BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

Download 28 Mar 2012 ... dan kenegaraan, tetapi juga dampak sosial dan budaya. Disebutkan dalam .... Indonesia terhadap upaya-upaya yang dijalankan ...

0 downloads 508 Views 100KB Size
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pendudukan Jepang pada periode Perang Dunia Kedua antara tahun 19421945 atas wilayah Indonesia (dalam perspektif masa itu adalah Hindia Belanda), oleh banyak ahli dianggap membawa dampak yang cukup signifikan bagi perjalanan Indonesia sebagai sebuah negara. Dampak tersebut tidak hanya dalam bidang politik dan kenegaraan, tetapi juga dampak sosial dan budaya. Disebutkan dalam berbagai sumber bahwa tujuan penguasaan oleh pemerintah Jepang adalah demi mendapatkan sumber daya alam maupun sumber daya manusia guna mendukung perang. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Jepang dengan berbagai cara mencoba menarik minat seluruh rakyat untuk bekerjasama. Hal tersebut terlihat dalam usaha-usaha Jepang di bidang propaganda, pendidikan, dan mobilisasi massa. Dalam hal mobilisasi massa misalnya, pada tingkat terbawah sistem pemerintahan militernya, Jepang membentuk tonarigumi 1 . Tonarigumi dibentuk dengan maksud untuk membantu dalam usaha perbaikan kesehatan, meningkatkan hubungan antara berbagai kelompok masyarakat, menganjurkan penduduk supaya menabung, menyelenggarakan ronda malam, menaikkan hasil pertanian, dan

1

Tonarigumi adalah yang sekarang kita sebut dengan Rukun Tetangga atau RT. Tonarigumi terdiri dari 10 atau 20 rumah tangga yang merupakan tiruan rukun tetangga di Jepang pada masa perang. Walaupun di Jepang sendiri konsep Tonarigumi telah dikenal sejak ratusan tahun sebelumnya bahkan sebelum zaman Edo, di Jawa lembaga ini secara resmi diperkenalkan pada bulan Januari 1944. (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1993) hlm. 195

1

membantu keluarga tentara yang berada dalam kesulitan.

2

Campur tangan

pemerintah militer Jepang hingga ke tingkat bawah ini sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat serta mempercepat penyebaran kebudayaan Jepang di berbagai wilayah.3 Salah satu perubahan dalam keseharian masyarakat yang ingin penulis temukan adalah mengenai pola penyimpanan uang. Telah dikemukakan sebelumnya bahwa salah satu maksud dibentuknya tonarigumi adalah untuk menganjurkan penduduk supaya menabung. Jika hal ini dikaitkan dengan propaganda gerakan menabung yang juga dilancarkan oleh pemerintah pendudukan Jepang pada masa itu, maka muncul dugaan tentang adanya perubahan pola penyimpanan uang pada masyarakat. Salah satu perubahan yang mungkin terjadi akibat propaganda adalah perubahan pada metode penyimpanan uang yang dipercayakan masyarakat kepada lembaga keuangan seperti kantor pos dan bank. Mengenai

propaganda,

Jepang

lebih

dulu

membentuk

departemen

propaganda yang disebut Sendenbu. Melalui departemen ini, usaha-usaha propaganda yang sangat canggih dan teratur berkembang, dengan pemanfaatan segala jenis media. Salah satu yang menjadi ciri skema propaganda Jepang adalah digunakannya secara efektif media audiovisual seperti film, siaran radio, dan teater

2

Arsip Nasional Republik Indonesia (Penerbitan Sejarah Lisan). Di Bawah Pendudukan Jepang, (Jakarta: 1988). hlm. 4 mengutip I.J. Brugmans. Nederlandsch Indiё onder Japanse bezetting. Gegevens en documenten over de jaren 1942-1945, hlm.99 hlm 3

Ibid. hlm. 5

2

yang sangat efektif menjangkau rakyat pedesaan yang buta huruf. 4 Akibatnya, tidak mengherankan jika sekarang bisa ditemukan puluhan video produksi pemerintah pendudukan Jepang yang berhubungan dengan upaya propaganda tersebut. Salah satu video yang penulis temukan adalah video mengenai propaganda penggalakan budaya menabung. Di dalam video ini ada beberapa informasi menarik yang selama ini masih jarang dikemukakan dalam tulisan-tulisan mengenai periode pendudukan Jepang di Indonesia. Informasi pertama adalah bahwa adanya upaya khusus

yang

dilakukan

Jepang

untuk

menarik

minat

masyarakat

agar

mempercayakan uang mereka kepada institusi pemerintah dengan cara menabung. Kemudian melalui video tersebut, terdapat pula informasi bahwa upaya menarik minat masyarakat untuk menabung tidak hanya ditujukan kepada mereka dari kalangan atas, namun ditujukan kepada semua kalangan masyarakat sampai tingkat pedesaan.5 Selain video, penulis juga menemukan seruan-seruan tentang gerakan menabung pada surat kabar Djawa Baroe dalam berbagai versi. Selanjutnya surat kabar harian juga tidak luput dari perhatian pemerintahan pendudukan Jepang sebagai media yang efektif untuk menyebarluaskan seruan berhemat dan menabung. Di antaranya adalah harian Asia Raya yang terbit di Jakarta dan harian Tjahaya yang

4

Kurosawa, Aiko. Mobilisasi dan Kontrol: Studi Tentang Perubahan Sosial di Pedesaan Jawa 1942-1945, (Jakarta:1993). hlm. xix 5

Video diunduh di http://www.youtube.com/watch?v=cYpLQRwuQM8 28 Maret 2012 pukul 24:11 WIB. Berdasarkan informasi yang tercantum di tautan tersebut, video ini diambil dari DVD dokumenter “De Japanse Overheersing” yang dirilis oleh NIOD, berisi 13 video koleksi propaganda zaman pendudukan Jepang di Indonesia.

3

terbit di Bandung. Berbagai artikel dalam bentuk seruan, berita dan bahkan cerita pendek diproduksi untuk menggiring masyarakat agar menyisihkan uang yang mereka miliki dan mau mempercayakannya kepada lembaga-lembaga keuangan. Melalui artikel-artikel tersebut, menjadi semakin jelas bahwa seruan untuk berhemat dan menabung yang ditujukan kepada masyarakat Indonesia pada waktu itu begitu gencar. Dari mulai anak-anak, pegawai, sampai pedagang dan orang-orang desa diserukan untuk menyimpan uangnya di lembaga-lembaga keuangan. Dalam kalangan masyarakat Jepang sendiri, kegiatan menabung merupakan sesuatu yang telah berakar dan membudaya. Sementara itu, kegiatan menabung dengan mempercayakan uang kepada institusi pemerintah telah berlangsung sejak zaman Meiji tahun 1870-an. Berbeda dengan Jepang, masyarakat Indonesia mengenal lembaga keuangan berupa bank sejak tahun 1897 ketika untuk pertama kalinya pemerintah kolonial Belanda mendirikan Postpaarbank yang berkedudukan di Batavia. Namun, berdasarkan data dari penelitian yang dilakukan oleh Eka Oktavia tentang Bank Tabungan Negara (BTN), jumlah masyarakat Indonesia yang menabung di lembaga keuangan negara (bank atau kantor pos) lebih banyak jumlahnya ketika masa pendudukan Jepang yang hanya berlangsung 3,5 tahun ketimbang masa sejak didirikannya Postpaarbank tahun 1897 sampai berakhirnya pendudukan Belanda tahun 1942. Tetapi, yang perlu menjadi catatan penting adalah bahwa dana yang terkumpul pada masa sekitar tahun 1931-1942 (kurun akhir masa

4

pendudukan Belanda) masih lebih besar dari pada pada tahun 1942-1945 (masa pendudukan Jepang). 6 Dengan demikian, terjadi perubahan pola penyimpanan uang yang menarik untuk dikaji lebih dalam. Pola penyimpanan tradisional yang cukup mempercayakan uang disimpan di rumah atau diinvestasikan berupa tanah maupun perhiasan, berubah menjadi mempercayakan uang kepada lembaga keuangan yang dikelola oleh pemerintah. Perubahan semacam ini yang ingin penulis kaji di sini, terutama dalam kaitan dengan propaganda menabung yang dilakukan Jepang. Seperti yang telah dijelaskan, walaupun bank telah ada sejak masa pemerintahan kolonial Belanda, namun dugaan yang menunjukkan bahwa jumlah nasabah meningkat pesat pada masa pendudukan Jepang tidak bisa diabaikan. Selain itu, dugaan bahwa propaganda gerakan menabung diarahkan pada masyarakat berbagai golongan, semakin menguatkan tekad dalam memulai penelitian tentang perubahan pola menyimpan uang pada periode masa pendudukan Jepang. Hal ini menarik untuk dijadikan topik penelitian mengingat masih minimnya pembahasan mengenai kehidupan sehari-hari masyarakat pada masa pendudukan Jepang, terutama yang berkaitan dengan pergeseran tradisi, dan mengenai propaganda menabung. Di sisi lain, sumber-sumber dan arsip yang berkaitan dengan propaganda menabung rupanya tidak bisa dikatakan sedikit. Setidaknya, sumber-sumber media massa sezaman kini bisa diakses baik melalui perpustakaan-perpustakaan maupun melalui internet.

6

Eka Oktavia. Sejarah PT. Bank Tabungan www.bergfiles.com/i/bf4855faa6h32i0, 3Mei 2012 pukul 13:05 WIB

Negara,

5

2. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Kurun waktu penelitian akan difokuskan pada tahun 1942 sampai 1945. Sebagai pertimbangan adalah karena tahun 1942 merupakan awal mula upaya-upaya propaganda Jepang dilancarkan. Tahun 1945 dipilih sebagai batas akhir karena pada tahun itu Jepang kalah atas Sekutu. Biarpun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa pembahasan akan sedikit-banyak menyinggung masa-masa sebelum tahun 1942 dan setelah tahun 1945. Hal ini terkait untuk melihat latar belakang sosialekonomi masyarakat sebelum Jepang datang dan setelah Jepang pergi. Selain itu, hal ini dimungkinkan juga terjadi untuk melihat perkembangan kegiatan perbankan sebelum dan setelah masa pendudukan Jepang. Sedangkan wilayah penelitian difokuskan pada daerah kekuasaan Angkatan Darat Jepang (Tentara ke-16 dan Tentara ke-25) yang meliputi Jawa, Madura dan Sumatera. Oleh karena propaganda menabung berhubungan dengan pengerahan Sumber Daya Manusia, maka alasan pemilihan fokus wilayah tersebut didasarkan pada pembagian tugas administrasi Bala Tentara Jepang, di mana pemanfaatan Sumber Daya Manusia lebih ditugaskan di pundak Angkatan Darat yang bertugas di Jawa, Madura dan Sumatera. Berbeda dengan Angkatan Laut yang lebih dibebankan untuk mengelola produksi minyak di Kalimantan dan Indonesia Timur. 7 Namun demikian, dalam tulisan ini lebih banyak berkisar mengenai Jawa saja mengingat pusat pemerintahan tentara Angkatan Darat Jepang adalah di Jawa.

7

Benedict R.O’G. Anderson, Some Aspects Of Indonesian Politics Under The Japanese Occupation: 1944-1945. (New York: 1961). hal 3 6

Dari Latar Belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah yang menjadi pokok penelitian antara lain adalah sebagai berikut: 1. Apa saja strategi propaganda gerakan menabung yang dilancarkan oleh pemerintah pendudukan Jepang? 2. Apa tujuan propaganda tersebut dan Bagaimana penerimaan masyarakat Indonesia terhadap upaya-upaya yang dijalankan Jepang? 3. Apa dampak yang ditimbulkan dari propaganda tersebut terhadap pola menyimpan uang dikalangan masyarakat Indonesia selama masa pendudukan Jepang di Indonesia? Atau, apakah terjadi perubahan pola penyimpanan uang setelah dilancarkannya upaya propaganda tersebut?

3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui arti penting dari propaganda gerakan menabung yang dilakukan pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia serta dampak sosial yang ditimbulkannya terutama mengenai perubahan pola pemyimpanan uang masyarakat Indonesia. Selain itu, tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk menambah khasanah penulisan sejarah pendudukan Jepang di Indonesia, terutama yang fokus kepada masalah-masalah sosial-ekonomi pada masa itu.

4. Tinjauan Pustaka Banyak ilmuwan yang menduga bahwa masa pendudukkan Jepang di Indonesia yang hanya berlangsung 3,5 tahun erat hubungannya dengan berbagai hal

7

yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia saat ini. Sehingga minat terhadap kajian periode pendudukan Jepang cukup banyak dan mulai bervariasi dari berbagai sudut pandang dan tema. Namun, berbagai kajian tentang pendudukan Jepang tersebut masih jarang yang memusatkan kajiannya pada dampak sosial bagi masyarakat Indonesia. Walaupun demikian, telah ada beberapa penelitian yang kiranya mengupas masalah-masalah sosial pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, seperti yang dilakukan oleh Shigeru Sato dalam “Daily Life in Wartime Indonesia, 1939-1949”. Di sini dia menyoroti kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia ketika perang sedang berlangsung. Meskipun banyak dikemukakan dampak kebijakan Jepang terhadap unsur-unsur kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat, namun tulisan Shigeru Sato ini belum secara khusus menyinggung mengenai dampak sosial dari propaganda Jepang. Selain itu, sebagai pembuka jalan dalam penelitian ini, buku Aiko Kurosawa “Mobilisasi dan Kontrol” merupakan sebuah pijakan yang sangat penting. Dalam buku tersebut dijelaskan mengenai bentuk-bentuk propaganda Jepang, serta bagaimana Jepang memobilisasi masyarakat Indonesia sampai tingkat pedesaan. Banyak juga dikupas mengenai kebijakan-kebijakan ekonomi serta dampaknya bagi masyarakat ketika itu. Dalam Bab mengenai tonarigumi dan kumiai 8 sebagai lembaga sosial baru, Aiko Kurosawa sempat menyinggung bahwa anjuran supaya menabung merupakan salah satu dari kampanye-kampanye pemerintah pendudukan yang dilakukan melalui tonarigumi. Tetapi, hanya sampai di situ saja, tidak ada

8

Koperasi gaya Jepang yang dibentuk pada tingkat desa. 8

penjelasan lebih jauh mengenai bagaimana kampanye itu dilakukan dan lebih lagi tidak disinggung mengenai dampak dari kampanye-kampanye atau propaganda menabung tersebut. Sedangkan dalam uraiannya mengenai kumiai, didapatkan keterangan yang berhubungan dengan mobilisasi ekonomi yang dilakukan Jepang sampai tingkat pedesaan, di mana Jepang berusaha mengendalikan seluruh struktur perekonomian selama masa perang. Penelitian tentang sejarah Perbankan di Indonesia yang dilakukan oleh Eka Oktaviani terhadap Bank Tabungan Negara (BTN), juga merupakan salah satu dasar yang inspiratif dalam penelitian ini. Penelitian dari BTN berkisar mengenai perjalanan dunia perbankan di Indonesia, yang dari sini, kita bisa memperoleh datadata statistik mengenai jumlah nasabah dan jumlah dana yang dikumpulkan perbankan dari masa Belanda, masa Jepang hingga masa kemerdekaan. Namun, penelitian tersebut tidak membahas mengenai sebab-sebab dari munculnya angkaangka statistik tersebut. Dan dalam kaitanya dengan masa pendudukan Jepang, penelitian BTN ini menjelaskan secara singkat kebijakan-kebijakan yang diterapkan pemerintah pendudukan Jepang yang berhubungan dengan perbankan, tetapi belum kepada upaya-upaya Jepang dalam menarik minat masyarakat untuk menabung, serta belum juga membahas mengenai dampak yang ditimbulkan dari kebijakan-kebijakan tersebut. Beberapa karya akademik dan buku-buku tentang sejarah bank-bank lokal maupun nasional juga merupakan pijakan yang tidak kalah penting dalam penelitian ini. Diantaranya adalah “Sejarah Bank Priyayi Poerwokerto (1895-1904)”, sebuah skripsi jurusan Sejarah Universitas Indonesia karya Andalia Nuraini Febrita tahun

9

1990. Skripsi ini memuat beberapa informasi mengenai gambaran pola penyimpanan uang masyarakat Purwokerto pada masa-masa itu. Kemudian buku yang ditulis oleh Pandu Suhartono pada tahun 1988 yang berjudul “Sejarah Pendirian Bank Pengkreditan Rakyat” juga merupakan salah satu pijakan yang dimaksudkan di sini. Buku tersebut mengupas mengenai cikal bakal pendirian Bank Pengkreditan Rakyat. Dalam uraiannya digambarkan mengenai kondisi sosial-ekonomi masyarakat sekitar pendirian dan perkembangan bank tersebut serta data statistik tentang jumlah tabungan pada Bank Pengkreditan Rakyat maupun pada lembaga-lembaga keuangan lain pada masa itu. Tulisan Dawam Rahardjo dalam bukunya “Bank Indonesia Dalam Kilasan Sejarah Bangsa” tahun 1995, juga salah satu pijakan yang penulis pertimbangkan. Buku tersebut menguraikan tentang kelahiran pertama bank central di tanah air serta perkembangannya setelah tahun 1966. Ulasan mendalam mengenai kondsi ekonomi pada waktu bank central ini pertama berdiri serta ulasan mengenai sistem dan mekanisme kerja bank ini selanjutnya digarap oleh Damawan Rahardjo dengan datadata yang relatif lengkap. Walaupun kebanyakan penelitian tentang sejarah bank-bank lokal maupun nasional tersebut di atas tidak banyak terkait langsung kepada periode pendudukan Jepang, namun informasi mengenai data-data bank serta kondisi ekonomimasyarakat sebelum masa Jepang, merupakan acuan yang penting dalam rangka membandingkan kondisi tersebut dengan ketika masa pendudukan Jepang. Hal ini diperlukan dalam melihat bagaimana perubahan itu terjadi.

10

Selanjutnya, penelitian tentang sejarah bank yang termuat dalam buku “Uang dan Perbankan” yang ditulis oleh Prathama Rahardja yang terbit pada tahun 1997, juga penulis maksudkan sebagai acuan dalam penelitian ini. Sejarah perbankan yang diuraikan dalam buku tersebut diawali dari pendirian De Javasche Bank pada 1827 hingga kondisi umum tentang perbankan nasional ketika buku tersebut terbit. Sehingga, sedikit mengenai perbankan masa pendudukan Jepang juga disinggung, walaupun tidak sampai disinggung mengenai propaganda menabung. Sementara itu, kajian mengenai perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Indonesia yang dilakukan oleh W.E. Wertheim juga menarik perhatian penulis karena sempat menyinggung mengenai perubahan dalam sistem ekonomi masyarakat. Wertheim dalam bukunya “Indonesian Society in Transition” (1956) menguraikan perubahan sistem ekonomi dalam masyarakat Indonesia dari mulai terjadinya kontak pertama dengan dunia Barat hingga masa revolusi. Dengan begitu, perubahan sistem ekonomi pada waktu kekuasaan di bawah bendera kekaisaran Jepang juga diuraikan. Pada masa ini menurut Wertheim, merupakan periode kekerasan dan penderitaan masyarakat, terjadi penurunan produksi pangan secara serius. Poin penting dari penjelasannya mengenai periode ini dalam hal ekonomi adalah bahwa Jepang mengkonsentrasikan semua aktivitas perdagangan di beberapa bidang usaha besar dan dalam serikat-serikat kerja yang diakui secara resmi. Sayang sekali, belum secara khusus buku ini menyinggung mengenai dampak-dampak keseharian yang mungkin terjadi dalam masyarakat sebagai akibat adanya perubahan-perubahan kebijakan ekonomi tersebut.

11

Buku karangan Mitsutaro Araki yang terbit pada tahun 1933 dengan judul “Financial System in Japan” merupakan salah satu acuan yang penulis anggap penting pula bagi penelitian ini. Buku tersebut menjelaskan secara rinci bagaimana sistem keuangan dan sistem perbankan yang dianut oleh Jepang pada kurun waktu menjelang meletusnya Perang Dunia II. Mitsutaro Araki menyampaikan bahwa pada prinsipnya, bank di Jepang pada masa itu dibagi ke dalam tiga jenis sesuai dengan fungsi dan peraturan yang telah ditentukan. Jenis pertama adalah “special” bank9 yang berfungsi sebagai bank-bank kontrol semi-pemerintah, kedua adalah ordinary bank (bank umum) yang sebagian besar fungsinya sebagaimana fungsi bank-bank umum pada masa sekarang, diantaranya melayani deposit, kredit, asuransi, peminjaman uang, tukar-menukar uang, dan lain sebagainnya.Terakhir adalah bank tabungan yang berbeda fungsi dari kedua jenis bank sebelumnya. Prinsip kerja bank tabungan adalah melayani transaksi penyimpanan uang dan terutama diperuntukkan bagi mereka yang memiliki jumlah simpanan kecil dari kalangan masyarakat miskin. Selain itu, Mitsutaro Araki juga menguraikan mengenai institusi-institusi keuangan selain bank dengan fungsi dan peraturan yang dijalankan masing-masing. Buku tersebut juga memuat beberapa penjelasan yang memungkinkan penulis melihat budaya menabung masyarakat Jepang yang terwujud dalam sistem ekonomi dan keuangannya. Tentu saja penjelasan semacam ini dibutuhkan kaitanya dengan penelitian ini. Berbagai kajian mengenai periode pendudukan Jepang dan kajian mengenai perubahan masyarakat serta kajian mengenai sejarah bank di Indonesia tersebut

9

Berdasarkan istilah yang dipakai Mitsutaro Araki dalam bukunya tersebut. 12

belum ada satu pun yang memberikan uraian rinci mengenai propaganda gerakan menabung Jepang atau juga mengenai perubahan pola penyimpanan uang masyarakat pada periode pendudukan Jepang.

5. Kerangka Konseptual Menabung merupakan kegiatan menyimpan uang atau pendapatan yang tidak dibelanjakan demi kepentingan di masa mendatang. Kegiatan ini dapat dilihat sebagai sebuah tindakan ekonomi yang didasarkan pada pilihan rasionalitas individu. Penulis

mendasarkan pernyataan tersebut pada teori pilihan rasional yang

dikemukakan oleh Gery Becker, dalam The Economic Approach to Human Behavior (1976). 10 Artinya ketika seseorang melakukan aktivitas menabung, secara rasional mereka mengharapkan keuntungan (ekonomi) di masa mendatang. Harapan akan adanya keuntungan-keuntungan pada masa mendatang inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh Jepang untuk menghimpun dana masyarakat pada masa perang. Masyarakat yang dimaksud di sini adalah masyarakat Indonesia yang saat itu berada di bawah pendudukan Jepang. Kegiatan menabung yang diharapkan oleh Jepang, tidak hanya menabung dalam pengertian menyisihkan sebagian uang atau barang berharga untuk disimpan di suatu tempat tersembunyi, tetapi menabung dalam pengertian mempercayakan uang yang disimpan tersebut kepada lembaga keuangan resmi. Perilaku menabungkan uang kepada lembaga keuangan resmi, dapat dilihat sebagai perilaku ekonomi yang di dalamnya melekat konsep kepercayaan atau trust. Pemerintah

10

Damsar. Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: 1997). hlm. 39 13

pendudukan Jepang, kemudian menjadikan propaganda sebagai alat dalam menghembuskan harapan akan adanya keuntungan sekaligus menanamkan kepercayaan (trust) kepada masyarakat. Propaganda sendiri memiliki pengertian yang bermacam-macam, namun dalam melihat propaganda gerakan menabung yang dilancarkan Jepang, istilah Lindley Fraser merupakan gambaran yang penulis anggap paling tepat. Lindley Fraser menyatakan bahwa propaganda merupakan kegiatan atau seni untuk mengajak orang lain bertingkah-laku sesuai dengan apa yang dikehendaki dan tidak bertingkahlaku seperti yang tidak diinginkan.

11

Hasil yang diharapkan dicapai dalam

propaganda Jepang adalah bahwa terjadi perubahan tingkah laku penyimpanan uang masyarakat, dari menyimpan uang di rumah atau dalam bentuk perhiasan dan tanah menjadi mempercayakannya kepada lembaga keuangan resmi. Berbagai kegiatan dalam mengajak masyarakat untuk merubah pola tingkah laku dalam menyimpan uang ini dilancarkan oleh pihak Jepang. Maka, perubahan pola atau cara menyimpan uang masyarakat terjadi dengan melibatkan dua unsur, unsur luar yang berkepentingan terhadap perlunya perubahan tersebut yaitu pemerintah pendudukan Jepang dan unsur masyarakat Indonesia yang menjadi sasarannya. Unsur pertama bertindak sebagai pemberi motivasi, dorongan atau bahkan paksaan sesuai dengan misi dan metode penyampaiannya. Dengan kata lain, berubahnya pilihan yang diambil masyarakat dalam mempercayakan uangnya kepada lembaga keuangan, ada kaitanya dengan bagaimana propaganda gerakan menabung dilancarkan oleh pihak Jepang.

11

Sunarjo. Mengenal Propaganda, (Yogyakarta: 1982). hlm. 27 14

6. Metode Penelitian Sebagaimana penulisan sejarah pada umumnya, metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tahapan heuristik, kritik, interpretasi dan penulisan. Dalam menerapkan metode heuristik, penulis akan menggunakan sumber-sumber berupa buku, surat kabar sezaman, arsip baik berupa dokumen, audio maupun video. Kemudian,

dalam

upaya

mendapatkan

sumber-sumber

tersebut

penulis

menelusirinya melalui perpustakaan-perpustakaan universitas; perpustakaan Pusat Studi Jepang di UGM dan UI; Perpustakaan The Japan Foundation di Jakarta, Perpustakaan Nasional, serta Arsip Nasional. Selain itu, penelusuran sumber juga dilakukan melalui akses internet, salah satunya adalah penelusuran pada situs-situs resmi pemerintah Jepang untuk mendapatkan data tentang kebijakan ekonomi Jepang masa perang dan situs-situs yang menampilkan arsip-arsip perang seperti NIOD. Serta, dilakukan beberapa wawancara kepada mereka yang mempunyai pengalaman hidup pada masa pendudukan Jepang. Sebagai gambaran, untuk sumber surat kabar dan majalah sezaman telah diperoleh beberapa artikel tentang propaganda menabung pada Harian Asia Raya, Soeara Asia, Tjahaya dan Sinar Matahari antara tahun 1942 sampai tahun 1945 dan beberapa artikel pada majalah Djawa Baroe. Dokumen berupa video tentang propaganda gerakan menabung yang dilancarkan oleh Jepang juga telah penulis peroleh dari situs Youtube. Ketika berkunjung ke perpustakaan nasional Jakarta, penulis juga menemukan data berupa laporan tahunan Postspaarbank dari tahun 1900-1946 yang menjadi sumber pembanding data-data nasabah pada masa kolonial Belanda dan masa pendudukan Jepang.

15

Tahap setelah heuristik adalah tahap kritik, di mana sumber yang telah terkumpul selanjutnya diseleksi. Kritik dibagi menjadi dua macam yaitu, kritik eksternal dan kritik internal. Pada kritik eksternal sumber diuji keotentikannya, sedangkan yang diuji pada kritik internal adalah kredibilitas informasi yang terkandung dalam sumber. Data yang telah melewati proses kritik selanjutnya akan ditafsirkan sehingga diperoleh fakta yang akurat dan relevan dengan permasalahan yang dibahas. Proses penafsiran ini disebut juga interpretasi. Fakta-fakta yang diperoleh dari proses interpretasi data akan dirangkaikan dalam satu rangkaian peristiwa masa lalu yang harmonis dan masuk akal. Kemudian, tahapan terakhir adalah penulisan yang merupakan penyampaian sintesis dan hasil penelitian yang didapat dalam bentuk kisah sejarah yang ditulis. Proses ini merupakan tahap untuk menyajikan semua fakta ke dalam bentuk tulisan.

7. Sistematika Penulisan Penelitian mengenai Dampak Propaganda Gerakan Menabung Jepang Terhadap Pola Penyimpanan Uang Masyarakat Indonesia (1942-1945) ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I berisi Latar Belakang; Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Tinjauan Pustaka; Kerangka Konseptual; Metode Penelitian; dan terakhir adalah Sistematika Penulisan. Bab

II menguraikan

strategi-strategi

atau

cara-cara Jepang dalam

menjalankan propaganda gerakan menabung.

16

Bab III membahas mengenai sambutan masyarakat Indonesia terhadap propaganda gerakan menabung yang dilancarkan oleh pemerintah masa pendudukan Jepang. Sedangkan pada Bab IV menjelaskan dampak yang ditimbulkan dari propaganda gerakan menabung Jepang terhadap kehidupan masyarakat Indonesia terutama berkenaan dengan pola menyimpan uang dikalangan masyarakat selama berlangsungnya pendudukan Jepang di Indonesia. Dan terakhir adalah Bab V berisi kesimpulan yang merupakan jawabanjawaban dari pertanyaan yang telah diajukan.

17