1
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN RELIGIUSITAS TERHADAP KECENDERUNGAN POST POWER SINDROME PENSIUNAN PEGAWAI PT. TELKOM BALIKPAPAN
MURSADI FAKULTAS PSIKOLOGI UNTAG 1945 SAMARINDA ABSTRAK
sebaliknya.
Pensiun permasalahan
merupakan bagi
pekerja
lebih merasakan
manfaat dukungan sosial dan relegiusitas
yang
sangat
diusianya yang sudah lanjut.
berpengaruh
Dukungan sosial adalah sesuatu
keberlangsungan
yang
pensiun.Penelitian ini bertujuan
paling
dibutuhkan
mendasar oleh
yang
pensiunan
disaat pada
untuk mengetahui
masa
pengaruh
begitu juga Religisuitas dalam
dukungan sosial dan Religiusitas
kehidupan sangat mempengaruhi
terhadap
seseorang
Power
terhadap
kecenderungan
post
power
Kecenderungan Post Sindrom
Pensiunan
pegawai
PT.Telkom
sindrom semua itu bisa terjadi
Balikpapan.Teknik pengambilan
dikarenakan
dukungan sosial
sampel
dan aktivitas religiusitas yang
adalah
berbeda.. Dukungan sosial yang
dengan total responden sebanyak
baik maka untuk kecenderungan
70 orang Pensiunan Pegawai PT
post
Telkom
power
sindrom
tidak
pada
penelitian
ini
purposive sampling,
Balikpapan.Hasil
muncul begitu pula religiusitas
penelitian menyatakan bahwa
baik kecenderungan post power
ada pengaruh yang signifikan
sindrom tidak muncul dimana
dukungan sosial dan Religiusitas
seseorang dapat menempatkan
secara bersama-sama terhadap
dirinya
Kecenderungan
di
tengah
keluarga,masyarakat,dan teman
Sindrom
teman dulu satu pekerjaan maka
tinggi
dia akan diterima dengan baik
religiusitas
oleh masyarakat begitu juga
rendah
Post
sehingga
dukungan maka
Power semakin
sosial
dan
semakin
kecenderungan
Post
2
power
sindrom
Pensiunan
pegawai
PT.Telkom
Balikpapan.ini
bisa
uji bersama, uji penuh (uji F) nilai p = < 0.005 dengan sebesar
Berdasarkan
19.2
hasil
%
penelitian,
maka penulis memberikan saran kepada
pihak
perusahaan,
keluarga, teman sejawat serta lingkungan sosial terkait untuk bersama-sama
memberikan
dukungan social dan begitu juga relegiusitas bagi para pensiunan. Sedangkan
saran
pensiunan
bagi
para
agar
memanfaatkan
dapat lingkungan
sosialnya dan religiusitas yang ada dan ada yang disediakan oleh
perusahaan
untuk
keberlangsungan sehingga untuk kecenderungan
post
power
syndrome tidak ada muncul dan pensiunan pegawai PT. Telkom Balikpapan
dapat
menuju
kearah yang lebih baik lagi
kecenderungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pensiun
merupakan
tahapan akhir perkembangan yang akan dialami oleh setiap orang yang bekerja dimana pada masa tersebut seseorang akan mengalami perobahaan peran maupun pola hidup dari kondisi
bekerja
akan membawa dampak bagi pensiunan itu sendiri dan keluarganya
Pada
sosial
dan
religiusitas
maka semakin
hal
seseorang Dalam dinamika kehidupan
ini,
seseorang
dituntut untuk bekerja, bukan hanya
untuk
sekedar
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun mencari nafkah, tetapi juga untuk mengembangkan potensi dan prestasi
serta
dalam dukungan
menjadi
kondisi tidak bekerja yang
mempertahankan
Kata kunci : Semakin tinggi
post
power syndrome
dilihat
dengan hasil pengujian regresi
kontribusi
rendah
eksistensi
kehidupan.Bekerja
merupakan perwujudan
salah
satu aktivitas
manusia, yang tidak hanya untuk
menghasilkan
uang,
3
tetapi
dapat
memberikan
bahwa pensiun dapat berupa
status sosial sehingga seorang
sukarela atau kewajiban yang
individu dapat berinteraksi
terjadi secara regular atau
dalam
lebih awal.Beberapa pekerja
lingkungan
masyarakat.
Bekerja
merupakan aktivitas
bentuk yang
dari
menjalani dengan
masa
pensiun
sukarela
sebelum
mendapat
masa pensiun wajib.Hal ini
dukungan sosial yang berupa
mereka lakukan karena alasan
kebutuhan
kesehatan
untuk
aktif,
atau
keinginan
kebutuhan untuk produktif,
untuk
kebutuhan untuk memperoleh
hidup dengan melakukan hal-
harga diri, serta kebutuhan
hal yang lebih berarti untuk
lain dalam kehidupan baik
diri mereka sendiri ataupun
dari
pekerjaan. Bagi yang lain,
seseorang
mengalami
yang
Kecenderungan
menghabiskan
pensiun
dilakukan
sisa
secara
Post power sindrom atau
terpaksa atau disebut juga
seseorang yang tidak tidak
wajib
mengalami
organisasi tempat seseorang
kecenderungan
cenderung
terhadap
post
power sindrome Dari dapat
pensiun
bekerja menetapkan tertentu
uraian diatas,
dikatakan
merupakan
karena
sebagi
seseorang
bekerja
tanpa
hakekat
apakah
usia batas
untuk
pensiun
mempertimbangkan mereka
merasa
kebutuhan manusia. Namun
senang atau tidak, mau atau
pada kenyataannya, pekerjaan
tidak mau
yang tidak
dilakukan akan
selamanya,
seseorang berlangsung
pensiun
terbagi
menjadi
ada
kelompok yang optimis dan
batasan usia tertentu dalam
kelompok yang pesimis.Ada
bekerja yang disebut sebagai
yang bahagia karena dapat
masa
menyelesaikan
(2000,h.147)
karena
sendiri
Golongan
pensiun.Hurlock berpendapat
pengabdian
tugas dengan
dan baik
4
sehingga tidak memiliki rasa
munculnya perasaan sayang
penyesalan
setelah
untuk
sejalan
yang telah digeluti.
pensiun.Hal
ini
melepaskan
dengan Rosyid (2010) yang
jabatan
Sebagian
kecil
menyatakan bahwa pensiun
individu
akan
suatu
pensiun
yang
bahagia karena sebentar lagi
Setelah
akan terbebas dari kewajiban
dan
masuk kantor, namun bagi
menghasilkan
keadaan membahagiakan. menjalankan melakukan
tugas peran
sesuai
menjalani dengan
kebanyakan
masa
perasaan
orang,
masa
dengan tuntutan perusahaan,
pensiun akan dijalani dengan
dan
kepada
perasaan
organisasi, maka tiba saatnya
khawatir
seseorang untuk memperoleh
depan. Hal ini menunjukkan
penghargaan yang tinggi atas
bahwa tekanan yang sama,
jerih payah dan usahanya
yaitu
tersebut.Akan tetapi hal ini
menimbulkan respon
tidak dapat dipisahkan dari
berbeda yaitu kegembiraan
bagaimana
melawan
pengabdian
pengalaman
was-was terhadap
pensiun
dan masa
dapat yang
kekhawatiran
bekerja dan tingkat kepuasan
(Helmi, 2000, h. 44). Fakta di
kerja
masyarakat
seseorang
memainkan
selama
peran
dipercayakan
menunjukkan
yang
bahwa individu yang sudah
oleh
berhenti
bekerja
akan
perusahaan.Individu tersebut
mengalami kesulitan dalam
harus
pemenuhan
ikhlas
melepaskan
kebutuhan-
segala atribut dan kebanggan
kebutuhan fisik, psikologis,
yang disandangnya selama
dan sosial. Hal ini disebabkan
melaksanakan
karena
bersiap
tugas,
memasuki
dan
pensiun
sering
masa
diartikan sebagai kehilangan
kehidupan yang tanpa peran,
kedudukan, jabatan, peran,
kondisi
kegiatan, status, dan harga
yang
memungkinkan
demikian pula
diri (Kuncoro, 2002).
5
Menurut Floyd, dkk (dalam
Newman,
pensiun
juga
2006)
mengacu
kumpulan gejala, sedangkan arti dari “power” adalah kekuasaan.
Maka
kepada transisi psikologis,
power
suatu
gejala-gejala
perubahan
terprediksi
dan
yang normatif
post
syndrome
adalah pasca
kekuasaan.
Gejala
yang melibatkan persiapan,
umumnya
pengertian kembali tentang
orang-orang yang tadinya
peran dan peran perilaku,
mempunyai kekuasaan atau
serta penyesuaian psikologis
mempunyai suatu jabatan di
dari seorang pekerja yang
tempat
dibayar menjadi melakukan
ketika sudah tidak menjabat
aktivitas yang lain.
atau
Bentuk negative dalam
reaksi
yang
muncul
menghadapi
masa
pensiun seperti susah tidur, malas
bekerja,
sering
pusing,
atau
muncul
kecemasan bahkan berbagai penyakit dan tidak jarang pula
individu
powerless
merasa
dan
muncul
sindrom pasca kekuasaan yang lebih dikenal dengan post
power
syndrome
(Helmi, 2000, h. 43). Post
power
banyak
syndrome
dialami
oleh
individu yang baru saja menjalani
masa
pensiun.
Arti dari “syndrome” adalah
terjadi
ini
kerja,
pada
sehingga
bekerja
akanterlihat
lagi,
gejala-gejala
emosi yang kurang stabil. Gejala-gejala itu biasanya bersifat negative dan akan semakin
memburuk
jika
individu merasakan adanya gangguan fisik (Elia, 2005). Post syndrome yang
power adalah
terjadi
penderita
dimana
hidup
bayang-bayang
gejala
dalam
kebesaran
masa lalu (karir, kecantikan, ketampanan,
kecerdasan,
atau hal lain), dan seakanakan tidak bisa memandang realita yang ada saat ini. Ada banyak factor yang menyebabkan
terjadinya
6
post
power
syndrome,
pensiun dan PHK adalah salah
satu
tersebut.
dari
Bila
dipenuhi
(Suara
Pembaharuan, 6 Juni 2002).
factor
Rini
individu
mengatakan
(2001) bahwa
tersebut memiliki jabatan,
beberapa
kekuasaan
mempengaruhi post power
dan
pengaruh
faktor
ada yang
yang cukup besar di masa
syndrome
kerjanya, begitu memasuki
seseorang yang kehilangan
masa pensiun semua itu
jabatan,
tidak dimiliki lagi, sehingga
kerja dan pekerjaan, usia,
timbul berbagai gangguan
kesehatan,
psikis yang semestinya tidak
seseorang tenang bagaimana
perlu.
yang
ia akan menyesuaikan diri
terjadi pada orang yang
dengan masa pensiun, dan
mulai pensiun antara lain
status
berkaitan dengan kehilangan
pensiun.
Perubahan
peran,
pada
yaitu
diri
kepuasan
persepsi
sosial
sebelum
kewenangan,
Salah satu hal yang
interaksi sosial,, dan status
berpengaruh bagi seseorang
bekerja
yang
semuanya
yang
terkait
dengan
pekerjaan
kecenderungan
memiliki mengalami
formal yang dilakukannya
post power syndrome adalah
sebelum
dan
penyesuaian
merupakan segala hal yang
Penyesuaian
terakit
pekerjaan
salah
merupakan
pemuasan
penting bagi kesehatan jiwa
kebutuhan
psikososialnya.
atau mental individu, dan
Di
pensiun
dalam
masa
pensiun,
ia
diri. diri
satu
merupakan
adalah
persyaratan
suatu
kehilangan sumber pemuas
dinamis
kebutuhan
tersebut
untuk mengubah perilaku
sementara
kebutuhannya
tetap
menuntut
untuk
yang
proses
bertujuan
individu
agar
terjadi
hubungan
yang
sesuai
antara diri individu dengan
7
lingkungan 2002).
(Mutadin,
Pada
dasarnya
saling mempengaruhi satu sama
lain,
dari
proses
penyesuaian diri memiliki
tersebut timbul suatu pola
dua
kebudayaan
aspek,
yaitu
aspek
dan
tingkah
penyesuaian pribadi dimana
laku sesuai dengan sejumlah
kemampuan individu untuk
aturan, hukum, adat, dan
menerima dirinya sendiri
nilai-nilai
sehingga
patuhi.
tercapai
suatu
yang
mereka
hubungan yang harmonis
Dalam masa-masa transisi
antara
dengan
tersebut
sekitar,
berusaha menyesuaikan diri
penyesuaian
terhadap situasi kehidupan
dirinya
lingkungan keberhasilan pribadi
ditandai
individu
yang
dengan
yang berbeda membutuhkan
tidak adanya rasa benci,
dukungan orang lain untuk
berani
menghadapi
menyesuaikan diri. Dalam
kenyataan atau bertanggung
psikologi istilah ini dikenal
jawab, tidak merasa kecewa,
dukungan sosial. Dukungan
percaya
kondisi
sosial ini menurut Johnson
kehidupan
dan Johnson (1991) sebagai
kejiwaan ditandai dengan
keberadaan orang lain yang
tidak adanya kegoncangan
bisa
atau
dimintai bantuan, dorongan
pada
dirinya,
dan
kecemasan
menyertai
rasa
yang bersalah,
dan
diandalkan
penerimaan
rasa cemas, rasa tidak puas,
individu
rasa kurang dan keluhan
kesulitan.
terhadap
2003)
dialaminya,
nasib
yang
sedangkan
untuk
apabila
mengalami Thorst
bahwa
(Sofia,
dukungan
sosial bersumber dari orang-
aspek yang kedua yaitu
orang
penyesuaian sosial, dimana
hubungan
setiap individu hidup dalam
individu seperti keluarga,
masyarakat
teman
yang
didalamnya terdapat proses
yang
memiliki
berarti
dekat,
bagi
pasangan
hidup, rekan kerja, tetangga
8
dan
saudara.Sedangkan
Kebanyakan
orang
Nicholson dan Antil (Suhita,
menjadikan
2005)
dukungan
sosial
sebagai panutan yang dapat
adalah
dukungan
yang
membawa manusia ke jalan
berasal dari keluarga, dan
yang benar dan berperilaku
teman dekat atau sahabat.
yang
Dan beberapa aspek dalam
Gullota (dalam Dipenogoro,
dukungan
sosial,
yaitu
2004, h. 125) mengatakan
kedekatan
interaksi
yang
bahwa agama menawarkan
akan menimbulkan saling
perlindungan dan rasa aman,
percaya,
bimbingan
khusunya bagi yang sedang
langsung
seperti
mencari eksistensi dirinya
memberikan
informasi,
ditambahkan Subandi,
memberikan
dapat
berupa
menghadapi
antar sesama, umpan balik
bantuan
materi
dalam bentuk uang. Selain
agama
untuk guncangan
emosional.
yang menimbulkan suatu respon,
oleh
memberikan
alternative
berdiskusi
dan
pula
bahwa
interaksi sosial positif dapat saling
religius
mulia.Adam
memberikan petunjuk dan nasehat,
nilai
Dalam dengan
kaitannya religiusitas,
religiusitas
adalah
suatu
dukungan
keadaan dimana individu
sosial, faktor lain yang juga
merasakan dan mengakui
mempengaruhi
adanya kekuatan tertinggi
kecenderungan post power
yang melindungi kehidupan
syndrome
manusia dan kepada-Nya
menurut
Schneiders adalah agama
manusia
atau religi. Religi dapat
berserah
diartikan sebagai aturan atau
seseorang mengakui adanya
cara hidup manusia dalam
Tuhan, maka semakin tinggi
hubungannya dengan Tuhan
religiusitasnya
dan
1998,
sesamanya.
bergantung
dan
diri.Semakin
h.
31).
(Dister, Menurut
9
Zimbardo (dalam Noviani, 2005,
h.4)
adalah bagaimana seorang individu mempunyai kehidupan rohani yang sehat dan tetap memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan. Kedua hal tersebut menunjukkan adanya kaitan antara religiusitas dengan kecenderungan post power syndrome.
religiusitas
memainkan
peran
yang
penting dalam cara hidup, dan individu yang benarbenar
religious
terhindar
dari
keresahan
keresahan-
serta
keseimbangan selalu
akan
siap
terjaga
jiwa
dan
Berdasarkan uraian diatas, maka religiusitas dan dukungan sosial seharusnya bepengaruh terhadap kecenderungan post power syndrome pensiunan. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih mendalam tentang pengaruh dukungan sosial dan religiusitas terhadap kecenderungan post power syndrome.
menghadapai
segala sesuatu yang terjadi. Ciri-ciri
orang
yang
mempunyai religiusitas
tingkat tinggi
dapat
dilihat dari tingkah laku, sikap, seluruh
perkataan, jalan
serta
hidupnya
mengikuti ajaran agama. Seperti yang telah dipaparkan diatas, bahwa individu yang mengalami post power syndrome awalnya akan terlihat gejala-gejala goncangan emosional dan keadaan psikis menjadi tidak stabil. Rini (2001) mengungkapkan beberapa factor yang memperngaruhi post power syndromeyang termasuk didalamnya adalah persepsi individu tentang bagaimana seseorang akan menyesuaikan diri dengan masa pensiun. Salah satu aspek kehidupan yang disorot dalam factor ini
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A
Tinjauan Pustaka a. Kataristritik pensiunan pegawai
Telkom
Balikpapan Terdapat
beberapa
karakteristik pensiunan PT. Telkom pensiunan pensiun
Balikpapan yang dini
yaitu melalui
dan pensiun
10
murni
yang
telah
diatur
kebutuhan dan masalah yang
melalui peraturan perusahaan
bervariasi dari rentang sehat
Pt Telkom Indonesia dimana
sampai sakit, dari kebutuha
prayarat pensiun itu sudah
biopsikososial
dituangkan
spiritual, serta dari kondisi
diperaturan
Telkom
Pt
Indonesia
adaptif
sampai
hingga
kondisi
diantaranya batas umur baik
maladaptive;
Ketiga,
pensiun murni atau pensiun
lingkungan
dini,Masa kerja pegawai yang
tinggal yang bervariasi.
dan
tempat
telah dilaksanakan berdinas diperusahaan
PT.Telkom.
Adapun batas umur pensiun
b. Post Power Syndrome
murni adalah 55 Tahun dan
1.
Pengertian
pensiun dini dibatasi dari
Syndrome
pegawai bekerja tahun sampai umur
54 tahun dan posisi
jumlah
pensiunan
PT.Telkom
Balikpapan
Post
Power
Old age (masa tua) bisa menjadi masa yang menyenangkan sebaliknya
atau
menyedihkan.
berjumlah 110 Orang yang
“Old age can be a time of
terbagi 20 orang Wanita dan
joy,
90
dan
wonder,but it is also a time
kebanyakan usianya diatas
of senility, depression, and
umur 57 tahun ( Lansia )
despair,” (Erikson dalam
lansia. Menurut Keliat (1999)
Fiest
dalam Mariyam dkk (2008),
Kekuatan di masa ini adalah
Lanjut
memiliki
wisdom ( kebijaksanaan )
karakteristik
yang digambarkan sebagai
orang
Pria
usia
benerapa
playfulness,
&
Fiest,
and
2002).
diantaranya adalah; Pertama,
kondisi
Orang Berusia lebih dari 60
pemahaman dan obyektif
tahun (sesuai dengan Pasal 1
terhadap kehidupan dalam
ayat (2) UU No.13 tentang
menghadapi
kesehatan
kehidupan
);
Kedua,
kaya
akhir itu
akan
dari sendiri,
11
“informed
anddetached
selain itu akan memutuskan
concern with life itself in the
rantai sosial yang sudah
self of death itself.”
terbina dengan rekan kerja,
Menurut Elia (2005)
dan yang paling vital adalah
yang dimaksud dengan post
menghilangnya identitas diri
power
seseorang
syndrome
adalah
yang
sudah
begitu
lama
kumpulan gejala. “Power”
melekat
adalah
(Agustina, 2008).
kekuasaan.Jadi,
terjemahan powersyndrome gejala kekuasaan.Gejala umumnya
terjadi
daripost
Individu usia 55 - 65
adalah
tahun mengalami fase ke-7
pasca
(fase generativitas dengan
ini
stagnasi) dan ke-8 (fase
pada
integritas diri dengan putus
orang-orang yang tadinya
asa)
mempunyai kekuasaan atau
perkembangan
menjabat
Pada
satu
jabatan,
dalam
tahap tersebut.
individu
yang
namun ketika sudah tidak
mengalami
menjabat lagi, seketika itu
syndrome, fase stagnasi dan
terlihat
putus
gejala-gejala
Post-power
asalah
yang
kejiwaan atau emosi yang
mendominasi
kurang stabil.Gejala-gejala
perilakunya.Fase
itu biasanya bersifat negatif,
adalah fase di mana individu
itulah yang diartikan post
terpaku dan berhenti dalam
power
beraktivitas atau berkarya,
syndrome.Masa
pensiun
ini
menimbulkan
dapat masalah
stagnasi
sementara pada fase putus asa,
individu
merasakan
karena tidak semua orang
kecemasan yang mendalam,
siap untuk menghadapinya.
merasa
Pensiun akan memutuskan
tidak berarti.yang kurang
seseorang
aktivitas
stabil dan muncul tatkala
rutin yang telah dilakukan
seseorang turun dari jabatan
selama
yang dimiliki sebelumnya,
dari
bertahun-tahun,
hidupnya
sia-sia,
12
ditandai dengan wajah yang
orang
tampak
lingkungan terdekat, dalam
jauh
lebih
pemurung,
tua,
sakit-sakitan,
hal
tercinta
ini
serta
keluarga
sangat
lemah mudah tersinggung,
membantu dan kematangan
merasa
berharga,
emosi sangat berpengaruh
pola-pola
pada
tidak
melakukan kekerasan
yang
menunjukkan baik
Power
kemarahan
dirumah
maupun
Lebih
ciri
menderita
terutama orang yang sudah
syndrome;
dan
lanjut
orang
dialami
lansia
Syndrome
Agustina
(2008) menambahkan ciri-
Post Power Syndrome selalu
Post
(Wardhani, 2006).
tempat lain (Rini, 2001).
hampir
terlewatinya
yang
rentan
post power
pensiun
dari
pekerjaannya, hanya
saja
senangnya dihargai dan
banyak orang yang berhasil
dihormati orang lain, yang
melalui fase ini dengan
permintaannya
cepat dan dapat menerima
dituruti,
kenyataan dengan hati yang
dilayani orang lain.
lapang.Namun pada kasuskasus
tertentu,
tidak
mampu
kenyataan
1
2
Orang-orang
yang
selalu
yang
suka
Orang-orang
yang
individu
membutuhkan pengakuan
menerima
dari orang lain karena
yang
ada,
kurangnya
harga
diri,
ditambah dengan tuntutan
sehingga
hidup
harus
tersebut memiliki jabatan
dirinya
dia merasa lebih diakui
yang
mendesak.Bila adalah
satu-satunya
penopang hidup keluarga,
jika
individu
oleh orang lain. 3
Orang-orang
yang
risiko terjadinya Post Power
menaruh
Syndrome
berat
pada prestasi jabatan dan
besar.Dukungan
pada kemampuan untuk
semakin
yang
dan pengertian dari orang-
mengatur
arti
hidupnya
hidup
orang
13
lain,
untuk
berkuasa
berkeriput,
menjadi
terhadap
orang
lain.
pemurung, sakit-sakitan,
Istilahnya
orang
yang
dan tubuhnya menjadi
menganggap itu
kekuasaan
segala-galanya
merupakan sangat
hal
berarti
atau
lemah, tidak bergairah. 2) Gejala Emosi.
yang dalam
Yaitu cepat tersinggung, merasa tidak berharga,
hidupnya.
ingin menarik diri dari Berdasarkan tersebut,
uraian
maka
dapat
disimpulkan bahwa post
lingkungan
pergaulan,
ingin bersembunyi, dan lain sebagainya.
power syndrome adalah gejala
ketidakstabilan
3) Gejala Perilaku.
psikis yang muncul saat
Yaitu
seseorang meninggalkan
bertemu orang lain, lebih
jabatan
mudah melakukan pola-
atau
umumnya
malu
kekuasaannya. Gangguan
pola
ini terjadi karena adanya
menunjukkan kemarahan
perasaan dianggap tidak
baik di rumah atau di
penting dan dihormati
tempat yang lain.
lagi.
Dari uraian diatas, dapat
Dinsi (2006), membagi gejala-
kekerasan
disimpulakan
atau
bahwa
gejala post power syndrome ke dalam
gejala-gejala yang post
tiga tipe, yaitu:
power syndrome secara umum ada tiga, yaitu
1) Gejala Fisik.
gejala fisik, gejala emosi, Yaitu menjadi jauh lebih cepat
tua
tampaknya
dibandingkan
pada
waktu
dia
menjabat.Rambutnya menjadi
dan gejala perilaku.
putih
semua,
B. Faktor-Faktor Mempengaruhi Syndrome
yang Post
Power
14
Rini (2001) mengungkapkan
diri
beberapa
menjadi
faktor
yang
memang akar
sering depresi
mempengaruhi post power
semasa pensiun karena
syndrome
orang-orang
akibat
pensiun,
meliputi:
dengan
harga diri yang rendah
1) Kepuasan
Kerja
dan
semasa
produktifnya
cenderung
Pekerjaan
akan
overachiever Pekerjaan
membawa
kepuasan
tersendiri
karena
disamping
mendatangkan uang dan fasilitas,
dapat
juga
memberikan
nilai
dan
kebanggaan
pada
diri
sendiri
(karena
berprestasi
atau
pun
kebebasan menuangkan kreativitas).Namun catatan,
orang
ada yang
mengalami problem saat pensiun biasanya justru mereka
yang
pada
dasarnya sudah memiliki kondisi
mental
yang
tidak stabil, konsep diri yang negatif dan rasa kurang terutama
percaya
diri
berkaitan
dengan kompetensi diri dan keuangan/penghasilan. Selain itu, masalah harga
jadi
semata-
mata untuk membuktikan dirinya sehingga mereka habis-habisan bekerja
dalam sehingga
mengabaikan sosialisasi dengan sesamanya pula. Pada
saat
mereka
pensiun, merasa
kehilangan harga diri dan ditambah karena
kesepian tidak
punya
teman-teman. Pada orang dengan kondisi kejiwaan yang stabil, konsep diri positif, rasa percaya diri kuat serta didukung oleh keuangan yang cukup, maka
orang
tersebut
akan
lebih
dapat
menyesuaikan
diri
dengan kondisi pensiun tersebut karena selama tahun-tahun ia bekerja, ia “menabung”
15
pengalaman, serta
keahlian
keuangan
menghadapi
perusahaan/organisasi
untuk
tempat mereka bekerja.
masa
Seringkali
pensiun.
itu
pemahaman
tanpa
sadar
mempengaruhi persepsi
1. Usia Banyak
orang
seseorang sehingga
ia
yang takut menghadapi
menjadi over sensitif dan
masa
subyektif
tua
asumsinya
karena
jika
sudah
stimulus yang ditangkap.
tua, maka fisik akan
Kondisi
makin
membuat
lemah,
makin
terhadap
inilah
yang
orang
jadi
banyak penyakit, cepat
sakit-sakitan saat pensiun
lupa, penampilan makin
tiba.Memang, masa tua
tidak menarik dan makin
harus
banyak hambatan lain
realistis
yang
mau
membuat
hidup
dihadapi
secara
karena
tidak
menghadapi
makin terbatas. Pensiun
kenyataan bahwa dirinya
sering
diidentikkan
getting older dan harus
dengan tanda seseorang
pensiun juga membawa
memasuki
masalah serius seperti
masa
tua.
Banyak
orang
mempersepsi
secara
halnya
post
power-
syndrome dan depresi.
negatif
dengan
Salah
satu
menganggap
bahwa
mengatasi
cara persepsi
pensiun itu merupakan
negatif terhadap masa
pertanda dirinya sudah
tua
tidak
mengatakan
berguna
dan
adalah
dengan pada
diri
dibutuhkah lagi karena
sendiri : "Act your age,
usia
but I don't want to act
tua
produktivitas
dari makin
menurun sehingga tidak menguntungkan lagi bagi
old" 3) Kesehatan
16
Beberapa peneliti
orang
melakukan
penelitian
dan
menemukan kesehatan
bahwa mental
fisik
dan
merupakan
prekondisi
yang
semakin bisa mengatur waktu
untuk
berolah
tubuh. Penghasilan dan kesehatan
cenderung
menurun muncul
sehingga rasa
mendapat
kurang
penghargaan
mendukung keberhasilan
dari dunia sekitar yang
seseorang
beradaptasi
disebut
terhadap
perubahan
syndrome. Kondisi itu
hidup yang disebabkan
semakin berat dialami
oleh
oleh
pensiun.Hal
ini
post
power
laki-laki
yang
masih ditambah dengan
terakhir memiliki posisi
persepsi orang tersebut
jabatan/pangkat
terhadap penyakit atau
terhormat di lingkungan
kondisi fisiknya. Jika ia
kerjanya, apabila tidak
menganggap
dipersiapkan dengan baik
kondisi
bahwa
fisik
yang
atau
dapat
yang
berbagai penyakit fisik
dideritanya itu sebagai
dan mental psikologis
hambatan
(Burhan, 2008).
penyakit
besar
bersikap
dan
pesimistik
menimbulkan
4) Persepsi
seseorang
terhadap hidup, maka ia
tentang
akan mengalami masa
akan menyesuaikan diri
pensiun dengan penuh
dengan masa pensiunnya
kesukaran. Menurut hasil
bagaimana
Hal
ini
ia
erat
penelitian, pensiun tidak
berkaitan dengan rencana
menyebabkan orang jadi
persiapan
cepat sakitan,
tua
yang dibuat
dan
sakit-
jauh
sebeium
masa
karena
justru
pensiun tiba. Menurut
berpotensi meningkatkan
para
ilmuwan,
kesehatan karena mereka
perencanaan yang dibuat
17
sebelum
pensiun
kelak, saya ingin aktif
pola/gaya
dalam kegiatan seperti
hidup yang dilakukan)
apa, dsb). Namun, hal ini
akan
memberikan
juga tidak terlepas dari
kepuasan
dan
rasa
persepsinya
tentang
pada
hidup
tentang
yang
dirinya sendiri. Orang
(termasuk
percaya
diri
individu bersangkutan. Bagaimana
dan
yang
percaya
juga,
pada potensi diri sendiri
perencanaan untuk masa
dan kurang mempunyai
pensiun bukanlah sesuatu
kompetensi sosial yang
yang berlebihan karena
baik
banyak aspek kehidupan
pesimistik
yang
menghadapi
harus
dan
disiapkan,
dipertahankan
seperti yang
pun
kurang
keuangan akan
untuk
(apa
dilakukan
tetap
bisa
akan
cenderung dalam masa
pensiunnya
karena
merasa cemas dan ragu, akankah
ia
mampu
menghadapi
dan
berpenghasilan ? apakah
mengatasi
saya mau mencari kerja
hidup dan membangun
part time ?), kesehatan
kehidupan yang baru.
(bagaimana cara supaya
5) Status Sosial Sebelum
bisa menjaga kesehatan), spiritualitas (bagaimana
perubahan
Pensiun Status
sosial
supaya saya mempunyai
berpengaruh
terhadap
kehidupan rohani yang
kemampuan
seseorang
sehat dan tetap memiliki
menghadapi
masa
hubungan
yang
erat
pensiunnya. Jika semasa
Tuhan)
dan
kerja
ia
kehidupan
sosial
(apa
status
sosial
kegiatan
kebersamaan
sebagai
dengan
teman-teman
prestasi dan kerja keras,
dengan
mempunyai
hasil
tertentu dari
18
maka
akan
cenderung
dikatakan
bahwa
memiliki
seseorang
yang
lebih kemampuan
adaptasi
mempunyai self image
yang lebih baik. Namun
yang
jika
mempunyai konsep diri
status
sosial
itu
didapat bukan murni dari
yang
hasil
(1984,
jerih
payah
negatif
akan
negatif.
Gilmer h.195)
prestasinya maka orang
berpendapat bahwa salah
itu
satu
justru
cenderung
faktor
yang
mengalami kesulitan saat
berpengaruh
menghadapi
pensiun
pensiun adalah konsep
karena begitu pensiun,
diri.Konsep diri adalah
maka
persepsi
kebanggaan
terhadap
seseorang
dirinya lenyap sejalan
terhadap dirinya sendiri
dengan hilangnya atribut
baik karena fisik, psikis,
dan
yang
sosial, maupun moral.
menempel pada dirinya
Masa pensiun muncul
selama ia masih bekerja.
pada masa dewasa akhir,
Selain
tersebut
sedangkan konsep diri
diatas menurut Philips
pada masa dewasa akhir
dkk. (dalam, Hurlock,
tersebut dipengaruhi oleh
2000) bahwa post power
beberapa faktor,
syndrome
pada
penerimaan
pensiunan
dipengaruhi
fasilitas
faktor
yaitu atau
penolakan
terhadap
oleh konsep diri yang
steriotipe
dapat membawa dampak
lanjut, keberhasilan atau
pada
image
kegagalan dalam hidup
seseorang yang biasanya
dan bagaimana seseorang
cenderung
menghabiskan
self
Sedangkan
negatif. self
image
merupakan bagian dari konsep diri. Jadi dapat
luangnya.
pada
usia
waktu
19
Dilihat
dari
penjelasan
diatas,
umum
hal
secara yang
Selain
dukungan
sosial, faktor lain yang juga mempengaruhi
mempengaruhi
kecenderungan post power
kecenderungan post power
syndrome
syndrome
seorang
Schneiders adalah agama
individu adalah kemampuan
atau religi. Religi dapat
menyesuaikan diri dengan
diartikan sebagai aturan atau
lingkungan setelah pensiun.
cara hidup manusia dalam
Penyesuaian
hubungannya dengan Tuhan
salah
pada
diri
satu
adalah
persyaratan
menurut
dan
sesamanya.
penting bagi kesehatan jiwa
Kebanyakan
atau mental individu, dan
menjadikan
merupakan
proses
sebagai panutan yang dapat
bertujuan
membawa manusia ke jalan
untuk mengubah perilaku
yang benar dan berperilaku
individu
agar
terjadi
yang mulia.
hubungan
yang
sesuai
Adam dan Gullota
antara diri individu dengan
(dalam Diponogoro, 2004,
lingkungan
h.
dinamis
suatu yang
(
Mutadin,
2002).
orang nilai
125)
religius
menegaskan
pernyataan tersebut bahwa Selain itu, Wardhani
(2006)
juga
bahwa
menyatakan
dukungan
agama
menawarkan
perlindungan dan rasa aman,
dan
khusunya bagi yang sedang
pengertian dari orang-orang
mencari eksistensi dirinya
tercinta
ditambahkan
serta
terdekat,
lingkungan
dalam
hal
ini
Subandi,
keluarga sangat membantu
dapat
dan
alternative
sangat
kematangan berpengaruh
terlewatinya Syndrome.
Post
emosi pada Power
menghadapi emosional.
pula
bahwa
oleh agama
memberikan untuk guncangan
20
Begitupun
pernyataan
menghargai
dan
Zimbardo (dalam Noviani,
menyayangi.
2005, h.4) yang mengatakan
yang
bahwa
dikemukakan oleh Cobbs
religiusitas
memainkan
peran
yang
Pandangan
sama
juga
yang
mendefinisikan
penting dalam cara hidup,
dukungan
sosial
dan individu yang benar-
adanya
benar religius akan terhindar
perhatian, penghargaan atau
dari
menolong
keresahan-keresahan
sebagai
kenyamanan,
orang
dengan
serta terjaga keseimbangan
sikap menerima kondisinya,
jiwa
siap
dukungan
sosial
tersebut
menghadapai segala sesuatu
diperoleh
dari
individu
yang terjadi.
maupun
Dari paparan diatas, dapat
Selanjutnya Sarason (dalam
dilihat bahwa religiusitas
Kuntjoro,
2002)
dan
berpendapat
bahwa
dan
selalu
dukungan
keluarga
kelompok.
yang
dukungan sosial itu selalu
dalam
mencakup dua hal yaitu
kecenderungan post power
:Jumlah sumber dukungan
syndrome pensiunan
sosial
memiliki
peran
penting
yang
tersedia
merupakan
persepsi
individu terhadap sejumlah 3. Dukungan Sosial a.
Pengertian
orang Dukungan
Sosial
dapat
saat
individu
diandalkan
membutuhkan
Menurut
Sarason
(pendekatan
bantuan berdasarkan
Kuntjoro,
2002)
kuantitas).
mengatakan
bahwa
Tingkatan
kepuasan
akan
adalah
dukungan
sosial
yang
(dalam yang
yang
dukungan
sosial
keberadaan,
kesediaan,
diterima berkaitan dengan
kepedulian dari orang-orang
persepsi
yang
kebutuhannya
dapat
diandalkan,
individu
bahwa akan
21
terpenuhi
pendekatan
berdasarkan kualitas)
Sedangkan dukungan sosial menurut
Hal di atas penting
Shinta (dalam Joko Kuncoro
dipahami oleh individu yang
dan Eva Diana Sari, 2006)
ingin memberikan dukungan
adalah pemberian informasi
sosial, karena menyangkut
baik secara verbal maupun
persepsi tentang keberadaan
non
(availability) dan ketepatan
bantuan tingkah laku atau
(adequacy) dukungan sosial
materi yang di dapat dari
bagi
hubungan seseorang yang
seseorang.Dukungan
sosial
bukan
sekedar
verbal,
akrab
atau
memberikan bantuan, tetapi
disimpulkan
yang
keberadaan
penting
adalah
pemberian
hanya dari
mereka
yang
si
membuat individu merasa
penerima terhadap makna
diperhatikan, bernilai dan
dari bantuan itu.Hal itu erat
dicintai
hubungannya
menguntungkan
bagaimana
persepsi
dengan
sehingga
dapat bagi
ketepatan dukungan sosial
kesejahteraan individu yang
yang diberikan, dalam arti
menerima.
bahwa
orang
yang
Selain
itu
Sarafino
menerima sangat merasakan
(2006) menyatakan bahwa
manfaat
dukungan sosial mengacu
bantuan
bagi
dirinya, karena sesuatu yang
pada
aktual
perhatian, penghargaan, atau
dan
memberikan
kenyamanan,
kepuasan. Sarason & Pierce
bantuan
(dalam Baron & Byrne,
orang lain atau kelompok
2000)
mendefinisikan
kepada individu. Sementara
dukungan
sosial
dukungan
kenyamanan
fisik
sebagai dan
yang
didefinisikan
diberikan
sosial oleh
Lahey
psikologis yang diberikan
(2007) sebagai peran yang
oleh
dimainkan
temanteman
anggota keluarga.
dan
oleh
teman-
teman dan relatif dalam
22
memberikan bantuan,
nasihat,
dan
beberapa
antaranya
untuk
menceritakan
perasaan
pribadi.
sendiri atau dari luar dirinya untuk
menghindari
gangguan baik secara fisik dan
psikologis.
membutuhkan
Individu
orang
lain
Dari beberapa pendapat
disekitarnya untuk memberi
di atas dapat disimpulkan
dukungan guna memperoleh
bahwa
kenyamanannya.
dukungan
merupakan dukungan
sosial
bantuan yang
atau
diterima
Menurut
Sarafino (2006), ada dua model
teori
untuk
individu dari orang-orang
mengetahui
tertentu
dukungan sosial ini bekerja
dalam
kehidupannya dan berada dalam
lingkungan
sosial
bagaimana
dalam diri individu 2) Jenis-jenis Dukungan Sosial
tertentu yang membuat si
Menurut Hardjana (2003, h.
penerima
83) dukungan sosial terdiri
merasa
diperhatikan, dihargai dan dicintai.
Orang
yang
menerima dukungan sosial memahami dukungan
makna sosial
dari empat jenis yaitu:
yang
diberikan oleh orang lain
a.) Dukungan
Emosional
(emotional
support).
Dukungan
emosional
berupa
ungkapan
perhatian, Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesehatan
akan individu
sosial
mempengaruhi tergantung pada
ada atau tidaknya tekanan dalam kehidupan individu. Tekanan
keprihatinan. emosional
Dukungan
tersebut
simpati
dan
Dukungan membuat
orang yang menerimanya merasa
dipahami,
diterima keberadaan dan keadaannya. b.) Dukungan
Penghargaan
dapat
(esteem support). Orang
berasal dari individu itu
menyatakan penghargaan
23
dan
penilaian
terhadap
positif
diketahui seberapa banyak
lain.
sumber dukungan sosial ini
ini
efektif bagi individu yang
orang
Dukungan mengembangkan diri
harga
pada
yang
menerimanya. c.) Dukungan
memerlukan.Sumber dukungan sosial merupakan aspek paling penting untuk
Instrumental
(instrumental
diketahui
dan
dipahami.
support).
Menurut Rook dan Dooley
berupa
(dalam Kuntjoro, 2002) ada
langsung,
dua sumber dukungan sosial
mungkin benda, uang atau
yaitu sumber artifisial dan
tenaga.
sumber
Dukungan
ini
bantuan
Dukungan
ini
natural.Dukungan
dapat membantu orang
sosial yang natural diterima
lebih
menghadapi
seseorang melalui interaksi
pengalaman stress yang
sosial dalam kehidupannya
menantinya.
secara
siap
d.) Dukungan Informasional. Dukungan pemberian
ini
meliputi
penjelasan,
spontan
dengan
orang-orang yang berada di sekitarnya, anggota
misalnya keluarga
(anak,
nasehat, pengarahan dan
istri, suami dan kerabat),
saran. Dukungan ini dapat
teman
memberi arah bertindak
relasi.Dukungan sosial ini
dan
untuk
bersifat
dalam
Sementara
inspirasi
bersikap menghadapi stress.
atau
nonformal. itu
yang
dimaksud dengan dukungan sosial
3) Sumber-sumber
dekat
Dukungan
Sosial
artifisial
adalah
dukungan
sosial
yang
dirancang
ke
dalam
kebutuhan
primer
banyak
seseorang,
misalnya
diperoleh dari lingkungan
dukungan
Sumber-sumber dukungan
sosial
sekitarnya.Namun
perlu
sosial
akibat
24
bencana
alam
melalui
berbagai sumbangan sosial. Sumber dukungan sosial yang bersifat natural berbeda
dengan
dukungan bersifat sejumlah
nyata
sekedar
hingga menemui
seseorang
dengan
menyampaikan salam
sumber
sosial
yang
artifisial
dalam
hal.
barang
Perbedaan
4. Religiusitas a. Pengertian Religiusitas Menurut etimologi kuno
tersebut terletak dalam hal
kata
sebagai berikut :
bahasa latin “religio” yang
a.) Keberadaan
sumber
dukungan sosial natural
religi
berasal
dari
akar katanya adalah “re” dan
“ligare”
yang
bersifat apa adanya tanpa
mempunyai arti mengikat
dibuat-buat
sehingga
kembali. Hal ini berarti di
lebih mudah diperoleh
dalam religi terdapat aturan-
dan bersifat spontan.
aturan
b.) Sumber dukungan sosial
dan
kewajiban
kewajibanyang
harus
yang natural memiliki
dipenuhi dan mempunyai
kesesuaian
dengan
fungsi untuk mengikat diri
norma
berlaku
seseorang
yang
dalam
tentang kapan sesuatu
hubungannya
dengan
harus diberikan.
sesama, alam, dan Tuhan
c.) Sumber dukungan sosial
(Drikarya, 1988, h.6).Kata
yang natural berakar dari
“religiusitas” berasal dari
hubungan
religiosity
yang
telah
yang
contemporary
berakar lama. d.) Sumber dukungan sosial
2003,
keragaman
sebagai
dalam
h.29)
pengabdian
sosial,
kepada agama.
pemberian
barang-
diartikan
kesalehan
penyampaian dukungan dari
English
Dictionary (dalam Hestuti,
yang natural memiliki
mulai
pada
yang
atau besar
25
Mangunwijaya (1999, h. 3)
mengatakan
bahwa
agama atau religi tidak sama dengan
religiusitas
tapi
hubungan
yang
memiliki
dengan
tingkah
laku
beragama dan nilai-nilai di dalamnya. Menurut
Zimbardo
(
dalam Noviani, 2005, h.4 )
sangat erat. Agama lebih
religiusitas
bersifat
yang
peran yang penting dalam
ditunjukkan dengan adanya
cara hidup, dan individu
bermacam-macam perilaku
yang benar – benar religious
yang
akan
formal
mengungkap
kepercayaan
seseorang
memainkan
terhindar
dari
keresahan – keresahan serta
kepada
terjaga keseimbangan jiwa
Tuhannya.Ditambahkan
dan selalu siap menghadapi
pula
segala sesuatu yang terjadi.
oleh
(1999,
h.
Mangunwijaya 165)
religiusitas
bahwa
Beragama
atau
bertuhan
memiliki
adalah kebutuhan manusia,
pengertian mendalam dan
maka dalam kondisi normal
lebih
bersifat
setiap manusia seharusnya
antara
menjalankan ajaran – ajaran
personal.Hubungan perasaan,
keinginan,
harapan, keyakinan manusia terhadap Tuhan langsung
agamanya.Dengan mengerjakan agama
ajaran-ajaran dan
lebih
dan sesama manusia yang
mendekatkan
ditunjukkan dengan ketaatan
tuhan
dalam melaksanakan ajaran
memenuhi kebutuhan yang
agamanya.
paling alami. Selanjutnya,
untuk
Adapun
cara
mengetahui
dalam
diri
berarti
bersikap
pada manusia
asertif
tingkatannya ialah dengan
remaja putri harus sejalan
mencari tahu terlebih dahulu
dengan ajaran agama yang
aspek-aspek di dalam ajaran
dianut
agama sebagai tolok ukur,
keseimbangan jiwa dalam
sebab religiusitas sangat erat
agar
terjaga
26
menghadapi segala sesuatu
menjalankan
yang akan terjadi.
agama.Religiusitas
sangat
Penjelasan lebih lanjut
erat dengan tingkah laku
menurut Jalaludin (2005,
beragama dan nilai-nilai di
h.161) menyatakan bahwa
dalamnya,
bentuk pelaksanaan ibadah
dipakai sebagai pegangan
seperti
dalam
sholat,
dzikir,
serta
dapat
kehidupan
membaca Al-Quran yang
seseorang.Jika dilaksanakan
kemudian
dengan
diikuti
dengan
penuh
perasaan,
penyerahanm diri ( berupa
keinginan,
kepasrahan
segala
keyakinan, yang kemudian
yang akan terjadi didalam
diwujudkan dengan ketaatan
hidupnya)
menjalankan
kepada
akan
sepenuhnya Tuhan
memunculkan
akan perasaan
harapan,
Ketaatan
dan
agama. dalam
menjalankan agama akan
positif seperti bahagia, puas,
memunculkan
merasa dicintai, aman, tidak
positif dalam diri seseorang.
ada kecemasan dan pada akhirnya
mengacu
pada
ketenangan batin. Berdasarkan
b. Aspek-aspek Religiusitas Glock dan Stark (dalam Lestari dan Purwati,2002, h. 54)
definisi
menyatakan lima aspek dalam
para tokoh di atas maka
religiusitas yaitu :
diambil kesimpulan bahwa
1) Belief
religiusitas
perasaan
adalah
atau
mengungkapkan
keyakinan, tentang
keyakinan dimana seseorang
keyakinan atau kepercayaan
merasakan dan mengakui
seseorang terhadap ajaran
adanya kekuatan tertinggi,
agama
yang menaungi kehidupan
individu tersebut, seberapa
dan
besar
hanya
bergantung hati
yang
kepada-nya dan
berserah kemudian
diwujudkan dengan ketaatan
yang
diyakini
seseorang
mempertahankan kepercayaan atas kebenaran ajaran agama.
27
2) Practice
atau
praktek,
mengungkap perilaku
5) Konsekuensi.
tentang
seseorang
dalam
sejauh
mana
individu
dimotivasi
melaksanakan ritual kegiatan
ajaran
keagamaan
diwujudkan
untuk
menunjukkan
komitmen
terhadap agama yang dianut. 3) Experience pengalaman,
perilaku oleh
agamanya
yang dalam
kehidupan sosialnya. C
Pengaruh Dukungan sosial
atau
dan religiusitas Terhadap
mengungkap
Kecenderungan Post Power
tentang pengalaman rohani yang
mengukur
meyakinkan
yang
Syndrome Dalam
kehidupan
membuat seseorang percaya
seseorang
akan
bekerja, bukan hanya untuk
kekuasaan
dan
kebesaran Tuhan.
dituntut
ini, untuk
sekedar memenuhi kebutuhan
4) Knowledge
atau
hidup
sehari-hari
maupun
pengetahuan,
mcngungkap
mencari nafkah, tetapi juga
tentang
pengetahuan
untuk
seseorang
tentang
ajaran
mengembangkan
potensi dan prestasi serta
agama dan kitab suci. Orang
mempertahankan
eksistensi
yang beragama paling tidak
dalam
memiliki sejumlah minimal
merupakan
pengetahuan
tentang
kebutuhan manusia. Namun
agamanya
disamping
pada kenyataannya, pekerjaan
keyakinan
terhadap
yang
pengetahuan
tersebut.
tidak
Walaupun
demikian
selamanya,
kehidupan.Bekerja hakekat
dilakukan akan
seseorang berlangsung
karena
ada
keyakinan tidak perlu diikuti
batasan usia tertentu dalam
oleh
bekerja yang disebut sebagai
syarat
demikian
halnya
pengetahuan perlu
pengetahuan,
agama
dilandasi
keyakinan.
semua
masa pensiun.Hurlock (2000)
tidak
berpendapat bahwa pensiun
oleh
dapat berupa sukarela atau
28
kewajiban yang terjadi secara
negative
regular atau lebih awal.
menyertai. Bagi orang yang
Rosyid ( 2005 ) yang
akan
memandang
senantiasa
masa
pensiun
menyatakan bahwa pensiun
secara positif, masa pensiun
akan
suatu
akan
yang
bermakna dalam kehidupan
Setelah
dan diisi dengan aktivitas
dan
yang positif. Berbeda halnya
menghasilkan
keadaan membahagiakan. menjalankan melakukan
tugas peran
sesuai
menjadi
dengan
lembaran
mereka
yang
dengan tuntutan perusahaan,
memandang pensiun dari sisi
dan
negative, masa pensiun akan
pengabdian
kepada
organisasi, maka tiba saatnya
menjadi
seseorang untuk memperoleh
dalam kehidupan.
penghargaan yang tinggi atas
masa
Fakta
yang
di
sulit
masyarakat
jerih payah dan usahanya
menunjukkan bahwa individu
tersebut. Pada kenyataannya
yang sudah berhenti bekerja
bagi sebagian orang, pensiun
akan
sering kali dianggap sebagai
dalam pemenuhan kebutuhan-
kenyataan
tidak
kebutuhan fisik, psikologis,
sehingga
dan sosial. Hal ini disebabkan
yang
menyenangkan menjelang
masanya
tiba,
mengalami
karena
kesulitan
pensiun
sering
sebagian orang sudah merasa
diartikan sebagai kehilangan
cemas
tahu
kedudukan, jabatan, peran,
kehidupan seperta apa yang
kegiatan, status, dan harga
akan dihadapi kelak. Masa
diri (Kuncoro, 2002).Menurut
pensiun
merupakan
Floyd, dkk (dalam Newman,
suatu babakan baru dalam
2006) pensiun juga mengacu
kehidupan
kepada
transisi
dipenuhi dengan perubahan.
suatu
perubahan
Menurut Helmi (2000, h. 42)
terprediksi dan normatif yang
reaksi ketika memasuki masa
melibatkan
pensiun baik positif maupun
pengertian kembali tentang
karena
yang
tidak
manusia
selalu
psikologis, yang
persiapan,
29
peran dan peran perilaku,
post power syndrom(Helmi
serta penyesuaian psikologis
2000 h. 43).
dari seorang pekerja yang
Post
power
syndrome
dibayar menjadi melakukan
banyak dialami oleh individu
aktivitas yang lain.
yang baru saja menjalani masa
Pensiun mejadi titik balik perkembangan
siklus
pensiun. Arti dari “syndrome” adalah
kumpulan
gejala,
ini
sedangkan arti dari “power”
krisis.
adalah kekuasaan. Maka post
dari
power syndrome adalah gejala-
Hurlock, 2000) mengatakan
gejala pasca kekuasaan. Gejala
bahwa individu yang akan
ini
memasuki masa pensiun akan
orang-orang
mengalami krisis intergritas
mempunyai
sebagai
dari
mempunyai suatu jabatan di
untuk
tempat kerja, sehingga ketika
pekerjaan,
kejadian
merupakan
suatu
Erikson
(dikutip
akibat
keharusannya
umumnya
terjadi yang
tadinya
kekuasaan
melakukan perubahan peran
sudah tidak menjabat
yang drastis dari seorang
bekerja
pekerja
gejala-gejala
yang
sibuk
dan
pada
lagi,
atau
atau
akanterlihat emosi
yang
optimis menjadi seorang yang
kurang stabil. Gejala-gejala itu
kehilangan kegiatan.
biasanya bersifat negative dan
Bentuk reaksi negative yang
muncul
menghadapi
dalam
masa
pensiun
akan semakin memburuk jika individu
merasakan
adanya
gangguan fisik (Elia, 2005).
seperti susah tidur, malas
Post
bekerja, sering pusing, atau
adalah gejala yang terjadi
muncul kecemasan bahkan
dimana
berbagai penyakit dan tidak
dalam
jarang pula individu merasa
kebesaran masa lalu (karir,
powerless
kecantikan,
sindrom
dan pasca
muncul
power
syndrome
penderita hidup bayang-bayang
ketampanan,
kekuasaan
kecerdasan, atau hal lain),
yang lebih dikenal dengan
dan seakan-akan tidak bisa
30
memandang realita yang ada
penyesuaian
saat ini. Ada banyak factor
Penyesuaian
yang
menyebabkan
salah
terjadinya
post
power
penting bagi kesehatan jiwa
syndrome, pensiun dan PHK
atau mental individu, dan
adalah salah satu dari factor
merupakan
tersebut. Perubahan yang
dinamis
terjadi pada orang yang
untuk mengubah perilaku
mulai pensiun antara lain
individu
agar
terjadi
berkaitan dengan kehilangan
hubungan
yang
sesuai
peran,
antara diri individu dengan
kewenangan,
diri. diri
satu
adalah
persyaratan
suatu yang
interaksi sosial,, dan status
lingkungan
bekerja
yang
semuanya
2002).
terkait
dengan
pekerjaan
proses
bertujuan
(Mutadin,
Menurut
Schneiders
formal yang dilakukannya
(dalam Sobur, 2003), faktor-
sebelum
faktor yang mempengaruhi
pensiun
dan
merupakan segala hal yang
proses
penyesuaian
terakit
pekerjaan
adalah
kondisi
merupakan
pemuasan
kepribadian,
kebutuhan
psikososialnya.
Di
dalam
masa
fisik,
edukasi/pendidikan,
ia
lingkungan
(baik
kehilangan sumber pemuas
lingkungan
keluarga
kebutuhan
tersebut
maupun masyarakat), religi
sementara
kebutuhannya
tetap
pensiun,
diri
menuntut
dipenuhi
satu
budaya.
Peneliti akan menyorot dua
(Suara
point penting dalam hal ini yaitu, dukungan sosial dan
yang
religi. Dukungan sosial yang
berpengaruh bagi seseorang
dimaksud adalah dukungan
yang
memiliki
yang diterima oleh individu
mengalami
yang baru saja pensiun dari
post power syndrome adalah
orang-orang terdekat seperti
kecenderungan
hal
dan
untuk
Pembaharuan, 6 Juni 2002). Salah
(agama)
31
keluarga,
kolega,
terlewatinya
Post
Power
masyarakat, dan lingkungan
Syndrome
sosial
2006). Hal ini menunjukkan
kehidupan
(Wardhani,
individu.Sedangkan agama
bahwa
yang disorot disini adalah
individu merasa didukung
agama
oleh
memberikan
sumbangan
nilai-nilai,
keyakinan,
praktik-praktik
yang memberikan makna sangat
semakin
orang
seorang
disekitarnya
dalam masa pensiun, maka akan
semakin
besar
kemungkinan
mendalam,
tujuan
kestabilan
dan
terhidar dari post power
hidup
syndrome. Dukungan yang
serta
keseimbangan
individu
individu.Individu
yang
dimaksud
beragama
pasti
dukungan
sudah
mempercayai
adanya
tersebut
disini
meliputi
emosional,
instrumental, informasi, dan
kekuatan yang lebih besar di
persahabatan.Dukungan
alam
emosional yang dimaksud
semesta,
Tuhan.Percaya
yaitu terhadap
disini
adalah
dimana
kekuatan yang lebih besar
seorang
individu
merasa
ini lebih dikenal dengan
lingkungan
istial religiusitas. Semakin
memperhatikan
dan
religious seseorang, maka
mempedulikan
dirinya,
hidup individu tersebut akan
meskipun
semakin
pensiun.Dukungan
stabil
dan
seimbang..
sekitar
sudah
instrumental yang mungkin
Dukungan
dan
dibutuhkan apabila individu
pengertian dari orang-orang
tersebut merupakan satu-
tercinta serta
satunya
terdekat,
lingkungan
dalam
hal
ini
dalam
perncari
nafkah
keluarga
seperti
keluarga sangat membantu
bantuan keuangan. Namun
dan
jika
sangat
kematangan berpengaruh
emosi pada
individu
tersebut
mengalami stress berlebih
32
hingga depresi, dukungan
diartikan sebagai aturan atau
informasi
sangat
cara hidup manusia dalam
membantu, dimana individu
hubungannya dengan Tuhan
tersebut
dan
akan
akan
dengan
dibantu
pengarahan
nasehat-nasehat membangun.
sesamanya.
dan
Kebanyakan
yang
menjadikan
orang nilai
religius
Kemudian
sebagai panutan yang dapat
dukungan yang juga penting
membawa manusia ke jalan
adalah
yang benar dan berperilaku
dukungan
persahabatan
dari
yang
mulia.Dalam
lingkungan sekitar dengan
kaitannya
mengajak
yang
religiusitas,
aktif
adalah
bersangkutan dalam
untuk
kegiatan-kegiatan
diwilayah
tempat
tinggal.Dengan
dukungan
dengan religiusitas
suatu
keadaan
dimana individu merasakan dan
mengakui
kekuatan
adanya
tertinggi
yang
sosial yang dirasakan oleh
melindungi
pensiunan maka rasa stress
manusia dan kepada-Nya
dan rasa sayang karena telah
manusia
pensiun
berserah
akan
berkurang.
kehidupan
bergantung diri.
dan
Menurut
Individu tidak akan merasa
Zimbardo (dalam Noviani,
tidak berdaya karena masih
2005,
ada ruang bagi individu
memainkan
tersebut untuk aktif dan
penting dalam cara hidup,
berkarya.
dan individu yang benar-
Selain dukungan sosial, faktor
lain
yang
juga
h.4)
religiusitas peran
yang
benar religius akan terhindar dari
keresahan-keresahan
mempengaruhi
serta terjaga keseimbangan
kecenderungan post power
jiwa
syndrome
menghadapai segala sesuatu
menurut
Schneiders adalah agama atau religi. Religi dapat
dan
yang terjadi.
selalu
siap
33
Transisi dari bekerja dan
bahkan
kemudian pensiun adalah
seorang
hal yang cukup berat.Hal ini
mengabdikan
dapat
lingkungan yang berbeda,
menyebabkan
goncangan
emosional
maupun
mental.Jika
individu
tersebut
tidak
dengan
pensiun,
individu
seperti
diri
dapat dalam
keluarga
dan
masyarakat sekitar. Dengan meningkatkan
religiusitas,
mampu menahan goncangan
maka
ini,
merasa tenang dan ikhlas
maka
bisa
saja
mengalami depresi hingga
dalam
schizophrenia karena beban
pensiun
mental yang terlalu berat. Beberapa orang ahli percaya bahwa dengan mendekatkan diri pada yang kuasa akan dapat
menyeimbangkan
kembali jiwa yang sedang mengalami Individu
goncangan. percaya
bahwa
Tuhan telah merencanakan yang terbaik dalam hidup mereka dan semua yang terjadi merupakan kehendak yang
kuasa
dan
diluar
control manusia itu sendiri. Hal
ini
penerimaan
menjadikan diri
menjadi
lebih mudah bahwa tidak ada yang perlu disayangkan,
pensiunan
Dengan
akan
menjalani
masa
demikian
dapat
disimpulkan dukungan
bahwa sosial
diterima
dan
yang
religiusitas
seorang
individu
berpengaruh
pada
kecenderungan post power syndrome. Hal ini berarti semakin tinggi dukungan sosial seorang
dan
religiusits
individu,
maka
kecenderungan
untuk
mengalami
power
post
syndrome semakin kecil
34
D Kerangka Konseptual Dukungan Sosial
Religiusitas
Dukungan emosional Dukungan instrumental Dukungan informasi Dukungan persahabatan
aspek moral diri aspek hubungan keduniaan aspek simbolik aspek otoritas
Kecenderungan Post Power Syndrome
(simultan) dukungan sosial dan religiusitas
E. HIPOTESIS Sesuai dengan asumsi yang ada maka hipotesis yang ingin diuji dalam penelitian ini disesuikan dengan rumusan masalah yang
kecenderungan sindrom
H2 : Secara
parsial,
antara
lebih
religiusitas kecenderungan
dan
terhadap post
power
pegawai
dukungan
religiusitas
pengaruh
dominan
dari
sosial
kecenderungan sindrom
syndrome”.
power
PT.Telkom Balikpapan.
mempunyai
sosial
post
pensiunan
ada yaitu Apakah ada pengaruh dukungan
terhadap
post
power pegawai
PT.Telkom Balikpapan.
secara
bersama-sama
BAB III
pada
terhadap
pensiunan
H1 : Ada pengaruh yang signifikan
yang
35
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian Metode
adalah
cara
ini
menggunakan
pendekatan
teratur yang digunakan untuk
kuantitatif.
Pendekatan
melakukan
kuantitatif
menekankan
agar
suatu
tercapai
pekerjaan
sesuai
dikehendaki.
yang
analisisnya
pada
rata-rata
Penelitian
numerical (angka) yang diolah
merupakan penyelidikan suatu
dengan metode statistika. Pada
masalah
dasarnya, pendekatan kuantitatif
kritis,
secara ilmiah,
sistematis, dan
formal.Penelitian untuk
lebih
dilakukan pada penelitian yang
bertujuan
dilakukan dalam rangka menguji
menemukan,
hipotesis
dan
menyandarkan
mengembangkan, atau menguji
kesimpulan hasilnya pada suatu
kebenaran suatu pengetahuan
probabilitas
yang
penolakan nihil. Dengan metode
memiliki
kemampuan
deskripsi prediksi.Metode adalah
dan/atau
kuantitatif
akan
penelitian
perbedaan
kelompok
atau
prosedur
signifikasi
hubungan
antar
suatu
penyelesaian mencari
kesalahan
masalah
kebenaran
dituangkan
dalam
perumusan
masalah,
diperoleh
guna
variabel yang diteliti (Azwar,
yang
1997, h.5). Pada umumnya,
bentuk
penelitian kuantitatif merupakan
studi
penelitian sampel besar.
literatur, asumsi-asumsi dan hipotesis, pengumpulan dan penganalisisan
data,
hingga
B. Subyek Penelitian 1. Populasi
penarikan kesimpulan.Metode
Salah satu langkah awal
penelitian dianggap sebagai ciri
yang perlu diambil dalam
sebuah
melaksanakan
penelitian,
sehingga
penelitian
metode penelitian diibaratkan
adalah menentukan populasi
sebagai
penelitian.
panduan
guna
mengontrol jalannya penelitian.
h.220), jumlah
A. Tipe Penelitian
Hadi
(1993,
populasi
adalah
unsur-unsur
yang
36
memiliki satu atau beberapa ciri atau karakteristik yang sama. Azwar (1997, h.77) dalam
penelitian
populasi
sosial,
C. Variabel
Penelitian
Pengukurannya 1. Variabel Y (Post Power Syndrome)
didefinisikan
sebagai kelompok subyek yang
hendak
dikenai
generalisasi hasil penelitian. Menurut Arikunto (2002) apabila
subjeknya
kurang
dari 100 lebih baik diambil semuanya tetapi jika lebih, dapat diambil antara 10%15% tergantung dari waktu, biaya dan tenaga. Populasi dalam penelitian ini adalah Pensiunan
karyawan
PT.
a. Definisi operasional Post Power Syndrome merupakan
gejala
ketidakstabilan
psikis
yang
muncul
jabatan
atau
kekuasaannya.Gangguan ini terjadi karena adanya perasaan dianggap tidak penting dan dihormati lagi. Yang Aspek
total karyawan 80 orang.
penelitian gejala
2. Sampel penelitian Sampel adalah sebagian dari populasi yang menjadi obyek penelitian atau yang dijadikan
responden.Hasil
pengukuran karakteristik
adalah
atau dari
sampel
“statistik”.Sampel semacam
miniatur
dari populasinya, Santoso dan Tjiptono (2002).
saat
seseorang meninggalkan
Telkom Balikpapan dengan
disebut
dan
menjadi
aspek
dalam
ini
gejala
post
power
syndrome menurut Dinsi (2006 ) 1) Gejala Fisik. Yaitu menjadi jauh lebih
cepat
tua
tampaknya dibandingkan waktu
pada dia
menjabat.Rambutnya menjadi putih semua, berkeriput,
menjadi
pemurung,
sakit-
37
sakitan, dan tubuhnya
sebagai pilihan dengan
menjadi lemah, tidak
menggunakan
bergairah.
Likert.
2) Gejala Emosi.
Responden
disini dianjurkan untuk
Yaitu tersinggung,
skala
cepat
memilih
merasa
jawaban
kategori yang
telah
tidak berharga, ingin
diatur, yaitu : sangat
menarik
dari
setuju (SS), setuju (S),
lingkungan pergaulan,
tidak setuju (TS), dan
ingin
sangat
diri
bersembunyi,
dan lain sebagainya.
tidak
(STS)
3) Gejala Perilaku.
setuju dengan
memberikan
tanda
Yaitu umumnya malu
silang
(X)
pada
bertemu orang lain,
jawaban
yang sesuai
lebih
dengan
pertimbangan
mudah
melakukan pola-pola kekerasan
responden, Hadi (2004).
atau
menunjukkan kemarahan
Alasan modifikasi skala likert
baik
di
karena
meniadakan
rumah atau di tempat
kategori jawaban yang
yang lain.
ditengah
b. Pengembangan ukur
alat
Post
Syndrme
power dukungan
menurut
berdasarkan
alasan
pertama
kategori
undicided bisa diartikan
sosial dan religiusitas
belum bisa memutuskan
Skala
atau
memberikan
dalam
jawaban
(
adalah
konsep aslinya), bisa
yang
juga diartikan netral,
yang
akan
digunakan penelitian angket
ini
tertutup
menurut
terdiri atas pertanyaan
setuju
tidak,
tidak
dengan
sejumlah
setuju
tidak,
atau
jawaban
tertentu
bahkan
ragu-ragu.
38
Kategori jawaban yang ganda
artinya
(multi
Menurut Sugiono (2005) Validitas adalah
interpretable) tentu saja
instrument
tidak diharapkan dalam
digunakan untuk dapat
suatu
mengukur
instrument.
Kedua
tersedian
yang
apa yang
hendak
diukur.
jawaban ditengah itu
Djamaludin
Ancok
menimbulkan
(2012)
kecenderunganUntuk
indeks
memberikan
menunjukkan
jawaban
skoring, diberikan
Validitas
ialah yang
mana
sejauh
suatu
alat
diberikan nilai skor atau
pengukur
bobot
mengukur apa yang ingin
dimana
untuk
aitem favorable (SS)
betul-betul
diukur.
diberi skor 4, (S) skor
Djamaludin
3, (TS) skor 2, (STS)
Ancok
(2012)
skor
Realibilitas
adalah
1
begitu
sebaliknya untuk aitem
indeks
unfavorable (SS) diberi
menunjukkan
1, (S) skor 2, (TS) skor
mana
3, (STS) skor 4. Dalam
pengukur
angket
peneliti
dipercaya
rentang
diandalkan.
ini
menggunakan
yang sejauh
suatu
alat dapat
atau
dapat
Realibilitas
skala 1-4 (SS, S, TS,
menunjukkan
STS).Hal
mana hasil pengukuran
ini
sejauh
dimaksudkan
agar
tetap
mendapatkan
arah
dilakukan
pengukuran
jawaban yang pasti dari
dua
atau
lebih
responden.
terhadap
gejala
yang
dengan
alat
sama c. Validitas realibilitas
dan
konsisten
kali
bila
pengukur yang sama.
39
2. Variabel X1 (Dukungan
perhatian, simpati dan
Sosial)
keprihatinan. Dukungan
a. Definisi operasional
emosional
Dukungan sosial
membuat
orang yang menerimanya
merupakan bantuan atau
merasa
dipahami,
dukungan yang diterima
diterima keberadaan dan
individu
keadaannya.
dari
orang-
tertentu
dalam
2. Dukungan Penghargaan
kehidupannya dan berada
(esteem support). Orang
dalam lingkungan sosial
menyatakan penghargaan
tertentu yang membuat si
dan
penerima
terhadap
orang
merasa
diperhatikan,
dihargai
penilaian
positif
orang
Dukungan
ini
dan dicintai. Orang yang
mengembangkan
menerima
diri
dukungan
sosial memahami makna dukungan
sosial
yang
3. Dukungan
Instrumental
padanya.
Dukungan
atas
maka
penelitian
ini
dukungan
sosial
yang
menerimanya.
(instrumental
uraian
harga
pada
diberikan oleh orang lain
Dari
lain.
di
support).
ini
bantuan
berupa langsung,
dalam
mungkin
bentuk
atau tenaga. Dukungan
yang
ini
benda,
dapat
uang
membantu
akan digunakan adalah
orang
bentuk dukungan sosial
menghadapi pengalaman
yang
stress yang menantinya.
dinyatakan
oleh
Menurut Hardjana (2003, h. 83 ) yaitu:
3.
lebih
siap
Dukungan Informasional. Dukungan ini meliputi pemberian
1. Dukungan
Emosional
(emotional
support).
Dukungan
emosional
pengarahan dan saran.
berupa
ungkapan
Dukungan
penjelasan,
nasehat,
ini
dapat
40
memberi arah bertindak
dilakukan
pengukuran
dan
untuk
dua
atau
lebih
dalam
terhadap
gejala
yang
dengan
alat
inspirasi
bersikap menghadapi stress.. c. Validitas
kali
sama dan
realibilitas
pengukur yang sama. 3. Variabel X 2 (Religiusitas)
Menurut Sugiono
a. Definisi operasional
(2005) Validitas adalah instrument
Religiusitas
yang
adalah keyakinan dimana
digunakan untuk dapat
seseorang merasakan dan
mengukur
mengakui
apa yang
adanya
hendak
diukur.
kekuatan tertinggi, yang
Djamaludin
Ancok
menaungi kehidupan dan
(2012)
Validitas
indeks menunjukkan mana
hanya
yang
bergantung dan berserah
sejauh
suatu
pengukur
ialah
alat
betul-betul
hati
kepada-Nya
yang
kemudian
diwujudkan
dengan
ketaatan
menjalankan
mengukur apa yang ingin
agama.Religiusitas
diukur.
sangat Djamaludin
erat
tingkah laku beragama
Ancok
(2012)
dan
Realibilitas
adalah
dalamnya,
indeks
yang
menunjukkan mana
sejauh
suatu
pengukur dipercaya
atau
diandalkan.
alat
nilai-nilai
dipakai pegangan
dilaksanakan
dapat
penuh
sejauh
dapat sebagai dalam
dengan perasaan,
keinginan, harapan, dan keyakinan, kemudian
tetap
dengan
bila
di
kehidupan seseorang.Jika
mana hasil pengukuran konsisten
serta
dapat
Realibilitas
menunjukkan
dengan
yang diwujudkan ketaatan
41
menjalankan
agama.
Ketaatan
dalam
pada rasa takut akan hukuman,
karena
menjalankan agama akan
mengharapkan pujian
memunculkan
dan hadiah, sampai
positif
perasaan
dalam
diri
seseorang.
pada tahapan tertinggi yaitu dimana manusia
Selanjutnya
melakukan
Aspek-aspek
dari
sesuatu
atas dasar keinginan
penelitian yang dilakukan
diri
oleh Victor Clore dan
bertindak
Joseph Fitzgerald (dalam
norma dan peraturan.
Haryono, didasarkan
2002)
yang
pada
teori
sendiri
2) Aspek
untuk sesuai
hubungan
keduniaan
perkembangan
aspek
kepercayaan James W.
keduniaan
Fowler.
aspek
pada cara-cara khas
tersebut
dengan mana pribadi
Empat
religiusitas
adalah sebagai berikut :
hubungan merujuk
memandang
dan
mengerti dunia, hidup, dan 1) Aspek moral diri
lingkungannya
yang ultimo (akhir)
Aspek
moral
diri
lewat
diambil
alih
dari
komprehensif
yang
menciptakan
pola
model
tahap
gambaran
perkembangan moral
koherensi dan yang
dari kohlberg, dimana
menimbulkan
terdapat
berarti
tiga
tahap
perkembangan moral. Pada
tahap
yang
paling awal dimana manusia
bertingkah
laku baik didasarkan
rasa yang
menyeluruh. 3) Aspek
fungsi
simbolik aspek imajinasi
dimana diakui
42
sebagai daya afektif-
mempunyai arti sejauh
kognitif sentral yang
mana akurasi suatu test
mempersatukan
atau
dan
skala
dalam
mengintegrasikan
menjalankan
seluruh
pengukuran. Djamaludin
aspek
fungsi
pengenalan
Ancok (2012) Validitas
kepercayaan.
ialah
Imajinasi merupakan
menunjukkan
daya
mana
sentral
yang
indeks
yang sejauh
suatu
alat
menggerakan seluruh
pengukur
gambaran,
mengukur apa yang ingin
simbol,
metafor, cerita, mitos, ritus
yang
sarana
seseorang
diukur.
menjadi
utama
bagi
beriman
betul-betul
Azwar
(2012)
Reliabilitas penerjemahaan dari kata
dalam proses menjadi
reliability
dirinya sendiri.
pengukuran yang mampu
4) Aspek otoritas
menghasilkan data yang
aspek menjelaskan
yang oknum,
yaitu
memiliki
Suatu
tingkat
reliabilitas
tinggi
gagasan, dan lembaga-
sehingga sejauh mana
lembaga mana yang
hasil
dipakai oleh pribadi
pengukuran
sebagai
dipercaya
sumber
suatu
proses dapat
atau
dapat
otoritas sah dan yang
diandalkan,
konsisten
diakuinya
bila
dilakukan
dalam
mempertimbangkan
pengukuran dua kali atau
arti dan nilai.
lebih
c. Validitas dan realibilitas Menurut
Azwar
terhadap
yang sama dengan alat pengukur yang sama
(2012) Validitas berasal dari kata validity yang
gejala
D. Teknik Analisis Data
43
Data
yang
diperoleh
dari
penelitian
yaitu:
power
paket SPSS (Statistical
subjek
Packade
post
Science) versi
syndrome,
religiusitas
dan
dukungan sosial akan dianalisis
dengan
menggunakan
analisis
for
Social 11.5 for
Window. Y’ = a + b1X1
.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN
regresi dua prediktor.
PEMBAHASAN
Karena dalam penelitian ini menggunakan dua variable
bebas(
A
Hasil Penelitian Hasil Uji Deskriptif
idevenden ) dan satu variable
tergantung
Berdasarkan
yang
sampel
yang
(devenden ). Mengingat
didapat
data yang diperoleh dari
berjumlah 70 orang untuk skala
ketiga
dukungan
alat
ukur
ini
dengan
data
sosial
terendahnya
berbentuk angka-angka
adalah 68 skor tertingginya adalah
yang merupakan data
105 skor rata-rata sebesar 88.61
kuantitatif dan memiliki
dan standar deviasi sebesar 10.064
data
Sedangkan
yang
bergejala
untuk
skala
interval (Azwar, 1997,
relegiusitas dengan jumlah sampel
h.9).
70 orang, skor terendahnya adalah data
87 skor tertingginya adalah 123
data
skor rata-rata sebesar 108.89 dan
akan dianalisis dengan
standar deviasi sebesar 9.603
menggunakan
.Sedangkan
Setelah
seluruh
terkumpul,
maka
teknik
analisis regresi berganda
kecenderungan
(multiple
sindrom
regression).
untuk
skala
post
power
dengan jumlah sampel
Perhitungan analisis data
70 orang, skor terendahnya adalah
dilakukan
dengan
41 skor tertingginya adalah 88
menggunakan
bantuan
44
skor rata-rata sebesar 66.07 dan standar deviasi sebesar 12.561
Regresi Variabel terikat dan Variabel bebas mempunyai normal
atau
tidak.Uji asumsi normalitas menggunakan
tehnik
Statistik non parametik one Kolmog-
Smirnov.Kaidah
yang
digunakan adalah jika p > sebaranya
normal,sebaliknya jika p < 0.005 maka seberanya tidak normal (Hadi.2000) 1. Hasil
uji
normalitas terhadap Duksos
Variabel
menghasilkan nilai Z :
untuk apakah dalam model
maka
sebaran
religiusitas
Uji normalitas bertujuan
0.005
asumsi
terhadap
a. Hasil uji Normalitas
simple
uji
normalitas
Hasil Uji Asumsi
distribusi
2. Hasil
1.273 dan p : 0.078( p> 0.05
)
Hasil
uji
berdasarkan
kaidah
menunjukan
selebaran
butir
butir
religiusitas
adalah normal 3. Hasil
uji
asumsi
normalitas
sebaran
terhadap
Variabel
kecenderungan
post
power
sindrom
menghasilkan nilai Z : 1.085
dan
p :
0189.( p> 0.05 ) Hasil uji berdasarkan
kaidah
menunjukan
selebaran
asumsi
butir
butir
sebaran
kecenderungan
post
Variabel
power sindrom adalah
menghasilkan
normal lebih lengkapnya
nilai Z : 0.863 dan p :
lihat lampiran
0.446 ( p> 0.05 ) Hasil uji berdasarkan kaidah menunjukan butir
butir
selebaran Dukungan
social adalah normal
b. Hasil Uji lininieritas Uji asumsi linieritas dilakukan
untuk
45
mengetahui
hubungan
bersifat
linier
linieritas antara variabel
perhitungan
bebas dengan variabel
selengkapnya
terikat
linieritas
dilihat
pada
lampiran
untuk
begitu
pula
pengujian
.Uji
dapat
pula
mengetahui
dapat
variabel
penyimpangan
dari
linieritas
hubungan
tersebut.Adapun
kaidah
antara
Kecenderungan
post
power sindrom dengan relegiusitas
dengan
yang digunakan dalam
menggunakan
uji linieritas hubungan
Estimation
Program
adalah bila nilai linieritas
SSPS
linieritas
p < 0.05 maka hubungan
diperoleh
dinyatakan
dengan p< 0.002
linier.atau
hasil
Curve
F = 10.740
bila nilai deviant linierity
ini
p > 0.05 maka nilai
pengaruh kedua variabel
hubungan
tersebut
dinyatakan
linier.
berarti
yang bahwa
bersifat
linier
perhitungan
Pengujian linieritas disini adalah ingin mengetahui pengaruh antara variabel Kecenderungan
Post
power sindrom dengan dukungan social tersebut linier atau tidak dengan menggunakan
Curve
Estimation
Program
SSPS
linieritas
hasil
diperoleh
F = 11.006
dengan p< 0.002 yang ini berarti bahwa pengaruh kedua variabel tersebut
selengkapnya
dapat
dilihat pada lampiran c Hasil Uji Hipotesis Penelitian Dalam
uji
peneliti
akan menganalisis
pengaruh variable
hipotesis
ini,
masing-masing terhadap
Kecenderungan post power sindrom. Dependent
Variable
:
Kecenderungan Post power sindrom Persamaan regresinya menjadi :
46
Y’ = a + b1X1 + b2X2
nilai semakin
Y’ = 129.973 + (-301)X1 + (-
maka
rendah
Kecenderungan
342)X2
untuk
post
power
sindrom
Hasil analisis regresi pada tabel di
a
atas akan di jelaskan sebagai berikut : a. Konstanta
sebesar
129.973;
& Relegiusitas (X2) nilainya adalah 0, maka Kecenderungan power
sindrom
Predictors
Dukungan
:
(Constant),
Sosial
dan
Relegiusitas
artinya jika dukungan sosial (X1)
post
religiustasnya
b
Dependent
Variable
:
Kecenderungan post power sindrom
(Y’)
Pada tabel 21
di atas
nilainya positif yaitu sebesar
diperoleh F hitung sebesar 7.950
129.973.
dan P =0.001 ini berarti p hitung
b. Koefisien
regresi
variabel
< 0.005 ini berarti hipotesisnya
dukungan sosial (X1) sebesar -
diterima artinya
301. Koefisien bernilai negatif
H1 diterima artinya ada pengaruh
artinya terjadi pengaruh negatif
yang signifikan antara dukungan
antara dukungan sosial dengan
sosial dan relegiusitas secara
kecenderungan
bersama-sama
post
power
H1 diterima.
terhadap
sindrom tetapi tidak signifikan
kecenderungan
dengan
sindrom . Jadi dapat disimpulkan
semakin
besar
post
power
dukungan sosial maka rata rata
bahwa dukungan sosial
dapat
relegiusitas
mempengaruhi
Kecenderungan
post
power
sama
sindrom c. Koefisien
secara bersama-
berpengaruh
kecenderungan regresi
variabel
sindrom
dan
terhadap
post
pada
power
pensiunan
Relegiusitas(X2) sebesar - 342.
pegawai PT. Telkom Balikpapan
Koefisien
.
bernilai
negatif
artinya terjadi pengaruh negatif antara
Relegiusitas
Kecenderungan
post
dengan power
sindrom maka semakin tinggi
B.
Pembahasan Berdasarkan penelitian
diatas
hasil diperoleh
47
bahwa
ada
signifikan
pengaruh antara
yang
C
Keterbatasan Penelitian
Dukungan
Adapun
sasial dan relegiusitas terhadap kecenderungan
post
penelitian
power
karakteristik
pensiun dini dan pensiun murni
uji F ) yaitu pada tabel 20 R =
( homogen), maka penelitian
F : 7.950 dan p = 0.001
(p<0.005 ) sangat signifikan 1.
dikarenakan
pensiunan ada yang mengambil
hasil uji regresi bersama sama (
192
ini
responden
sindrom ini terlihat berdasarkan
keterbatasan
kurang
dapat
memenuhi
sasaran
yang
diinginkan
Ada pengaruh negatif tetapi
peneliti
begitu
pula
tidak signifikan antara dukungan
kebanyakan
responden
usia
social terhadap kecenderungan
lanjut dan
pola
post power sindrom hal ini
menurun fisiknya, begitu juga
terlihat
sehingga
pengisian
dalam table 20 disini terlihat t
tersebut
belum dapat yang
= -1.900 dan p = .062
optimal
mungkin hanya bisa
p =
dari
analisa
statistic
artinya
>. 005 tidak signifikan ,
melakukan
pikirnya
angket
pengisian angket
artinya semakin tinggi dukungan
sekedarnya saja, apa yang bisa
sosial, rata rata mempengaruhi
dijawab
kecenderungan
responden
post
power
sindrom 2. Ada
pengaruh
religiusitas kecenderungan
post
power
yang
diplih
BAB V
negatif terhadap
yaitu
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
sindrom dalam table 20 t = 2.058 dan p = .043 artinya p <
Berdasarkan hasil analisis data
.005 signifikan artinya semakin
yang
tinggi
maka kesimpulan yang dapat
relegiusitas
maka
sebelumnya,
diambil yaitu :
semakin rendah kecenderungan post power sindrom.
diuraikan
1
Ada
pengaruh
signifikan
tetapi
dukungan
tidak sosial
48
terhadap kecenderungan power sindrom
post
kecil akan kecenderungan post
pada masa
power sindrom nilai Kontribusi
pensiun dalam penelitian ini.
relegiusitas
karena tidak signifikan inilah
kecenderungan
Dukungan sosial secara negative
sindrom p = 0.043 ( p<0.005)
mempengaruhi
R = 0.148 ( 14.8 % )
kecenderungan
post
power
post power sindrom, artinya
dan sisanya 84..2 % mungkin
semakin tinggi dukungan sosial,
dipengaruhi oleh
rata
seperti keadaan tempat tempat
rata
mempengaruhi
kecenderungan sindrom
post
pada
power
religiusitas
faktor lain
yang
kurang
pensiunan
masyarakat yang kurang peduli
Pegawai Telkom Balikpapan.
terhadap tempat religiusitas dan ,
Kontribusi
lain lain
dukungan
sosial
terhadap kecenderungan
post
3 Ada pengaruh yang signifikan
R = 0.141 (
dukungan sosial dan relegiusitas
14.1 % ) p= 0.062 > 0.005 dan
secara bersama-sama terhadap
sisanya
kecenderungan
power sindrom
85.9
%
dipengaruhi oleh seperti
2
terhadap
mungkin faktor lain
keuangan
sindrom
keadaan
Interaksi dari dukungan sosial dan relegiusitas
Ada pengaruh yang signifikan
kontribusi
religiusitas
kecenderungan
terhadap post
power
pada masa pensiun.
lingkungan dan lain lain
kecenderungan
post
power
memberikan terhadap
sindrom
post
R = 0.192
sindrom pada masa pensiun.
)
Koefisien variabel relegiusitas
sisanya
terhadap kecenderungan
dipengaruhi oleh
post
power ( 19.2 %
p = 0.001 ( p < 0.005 ) dan 80..8
%
mungkin faktor lain
power sindrom bernilai negatif,
seperti keadaan tempat tempat
yang artinya terjadi pengaruh
religiusitas
negatif
mendukung
antara
relegiusitas
dengan kecenderungan power sindrom
post
peduli
responden tersebut
semakin besar
nilai relegiusitas maka semakin
yang
lain B.
Saran
kurang terhadap
dan , lain
49
Berdasarkan pengalaman yang
penelitian ini, kecenderungan
dialami
post
dalam
penelitian
dan
melakukan dari
hasil
power
dipengaruhi
sindrom
oleh
variabel-
penelitian, maka peneliti dapat
variabel lain selain dukungan
memberikan
sosial dan relegiusitas,
saran
menyempurnakan penelitian
untuk
penelitian-
selanjutnya
dan
untuk pihak-pihak terkait.
2 Saran Praktis a.
Perusahaan diharapkan dapat memberikan
persiapan
pensiun(pembekalan ketrampilan ) pada pegawainya 1 Saran Teoritis
tidak hanya persiapan finansial
Guna kepentingan lebih lanjut, ada
beberapa
saran
yang
diajukan oleh peneliti yang kiranya dapat dipertimbangkan oleh
peneliti
selanjutnya
tetapi juga diharapkan untuk memberikan persiapan secara psikologis yang juga merupakan bentuk dukungan sosial bagi para
pensiun.
Seperti
yang
ditekankan oleh peneliti
sebagai berikut :
b. Agar pensiun yang menerima a. Memperhatikan usia sampel
b
MP
(
memfaat
pensiun
)
pensiunan yaitu 56-60 tahun,
mendapatkan perlakuan yang
sehingga
sama dari pihak perusahaan
dapat
mendapatkan hasil penelitian
seperti
yang lebih baik.
dilakukan pemerintah terhadap
Untuk penelitian selanjutnya
pegawai negeri, khususnya bagi
diharapkan
penerima uang pensiun yang
melakukan
penelitian kecenderungan
tentang post power
penyesuaian
rendah c. Perusahaan
sebaiknya
sindrom dengan variabel lain
memanfaatkan
yang dapat
pensiunan
kecenderungan
mempengaruhi post power
yang
dapat
kelompok yang
mengaktualisasikan dirinya serta
sindrom . Dari hasil tambahan
menyumbangkan
yang
secara ikhlas untuk Corporate
didapatkan
dalam
ide-idenya
50
Social Reponsibility (CSR) yang menjadi
tanggung
jawab
perusahaan terhadap masyarakat
Dinsi, V,.Setiati, E., &Yuliasari, E. (2006).Ketikapensiuntiba.Jakart a :Wijayata Media Utama.
dan negara. d. Keluarga sebaiknya memberikan dukungan sepenuhnya kepada anggota keluarga yang telah pensiun, dapat
dukungan berbentuk
tersebut perhatian,
Diponogoro,A.M.(2004). AnalisisFaktorKepuasanHidup Remaja. JurnalPhronesis.Vol. 6 No. 12. Elia.2005.PostPowerSyndrome.http://w
bersedia mendengarkan keluh
ww.sabda.org/publikasi/e-
kesah dan sebagainya.
konsel/079/?kata=079
e. Sedangkan untuk para pensiunan sebaiknya keluarga untuk
memanfaatkan dan
saling
rekan
sejawat
berbagi
dan
mengisi satu sama lain
Fiest, J. &Fiest, J.G. (2002) Theories of Personality. Boston: McGraw Hill Hardjana,
A.M.
2003.
Komunikasi
Intrapersonal
DAFTAR PUSTAKA
dan
Interpersonal.Yogyakarta Agustina,MariaClara.2008.Pensiun,Stre
:Kanisius.
sdanBahagia. http://artikelpensiun.blogspot.co
Haryono,AnitaLee.2002.Sikapterhadap
m/2011/03/pensiun-stres-dan-
EuthanasiapadaDokterMuda
bahagia.html
DitinjaudariTingkatReligiusitas. Skripsi.SemarangFakultasPsikol
Pengantar
Psikologi.Klinis
Sutardjo
Wiramiharja ( 2005 )
th
Allyn& Bacon.
9 ed.
Soegijapranata
Semarang (tidakditerbitkan)
Baron, R.A., & Byrne, D. (2000).Social psychology,
ogiUnika
Boston:
Helmi, A. F. (2000). Pengelolaan Stress Pra-Purn Bakti.Psikologika : No.
9
(42-55).
Yogyakarta
:UniversitasGadjahMada.
51
Hurlock,E.B.(2000).PsikologiPerkemba
Mu’tadin,Z.(2002).PenyesuaiaDiriRem
ngan
aja.Tersedia:http://www.e-
:SuatuPendekatanSepanjangRe
psikologi.com/epsi/artikel_detai
ntangKehidupan(terjemahanIsti
l.asp?id=390
widayanti&Soedjarwo), Edisi 6. Newman,&
Jakarta :Erlangga.
Newman.
(2006).
Development Through Life. A Jalaluddin.
2005.
Psikologi
Agama
Psychosocial
(edisirevisi). Jakarta: PT. Raja
edition.USA:
Grafindo
Wadsworth.
Kuncoro,J.,Sari,E.D.(2006).
Approach
9th
Thomson
Porter, L.W.,Bigley, G. A., and Steers,
KecemasandalamMenghadapiMasaPen
R. M.(2003). Motivation and
siunDitinjaudariDukunganSosialpada
Work
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
Edition.USA : Mc. Graw-Hill
JurnalPsikologiProyeksi Vol.1, No. 1
Book Company.
Kundjoro.(2002).
Behaviaour
Rini, J. F. (2001).
7th
Pensiun Dan
MasalahKesehatanJiwaPadaLa
Pengaruhnya.
nsia.http://mardiya.wordpress.c
:http://www.e-
om/2010/12/07/masalah-
psikologi.com/epsi/artikel_detai
kesehatan-jiwa-lansia/
l.asp?id=191
Lahey, B. B. (2007). Psychology An Introduction.
New
Tersedia
Rosyid,HaryantoF.(2005).PHK:Masihk
York:
ahMencemaskan?
McGraw Hill
BuletinPsikologiFakultasPsikol ogi UGM, Th IX no 2.
Lestari,R.P.2002. HubunganAntaraReligiusitasdenganTin
Sarafino, E.P. 2006.Health Psychology
gkahLakuKopingIndigeneous.JurnalIlm
:Biopsychososial
Interaction
iahPsikologi: Vol. 6 No.1.
ThirdEdition. New York: John Wiley & Sons Inc.
Mangunwijaya,Y.B1991.Menumbuhkan SikapReligiusitasAnak-Anak.Jakarta; PT.GramediaPustakaUtama.
Sobur,
A. (2003).PsikologiUmumDalamLi
52
ntasanSejarah.
Cetakan
II.
Bandung :PustakaSetia. Sofia,K.(2007).PengaruhKonsepDiriTe rhadapTingkat KecemasanMenghadapiMasaPe nsiunPadaPegawaiNegriSipilDi nasPerindustrian, Perdagangan, Modal
danPenanaman
KabupatenSumenep.
Skripsi.Malang :FakultasPsikologiUnviersitas Islam Negri (UIN) Malang. Suara
Pembaharuan,
6
Juni
2002. Suhita.2005.ApaituDukunganSosial?.Te rsedia :http://www.masbow.com/2009/ 08/apa-itu-dukungansosial.html. WawuruF.E.2003. PerkembanganKepribadiandan ReligiusitasRemaja.JurnalIlmia hPsikologi. Th. 8. No.1 (29-39)