fokus penelitiannya walaupun ia mempunyai suatu gambaran umum. Peneliti juga telah melakukan banyak bacaan sabanyak mungkin misalnya berbagai dokumen, laporan, buku dan sebagainya dan telah melakukan semacam pra-survey mengenai lokasi tempat ia akan melakukan penelitian, sehingga ia tidak mulai dengan kepala kosong. Pada wawancara pertama sewaktu peneliti masuk lapangan mengajukan pertanyaan yang sangat umum dan terbuka agar memperoleh informasi yang luas mengenai hal-hal umum dilapangan itu. Informasi dari sejumlah responden dianalisisnya untuk menemukan hal-hal yang menonjol, menarik, penting dan berguna untuk diteliti selanjutnya secara mendalam. Itulah dipilihnya sebagai fokus

39

penelitiannya. Fase umum ini hendaknya diberi waktu yang cukup agar pilihan fokus itu lebih beralasan dan diharapkan akan lebih mantap. 2. Tahap eksplorasi. dalam tahap ini fokus telah lebih jelas, sehingga dapat dikumpulkan data yang lebih terarah dan lebih spesifik. Observasi dapat ditujukan kepada hal-hal yang dianggap ada hubungannya dengan fokus. Wawancara juga tidak lagi umum dan tebuka, akan tetapi sudah lebih terstruktur, untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai aspek-aspek yang menonjol dan penting yang diperoleh berdasarkan wawancara dan observasi pada fase pertama. Untuk mempermudah informasi yang lebih mendalam ini diperlukan informan yang kompeten dan mempunyai pengetahuan yang cukup banyak tentang hal itu. 3. Tahap member check, tujuan member check ini ialah agar responden men-check kebenaran laporan itu, agar hasil penelitian lebih dapat dipercaya. Misalnya member check juga dilakukan setelah tiap wawancara. Peneliti merangkum hasil pembicaraan dan meminta responden mengadakan perbaikan bila perlu dan mengkonformasi kesesuaiannya dengan informasi yang diberikannya. Ada baiknya bila

40

laporan sementara, setelah member check juga disampaikan kepada pembimbing untuk dibicarakan. f. Menentukan instrumen penelitian Instrumen yang utama ialah peneliti itu sendiri. Pada awal penelitian, penelitilah alat satu-satunya. Ada kemungkinan hanya dialah merupakan alat sampai akhir penelitian. Namun setelah penelitian berlangsung selama waktu tertentu, diperoleh fokus yanglebih jelas, maka ada kemungkinan untuk mengadakan angket dan wawancara yang lebih berstruktur untuk memperoleh data uang lebih spesifik, apabila pada awalnya data terutama bersifat emic, yakni dari segi pandangan responden, data kemudian sudah dapat lebih bersifat etic jadi menurut pandangan peneliti. Angket yang lebih berstruktur dapat pula digunakan untuk mencheck kebenaran data asal saja sudah grounded dan manusia sebagai instrumen memerlukan latihan dan pengalaman. g. Rencana pengumpulan data dan pencatatannya. Pencatatan informasi dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan, atau alat rekam. Apa yang dicatat sedapat mungkin harus sesuai dengan wawancara yang dilakukan. Tentu saja alat rekam dapat merekam persis apa saja yang diucapkan. Namun menggunakan perekam elektronik mempunyai sejumlah kelemahan, antara lain tidak selalu diinginkan responden, takut kalau

41

ucapannya disalah-gunakan yang tidak dapat dibantahnya kemudian. Oleh karena itu ada peneliti yang lebih suka menggunakan buku catatan. dengan membuat catatan yang membedakan data deskriptif dan hasil tafsiran peneliti. h. Rencana analisis data. Analisis dilakukan sepanjang penelitian dan dilakukan terus-menerus dari awal sampai akhir penelitian. Pengamatan tidak mungkin tanpa analisis dan tafsiran untuk mengetahui apa maknanya. Analisis dilakukan untuk mengembangkan hipotesis dan teori berdasarkan data yang diperoleh. i. Rencana logistik. Peneliti harus memikirkan hal-hal yang diperlukan sebelum, sewaktu dan sesudah penelitian di lapangan, misalnya rencana jadwal penelitian, biaya, alat-alat laporan dan perbanyakannya, dan seterusnya. j. Rencana mencapai tingkat kepercayaan akan kebenaran penelitian. Dalam penelitian kuantitatif lazim digunakan istilah internal dan eksternal validity, realibility, dan objectivity sebagai syarat-syarat untuk menilai mutu penelitian. Disamping itu dalam penelitian kuantitatif digunakan istilah-istilah lain dengan maksud yang bersamaan. Antara lain digunakan istilah creadibility untuk internal validity, fittingness, transferability untuk

42

eksternal validity. Audibility, dependability untuk reliability. dan confirmability untuk objectivity. k. Merencanakan lokasi, tempat penelitian akan dilaksanakan. Salah satu hal yang harus dipikirkan ialah bagaimana caranya agar diizinkan memasuki lapangan, karena sering harus diminta persetujuan instansi atau orang tertentu yang berkuasa atas lokasi itu dan ada kalanya izin itu sangat sukar diperoleh. Oleh karenanya berbagai siasat harus dipikirkaan agar peneliti dapat diterima. l. Menghormati etika penelitian. Penelitian dapat mengungkapkan hal-hal yang selama ini tertutup bagi khalayak ramai dan seterusnya ingin tetap dirahasiakan, karena dapat merugikan lembaga atau orang-orang tertentu. Maka dari itu segala sesuatu yang dapat mengungkapkan identitas orang atau lembaga itu dijadikan sumber data harus dirahasiakan antara lain dengan menggunakan nama samaran. m. Rencana penulisan dan penyelesaian penelitian. Apa yang dikemukakan diatas adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dan bukan langkah-langkah yang secara berurutan harus diikuti. Metode dalam penelitian kualitatif bukanlah suatu perangkat teknik yang secara otomatis dapat diterapkan dalam menhadapi masalah penelitian tertentu. Penelitian kualitatif tidak

43

mempunyai banyak prosedur yang dapat diikuti secara otomatis melainkan merupakan interaksi yang rumit antara dunia konseptual dan dunia empirik. Penelitian adalah proses reflektif yang memerlukan pemikiran dalam tiap tahap perkembangannya dalam garis besarnya dapat kita lakukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Penelitian dilakukan dengan adanya suatu masalah b. Memikirkan secara mendalam tentang masalah yang akan diteliti dengan membaca bacaan atau diskusi c. Menyiapkan sejumlah pertanyaan, sebagai pegangan dalam melaksanakan observasi dan wawancara d. Setelah dipilih masalah, walaupun masih umum dicari lokasi atau kasus, sehingga perlu diusahakan menyesuaikan lokasi dengan masalah. D. Validitas Design Penelitian Kualitatif Validitas desain penelitian kualitatif menunjukkan tingkat kejelasan fenomena hasil penelitian sesuai dengan kenyataan. Penelitian kualitatif menunjukkan sejauhmana tingkat interprestasi dan konsep-konsep yang diperoleh memiliki makna yang sesuai antara pastisipan dengan peneliti. Oleh karena itu baik peneliti maupun partisipan memiliki kesesuaian dalam mendeskripsikan dan menggambarkan peristiwa terutama dalam menarik makna dari peristiwa.

44

1. Strategi untuk Meningkatkan Validitas Validitas penelitian terletak pada teknik pengumpilan dan analisis data yang dapat dicapai melalui kombinasi dari sepuluh strategi peningkatan validitas, yaitu : a. Pengumpulan data yang relatif lama, sehingga memungkinkan analisis dan melengkapi data secara berangsur agar kemungkinkan ada kesesuaian antara temuan dengan kenyataan. b. Strategi multi metode, memungkinkan melakukan paduan beberapa teknik pengumpulandata seperti wawancara, observasi, studi dokumenter dan sumber dalam pengumpulan dan analisis data (triangulasi). c. Bahasa partisipan kata demi kata perlu mendapatkan rumusan dan kutipan yang rinci. d. Deskriptor inferensi yang rendah, pencatatan yang lengkap dan detail baik untuk sumber situasi maupun orang. e. Peneliti beberapa orang, diperlukan persetujuan data deskriptip yang dikumpulkan oleh tim peneliti f. Pencatat data mekanik, menggunakan perekam foto, video, dan audio. g. Partisipan sebagai peneliti, menggunakan catatancatatan dari partisipan berbentuk diari, catatan anekdot, untuk melengkapi.

45

h. Pengecekan anggota, pengecekan data oleh sesama anggota selama pengumpulan dan analisis data. i. Review oleh partisipan, bertanya kepada partisipan untuk meriview data, melakukan sintesis semua hasil wawancara dan observasi. j. Kasus-kasus negative, mencari, mencatat, mengganalisis melaporkan data dari kasus-kasus negatif atau yang berbeda dengan pola yang ada. 2. Subjektivitas dan Refleksivitas Penelitian kualitatif bersifat subjektif dan reflektif. Dalam penelitian kualitatif tidak digunakan instrumen standar, tetapi peneliti berperan sebagai instrumen. Data dikumpulkan secara verbal diperkaya dan diperdalam dengan hasil penglihatan, pendengaran, persepsi, penghayatan dati peneliti. Penelitian kualitatif melibatkan segi-segi subjektif yang berarti peneliti bebas menafsirkan apa yang ia lihat, dengar, rasakan semau dia, dia harus jujur atau disiplin terhadap dirinya. Sedangkan objektivitas penelitian kualitatif berarti jujur, peneliti mencatatapa yang dilihat, didengar, ditangkap, dirasakan berdasarkan persepsi dan keyakinan dia, tidak dibuat-buat atau direka-reka. Penelitian kualitatif juga bersifat reflektsif yang merupakan pengkajian yang cermat dan hati-hati terhadap seluruh proses penelitian.

46

3. Subjektivitas Interpersonal Dalam penelitian yang bersifat interaktif, keterampilan membina hubungan interpersonal memegang peranan penting. Keterampilan ini meliputi kemampuan menumbuhkan kepercayaan, menjaga hubungan baik, tidak menilai, menghormati norma situasi, memiliki sensitivitas terhadap isu-isu etika. Peneliti berhubungan dengan partisipan sebagai pribadi, bukan pengisap informasi dari lingkungan. Dalam interaksi yang bersifat tatap muka suasana perasaan antar kedua pihak memegang peranan penting. Data yang diperoleh tetap valid meskipun bersifat khusus dan dipengaruhi oleh kehadiran peneliti. Kemungkinan bias dapat diperkecil dengan waktu penelitian yang cukup lama, menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam. Waktu yang panjang juga memungkinkan peneliti melengkapi data, dan membuang data yang tidak tepat. Reaksi penelitian, keleluasaan dalam melengkapi data dan konfirmasi yang dilakukan pada setiap tahap penelitian akan meminimalkan bias. 4. Strategi untuk Meningkatkan Refleksivitas Untuk dapat meningkatkan refleksivitas dalam pengumpulan data, peneliti dapat menggabungkan beberapa dari cara berikut :

47

a. Memilih teman yang dapat membantu mempermudah analisis dan interprestasi data. b. Membuat catatan harian yang memuat tanggal, jam, tempat, orang dan kegiatan untuk berhubungan dengan partisipan c. Jurnal lanpangan yaitu catatan tentang perubahanperubahan yang dibuat selama proses pengumpulan data, alasan perubahan dan perkiraan validitas data d. Catatan tentang pertentangan etika, keputusan dan tindakan dalam jurnal lapangan e. Teknik pengelolahan pencatatan data, pengkodean, pengelompokan f. Melakukan kegiatan konfirmasi formal sperti survei, kelompok utama, wawancara g. Melakukan kritik diri dengan mengajukan pertanyaan tentang peranan dan kegiatan dalam seluruh proses penelitian. E. Sistematika Penelitian Kualitatif 1. Pendahuluanberisi : a. Latar Belakang, b. Identifikasi Masalah. c. Pembatasan Masalah, d. Perumusan Masalah, e. Tujuan Penelitian, f. Manfaat Penelitian 2. Kajian Teori dan Kerangka Pikir berisi : a. Kajian Teori, b. Penelitian gang Relevan, c. Kerangka Pikir 3. Metodologi Penelitianberisi :a. Lokasi Penelitian, b. Waktu Penelitian, c. Bentuk Penelitian, d. Sumber

48

Data, e. Teknik Pengumpulan Data, f.Teknik Cuplikan/Sampling, g. Validitas Data, h.Teknik Analisis, 4. Pembahasan dan Analisis berisi : a. Deskripsi Data, b.Pembahasan dan Analisis, c. Pokok-Pokok Temuan Penelitian, d. Analisis Justifikasi 5. Penutup  berisi : a. Simpulan, b. Implikasi, c. Rekomendasi Secara ringkas keseluruhan unsur yang ada dalam penelitian kualitatif yang terkait dengan sistematika dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Judul, singkat dan jelas serta mengisyaratkan fenomena dan fokus kajian penelitian. Penulisan judul sedapat mungkin menghindari berbagai tafsiran yang bermacammacam dan tidak bias makna. 2. Abstrak, ditulis sesingkat mungkin tetapi mencakup keseluruhan apa yang tertulis di dalam laporan penelitian. Abstrak penelitian selain sangat berguna untuk membantu pembaca memahami dengancepat hasil penelitian, juga dapat merangsang minat dan selera orang lain untuk membacanya. 3. Perspektif teoritis dan kajian pustaka, perspektif teori menyajikan tentang teori yang digunakan sebagai perpektif baik dalam membantu merumuskan fokus kajian penelitian maupun dalam melakukan analisis data atau membahas temuan-temuan penelitian. Sementara kajian pustaka menyajikan tentang studi-studi terdahulu

49

dalam konteks fenomena dan masalah yang sama atau serupa. 4. Metode yang digunakan, menyajikan secara rinci metode yang digunakan dalam proses penelitian. 5. Temuan–temauan penelitian, menyajikan seluruh temuan penelitian yang diorganisasikan secara rinci dan sistematis sesuai urutan pokok masalah atau fokus kajian penelitian. Temuan-temuan penelitian yang disajikan dalam laporan penelitian merupakan serangkaian fakta yang sudah direduksi secara cermat dan sistematis dan bukan kesan selintas peneliti apalagi hasil karangan atau manipulasi peneliti itu sendiri. 6. Analisis temuan– temuan penelitian. Hasil temuan memerlukan pembahasan lebih lanjut dan penafsiran lebih dalam untuk menemukan makna di balik fakta. Dalam melakukan pembahasan terhadap temuan-temuan penelitian, peneliti harus kembali mencermati secara kritis dan hati-hati terhadap perspektif teoritis yang digunakan.

50

BAGIAN III : PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN KUALITATIF A. Pembatasan Masalah Studi Melalui Fokus Masalah dalam penelitian kualitatif dinamakan fokus. Pada dasarnya perumusan masalah menurut Lincoln dan Guba dalam (Lexy J. Maleong, 2002) bergantung pada paradigma apakah yang dianut oleh seorang peneliti, yaitu apakah ia sebagai peneliti, evaluator, atau sebagai peneliti kebijakan. Masalah adalah lebih dari sekedar pertanyaan dan jelas berbeda dengan tujuan. Menurut Guba msalah adalah sauatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan. Penetapan fokus atau masalah dalam penelitian kualitatif bagaimanapun akhirnya akan dipastikan sewaktu peneliti sudah berada diarea atau lapangan penelitian. Dengan kata lain walaupun rumusan masalah sudah cukup baik dan telah dirumuskan atas dasar penelahaan kepustakaan dan dengan ditunjang oleh sejumlah pengalaman tertentu, bisa terjadi situasi dilapangan tidak memungkinkan peneliti untuk meneliti masalah itu. Dalam penelitian Kualitaif masalah yang dibawa oleh peneliti masih remang remang bahkan gelap komplek dan dinamis, oleh karena itu masih bersifat sementara, tentatif dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di

51

lapangan. Akan ada tiga kemungkinan masalah yang akan dibawa oleh peneliti : 1. Masalah yang dibawa oleh peneliti tetap, sehingga sejak awal sampai akhir penelitian sama. Dengan demikian judul proposal dengan judul laporan sama 2. Masalah yang dibawa oleh peneliti berkembang, yaitu memperluas dan mendalam masalah yang disiapkan. Dengan demikian tidak terlalu banyak perubahan sehingga judul penelitian cukup disempurnakan. 3. Masalah yang dibawa oleh peneliti dilapangan berubabh total sehingga harus ganti masalah, Dengan demikian judul penelitian tidak sama dan judulnya diganti. B. Sumber Masalah Penelitian Ada beberapa sumber masalah yang layak ditelusuri untuk mendapatkan masalah dalam penelitian kualitatif (Anselm Strauss & Juliet Corbion; 2003) yaitu sebagai berikut. 1. Saran dari Dosen, Peneliti Senior, Lembaga Pemberi Dana Salah satu cara mendapatkan masalah adalah dengan meminta saran dari salah seorang dosen, peneliti senior atau lembaga pemberi dana. Cara pencarian seperti ini cenderung memperbesar peluang untuk memperoleh masalah-masalah penelitian yang bisa diteliti dan relevan.

52

2. Literatur Teknis Literatur semacam ini bisa merangsang kita untuk melakukan penelitian melalui berbagai jalan. Terkadang pustaka ini mengarahkan peneliti ke suatu bidang kajian yang relatif belum begitu diperdalam dan bisa pula ke satu topik yang masih membutuhkan pengembangan, pada suatu ketika dapat terlihat kontradiksi di dalam kajian-kajian dan tulisan-tulisan yang terkumpul tersebut. 3. Pengalaman Pribadi dan Profesi Kedua pengalaman ini sering menjadi sumber penentuan masalah penelitian. Dalam kehidupan sehari-hari orang yang bercerai belum tentu tahu mengapa orang lain juga mengalaminya. Beberapa profesionalis suka melakukan penelitian lebih lanjut karena terdorong oleh ambisi, ingin melakukan perbaikan. C. Prinsip-Prinsip Perumusan Masalah Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam merumuskan suatu masalah penelitian kualitatif adalah sebagai berikut: 1. Prinsip yang Berkaitan dengan Teori dari Dasar Peneliti hendaknya senantiasa menyadari bahwa perumusan masalah dalam penelitiannya didasarkan atas

53

upaya menemukan teori dari dasar dan sebagai aturan utama. Itu berarti bahwa masalah sebenarnya terletak dan berada ditengah-tengah kenyataan atau fakta atau fenomena. 2. Prinsip yang Berkaitan dengan Maksud Perumusan Masalah Prinsip ini tentu saja tidak membatasi peneliti yang berkeinginan menguji suatu teori yang berlaku. Tadi telah dinyatakan bahwa perumusan masalah teori baru lebih sekedar menguji teori yang berlaku. Dengan demikian maka dalam prinsip ini rumusan masalah dalam penelitian barang kali akan sekali, dua kali atau lebih mengalami perubahaan dan penyempurnaan. Itulah salah satu ciri khas penelitian kualitatif yang memang bersifat luwes, longgar dan terbuka. 3. Prinsip Hubungan Faktor Fokus atau masalah merupakan rumusan yang terdiri atas dua atau lebih faktor yang menghasilkan kebingungan atau tanda tanya. Definisi masalah tersebut mengarahkan peneliti pada tiga aturan tertentu yang perlu dipertimbangkan peneliti pada waktu merumuskan masalah tersebut yaitu: a. adanya dua atau lebih faktor, b. faktor-faktor itu dihubungkan, c. hasil pekerjaan menghubungkan tadi berupa keadaan yang membingungkan sehingga menimbulkan tanda tanya

54

yang memerlukan pemecahan atau upaya untuk menjawabnya. 4. Fokus Sebagai Wahana untuk Membatasi Studi Apabila hal ini terjadi maka perumusan masalah bagi peneliti akan mengarah dan membimbingnya pada situasi lapangan bagaimanakah yang akan dipilihnya dari berbagai lapangan yang sangat banyak tersedia. 5. Prinsip yang Berkaitan dengan Kriteria Inklusi-Eksklusi Dengan demikian penelitian dihadapkan pada beberapa hal berikut. Maslasah yang dirumuskan secara jelas dan tegas akan merupakan alat yang ampuh untuk memilih data yang relevan. Mungkin ada data yang menarik tetapi tidak relevan, maka data yang demikian hanya dikeluarkan. 6. Prinsip yang Berkaitan dengan Bentuk dan Cara Perumusan Masalah Lexy J. Moleong mengklasifikasikan bentuk rumusan masalah penelitian kualitatif dalam tiga bentuk perumusan masalah yaitu : 1. Secara diskusi, yaitu yang disajikan secara deksriptif tanpa pertanyaan-pertanyaan penelitian, 2. Secara proposional, yaitu secara langsung menghubungkan faktor-faktor dalam hubungan logis dan bermakna,

55

3. Secara gabungan, yakni terlebih dahulu disajikan dalam bentuk diskusi, kemudian ditegaskan dalam bentuk prosposional. 7. Prinsip Sehubungan dengan Posisi Perumusan Masalah Posisi disini tidak lain adalah kedudukan unsur-unsur rumusan masalah diantara unsur-unsur penelitian lainnya yang erat kaitannya dengan perumusan masalah adalah latar belakang, masalah, tujuan, dan metode penelitian. 8. Prinsip Berkaitan dengan Hasil Kajian Kepustakaan Sehubungan dengan hal tersebut diatas, prinsip yang perlu dipegang oleh peneliti ialah bahwa peniliti perlu membiasakan diri agar dalam merumuskan masalah ia senantiasa disertai dengan kajian kepustakaan yang relevan. 9. Prinsip yang Berkaitan dengan Penggunaan Bahasa Pada waktu menulis laporan atau artikel tentang hasil penelitian, ketika merumuskan masalah hendaknya peneliti mempertimbangkan ragam pembacanya sehingga rumusan masalah yang diajukan dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan membacanya. D. Bentuk-Bentuk Perumusan Masalah Penelitian Kualitatif Ada tiga bentuk perumusan masalah dalam penelitian kualitatif yaitu:

56

1. Bentuk perumusan masalah secara diskusi disajikan secara diskriptif tanpa pertanyaan-pertanyaan penelitian. 2. Bentuk perumusan masalah secara proposional, yakni secara langsung menghubungkan faktor-faktor dalam hubungan logis dan bermakna, dalam hal ini ada yang disajikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian. 3. Bentuk perumusan masalah secara gabungan, yakni terlebih dahulu disajikan dalam bentuk diskusi, kemudian ditegaskan lagi dalam bentuk proposional. E. Variabel dan Teori Dalam Penelitian Kualitatif 1. Variabel Pemahaman terhadap variabel dan hubungan antar variabel merupakan salah-satu kunci penting dalam penelitian. Posisi variabel yang senteral menempatkannya sebagai dasar dari semua proses peneltian; mulai dari perumusan masalah, perumusan hipotesis, pembuatan instrument pengumpul data, sampai pada analisisnya. Sehubungan dengan posisi penting ini, variabel menjadi penting artinya untuk menentukan bermutu-tidaknya suatu hasil penelitian. Secara leksikal, istilah variabel dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat beragam (bervariasi). Arti kata ini menunjukkan bahwa variable merupakan sesuatu

57

yang di dalamnya terdapat atribut-atribut, unit-unit, dimensi-dimensi atau nilai-nilai yang beragam. Kerlinger mendefinisikan variabel sebagai suatu sifat yang dapat memiliki bermacam nilai, atau simbol/lambang yang padanya dilekatkan bilangan atau nilai. Pada hakikatnya, setiap variabel adalah suatu konsep yaitu konsep yang bersifat khusus yang mengandung variasi nilai. maksudnya konsep yang sudah sangat dekat dengan fenomena-fenomena atau obyek-obyek yang teramati. Jadi konsep variabel itu merupakan sebutan umum yang mewakili semua atribut, dimensi atau nilai yang perlu diamati. Oleh karena itu tidak semua konsep disebut variabel, karena masih terdapat konsep-konsep yang tidak mengandung memenuhi ciri seperti itu. 2. Teori Pengertian teori menurut Marx dan Goodson (1976, dalam Lexy J. Moleong, 1989) adalah aturan menjelaskan proposisi atau seperangkat proposisi yang berkaitan dengan beberapa fenomena alamiah dan terdiri atas representasi simbolik dari hubungan-hubungan yang dapat diamati diantara kejadian-kejadian (yang diukur), yaitu mekanisme atau struktur yang diduga mendasari hubungan-hubungan demikian, dan hubungan-hubungan yang disimpulkan serta mekanisme dasar yang dimaksudkan untuk data dan

58

yang diamati tanpa adanya manifestasi hubungan empiris apa pun secara langsung. Penelitian kualitatif dapat bertitik tolak dari suatu teori yang telah diakui kebenarannya dan dapat disusun pada waktu penelitian berlangsung berdasarkan data yang dikumpulkan. Pada awalnya dikemukakan teori-teori yang sesuai dengan masalah penelitian, kemudian di lapangan dilakukan verifikasi terhadap teori yang ada, mana yang sesuai dan mana yang perlu diperbaiki atau bahkan ditolak Penelitian kualitatif mengenal adanya teori yang disusun dari data yang dibedakan atas dua macam teori, yaitu teori substantif dan teori formal (Lexy J. Moleong, 1989 dan Mubyarto, et al, 1984). Teori substantif adalah teori yang dikembangkan untuk keperluan substantif atau empiris dalam inkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, antropologi, psikologi dan lain sebagainya. Contoh: perawatan pasien, hubungan ras, pendidikan profesional, kenakalan, atau organisasi peneliti. Di sisi lain, teori formal adalah teori untuk keperluan formal atau yang disusun secara konseptual dalam bidang inkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, psikologi dan sebagainya. Contoh: perilaku agresif, organisasi formal, sosialisasi, autoritas dan kekuasaan, sistem penghargaan, atau mobilitas social. Unsur-unsur teori meliputi :

59

a. Kategori konseptual dan kawasan konseptualnya dan b. Hubungan generalisasi diantara kategori dan kawasan serta integrasi. Kategori adalah unsur konseptual suatu teori sedangkan kawasannya (property) adalah aspek atau unsur suatu kategori. Dasar teoritis dalam pendekatan kualitatif adalah: 1. Pendekatan fenomenologis. Dalam pandangan fenomenologis, peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu. 2. Pendekatan interaksi simbolik. Dalam pendekatan interaksi simbolik diasumsikan bahwa objek orang, situasi dan peristiwa tidak memiliki pengertian sendiri, sebaliknya pengertian itu diberikan kepada mereka. Pengertian yang dlberikan orang pada pengalaman dan proses penafsirannya bersifat esensial serta menentukan. 3. Pendekatan kebudayaan. Untuk menggambarkan kebudayaan menurut perspektif ini seorang peneliti mungkin dapat memikirkan suatu peristiwa di mana manusia diharapkan berperilaku secara baik. Peneliti dengan pendekatan ini mengatakan bahwa bagaimana

60

sebaiknya diharapkan berperilaku dalam suatu latar kebudayaan 4. Pendekatan etnometodologi. Etnometodologi berupaya untuk memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan menggambarkan tata hidup mereka sendiri. Etnometodologi berusaha memahami bagaimana orang-orang mulai melihat, menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka hidup. Seorang peneliti kualitatif yang menerapkan sudut pandang ini berusaha menginterpretasikan kejadian dan peristiwa sosial sesuai dengan sudut pandang dari objek penelitiannya.

61

62

BAGIAN IV : METODE PENGUMPULAN DATA A. Manusia Sebagai Instrument utama Dalam Penelitian Kualitatif Dalam penelitian kualitatif manusia (peneliti) menjadi instrument utama dalam proses pengumpulan data di lapangan. Dengan kata lain peneliti sebagai alat penelitian dengan berbagai kelebihannya yaitu : 1. Peneliti sebagai alat harus peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungannya yang harus diperkirakan bermakna atau tidak bagi penelitian. 2. Peneliti sabagai alat dapat menyesuaikan diri dengan segala keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus. 3. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata-mata. Untuk memahaminya kita sering perlu merasakannya, menyelaminya berdasarkan penghayatan kita. 4. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh 5. Dengan manusia sebagai alat penelitian, respon yang aneh yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diselidiki.

63

B. Metode Pengumpulan Data utama dalam penelitian kualitatif. Untuk mengumpulkan data dilapangan dalam rangka menjawab Fokus penelitian , maka dipergunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: a. Wawancara Wawancara atau interview adalah bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi atau dapat diartikan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab antara peneliti dengan obyek yang diteliti. Dalam metode ini kreatifitas pewawancara sangat diperlukan karena dapat dikatakan bahwa hasil interview yang diteliti banyak bergantung pada kemampuan penyelidik untuk mencari jawaban, mencatat dan menafsirkan setiap jawaban. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu untuk memperoleh informasi dari teori wawancara. Bagaimana wawancara dilakukan dalam penelitian kualitatif? Wawancara dilakukan dangan secara terbuka, diawali dengan peneliti bisa mengajukan pertanyaan yang tidak berstruktur (karena pada tahap awal si peneliti sendiri tidak tahu apa yang tidak diketahuinya. Artinya informan mendapat kebebasan dan kesempatan untuk

64

mengeluarkan buah pikiran, pandangan, dan perasaannya tanpa diatur ketat oleh peneliti. Setelah peneliti memperoleh sejumlah keterangan maka peneliti dapat mengadakan wawancara yang lebih berstruktur berdasarkan apa yang telah disampaikan informan tersebut. Tujuan wawancara ialah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak peneliti ketahui melalui observasi. Setiap kali peneliti mengadakan wawancara harus menjelaskan apa tujuan peneliti berwawancara dengan responden, keterangan apa yang peneliti harapkan dari responden. Penjelasan itu mengarahkan jalan pikirannya, sehingga informan tahu apa yang akan disampaikannya. Penjelasan itu sedapat mungkin dilakukan dalam bahasa dan istilah-istilah yang dipahami sendiri oleh informan. Isi wawancara secara garis besar mencakup : 1. Pengalaman dan perbuatan informan, yakni apa yang telah dikerjakan dan lazim dikerjakan 2. Pendapat, pandangan, tanggapan, tafsiran atau pikirannya tentang sesuatu 3. Perasaan, respon emosional, yakni apakah informan merasa cemas, takut, senang, gembira, curiga, jengkel, dan sebagainya tentang sesuatu

65

4. Pengetahuan, fakta-fakta, apa yang diketahuianya tentang sesuatu 5. Penginderaan, apa yang dilihat, didengar, diraba,dikecap atau diciumnya, diuraikan secara deskripsi 6. Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat tinggal, keluarga dsb. Bagaimana mengurutkan pertanyaan dalam wawancara ? Walaupun tidak/belum ada patokan yang pasti tentang urutan wawancara tetapi ada baiknya memperhatikan hal-hal berikut ini : 1. Jangan mulai dengan hal-hal yang kontroversial atau sensitif yang dapat menimbulkan pertentangan 2. Mulailah dengan hal –hal masa sekarang seperti pekerjaan, pengalaman atau tindakan 3. Jangan langsung menanyakan hal-hal mengenai pengatahuan atau ketrampilan informas dapat dipandang sebagai ujian dan merusak kesantaian suasana. 4. Jangan segera ditanya mengenai masa lampau responden. Sering orang tidak suka bila masa lalunya dibongkar orang dan karena itu harus dibatasi dan hanya diselipkan di antara pertanyaan lain dalam konteks topik yang dibicarakan. Data yang diperoleh dalam wawancara senantiasa dapat diperhalus, dirinci dan diperdalam ( disebut soft

66

data) karena masih dapat mengalami perubahan. Data yang diperoleh dalam kualitatif masih bersifat lunak, maka tidak bisa segera disebut fakta yang keras yang tidak dapat disangkal kebenarannya. Untuk itu setiap data perlu dichek lagi kebenarannya dengan membandingkan data yang diperoleh dari sumber yanag lain. Dalam wawancara peneliti berhadapan dengan dua hal : 1. Peneliti harus secara nyata mengadakan interaksi dengan informan. 2. Peneliti menghadapi kenyataan, adanya pandangan orang lain yang mungkin berbeda dengan pandangan peneliti sendiri Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif bersifat verbal dan non verbal. Umumnya yang diutamakan adalah data yang verbal yang diperoleh melalaui percakapan atau tanya jawab. Hasil wawancara akan disampaikan kepada yang bersangkutan untuk diperbaiki, diubah di mana perlu. Data non verbal berupa gerak-gerik badan, tangan dan perubahan wajah. Ada gerakan yang jelas tampak, misalnya gerakan tangan ada pula yang halus seperti pandangan mata, gerakan bibir, perubahan warna muka yang mempunyai makna tersendiri. Makna ucapan akan lebih mudah dipahami apabilaa dihubungkan

67

dengan gerak-gerik itu. Pesan non-verbal kaya akan konteks, sedangkan pesan verbal kaya akan informasi. Pesan non-verbal dengan demikian membutuhkan pemaknaan yang dikaitkan dengan konteks budayanya. Kedua jenis pesan itu sama-sama digunakan untuk memahami makna ucapan dalam wawancara. b. Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan disengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang diselidiki. Ada bermacam macam observasi yaitu : 1. Observasi Partisipatif adalah peneliti terlibat dengan kegiatan sehari hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Ini juga dibagi empat yaitu partisipasi pasif, moderat, aktif lengkap. 2. Observasi terus terang atau samar samar adalah peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahkan ia sedang melakukan penelitian. 3. Observasi tak berstuktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistimatis tentang apa yang akan diobservasi. Bagaimana observasi dilakukan dalam penelitian kualitatif?

68

Apabila peneliti hendak mengenal dunia sosial, peneliti harus memasuki dunia itu, artinya peneliti harus hidup di kalangan manusia (masyarakat), mempelajari bahasanya, melihat dengan mata kepala sendiri apa yang terjadi, mendengarkan dengan telinga sendiri apa yang dikatakan, pikirkan dan rasakan. Observasi bukanlah pekerjaan yang mudah karena sesungguhnya mengandung hal-hal yang rumit antara lain : 1. Tidak ada pengamatan dua orang yang sama. Karena apa yang kita amati adalah ekspresi diri kita yang dipengaruhi oleh pengalaman, latar belakang pendidikan,perasaan, nilai-nilai, harapan dll 2. Obervasi adalah proses yang aktif, peneliti berbuat sesuatu, memilih apa yang peneliti amati. 3. Tidak ada pengamatan yang lengkap karena pengamatan adalah kegiatan selektif. Tak mungkin peneliti mengamati segala sesuatu, sekalipun peneliti berusaha mengamati sebanyak mungkin. 4. Dalam tiap pengamatan peneliti harus memperhatikan dua hal : yakni informasi( misalnya apa yang terjadi ) dan konteks ( hal-hal yang berkaitan dengan sekitarnya). Informasi yang dilepaskan dari konteksnya akan kehilangan makna. Jadi makna sesuatu hanya diperoleh dalam kaitan informasi dengan konteksnya.

69

5. Dalam penelitian naturalistik peneliti diminta untuk memberikan deskripsi hasil pengamatan. Deskripsi ini harus peneliti pisahkan dengan komentar, tafsiran, analisis dan label yang peneliti berikan. ( Catatan : deskripsi adalah hal-hal yang nyata berdasarkan pengamatan, akan tetapi label atau tafsiran masih dapat berubah bila peneliti memperoleh data baru yang mungkin membantah tafsiran itu. 6. Ketika peneliti memberikan deskripsi maka yang terjadi adalah proses analitik. Sedangkan kalau peneliti memberi label berarti terjadi proses sintetik. 7. Dalam penelitian naturalistik peneliti diharuskan lebih dahulu memberikan deskripsi fakta-fakta. Langsung melompat kepada kesimpulan dengan memberikan label menyalahi prosedur observasi dalam penelitian naturalistik. Hal-hal apakah yang dapat diamati? J.P Spradley (dalam Nasution1988) dalam tiap situasi terdapat tiga komponen yakni ruang (tempat), pelaku (aktor) dan kegiatan ( aktivityas ).Dari ketiga dimensi tersebut dapat diperluas sehingga yang dapat diamati adalah : 1. Ruang ( tempat ) dalam aspek fisiknya 2. Pelaku, yaitu semua orang yang terlibat dalam situasi

70

3. Kegiatan, yaitu apa yang dilakukan orang dalam situasi itu 4. Objek, yaitu benda-benda yang terdapat di tempat itu 5. Perbuatan, tindakan-tindakan tertentu 6. Kejadian atau peristiwa, yaitu rangkaian kegiatan 7. Waktu, urutan kegiatan 8. Tujuan, apa yang ingin dicapai orang, makna perbuatan orang 9. Perasaan, emosi yang dirasakan dan dinyatakan. Kesembilan dimensi itu masing-masing dapat saling dikombinasikan, misalnya Ruang – Pelaku, Ruang – Kegiatan, Ruang- Objek, dan sebagainya, sehingga peneliti memperolah matriks yang terinci mengenai halhal yang dapat menjadi fokus pengamatan peneliti. c. Dokumentasi Pengertian dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi yang bersumber dari dokumen dan rekaman. Dalam penelitian kualitatif terdapat sumber data yang berasal dari bukan manusia seperti dokumen, fotofoto dan bahan statistic. Metode dokumentasi ini merupakan salah satu bentuk pengumpulan data yang

71

paling mudah, karena peneliti hanya mengamati benda mati dan apabila mengalami kekeliruan mudah untuk merevisinya karena sumber datanya tetap dan tidak berubah. Arikunto (2000) metode dokumentasi adalah: mencari data mengenai hal-hal atau variasi yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah kabar, majalah, prasasti, notulen, raport, leger dan sebagainya. Dokumen yang diperlukan dalam penelitian kualitatif adalah dokumen yang relevan dengan focus penelitian dan dibutuhkan untuk melengkapi data. Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. 1. Dokumen, Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, suratsurat pribadi, buku atau catatan harian, memorial,

72

klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain. Meleong (dalam Herdiansyah, 2010) mengemukakan dua bentuk dokumen yang dapat dijadikan bahan dalam studi dokumentasi, yaitu: a. Dokumen harian Dokumentasi pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Tujuan dari dokumentasi ini adalah untuk memperoleh sudut pandang orisinal dari kejadian situasi nyata. b. Surat Pribadi Surat pribadi (tertulis pada kertas), e-mail, dan obrolan dapat dijadikan sebagai materi dalam analisis dokumen dengan syarat, peneliti mendapat izin dari orang yang bersangkutan. c. Autobiografi Autobiografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas gabungan tiga kata, yaitu auto (sendiri), bios (hidup), dan grapein (menulis). Didefinisikan autobiografi adalah tulisan atau pernyataan mengalami pengalaman hidup. 2. Dokumen Resmi

73

Dokumen resmi dipandang mampu memberikan gambar mengenai aktivitas, keterlibatan individu pada suatu komnitas tertentu dalam setting social. Menurut Meleong (Herdiansyah, 2010) dokumen resmi dapat dibagi kedalam dua bagian. Pertama dokumen internal, yaitu dapat berupa catatan, seperti memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga, system yang diberlakukan, hasil notulensi rapat keputusan pimpinan, dan lain sebagainya. Kedua, dokumentasi eksternal yaitu dapat berupa bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga social, seperti majalah, koran, bulletin, surat pernyataan, dan lain sebagainya. C. Focus Group Discussion (FGD) Istilah kelompok diskusi terarah atau dikenal sebagai Focus Group Discussion (FGD) banyak digunakan sebagai metode pengumpulan data. Pengambilan data kualitatif melalui FGD memberikan kemudahan dan peluang bagi peneliti untuk menjalin keterbukaan, kepercayaan, dan memahami persepsi, sikap, serta pengalaman yang dimiliki informan. FGD memungkinkan peneliti dan informan berdiskusi intensif dan tidak kaku dalam membahas isu-isu yang sangat spesifik. FGD juga memungkinkan peneliti mengumpulkan informasi secara cepat dan konstruktif dari peserta yang memiliki latar belakang berbeda-beda.

74

Di samping itu, dinamika kelompok yang terjadi selama berlangsungnya proses diskusi seringkali memberikan informasi yang penting, menarik, bahkan kadang tidak terduga. Hasil FGD tidak bisa dipakai untuk melakukan generalisasi karena FGD memang tidak bertujuan menggambarkan (representasi) suara masyarakat. Meski demikian, arti penting FGD bukan terletak pada hasil representasi populasi, tetapi pada kedalaman informasinya. Lewat FGD, peneliti bisa mengetahui alasan, motivasi, argumentasi atau dasar dari pendapat seseorang atau kelompok. FGD merupakan salah satu metode penelitian kualitatif yang secara teori mudah dijalankan, tetapi praktiknya membutuhkan ketrampilan teknis yang tinggi. Pengertian FGD Irwanto (2006) mendefinisikan FGD adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. Pengertian Focus Group Discussion mengandung tiga kata kunci: a. Diskusi (bukan wawancara atau obrolan); b. Kelompok (bukan individual); c. Terfokus/Terarah (bukan bebas). Artinya, walaupun hakikatnya adalah sebuah diskusi, FGD tidak sama dengan wawancara, rapat, atau obrolan beberapa orang, sekadar kumpul-kumpul beberapa orang untuk membicarakan suatu hal. Sebagai alat penelitian, FGD dapat digunakan sebagai metode primer maupun sekunder.

75

FGD berfungsi sebagai metode primer jika digunakan sebagai satu-satunya metode penelitian atau metode utama (selain metode lainnya) pengumpulan data dalam suatu penelitian. FGD sebagai metode penelitian sekunder umumnya digunakan untuk melengkapi penelitiN yang bersifat kuatitatif dan atau sebagai salah satu teknik triangulasi. Dalam hal ini, baik berkedudukan sebagai metode primer atau sekunder, data yang diperoleh dari FGD adalah data kualitatif. Kapan FGD Harus Digunakan? FGD harus dipertimbangkan untuk digunakan sebagai metode penelitian kualitatif, apabila : a. Peneliti ingin memperoleh informasi mendalam tentang tingkatan persepsi, sikap, dan pengalaman yang dimiliki informan. b. Peneliti ingin memahami lebih lanjut keragaman perspektif di antara kelompok atau kategori masyarakat. c. Peneliti membutuhkan informasi tambahan berupa data kualitatif yang melibatkan persoalan masyarakat yang kompleks dan berimplikasi luas. d. Peneliti ingin memperoleh kepuasan dan nilai akurasi yang tinggi karena mendengar pendapat langsung dari subjek risetnya. Mengapa FGD? Irwanto (2006) mengemukakan tiga alasan perlunya melakukan FGD, yaitu :

76

1. Alasan Filosofis a. Pengetahuan yang diperoleh dalam menggunakan sumber informasi dari berbagai latar belakang pengalaman tertentu dalam sebuah proses diskusi, memberikan perspektif yang berbeda dibanding pengetahuan yang diperoleh dari komunikasi searah antara peneliti dengan responden. b. Penelitian tidak selalu terpisah dengan aksi. Diskusi sebagai proses pertemuan antarpribadi sudah merupakan bentuk aksi . 2. Alasan Metodologis a. Adanya keyakinan bahwa masalah yang diteliti tidak dapat dipahami dengan metode survei atau wawancara individu karena pendapat kelompok dinilai sangat penting. b. Untuk memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam waktu relatif singkat. c. FGD dinilai paling tepat dalam menggali permasalahan yang bersifat spesifik, khas, dan lokal. FGD yang melibatkan masyarakat setempat dipandang sebagai pendekatan yang paling sesuai. 3. Alasan Praktis Penelitian yang bersifat aksi membutuhkan perasaan memiliki dari objek yang diteliti- sehingga pada saat peneliti memberikan rekomendasi dan aksi, dengan mudah objek penelitian bersedia menerima rekomendasi

77

tersebut. Partisipasi dalam FGD memberikan kesempatan bagi tumbuhnya kedekatan dan perasaan memiliki. Koentjoro (2005), kegunaan FGD di samping sebagai alat pengumpul data adalah sebagai alat untuk meyakinkan pengumpul data (peneliti) sekaligus alat recheck terhadap berbagai keterangan/informasi yang didapat melalui berbagai metode penelitian yang digunakan atau keterangan yang diperoleh sebelumnya, baik keterangan yang sejenis maupun yang bertentangan. Dari berbagai keterangan di atas, dapat disimpulkan dalam kaitannya dengan penelitian kualitatif, FGD berguna untuk: a. Memperoleh informasi yang banyak secara cepat; b. Mengidentifikasi dan menggali informasi mengenai kepercayaan, sikap dan perilaku kelompok tertentu; c. Menghasilkan ide-ide untuk penelitian lebih mendalam; dan d. Cross-check data dari sumber lain atau dengan metode lain. Menyusun Pertanyaan FGD Kunci dalam membuat panduan diskusi yang terarah adalah membuat pertanyaan-pertanyaan kunci sebagai panduan diskusi. Untuk mengembangkan pertanyaan FGD, lakukan hal-hal berikut: a. Baca lagi tujuan penelitian

78

b. Baca lagi tujuan FGD c. Pahami jenis informasi seperti apa yang ingin Anda dapatkan dari FGD d. Bagaimana Anda akan menggunakan informasi tersebut e. Tulis pertanyaan umum ke khusus. Sebaiknya jangan lebih dari 5 (lima) pertanyaan inti. f. Rumuskan pertanyaan dalam bahasa yang sederhana dan jelas. Hindari konsep besar yang kabur maknanya. Berbeda dengan wawancara, dalam FGD moderator tidaklah selalu bertanya, tugas moderator bukan bertanya, melainkan mengemukakan suatu permasalahan, kasus, atau kejadian sebagai bahan pancingan diskusi. Dalam prosesnya memang ia sering bertanya, namun itu dilakukan hanya sebagai ketrampilan mengelola diskusi agar tidak didominasi oleh sebagian peserta atau agar diskusi tidak macet. Analisis Data dan Penyusunan Laporan FGD Analisis data dan penulisan laporan FGD adalah tahap akhir dari kerja keras peneliti. Langkah-langkahnya dapat ditempuh sebagai berikut: 1. Mendengarkan atau melihat kembali rekaman FGD 2. Tulis kembali hasil rekaman secara utuh (membuat transkrip/verbatim) 3. Baca kembali hasil transkrip 4. Cari mana masalah-masalah (topik-topik) yang menonjol dan berulang-ulang muncul dalam transkrip, lalu kelompokan menurut masalah atau topik. Kegiatan ini

79

sebaiknya dilakukan oleh dua orang yang berbeda untuk mengurangi “bias” dan “subjektifitas”. Pengkategorian bisa juga dilakukan dengan mengikuti Topik-topik dan subtopik dalam Panduan diskusi. Jangan lupa merujuk catatan yang dibuat selama proses FGD berlangsung. 5. Karena berhubungan dengan kelompok, data-data yang muncul dalam FGD biasanya mencakup: a. Konsensus b. Perbedaan Pendapat c. Pengalaman yang Berbeda d. Ide-ide inovatif yang muncul, dan sebagainya. D. Membuat Catatan Lapangan. Catatan peneliti setelah pengumpulan data dari lapangan biasanya terdiri dari dua bagain, yaitu : 1. Deskripsi, yaitu tentang apa yang peneliti lihat, dengar dan amati dengan alat indra peneliti 2. Komentar, tafsiran, refleksi, pemikiran atau pandangan peneliti tentang apa yang peneliti amati itu. Salah satu sistematika pengkodean yang sederhana ialah sebagai berikut: deskripsi diberi kode yang dimulai huruf D disertai oleh indikator tentang hal yang diobsrvasi, sedangkan komentar atau tafsiran diberi kode R kependekan dari Refleksi atau pemikiran atau pandangan, misalnya : DP – Deskripsi Partisipan, DD – Deskripsi Dialog, DLF – Deskripsi Lingkungan Fisik, DK – Deskrispi kejadian-

80

kejadian, DH – Deskripsi Hubungan dengan partisan atau orang lain, RR – Refleksi tentang apa yang diRasakan oleh peneliti, RA – Refkleksi Analisis, RM – Refleksi Metodologi, RP - Refkleksi Penjelasan, RE – Refleksi Etis. Sistem pengkodean di atas hanyalah sekedar contoh, masih bisa dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan memudahkan peneliti. Seperti sudah dikemukakan sebelumnya bahwa deskripsi harus rinci, makin rinci makin baik dalam arti apa saja perlu diperhatikan. Peneliti haruslah bersikap bahwa segala sesuatu yang sedianya biasa harus dipandang aneh dan karena itu menarik. E. Langkah-Langkah Penelitian Kualitatif Prosedur dan tahap-tahap yang harus dilalui apabila melakukan penelitian kualitatif adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan Fokus Penelitian Prosedur penelitian kualitatif mendasarkan pada logika berpikir induktif sehingga perencanaan penelitianya bersifat sangat fleksibel dan melalui tahap-tahap dan prosedur penelitian yang telah ditetapkan. Hal pertama yang dilakukan sebelum memulai seluruh tahap penelitian kualitatif adalah menetapkapkan research question, yang dalam penelitian kualitatif disebut sebagai fokus penelitian adalah pertanyaan tentang hal-hal yang ingin dicari jawabanya melalui penelitian tersebut.

81

2. Menentukan Setting dan Subjek Penelitian Setting penelitian dalam penelitian kualitatif merupakan hal yang sangat penting dan telah ditentukan ketika menempatkan fokus penelitian. Setting dan subjek penelitian merupakan suatu kesatuan yang telah ditentukan sejak awal penelitian. Setting penelitian ini menunjukan komunitas yang akan diteliti dan sekaligus kondisi fisik dan sosial mereka. Dalam penelitian kualitatif setting penelitian akan menunjukan lokasi penelitian yang langsung melekat pada fokus penelitian yang telah ditetapkan sejak awal dan tidak dapat diubah kecuali fokus penelitianya diubah. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja dan menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi beberapa macam, seperti: a. Informan kunci, yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, b. Informan utama, yaitu mereka yang terlihat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti; c. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

82

3. Pengumpulan Data, Pengolahan Data dan Analisis Data Pengolahaan dan analisis data dillakukan secara bersamaan selama proses penelitian. Dalam penelitian kualitatif pengolahan data tidak harus dilakukan setelah data terkumpul atau analisis data tidak mutlak dilakukan setelah pengolahan data selesai. Dalam hal ini sementara data dikumpulkan, peneliti dapat mengolah dan melakukan analisis data secara bersamaan. Sebaliknya, pada saat menganalisis data, peneliti dapat kembali lagi kelapangan untuk memperoleh tambahan data yang dianggap perlu dan mengolahnya kembali. Pengolahan data dilakukan dengan cara mengklarifikasi atau mengkategorikan data berdasarkan beberapa tema sesuai fokus penelitianya. Apabila penelitian tersebut untuk membentuk proposisi-proposisi atau teori, maka analisis data secara induktif dapat dilakukan melalui beberapa tahap, seperti yang dilakukan (Taylor dan Bogdan, 1984) dalam grounded research sebagai berikut: a. Membuat definisi sementara tentang gejala yang dipelajari b. Rumuskan suatu hipotesis untuk menjelaskan gejala tersebut c. Pelajari suatu kasus untuk melihat kecocokan antara kasus ddan hipotesis

83

d. Jika hipotesis tidak rumuskan kasus, rumuskan kembali hipotesis gejala yang dipelajari e. Pelajari kasus-kasus negative untuk menolak hipotesis f. Bila ditemui kasus negative, formuasikan kembali hipotesis gejala g. Lanjutkan sampai hipotesis benar-benar diterima dengan cara menguji kasus-kasus yang bervariasi. 4. Penyajian Data Prinsip dasar penyajian data adalah membagi pemahaman peneliti tentang sesuatu hal yang pada orang lain. Oleh Karena itu data yang diperoleh adalah katakata dan bukan bentuk angka, sering kali data adalah sebuah kutipan langsung dari kata-kata terwawancara. Hasil penelitian kualitatif juga dapat disajikan dalam bentuk life History, yaitu deskripsi tentang peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian pokok dari kehidupan seseorang dengan kata-katanya sendiri. 5. Pedoman Penggunaan Penelitian Kualitatif Ada beberapa pedoman yang dapat digunakan untuk menentukan apakah pendekatan kualitatif memang sesuai untuk diterapkan dalam suatu penelitian (Taylor dan Bogdan 1984; Marshall dan Rossman, 1989; Silverman,1993) sebagai berikut:

84

a. Pendekatan kualitatif sangat sesuai diterapkan apabila penelitian bertujuan untuk memahami makna yang mendasari tingkah laku manusia. b. Pendekatan kualitatif sesuai diterapkan apabila penelitian mendeskripsikan latar dan interaksi yang kompleks dari partisipan. c. Pendekatan kualitatif sesuai diterapkan pada penelitian untuk mmelakukan penjajakan atau mengidentifikasi informasi baru. d. Pendekatan kualitatif sesuai diterapkan pada penelitian yang bermaksud memahami keadaan yang terbatas jumlahnya dengan fokus yang mendalam dan rinci. e. Pendekatan kualitatif sesuai diterapkan pada penelitian mendeskripsikan gejala untuk melahirkan sesuatu teori atau hipotesis. f. Pendekatan kualitatif Sesuai diterapkan pada variabel-variabel menurut pandangan dan definisi pertisipan. Dalam penelitian kualitatif peneliti melaksanakan kegiatan penelitian secara objektif terhadap kenyataan subjektif yang diteliti. Dalam hal ini subjektifitas berlaku terhadap kenyataan yang diteliti dalam arti kenyataan tersebut dilihat dari sudut mereka yang diteliti. Oleh karena itu penelitian kualitatif lebih mementingkan ketepatan dan kecukupan data yang member tekanan pada validitas data

85

yaitu kesesuaian antara apa yang dicatat sebagai data dan apa yang sebenarnya terjadi pada latar yang diteliti.

86

BAGIAN V : VALIDITAS, RELIABILITAS DAN OBJEKTIVITAS DALAM PENELITAN NATURALISIK Kecaman yang dilancarkan oleh kaum positivisme terhadap penelitian kualitatif atau naturalistik adalah soal syarat validitas¸reliabilitas dan objektivitas. Untuk itu perlu bagi peneliti pemula yang hendak melakukan penelitian naturalistik memahami tolok ukur yang seyogyanya diterapkan untuk menilai validitas, reliabilitas dan objektivitas, sehingga tidak terjadi kerancuan konsep di dalam hal tersebut. A. Validitas Dalam penelitian kuantitatif konsep validitas mengacu pada upaya membuktikan bahwa apa yang ada dalam dunia kenyataan dan apakah penjelasan yang diberikan tentang dunia mamang sesuai dengan sebenarnya ada atau terjadi. Dalam hal ini berlaku validitas internal yaitu merupakan ukuran tentang kebenaran data yang diperoleh dengan instrumen, yakni apakah instrumen itu sungguh-sungguh mengukur variebel yang sebenarnya. Sementara itu dalam penelitian naturalistik, validitas internal menggambarkan konsep peneliti dengan konsep yang ada pada partisipan. Kelemahan dalam hal validitas internal dalam penelitian kualitatif dapat terjadi karena beberapa hal:

87

1. Perubahan waktu, situasi dan pematangan. Oleh karena penelitian kadang berlangsung lama, maka bisa jadi telah terjadi perububahan situasi, juga partisipan dapat mengalami pematangan. Untuk itu maka peneliti harus secara sistematis membandingkan data yang dieroleh dahulu dengan data yang kemudian. 2. Pengaruh pengamat. Pada tahap permulaan partisipan kadang tidak memberikan respon yang wajar kepada peneliti atau memberikan keterangan yang hanya menyenangkan peneliti. Untuk itu maka peneliti harus senantiasa membandingkan informasi yang didapat dengan mencari sumber informasi lain. Selain itu validitas informasi dapat dipertinggi dengan memperpanjang waktu pengamatan/ penelitian. 3. Seleksi. Peneliti kualitatif harus menyadari bahwa untuk memperoleh data yang valid ia harus melakukan seleksi. Artinya ia harus memilih siapa yang tepat untuk dijadikan sumber informan. 4. Mortalitas. Peneliti harus mewaspadai kemungkinan terjadi perubahan informan karena kepindahan lokasi dan sebagainya, dalam arti peneliti harus melihat apakah

88

karena kepindahan nara sumber membawa perubahan situasi. 5. Kedangkalan kesimpulan. Dapat terjadi kalau peneliti terlalu cepat mengambil kesimpulan. Untuk itu maka peneliti perlu melakukan penelitian lebih lama dan lebih cermat, melakukan kritik sendiri dan mempertimbangkan sumber-sumber bias atau kontaminasi. Dalam penelitian kuantitatif konsep validitas eksternal berkaitan dengan generalisasi, yaitu sampai sejauhmana pernyataan generalisasi yang dirumuskan juga berlaku bagi kasus-kasus lain di luar penelitiannya. Dalam penelitian naturalistik tidak melakukan sampling acak juga tidak mengadakan pengolahan statistik untuk mempertahankan generalisasi dan validitas eksternal. Namun bukan berarti penelitian kualitatif tidak mengindahkan validitas eksternal ini. Dalam penelitian kualitatif konsep validitas eksternal berhubungan dengan kemungkinan perbandingan dengan hasil-hasil studi lain dan untuk dapat dilakukan perbandingan oleh peneliti lain, maka tugas peneliti adalah memberikan deskripsi dan definisi yang jelas tentang tiap komponen seperti konsep yang dikembangkan, karakteristik fokus kajian, dan sebagainya, sehingga dapat dipahami orang lain sesuai dengan pemahaman peneliti sendiri.

89

Penjelasan tentang validitas sampai disini dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian kuantitatif, validitas internal berarti tercapainya aspek kebenaran atau the truth value hasil penelitiannnya sehingga dapat dipercaya, sedangkan dalam pengertian penelitian naturalistik validitas internal mengacu pada ada tidaknya kredibilitas atau credibility. Sedangkan validitas eksternal, dalam penelitian kuantitatif berarti berkenaan dengan aspek generalisasi atau tingkat aplikasi sementara dalam penelitian kualitatif berarti adanya kecocokan atau kesesuaian /fittingnes atau dapat diterapkan /transferability. B. Reliabilitas Dalam penelitian kuantitafif reliabilitas berkenaan dengan apakah penelitian itu dapat diulangi atau direplikasi oleh peneliti lain dan menemukan hasil yang sama bila peneliti menggunakan metode yang sama. Jadi reliabilitas menunjukkan adanya konsistensi. Syarat reliabilitas ini tidak mungkin dikenakan dalam penelitian kualitatif, karena situasi dalam kehidupan yang nyata tak dapat diulangi. Setiap situasi hakekatnya adalah unik dan tidak dapat direkosntruksi sepenuhnya seperti semula. Selain itu proses penelitian dan pelaporan juga sangat personalistik artinya sesuai dengan karakterisktik

90

peneliti, atau tidak ada dua peneliti yang akan menggunakan metode yang sama persis. Meskipun tidak ada patokan untuk reliabilitas namun dalam penelitian naturalistik ada upaya untuk menjaga reliabilitas internal-nya yaitu : 1. Memberikan deskripsi yang konkrti, catatan ucapan dan percakapan verbatim, kutipan yang cermat, sehingga tidak memungkinkan terjadinya penafsiran yang beraneka ragam 2. Mempekerjakan peneliti lebih dari seorang sehingga tiap data dan tafsiran dapat didiskusikan dan dibandingkan sampai tercapai kesesuaian pendapat. 3. Menggunakan partisipan lokal sebagai asisten peneliti, yang selalu berada di tempat dan dapat mengadakan pengamatan yang kontinue. 4. Meminta pendapat, penilaian dan kritik dari teman peneliti lainnya, misalnya dengan meminta mereka membaca laporan hasil penelitian 5. Mengupayakan pencatatan informasi dengan alat bantu perekam sehingga dapat ditangkap dan direkam dengan cermat segala sesuatu yang diucapkan. C. Objektivitas Objektivitas seringkali dipertentangkan dengan subjektivitas. Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang bisa melakukan eskperimen berulang-ulang dalam kondisi

91

yang sama, dalam penelitian kualitatif tidak dapat dilakukan eksperiman untuk menguji objektivitas. Namun peneliti kualitatif harus berusaha untuk sedapat mungkin memperkecil faktor subjektivitas. Ia harus menjauhi segala kemungkinan bias atau prasangka pada dirinya yang disebabkan oleh latar belakang hidup dan pendidikan, agama,kesukuan,status sosial, dsb. Metode penelitian kualitatif menganggap bahwa hasil suatu penelitian akan objektif bila juga dibenarkan atau diconfirm oleh peneliti lain. Maka karena itu, untuk pengertian objektivitas lazim digunakan istilah confirmability. Dalam penelitian kualitatif objektivitas merupakan suatu kesesuaian intersubjektif. Apabila hanya seorang mengatakannya, maka ia diangagap subjektif, akan tetapi apabila hal itu dibenarkan oleh sejumlah orang lain, maka hal itu dapat dianggap objektif. Cara –cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil-hasil penelitian: 1. Memperpanjang masa observasi 2. Pengamatan yang terus menerus 3. Triangulasi 4. Membicarakan dengan orang lain (peer debriefing) 5. Menggunakan bahan referensi 6. Mengadakan member check

92

D. Kriteria Keabsahan Data Keabsahan data merupakan padanan dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) menurut versi penelitian kualitatif dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan dan pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu : derajad kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability) dan kepastian (confrimability). Penerapan kriteria derajad kepercayaan, pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari penelitian kuantitatif. Kriteria keteralihan berbeda dengan validitas eksternal dari penelitian kuantitatif. Keteralihan sebagai persoalan empiris, bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Kriteria kebergantungan merupakan subtitusi istilah reliabilitas dalam penelitian kuantitatif. Konsep kebergantungan lebih luas dari reliabilitas. Kriterium kepastian berasal dari lonsep obyektivitas menurut penelitian kuantitatif. Jika penelitiaan kuantitatif menekankan pada instrumen penelitian, maka penelitian alamiah menghendaki agar penekanan bukan pada instrumen, melainkan pada data. Dengan demikian kebergantungan itu bukan lagi terletak pada instrumen penelitian seperti pada data kuantitatif,

93

melainkan pada datanya sendiri. Jadi isunya disini bukan lagi berkaitan dengan indikator dalam variabel, melainkan berkaitan dengan ciri-ciri data. E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data 1. Kredibilitas. Untuk memastikan apakah data yang dikumpulkan itu kredibel, maka ada beberapa teknik yang dapat dipergunakan. Noeng Muhadjir (2000) mengemukakan ada lima teknik yang dipakai untuk menguji kredibilitas suatu studi dalam penelitian kualitatif yaitu; a. Menguji terpecayanya temuan, b. Pertemuan pengarahan dengan kelompok peneliti untuk mengatasi bias, dan lain-lain, c. analisis kasus negatif yang fungsinya untuk merevisi hipotesis, d. menguji hasil temuan tentative dan penafsiran dengan rekaaman video, audio, photo atau semacamnya dan e. mengakaji temuan pada kelompok-kelompok dari mana kita memperoleh datanya. (Noeng Muhadjir, 2000). Sedangkan menurut Lexy J. Maleong (2002) teknik pemeriksaan data tersebut terdiri dari : a. Perpanjangan Waktu Penelitian

94

Perpanjangan waktu penelitian adalah istilah yang dipergunakan yang mengandung makna yang sama dengan istilah perpanjangan keikutsertaan yang menurut Lexy J. Maleong. Pertama, peneliti dengan perpanjangan waktu penelitian akan dapat menguji ketidak beneran informasi yang disebabkan oelh distorsi, baik yang berasal dari diri sendiri, maupun dari responden dan membangun kepercayaan subjek. Kedua, perpanjangan waktu penelitian juga dimaksudkan untuk membangun kepercayaan para subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri. b. Ketekunan Pengamatan Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciriciri dan unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. c. Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzim dalam (Lexy J. Maleong, 2002), membedakan empat macam triagulasi sebagai teknik pemeriksaan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.

95

Triangulasi dengan teori, menurut Lincoln dan Guba dalam (Lexy J. Maleong, 2002) berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Teknik mengandung bebrapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data. Pertama, untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran. Kedua, diskusi dengan sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti. e. Analisis kasus negatif Teknik analisis kasus negatif dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dari kasus yang tidak sesuai dengan pola dan ada kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding peserta yang tidak menyelesaikan program dan meninggalkan latihan sebelum waktunya diambil sebagai kasus untuk meneliti kekurangan program latihan tersebut. Kasus negatif demikian untuk menjelaskan hipotesis alternatif sebagai upaya meningkatkan argumentasi.

96

f. Pengecekan melalui data rekaman Film, video tape, video kamera, tape recorder, kamera photo atau handycam misalnya dapat digunakan sebagai alat perekam yang datanya dimanfaatkan untuk menguji kredibilitas hasil penelitian. Jadi bahan-bahan yang tercatat atau terekam itu dapat digunakan sebagai patokan untuk menguji sewaktu-waktu diadakan analisis dan penafsiran data. g. Pengecekan Melalui Anggota peneliti Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan. Pengecekan anggota dapat dilakukan baik secara formal maupun secara tidak formal. Banyak kesempatan tersedia untuk mengadakan pengecekan anggota, yaitu setiap hari pada waktu peneliti bergaul dengan para subjek. Teknik bagaimanapun ada kelemahannya. Misalnya anggota yang terlibat itu berasal dari satu kubu yang sengaja mau menghancurkan hasil penemuan atau sengaja membelokan penemuan karena tidak sesuai dengan kebijaksanaan yang selama ini berlangsung. 2. Transferbilitas. Usaha membangun keteralihan dalam membangun penelitian kualitatif jelas sangat berbeda dengan

97

penelitian kuantitatif dengan validitas eksternalnya.teknik ini menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitiannya sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan. Uraiannya harus mengungkapkan secara khusus sekali segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar ia dapat memahami penemuan-penemuan yang diperoleh. 3. Dependendabilitas. Untuk menyakinkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan itu realiabel sebagaimana dalam konsep penelitian kuantitatif, maka dilakukan dengan cara auditing kebergantungan. Hal ini dilakukan baik terhadap proses maupun terhadap hasil atau keluaran dalam pemeriksaan terhadap kriteria kebrgantungan terdapat beberapa langkah. Pertama, tema auditor berurusan dengan kecukupan inquiry dan pemanfaatan metodeloginya. Juga auditor perlu menelaah sejauh manakah seluruh data telah dimanfaatkan dalam analisis dan sejauh manakah setiap bidang yang tercakup secara beralasan sudah ditelaah oleh si peneliti? Sejauh manakah tindak tanduk peneliti dipengaruhi oeleh persoalan praktis seperti karena pengaruh subjek? Sejauhmanakah peneliti menemukan kasus negatif dan data positif? Pengaruh perasaan dan emosi dari pihak peneliti perlu pula diperiksa. Terakhir unsur-unsur

98

rancangan penelitian yang muncul dari penelitian agar juga diperiksa dan auditor juga hendaknya mencatat jika sekiranya terjadi hambatan dan ketidak stabilan. 4. Confirmabilitas. Untuk mendapatkan data yang obyektif, juga dilakukan dengan cara auditing kepastian data. Pertama-tama auditor perlu memastikan apakah hasil penemuannya itu benar-benar berasal dari data. Sesudah itu auditor berusaha membuat keputusan apakah secaralogis kesimpulan itu ditarik dan berasal dari data. Auditor juga perlu melakukan penilaian terhadap derajat ketelitian peneliti apakah ada kemencengan, memperhatikan terminology peneliti apakah dilakukan atas dasar terori dari dasar, apakah terlalu berlebihan menonjolkan pengetahuan apriori peneliti dalam konseptualisasi penemuan dan menelaah apakah ada atau tidak intropeksi. Terakhir auditor menelaah kegiatan peneliti dalam melaksanakan pemeriksaan keabsahan data, misalnya bagaimana peneliti mengadakan triagulasi, analisis kasus negatif dan lain-lain dengan memadai

99

100

BAGIAN VI : TAHAPAN ANALISIS DATA A. Pengertian Analisis Data Kualitatif Berikut ini beberapa orang ahli yang merumuskan Pengertian analisis data dalam penelitian kualitatif. 1. Bogdan, Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat dipahami dengan mudah, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting untuk dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. 2. Susan Stainback, Analisis data adalah hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif. Hal ini berarti mengkaji dan memahami hubungan-hubungan dan konsep dalam daya sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi. 3. Spradley, Analisis dalam penelitian jenis apapun merupakan cara berpikir. Hal itu berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antarbagian, dan hubungannya dengan keseluruhan. Analisis adalah untuk mencari pola.

101

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, serta membuat kesimpulan, sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan dari data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis itu dapat diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah data dalam satuan yang dapat dikelola. Disamping itu mensintesiskan data, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari untuk memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Pada hakikatnya analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga

102

diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut data kualitatif yang biasanya berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk akhirnya bisa dipahami dengan mudah. Pada bagian analisis data diuraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya. Analisis ini melibatkan pengerjaan, pengorganisasian, pemecahan dan sintesis data serta pencarian pola, pengungkapan hal yang penting, dan penentuan apa yang dilaporkan. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data, dengan teknik-teknik misalnya analisis domain, analisis taksonomis, analisis komponensial, dan analisis tema. Dalam hal ini peneliti dapat menggunakan statistik nonparametrik, logika, etika, atau estetika. Dalam uraian tentang analisis data ini supaya diberikan contoh yang operasional, misalnya matriks dan logika. Analisis data kualitatif sesungguhnya sudah dimulai saat peneliti mulai mengumpulkan data, dengan cara memilah mana data yang sesungguhnya penting atau tidak. Ukuran penting dan tidaknya mengacu pada kontribusi data tersebut pada upaya menjawab fokus penelitian. Di dalam penelitian lapangan (field research) bisa saja terjadi karena

103

memperoleh data yang sangat menarik, peneliti mengubah fokus penelitian. Hal ini bisa dilakukan karena perjalanan penelitian kualitatif bersifat siklus, sehingga fokus yang sudah didesain sejak awal bisa berubah di tengah jalan karena peneliti menemukan data yang sangat penting, yang sebelumnya tidak terbayangkan. Lewat data itu akan diperoleh informasi yang lebih bermakna. Untuk bisa menentukan kebermaknaan data atau informasi ini diperlukan pengertian mendalam, kecerdikan, kreativitas, kepekaan konseptual, pengalaman dan expertise peneliti. Kualitas hasil analisis data kualitatif sangat tergantung pada faktor-faktor tersebut. Miles dan Huberman (1984) menyebutkan bahwa analisis data selama pengumpulan data membawa peneliti mondar-mandir antara berpikir tentang data yang ada dan mengembangkan strategi untuk mengumpulkan data baru. Melakukan koreksi terhadap informasi yang kurang jelas dan mengarahkan analisis yang sedang berjalan berkaitan dengan dampak pembangkitan kerja lapangan. Langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data yaitu penyusunan lembar rangkuman kontak (contact summary sheet), pembuatan kode-kode, pengkodean pola (pattern codding) dan pemberian memo. Lembar rangkuman kontak merupakan lembar yang berisi serangkaian pemfokusan atau rangkuman pertanyaan tentang kontak lapangan tertentu. Dalam hal ini, peneliti

104

menelaah catatan-catatan lapangan dan menjawab setiap pertanyaan secara singkat untuk mengembangkan rangkuman secara keseluruhan dari hal pokok dalam kontak. Pertanyaan itu dapat dirumuskan : a. Orang, peristiwa atau situasi apa yang akan diungkap? b. Tema dan isu apa dalam kontak? c. Tempat mana yang paling energi pada kontak berikutnya, dan informasi apa saja yang akan dilacak? Lembar rangkuman kontak dapat dibuat secara lebih spesifik dan tidak begitu open-ended, dengan disertai kodekode. Persoalan yang dihadapi dalam pengumpulan data adalah banyaknya catatan-catatan lapangan dan dokumen yang terkumpul, sehingga dapat menyulitkan peneliti dalam menangkap makna yang esensial dan menata kembali, serta merampingkan menjadi satuan-satuan yang siap dianalisis. Pengkodean diawali dengan penyusunan daftar kodedan pemberian kode biasanya dilakukan pada tepi kiri dan tepi kanan pada catatan lapangan. B. Coding: Sebuah Proses Penting dalam Penelitian Kualitatif Dalam penelitian kualitatif. data coding atau pengodean data memegang peranan penting dalam proses analisis data dan menentukan kualitas abstraksi data hasil penelitian. Setiap peneliti yang berkeinginan untuk menjadi mahir

105

dalam melakukan analisis kualitatif harus belajar untuk mengodekan data dengan baik dan mudah. Sayangnya, dalam berbagai literatur mengenai penelitian kualitatif di Indonesia, tidak banyak orang yang membicarakan tata cara atau tehnik-tehnik dalam melakukan pengodean meskipun pengodean merupakan suatu tugas yang penting dan krusial dalam proses analisis. Sebelum beberapa pengetahuan mengenai tata cara melakukan pengodean di awali dengan penjelasan mengenai apa itu kode dalam penelitian kualitatif. Apa itu kode? Kode dalam penelitian kualitatif merupakan kata atau frasa pendek yang secara simbolis bersifat meringkas, menonjolkan pesan, menangkap esensi dari suatu porsi data, baik itu data berbasiskan bahasa atau data visual. Dengan bahasa yang lebih sederhana, kode adalah kata atau frasa pendek yang memuat esensi dari suatu segmen data. Apa itu pengodean? Andaikan anda sebagai seorang peneliti, sedang berhadapan dengan sebuah segmen data wawancara yang berbunyi demikian,“Setiap hari saya selalu sempatkan diri untuk pergi ke perpustakaan, mencari buku-buku dan jurnaljurnal yang relevan dengan topik penelitian saya. Setelah itu saya dapatkan, saya pun membuat jadwal untuk membaca, dan kemudian mencatat apa yang saya pahami dari buku/jurnal tersebut dalam sebuah catatan khusus“

106

Setelah anda membaca segmen data ini, pikirkanlah sebuah kata atau frasa singkat yang meringkas atau memuat esensi atau pesan dari segmen data itu. Anda dapat menggunakan frasa mendalami topik penelitian, atau pendalaman topik untuk mewakilkan esensi dari segmen data tersebut. Pengodean adalah aktifitas memberi kode terhadap segmen-segmen data. Apa yang dikodekan? Jawabannya bermacam-macam. Ketika peneliti melakukan analisis, yang dikodekan adalah makna pernyataan, perilaku, peristiwa, perasaan, tindakan dari informan, dan lain-lain tergantung apa yang terkandung dalam segmen data yang dihadapi. Ada sejumlah pertanyaan yang dapat peneliti ajukan ketika ia berhadapan dengan segmen-segmen data yang sekiranya dapat membantu untuk melakukan pengodean sebagai berikut: a. Apa yang sedang terjadi disini? b. Apa asumsi-asumsi yang berada di balik peristiwa ini? c. Apa yang ingin disampaikan oleh informan lewat pernyataan ini? d. Apa maksud informan ini melakukan hal ini? e. Apa makna dari peristiwa ini? f. Perasaan apa yang tercermin lewat pernyataan informan ini? Pertanyaan-pertanyaan di atas hanyalah sebagian kecil pertanyaan yang dapat membantu peneliti dalam melakukan

107

pengodean terhadap pernyataan, perilaku, perasaan, tindakan dari informan yang dijumpainya dalam segmen-segmen data. C. Desplay Data Analisa data setelah pengumpulan data, pada tahap ini peneliti banyak terlibat dalam kegiatan penyajian atau penampilan (display) dari data yang dikumpulkan dan dianalisis sebelumnya peneliti kualitatif banyak menyususn teks naratif. Display adalah format yang menyajikan informasi secara sistimatik kepada pembaca. Penelitian kualitatif memfokuskan pada kata-kata, tindakan-tindakan orang yang terjadi pada konteks tertentu, konteks mana dapat dilihat sebagai aspek relevan segera dari situasi yang bersangkutan, maupun sebagai aspek relevan dari sistem sosial di mana seseorang berfungsi seperti contohnya : ruang kelas, sekolah, departemen, perusahaan, keluarga, agen, masyarakat lokal dan sebagainya. Dari pengalaman melakukan penelitian kualitatif beberapa kali, model analisis data yang dikenalkan oleh Spradley (1980), dan Glaser dan Strauss (1967) bisa dipakai sebagai pedoman. Walaupun tidak baku, artinya setiap peneliti kualitatif bisa mengembangkannya sendiri, secara garis besar model analisis itu diuraikan sebagai berikut: 1. Analisis Domain (Domain analysis). Analisis domain pada hakikatnya adalah upaya peneliti untuk memperoleh gambaran umum tentang data untuk

108

menjawab fokus penelitian. Caranya ialah dengan membaca naskah data secara umum dan menyeluruh untuk memperoleh domain atau ranah apa saja yang ada di dalam data tersebut. Pada tahap ini peneliti belum perlu membaca dan memahami data secara rinci dan detail karena targetnya hanya untuk memperoleh domain atau ranah. Hasil analisis ini masih berupa pengetahuan tingkat permukaan tentang berbagai ranah konseptual. Dari hasil pembacaan itu diperoleh hal-hal penting dari kata, frase atau bahkan kalimat untuk dibuat catatan pinggir. Terdapat 3 elemen dasar domain yaitu : Cover term, Included term dan Semantic relationship dan ada enam tahap yang dilakukan dalam analisis domain yaitu: a. Memilih salah satu hubungan semantik untuk memulai dari sembilan hubungan semantik yang tersedia; b. Menyiapkan lembar analisis domain; c. Memilih salah satu sampel catatan lapangan yang dibuat terakhir, untuk memulainya; d. Mencari istilah acuan dan istilah bagian yang cocok dengan hubungan semantik dari catatan lapangan; e. Mengulangi usaha pencarian domain sampai semua hubungan semantik habis; f. Membuat daftar domain yang ditemukan (teridentifikasikan).

109

2. Analisis Taksonomi (Taxonomy Analysis). Taksonomi adalah himpunan kategori-katagori yang di organisasi berdasarkan suatu semantic relationship. Jadi taksonomi merupakan rincian dari domain cultural. Pada tahap analisis taksonomi, peneliti berupaya memahami domain-domain tertentu sesuai fokus masalah atau sasaran penelitian. Masing-masing domain mulai dipahami secara mendalam, dan membaginya lagi menjadi sub-domain, dan dari sub-domain itu dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi hingga tidak ada lagi yang tersisa, alias habis (exhausted). Pada tahap analisis ini peneliti bisa mendalami domain dan sub-domain yang penting lewat konsultasi dengan bahan-bahan pustaka untuk memperoleh pemahaman lebih dalam. Tujuh langkah yang dilakukan dalam analisis taksonomi yaitu: a. Memilih salah satu domain untuk dianalisis; b. Mencari kesamaan atas dasar hubungan semantik yang sama yang digunakan untuk domain itu; c. Mencari tambahan istilah bagian; d. Mencari domain yang lebih besar dan lebih inklusif yang dapat dimasukkan sebagai sub bagian dari domain yang sedang dianalisis; e. Membentuk taksonomi sementara; f. Mengadakan wawancara terfokus untuk mencek analisis yang telah dilakukan;

110

g. Membangun taksonomi secara lengkap. 3. Analisis Komponensial (Componential Analysis). Pada tahap ini peneliti mencoba mengkontraskan antar unsur dalam ranah yang diperoleh. Unsur-unsur yang kontras dipilah-pilah dan selanjutnya dibuat kategorisasi yang relevan. Kedalaman pemahaman tercermin dalam kemampuan untuk mengelompokkan dan merinci anggota sesuatu ranah, juga memahami karakteristik tertentu yang berasosiasi. Dengan mengetahui warga suatu ranah, memahami kesamaan dan hubungan internal, dan perbedaan antar warga dari suatu ranah, dapat diperoleh pengertian menyeluruh dan mendalam serta rinci mengenai pokok permasalahan. Ada delapan langkah dalam analisi komponen ini yaitu: a. Memilih domain yang akan dianalisis; b. Mengidentifikasi seluruh kontral yang telah ditemukan; c. Menyiapkan lembar paradigm; d. Mengidentifikasi demensi kontras yang memiliki dua nilai; e. Menggabungkan demensi kontras yang berkaitan erat menjadi satu; f. Menyiapkan pertanyaan kontras untuk ciri yang tidak ada; g. Mengadakan pengamatan terpilih untuk melengkapi data;

111

h. Menyiapkan paradigma lengkap. 4. Analisis Tema Kultural (Discovering Cultural Themes). Analisis Tema Kultural adalah analisis dengan memahami gejala-gejala yang khas dari analisis sebelumnya. Analisis ini mencoba mengumpulkan sekian banyak tema, fokus budaya, nilai, dan simbolsimbol budaya yang ada dalam setiap domain. Selain itu, analisis ini berusaha menemukan hubunganhubungan yang terdapat pada domain yang dianalisis, sehingga akan membentuk satu kesatuan yang holistik, yang akhirnya menampakkan tema yang dominan dan mana yang kurang dominan. Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah: a. membaca secara cermat keseluruhan catatan penting, b. memberikan kode pada topik-topik penting, c. menyusun tipologi, d. membaca pustaka yang terkait dengan masalah dan konteks penelitian. Berdasarkan seluruh analisis, peneliti melakukan rekonstruksi dalam bentuk deskripsi, narasi dan argumentasi. Sekali lagi di sini diperlukan kepekaan, kecerdasan, kejelian, dan kepakaran peneliti untuk bisa menarik kesimpulan secara umum sesuai sasaran penelitian. Tujuh cara untuk menemukan tema yaitu: a. Melebur diri; b. Melakukan analisis komponen terhadap istilah acuan;

112

c. Menemukan perspektif yang lebih luas melelui pencarian domain dalam pemandangan budaya; d. Menguji demensi kontras seluruh domain yang telah dianalisis; e. Mengidentifikasi domain terorganisir; f. Membuat gambar untuk memvisualisasi hubungan antar domain; g. Mencari tema universal, dipilih satu dari enam topik: konflik sosial, kontradiksi budaya, teknik kontrol sosial, hubungan sosial pribadi, memperoleh dan menjaga status dan memecahkan masalah. Sesuai dengan topik penelitian maka yang dipilih adalah memecahkan masalah. 5. Analisa Komparasi Konstan (Grounded Theory Research) Dalam pendekatan teori grounded ini, peneliti mengkosentrasikan dirinya pada deskripsi yang rinci tentang sifat/ ciri dari data yang dikumpulkan, sebelum berusaha menghasilkan pernyataan-pernyataan teoritis yang lebih umum. Di saat telah memadainya rekaman cadangan deskripsi yang akurat tentang fenomena sosial yang relevan, barulah peneliti dapat mulai menghipotesiskan jalinan hubungan di antara fenomenafenomena yang ada, dan kemudian mengujinya dengan menggunakan porsi data yang lain. Tiga aspek kegiatan yang penting untuk dilakukan, yaitu:

113

a. Menulis catatan atau note writing. b. Mengidentifikasi konsep-konsep atau discovery or identification of concepts. c. Mengembangkan batasan konsep dan teori atau development of concept definition and the elaboration of theory. Analisis Data Kualitatif adalah suatu proses yang meliputi: 1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri, 2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar dan membuat indeksnya, 3. Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola,hubungan-hubungan dan temuan-temuan umum. (Seiddel, 1998). Pada analisis data kualitatif, kata-kata dibangun dari hasil wawancara dan diskusi kelompok terfokus terhadap data yang dibutuhkan untuk dideskripsikan dan dirangkum. Tahapan-tahapan analisis data kualitatif sebagai berikut: 1. Membiasakan diri dengan data melalui tinjauan pustaka; 2. Membaca, mendengar, dan melihat; 3. Transkrip wawancara dari perekam; 4. Pengaturan dan indeks data yang telah diidentifikasi; 5. Anonim dari data yang sensitif;

114

6. Koding; 7. Identifikasi tema; 8. Pengkodingan ulang; 9. Pengembangan kategori; 10. Eksplorasi hubungan antara kategori; 11. Pengulangan tema dan kategori; 12. Membangun teori dan menggabungkan pengetahuan yang sebelumnya; 13. Pengujian data dengan teori lain; dan 14. Penulisan laporan, termasuk dari data asli jika tepat (seperti kutipan dari wawancara). D. Proses Analisis Data Kualitatif Mulai kapankah proses analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai atau dilaksanakan? Sebenarnya jika di pahami, analisis data dalam penelitian ini sudah dimulai sejak sebelum memasuki lapangan penelitian, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Menurut S. Nasution, analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Dalam kenyataannya analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengum-pulan data daripada setelah selesai pengumpulan data.

115

Bagaimanakah proses analisis data seperti yang dikatakan oleh S. Nasution di atas apabila dijabarkan dalam sebuah penelitian kualitatif? 1. Analisis Sebelum di Lapangan Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum kita melakukan penelitian sebenarnya atau dengan kata lain sebelum kita terjun untuk mengumpulkan data di lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil dari studi pendahuluan atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. Sebagai contoh, jika seseorang ingin mencari pohon mahoni di suatu hutan. Berdasarkan karakteristik tanah dan iklim, maka dapat diduga bahwa di dalam hutan tersebut terdapat pohon mahoni. Oleh karena itu, peneliti kemudian mengajukan usulan penelitian, di mana fokusnya adalah ingin menemukan pohon mahoni pada hutan tersebut lengkap dengan karakteristiknya. Begitu peneliti memasuki lapangan, dalam hal ini adalah hutan, ternyata tidak ada pohon mahoninya. Jika penelitian kuantitatif, tentu akan membatalkan penelitiannya. Tetapi dalam penelitian kualitatif tidak demikian, karena fokus penelitian bersifat sementara,

116

dan akan berkembang setelah di lapangan. Oleh karena itu tepat sekali jika analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung selama proses penelitian. 2. Analisis Selama dan Setelah di Lapangan Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban dari informan. Apabila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu sehingga diperoleh data yang kredibel. Secara umum, penelitian kualitatif dalam melakukan analisis data banyak menggunakan model analisis yang dicetuskan oleh Miles dan Huberman yang sering disebut dengan metode analisis data interaktif. Mereka mengungkapkan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data kualitatif ada tiga, yaitu tahap reduksi data, display data, dan kesimpulan atau verifikasi.

117

1. Reduksi Data Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, sehingga perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data yang diperoleh akan semakin banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan 118

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya apabila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan, seperti komputer, notebook, dan lain sebagainya. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, apabila peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keleluasaan, dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan dengan teman atau orang lain yang dipandang cukup menguasai permasalahan yang diteliti. Melalui diskusi itu, wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan. 2. Display Data (Penyajian Data) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kuantitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan menggunakan tabel, grafik, pictogram, dan sebagainya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.

119

Beda halnya dalam penelitian kualitatif, di mana penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, dan sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan adanya penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Selanjutnya oleh Miles dan Huberman disarankan agar dalam melakukan display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jaringan kerja), dan chart. 3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan mengalami perubahan apabila tidak ditemukan buktibukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

120

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak. Mengapa bisa demikian? Karena seperti telah dikemukakan di atas bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau bahkan gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan ini dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, maupun hipotesis atau teori. E. Analisis Data Kualitatif Analisis data kualitatif mempunyai dua model yaitu penelitian kualitatif Etnographic (Model Spradley), dan penelitian kualitatif Grounded (Model Miles dan Huberman). Masing- masing tekniknya seperti di bawah ini: 1. Etnographic (Model Spradley) a. Analisis Domain (Domain Analysis). Merupakan proses untuk menemukan bagian-bagian, unsurunsur, atau domain pengelompokan makna budaya yang terkandung dalam kategori yang lebih kecil.

121

b. Analisis Taksonomi (Taxonomic Analysis). Menyoroti pusat perhatian dengan satu langkah lebih dalam untuk mengungkap hubungan antaraunsurunsur dari setiap domain. c. Analisis Komponensial (Componential Analysis). Mencari kontras, memilah-milah, mengelompokkan, dan memasukkan semua informasi yang diperoleh ke dalam peta informasi. d. Analisis Tema Kultura. Kegiatan menganalisis data yang dimulai dari analisis domain, taksonomi dan komponensial untuk memperoleh pemahaman lebih lauas terhadap domain yang dipilih dalam situasisosial yang diteliti. 2. Grounded (Model Miles dan Huberman) a. Reduksi Data (Reduction). Merangkum, memilih hal yang pokok, fokus pada hal penting, dicari tema dan polanya. Dalam reduksi ini memungkinkan peneliti untuk membuang dan memasukkan data yang dianggap perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data berikutnya. b. Penyajian Data (Display). Menyajikan data atau narasi data secara sederhana dalam bentuk kata-kata, dapat dilakukan dengan membentuk tabel, grafik, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut,

122

maka data akan terorganisir dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. c. Verifikasi dan Simpulan (Verification and Conclussion). Dalam tahap pengumpulan data sebelumnya, peneliti sudah membuat simpulansimpulan sementara. Pada tahap verifikasi ini, peneliti mengecek hasil simpulan-simpulan tersebut untuk dijadikan sebuah kesimpulan pasti dari hasil penelitiannya. 3. Biografi Langkah-langkah analisis data pada studi biografi, yaitu: a. Mengorganisir file pengalaman objektif tentang hidup responden seperti tahap perjalanan hidup dan pengalaman. Tahap tersebut berupa tahap kanakkanak, remaja, dewasa dan lansia yang ditulis secara kronologis atau seperti pengalaman pendidikan, pernikahan, dan pekerjaan b. Membaca keseluruhan kisah kemudian direduksi dan diberi kode. c. Kisah yang didapatkan kemudian diatur secara kronologis. d. Selanjutnya peneliti mengidentifikasi dan mengkaji makna kisah yang dipaparkan, serta mencari epipani dari kisah tersebut. e. Peneliti juga melihat struktur untuk menjelaskan makna, seperti interaksi sosial didalam sebuah

123

kelompok, budaya, ideologi, dan konteks sejarah, kemudian memberi interpretasi pada pengalaman hidup individu. f. Kemudian, riwayat hidup responden di tulis dengan berbentuk narasi yang berfokus pada proses dalam hidup individu, teori yang berhubungan dengan pengalaman hidupnya dan keunikan hidup individu tersebut. 4. Fenomenologi Langkah-langkah analisis data pada studi fenomenologi, yaitu: a. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan. b. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai data yang dianggap penting kemudian melakukan pengkodean data. c. Menemukan dan mengelompokkan makna pernyataan yang dirasakan oleh responden dengan melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama. d. Pernyataan tersebut kemudian di kumpulkan ke dalam unit makna lalu ditulis gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi.

124

e. Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena tersebut sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut. Kemudian mengembangkan textural description (mengenai fenomena yang terjadi pada responden) dan structural description (yang menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi). f. Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman responden mengenai fenomena tersebut. g. Membuat laporan pengalaman setiap partisipan. Setelah itu, gabungan dari gambaran tersebut ditulis. 5. Studi kasus Langkah-langkah analisis data pada studi kasus, yaitu: a. Mengorganisir informasi. b. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode. c. Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya. d. Peneliti menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa kategori. e. Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi dan mengembangkan generalisasi natural dari kasus baik untuk peneliti maupun untuk penerapannya pada kasus yang lain. f. Menyajikan secara naratif.

125

126

BAGIAN VII : TRIANGULASI DALAM PENELITIAN KUALITATIF A. Mengenal Triangulasi Triangulasi adalah istilah yang diperkenalkan oleh N.K.Denzin dengan meminjam peristilahan dari dunia navigasi dan militer, yang merujuk pada penggabungan berbagai metode dalam suatu kajian tentang satu gejala tertentu. Keandalan dan kesahihan data dijamin dengan membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber atau metode tertentu dengan data yang di dapat dari sumber atau metode lain. Kepopuleran penggabungan metode ini telah tumbuh selama 40 sampai 50 tahun yang lalu, yaitu pada sekitar tahun 1950-an dan 1960-an. Metode tringulasi tersebut mulai dipakai dalam penelitian kualitatif sebagai cara untuk meningkatkan pengukuran validitas dan memperkuat kredibilitas temuan penelitian dengan cara membandingkannya dengan berbagai pendekatan yang berbeda. Salah satu pertanyaan penting dan sering muncul dari para peneliti dan terutama mahasiswa yang sedang melakukan penelitian untuk menyusun Skrpsi, Tesis dan Disertasi adalah masalah triangulasi. Makna dan tujuan tiangulasi dalam penelitian maih kurang dipahami, sehingga sering kali muncul persoalan tidak saja antara mahasiswa dan dosen dalam proses pembimbingan, tetapi juga antar

127

dosen pada saat menguji skripsi, tesis, dan disertasi. Hal ini diharapkan tidak akan terjadi apabila masing-masing memiliki pemahaman yang cukup mengenai triangulasi. Istilah triangulasi dalam kegiatan penelitian secara umum banyak dipahami oleh sebagian kalangan hanya dapat di jumpai dalam penelitian kualitatif sebagai salah satu teknik validasi sebuah penelitian. Akan tetapi, pemahamannya tidak sesederhana yang dipahami oleh sebagian kalangan tersebut. Triangulasi akan sangat tepat penggunaannya dalam sebuah penelitian apabila peneliti paham konsep dari triangulasi itu sendiri dan batasanbatasannya apabila akan di implementasikan dalam sebuah penelitian. Disamping itu, istilah triangulasi juga tidak hanya dipahami sebagai salah satu teknik analisis data dan teknik validasi data kualitatif, akan tetapi triangulasi dapat juga dipahami sebagai suatu teknik penelitian perpaduan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif. Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti pada saat melakukan penelitian, mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang

128

handal. Agar kita bisa memahami apa itu triangulasi di bawah ini pemakalah akan menyajikan penjelasan apa itu triangulasi. B. Pengertian Triangulasi Ide tentang triangulasi bersumber dari ide tentang multiple operationism yang mengesankan bahwa kesahihan temuan-temuan dan tingkat konfidensinya akan dipertinggi oleh pemakaian lebih dari satu pendekatan untuk pengumpulan data. Seperti halnya dengan penelitian-penelitian yang lain, pencampuran metode penelitian ini tidak tanpa kontroversi, di sana terdapat banyak keprihatinan yang terlihat tentang waktu dan kepentingan kebutuhan untuk mengkombinasikan penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam satu penyelidikan. Selain itu juga pada kalangan penelitian kualitatif, karena menggunakan terminologi dan cara yang mirip dengan model paradigma positivistik (kuantitatif), seperti pengukuran dan validitas, triangulasi mengundang perdebatan cukup panjang di antara para ahli penelitian kualitatif sendiri. Alasannya, selain mirip dengan cara dan metode penelitian kuantitatif, metode yang berbeda-beda memang dapat dipakai untuk mengukur aspek-aspek yang berbeda, tetapi juga akan menghasilkan data yang berbeda-beda pula. Kendati terjadi perdebatan sengit, tetapi seiring dengan

129

perjalanan waktu, metode triangulasi semakin lazim dipakai dalam penelitian kualitatif karena terbukti mampu mengurangi bias dan meningkatkan kredibilitas penelitian. Konsep ini dilandasi asumsi bahwa setiap bias yang inheren dalam sumber data, peneliti, atau metode tertentu, akan dinetralkan oleh sumber data, peneliti atau metode lainnya. Istilah triangulasi yang dikemukakan oleh Denzin dikenal sebagai penggabungan antara metode kualitatif dan metode kuantitatif yang digunakan secara bersama-sama dalam suatu penelitian. Metode penelitian dengan tehnik triangulasi digunakan dengan adanya dua asumsi. Yaitu : 1. Pada level pendekatan, tehnik triangulasi digunakan karena adanya keinginan melakukan penelitian dengan menggunakan dua metode sekaligus yakni, metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Hal ini didasarkan karena, masing-masing metode memiliki kelemahan dan kelebihan tertentu, dan memiliki pendapat dan anggapan yang berbeda dalam memandang dan menanggapi suatu permasalahan. Suatu masalah jika dilihat dengan menggunakan suatu metode akan berbeda jika dilihat dengan menggunakan metode yang lain. Oleh karena itu akan sangat bermanfaat apabila kedua sudut pandang yang berbeda tersebut digunakan secara bersama-sama dalam menanggapi suatu permasalahan sehingga diharapkan dapat

130

memperoleh hasil yang lebih lengkap dan sempurna. Pada level pendekatan penelitian, penggabungan metode kuantitaif dan kualitatif dalam sebuah kegiatan penelitian ditujukan untuk menemukan sesuatu yang lebih utuh dari objek penelitian. 2. Pada level pengumpulan dan analisis data. Pengumpulan dan analisis data membutuhkan sebuah prosedur untuk menguji hasil analisis data. Dalam penelitian dengan mengunakan metode triangulasi, peneliti dapat menekankan pada metode kualitaitif, metode kuantitaif atau dapat juga dengan menekankan pada kedua metode. Apabila peneliti menekankan pada metode kualitatif, maka metode kuantitatif dapat digunakan sebagai fasilitator dalam membantu melancarkan kegiatan peneliatian, dan sebaliknya jika menekankan metode kuantitatif. Namun. apabila peneliti memberi tekanan yang sama terhadap kedua metode penelitian (kuantitatifkualitatif) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan harus dilakukan yakni : a. Dapat digunakan bersama untuk meneliti pada obyek yang sama, tetapi tujuan yang berbeda. Metode kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menguji hiptesis. b. Digunakan secara bergantian. Pada tahap pertama menggunakan metode kualitaif, sehingga ditemukan

131

c.

d.

e.

f.

hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut diuji dengan metode kuantitatif. Metode penelitian tidak dapat di gabungkan karena paradigmanya berbeda. Tetapi dalam penelitian kuantitatif dapat menggabungkan penggunaan teknik pengumpulan data (bukan metodenya), sepertinya penggunaan triangulasi dalam kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif misalnya, teknik pengumpulan data yang utama menggunakan kuesioner, data yang diperoleh adalah data kuantitatif. Selanjutnya, untuk memperkuat dan mengecek validitas data hasil kuesioner tersebut, maka dapat dilengkapi dengan observasi atau wawancara kepada responden yang telah memberikan angket tersebut, atau orang lain yang memahami terhadap masalah yang diteliti. Memahami masing-masing metode dan pentingnya metode tersebut dalam suatu penelitian yang akan dilakukan; Memahami permasalahan dan tujuan penelitian yang akan dilakukan sehingga penggunaan metode kualitatif dan metode kuantitatif ini disesuaikan dengan masalah dan tujuan dari penelitian yang ingin dicapai; Kedua metode yang digunakan juga dapat dilakukan dengan mempertimbangkan prioritas kepentingan, dimana kedua metode dapat digunakan dalam desain

132

secara bersama-sama namun pada laporan penelitian hanya diperhitungkan salah satunya saja; g. Kedua metode juga digunakan berdasarkan pertimbangan keterampilan peneliti, yang terlibat dalam satu kegiatan penelitian secara simultan apabila ada hubungan dengan masalah dan tujuan penelitian. C. Tujuan dalam menggunakan metode triangulasi Tujuan menggunakan metode triangulasi, pertama adalah menggabungkan dua metode dalam satu penelitian untuk mendapatkan hasil yang lebih baik apabila dibandingkan dengan menggunakan satu metode saja dalam suatu penelitian. Triangulasi lebih banyak menggunakan metode alam level mikro, seperti bagaimana menggunakan beberapa metode pengumpulan data dan analisis data sekaligus dalam sebuah penelitian, termasuk menggunakan informan sebagai alat uji keabsahan dan analisis hasil penelitian. Asumsinya abahwa informasi yang diperoleh peneliti melaui pengamatan akan lebih akurat apabila juga digunakan interview atau menggunakan bahan dokumentasi untuk mengoreksi keabsahan informasi yang telah diperoleh dengan kedua metode tersebut. Kedua, tujuannya ialah membandingkan informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak, agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data. Cara ini

133

juga mencegah bahaya-bahaya subyektif. Teknik ini adalah sebagai upaya untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks pengumpulan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan, dengan kata lain bahwa pihak peneliti dapat melakukan ‘check and rechek’ temuan-temuannya dengan cara membandingkan, Sebelum melakukan penelitian dengan menggunakan metode triangulasi, peneliti harus terlebih dahulu menghitung dan memperkirakan apakah hasil yang akan diperoleh nantinya dalam peneltian tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan satu metode saja. Selain itu juga diperhitungkan waktu, tenaga dan dana yang dihabiskan dalam penelitian, apakah akan menghasilkan atau memperoleh hasil yang memuaskan. Hal ini di dasarkan adanya kekuatan dan kelemahan pada strategi pengumpulan data secara tunggal, sehingga dengan menggunakan dua pendekatan metode ini diharapkan bisa mendapatkan akurasi data dan kebenaran hasil yang di inginkan. Hal ini di dasarkan atas pernyataan Denzin yang dikutip oleh Patton, ia menyebutkan logika triagulasi ini berdasar bahwa: tidak ada metode tunggal yang secara keseluruhan bisa mencukupi dan memecahkan masalah, karena setiap metode menyatakan aspek yang berbeda atasrealita empiris, metode ganda atas pengamatan haruslah dipakai. Hal inilah yang disebut dengan triangulasi. Saya sekarang menawarkan sebagai

134

aturan prinsip metodologis final bahwa metode ganda haruslah digunakan pada setiap penyelidikan. Teknik triangulasi lebih mengutamakan efektivitas proses dan hasil yang diinginkan. Proses triangulasi tersebut dilakukan terus menerus sepanjang proses mengumpulkan data dan analisis data, sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan, dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan. D. Teknik pengecekan keabsahan data. Dalam mengecek keabsahan atau validitas data menggunakan teknik triangulasi, S. Nasution mengungkapkan bahwa data atau informasi dari satu pihak harus dichek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga dan seterusnya dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Sedangkan menurut Lexy Moleong, triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dari beberapa pendapat diatas, dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang mencolok dalam mendefenisikan triangulasi sebagai teknik pengecekan keabsahan data. Oleh karena itu, Triangulasi sebagai salah satu tehnik pemeriksaan data secara sederhana dapat disimpulkan sebagai upaya untuk mengecek data dalam suatu penelitian, dimana peneliti

135

tidak hanya menggunakan satu sumber data, satu metode pengumpulan data atau hanya menggunakan pemahaman pribadi peneliti saja tanpa melakukan pengecekan kembali dengan penelitian lain. Denzin yang di kutip oleh Patton telah menyebutkan empat tipe dasar triangulasi: a. Triangulasi data, adalah penggunaan beragam sumber data dalam suatu kajian; b. Triangulasi investigator, adalah penggunaan beberapa evaluator atau ilmuwan social yang berbeda; c. Triangulasi teori, adalah penggunaan sudut pandang ganda dalam menafsirkan seperangkat tunggal data; d. Triangulasi metodologis, penggunaan metode ganda untuk mengkaji masalah atau program tunggal, seperti wawancara, pengamatan dan dokumen. Dari empat teknik dasar triangulasi di atas dan tidak jauh berbeda, beberapa tokoh mengembangkan penjelasannya, diantaranya adalah Lexy Moleong, dia menjelaskan bahwa teknik tersebut adalah: 1. Teknik triangulasi dengan sumber yang berarti membandingkan dan pengecekan balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda melalui: a. Perbandingan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.

136

b. Perbandingan apa yang dikatakan seseorang di depan umum dengan apa yang diucapkan secara pribadi. c. Perbandingan apa yang dikatakan tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu. d. Perbandingan keadaan dan perspektif seseorang berpendapat sebagai rakyat biasa, dengan yang berpendidikan dan pejabat pemerintah. e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Hasil dari perbandingan yang diharapkan adalah berupa kesamaan atau alasan-alasan terjadinya perbedaan. Selanjutnya, Burhan Bungin menambahkan bahwa triangulasi sumber data juga memberi kesempatan untuk dilakukannya hal-hal sebagai berikut: (1) penilaian hasil penelitian dilakukan oleh responden, (2) mengoreksi kekeliruan oleh sumber data, (3) menyediakan tambahan informasi secara sukarela, (4) memasukkan informan dalam kancah penelitian, menciptakan kesempatan untuk megikhtisarkan sebagai langkah awal analisis data, (5) menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan. 2. Teknik triangulasi penyidik, dengan memanfaatkan penelitian atau pengamat lainnya untuk pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Cara lain adalah membandingkan hasil pekerjaan seorang analisis dengan yang lainnya, dan pemanfaatan teknik untuk mengurangi

137

pelencengan dalam pengumpulan suatu data hasil penelitian. 3. Teknik triangulasi teori, berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu teori atau lebih, dan dapat dilaksanakan dengan penjelasan banding (rival explanation). 4. Teknik triangulasi dengan metode, yaitu terdapat dua strategi, yaitu: a. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian melalui beberapa teknik pengumpulan data, b. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa data dengan sumber yang sama. Dari beberapa penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa triangulasi ini merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya satu cara pandang. Dari beberapa cara pandang tersebut akan bisa dipertimbangkan beragam fenomena yang muncul, dan selanjutnya dapat ditarik kesimpulan yang lebih mantap dan lebih bisa diterima kebenarannya. Hasil pengumpulan data yang diperoleh seorang peneliti juga diperiksa oleh kelompok peneliti lain untuk mendapatkan pengertian yang tepat atau menemukan kekurangan-kekurangan yang mungkin ada untuk diperbaiki. Selanjutnya, penulis ingin menyatakan bahwa triangulasi

138

bisa dianggap penting dalam penelitian, kendati pasti menambah waktu dan biaya serta tenaga. Tetapi harus diakui bahwa triangulasi dapat meningkatkan kedalaman pemahaman peneliti baik mengenai fenomena yang diteliti maupun konteks di mana fenomena itu muncul. Bagaimana pun, pemahaman yang mendalam (deep understanding) atas fenomena yang diteliti merupakan nilai yang harus diperjuangkan oleh setiap peneliti. Untuk memperoleh derajat keabsahan yang tinggi, maka jalan penting lainnya adalah dengan meningkatkan ketekunan dalam pengamatan dilapangan. Pengamatan bukanlah suatu teknik pengumpulan data yang hanya mengandalkan kemampuan pancaindra, namun juga menggunakan semua pancaindra termasuk adalah pendengaran, perasaan dan insting peneliti. Dengan meningkatkan ketekunan pengamatan dilapangan maka, derajat keabsahan data telah ditingkatkan pula. Berdasarkan keseluruhan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa : 1. Triangulasi adalah istilah yang diperkenalkan oleh N.K.Denzin dengan meminjam peristilahan dari dunia navigasi dan militer, yang merujuk pada penggabungan berbagai metode dalam suatu kajian tentang satu gejala tertentu. 2. Metode penelitian dengan tehnik triangulasi digunakan dengan adanya dua asumsi. Yaitu, pertama, pada level

139

pendekatan, tehnik triangulasi digunakan karena adanya keinginan melakukan penelitian dengan menggunakan dua metode sekaligus yakni, metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Asumsi kedua yang mendasari penggunaan tehnik triangulasi yakni, pada level pengumpulan dan analisis data. 3. Tujuan menggunakan metode triangulasi, adalah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik apabila dibandingkan dengan menggunakan satu metode saja dalam suatu penelitian. Kelebihannya adalah bisa mendapatkan akurasi data dan kebenaran hasil yang di inginkan, dapat meningkatkan kedalaman pemahaman peneliti baik mengenai fenomena yang diteliti maupun konteks di mana fenomena itu muncul. Kekuranganya, adalah perlu adanya tambahan waktu, biaya serta tnaga yang dibutuhkan dalam pelaksanaanya. 4. Sebagai teknik pengecekan keabsahan data triangulasi secara sederhana dapat disimpulkan sebagai upaya untuk mengecek data dalam suatu penelitian, dimana peneliti tidak hanya menggunakan satu sumber data, satu metode pengumpulan data atau hanya menggunakan pemahaman pribadi peneliti saja tanpa melakukan pengecekan kembali dengan penelitian lain. 5. Empat tipe dasar triangulasi, antara lain: (1) triangulasi data; (2) triangulasi investigator; (3) triangulasi teori; (4) triangulasi metodologis.

140

DAFTAR PUSTAKA Ary, Donald, Lucy Cheser Jacobs, dan Christine K. Sorensen, Introduction to Research in Education, Eight Edition, USA: Wadsworth Cengage Learning. 2010. Bodgan, Robert C. dan Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for Education: an Introduction to Theories and Methods, Fifth Edition, USA: Pearson. 2006. Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta. Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta. Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana. 2010. Charmaz, Kathy., 2006, Constructing Grounded Theory, London: Sage Publications. Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc: California. Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Luthfiyah, Fitwi. 2009. Penerapan Manajemen Pembiayaan Pendidikan Berbasis Madrasah Terhadap Mutu Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sekayu. (Skripsi: Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang)

141

Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. Patton, Michael Quinn Metode Evaluasi Kualitatif , Terjemah: Budi Puspo Priyadi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1991. Raharjo, Mudjia, Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif, dari http://mudjiaraharjo.com/ Met. Penelitian Pendidikan/penting/270-triangulasi-dalam-penelitiankualitatif.html (Jum’at , 15 Oktober 2010). Ruslan, Rosady Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006. S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik-Kwalitatif, Bandung: Tarsito. 1992. Saldana, Johnny., 2009, The Coding Manual for Qualitative Researchers, London: Sage Publications. Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Strauss, Anselm L., 1987, Qualitative Analysis for Social Scientist, Cambridge: Cambrigde University Press Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kulitatif R & D, Bandung: Alfabeta. 2009. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

142

BIODATA PENULIS Nama Tempat/Tanggal Lahir Alamat No Tlp./HP Pekerjaan Jafa/Golongan Email

: Dr. H. Munawar Noor, MS : Pati / 30 April 1953 : Jl. Candi Kencana VII/C-22 Pasadena Semarang : (024) 7602350 / 08122938508 : Dosen : Lektor Kepala/ IV-b : [email protected]

Pendidikan

: 1. Sarjana Strata 1 (1978-1984) di Fisip UNTAG Semarang 2. Sarjana Strata 2 (1988-1990) di Fisipol UGM Yogyakarta 3. Sarjana strata 3 (2011-2014) di Fisip UNDIP Semarang

Pengalaman Kerja

: 1. Dekan Fisip UNTAG (1997-2002) 2. Pembantu Rektor (2002-2006) 3. Kepala Badan Penjaminan Mutu (2006sekarang)

Pengalaman Pelatihan

: 1. Pelatihan Managemen Perguruan Tinggi (Jakarta 1995-1996) 2. Pelatihan Penyusunan Borang SPMI (Solo 2004) 3. Pelatihan Audit Mutu Internal Akademik (Semarang, 2007) 4. Pelatihan Menyusun Dukumen Mutu (Solo, 2008) 5. Pemandu Work-Shop Penyusunan SPMI, Spesifikasi Program Studi, Borang Audit Mutu, Borang AIPT

143

Buku Ajar

: 1. Pengembangan/Pelembagaan Organisasi (2005) 2. Kepemimpinan (2008) 3. Perencanaan/Pengendalian (2010) 4. Kebijakan Publik (2012) 5. Manegemen Sumber Daya Manusia (2013) 6. Evaluasi Kebijakan Publik (2013) 7. Teori Implementasi Kebijakan Publik (2013) 8. Pelayanan Publik (2010) 9. Teori Organisasi (2012)

Tulisan Ilmiah

: 1. Menggagas Pelayanan Publik yang Pro-Poor (2013), Proceding Simposium Nasional III, ASIAN, ISBN, XXX-XX-XXXX-X-X 2. Implementasi Fungsi dan Peran Pengawasan DPRD dalam Pembangunan Daerah (Materi BINTEK DPRD Kabupaten Sragen) 2013 3. Optimalisasi Fungsi dan Peran DPRD dalam Monotoring dan Evaluasi (Materi BINTEK DPRD Kabupaten Tuban dan Kabupaten Pekalongan) 2013

Jurnal Internasional

: 1. Institutional Analysis On National Program For Community Empowerment of Independent Urban (PNPM-MP) For Proverty Reduction, Jurnal Internasional, Article No. JBASR-2889-2, Egypt, 2014. 2. Institutional Analysis On Proverty Reduction Program in Sociaety ( A case study of National Program for community Empowerment of Independent Urban (PNPM-MP) in Semarang, Indonesia, Jurnal Internasional IJRCM, Number 458, Jagadhri135003, Yamuna Nagar, Haryana, India, 2014.

144