KECENDERUNGAN ADIKSI SELFIE PADA MAHASISWA FAKULTAS KEPERAWATAN THE TENDENCY OF SELFIE ADDICTION OF NURSING STUDENTS Eka Fitriyana1; Hasmila Sari2 1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Bagian Keilmuan Keperawatan Jiwa Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh e-mail:
[email protected];
[email protected]
2
ABSTRAK Peningkatan jumlah smartphone menjadi sarana untuk mengunggah foto. Fenomena yang dipengaruhi oleh peningkatan tersebut adalah selfie yang merupakan suatu upaya memotret diri sendiri pada umumnya dengan menggunakan smartphone kemudian mengunggahnya ke media sosial. Selfie yang dilakukan 3-5 kali per hari dan foto tersebut tidak di unggah ke situs jejaring sosial media atau melakukan selfie ≤ 3 kali per hari namun mengunggahnya ke situs jejaring sosial media dapat digolongkan ke dalam adiksi selfie. Mahasiswa keperawatan merupakan calon tenaga perawat yang harus memiliki kesehatan baik dari segi fisik maupun mental agar mampu merawat pasien atau kliennya. Penelitian ini dilakukan pada 7-9 Juni 2017. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kecenderungan perilaku adiksi selfie pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Unsyiah. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain cross sectional study. Teknik pengambilan sampel dengan stratified random sampling dengan jumlah sampel 91 responden. Metode pengumpulan data dengan cara angket. Analisa data menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian didapatkan kecenderungan perilaku adiksi selfie pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 58 responden (63.7%). Bagi mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala yang memiliki kecenderungan adiksi dalam melakukan selfie diharapkan agar mampu mengontrol perilaku dalam melakukan selfie. Kata kunci: Perilaku, Adiksi selfie ABSTRACT The growing trend of smartphone makes it easier to take and to post a picture. One of issues related to the growth of smartphone industry is selfie in which people take pictures of themselves by using a smartphone and post the pictures to the social media. Taking selfie five times a day without posting it to the social media or taking selfie less than three times followed by posting it to the social media are confirmed as selfie addicts. However, nursing students are going to be nurses that should be physically and mentally healthy in order to give the nursing care with the best quality in the future. This research was conducted from June 7 until June 9, 2017 by employing descriptive method with cross sectional study approach. The objective of this research was to identify the tendency of selfie addiction of nursing students of Syiah Kuala University. A number of 91 respondents were chosen as the research samples by using stratified random sampling. Questionnaires were distributed in the process of data collection. The data that have been collected were then analyzed by means of frequency distribution. The results showed that the tendency of selfie addiction of 58 respondents (63.7 %) of nursing students of Syiah Kuala University was in low category. It is suggested that those students keep controlling the tendency of selfie addiction. Keywords: Behavior, Selfie Addiction
1
PENDAHULUAN Fenomena selfie merupakan salah satu pengaruh dari kemajuan teknologi di abad modern yang membawa pengaruh yang cukup signifikan. Berdasarkan penelitian bahasa, penggunaan istilah “selfie” meningkat hingga 17,000% pada tahun 2013. Berdasarkan tampilan situs resmi milik Oxford Dictionaries tepatnya pada tahun 2013, kamus tersebut menobatkan istilah selfie sebagai “Word of the Year” (Oxford English Dictionary, 2013). Selfie merupakan upaya memotret diri sendiri tanpa bantuan orang lain dan pada umumnya dengan menggunakan smartphone atau webcam yang kemudian diunggah ke situs jejaring sosial media (Oxford English Dictionary, 2013). Peningkatan jumlah smartphone yang pesat sebagai sarana mengunggah foto menjadi trend tersendiri abad ini. Hasil survei yang dilakukan Pew Research Center pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sebanyak 92% penduduk Amerika memiliki ponselnya pribadi dan 58% diantaranya merupakan smartphone. Hasil survei pada tahun 2014 menunjukkan bahwa 55% masyarakat Amerika usia 18 hingga 33 tahun telah mengunggah foto hasil selfie, dan 26% diantaranya mengunggah foto pribadinya di situs jejaring sosial (Pew Research Center, 2014). Survei yang dilakukan oleh majalah TIME pada tanggal 28 Januari-2 Februari 2014 dan 3-7 Maret 2014 melalui pemantauan unggahan foto Instagram. Dalam periode 24 jam untuk semua zona waktu yang sama menyatakan bahwa meski tidak menduduki peringkat satu dunia, namun Indonesia ditempatkan sebagai negara paling narsis. Begitu juga halnya Banda Aceh ditempatkan sebagai 19 kota ternarsis dengan 38 selfie dari 28 pengguna/11
pengambilan selfie per 100.000 orang (Ibo, 2016). Generasi smartphone sekarang semakin canggih yang dilengkapi kamera beresolusi tinggi, sehingga sangat mendukung untuk melakukan selfie. Bagi orang yang melakukan selfie kemudian foto tersebut diunggah ke situs jejaring sosial media, dan selanjutnya mereka menunggu umpan balik berupa komentar dari orang lain. Perilaku tersebut mengarah kepada gangguan adiksi yang disebut dengan gangguan adiksi selfie atau sindrom selfie (Khrisna, 2016). Berdasarkan karakteristik adiksi menurut Suller (1996) dalam Soetjipto (2005) antara lain melalaikan hal penting karena stimulus tertentu; hubungan dengan orang sekitarnya terganggu karena stimulus tertentu; orang yang berada disekitarnya mengeluh, terganggu, kecewa, serta merasa terabaikan karena stimulus tertentu; marah, tersinggung, serta tidak senang jika tindakannya dikritik oleh orang lain; menyembunyikan atau merahasiakan perilaku tertentu; berupaya untuk tidak mengulangi perbuatan tertentu namun tidak mampu untuk menghentikannya. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Mullai, Macaj, dan Kotherja (2017) pada 100 partisipan 39 laki-laki dan 61 perempuan yang berusia 16-18 tahun menyatakan terdapat hubungan antara selfie dengan harga diri. Berdasarkan fenomena tentang bahaya yang ditimbulkan akibat selfie, maka penulis merasa sangat penting meneliti tentang perilaku adiksi selfie pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala, dikarenakan mereka cenderung melakukan selfie dan mengunggahnya ke situs jejaring sosial seperti instagram, twitter, facebook dan beberapa media sosial lainnya.
2
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Teja (2016) pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Unsyiah tentang “Kecenderungan Kejadian Narsistik pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala yang Menggunakan Jejaring Sosial Media Instagram”. Didapatkan sebanyak 64,4% mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala cenderung memiliki sikap narsis. Lebih mendorong penulis meneliti tentang adakah perilaku adiksi didalam sikap mahasiswa tersebut. Alasan lain peneliti memilih responden ini adalah karena mahasiswa keperawa tan adalah calon tenaga perawat yang harus memiliki kesehatan baik dari segi fisik maupun mental agar mampu merawat pasien atau kliennya. Pada hakikatnya seorang perawat harus ma mpu menunjukkan sikap yang positif terhadap pasiennya seperti: empati, sen sitivitas, mendengarkan dengan baik, serta mampu berinteraksi dengan siapa saja yang akan menjadi pasiennya (Johns Hopkins University, 2012). METODE Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study yang dilaksanakan pada 7 Juni sampai 9 Juni 2017 di Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 91 mahasiswa dengan teknik proportional random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik angket menggunakan kuesioner skala Likert yang terdiri dari dua bagian, yaitu data demografi, kuesioner adiksi selfie. Data diolah dengan langkah-langkah: editing, coding, transferring, dan tabulating.
Penelitian dilakukan setelah mendapatkan surat lulus uji etik dari Komite Etik Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala dengan kode etik penelitian 111098030617. Analisa data dalam penelitian ini berupa analisa univariat. HASIL Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 91 responden, didapakan hasil sebagai berikut: Tabel 1. Karakteristik responden No 1.
2.
3.
Data Demografi Usia(Depkes, 2009) a. Remaja akhir (17-25 tahun) b. Dewasa awal (26-35 tahun) Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Angkatan/program a. 2013/reg. A b. 2014/reg. A c. 2015/reg. A d. 2015/reg. B e. 2015/B. Khusus f. 2016/reg. A g. 2016/reg. B
f
%
87
95.7
4
4.4
11 80
12.1 87.9
20 20 17 7 3 17 7
22 22 18.7 7.7 3.3 18.7 7.7
Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa responden dengan kategori usia tertinggi adalah remaja akhir (17-25 tahun) dengan frekuensi sebanyak 87 orang (95.7%), responden dengan kategori jenis kelamin tertinggi adalah perempuan dengan frekuensi sebanyak 80 orang (87.9%), dan responden dengan kategori angkatan tertinggi adalah angkatan 2013 dan 2014 program A dengan frekuensi sebanyak 20 orang (22%). Tabel 2. Kecenderungan adiksi selfie No 1. 2.
Kecenderungan adiksi selfie Rendah Tinggi Total
f
%
58 33 91
63.7 36.3 100
3
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa distribusi frekuensi kecenderung an perilaku adiksi selfie pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala menunjukkan bahwa tingkat kecenderungan perilaku adiksi selfie adalah rendah yaitu sebanyak 58 responden (63.7%). PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecenderungan perilaku adiksi selfie pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala berada pada kategori rendah dengan frekuensi 58 responden (63.7 %). Peneliti berpendapat bahwa kecenderungan perilaku adiksi selfie pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala tergolong ke dalam kategori rendah karena berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa orang responden menyatakan tidak pernah menunda tugas hanya untuk melakukan selfie yaitu pada item pernyataan nomor 1 yaitu “Saya menunda tugas saya karena ingin melakukan selfie” dimana sebanyak 54 orang (59.3%) menyatakan “tidak pernah”. Dalam penelitian ini didapatkan responden dengan kategori jenis kelamin tertinggi adalah perempuan dengan frekuensi sebanyak 80 orang (87.9%) yang melakukan selfie, hal ini sejalan dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cedillo, Joyce, Ocampo, & Rodelando (2016) tentang tingkat monitor diri, ekspresi diri dan perilaku selfie di kalangan pemuda Filipina pada 160 responden kelompok usia remaja dimana jumlah responden wanita sebanyak 115 orang dan lakilaki sebanyak 45 orang dari Muntinlupa, Las Pinas, paranaque, dan San Pedro, Laguna. Teknik pengambilan sampelnya dengan cara purposive sampling. Responden dipilih
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan yaitu responden yang berusia 16-18 tahun dan yang melakukan selfie setidaknya sekali atau lebih dalam sehari. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian ini dikarenakan pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Unsyiah minat selfie cenderung dilakukan oleh perempuan dan pada kategori usia remaja akhir. Pendapat lain yang mendukung hasil penelitian dikemukakan oleh Wickel (2015) dalam Hingerton (2016), yang sejalan dengan hasil penelitian ini yaitu yang menyatakan bahwa kelompok usia 18 hingga 33 tahun dominan menggunakan media sosial untuk saling mengunggah hasil foto selfie, dan hal tersebut sudah menjadi rutinitas sehari-hari bagi mereka. Penelitian yang dilakukan oleh Charoensukmongkol (2016) tentang karakteristik kepribadian yang terkait dengan selfie-liking yang dilakukan pada 300 mahasiswa dari universitas negeri di Thailand dengan mayoritas mahasiswa yang berusia antara 21 hingga 24 tahun dengan hasil yang menunjukkan bahwa terdapat kaitan yang positif antara selfie-liking dengan empat karakteristik kepribadian antara lain perilaku narsis, perilaku mencari perhatian, perilaku yang berpusat pada diri sendiri, dan kesepian. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan selfie diantaranya adalah usia dan jenis kelamin. Dimana selfie lebih diminati oleh kelompok usia remaja karena selfie cenderung lebih populer dikalangan remaja dibandingkan kalangan dewasa. Gender juga mempengaruhi seseorang melakukan selfie dimana perempuan lebih mementingkan diri sendiri dan lebih ingin menonjolkan diri dibandingkan
4
dengan laki-laki (Fox & Rooney, 2015 dalam Charoensukmongkol, 2016). Saat ini selfie semakin banyak mengundang perhatian dari berbagai profesi khususnya para psikolog. Para psikolog biasanya menilai bahwa selfie merupakan sesuatu yang wajar, namun jika sudah menyebabkan kecanduan akan menjadi hal yang perlu mendapat perhatian dan pengawasan lebih tehadap diri sendiri maupun orang terdekat. Selfie sebenarnya tidak dimaksudkan untuk hal-hal yang negatif, karena hanya sekedar ingin menunjukkan dirinya pada publik melalui sosial media. Bukan masalah yang besar ketika seseorang melakukan selfie lalu mengirim ke sosial media, bahkan dapat dikatakan banyak orang bisa melakukan hal tersebut. Namun, yang membuat prihatin adalah jika dampak dari selfie itu sendiri merugikan bagi orang yang melakukannya dan orang lain (Natalia, 2014 dalam Rahmawati, 2015). Berdasarkan pada beberapa penelitian dan teori terkait, peneliti berpendapat bahwa kecenderungan adiksi selfie yang rendah pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala karena mereka mampu mengontrol diri pada saat melakukan selfie, hal ini berdasarkan pada pernyataan “saya sulit menghentikan kebiasaan melakukan selfie” dimana sebanyak 58 responden (63.7%) menyatakan “tidak pernah” terhadap item pernyataan tersebut. KESIMPULAN Hasil dari penelitian yang telah dilakukan terhadap 91 responden maka dapat disimpulkan bahwa kecenderungan perilaku adiksi selfie pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala berada pada
kategori rendah yaitu 58 orang (63.7%). Bagi mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala yang memiliki kecenderungan adiksi dalam melakukan selfie diharapkan agar dapat mengontrol perilaku dalam melakukan selfie. Meskipun hasil dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan kecenderungan adiksi selfie pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala berada pada kategori rendah namun diharapkan dapat menjadi perhatian dikarenakan terdapat kaitan yang positif antara selfie-liking dengan empat karakteristik kepribadian antara lain perilaku narsis, perilaku mencari perhatian, perilaku yang berpusat pada diri sendiri, dan kesepian. Sehingga diharapkan dalam melakukan selfie hanya dilakukan dalam batas normal yaitu tidak melebihi dari 3-5 kali per hari dan foto tersebut tidak di unggah ke situs jejaring sosial media atau tidak melakukan selfie ≤ 3 kali per hari namun mengunggahnya ke situs jejaring sosial media. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai data dasar untuk penelitiannya. Peneliti selanjutnya juga dapat mengembangkan penelitian ini dengan meneliti korelasi minat selfie dengan gangguan kepribadian lainnya. REFERENSI American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders. Fifth Edition. American Psychiatric Association; Washington, DC: American Psychiatric Publishing diakses pada 11 Desember 2016 American Society Of Addiction Medicine
5
(ASAM). (2011).Definition of addiction:http://www.asam.org /quality practice/definition-ofaddiction diakses pada 18 Desember 2016 Arumugam, B., & Nagalingam, S. (2015). Validation of Psychom etric Scale on Selfie Addiction. International Journal of Contemporary Medical Research. 2 (4) :941-946 Ascher, M.S., & Levounis. P. (2015). The behavioral addictions. Washington, DC: American Psychiatric Publishing Budiarto, E. (2002). Biostatistikal untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC Burns, N., & Grove, S. K. (2005). The practice of nursing research: Conduct, critique, and utilization. St. Louis Missouri: Elsevier Saunders Burns, N., & Grove, S. K. (2007). The practice of nursing research: Conduct, critique, and utilization. St. Louis Missouri: Elsevier Saunders Canadian Federation of Mental Health Nurses. (2015). Entry to practice mental health and addiction competencies for undergraduate nursing education. Canada: Canadian Association of Schools of Nursing Cedillo, Joyce, Ocampo, Rodelando. (2016). Levels of SelfMonitoring, Self-Expression and Selfie Behavior among Selected Filipino Youth. The Bedan Journal of Psychology. Vol. 1 Charoensukmongkol, P. (2016). Exploring personal characterist ics associated with selfieliking. Cyberpsychology Journal of Psychosocial Researh on Cyberspace, 10 (2). doi: 10.5817/CP2016-2-7 Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan: Pedoman melaksanakan dan
menerapkan hasil penelitian. Jakarta: Trans Info Media http://www.apakabarsidimpuan.com/2 014/08/5-macam-gangguanjiwa-yang bermula-darifoto-selfie diakses pada tanggal 22 November 2016 http://www.infoindo.web.id/2014/03/d enpasar-kota-ternarsis-diindonesia.html diakses pada 03 Januari 2017 Ibo, A. (2016, November 24). India jadi negara nomor wahid kematian akibat selfie. Liputan 6. Retrieved from http://www.m.liputan6.com Jhons Hopkins University. (2012). Utilizing Your Skills and Abilities: Nursing core performance standards and capabilities and emotional intelligence. (www.eiconsortium.org) diakses pada 22 November2016 Khrisna, S., & Khrisna, K. (2016). Selfie Syndrome: A Disease of New Era. Research in Pharmacy and Health Sciences, 2 (2), 118-121. Diakses pada 18 November 2016 Mullai, E., Macaj, O., Kotherja, O. (2017). Selfie-mania influence on adolescent self-esteem. Interdisplinary Journal of Reasearch and Development, 4(2) Nagalingam, S., & Arumugam, B. (2016). Self-impetus to self portraits. International of Healthcare Sciences, 3 (2), 223-224 diakses pada 19 September 2016 Oxford English Dictionary. (2013). Selfie Is Named Oxford Dictionaries Word of The Year. Oxford University Press diakses pada 19 November 2016 Pew Research Center. (2013). Photo and video sharing grow online. http://www.pewinternet.org/20
6
13/10/28/photo-and-videosharing-grow-online/ Pew Research Center. (2014). Millenials In Adulthood. http: //www. pewsocialtrends. org/ 2014/ 03/ 07/ millennials-inadulthood/ diakses pada 13 Desember 2016 Polit, D. F., & Beck, C. T. (2003). Nursing research: Principles and Methods, (7th ed.). Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins Polit, D. F., & Beck, C. T. (2008). Nursing research: Generating and assessing evidence for nursing, (8th ed.). Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins Raditya, M. H. B. (2014). Selfie dan Media Sosial pada Seni Sebagai Wujud Eksistensi. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol. 18, no. 1 diakses pada 22 November 2016 Rahmawati, S., Yusainy, C. A., Nurwanti, R. (2015). Selfie: peranan jenis komentar terhadap hubungan antara kecemasan sosial dan perilaku agresif pelaku selfie. (Skripsi). Universitas Brawijaya Soetjipto, H. P. (2005). Pengujian vali ditas konstruk kriteria kecanduan internet, Jurnal Psikologi, 32(2): 74-91 Teja, B. P. I. (2016). Kecenderungan Kejadian Narsistik Pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Yang Menggunakan Jejaring Sosial Media Instagram (Skripsi). Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Wickel, T. M. (2015). Narcissism and social networking sites: the act of taking selfie. The Elon Journal of Undergraduate Research in Communication, 6(1)
7