30 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN UPACARA KELAHIRAN ADAT JAWA TAHUN 2009-2014 (STUDI DI DESA BRINGIN KECAMATAN KAUMAN KABUPATEN PONOROGO) Lutfi Fransiska Risdianawati & Muhammad Hanif* Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap Sikap Masyarakat terhadap Pelaksanaan Upacara Kelahiran Adat Jawa Tahun 2009-2014 di Desa Bringin Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo.Lokasi dari penelitian ini adalah di Desa Bringin Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo. Bentuk dari penelitian ini adalah penelitian Kualitatif yaitu penelitian yang datanya tidak berbentuk angka, menekankan pada kondisi obyek yang alamiah untuk memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa hubungan interaksi pola tingkah laku, yang kenyataannya tidak ada rekayasa dalam aktifitas tersebut saat penelitian berlangsung. Penelitian ini dilakukan selama enam bulan yaitu antara bulan Februari sampai Juli. Pengambilan data menggunakan sumber data primer yang diperoleh dari Dokumen Desa Bringin dan bahan kepustakaan. Validasi yang dipergunakan yaitu validasi sumber. Analisis data yang digunakan adalah analisis data model interaktif Miles dan Huberman yang didalamnya terdapat tiga tahapan yaitu melalui proses reduksi data, sajian data dan verifikasi atau penarikan kesimpulan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulankan bahwa sikap Masyarakat Desa Bringin ialah sebagian besar setuju atau menerima segala macam bentuk pelaksanaan upacara kelahiran adat Jawa. Upacara Kelahiran adat ini seperti Upacara selamatan brokohan (setelah bayi lahir), sepasaran (lima hari), selapanan (tiga puluh lima hari), telunglapan (Tiga bulan lima belas hari), mitoni (tujuh bulan), dan nyetahuni (Setahun).Berkaitan dengan adanya bentuk sikap masyarakat yang menerima keberadaan upacara adat tersebut, terdapat berbagai macam tindakan yang dilaksanakan masyarakat yaitu melaksanakan segala macam upacara kelahiran dengan berbagai perlengkapan di dalamnya yaitu sesaji. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan sikap masyarakat Desa Bringin terhadap pelaksanaan upacara kelahiran yaitu faktor lingkungan, faktor kebudayaan, faktor kewibawaan seorang tokoh yang dianggap penting, faktor dalam diri sendiri, dan faktor lembaga pendidikan. Baik pendidikan yang disenggarakan oleh lembaga pendidikan desa setempat yaitu Pondok Pesantren “Darul Fikri” dan pendidikan umum maupun lembaga pendidikan yang berada di luar desa setempat. Kata Kunci : Sikap Masyarakat, Upacara Kelahiran Pendahuluan
manusia yang memiliki keinginan untuk
Di dalam kehidupan bermasyarakat,
memenuhi
kebutuhan
dan
menjawab
manusia tidak terlepas dengan adanya
tantangan hidup dengan menggunakan akal
kebudayaan.
budaya
dan budinya. Budaya sebagai suatu sistem
merupakan satu kesatuan yang terintegrasi
gagasan, ide-ide, dan nilai memiliki sebuah
secara
akan
wujud. Perwujudan ide dari kebudayaan
mengakibatkan manusia cenderung disebut
bersifat abstrak yaitu tidak dapat diraba dan
makhluk yang berbudaya. Pola kehidupan
dipegang. Dalam kebudayaan itu sendiri
berbudaya terjadi akibat dari sifat dasar
terdapat unsur-unsurnya, yang meliputi
utuh.
Manusia Konteks
dengan demikian
* Lutfi Fransiska Risdianawati adalah alumni Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI MADIUN * Muhammad Hanif adalah Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI MADIUN
S I K A P M A S Y A R A K A T T E R H A D A P P E L A K S A N A A N ………| 31
berbagai tindakan, perilaku, serta kegiatan
merupakan warisan budaya yang hanya
manusia sehari-hari dalam waktu yang
dapat dimiliki oleh warga masyarakat
relatif lama. Hal tersebut seperti yang
pendukungnya dengan jalan mempelajari,
dijelaskan oleh Soerjono Soekanto (2010:
menghayati, dan melestarikan. Fungsinya
154) yang mengungkapkan bahwa terdapat
adalah sebagai pengokoh norma-norma
tujuh unsur kebudayaan yang dianggap
serta nilai-nilai budaya yang telah berlaku
sebagai cultural universal, yaitu: peralatan
turun-temurun. Didalam upacara adat Jawa
dan perlengkapan hidup manusia, mata
terdapat ritual-ritual sesaji (Imam Budhi
pencaharian
Santosa, 2012: 175).
hidup
dan
sistem-sistem
ekonomi, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, dan religi. Religi
atau
sistem
kepercayaan
Pemberian kepada
sesaji
roh-roh
diperuntukkan
yang
mbaurekso
(menunggu atau menguasai) makam, desa
disini memiliki arti yang lebih luas daripada
(pemukiman),
agama dan kepercayaan tentang Tuhan,
Maksudnya
karena manusia memiliki naluri untuk
mengganggu dan selalu berbuat baik kepada
menghambakan
manusia.
diri
kepada
yang
hutan, agar
gunung,
roh-roh
Keberadaan
tidak
sesaji
sebagai
tidak
pernah
Mahatinggi yaitu dimensi lain diluar diri dan
perlengkapan
lingkungannya. Disisi lain sistem religi
ditinggalkan,
merupakan bagian dari
wujud sistem
perlengkapan yang sangat penting. Sesaji
keyakinan, dan gagasan-gagasan tentang
merupakan rangkaian dari berbagai macam
Tuhan, Dewa-dewa, roh-roh halus, neraka,
bunga (kembang telon), kemenyan, uang
sorga
juga
recehan dan kue apem yang diletakkan
mempunyai wujud yang berupa upacara-
dalam besek kecil atau bungkusan daun
upacara adat, baik yang bersifat musiman
pisang, nasi yang cetak berbentuk setengah
maupun
lingkaran (nasi golong), sayur lodeh yang
dan
sebagainya,
yang
tetapi
kadangkala
(Koentjaraningrat, 2002: 204).
upacara
tadi
laut.
karena
sesaji
merupakan
diletakkan dalam daun pisang, serta ayam
Pada setiap daerah di kepulauan
yang dipanggang.
Jawa terutama bagi masyarakat pedesaan
Dewasa ini berbagai macam upacara
maupun pedalaman, masih banyak yang
adat masih kita jumpai di masyarakat
menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan
pedesaan, yang tentunya berbeda dengan
Jawa,
masyarakat
salah
diselenggarakannya
satunya upacara
dengan adat
perkotaan.
Hal
tersebut
disebabkan pola pikir masyarakat kota yang
diberbagai macam kegiatan penting dalam
rasional,
didasarkan
pada
perhitungan
kehidupan. Sebagian besar dari mereka
eksak yang berhubungan dengan realita
beranggapan bahwa upacara adat Jawa
masyarakat. Dimana kehidupan masyarakat
32 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
berada dalam lingkungan perekonomian,
upacara kelahiran di Desa Bringin disertai
perdagangan, serta industri. Cara kehidupan
dengan
demikian
memicu timbulnya perbedaan pendapat dan
mempunyai
kecenderungan
kearah keduniawian, dibandingkan dengan
Kehidupan
ritual
sesaji,
sehingga
persepsi.
kehidupan warga desa yang cenderung kearah agama dan adat istiadat.
adanya
Pertentangan
masyarakat
itu
berawal sejak meninggalnya seorang tokoh
beragama
pada
pemangku
adat
pada
tahun
2009.
masyarakat pedesaan merupakan akulturasi
Keberadaan tokoh tersebut sangat disegani
islam dengan tradisi Jawa, oleh karena itu
oleh masyarakat sekitar. Aturan apapun
masyarakat
yang dikehendaki mengenai pelaksanaan
desa
masih
melestarikan
berbagai macam akulturasi tersebut, salah
adat,
satunya ialah
melaksanakannya.
upacara selamatan atas
masyarakat
selalu
patuh
Pemangku
dan adat
kelahiran bayi. Dimana upacara tersebut
merupakan
meliputi lima hari atau sepasaran, satu
kehadirannya
bulan atau selapanan, hingga tujuh bulan
pemandu dari setiap kegiatan adat yang
atau mitoni. Tujuan diadakannya upacara
termasuk upacara kelaharian.
kelahiran Purwadi
tersebut (2005:
diungkapkan 130)
bahwa
oleh pada
sesepuh
Desa
yang
sebagai
panutan
dan
Ketiadaannya tersebut
pemangku
menyebabkan
adat
masyarakat
hakekatnya prosesi upacara daur hidup
mengalami keterbukaan terhadap pola pikir
ialah upacara peralihan sebagai sarana
mereka
menghilangkan petaka.
pendidikan
dengan
berkembanganya
dan
teknologi.
Pada
Semacam inisiasi yang menunjukkan
kenyataannya, yang terjadi di desa Bringin
bahwa upacara-upacara itu merupakan
tidak semua warga mendukung adanya
penghayatan
pelaksanaan
unsur-unsur
kepercayaan
upacara
ada
lama. Unsur kepercayaan lama itu yang
sebagian
menjadi alasan masyarakat yang hingga saat
keberadaan
ini masih mempercayai dan melestarikan
kelahiran.
tradisi selamatan setelah kelahiran bayi
kelompok ini menolaknya sehingga muncul
atau upacara kelahiran adat Jawa dengan
berbagai sikap yang berbeda-beda.
berbagai macam perlengkapan upacaranya
masyarakat
melainkan
sesaji Dengan
Masyarakat
menolak
disetiap
upacara
berbagai
prasangka
penolak
pelaksanaan
berasal
dari
kaum
berpendidikan
tinggi,
yaitu dengan mempersiapkan sesaji dan
upacara
peralatan-peralatan pendukungnya. Salah
intelektual
satu potret masyarakat Jawa yang masih
pelajar lulusan pondok pesantren yang
menyelenggarakan upacara tersebut adalah
berada di desa Bringin sendiri dan para
masyarakat
desa
Bringin.
Pelaksanaan
tersebut
yang
yang
S I K A P M A S Y A R A K A T T E R H A D A P P E L A K S A N A A N ………| 33
tokoh pemuka keagamaan setempat seperti
dengan upacara adat terutama bagi mereka
kyai dan modin.
yang berpendidikan tinggi. Oleh karena itu
Sehubungan
dengan
sikap
penelitian ini menarik untuk diteliti lebih
masyarakat, Sarlito W. Sarwono dan Eko A.
mendalam,
Meinarno (2009: 83-84) menyatakan bahwa
masyarakat terhadap pelaksanaan upacara
sikap adalah konsep yang dibentuk oleh tiga
kelahiran adat Jawa di Desa Bringin
komponen,
Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo
yaitu
kognitif,
afektif,
dan
perilaku. Komponen kognitif berisi semua
berkaitan
obyek
seseorang
sikap.
meliputi
Isi
Batasan Masalah
pemikiran
Berdasarkan latar belakang masalah,
yang
agar permasalahan yang dibahas tidak
diketahuinya sekitar obyek sikap, dapat
melebar maka peneliti membatasi masalah
berupa tanggapan atau keyakinan, kesan,
pada
antribusi, dan penilaian tentang obyek
pelaksanaan
sikap.
merupakan bagian dari upacara adat Jawa Komponen
hal-hal
sikap
pada Tahun 2009-2014.
pemikiran serta ide-ide yang berkenaan dengan
dengan
afektif
dari
sikap
masyarakat upacara
terhadap
kelahiran
yang
sikap
yang masih dilestarikan di Desa Bringin
meliputi perasaan atau emosi seseorang
Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo
terhadap obyek sikap. Adanya komponen
tahun 2009-2014.
afeksi dari sikap, dapat diketahui melalui
Rumusan Masalah
perasaan suka atau tidak suka, senang atau tidak
senang
terhadap
obyek
sikap.
Komponen perilaku dapat diketahui melalui respons subyek yang berkenaan dengan sikap obyek. Respons yang dimaksud dapat
Masalah
perbuatan
1. Bagaimana sikap masyarakat terhadap pelaksanaan upacara kelahiran adat Jawa
Munculnya
pertentangan
dan
perbedaan persepsi terhadap pelaksanaan upacara
kelahiran
adat
Jawa
sejak
meninggalnya pemangku adat pada sekitar tahun 2009, menyebabkan sebagian warga masyarakat
meninggalkan
kegiatan-kegiatan
yang
berbagai berhubungan
di
Desa
Bringin
Kecamatan
Kauman Kabupaten Ponorogo pada
tertentu
sehubungan dengan obyek sikap.
dalam
berikut :
diamati dan dapat berupa intensi atau niat melakukan
timbul
penelitian ini dapat merumuskan sebagai
berupa tindakan atau perbuatan yang dapat untuk
yang
tahun 2009-2014 ? 2.
Bagaimana tindakan warga masyarakat setelah menyikapi perbedaan pendapat yang
timbul
dalam
pelaksanaan
upacara kelahiran? 3. Faktor apa yang mempengaruhi sikap
masyarakat
terhadap
34 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
pelaksanaan upacara kelahiran adat
masyarakat paham dan terbuka
Jawa?
terhadap Tujuan Penelitian
perkembangan
Berdasarkan rumusan masalah bagaimana
dan
yang
terjadi
dalam masyarakat.
diatas penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengungkap
perubahan
b) Memberikan
sikap
mengenai
gambaran sikap
masyarakat
masyarakat mengenai pelaksanaan
terhadap pelaksanaan upacara
upacara kelahiran Adat Jawa tahun
kelahiran adat Jawa.
2009-2014
di
Desa
Kecamatan
Kauman
Bringin
3. Bagi Pemerintah
Kabupaten
a) Sebagai pembangun wawasan
Ponorogo.
kesejarahan
2. Mengetahui dalam
tindakan
masyarakat
menyikapi
pendapat
yang
b) Menjadikan
dalam
pelaksanaan upacara kelahiran. 3. Menggali
faktor-faktor
timbulnya
penyebab
sikap
terhadap
bermanfaaat
penelitian bagi
ini
dapat
berbagai
pihak,
Program
menanggapi
Jawa adanya
yang ada
Tinjauan Pustaka A.
Sikap Masyarakat
Studi
Pendidikan Sejarah pembelajaran
sejarah
kontemporer.
memiliki
beragam. Menurut Gerungan (2004: 161)
sikap
atau
attitude
dapat
mengenai
sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal, suatu obyek. Biasanya
pelaksanaan upacara kelahiran
obyek
adat Jawa.
orang-orang,
2. Bagi Masyarakat sarana
sikap
diterjemahkan dengan tepat sebagai
b) Memberikan wawasan mengenai masyarakat
Konsep
pengertian dan makna yang cukup
a) Menambah pengetahuan dalam
a) Sebagai
kebudayaan
1. Pengertian Sikap Masyarakat
Mahasiswa
sikap
kebijakan dalam
lokal.
diantaranya: 1. Bagi
dalam
dalam masyarakat di tingkat
Kegunaan Penelitian Hasil
mengambil
perbedaan sikap
kelahiran adat Jawa.
bagi
daerah
beserta
upacara
masukan
pemerintah pelestarian
masyarakat
pelaksanaan
kebudayaan
masyarakat Jawa.
perbedaan
timbul
dan
terarah pada benda-benda, peristiwa-peristiwa,
pemandangan-pemandangan, pembangun
wawasan kesejarahan supaya
lembaga-lembaga, nilai-nilai,
dan
norma-norma, lain
sebagainya.
S I K A P M A S Y A R A K A T T E R H A D A P P E L A K S A N A A N ………| 35
Dengan adanya obyek yang terdapat
konsep yang dibentuk oleh
dalam sebuah lingkungan masyarakat,
komponen, yaitu kognitif, afektif, dan
tentunya
dan
perilaku. Komponen kognitif berisi
masyarakat
semua pemikiran serta ide-ide yang
menimbulkan
mengakibatkan mengenai
reaksi
obyek
aksi
dilihat,
berkenaan dengan obyek sikap. Isi
dilaksanakan, dan diamati. Hal ini
pemikiran seseorang meliputi hal-hal
dapat dikatakan bahwa adanya sikap
yang
dalam
sikap, dapat berupa tanggapan atau
masyarakat
yang
tiga
tidak
terlepas
dengan keberadaan obyeknya.
diketahuinya
keyakinan,
Hal senada diungkapkan oleh
kesan,
penilaian
sekitar
obyek
antribusi,
tentang
obyek
dan sikap.
Slamet Santoso (2010: 41) yang
Komponen afektif dari sikap meliputi
menyatakan bahwa sikap merupakan
perasaan
atau
kepercayaaan
terhadap
obyek
mengenai
orang,
emosi
seseorang
sikap.
Adanya
kelompok, gagasan, atau aktivitas.
komponen afeksi dari sikap, dapat
Biasanya
dinyatakan
diketahui melalui perasaan suka atau
dengan cara-cara kegiatan yang sama
tidak suka, senang atau tidak senang
dan berulang terhadap obyek sosial.
terhadap obyek sikap. Komponen
Setiap munculnya sebuah sikap sudah
perilaku
dapat
dapat dipastikan adanya obyek yang
respons
subyek
dijadikan alasan individu maupun
dengan sikap obyek. Respons yang
masyarakat
atau
dimaksud dapat berupa tindakan atau
memberikan respon, yang merupakan
perbuatan yang dapat diamati dan
akibat
dapat berupa intensi atau niat untuk
sikap
sosial
bereaksi
dari
permasalahan
yang
diketahui yang
melalui
berkenaan
kontroversial terhadap obyek. Sikap
melakukan
mempunyai
sehubungan dengan obyek sikap.
hubungan
yang
erat
dengan kepentingan atau nilai yang
perbuatan
Masyarakat
tertentu dipadang
dimiliki individu dan sifatnya lebih
sebagai kesatuan hidup manusia yang
laten.
berinteraksi
Oleh
karena
itu
sikap
sesuai
sistem
adat
berhubungan erat dengan bagaimana
istiadat tertentu secara kontinyu dan
individu akan bertingkah laku sesuai
terikat oleh rasa identitas bersama
dengan situasinya.
(Koentjaraningrat,2009:
Pendapat lain diungkapkan
Hubungan antar individu
118). dengan
oleh Sarlito W. Sarwono dan Eko A.
individu, individu dengan kelompok,
Meinarno
yang
maupun kelompok dengan kelompok
adalah
merupakan sifat kodrati manusia
menyatakan
(2009: bahwa
83-84) sikap
36 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
sebagai makhluk sosial yang tidak
pembentukan sikap terjadi melalui
bisa hidup sendiri sehingga mereka
suatu proses tertentu, melalui kontak
membutuhkan orang lain. Di dalam
sosial terus menerus antara individu
kehidupan sebagai makhluk sosial,
dengan
tentunya
disekitarnya. Dia juga menjelaskan
setiap
aktivitas
yang
individu-individu
dilakukan individu harus disesuaikan
faktor-faktor
dengan aturan dan kebiasaan yang
terbentuknya sikap sebagai berikut :
telah ditentukan dalam kumpulan
1. Faktor internal
manusia yang secara berkelanjutan.
yang
lain
mempengaruhi
Faktor
internal
ialah
Dari pendapat diatas, dapat
faktor-faktor yang terdapat dalam
dijelaskan bahwa sikap masyarakat
diri orang yang bersangkutan,
merupakan keyakinan,
seperti
(menerima
atau
penilaian
menolak),
dan
faktor
pilihan.
Setiap
individu tidak dapat menangkap
perasaan (rasa suka atau tidak suka),
seluruh
rangsangan
serta respon atau tanggapan yang ada
melalui
persepsi
didalam diri setiap manusia yang
sendiri,
oleh
hidup dalam sekumpulan manusia
individu
lain atau kolektif terhadap obyek atau
rangsangan-rangsangan mana yang
peristiwa
upacara
akan didekati dan mana yang harus
kelahiran yang sudah mentradisi dan
dijauhi. Pilihan itu ditentukan oleh
merupakan
motif-motif dan kecenderungan-
tertentu
yaitu
sebuah
adat
atau
kebiasaan masyarakat Jawa. sikap
luar
individu
karena
itu
itu
harus
kecenderungan
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
dari
tiap
memilih
dalam
diri
individu. Karena harus memilih inilah maka akan menyusun sikap
Sikap
dipengaruhi
oleh
positif terhadap satu hal dan
beberapa faktor yang paling utama
membentuk sikap negatif terhadap
yaitu
hal lainnya.
pengetahuan tentang suatu
obyek. Obyek dalam hal ini ialah
2. Faktor eksternal
sebuah upacara kelahiran adat Jawa, dimana
masyarakat
menilai
Faktor dalam
sudut pandang yang berbeda.
pembentukan
oleh Sarlito W. Sarwono (2009: 205206)
yang
menyatakan
bahwa
ialah
faktor-faktor yang terdapat dari
pelaksanaan upacara dari berbagai Hal senada juga diungkapkan
eksternal
pula
diri oleh
sendiri, sikap
maka
ditentukan
faktor-faktor
berada di luar individu, yaitu :
yang
S I K A P M A S Y A R A K A T T E R H A D A P P E L A K S A N A A N ………| 37
a. Sifat obyek, sikap itu sendiri, bagus,
atau
jelek
dan
sebagainya.
lebih
mudah
terbentuk
pengalaman
pribadi
tersebut terjadi dalam situasi yang
orang-orang
kelompok
akan apabila
b. Kewibawaan. c. Sifat
kesan yang kuat. Karena itu, sikap
yang
atau
mendukung
sikap.
melibatkan faktor emosional. 2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
d. Media
komunikasi
digunakan
yang
Pada umumnya, individu
dalam
cenderung untuk memiliki sikap
menyampaikan sikap.
yang
e. Situasi pada saat sikap tersebut
konfirmus
atau
searah
dengan sikap orang yang dianggap
dibentuk.
penting. Kecenderungan ini antara
Pendapat lain dikemukakan
lain dimotivasi oleh keinginan
oleh Saifuddin Anzwar (2007: 30-38)
untuk berafiliasi dan keinginan
bahwa terdapat beberapa faktor yang
untuk menghindari konflik dengan
mempengaruhi sikap terhadap obyek
orang
sikap antara lain :
tersebut.
1. Pengalaman Pribadi
pembentukan
yang
dianggap
penting
Ilustrasi
lain
sikap
yang
Apa yang telah dan sedang
dikarenakan pengaruh orang yang
dialami oleh seseorang akan ikut
dianggap penting oleh individu
membentuk dan mempengaruhi
antara lain dapat dilihat pada
penghayatan seseorang terhadap
situasi dimana terdapat hubungan
stimulus sosial. Tanggapan akan
atasan dan bawahan. Sangatlah
menjadi
dasar
umum terjadi bahwa sikap atasan
terbentuknya sikap. Pembentukan
terhadap suatu masalah diterima
kesan atau tanggapan terhadap
dan dianut oleh bawahan tanpa
obyek
landasan afektif maupun kognitif
salah
satu
merupakan
proses
kompleks dalam diri individu yang
yang
melibatkan individu bersangkutan,
sikapnya. Pengaruh orang lain ini
situasi
terjadi
dimana
tanggapan
itu
relevan apabila
dengan antar
obyek individu
berbentuk, dan atribut atau ciri-ciri
tersebut berada dalam lingkungan
obyek yang dimiliki oleh stimulus.
yang
Untuk
memungkinkan
dapat
menjadi
dasar
pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah
meninggalkan
interaksi
sama, antar
sehingga terjadinya kedua
yang
38 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
selanjutnya saling mempengaruhi
pada gilirannya konsep tersebut
satu sama lain.
mempengaruhi sikap.
3. Pengaruh Kebudayaan
6. Faktor Emosional
Tanpa
disadari
Kadangkala, suatu sikap
kebudayaan telah menanamkan
merupakan
garis pengarah sikap itu terhadap
didasari emosi yang berfungsi
berbagai
sebagai
masalah.
telah mewarnai
Kebudayaan
corak
karena
mekanisme pertahanan ego. Sikap
memberi
demikian dapat merupakan sikap
individu-
yang sementara dan segera berlalu
yang
individu masyarakat asuhan.
begitu frustasi telah hilang, akan
4. Media Massa
tetapi dapat pula merupakan sikap
Walaupun massa
penyaluran
frustasi atau pengalihan bentuk
pengalaman
media
semacam
yang
sikap anggota
masyarakatnya, kebudayaanlah
pernyataan
pengaruh
tidaklah
sebesar
yang lebih presisten dan bertahan lama.
Salah satu contoh bentuk
pengaruh interaksi individu secara
sikap yang didasari emosi adalah
langsung, namun dalam proses
prasangka. Prasangka seringkali
pembentukan
merupakan bentuk sikap negatif
dan
perubahan
sikap, peran media massa tidak
yang
didasari
kecil artinya. Dalam pemberitaan
kepribadian
surat kabar maupun radio atau
sangat frustasi.
media komunikasi lainnya, berita yang
seharusnya
disampaikan
secara
faktual obyektif
oleh
pada
kelainan
orang
yang
Adanya perbedaan sikap masyarakat mengenai
di
desa
Bringin
pelaksanaan
upacara
cenderung dipengaruhi oleh sikap
kelahiran adat Jawa lebih banyak
penulisnya, akibatnya berpengaruh
dipengaruhi oleh faktor eksternal.
terhadap sikap konsumennya.
Faktor eksternal ini berupa tingkat
5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Konsep moral dan ajaran dari
lembaga
lembaga
pendidikan agama
dan
sangat
pendidikan
yang
diperoleh
seseorang
melalui
lembaga
pendidikan dan lembaga agama, pengaruh kebudayaan yang sudah menjadi
tradisi
turun-tumurun,
menentukan sistem kepercayaan
dan pengaruh orang lain yang
tidaklah mengherankan jika kalau
dianggap
penting
dalam
S I K A P M A S Y A R A K A T T E R H A D A P P E L A K S A N A A N ………| 39
lingkungan
masyarakat
seperti
berprosesi,
berseni
drama
suci,
kyai.
berpuasa, bertapa, dan bersamadi.
B. Upacara Kelahiran
Dapat diperjelas bahwa setiap unsur
1. Pengertian Upacara Kelahiran Menurut
Purwadi
yang terkandung dalam
(dalam
upacara
selalu diadakan sebagai syarat atau
Ensiklopedia Adat Istiadat Budaya
perlengkapan
Jawa, 2012: 583) menjelaskan bahwa
penyelenggaraan upacara adat, hal
upacara merupakan gotong royong
tersebut dimaksudkan supaya tidak
tolong menolong yang berhubungan
terjadi hal yang diinginkan (Budiono
dengan religi atau kepercayaan yang
Herusatoto, 1987: 27).
hidup
dalam
pada
Kelahiran merupakan hasil
dengan
reproduksi yang nyata atau bayi lahir
kematian, bersih desa, selamatan,
hidup dari seorang wanita atau
kelahiran,
dan
sekelompok wanita, kelahiran juga
menghadapi
salah satu komponen pertumbuhan
dunia gaib dengan berbagai macam
penduduk yang bersifat menambah
perasaan,
jumlah penduduk (Sri Harijati H,
umumnya,
masyarakat
disetiap
berkaitan perkawinan,
sebagainya.
Manusia perasaan
mendorong
tersebut
manusia
untuk
2010:
73).
Pertambahan
jumlah
melakukan berbagai tindakan yang
penduduk ditandai dengan lahirnya
bertujuan untuk mencari hubungan
bayi hidup dari seseorang wanita,
dengan
sehingga
dimana hal tersebut dapat diketahui
melakukan suatu perbuatan yang
melalui pendataan sensus penduduk.
dunia
gaib,
sehubungan dengan keagamaan. Sistem bertujuan
upacara
mencari
Dari
religius hubungan
diatas,
dapat
upacara
beberapa
pendapat
dijelaskan
Kelahiran
bahwa
merupakan
manusia dengan Tuhan, dewa-dewa
serangkaian upacara atau kegiatan
atau makhluk halus yang mendiami
yang berkaitan dengan peristiwa
alam
upacara
penting dalam kehidupan orang Jawa
merupakan wujud kelakuan atau
termasuk kelahiran seorang bayi dari
behavioral manifestation dari religi.
seorang perempuan demi mencapai
Dimana
ketenteraman
gaib.
kombinasi
Sistem
upacara dari
terdiri
hidup
lahir
batin
unsur
seorang bayi dan terhindar dari
upacara, seperti misalnya : berdoa,
segala hal yang tidak baik dalam
bersujud, bersaji, berkorban, makan
kehidupannya. Pelaksanaan upacara
bersama,
kelahiran
menari
macam
dari
dan
menyanyi,
merupakan
salah
satu
40 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
tradisi
orang
Jawa
dijadikan sebagai pelaksanaanya
dan
adat,
sudah
selanjutnya selamatan weton pada
sehingga
setiap hari kelahiran (siklus 35 hari)
terikat.
dan pada waktu mulai dapat berjalan
yang
di tanah diadakan pula upacara
kelahiran
tedhak siti (Edi Sedyawati, 2007:
pun
Keterikatan
tersebutlah
menjadikan
upacara
sebagai bentuk kearifan lokal. 2. Macam-macam
atau
429-430).
tahapan
upacara Kelahiran
Berdasarkan uraian diatas dapat
dijelaskan
bahwa
macam-
Dalam upacara kelahiran
macam upacara kelahiran terdiri dari
terdapat beberapa tahapan. Menurut
beberapa tahapan, yang diantaranya
Imam Budhi Santoso ( 2012: 17)
ialah : upacara perawatan ari-ari,
menyatakan bahwa saat kelahiran
brokohan, tinggalnya sisa tali pusar,
bayi selalu ada bancakan brokohan
pemberian nama, memotong rambut,
(selamatan kelahiran bayi) dengan
menusuk telinga, sepasaran (lima
mengundang
tetangga
hari), selapanan (tiga puluh lima
sekitar. Setelah brokohan ada pula
hari), mitoni (tujuh bulan), mencacah
bancakan jenang abang putih (
gigi,
jenang berwarna merah dan putih)
upacara weton atau kelahiran.
saat memberi
anak-anak
nama bayi,
yang
haid
peringatan
pupak
puser
sunat,
dan
3. Pelaksanaan Upacara Kelahiran
umumnya dilaksanakan bersamaan dengan
pertama,
Dalam pelaksanaan upacara tidak terlepas dengan keberadaan
(terlepasnya tali pusar bayi, kira-kira
seorang
dukun,
dukun
5-7 hari setelah kelahiran). Biasanya,
seorang
wanita
yang
selama masa anak-anak, orang tua
memiliki
keahlian
masih sering mengadakan bancakan
merawat dan mengobati para wanita
weton (selamatan setiap tiga puluh
yang akan melahirkan pada saat bayi
lima hari sekali tepat pada hari
yang
kelahiran si anak)
tertentu. Perawatan dukun bersifat
Upacara kelahiran terbagi menjadi
beberapa
tahapan
dilahirkan
seremonial
adalah dianggap
khusus
untuk
mencapai
yaitu
umur
mempersiapkan
yang
dan melaksanakan upacara-upacara
diantaranya ialah tingkeban/mitoni
kehamilan sampai kelahiran seorang
pada bulan ketujuh kandungan, dan
bayi
setelah kelahiran : perawatan ari-ari
Keberadaan dukun saat
(plasenta), tinggalnya sisa tali pusar,
kelahiran adat Jawa sangat penting
sepasaran,
yaitu
selapanan,
dan
(Purwadi,
sebagai
2005:
pemimpin
137). upacara dalam
S I K A P M A S Y A R A K A T T E R H A D A P P E L A K S A N A A N ………| 41
berjalannya
upacara
pembimbing
serta jenis-jenis
kemudian diletakkan ditempat sesaji, nasi
tumpeng
ditancapi
dengan
perlengkapan yang digunakan dalam
bawang merah, cabe merah, dan
pelaksanaan
upacara.
telur. (4) slametan mudhun lemah
dibawah
sesaji yang digunakan sama dengan
Kedudukannya
dukun
sesepuh Desa (kepala adat).
slametan sepasaran dan selapanan,
Harya Tjakraningrat (2013: 41-45)
mengungkapkan
bahwa
hanya
saja
juwadah
ditambahi
dan
tetel
dengan
warna-warni
dalam berbagai pelaksanaan upacara
(merah, putih, hitam, kuning, biru,
harus
sesaji,
merah muda, dan ungu), bunga
seperti upacara slametan brokohan,
setaman, padi, kapas, andha tebu
slametan
arjuna, bokor isi beras kuning, uang
dilengkapi
dengan
separanan,
slametan
selapanan, dan slametan mudhun
koin,
lemah. Adapun sesaji yang digunakan
gelang dan lainya) serta kurungan
dalam
perlengkapan
ayam.
tersebut
diantaranya
upacara ialah:
rajabrana
(1)
berkaitan
belum
upacara
dengan
jumlah
tata
cara
tanah
menurut hitungan jawa), gula jawa,
Tjakraningrat
dhawet,
mengatakan bahwa :
ambeng
diwadahi
pelaksanaan
tedhak siten atau turun
berdasarkan neptu (jumlah hari lahir dan
kalung,
Pendapat yang lain yang
slametan brokohan yaitu : telur yang dimasak
(cincin,
disampaikan
oleh
(45-46)
Harya yang
tampah, serta sedikit daging kerbau
“bocah di tetah didak-idakake
dan dilengkapi dengan sayur menir.
jadah
(2) slametan sepasaran yaitu nasi
diunggahake andha tebu, yen
tumpeng
wis banjur dikurungi, bokor isi
lengkap
dengan
sayur
tetel,
lodeh, jenang merah putih, baro-baro,
sakarepe,
dan jajanan pasar. (3) slametan
undhik-undhik (beras kuning
selapanan yaitu: sesaji sama dengan
lan dhuwit disawurake, banjur
slametan sepasaran hanya saja dalam
kanggo rebutan sing padha
slametan
nonton). Sawise, bocah banjur
selapan
ini
ditambahi
ing
banjur
banyu
kono
banjur
dengan sesaji yang diletakkan dalam
didusi
kembang
tempat tidur si bayi, sesajinya berupa
setaman. Sarampunge banjur
katul dan arang yang diletakkan
dienggo-enggoni
dalam tempurung kepala yang dialasi
lan nganggo gelang, kalung
dan ditutupi dengan daun yang
sepadhane
sandangan banjur
42 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
kalungguhake ana ngomah ing
diletakkan dalam wadah didekatkan
gelaran pasir, bokor isi : beras
pada si anak, yang dimaksudkan
kuning,
agar dipilih dan diambil anak.
dhuwit,
dicedhakake
rajabrana
maneh,
dikur,kur,kur,
banjur
(nguwur-
Penelitian ini dilaksanakan di desa
uwurake beras kuning kang
Bringin Kecamatan Kauman Kabupaten
diwori dhuwit lan rajabrana),
Ponorogo. Kurang lebih tujuh km ke arah
bocah
Selatan dari pusat Kota Ponorogo. Penelitian
mau
dichedakake
supaya njupuk”.
ini berlangsung selama enam bulan, yang
Berdasarkan penjelasan di atas
Metode Penelitian
dapat
di
perjelas
bahwa
dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2014.
kelahiran bayi yang sudah berusia
Dipilihnya rentang waktu tersebut
tujuh bulan diadakan upacara turun
karena peneliti menilai dalam pengumpulan
tanah dengan cara bayi dibimbing
sumber-sumber
berjalan diatas jadah, selanjutnya
analisis data akan lebih akurat dan objektif
dinaikkan pada tangga yang terbuat
lagi. Dengan keakuratan data yang diolah
dari tebu, setelah itu dikurungi
dan
dengan kurungan ayam, bokor atau
penelitian ini akan lebih maksimal dan
semacam wadah yang terbuat dari
kevalidan data lebih teruji.
kuningan yang berisi rupa-rupa
Sumber
sesaji dan padi kapas didekatkan
penelitian ini meliputi :
kepada anak agar digunakan untuk
1. Sumber Data Primer
dianalisis
bermain dengan memilih barang mana
yang
akan
diambil
dan
data
data
serta
maka
yang
melakukan
laporan
digunakan
dalam
dalam
Sumber data primer yaitu data yang
dikumpulkan
dengan
teknik
selanjutnya beras kuning dan uang
observasi dan wawancara yang diperoleh
koin
tersebut
dari pihak pertama atau narasumber
rebutan
(Husaini Usman & Purnomo Setiadi
disebarkan,
dimaksudkan
hal
untuk
penonton yang menghadiri acara. Setelah dimandikan
selesai,
sebagai
informan.
Dalam
penelitian ini menggunakan informan
setaman. Apabila sudah selesai anak
dari beberapa pihak yang bersangkutan
dipakaikan baju dan gelang,kalung
yaitu kepala desa, kepala adat atau
dan di dudukkan dalam rumah yang
sesepuh desa, tokoh keagamaan, dan
digelari pasir. Prosesi terakhir beras
masyarakat pada umumnya.
dan
uang
air
dikatakan
bunga
kuning
dengan
anak
Akbar, 2004: 73). Narasumber dapat
koin
yang
S I K A P M A S Y A R A K A T T E R H A D A P P E L A K S A N A A N ………| 43
2. Sumber Data Sekunder
dari proses biologis dan psikologis.
Sumber data sekunder yaitu
Observasi ini berupa pengamatan dan
data-data yang diperoleh dari berbagai
pencatatan yang sistematis terhadap
informan berupa dokumentasi termasuk
gejala-gejala yang diteliti, sehingga ada
arsip-arsip
yang
dua indera yang sangat vital di dalam
dalam
melakukan pengamatan yaitu mata dan
penelitian (Husaini Usman & Purnomo
telinga (Husaini Usman dan Purnomo
Setiady Akbar, 2004: 73).
Setyadi Akbar, 2004: 54). Dengan kedua
lembaga-lembaga
berkaitan
dengan
masalah
Dokumen dan Arsip biasanya
macam indera tersebut memudahkan
merupakan
bahan
tertulis
yang
peneliti dalam mengadakan pengamatan,
berhubungan
dengan
aktivitas
atau
dimana mata digunakan untuk melihat
peristiwa tertentu, bisa juga berupa
berbagai fenomena yang terdapat dalam
gambar atau benda peninggalan yang
masyarakat dan telinga digunakan untuk
berkaitan dengan suatu aktivitas atau
mendengar
peristiwa. Namun bila
problema
merupakan
catatan rekaman yang lebih bersifat bagian
dari
yang
macam
ada
dan
bentuk dihadapi
masyarakat desa.
formal dan terencana dalam organisasi sebagai
segala
Observasi
atau
pengamatan
mekanisme
adalah kegiatan keseharian manusia
kegiatannya cenderung disebut arsip
dengan menggunakan pancaindra mata
(H.B Sutopo, 2002: 61).
sebagai alat bantu utamanya selain
Dalam menggunakan
penelitian
ini
dokumentasi
berupa
arsip-arsip yang berupa data demografi desa
Bringin
masyarakat
,
yang
dokumen berupa
pancaindra
seperti
telinga,
penciuman, mulut dan kulit (Burhan Bungin, 2007: 115).
pribadi foto-foto
lainnya
Dalam
penelitian
ini
menggunakan observasi moderat yaitu
kegiatan dalam penyelenggaraan upacara
dalam
adat Jawa serta bahan-bahan pustaka
keseimbangan antara peneliti menjadi
seperti buku, jurnal ilmiah, dan data lain
orang dalam dengan orang luar, dalam
yang relevan berhubungan dengan topik
pengumpulan data peneliti ikut observasi
penelitian.
partisipatif dalam berbagai kegiatan
Teknik pengumpulan data
yang
observasi
ini
terdapat
tetapi tidak semuanya (Sugiono, 2010:
digunakan dalam penelitian ini adalah:
312). Peran peneliti menjadi orang luar
1. Observasi
dan dalam disini dimaksudkan agar
Observasi
merupakan proses
penelitian dapat berjalan sesuai dengan
yang sangat kompleks, yang tersusun
rencana dan hasil yang optimal, dimana
44 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
peneliti menjadi orang luar ketika ada
yang
kegiatan yang dikhususkan hanya kaum
kelompok
laki-laki saja dan peneliti menjadi orang
masyarakat yang terlibat dalam upacara
dalam ketika peneliti mengikuti segala
adat sebagai pelaksana upacara, tokoh
aktivitas
keagamaan sebagai pemimpin kegiatan
yang
diselenggarakan
oleh
masyarakat.
diantaranya
sebagai
masyarakat
berikut:
umum
yaitu
yang berhubungan dengan syariat agama
2. Wawancara (interview)
islam, sesepuh desa sebagai pemimpin
Wawancara
merupakan
kegiatan ritualitas yang berhubungan
proses memperoleh keterangan untuk
dengan adat Jawa, dan kepala desa
tujuan penelitian dengan cara tanya
sebagai pemimpin Desa yang diyakini
jawab sambil bertatap muka antara
mengetahui
pewawancara dengan informan atau
masyarakat desa. Alasan menggunakan
orang
jenis wawancara ini dikarenakan dalam
yang
diwawancara
(Burhan
segala
bentuk
Bungin, 2007: 108). Pemilihan informan
wawancara
oleh pewawancara harus berdasarkan
pedoman pertanyaan yang telah disusun
berbagai pertimbangan sebelumnya, hal
sebelumnya secara sistematis sebelum
ini
menuju ke lokasi penelitian, sehingga
dikarenakan
supaya
data
yang
diperoleh dari informan lebih maksimal. Dalam
penelitian
ini
peneliti
aktivitas
saat bertemu dengan narasumber atau informan hanya menggunakan pedoman
menggunakan wawancara terstruktur.
wawancara.
Menurut Lexy J. Moleong (2012: 190)
3. Dokumentasi
wawancara
terstruktur
wawancara
yang
menetapkan
sendiri
adalah
pewawancaranya
pertanyaan-pertanyaan
masalah
dan
yang
akan
Dokumentasi
referensi yang berhubungan dengan fokus
permasalahan
Dokumen-dokumen
ialah untuk mencari jawaban terhadap
adalah
dokumen
hipotesis
resmi,
yang
pertanyaannya
merupakan
teknik penelaahan terhadap referensi-
diajukan, tujuan jenis wawancara ini kerja
menggunakan
penelitian.
yang
dimaksud
pribadi,
dokumen
referensi-referensi,
foto-foto,
disusun dengan rapi dan ketat. Sehingga
rekaman kaset. Data ini digunakan
dalam hal ini peneliti menetapkan dan
penelitu untuk menguji, menafsirkan
menyusun
bahkan untuk meramalkan jawaban dari
sendiri
pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan kepada
fokus
informan yang akan dimintai informasi.
(Iskandar, 2013: 221). Melalui dokumen-
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa narasumber
dokumen
permasalahan yang
diperoleh
penelitian sangat
membantu peneliti dalam melaksanakan
S I K A P M A S Y A R A K A T T E R H A D A P P E L A K S A N A A N ………| 45
penelitian
dan
menyimpulkan
serta
pribadi
warga
masyarakat
saat
penyusunan laporan dari hasil penelitian
menyelenggarakan
yang telah dilaksanakan.
kelahiran dan foto peneliti saat
Teknik
pengumpulan
data
upacara
mengadakan penelitian. Penggunaan
dengan dokumentasi ialah pengambilan
foto
data yang diperoleh melalui dokumen-
digunakan
dokumen.
dikumpulkan
kajian penelitian sehingga dijadikan
dengan teknik ini cenderung kepada
bukti untuk penulisan ini sehingga
jenis data sekunder yaitu arsip-arsip
akan memperkuat keabsahan dalam
desa yang berupa data demografi desa
penelitian.
Data
yang
dan foto-foto kegiatan yang berhubungan dengan
upacara
adat
yang
diselenggarakan di desa Bringin. Adapun
data
tersebut
dengan
untuk
beralasan
memperjelas
Validasi data dalam penelitian ini diperoleh
melalui
trianggulasi
sumber.
Teknik trianggulasi sumber menekankan
yang
akan
proses pengecekan data dari berbagai
dikumpulan dengan teknik ini ialah :
sumber
a.
sumber satu dan lain namun dalam pokok
Arsip atau dokumen Arsip dan dokumen tentang
membandingkan
dari
permasalahan sama.
masyarakat desa Bringin diperoleh
Analisis data dalam penelitian ini
dari kantor desa Bringin berupa data
menggunakan Analisis data yang digunakan
demografi Desa. Hal ini digunakan
adalah analisis data model interaktif Miles
dengan alasan agar membantu dan
dan Huberman. Model analisis ini lebih
mempermudah
menitikberatkan
pengerjaan
peneliti
dan
dalam
melaksanakan
peneliti
untuk
tetap
bergerak di antara tiga komponen itu yaitu
penelitian, dengan mengetahui seluk
reduksi data, sajian data, verifikasi data.
beluk mengenai data kependudukan
1.
maka mempermudah peneliti dalam menganalisis b.
dengan
kondisi
masyarakat
Reduksi data Reduksi
data
merupakan
proses pemilihan, pemusatan perhatian
desa Bringin.
pada penyederhanaan, pengabstrakan,
Dokumentasi berupa foto
dan transformasi data “kasar” yang
Dokumentasi yang berupa foto
dalam
masyarakat
kegiatan-kegiatan yang
berhubungan
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Sehubungan dengan hal itu, reduksi data dapat mempermudah
dengan upacara kelahiran adat Jawa
peneliti dalam
yang
yang diharapkan oleh peneliti.
ada
di
desa
Bringin.
Dokumentasi ini diperoleh dari foto
mengumpulkan data
46 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
2.
Penyajian data Penyajian
data
merupakan
sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan
adanya
penarikan
kesimpulan
pengambilan
tindakan.
dan Dengan
demikian, data yang terkumpul pada
dari Miles dan Huberman
penelitian ini disajikan dengan cara
(Sumber: Miles dan Huberman, 1992: 20)
pengklarifikasian
beberapa
jenis
informan yang telah dipilih, sehingga
Hasil Penelitian
peneliti akan lebih mudah memahami
1. Pelaksanaan Upacara Kelahiran Adat Jawa
dan menarik suatu kesimpulan. 3.
Bagan 3.2. Analisis Data Model Interaktif
Upacara kelahiran merupakan
Penarikan kesimpulan/verifikasi Penarikan
kesimpulan
hanyalah
salah satu macam dari berbagai upacara
dari
adat Jawa. Upacara kelahiran adat Jawa
konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-
ialah sebuah tradisi yang sudah ada sejak
kesimpulan juga diverifikasi selama
dahulu
peneliti
keberadaanya.
sebagian
dari
satu
kegiatan
berlangsung.
Apabila
dan
Sebagian
masyarakat
sudah didukungoleh bukti-bukti yang
melaksanakan upacara kelahiran, baik
valid saat peneliti berada di lapangan,
sejak lahirnya bayi sampai bayi berumur
maka
satu tahun tergantung orang tuanya. Saat
tersebut
sudah
pelaksaanaannya
kredibel. Aktivitas dari ketiga komponen
desa
besar
kesimpulan yang dibuat awal penelitian
kesimpulan
di
turun-temurun Bringin
sendiri
ada
masih
yang
seluruhnya kegiatan menggunakan adat
dan
atau tradisi Jawa tapi juga ada yang
penarikan kesimpulan/verifikasi) di atas
sudah ditambahi dengan tradisi islam,
dilakukan dalam bentuk interaktif dengan
misalnya saat upacara selapanan selain
proses pengumpulan data sebagai suatu
diadakan prosesi adat
proses siklus. Sebagaimana yang dapat
dengan
digambarkan pada bagan di bawah ini.
perlengkapan seperti uborampe dan
(reduksi
data,
penyajian
data,
selamatan bayi
menggunakan
prosesi potong rambut
beberapa
juga diadakan
kegiatan yang bernuansa keagamaan seperti aqiqohan
dan samprohan atau
hadroh dengan menggunakan rebana yang dimainkan oleh para pemuda
S I K A P M A S Y A R A K A T T E R H A D A P P E L A K S A N A A N ………| 47
maupun bapak-bapak yang mengikuti
sangat jarang orang yang menyukai
kegiatan
profesi sebagai dukun
rebana
desa
Bringin
(Wawancara Marimin, 20 April 2014).
april 2014).
Pada masyarakat yang masih percaya
dan
melaksanakan
upacara
Disisi lain pada masyarakat Bringin juga terdapat sebagian kecil
kelahiran adat, di dalam pelaksanaan
warga
upacara kelahiran keberadaan seorang
kepercayaan
sesepuh
upacara
desa
tindakan
mempengaruhi
yang
dilakukan
segala oleh
(Observasi, 20
masyarakat
yang
tersendiri
kelahiran.
memiliki mengenai
Dimana
mereka
memiliki pola pikir dan pandangan yang
masyarakatnya. Dimana hal tersebut
berbeda
dapat diketahui ketika apa yang yang
masyarakat lainnya. Kenyataan tersebut
diperintahkan dan diyakini oleh sesepuh
terdapat di salah satu dukuh atau dusun
desa, banyak masyarakat yang mematuhi
sekitar lingkungan pondok pesantren
perintahnya yaitu dengan melaksanakan
“Darul Fikri”.
segala pitutur dan arahan sesepuh desa. Pada
kenyataanya,
Sesepuh
Desa
dibandingkan
Pelaksanaan
dengan
upacara
di
lingkungan sekitar pondok ini sudah
memang memiliki kharisma yang sangat
ditiadakan
dihormati oleh masyarakat terutama
tersebut bukan merupakan syariat Islam.
masyarakat Bringin, Kecamatan Kauman,
Dengan peniadaan upacara tersebut
Kabupaten Ponorogo.
bukan berarti kita meninggalkan seluruh
Selain sesepuh desa sebagai orang
yang
dianggap
penting,
lagi,
mengingat
kegiatan
adat Jawa tetapi dilingkungan kita ini masih
meyakini
keberadaan
semua
keberadaan dukun juga tidak kalah
tentang adat Jawa hanya saja sedikit
pentingnya
dirubah
dalam
penyelenggaraan
dalam
hal
pelaksanaannya.
upacara kelahiran. Hal tersebut dapat
Misalnya jika di dusun lain masih
diketahui ketika ada seorang warga yang
menggunakan
sedang
upacara
brokohan,sepasaran,selapanan mungkin
mitoni, keberadaan dukun dalam upacara
kalau dilingkungan kami tidak melainkan
ini ialah sebagai pemandu dalam prosesi
menggunakan
adat dan bertugas memandikan si anak
aqiqohan
di dalam bak yang berisi berbagai macam
pelaksanaanya
bunga. Dengan seiring berkembangnya
waktu-waktu yang sama di adat jawa.
jaman yang semakin maju, dukun pada
Syukuran
saat ini tidak banyak dijumpai karena
dilaksanakan pada saat bayi setelah
tidak ada generasi penerusnya dan
dilahirkan, umur selapan, dan tujuh
menyelenggarakan
istilah
istilah
syukuran
meskipun
atau
juga
atau dalam
menggunakan
aqiqohan
tersebut
48 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
bulan (Wawancara Juwaini, 20 April
menimbulkan
2014).
warga masyarakat terhadap tradisi yang Berdasarkan pendapat tersebut
berbagai
kontroversional
reaksi
tersebut
pada
sehingga
dapat diketahui bahwa di lingkungan
megakibatkan berbagai perbedaan sikap
Pondok Pesantren “Darul Fikri” memang
dalam masyarakat.
tidak ada warga yang menyelenggarakan upacara
kelahiran
lagi,
masyarakat yang masih melaksanaan
melainkan digantikannya dengan hal-hal
upacara kelahiran adat beserta berbagai
yang lebih positif sesuai dengan ajaran
perlengkapan-perlengkapan
maupun syariat-syariat agama Islam.
mendukung pelaksanaan upacara, selagi
Keyakinan semacam itu diperoleh warga
pelaksanaan
dari ajaran-ajaran yang diberikan di
merupakan hal-hal yang positif dan
sekolah-sekolah yang di selenggarakan
sesuai dengan tradisi maupun ajaran
oleh
Jawa (Wawancara dengan Purwito, 15
lembaga
adat
Jawa
Di Desa Bringin terdapat sebagian
pendidikan
Pondok
Pesantren serta ceramah-ceramah atau
yang
upacara
tersebut
April 2014).
pengajian yang diberikan aktivis Pondok
Bentuk
sikap
setuju
atau
Pesantren “Darul Fikri” terhadap warga
penerimaan warga terhadap upacara
masyarakat Bringin mengenai segala
kelahiran juga dikemukakan oleh warga
sesuatu
lain bahwa Sebenarnya saya kurang
yang
berkaitan
dengan
keagamaan. 2. Sikap
dan
Terhadap
setuju, tapi mau gimana lagi masyarakat Tindakan
Masyarakat
Pelaksanaan
Upacara
Kelahiran Adat Jawa a.
Sikap
masih banyak yang mempercayai dan melaksanakannya jadi disini
Masyarakat
Terhadap
Pelaksanaan Upacara Kelahiran
kalau
sebagai imam
melarang
masyarakat
dikiranya fanatik. Beberapa tahun yang lalu sekitar tahun 2010 setelah wafatnya
Di dalam sebuah masyarakat yang
seorang sesepuh desa waktu itu saya
merupakan sekumpulan dari berbagai
pernah mencoba ingin membuat sebuah
macam individu yang hidup dalam
perubahan pada masyarakat mengenai
sebuah
tradisi
tempat
tertentu.
Dimana
selametan
dengan
adanya
masyarakat tersebut diikat oleh berbagai
berbagai macam sesajen itu dirubah
adat istiadat dan norma yang ada di
menjadi tidak ada sesajen dan cukup
dalamnya.
masyarakat
dengan diselenggarakannya doa tetapi
terdapat sebuah tradisi yang dalam
itu tidak bisa jalan. Masyarakat tetap
pelaksanaannya
memberikan sesaji di setiap pelaksanaan
sebuah
Pada
setiap pun
kontroversi,
menimbulkan dan
akhirnya
upacara
adat
termasuk
upacara
S I K A P M A S Y A R A K A T T E R H A D A P P E L A K S A N A A N ………| 49
kelahiran. Akhirnya saya menghargai
semacam itu (Wawancara dengan Eka
semua warga yaitu tetap diselenggarakan
Wahyu, 26 April 2014).
upacara
adat
dengan
berbagai
Berdasarkan
beberapa
perlengkapannya, hanya saja saya sedikit
pendapat yang telah dipaparkan di atas
merubahnya yaitu dengan ditiadakannya
dapat ditarik kesimpulan bahwa Sikap
kajat (doa menggunakan bahasa jawa)
masyarakat di Desa Bringin terhadap
diganti dengan doa yang menggunakan
pelaksanaan upacara adat Jawa yaitu ada
bahasa Arab (Wawancara dengan Jupri
sebagian besar yang menerima dan ada
Yahya, 20 April 2014).
sebagian kecil yang kurang menerima
Oleh karena itu, warga di desa Bringin
masih
banyak
yang
atau menolak terhadap pelaksanaan upacara kelahiran yang di dalamnya
melaksanakan upacara kelahiran dengan
terdapat
segala macam bentuk sesaji di dalamnya.
perlengkapannya yang berupa berbagai
Dari beberapa pendapat di atas dapat
macam sesaji.
disimpulkan bahwa terdapat sebagian
berbagai
Dengan
macam
berbagi
perbedaan
besar masyarakat Desa Bringin yang
sikap dan tindakan masyarakat di Desa
memiliki
dan
Bringin mengenai pelaksanaan upacara
penerimaan terhadap adanya upacara
kelahiran adat jawa, tidak dijadikan
kelahiran adat Jawa.
sebuah
sikap
keterbukaan
Di sisi lain juga terdapat sebagian
permasalahan
panjang
yang
memicu timbulnya konflik akan tetapi
kecil masyarakat yang bersikap kurang
hubungan
mendukung dalam pelaksanaan upacara
dengan warga yang lain masih terjalin
kelahiran. Hal itu dikarenakan adanya
secara baik. Meskipun ada beberapa
sesaji di dalam upacara kelahiran. Bentuk
warga
sikap penolakan tersebut terlihat dari
berprasangka
kurang
baik
sikap warga masyarakat yang kurang
salah
warga
karena
tidak
setuju
melaksanakan
adat
Jawa
dengan
pelaksanaan
upacara
kelahiran itu pada bagian pelaksanaan prosesi upacaranya, yang mana dalam pelaksanaan
upacara
menggunakan
antara
yang satu
warga
yang
terkadang
prosesi
satu
masih terhadap
sebagaiman mestinya. Hal tersebut diutarakan
oleh
seperti yang Marimin
yang
berbagai macam sesaji. Menurut saya itu
menyatakan bahwa Kalau saya amati ya
adalah kegiatan yang tidak ada gunanya
tidak ada perselisihan yang terjadi,
dan juga tidak dijelaskan dalam Al-Quran
aman-aman
mengenai
perselisihan biasanya hanya semacam
berbagai
macam
upacara
saja.
Kalau
toh
ada
menggunjing saja tidak sampai terjadi
50 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
perselisihan, warga disini itu manut-
Bentuk
manut semuanya terutama pada sesepuh
masyarakat sebagai respon dari sikap
desa.
menerimanya tersebut ialah dengan
Apalagi
mengenai
kebiasaan-
tindakan
yang
kebiasaan adat jarang sekali warga yang
terus
nurut sesepuh desa karena sesepuh desa
kelahiran, baik ketika bayi baru lahir,
dianggap orang yang penting di desa ini
sepasaran, selapanan, mitoni, nyetahuni,
dalam hal adat (Wawancara, 20 April
dan
2014).
pelaksanaan upacara kelahiran adat Hal
tersebut
melaksanakan
dilakukan
ada
juga
prosesi
selametan
adat
weton.
menunjukkan
dengan segala perlengkapan di dalamnya
bahwa masyarakat Desa Bringin ialah
ialah selalu mengadakan dan meyakini
masyarakat yang sangat dinamis dan
adanya pelaksanaan upacara kelahiran
harmonis. Dikatakan dinamis karena
tersebut sesuai dengan aturan-aturan
masyarakatnya menerima segala bentuk
yang
perubahan sesuai dengan perkembangan
mengurangi dan menambahi misalnya
jaman dan harmonis karena tidak pernah
selalu memenuhi pelaksanaan upacara
terjadi perselisihan dalam bentuk kontak
dengan
fisik karena mereka saling memahami
perlengkapan lainnya (Wawancara, 15
dan menghargai terhadap apa yang
April 2014).
mereka yakini dan laksanakan tanpa
Sesaji
telah
ada
adanya
sejak
sajen
dulu
dan
memang
tanpa
segala
sebuah
membedakan satu sama lain. Sikap
perlengkapan yang wajib disertakan
semacam
dalam
itu
yang
menjadikan
setiap
pelaksanaan
upacara
masyarakat Bringin tidak pernah terjadi
kelahiran, jadi sifat dari pemberian sesaji
perselisihan terhadap segala perbedaan
itu adalah wajib. Pemberian sesaji pada
yang ada meskipun terdapat beberapa
hakikatnya
sikap masyarakat terhapat pelaksanaan
perlengkapan saja yang pada akhirnya
upacara kelahiran adat Jawa yang tidak
dibagikan kepada undangan atau warga
semua sama.
yang menghadiri upacara atau selamatan
b. Tindakan Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Upacara Kelahiran Adat Jawa Upacara
adat
yang
sudah
menjadi bagian dari kebudayaan Jawa mengikat setiap warga untuk terus mempertahankan dan melestarikannya.
adalah
sebagai
simbol
tersebut. Dalam masyarakat Desa Bringin terdapat sebagian tindakan masyarakat yang
berbeda
dalam
pelaksanaan
upacara kelahiran adat Jawa. Tindakan masyarakat apabila mendapat kelahiran seorang
bayi
melaksanakan
cukup
dengan
tasyukuran
maupun
S I K A P M A S Y A R A K A T T E R H A D A P P E L A K S A N A A N ………| 51
aqiqoh
untuk
syukurnya
mewujudkan
kepada
membagi-bagikan
Allah
rasa
upacara kelahiran adat Jawa dapat
dan
dikelompokkan
SWT
makanan
kepada
lingkungan sekitar (Wawancara dengan Faidzin, 26 April 2014).
menjadi
beberapa
faktor yang diantaranya : 1. Ekonomi
:
Dengan
beranekaragamnya
profesi
Pada kenyataannya, di lingkungan
mata
pondok pesantren Darul Fikri mengenai
Desa
segala pelaksanaan upacara kelahiran
berbagai
memang sudah tidak ada lagi. Melainkan
pencaharian yang dimiliki setiap
masyarakatnya
mengganti
upacara
individu. Di desa Bringin mayoritas
kelahiran
dengan
tasyukuran.
penduduknya memiliki pekerjaan
memberikan
sebagai petani, meskipun ada juga
Caranya
adat yaitu
makanan
yang
diantarkan
ke
dengan
dibagi-bagikan lingkungan
atau
tetangga
pencaharian
atau
Bringin
masyarakat menyebabkan
macam
pula
mata
berbagai pekerjaan lainnya seperti peternak,
pengusaha,
pegawai
sekitar, selain itu juga diselenggarakan
swasta, dan pegawai negeri sipil.
aqiqohan yang biasanya disertai dengan
Atas
potong rambut pada si anak. Tindakan
pencaharian masyarakat tersebut
masyarakat semacam itu terjadi ketika
sangat
bayi berusia lima hari atau setelahnya
sikap dan tindakan masyarakat
sebelum bayi berusia sepuluh hari
dalam
(Observasi, 20 April 2014).
permasalahan yang ada di dalam
Hal
tersebut
perbedaan
berpengaruh
mata
terhadap
menyikapi
berbagai
berbeda
masyarakat,
yang
salah
dengan kondisi yang ada di lingkungan
diantaranya
ialah
pelaksanaan
dukuh
ada
upacara kelahiran. Sebagian besar
melaksanakan berbagai upacara adat
masyarakat yang memiliki mata
termasuk
pencaharian
lain,
sangat
dasar
dimana
upacara
masih
kelahiran
sesuai
sebagai
petani
dengan kepercayaan dan prosesi adat
memiliki
sebelumnya
terhadap unsur budaya Jawa. Hal
yaitu
dengan
berbagai
macam prosesi dan perlengkapannya.
tersebut
3. Faktor yang Mempengaruhi Sikap
masyarakat
sikap
satu
berbeda yang
keterbukaan dengan memiliki
Masyarakat Terhadap Pelaksanaan
pekerjaan selain petani karena
Upacara Kelahiran Adat Jawa
mereka memiliki pola pikir yang
Berdasarkan
pengamatan
berbeda
akibat
pengaruh
faktor yang mempengaruhi sikap
pendidikan dan pengajaran yang
masyarakat
ditempuhnya.
terhadap
pelaksanaan
52 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
2. Budaya : sebagai masyarakat Jawa,
upacara adat Jawa yaitu dengan
tentunya setiap warga masyarakat
semakin
di Desa Bringin terikat oleh budaya
pendidikan menjadikan pola pikir
dan tradisi Jawa yang merupakan
setiap warga dalam masyarakat
salah satu warisan budaya nenek
berubah dari yang mulanya masih
moyang mereka. Salah satunya
percaya terhadap hal-hal yang
ialah pelaksanaan upacara yang
berhubungan dengan kepercayaan
berupa
lama
selamatan.
Atas
dasar
tingginya
berubah
tingkat
menjadi
sosok
keterikatan tersebut menyebabkan
pengetahuan yang modern, dimana
masyarakat
hal
untuk
terus
melestarikan budayanya. 3. Kepercayaan:
tersebut
karena mengenai
dapat
banyaknya
diketahui keberadaan
lembaga-lembaga
pendidikan
kepercayaan setiap warga di desa
formal
Bringin,
diketahui
Penyelanggaran pendidikan dan
ekonomi.
pengajaran yang diperoleh dari
dapat
berdasarkan
faktor
maupun
non
formal.
Dimana masyarakat desa Bringin
pondok
pesantren
terutama,
yang mayoritas bekerja sebagai
sangat
memiliki
pengaruh
petani
terhadap apa yang menjadi tolak
mempengaruhi
kepercayaan
yang
pola
dimilikinya.
ukur
masyarakat
untuk
hidup
Meskipun mayoritas dari mereka
dalam kelompok masyarakat yang
beragama
untuk
lain. Sehingga meskipun dalam
kepercayaan nenek moyang Jawa
masyarakat Bringin ada warga
atau
kental,
yang setuju dan melaksanakan
dipercaya
upacara kelahiran adat Jawa dan
Islam
Kejawen
dilestarikan,
tetapi masih
dan
keberadaannya.
Karena
dalam
sebaliknya
ada
yang
tidak
Islam kejawen tidak melarang
melaksanakan tetapi mereka hidup
umatnya untuk fanatik terhadap
rukun dan dinamis sehingga tidak
segala bentuk unsur budaya Jawa
pernah
termasuk keberadaan sesaji dalam
dalam masyarakat (Observasi, 15
setiap acara keagamaan adat Jawa
April 2014).
yang di selenggarakan. 4. Pendidikan:
tingkat
terjadi
perselisihan
di
Menurut informasi faktor pendidikan
yang
mempengaruhi
sikap
yang ada di desa Bringin sangat
menerima terhadap adanya unsur-
berpengaruh
sikap
unsur upacara kelahiran adat jawa
masyarakat mengenai pelaksanaan
salah satunya ialah kebiasaan atau
terhadap
S I K A P M A S Y A R A K A T T E R H A D A P P E L A K S A N A A N ………| 53
adat-istiadat yang telah ada sejak
pemikiran
jaman dulu,
upacara
itu
dimana masyarakat
tertentu
terhadap
kelahiran,
dimana
masih percaya dan enggan
pemikiran tersebut berdasarkan
ingin meninggalkannya mengingat
landasan agama Islam yaitu Quran
upacara kelahiran prosesi adat
hadist dan sunnah Rosul.
Jawa itu adalah budaya yang telah diciptakan nenek moyang pada jaman dahulu ( Wawancara dengan Purwito, 15 April 2014) Sikap dan tindakan yang dilakukan oleh masyarakat di desa Bringin
mengenai
pelaksanaan
upacara kelahiran adat Jawa tidak semua mendukung segala bentuk unsur budaya Jawa tetapi ada juga yang tidak mau menerima unsur tersebut. Faktor penyebab warga bersikap menolak terhadap prosesi dan pelaksanaan upacara kelahiran karena apa yang diyakini dan diperintahkan
pada
lingkungan
sekitar pondok pesantren, serta yang diajarkan pada santri dalam pondok
pesantren
ini
sesuai
dengan quran Hadist dan sunnah Rosul bukan karena tradisi yang ada di masyarakat (Wawancara dengan Juwaeni , 20 April 2014). Berdasarkan pendapat di atas dapat diperjelas bahwasanya faktor
yang
mempengaruhi
ketidaksesuaian pimpinan Pondok Pesantren “Darul Fikri” tersebut dikarenakan faktor dari dalam dirinya
sendiri
yang
memiliki
Pembahasan A. Sikap
Masyarakat
terhadap
Pelaksanaan Upacara Kelahiran Adat Jawa
Tahun
Bringin
2009-2014
di
Kecamatan
Desa
Kauman
Kabupaten Ponorogo Kehidupan di dalam masyarakat tidak terlepas dengan adanya budaya, budaya
telah
membentuk
karakter
manusia menjadi manusia Jawa. Disini kedudukan manusia
dengan budaya
tentunya memiliki satu kesatuan yang utuh di dalamnya. Di era yang modern ini salah satu budaya Jawa yang masih dipercaya, dilestarikan, dan dilaksanakan adalah pelaksanaan upacara kelahiran prosesi adat Jawa. Pelaksanaan upacara kelahiran adat Jawa dibagi menjadi enam yaitu
upacara
selamatan
brokohan
(setelah bayi lahir), sepasaran (lima hari), selapanan (tiga puluh lima hari), telunglapan (tiga bulan lima belas hari), mitoni (tujuh bulan), dan ngetahuni (setahun). Sikap
masyarakat
sendiri
terhadap pelaksanaan upacara kelahiran tersebut ada dua
macam yaitu setuju
atau menerima dan tidak setuju atau tidak menerima pelaksanaan upacara
54 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
kelahiran adat Jawa. Bagi masyarakat
bertingkah
yang setuju dengan pelaksanaan upacara
situasinya.
kelahiran
tersebut,
mereka
lebih
laku
sesuai
Adapun alasan yang
dengan
segala
upacara kelahiran ialah adanya pengaruh
aktivitas yang berhubungan dengan adat
lingkungan, dimana mereka terpengaruh
Jawa. Hal di atas relevan dengan apa
oleh lingkungan setempat yang banyak
yang dikemukakan oleh Agus Sujanto,dkk
menyelenggarakan
yaitu sikap pasti berhubungan dengan
adat sehingga mereka secara tidak
sesuatu objek atau kelompok objek, sikap
langsung juga diikat oleh kebiasaan
biasanya
memberikan
penilaian
lingkungan adat setempat. Alasan lainnya
(menerima
atau
terhadap
ialah keberadaan seorang sesepuh Desa
obyek yang dihadapi (Agus Sujanto,dkk.
yang sangat menonjol dalam aspek ini.
2006: 97).
Sesepuh
melaksanakan
menolak)
Demikian
pula
yang
kemukakan oleh Slamet Santoso (2010: 41) yang menyatakan bahwa sikap merupakan
kepercayaaan
mengenai
orang, kelompok, gagasan, atau aktivitas. Biasanya sikap sosial dinyatakan dengan cara-cara
kegiatan
yang
sama
dan
berulang terhadap obyek sosial. Setiap munculnya sebuah sikap sudah dapat dipastikan adanya obyek yang dijadikan alasan individu maupun masyarakat bereaksi atau memberikan respon, yang merupakan akibat dari permasalahan yang kontroversial terhadap obyek. Sikap mempunyai hubungan yang erat dengan kepentingan atau nilai yang dimiliki individu dan sifatnya lebih laten. Oleh karena itu sikap berhubungan erat dengan
bagaimana
individu
akan
terhadap
masyarakat
cenderung melestarikan budaya Jawa cara
setuju
dengan
Desa
pelaksanaan
upacara
kelahiran
memberikan
segala
instruksi untuk terus melestarikan segala bentuk unsur-unsur kebudayaan Jawa yaitu melaksanakan berbagai macam upacara kelahiran adat. Masyarakat pun juga
sangat
menyegani
keberadaan
sesepuh desa sehingga apapun yang dianjurkan oleh seorang sesepuh desa pasti dilaksanakan. Masyarakat yang sangat setuju dengan keberadaan dan pelaksanaan upacara kelahiran adat Jawa, biasanya mereka selalu melaksanakan upacara kelahiran
dengan
berbagai
macam
perlengkapan upacara di dalamnya. Dari berbagai macam jenis upacara kelahiran tadi, upacara mitoni adalah upacara yang paling banyak perlengkapannya yaitu selain adanya sesaji dalam upacara brokohan,
separan,selapana,
dan
telunglapan karena dalam upacara mitoni ada prosesi adatnya. Perlengkapan dalam
S I K A P M A S Y A R A K A T T E R H A D A P P E L A K S A N A A N ………| 55
upacara mitoni tersebut seperti bunga
perlengkapan
warna-warni,
diantaranya :
daun
andhong,
bunga
jambe, kurungan ayam, dan tangga (ada
1.
yang dari pohon tebu atau kayu).
tersebut
Slametan brokohan yaitu : telur yang belum
Adapun Sesaji yang digunakan
upacara
dimasak
berdasarkan
dengan
jumlah
neptu (jumlah hari
dalam upacara sama dengan selamatan
lahir menurut hitungan jawa), gula
brokohan,sepasaran,selapanan,
jawa, dhawet, dan ambeng diwadahi
telunglapan, dan nyetahuni buceng+kulupan
(nasi
yaitu :
tumpeng
tampah, serta sedikit daging kerbau
dan
urapan), golong songo+takir (nasi yang
dan dilengkapi dengan sayur menir. 2.
Slametan
sepasaran
tumpeng
lodeh yang diletakkan dalam wadah
lodeh, jenang merah putih, baro-
berupa daun singkong), rasulan (sego
baro, dan jajanan pasar.
yaitu nasi uduk dan
3.
dengan
nasi
dicetak setengah lingkaran dan sayur
guring+ingkung)
lengkap
yaitu
sayur
Slametan selapanan yaitu: sesaji
ayam panggang , brok (sego biasa +sayur)
sama dengan slametan sepasaran
yaitu nasi putih dan sayur lodeh, jenang
hanya saja dalam slametan selapan
abang (jenang merah) dan iwel-iwel
ini ditambahi dengan sesaji yang
yaitu jajanan pasar yang terbuat dari
diletakkan dalam tempat tidur si
tepung beras yang diisi dengan gula
bayi, sesajinya berupa katul dan
merah. Dalam upacara mitoni sesaji yang
arang
digunakan sama, hanya saja ditambahi
tempurung kepala yang dialasi dan
dengan Buceng kroyok+golong 7 (nasi
ditutupi
tumpeng berwarna putih besar dan nasi
kemudian
yang dibuat setengah lingkaran sejumlah
sesaji,
tujuh buah.
dengan bawang merah, cabe merah,
Berkaitan dengan sesaji yang digunakan dalam setiap pelaksanaan
yang
diletakkan
dengan nasi
dalam
daun
yang
diletakkan
ditempat
tumpeng
ditancapi
dan telur. 4.
Slametan mudhun lemah sesaji yang
upacara kelahiran diatas, relevan dengan
digunakan sama dengan slametan
pendapat yang dikemukakan oleh Harya
sepasaran dan selapanan, hanya saja
Tjakraningrat bahwa dalam berbagai
ditambahi dengan juwadah dan tetel
pelaksanaan upacara harus dilengkapi
warna-warni (merah, putih, hitam,
dengan sesaji, seperti upacara slametan
kuning, biru, merah muda, dan
brokohan, slametan separanan, slametan
ungu), bunga setaman, padi, kapas,
selapanan, dan slametan mudhun lemah.
andha tebu arjuna, bokor isi beras
Adapun sesaji yang digunakan dalam
kuning, uang koin, rajabrana (cincin,
56 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
kalung, gelang dan lainya) serta
warga masyarakat di sekitar Pondok
kurungan
Pesantren yang tidak melaksanakan
ayam
(Harya
Tjakraningrat, 2013: 41-45) Apabila
perlengkapan
dapat dikatakan bahwa mereka tidak
telah dipenuhi maka malamnya tinggal
setuju terhadap pelaksanaan upacara
pelaksaan upacara kelahiran, dimana
kelahiran adat Jawa.
dalam
segala
upacara kelahiran adat tersebut sehingga
upacara
wajib
Adapun berbagai hal penyebab
untuk
ketidaksetujuan masyarakat terhadap
atau
pelaksanaan upacara kelahiran tersebut
kegiatan upacara mitoni. Hal itu sangat
dikarenakan oleh beberapa alasan yaitu
berbeda dengan macam pelaksanaan
pengaruh
upacara
seperti
pendidikan yang diselenggarakan oleh
selapannan,
Pondok Pesantren (lihat wawancara INF
Di dalam
8, halaman 66), sehingga ini adalah salah
kelima upacara tersebut tidak perlu
satu pendorong masyarakat tidak setuju
mengundang seorang dukun
dengan pelaksanaan upacara kelahiran
mengundang memandu
tersebut
seorang
dukun
kelancaran
kelahiran
brokohan,
acara
lainnya
sepasaran,
telunglapan, dan nyetahuni.
dalam
pelaksanaan
kelima
karena upacara
prosesi
adanya
adat
pengajaran
Jawa.
dan
Selanjutnya
tersebut cukup dengan mengadakan
keberadaan seorang tokoh agama yang
kenduri atau kenduren
dengan segala
sangat disegani yaitu seorang pemimpin
perlengkapan yang diperlukan tanpa
Pondok Pesantren sangat berpengaruh
adanya prosesi adat Jawa yang perlu
terhadap segala sikap maupun tindakan
dilaksanakan seperti upacara mitoni.
warga masyarakat di sekitar lingkungan
Sikap masyarakat
keterbukaan Bringin
terbukti
warga dari
Pondok Pesantren. Dimana hal itu yang membedakan
masyarakat
sekitar
berbagai sikap yang dapat diketahui
pondok dengan masyarakat di dusun
berdasarkan pendapatnya yaitu dengan
lainnya.
pernyataan setuju dan menerima segala
Masyarakat yang setuju dengan
bentuk upacara kelahiran adat dan tidak
pelaksanaan upacara kelahiran biasanya
setuju
pelaksanaan
dari kalangan masyarakat yang memiliki
upacara kelahiran adat Jawa. Masyarakat
pekerjaan sebagai petani dan pedagang.
yang setuju dengan pelaksanaan upacara
Hal itu disebabkan oleh pengetahuan
kelahiran terdapat pada dusun Krajan,
mereka yang sangat kolot dan masih
dusun Sambeng, dan sedikit di dusun
percaya terhadap hal-hal yang berbau
Bringin.
dapat
dengan magis. Biasanya mereka juga
dikatakan sedikit karena ada beberapa
tertutup oleh segala perubahan jaman,
atau
Di
menolak
dusun
Bringin
S I K A P M A S Y A R A K A T T E R H A D A P P E L A K S A N A A N ………| 57
sehingga
mereka
enggan
untuk
meninggalan segala unsur kebudayaan
dengan pelaksanaan upacara kelahiran adat.
lama karena terlalu sangat percaya terhadap
hal-hal
yang
berhubungan
Berdasarkan kenyataan yang ada tersebut dapat diketahui bahwa
dengan nenek moyangnya. Selain itu di
sikap
jiwa mereka juga sudah tertanam sebuah
terhadap pelaksanaan upacara kelahiran
slogan untuk terus melestarikan budaya
adat Jawa ialah sebagian warga setuju,
budaya jawa sebagai bentuk kearifan
dengan menerima segala macam prosesi
lokal. Keyakinan semacam itu untuk saat
upacara kelahiran adat Jawa beserta
ini di daerah pedesaan masih sangat
berbagai
banyak di jumpai.
pelaksanaan upacara kelahiran. Disisi
Berbeda
dengan
kelompok
lain
masyarakat
di
Desa
perlengkapan
juga
terdapat
di
dalam
sebagian
masyarakat
pelaksanaan upacara kelahiran, mereka
terhadap pelaksanaan upacara kelahiran
cenderung dari masyarakat kalangan
yaitu masyarakat yang ada di sekitar
atas yaitu seperti masyarakat yang
pondok pesantren “Darul Fikri” dan
memiliki pekerjaan sebagai pengusaha,
sebagian lagi para pelajar yang memiliki
Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan pelajar-
pendidikan
pelajar yang memiliki pendidikan yang
cenderung menolak segala sesuatu yang
cukup
juga
tidak berhubungan dengan kehidupan
dan
agama
disebabkan
Hal
oleh
tersebut
pola
pikir
tidak
kecil
masyarakat yang tidak setuju dengan
tinggi.
yang
Bringin
yang
karena
menerima
tinggi.
mereka
Mereka
memiliki
pendidikan mereka. Dimana mereka
pandangan hidup tersediri terhadap
yang memiliki pendidikan yang tinggi
masalah keagamaam dan segala macam
tentunya
masalah keduniawian.
memiliki
sudut
pandang
rasional yang luas sehingga mereka
B. Tindakan
Masyarakat
dalam
memiki pandangan yang modern dan
Menyikapi
Perbedaan
terbuka terhadap hal-hal baru di dunia
Pendapat
yang
yang semakin canggih dan modern.
Pelaksanaan Upacara Kelahiran
Apalagi para pelajar jaman sekarang
Tindakan
Sikap
Timbul merupakan
dan dalam segala
mereka lebih melihat dunia sebagai
bentuk aksi dari reaksi yang muncul dari
kehidupan realistis tanpa melihat adanya
sikap
sesuatu yang magis. Oleh sebab itu di
upacara kelahiran adat dari berbagai
dalam masyarakat desa Bringin ada
sudut pandang yang berbeda. Tindakan
beberapa masyarakat yang tidak setuju
yang
masyarakat
dilakukan
yang
oleh
memandang
masyarakat
mengacu pada aktivitas-aktivitas warga
58 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
terhadap fenomena yang terjadi di sebuah
lingkungan
pemaparan
Hal
mengenai sikap masyarakat, di Desa
tersebut seperti yang telah dikemukakan
Bringin sendiri terdapat dua macam
oleh Nina W. Syam bahwa kepercayaan
sikap
dan sikap merupakan organisasi yang
terhadap pelaksanaan upacara kelahiran
kekal
adat Jawa, tentunya terdapat pula dua
dari
motivasional,
masyarakat.
Berdasarkan
proses dan
perseptual,
emosional
yang
ada
pada
masyarakat
yang
macam tindakan yang terjadi di dalam
memiliki pengaruh dan penunjukan dan
masyarakat. Dimana tindakan tersebut
pengarahan tingkah laku ( Nina W. Syam,
merupakan hasil atau reaksi dari sikap
2012: 122).
masyarakat yang ada di Desa Bringin,
Begitu juga yang diungkapkan
baik yang menerima maupun yang tidak
oleh Sarlito W. Sarwono dan Eko A.
menerima segala pelaksanaan upacara
Meinarno bahwa sikap adalah konsep
kelahiran adat Jawa.
yang dibentuk oleh tiga komponen, yaitu
Tindakan
warga
masyarakat
kognitif, afektif, dan perilaku. Komponen
Desa Bringin tersebut sebagai berikut :
kognitif berisi semua pemikiran serta
1. Tindakan masyarakat yang setuju
ide-ide yang berkenaan dengan obyek
terhadap
sikap. Isi pemikiran seseorang meliputi
kelahiran adat Jawa.
hal-hal yang diketahuinya sekitar obyek
pelaksanaan
Ada
beberapa
upacara tindakan
sikap, dapat berupa tanggapan atau
masyarakat yang berkaitan dengan
keyakinan,
tindakan masyarakat yang setuju
penilaian
kesan,
antribusi,
tentang
obyek
dan sikap.
dengan
pelaksanaan
upacara
Komponen afektif dari sikap meliputi
kelahiran adat Jawa yaitu: terus
perasaan atau emosi seseorang terhadap
melaksanakan upacara kelahiran adat
obyek sikap. Adanya komponen afeksi
yang berupa upacara selamatan yaitu
dari sikap, dapat diketahui melalui
selametan
perasaan suka atau tidak suka, senang
selapannan, telunglapan, mitoni dan
atau tidak senang terhadap obyek sikap.
nyetahuni.
Komponen perilaku dapat diketahui
perlengkapan di dalam pelaksanaan
melalui respons subyek yang berkenaan
upacara yaitu berbagai macam sesaji
dengan sikap obyek. Jadi dapat diketahui
atau uborampenya (lihat wawancara
dengan
atau
INF 2, halaman 60). Selain dengan
tindakan yang ada di dalam masyarakat
terus melaksanakan upacara tersebut
merupakan
juga ada masyarakat yang membagi-
jelas
bahwa aksi
perilaku
yang
diberikan
masyarakat terhadap sikap mereka.
brokohan, Dengan
sepasaran, berbagai
bagikan makanan kepada tetangga
S I K A P M A S Y A R A K A T T E R H A D A P P E L A K S A N A A N ………| 59
sebagai wujud rasa syukurnya kepada
terhadap pelaksanaan upacara adat
Allah SWT yang telah memberikan
Jawa yaitu diantaranya : pertama,
anugerah berupa lahirnya seorang
mengganti
anak. Biasanya warga membagikan
dengan hal-hal yang berkaitan dengan
makanan dengan cara mengantarkan
keagamaan yaitu mengadakan tahlil
setiap makanan kepada satu persatu
atau zikir dengan warga sekitar yang
rumah warga tanpa terkecuali. Isi dari
biasanya acara tersebut bersamaan
makanan tersebut ialah berupa nasi
dengan acara aqiqohan seorang anak,
dan lauknya serta makanan ringan
mengundang
buah-buahan dan iwel-iwel (jajanan
Remaja Masjid untuk memeriahkan
pasar yang terbuat dari tepung beras
acara syukuran, serta mengundang
yang diisi dengan gula merah).
anak-anak kecil di sekitar lingkungan
Tindakan
pelaksanaan
kelompok
upacara
hadroh
masyarakat
rumah untuk makan dan doa bersama
tersebut terdapat pada dusun Krajan,
di rumah orang yang mempunyai
dusun Sambeng, dan sebagian kecil di
hajat atau syukuran atas kelahiran
dusun Bringin. Tindakan masyarat
seorang anak.
tersebut di pengaruhi oleh pola pikir
Tindakan tersebut terdapat
masyarakat yang masih monoton dan
pada sebagian kecil warga yang ada di
memiliki
relatif
dusun Bringin, dimana terdapat di
rendah. Biasanya ialah masyarakat
lingkungan sekitar Pondok Pesantren
yang
pencaharian
“Darul Fikri” yang telah mendapatkan
pedagang.
pengajaran dan pengetahuan dari
Golongan masyarakat tersebut ialah
aktivis Pondok Pesantren. Selain hal
golongan masyarakat pemegang teguh
tersebut juga dikarenakan oleh pola
kepercayaan lama. Biasanya golongan
pikir para pelajar yang lebih modern
masyarakat semacam itu juga berasal
dan pandangannya yang luas dan
dari kalangan tua warga masyarakat
realitas
setempat.
keduniawian.
pendidikan
memiliki
sebagai
mata
petani
2. Tindakan
yang
dan
masyarakat
yang
terhadap
masalah
tidak
C. Faktor yang Mempengaruhi Sikap
setuju terhadap pelaksanaan upacara
Masyarakat Terhadap Pelaksanaan
kelahiran adat Jawa.
Upacara Kelahiran Adat Jawa
Adapun beberapa tindakan
Dengan adanya berbagai macam
yang dilakukan warga masyarakat
sikap dan tindakan pada masyarakat
Bringin
yang ada di Desa Bringin, tentu ada
berkaitan
dengan
sikap
penolakan atau ketidak setujuannya
suatu
hal
yang
melatarbelakangi
60 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
sehingga
masyarakat
dinamis
dan
perkembangan berpengaruh
desa
Bringin
termasuk salah satunya ialah upacara
terbuka
akan
kelahiran. Oleh sebab itu, masyarakat
jaman
yang
enggan untuk meninggalkan budaya
perubahan-
yang sudah mentradisi di lingkungan
terhadap
perubahan sosial dan budaya yang ada di
dalam
masyarakat.
Selain
masyarakat Jawa. b. Kewibawaan
keberadaan lingkungan setempat yang
Kewibawaan seorang tokoh
sangat memberikan pengaruh terhadap
dalam masyarakat yang dianggap
pelaksanaan upacara kelahiran adat
penting sangat mempengaruhi segala
Jawa, terdapat pula berbagai macam
sikap
faktor-faktor
pendorong masyarakat
masyarakat lainnya. Hal tersebut
Bringin bersikap menerima atau setuju
seperti yang ada di Desa Bringin
dan tidak menerima atau tidak setuju
bahwa keberadaan sesepuh desa
terhadap pelaksanaan upacara adat
sebagai
Jawa yang di dalam pelaksaannya
mempengaruhi segala aktifitas yang
terdapat adanya ritual sesaji dengan
dilaksanakan masyarakat desa. Masih
berbagai kelengkapan pendukungnya.
dilaksanakannya upacara kelahiran
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi
sikap
masyarakat
adat
dan
tindakan
panutan
Jawa
anjuran
warga
seluruh
merupakan
bagi
warga
sebuah
masyarakat
oleh
terhadapat pelaksanaan upacara adat
sesepuh desa untuk terhindar dari
Jawa yang diantaranya :
segala pengaruh yang tidak baik
a.
dalam kehidupannya. Adapun apabila
Kebudayaan Budaya
Jawa
yang
masyarakat tidak melaksanakannya
merupakan budaya warisan dari
maka dapat memperoleh malapetaka
nenek
Jawa
di kemudian hari. Oleh karena alasan
alasan
tersebut masyarakat masih percaya
masyarakat untuk melestarikannya
terhadap apapun yang berhubungan
secara kontinyu. Begitu pula dengan
dengan tradisi adat Jawa.
moyang
menjadikan
orang
sebuah
sikap masyarakat desa Bringin saat ini,
mereka
mengacu
pada
Kewibawaan kedua ialah kewibawaan
dari
seorang
tokoh
kepercayaan nenek moyang jaman
keagamaan setempat yaitu pimpinan
dahulu
Pondok Pesantren “Darul Fikri” yang
dan
anggapan
untuk
melestarikan tersebut yang menjadi
memberikan
banyak
pengaruh
mereka terus menerus melaksanakan
terhadap santri dan masyarakat di
segala macam bentuk upacara adat
sekitar pondok pesantren. Atas dasar
S I K A P M A S Y A R A K A T T E R H A D A P P E L A K S A N A A N ………| 61
kewibawaan
dari
tersebut
lingkungan
di
pesantren
tokoh
tidak
agama pondok
kepada anak sesuatu yang lebih obyektif
dan
rasional
sehingga
mengadakan
membentuk pola pikir anak yang
berbagai macam prosesi adat Jawa
nyata sesuai dengan perkembangan
karena dirasa bukan merupakan
teknologi dan ilmu pengetahuan.
ajaran dari agama Islam yaitu Hadist
Seperti
Rosul
diajarkan
maupun
Al-Quran
(lihat
segala di
wawancara Eka Wahyu INF 11,
“Darul
halaman 56).
mengakibatkan
c. Pengalaman Pribadi
pengajaran
yang
Pondok
Pesantren
Hal
tersebut
Fikri”.
anak
didik
memandang dunia secara realistis
Faktor pengalaman pribadi
dan rasional yang menyebabkan
ini berasal dari dalam diri individu
ketikdaksesuaian pemikiran dan cara
setiap warga masyarakat, dimana
pandang
seseorang tersebut memiliki sebuah
masyarakat
pemikiran-pemikiran
berdasarkan
mempercayai hal-hal yang bersifat
landasan agama atau kepercayaan
ghoib. Sehingga menyebabkan warga
yang
masyarakat
diyakininya.
Agama
antara
pelajar
awam
yang
cenderung
dengan masih
bersikap
mengajarkan mereka untuk bersikap
menolak atau tidak setuju terhadap
dan bertindak sesuai dengan apa
pelaksanaan upacara kelahiran adat
yang diyakininya, baik berdasarkan
Jawa.
Al-Quran sunnah
maupun
berdasarkan
Rosul.
memberikan
Kenyataan seperti itu sangat
Hal
tersebut
banyak dijumpai dalam kehidupan
pengaruh
terhadap
masyarakat
terutama
masyarakat
sikap individu yang dimunculkan
pedesaan yang sangat kental dengan
dalam
kepercayaan
masyarakat.
Baik
sikap
lama
yang
bersifat
menerima atau sikap tidak menerima
magis. Warga yang masih percaya
warga
terhadap
masyarakat
terhadap
pelaksanaan upacara kelahiran adat. d. Lembaga pendidikan Segala
hal-hal
semacam
itu
tentunya memiliki sikap setuju dan menerima terhadap segala bentuk
pengajaran
pelaksanaan upacara kelahiran adat
lembaga
Jawa. Hal tersebut disebabkan oleh
berpengaruh
tingkat pendidikan mereka yang
terhadap pemikiran setiap anak didik
sangat minim sehingga menghasilkan
dalam
pola pikir yang biasa juga berbeda
yang
bentuk
diberikan
pendidikan
oleh
sangat
bersikap
dan
bertindak.
Lembaga pendidikan mengajarkan
62 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
dengan
warga
masyarakat
yang
memiliki pendidikan yang tinggi.
masyarakat
desa
mempengaruhi
profesi
beranekaragamnya
atau
mata
masyarakat
pencaharian
Desa
Bringin
menyebabkan berbagai macam pula mata pencaharian yang dimiliki setiap individu. Di desa Bringin mayoritas penduduknya
memiliki
pekerjaan
sebagai petani, meskipun ada juga berbagai pekerjaan lainnya seperti peternak, pengusaha, pegawai swasta, dan pegawai negeri sipil. Masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai petani cenderung memiliki sikap menerima terhadap segala pelaksanaan upacara kelahiran adat Jawa sedangan masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai peternak, pengusaha,
pegawai
pegawai
negeri
memiliki
sikap
menolak.
swasta,
sipil
Tentunya
dan
cenderung
sebaliknya
yaitu
kenyataan
tersebut selain pengaruh dari faktor perekonomian
juga
yang
mayoritas bekerja sebagai petani
e. Ekonomi Dengan
Bringin
sangat
dipengaruhi oleh faktor pendidikan yang diperoleh warga masyarakat melalui berbagai lembaga-lembaga yang pendidikan yang tempuhnya. f. Kepercayaan Mengenai kepercayaan setiap warga di desa Bringin, dapat diketahui berdasarkan faktor ekonomi. Dimana
pola
kepercayaan
yang dimilikinya. Meskipun mayoritas dari mereka beragama Islam tetapi untuk kepercayaan nenek moyang Jawa atau Kejawen masih kental, dilestarikan,
dan
keberadaannya. kepercayaan
dipercaya
Atas
dasar
tersebut
sangat
berpengaruh terhadap segala sikap dan
tindakan
yang
dilaksanakan
masyarakat. Masyarakat
yang
masih
percaya terhadap kejawen atau Islam Jawa tentunya memiliki sikap yang cenderung
terbuka
pelaksanaan
upacara
terhadap yang
di
dalamnya terdapat sesaji-sesaji di dalam setiap pelaksanaan upacara kelahiran adat Jawa. Betigu juga sebaliknya masyarakat yang tidak percaya akan keberadaan budaya dan unsur-unsur
kepercayaan
lama,
maereka lebih cenderung menolak keberadaan pelaksanaan upacara adat Jawa. Hal tersebut dikarenakan oleh ajaran-ajaran Islam yang membawa mereka dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dalam memecahkan segala fenomena yang ada di lingkungan masyarakat sekitar. Faktor-faktor di atas relevan dengan
pendapat
yang
telah
S I K A P M A S Y A R A K A T T E R H A D A P P E L A K S A N A A N ………| 63
dikemukakan oleh Sarlito W. Sarwono
budaya, media massa, lembaga pendidikan
bahwa faktor yang mempengaruhi sikap
dan agama, dan faktor emosional Saifuddin
terdapat dua macam yaitu faktor internal
Anzwar (2007: 30-38).
dan faktor eksternal. Faktor internal ialah faktor-faktor yang terdapat dalam
Penutup A. Simpulan
diri orang yang bersangkutan, seperti
Berdasarkan paparan data dan
faktor pilihan. Setiap individu tidak dapat
pembahasan dimuka maka bentuk sikap
menangkap seluruh rangsangan dari luar
masyarakat Desa Bringin Kecamatan
melalui persepsi individu itu sendiri, oleh
Kauman Kabupaten Ponorogo terhadap
karena itu tiap individu harus memilih
pelaksanaan upacara kelahiran adat Jawa
rangsangan-rangsangan mana yang akan
terdapat dua macam yaitu menerima dan
didekati dan mana yang harus dijauhi.
menolak. Akan tetapi, secara umum sikap
Pilihan itu ditentukan oleh motif-motif
masyarakat
dan
upacara kelahiran adat Jawa dapat
dalam
kecenderungan-kecenderungan diri
individu.
Karena
harus
terhadap
pelaksanaan
dikatakan sebagian besar menerima
memilih inilah maka akan menyusun
segala
macam
sikap positif terhadap satu hal dan
upacara kelahiran. Upacara kelahiran
membentuk sikap negatif terhadap hal
adat Jawa terbagi kedalam enam macam
lainnya.
yaitu
upacara
bentuk
pelaksanaan
selamatan
brokohan
Faktor eksternal yaitu faktor
(setelah bayi lahir), sepasaran (lima
yang terdapat dari luar diri individu,
hari), selapanan (tiga puluh lima hari),
meliputi Sifat obyek, sikap itu sendiri,
telunglapan (tiga bulan lima belas hari),
bagus,
mitoni (tujuh bulan), dan ngetahuni
atau
jelek
kewibawaan,sifat
dan
sebagainya,
orang-orang
atau
(setahun). Dimana dalam pelaksanaan
kelompok yang mendukung sikap, media
upacara
komunikasi
perlengkapan-perlengkapan di dalamnya
yang
digunakan
dalam
disertai
menyampaikan sikap, serta situasi pada
yaitu
saat sikap tersebut dibentuk Sarlito W.
pendukungnya.
Sarwono (2010: 205-206).
berupa
dengan
sesaji
Berkaitan
dan
berbagai peralatan
dengan
sikap
Demikian pula yang dikemukakan oleh
masyarakat yang setuju dan menerima
Saifuddin Anzwar yang menyatakan bahwa
segala
terdapat
yang
upacara kelahiran tersebut, tentunya
mempengaruhi sikap terhadap obyek sikap
banyak juga berbagai macam tindakan
antara lain: pengalaman pribadi, pengaruh
masyarakatnya.
orang yang dianggap penting, pengaruh
Desa Bringin terkait dengan pelaksanaan
beberapa
faktor
macam
bentuk
Tindakan
pelaksanaan
masyrakat
64 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
upacara kelahiran adat Jawa diantaranya
adat
terus- menerus melaksanakan upacara
masyarakat Desa yang dinamis. Lebih
adat
dan
lanjut akan lebih baik jika setiap
mendapatkan
warga masyarakat dalam satu desa
kelahiran seorang bayi, mengadakan
memiliki suatu kesepakatan bersama
tasyukuran sebagai bentuk ungkapan
terhadap
terima kasih terhadap Tuhan Yang Maha
apakah
Esa yang telah memberikan karunia
keberadaannya
berupa kelahiran seorang bayi, serta
kearifan lokal atau justru malah
membagi-bagikan
meninggalkannya dengan berbagai
beserta
peralatannya
perlengkapan setiap
makanan
terhadap
warga lingkungan sekitar rumah.
tercipta
pelaksanaan
upacara
tetap
diadakan
sebagai
bentuk
2. Bagi
Pemerintah
Kabupaten
dan
tindakan
Bringin
tersebut
Bagi pemerintah Kabupaten
terhadap pelaksanaan upacara kelahiran
Ponorogo diharapkan kepeduliannya
adat Jawa ,dapat dikategorikan dalam
terhadap masyarakat desa berkaitan
berbagai aspek yang diantaranya faktor
dengan segala fenomena sosial dan
lingkungan, faktor kebudayaan, faktor
budaya
kewibawaan
lingkungan
masyarakat
sikap
sehingga
alasan yang jelas dan dapat diterima.
Adapun berbagai faktor yang mempengaruhi
Jawa,
Desa
seorang
tokoh
yang
Ponorogo
yang
terdapat
masyarakat
Desa
dianggap penting, faktor dalam diri
terutama
dalam
sendiri, dan faktor pendidikan yang
bentuk
pelaksanaan
diperoleh
Desa
kelahiran adat Jawa sehingga upacara
Bringin oleh segala pengajaran yang
kelahiran adat Jawa dapat dijadikan
diberikan lembaga-lembaga pendidikan
sebagai bentuk kearifan lokal budaya
dan
setempat.
warga
keagamaan
masyarakat
di
lingkungan
masyarakat Desa Bringin. 1. Bagi Masyarakat Desa Bringin Bringin
masyarakat diharapkan
mempermasalahkan
Agus Desa tidak dan
berprasangka kepada setiap warga yang
melaksanakan
upacara
kelahiran adat Jawa maupun tidak melaksanakan
upacara
macam upacara
DAFTAR PUSTAKA
B. Saran Bagi
segala
pada
kelahiran
Sujanto, dkk.2006. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
A.H Pollard,dkk.1984.Teknik Demografi. Jakarta : Bina Aksara. Budiono Herusatoto.1987. Symbolisme Dalam Budaya Jawa. Jogjakarta: PT. Hanindita Graha Widya.
S I K A P M A S Y A R A K A T T E R H A D A P P E L A K S A N A A N ………| 65
Burhan Bungin.2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Prenada Media Group. Edy Sedyawati.2007. Budaya Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Fattah Hanurawan.2010. Psikologi Sosial. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Lexy Moleong.2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Matthew B. Milles dan A. Michael Huberman.2002. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UI Press.
Gerungan.2004. Psikologi Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama.
Nana Syaodih S.2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Haris
Nina
W. Syam.2012. Psikologi Sosial Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Nursid
Sumaadmadja.2010. Manusia Dalam Konteks Sosial,Budaya,dan Lingkungan Hidup. Bandung : Alfabeta.
Herdiansyah.2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmuilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Harya Tjakraningrat.2013. Kitab Primbon BetalJemur Adammakna. Jogjakarta: CV. Buana Raya. H.B
Sutopo.2006.Motodologi Penelitian Kualitatif.Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Purwadi. 2005. Upacara Tradisional Jawa. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Husaini Usman dan Purnomo S. 2004. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
______.2012. Ensiklopedia Adat-Istiadat Budaya Jawa. Jogjakarta: Pura Pustaka.
Imam Budhi S.2012. Spritualisme Jawa. Yogjakarta: Memayu Publishing.
Saifuddin Anzwar.2004. Metode Penelitian. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.
Irawan Soeharto.1999. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Saifuddin Azwar. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.
Iskandar.2012. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Referensi.
Sarlito W. Sarwono dan Eko A.2009. Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba Humanika.
Koentjaraningrat.1985. Antropologi Sosial. Jogjakarta : PT. Dian Rakyat.
Shelley E. Taylor.2009. Psikologi Sosial. Jakarta : PT. Prenada Media Group.
_____________.2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rineka Cipta
Slamet Santoso.2010. Teori-teori Psikologi Sosial. Bandung : PT. Revika Aditama.
Koentjaraningrat.2009. Pengantar Ilmu Antropologi Edisi revisi 2009. Jakarta: PT Rineka Cipta
Soerjono Soekanto.2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
66 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
Sugiono.2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta. Thomas Wiyasa Bratawijaya.1997.Mengungkap dan mengenal budaya Jawa. Jakarta: PT Pradnya Paramita Tim. 2010. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta : Salemba Empat. Yana MH.2012. Falsafah Dan Pandangan Hidup Orang Jawa. Jogjakarta: Bintang Cemerlang. W.J.S Poerwadarminta.2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.