1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH YANG

Download Buah kakao terdiri dari biji coklat yang merupakan komponen paling penting, ... cukup baik, seiring dengan meningkatnya produksi buah kakao...

0 downloads 329 Views 17KB Size
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah yang dihadapi oleh peternak saat ini adalah ketersediaan pakan secara terus menerus dengan kualitas yang baik. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memanfaatkan limbah perkebunan. Hasil dari limbah perkebunan mempunyai keunggulan yaitu harga yang murah dengan produksi yang berlimpah serta tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Akan tetapi limbah perkebunan yang dimanfaakan sebagai pakan ternak mempunyai kelemahan yaitu adanya kandungan anti nutrisi dan kualitas nutrisi yang rendah. Limbah perkebunan yang dapat digunakan antara lain adalah kulit buah kakao. Limbah kakao yang tersedia saat ini sebagian hanya menjadi sampah saja. Tanaman kakao merupakan salah satu tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Buah kakao terdiri dari biji coklat yang merupakan komponen paling penting, serta limbah berupa kulit buah kakao. Kulit buah kakao mempunyai persentase yang tinggi dibandingkan dengan isi dari kakao itu sendiri yaitu sekitar 70% dari buah segarnya (Purnama, 2004). Potensi kulit buah kakao untuk dijadikan sumber pakan cukup baik, seiring dengan meningkatnya produksi buah kakao di Indonesia.

1

Peningkatan produksi kakao di Indonesia berlangsung sangat pesat, pada tahun 1967 produksi sekitar 1.233 ton, pada tahun 1992 telah mencapai 185.000 ton dan pada tahun 2003 mencapai 572.640 ton, kurang lebih 70% yang dihasilkan dari perkebunan kakao milik rakyat. Pada tahun 2008 Indonesia mengekspor biji kakao sebanyak 380.512 ton senilai US$ 54,6 juta dan secara total ekspor kakao mencapai 500.561 ton senilai US$ 1,2 miliar (Burhanuddin, 2007). Menurut BBP2TP-Medan (2011), luas areal perkebunan kakao di Indonesia pada tahun 2008

sudah mencapai 1,4 juta hektar. Daerah

penghasil kakao diantaranya adalah Sulawesi yang mempunyai luas area perkebunan 896,6 hektar kemudian Sumatera dengan luas 268,1 hektar selanjutnya Jawa dan Kalimantan masing-masing seluas 90,7 hektar dan 52,9 hektar. Ketersediaan buah kakao di Sulawesi cukup potensial, hal ini tercermin dari meningkatnya luas area dan produksinya dari tahun ke tahun. Sampai saat ini, kakao dipasarkan dalam bentuk biji untuk diekspor, namun mutu dari biji kakao masih rendah seperti kadar air masih tinggi, ukuran biji tidak seragam, kadar kulit tinggi, keasaman tinggi, dan cita rasa beragam. Selain itu terdapat infestasi serangga, biji berjamur, dan bercampur dengan kotoran atau benda-benda asing lainnya. Menurut Munier et al. (2005), ternak ruminansia yaitu sapi dan kambing bila dilepas oleh pemiliknya ke dalam kebun kakao akan memakan buah kakao muda dari pohonnya. Hal ini mengindikasikan bahwa sapi dan kambing ini cukup menyukai buah kakao atau kulitnya.

2

Oleh karena itu kulit buah kakao cukup potensial untuk dijadikan sebagai bahan pakan alternatif atau setidaknya sebagai pengganti sebagian bahan pakan yang konvensional. Kulit buah kakao mengandung serat kasar 27%, protein kasar 8,5%, dan kadar air 84% sehingga cocok sebagai pakan ternak ruminansia (Wong et al.,1987). Namun kelemahan dari kulit buah kakao adalah palabilitas, kandungan protein rendah serta fraksi serat yang tinggi (Sutardi,1997). Kakao mempunyai kadar neutral detergent fiber (NDF) sebesar 80,65% dan acid detergent fiber (ADF) 74,64% serta kandungan ligninnya 38,78%. Tingginya fraksi serat merupakan kendala dalam penggunaan kulit buah kakao sebagai bahan pakan untuk ternak. Untuk menanggulangi masalah tersebut maka dilakukan fermentasi pada kulit buah kakao (Laconi, 1998). Kendala lain yang dapat menghambat kakao sebagai pakan ternak adalah kulit buah kakao yang mengandung ikatan ligninoselulolitik, lignin dan theobromin. Theobromin yang terkandung dalam kulit kakao akan menimbulkan aktivitas yang dapat menghambat laju kecernaan pakan. Kandungan theobromin pada kulit buah kakao sebesar 0,2% lebih rendah dibandingkan dengan yang terdapat dalam tepung biji kakao, namun kadar ini belum menimbulkan efek yang berbahaya bagi ternak (Wong et al., 1987). Fermentasi dapat meningkatkan kandungan dan kualitas gizi bahan,

menghasilkan

aroma

dan

3

rasa

yang

disukai

sehingga

palatabilitasnya meningkat dan meningkatkan kecernaan (Winarno, 1980). Salah satu caranya adalah pemanfaatan teknologi bioproses dengan menggunakan Aspergillus niger sebagai agen fermentasi. Menurut Munier et al. (2010), fermentasi kulit buah kakao menggunakan Aspergillus niger meningkatkan kandungan protein kasarnya yakni dari 13,37% menjadi 13,46%, sehingga penggunaan kulit buah kakao fermentasi ini dapat meningkatkan konsumsi dan kecernaan dalam ternak. Berdasarkan permasalahan dan potensi kulit buah kakao yang telah disebutkan, maka dilakukan penelitian ini yaitu dengan melakukan pemanfaatan kulit buah kakao yang telah difermentasi dan sebagai ternak percobaan digunakan kambing Bligon.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kulit buah kakao terfermentasi dengan level pemberian 40% menggunakan kapang Aspergillus niger

terhadap konsumsi serta kecernaan NDF dan

ADF pada kambing bligon sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif untuk ternak ruminansia.

Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak mengenai pemanfaatan dan potensi kulit buah kakao terfermentasi

4

dengan level pemberian 40% menggunakan kapang Aspergillus niger sebagai pakan ternak alternatif untuk ternak ruminansia.

5