3.JURNAL ABDUL CHALIK MEIDIAN_.SIP

Download ABSTRAK. Stroke merupakan gangguan sistem vaskularisasi darah di otak yang menyebabkan disfungsi neurologis secara tiba-tiba, kerusakan jar...

0 downloads 554 Views 123KB Size
ISSN : 2302-688X

Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 18 – 41, Maret 2014

PELATIHAN MIRROR NEURON SYSTEM SAMA DENGAN PELATIHAN CONSTRAINT INDUCED MOVEMENT THERAPY DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL ANGGOTA GERAK ATAS PASIEN STROKE Oleh : Meidian.A.C*., Sutjana. D.P.**, Irfan. M. *** *Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul **Fakultas Kedokteran Univeritas Udayana ***Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul ABSTRAK Stroke merupakan gangguan sistem vaskularisasi darah di otak yang menyebabkan disfungsi neurologis secara tiba-tiba, kerusakan jaringan otak secara klinis dalam jangka waktu yang relatif lama, penurunan mobilitas fisik dan gangguan kemampuan fungsional anggota gerak atas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan fungsional anggota gerak atas pasien stroke pada pelatihan mirror neuron system dan pelatihan constraint induced movement therapy serta mengetahui perbandingan kedua pelatihan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian pre test and post test control group design. Jumlah sampel kelompok pertama sebesar 13 pasien diberikan pelatihan mirror neuron system selama 30-60 menit, sedangkan pada kelompok kedua sejumlah 13 pasien diberikan pelatihan constraint induced movement therapy selama 30-60 menit. Penelitian dilakukan dalam periode waktu selama 2 bulan. Setiap pasien diajarkan berbagai kemampuan fungsional anggota gerak atas sesuai dengan konsep panduan operasionalnya dan pasien diminta melakukan pengulangan latihan mandiri di rumah sesuai arahan. Tes pengukuran fungsional anggota gerak atas menggunakan instrumen wolf motor function test. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan kemampuan fungsional anggota gerak atas sebesar 21,7% pada kelompok pelatihan mirror neuron system dan membuktikan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) dan terjadi peningkatan kemampuan fungsional anggota gerak atas sebesar 17,1% pada kelompok pelatihan constraint induced movement therapy dan membuktikan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) sedangkan perbedaan peningkatan kemampuan fungsional anggota gerak atas kedua kelompok menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (p>0,05). Disimpulkan bahwa pelatihan mirror neuron system sama dengan pelatihan constraint induced movement therapy dalam meningkatkan kemampuan fungsional anggota gerak atas pasien stroke. Kata kunci: Stroke, kemampuan fungsional anggota gerak atas, mirror neuron sistem, constraint induced movement therapy, wolf motor function test.

18

ISSN : 2302-688X

Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 18 – 41, Maret 2014

MIRROR NEURON SYSTEM EXERCISE IS SIMILAR WITH CONSTRAINT INDUCED MOVEMENT THERAPY EXERCISE IN INCREASING THE UPPER LIMB FUNCTIONAL ABILITY AMONG STROKE PATIENTS by: Meidian. A.C*., Sutjana. D.P**, Irfan, M.*** *Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul **Fakultas Kedokteran Univeritas Udayana ***Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul ABSTRACT Stroke is an interruption of blood vasculature system in the brain that causes suddenly neurological dysfunction, resulted in clinically brain tissue damage in a relatively long time period, decreased physical mobility and functional ability impaired of upper limb. The purpose of this study is to know an increasing in upper limb functional ability among stroke patients after mirror neuron system exercise and constraint induced movement therapy exercise and to know the comparison of both exercise. This study uses an experimental research with pre-test and post-test control group design. Number of samples of the first group is 13 patients given mirror neuron system exercise for 30-60 minutes , while the second group 13 patients were given constraint induced movement therapy exercise for 30-60 minutes. The research was conducted in 2 month period time. Each patient is taught a variety of upper limb functional ability in accordance with the operational concept guidance and patients were asked to repeat the exercise independently at home as directed. Measuring test of upper limb functional ability is using the wolf motor function test instruments. The result is an increase the upper limb functional ability of 21.7% in the mirror neuron system exercise group and proved a significant difference (p<0.05) and an increase in the upper limb functional ability of 17.1% in the constraint induced movement therapy exercise group and proved a significant difference (p<0.05) while the difference of increasing of upper limb functional ability of the two groups showed no significant difference (p>0,05). It was concluded that the mirror neuron system exercise is similar with constraint induced movement therapy exercise in increasing the upper limb functional ability among stroke patients. Keywords : Stroke, upper limb functional ability, mirror neuron system, constraint induced movement therapy, wolf motor function test. PENDAHULUAN Pasien

yang

timbul yaitu gangguan fungsi organ telah

tubuh dan ekstremitas, struktur tubuh,

didiagnosis

emosional dan kognitif. Tentunya sangat

menderita gangguan saraf pusat seperti

diperlukan penanganan dan intervensi

stroke dan penyakit brain damage

khusus yang optimal dan tepat sasaran

lainnya akan mengalami salah satu atau

oleh para dokter dan tenaga medis

secara bersamaan gejala yang mungkin

19

ISSN : 2302-688X

Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 18 – 41, Maret 2014

yang

dalam melakukan aktifitas sehari-hari,

berperan untuk melakukan penanganan

diantaranya adalah adanya keterbatasan

fisioterapi bagi pasien stroke untuk

fungsional anggota gerak atas (AGA)

memulihkan

kapasitas

yang

kemampuan

fungsional

lainnya

termasuk

fisioterapis

fisik

dan

Berbagai

sepanjang daur kehidupan mereka.

metode

akan

akibat

pelatihan,

dan

tehnik

pendekatan,

dalam

bidang

fisioterapi telah banyak dikembangkan

Pasien yang menderita penyakit tentunya

kelemahan

stroke.

berdasarkan

potensi pasien yang masih dimilliki

stroke

mengalami

guna

mengalami

melengkapi

dan

memperkaya

berbagai problematika, keterbatasan dan

khazanah keilmuan dalam mengatasi

hambatan pada semua tingkat termasuk

masalah fisik dan fungsional bagi pasien

struktur tubuh, fungsi tubuh, aktifitas

penderita stroke, diantaranya adalah

dan partisipasi dalam lingkungan dan

pelatihan Mirror Neuron System (MNS)

kehidupan sehari-hari sehingga sangat

dan

banyak penderita stroke akan selalu

Movement Therapy (CIMT). Keduanya

membutuhkan peran keluarga atau orang

memiliki dasar ilmiah yang sampai saat

lain

ini masih terus dikembangkan dan

diluar

dirinya

pendamping

dalam

sendiri

sebagai

Pelatihan

diteliti

menyelesaikan

oleh

Constraint

para

dokter

Induced

maupun

aktifitas kerja dan tugas sehari-hari demi

fisioterapis yang berkonsentrasi pada

memenuhi semua kebutuhan dasar dan

penanganan klinis bagi penderita stroke

kebutuhan tambahan bagi dirinya yang

untuk memulihkan kapasitas fisik dan

mengalami

kemampuan

gangguan

akibat

sakit

fungsional

termasuk

sehingga dalam hal ini akan terjadi

tentunya fungsi AGA yang mengalami

masalah ketidakmandirian individu yang

kelemahan

merupakan

neurologis saraf pusat yang mereka

masalah

pokok

yang

(weakness)

akibat

lesi

alami.

dihadapi oleh mereka sebagai pasien itu sendiri maupun bagi keluarga sebagai

Pelatihan MNS merupakan pelatihan

orang terdekatnya.

yang masih dianggap baru dan belum memiliki banyak bukti uji klinisnya,

Banyak faktor yang menyebabkan pasien stroke menjadi tergantung dengan

dimana

orang lain dan menjadi tidak mandiri

memandang bahwa gerakan motorik

dalam memenuhi kebutuhannya dan

secara fungsional dapat dihasilkan secara

20

pada

pelatihan

MNS

ISSN : 2302-688X

Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 18 – 41, Maret 2014

lebih baik yang diawali dari suatu proses

sesuai dengan tujuan. Namun penelitian

imitasi gerakan dan imajinasi gerakan

tersebut

yang dilakukan sebelumnya dan hal ini

kondisi sampel yang diteliti dan aktivitas

akan menimbulkan rangsangan pada

apa yang diteliti.

bagian atau pusat motorik pada kortek terstimulasi

atau

terangsang

tidak

spesifik

menjelaskan

Penelitian lain tentang pelatihan

untuk

MNS yang dilakukan oleh Salama

menghasilkan suatu gerakan fungsional

(2011), menjelaskan bahwa penelitian

yang diinginkan (Iacoboni dan Galesse,

yang dilakukan terhadap dua puluh lima

2009; Rizzolatti, 2011)

sampel dan penilaian dilakukan dengan

Sebuah penelitian tentang MNS

menggunakan The Functional Magnetic

yang dilakukan oleh Marijnissen (2011),

Resonance Imaging (MRI) menunjukkan

dilakukan terhadap 171 sampel yang

bahwa terjadi aktivitas otak sejumlah

dibagi

50%

beberapa

merespon

suatu

kelompok

dalam

gerakan

yang

dibagian

otak

tertentu

disaat

mereka melakukan observasi gerakan

diobservasi terlebih dahulu (imitasi)

sebelum

sebelum melakukan kembali eksekusi

Namun sayangnya penelitian ini pun

aksi

masih dirasa kurang dapat mengukur

gerakan

tersebut

memberikan

eksekusi

sebuah hasil yang baik. Kelompok yang

kemampuan

melakukan

subjek yang diteliti.

hasilnya

proses lebih

observasi

penuh

gerakan

fungsional

tersebut.

AGA

bagi

dari

97%

dapat

Pelatihan CIMT merupakan salah

aktivitas

yang

sesuai

satu pelatihan dalam penatalaksanaan

dengan apa yang telah diobservasi

pasien pasca stroke dimana pada CIMT

tersebut. Kelompok yang melakukan

pasien diharuskan menggunakan sisi

eksekusi

sedang

tangan yang sakit atau yang mengalami

sejumlah

kelemahan saat melakukan program

60,75% dapat menunjukkan aktivitas

terapi dan aktivitas sehari-hari sementara

yang sesuai. Kelompok yang hanya

sisi tangan lain yang sehat atau yang

melakukan sedikit observasi hasilnya

tidak mengalami kelemahan sengaja

hanya

ditahan

menunjukkan

gerakan

mengobservasi

38,6%

disaat

hasilnya

dapat

menunjukkan

atau

dipaksa

agar

tidak

aktivitas gerakan yang sesuai. Kelompok

digunakan untuk bergerak melakukan

kontrol tanpa observasi hanya 4,6%

aktifitas sehari-hari tersebut. Termasuk

dapat melakukan aktivitas gerakan yang

dalam

21

melakukan

stabilisasi

objek

ISSN : 2302-688X

Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 18 – 41, Maret 2014

kecuali saat beristirahat (Hayner dkk.,

WMFT,

menunjukkan

hasil

bahwa

2010).

adanya peningkatan skor sebesar 3,35 dan hanya skor 1,92 untuk kelompok

Sebuah penelitian tentang pelatihan

kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa

CIMT yang dilakukan oleh Tariah dkk.

pelatihan CIMT lebih baik sebesar skor

(2010), menjelaskan bahwa penelitian

1,43

dilakukan terhadap delapan belas sampel

dari

pelatihan

lainnya

dari

kelompok kontrol.

pasien dengan riwayat stroke, dibagi

Kedua pelatihan atau pendekatan

menjadi dua kelompok yaitu sepuluh sampel perlakuan pelatihan CIMT dan

(approach)

delapan

kelompok

memiliki kelebihan dan kekurangan

kontrol perlakuan pelatihan lain, setelah

dasar ilmiah (evidence based) yang

dilakukan intervensi pelatihan CIMT

berbeda. Pelatihan MNS merupakan

selama dua bulan menunjukkan hasil

pelatihan yang lebih baru dari pada

peningkatan

fungsional

pelatihan CIMT. Pada pelatihan MNS

AGA yang diukur dengan Wolf Motor

masih sedikit sekali bukti ilmiah yang

Function Test (WMFT) sebesar 39%,

melakukan uji coba pada manusia dan

sedangkan pada kelompok kontrol hanya

pasien pasca stroke, sehingga masih

sebesar 34% peningkatan selama empat

banyak

bulan. Hasil ini menunjukkan bahwa

penggunaannya dalam pemulihan fisik

pelatihan CIMT dinilai lebih baik dari

pasien

pelatihan lainnya pada kelompok kontrol

Mazziotta, 2007). Pada pelatihan CIMT

yang diteliti.

telah banyak dilakukan uji klinis dan

lainnya

sebagai

kemampuan

pasca

dilakukan terhadap dua belas sampel

kelompok

perlakuan,

menjadi enam

sebagai

setelah

dilakukan

kelompok intervensi

(Iacoboni

dan

stroke

dan

telah

banyak

memberikan hasil yang signifikan pada

dua

kemampuan fungsional AGA (Hayner

sampel

dkk., 2010; Tariah dkk., 2010; Lin dkk.,

perlakuan pelatihan CIMT dan enam lainnya

stroke

dikembangkan

dan peningkakan kemampuan fungsional

(2010), menjelaskan bahwa penelitian

dibagi

pasca

perlu

dan pasien dalam rangka pemulihan fisik

CIMT yang dilakukan oleh Hayner dkk.

stroke,

dan

masing-masing

penelitian yang dicobakan pada manusia

Penelitian lainnya tentang pelatihan

pasien

tersebut

2010). Pelatihan MNS relatif lebih

kontrol, selama

sepuluh hari dan diukur dengan tes

22

mudah,

murah,

nyaman

bagi

cepat, pasien

praktis

dan

dibandingkan

ISSN : 2302-688X

Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 18 – 41, Maret 2014

dengan pelatihan CIMT yang cenderung

Rumusan masalah penelitian ini

membuat pasien tidak nyaman pada sisi

adalah sebagai berikut: Apakah pelatihan

ekstremitas atas yang sedang dihambat

MNS sama dengan pelatihan CIMT

(constraint) gerakannya dengan alat

dalam

bantu tertentu sehingga terkesan ada

fungsional anggota gerak atas pasien

unsur

stroke?

paksaan

menggerakkan

bagi AGA

pasien yang

untuk sedang

meningkatkan

Tujuan

penelitian

kemampuan

yang

hendak

mengalami kelemahan akibat stroke.

dicapai adalah Mengetahui persamaan

Namun hal ini masih perlu pembuktian

pelatihan MNS dibandingkan dengan

lebih lanjut sebagai dasar ilmiah yang

pelatihan CIMT terhadap peningkatan

mendukung dan memperkuat pandangan

kemampuan fungsional anggota gerak

teoritik bagi kedua pelatihan tersebut.

atas pasien stroke.

Berdasarkan uraian latar belakang maka

peneliti

merasa

perlu

Manfaat yang hendak didapat dari

untuk

penelitian ini adalah (1) Bagi peneliti,

melakukan penelitian tersendiri yang

menambah pengetahuan, wawasan dan

diharapkan akan lebih melengkapi dasar

pengalaman dalam melakukan penelitian

ilmiah (evidence based) bagi kedua

dan mendapatkan data empirik dari hasil

pelatihan atau pendekatan tersebut. Serta

penelitian yang didapat tentang pelatihan

hendak

MNS

membuktikan

bagaimana

peningkatan

kemampuan

perbedaan

dan

pelatihan

CIMT

dalam

meningkatkan kemampuan fungsional

fungsional AGA yang terjadi sebelum

AGA

dan

menemukan cara baru yang lebih efisien

sesudah

pelatihan

pelatihan

CIMT.

MNS

Penelitian

dan yang

dan

pasien

sebagai

stroke,

bagian

berupaya

dari

proses

dilakukan oleh peneliti bahwa pelatihan

menyelesaikan

diterapkan pada pasien dengan kondisi

magister, serta bekal keilmuan dimasa

yang sama yaitu pasien pasca stroke dan

yang

akan menilai bagaimana perbandingan

pengembangan ilmu pengetahuan dan

peningkatan

teknologi

kemampuan

fungsional

akan

program

datang.

bidang

pendidikan

(2)

kedokteran

Bagi

dan

AGA yang mengalami kelemahan atau

kesehatan akan semakin melengkapi

keterbatasan

khazanah keilmuan dan kepustakaan

fungsional

dari

kedua

kelompok pelatihan.

terutama bidang fisiologi olah raga dan fisioterapi tentang pelatihan MNS dan

23

ISSN : 2302-688X

Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 18 – 41, Maret 2014

pelatihan CIMT dalam meningkatkan

Stroke Carmel di Jakarta Barat. Waktu

kemampuan fungsional AGA pasien

penelitian dilakukan pada jam pelayanan

stroke. (3) Bagi para sejawat fisioterapi

fisioterapi sesuai dengan jam layanan di

sebagai tambahan dasar ilmiah (evidence

masing-masing

based)

program

08.00–12.00 WIB. Penelitian dilakukan

penatalaksanaan dan proses fisioterapi

selama periode dua sampai dengan tiga

bagi penderita stroke dalam kegiatan

bulan yang dimulai pada tanggal 01

pelayanan

maret 2013 sampai dengan tanggal 01

dalam

melakukan

klinis

akademis

dan

maupun

penelitian

bidang

lokasi

sekitar

pukul

juni 2013.

fisioterapi

berikutnya. (4) Bagi masyarakat sebagai

B. Populasi dan Sampel

salah satu upaya dalam memperluas dan Populasi yang diteliti adalah pasien

mengembangkan berbagai pendekatan

atau klien yang datang berobat dalam

dan metode untuk mempercepat proses peningkatan

kemampuan

rangka

fungsional

meningkatkan

kemampuan

fungsional AGA atau restorasi fisik

pasien penderita stroke di berbagai

(physical restoration) fisioterapi dengan

layanan fisioterapi klinis dan rumah

kondisi pasca stroke fase pasca akut di

sakit.

klinik fisioterapi pada lokasi yang telah MATERI DAN DISKUSI

ditentukan. Memenuhi kriteria inklusi,

A. Ruang Lingkup Penelitian

ekslusi dan pengguguran. Ditentukan berdasarkan

Penelitian ini menggunakan metode

diberikan

Pada

kelompok

perlakuan

(2008)

pasien dengan jumlah 13 orang pasien

pertama

pelatihan

Pocock

didapatkan sampel berjumlah 26 orang

penelitian eksperimental (experimental research).

rumus

pada masing-masing kelompok.

MNS

sedangkan kelompok kedua diberikan

Kelompok perlakuan I

perlakuan pelatihan CIMT. Pengukuran

Kelompok

atau tes dilakukan pada saat sebelum dan

pelatihan MNS dengan prosedur (1)

sesudah perlakuan dengan rancangan pre

posisi

test and post test control group design.

berhadapan langsung dengan pasien, (2)

Lokasi Poliklinik

penelitian Fisioterapi

dilakukan Rumah

perlakuan

fisioterapis

I

diberikan

berada

didepan

pasien diminta untuk mengobservasi

di

gerakan

Sakit

(proses

memperhatikan

Umum Daerah Cengkareng dan Klinik

24

imitasi)

aktifitas

dan

fungsional

ISSN : 2302-688X

Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 18 – 41, Maret 2014

AGA yang dilakukan oleh fisioterapi

dipandu dan diajarkan tentang berbagai

yang berada persis di depan pasien, (3)

aktifitas fungsional AGA yang lemah

pasien

melakukan

sesuai dengan level lesi dan tingkat

imaginasi visual dan menjelaskan apa

kelemahan masing-masing subjek, (4)

dan bagaimana gerakan dan aktifitas

pasien

fungsional

pengulangan

diminta

yang

untuk

dilihat

atau

yang

diminta

untuk

melakukan

berbagai

aktifitas

diobservasi, (4) pasien diminta untuk

fungsional AGA yang lemah secara

meniru

melakukan

mandiri sesuai dengan kemampuan dan

aktifitas

toleransi pada masing-masing pasien, (5)

(imitasi)

pengulangan

dan

gerakan

dan

fungsional tersebut secara seksama dan

dosis

perlahan,

dikoreksi dan

frekuensi latihan 1-3 kali kunjungan

diedukasi oleh fisioterapis jika ada

dalam seminggu, intensitas latihan 5-10

gerakan yang salah dan tidak sesuai

kali pengulangan gerakan, selama durasi

dengan

dan

latihan 30-60 menit, (6) setelah selesai

dosis

latihan tersebut pasien diminta untuk

(5) pasien

apa

dijelaskan

yang

diobservasi

sebelumnya,

(6)

pelatihan

melepas

latihan

gendongan lengan yang terpasang, (7)

kali

kunjungan

dalam

atau

pasien

pengulangan gerakan, selama durasi

pengulangan sebisa mungkin di rumah

latihan 30-60 menit, (6) pasien diminta

terhadap bentuk latihan fungsional AGA

untuk datang kembali untuk latihan

yang telah diajarkan, (8) pasien diminta

dengan fisioterapis pada jadwal yang

untuk datang kembali untuk latihan

telah ditentukan berikutnya

dengan fisioterapis pada jadwal yang

melakukan

telah ditentukan berikutnya

Kelompok perlakuan II perlakuan

untuk

halus

seminggu, intensitas latihan 5-10 kali

Kelompok

diminta

kain

dengan

pelatihan diberikan dengan frekuensi 1-3

tahanan

dilberikan

II

C. Cara pengumpulan data

diberikan

pelatihan CIMT dengan prosedur (1)

Sebelum dan sesudah pelatihan

pasien diminta untuk menahan AGA

pada kemlompok MNS dan kelompok

yang dominan atau yang lebih kuat

CIMT dilakukan

dengan kain halus atau gendongan

pengukuran

lengan yang telah disiapkan, (2) posisi

AGA dengan menggunakan instrumen

fisioterapis berada disamping pasien

WMFT (wolf motor function test)

yang melakukan latihan, (3) pasien

25

pengumpulan

kemampuan

data

fungsional

ISSN : 2302-688X

Prosedur

Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 18 – 41, Maret 2014

pengukuran

Kemudian dinilai dengan skala

kemampuan

pengukuran berikut Nilai 0, jika tidak

fungsional anggota gerak atas Bahan digunakan

dan pada

instrumen saat

ada upaya sama sekali dari AGA yang di

yang

tes. Nilai 1, jika AGA yang di tes tidak

pengukuran

bisa berpartisipasi secara fungsional,

pertama atau tes awal (pre test) dan

namun, ia mencoba untuk menggunakan

pengukuran kedua atau tes akhir (post

AGA, pada sisi AGA unilateral yang

test) adalah (1) Form assesment data diri

tidak di tes boleh digunakan untuk

dan riwayat sakit pasien beserta alat

membantu gerakan AGA yang sedang di

tulisnya (2) Form tes fungsi kognisi

tes. Nilai 2, jika bisa melakukan, tapi

MMSE dan alat tulisnya (3) Form tes

membutuhkan bantuan dari AGA yang

WMFT dan perangkatnya yang terdiri

tidak di tes untuk sedikit menyesuaikan

dari : Form tes dan alat tulis, stopwatch,

diri

meja, kotak box, kantong pasir, beban

atau

merubah

membutuhkan

satu kilogram, kaleng, pensil, klip kertas,

lebih

posisi, dari

dua

atau kali

percobaan untuk menyelesaikan tugas,

papan main dam atau halma, kartu,

atau diselesaikan dengan sangat lambat.

kunci, handuk, dan bola basket (Amster,

Pada tugas bilateral AGA yang di tes

2007).

akan dipakai hanya sebagai penolong. Instruksi tugas dalam tes WMFT

Nilai 3, jika bisa melakukan, tapi

terdiri dari 15 item tugas yaitu lengan ke meja

(samping),

(samping),

lengan

ke

memperpanjang

gerakan dipengaruhi beberapa derajat

kotak

oleh

siku

secara

dilakukan secara normal, tapi masih

(depan), tangan ke box (depan), meraih

sedikit lambat; kurang teliti, koordinasi

dan mengambil (depan), mengangkat mengangkat

dilakukan

Nilai 4, jika bisa melakukan, gerakan

beban (ke samping), , tangan ke meja

(depan),

atau

perlahan atau adanya usaha dorongan.

(samping), memperpanjang siku dengan

kaleng

sinergi

halus atau kurang stabil. Nilai 5, bisa

pensil

melakukan,

(depan), mengambil klip kertas (depan),

gerakan

dilakukan

atau

diselesaikan secara normal.

menumpuk papan main dam (depan), D. Analisis Data

membalik kartu (depan), memutar kunci

Semua data yang telah terkumpul

dalam gembok (depan), melipat handuk

dilakukan analisis menggunakan aplikasi

(depan), mengangkat basket (berdiri).

SPSS versi 21 dengan langkah-langkah

26

ISSN : 2302-688X

Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 18 – 41, Maret 2014

sebagai berikut: (1) Statistik deskriptif

kriteria drop out. Sehingga akhirnya

untuk menganalisis karakteristik subjek

didapatkan 26 orang subjek sebagai

penelitian terkait dengan usia, jenis

sampel sejumlah 13 orang pasien pada

kelamin, frekuensi latihan, skor MMSE,

kelompok MNS dan 13 orang pasien

riwayat sakit, pendidikan, pekerjaan dan

pada kelompok CIMT.

hobi yang datanya diambil pada saat

Tabel 1 Karakteristik Subjek Penelitian

assesmen dan pengukuran pertama atau

reliabilitas

instrumen

Selisih

Data

Kelompok 1

Kelompok 2

Numerik

(n=13)

(n=13)

Usia

55,15 ± 12,89

54,85 ± 8,35

0,3

MMSE

27,08 ± 1,89

28,15 ± 1,46

1,07

Kunjungan

4,46 ± 3,28

5,52 ± 3,51

1,06

WMFT

menggunakan rumus statistik korelasi pearson product moment dan cronbach’s alpha. (3) Uji normalitas data hasil

Rerata ± SB

Variabel

tes awal. (2) Uji validitas dan uji

instrumen WMFT dengan shapiro wilk

Rerata

instrumen WMFT dengan levene’s test

Keterangan: n Min

= Jumlah Sampel = Minimal

of varians (5) Uji hipotesis pertama dan

Maks

= Maksimal

kedua untuk mengetahui peningkatan

SB

= Simpangan Baku

kemampuan fungsional anggota gerak

Kelompok 1

= Kelompok perlakuan

atas pasien stroke kelompok perlakuan I

pelatihan MNS

dan II dengan paired t-test karena

Kelompok 2

merupakan jenis data parametrik (6) Uji

pelatihan CIMT

test (4) Uji homogenitas data hasil

hipotesis

ketiga

perbedaan

untuk

peningkatan

mengetahui

= Kelompok perlakuan

Tabel 1 menunjukkan bahwa

kemampuan

pada

variabel

usia

rata-rata

usia

fungsional anggota gerak atas dari kedua

kelompok perlakuan pelatihan MNS

kelompok perlakuan dengan independent

lebih tua 0,3 tahun dari pada kelompok

t-test.

perlakuan

penelitian

awalnya

kedua kelompok. Pada variabel skor MMSE

pasien termasuk dalam kriteria inklusi, 3

orang pasien

rata-rata

skor

kelompok

perlakuan pelatihan CIMT lebih besar

orang pasien termasuk dalam kriteria 6

dengan

terdapat kesamaan usia maksimal pada

terdaftar

sejumlah 35 orang pasien, 32 orang

eksklusi,

CIMT

selisih usia termuda adalah 11 tahun dan

HASIL DAN PEMBAHASAN Subjek

pelatihan

dari pada kelompok perlakuan pelatihan

termasuk

27

ISSN : 2302-688X

Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 18 – 41, Maret 2014

MNS dengan selisih rata-rata skor 1.07

terdapat pada kelompok 2, pada variabel

dan terdapat kesamaan pada skor MMSE

topis lesi kortikal merupakan kategori

minimal dan maksimal. Pada variabel

yang

frekuensi

kunjungan

kelompok 1 sedangkan kortikal juga

kelompok

merupakan kategori yang lebih banyak

perlakuan pelatihan CIMT lebih sering

terdapat pada kelompok 2, pada variabel

1,06 dari pada kelompok perlakuan

stroke pertama merupakan kategori yang

pelatihan MNS.

paling banyak terdapat pada kelompok 1

jumlah

menunjukkan

bahwa

pada

kelamin, tipe stroke, topis lesi, stroke

yang

stroke.

variabel

jenis

lateralisasi

paling

banyak

terdapat

di

kelompok 1 sedangkan hemiparese kiri

Pada tabel 2 menunjukkan bahwa

juga merupakan kategori yang paling

pada variabel jenis kelamin kategori

banyak terdapat pada kelompok 2, pada

laki-laki lebih banyak terdapat pada

variabel riwayat stroke 6–12 bulan

kategori

merupakan kategori yang paling banyak

perempuan lebih banyak terdapat pada

terdapat pada kelompok 1 sedangkan 1-2

kelompok 1, pada variabel tipe stroke

tahun dan lebih dari 4 tahun merupakan

kategori iskemik lebih banyak tedapat

kategori yang paling banyak terdapat

pada kelompok 1 sedangkan kategori

pada kelompok 2.

haemoragik lebih banyak lebih banyak

Tabel 2 Data Katagorik Subjek Penelitian Kelompok 1 %

Kelompok 2 %

Laki-laki

46,2

76,9

Perempuan

53,8

23,1

76,9

69,2

Variabel/ Kategori

pada

hamiparese kiri merupakan kategori

yang ke, jenis lateralisasi, dan riwayat

sedangkan

terdapat

subjek merupakan stroke yang pertama,

termasuk data katagorik yaitu jenis

2

banyak

sedangkan pada kelompok 2 semua

Karakteristik subjek penelitian yang

kelompok

lebih

Jenis Kelamin

Tipe Stroke Iskemik

28

ISSN : 2302-688X

Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 18 – 41, Maret 2014

Hemoragik

15,4

23,1

Lain-lain

7,7

7,7

Kortikal

69,2

61,5

Subkortikal

7,7

-

Lain-lain

23,1

38,5

Pertama

84,6

100

Kedua

15,4

-

-

7,7

Hemiparese Kanan

46,2

38,5

Hemiparese Kiri

53,8

53,8

< 3 bulan

23,1

15,4

3 - 6 bulan

7,7

15,4

6 -12 bulan

38,5

7,7

1 -2 tahun

23,1

23,1

2 - 4 tahun

7,7

15,4

> 4 tahun

-

23,1

Topis Lesi

Sroke ke

Jenis Lateralisasi Monoparese Kiri

Riwayat Stroke

Tabel 3 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Data Hasil Instrumen WMFT p. Uji Normalitas (shapiro-wilk test) p. Uji Homogenitas Variabel (levene’s test) Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 1 dan 2 (n=13) (n=13) (n=26) Pre Test 0,782 0,832 0,378 0,801 Post Test 0,630 0,883 0,436 0,788 Selisih 0,277 0,148 0,015 0,178 Keterangan: n = jumlah sampel p = nilai probabilitas uji kemaknaan

29

ISSN : 2302-688X

Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 18 – 41, Maret 2014

Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil uji

jenis

normalitas dengan menggunakan uji

komparasi

shapiro wilk test pada semua variabel

dengan

pre test, post test dan selisih pada kedua

sebaran data yang berdistribusi tidak

kelompok

normal

normal

data

adalah

(p>0,05).

berdistribusi

Sedangkan

data

parametrik yang

uji

sehingga

digunakan

parametrik

merupakan

uji

adalah

sedangkan

jenis

data

non

parametrik sehingga uji komparasi yang

pada

variabel pre test dan post test gabungan

digunakan

kedua kelompok data adalah berdistrubsi

parametrik.

normal (p>0,05) namun pada variabel

pengolahan data berikutnya untuk uji

selisih gabungan kedua kelompok data

komparasi statistik menggunakan uji

adalah

Uji

dengan

Dengan

uji

demikian

non pada

tidak

normal

parametrik paired t-test dan independent

homogenitas

dengan

t-test.

berdistribusi

(p<0,05).

adalah

menggunakan uji levene’s test of varian

Pelatihan MNS dan Pelatihan CIMT

pada semua variabel pre test, post test meningkatkan kemampuan fungsional

dan selisih pada kedua kelompok data

AGA

adalah homogen (p>0,05). Sebaran data yang berdistribusi normal merupakan

Tabel 4 Uji Beda Rerata dan Uji Komparasi Paired t-test Terhadap Data Hasil Instrumen WMFT Pre Test Post Test Selisih Perlakuan p Skor Skor Rerata ± SB Rerata ± SB Rerata WMFT WMFT Kelompok 1 28,19 2,17 ± 1,01 34,32 2,64 ± 0,99 0,47 0.000 (n=13) Kelompok 2 27,40 2,11 ± 1,03 32,12 2,47 ± 0,94 0,36 0,000 (n=13) Keterangan: n = jumlah sampel p = nilai probabilitas uji kemaknaan SB = simpang baku Untuk

mengetahui

peningkatan

perbedaan

kemampuan

rerata

fungsional

AGA sebelum dan sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok

MNS

dan

untuk

kelompok

mengetahui

30

CIMT

signifikansi

dan

perbedaan

ISSN : 2302-688X

Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 18 – 41, Maret 2014

fungsional

kegiatan observasi bisa dimanfaatkan

AGA sebelum dan sesudah perlakuan

sebagai suatu pendekatan dalam aplikasi

pada masing-masing kelompok MNS

klinis (Salama, 2011).

peningkatan

kemampuan

dan kelompok CIMT maka dilakukan uji t-berpasangan

(paired

t-test)

Hal serupa juga pernah sebelumnya

yang

diungkapkan oleh Ertelt dkk. (2007),

disajikan pada tabel 6 sebagai berikut:

yang

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada

kemungkinan

kelompok 1 selisih rerata peningkatan

digunakan

kemampuan fungsional AGA sebelum

dalam studi empirik yang dilakukan pada

dan sesudah perlakuan pelatihan MNS

kelompok

adalah 9,4% dan menunjukkan adanya

kelemahan motorik akibat stroke dan

perbedaan yang signifikan (p<0,05).

dapat dikombinasikan dengan pelatihan

Sedangkan pada kelompok 2 selisih

aktif. Berdasarkan penemuannya maka

rerata

kemampuan

diusulkan bahwa kegiatan observasi

fungsional AGA sebelum dan sesudah

mengarah pada peningkatan kemampuan

perlakuan pelatihan CIMT adalah 7,2%

fungsional AGA pasien yang dihasilkan

dan menunjukkan adanya perbedaan

dari

yang signifikan (p<0,05).

mengaktifasi MNS pada pasien.

peningkatan

Hal senada juga diungkapkan oleh

menyatakan

kegiatan

sebagai

pasien

kondisi

Pandangan

bahwa

alat

yang

pelatihan

serupa

adanya observasi

rehabilitatif

mengalami

fisik

juga

yang

pernah

Salama (2011) yang menyatakan bahwa

sebelumnya disampaikan oleh Buccino

kegiatan observasi sebelum eksekusi

dkk.

gerakan dapat meningkatkan aktivitas

merespon persepsi dari spesies lain atau

otak yang berdampak pada keterampilan

orang

tangan walaupun pada laporan ini masih

menanggapi persepsi secara langsung

perlu dilakukan penelitian lanjutan agar

tetapi lebih mengambil fitur secara

dapat diaplikasikan pada pasien dalam

umum dari orang lain. Diperkirakan

rangka pemulihan fisik dan kemampuan

bahwa MNS memberi respon dalam

fungsional anggota gerak. Namun jika

tindakan yang dilakukan selama masa

menelaah fungsi dari MNS terutama

observasi (Buccino dkk., 2004)

pada pasien stroke akan memberikan

Hal

bukti lebih lanjut dan mengkonfirmasi asumsi-asumsi

sebelumnya

(2004),

lain.

ini

bahwa

Namun

MNS

MNS

membuktikan

dapat

tidak

bahwa

pelatihan CIMT dapat meningkatkan

bahwa

31

ISSN : 2302-688X

Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 18 – 41, Maret 2014

kemampuan fungsional AGA pasien

dilakukan dengan jumlah subjek 10

stroke.

Hal

juga

pernah

orang pasien stroke. Sehingga penelitian

Menon

(2010),

yang

senada

diungkapkan

oleh

mereka

lakukan

ini

mengatakan bahwa tujuan dari pelatihan

mengkonfirmasi kelayakan pendekatan

CIMT

pelatihan CIMT yang dilakukan dirumah

adalah

untuk

membantu

bersama keluarga.

mendapatkan kembali kekuatan dan fungsi lengan dan tangan pada sisi yang

Hasil

serupa

juga

ditemukan

lemah akibat stroke. Program latihan ini

sebelumnya oleh Wolf dkk. (2009),

membutuhkan

dan

bahwa pada pasien yang mengalami

komitmen dari individu pasien stroke itu

stroke sejak 3 sampai 9 bulan mengalami

sendiri agar menghasilkan bukti yang

perbaikan signifikan (p = 0,001) secara

terbaik

yang

statistik dan klinis yang relevan setelah

mengaplikasikannya. Hal serupa juga

pelatihan CIMT dilakukan kepada pasien

dilaporkan oleh Hayner dkk. (2010),

yang berlangsung selama minimal 1

bahwa

tahun. Hasil ini pula sebelumnya telah

kedisiplinan

bagi

telah

kemampuan

diri

mereka

ditemukan fungsional

perbaikan AGA

pada

dibuktikan

oleh

Lin

dkk.

(2010),

instrumen WMFT pada kelompok yang

menjelaskan bahwa terjadi peningkatan

diteliti menggunakan pelatihan CIMT

yang signifikan kemampuan fungsional

dengan

yang

AGA pada pelatihan CIMT akibat proses

signifikan ditunjukkan dengan nilai p

reorganisasi otak dan melihat pada

yaitu 0,008 (p<0,05).

tingkat aktifitas otak pada hemisper

hasil

peningkatan

signifikan

kontralesional selama gerakan tangan

(p=0,003) kemampuan fungsional AGA

dilakukan disaat tahanan diberikan pada

pasien stroke dengan pelatihan CIMT

tangan yang lebih dominan dan mereka

juga sebelumnya telah ditemukan oleh

menemukan bahwa adanya kemungkinan

Tariah dkk. (2010), pada penelitian

terjadi

mereka

peningkatan

perlakuan

sebesar 13,2% skor WMFT setelah

dilakukan.

Hasil

peningkatan

terdapat

hasil

pelatihan CIMT selama 2 bulan dan

proses

pelatihan

Pelatihan

kembali terjadi penambahan peningkatan

adaptasi

MNS

otak

akibat

CIMT

yang

sama

dengan

Pelatihan CIMT dalam meningkatkan

sebesar 4% skor WMFT setelah evaluasi

kemampuan fungsional AGA

2 bulan kemudian. Penelitian tersebut

32

ISSN : 2302-688X

Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 18 – 41, Maret 2014

Berdasarkan uji statistik komparasi parametrik

uji

(independent

t-tidak

berpasangan

terhadap

perbedaan selisih sebelum peningkatan

hasil

kemampuan fungsional AGA antara

diketahui

kelompok pelatihan MNS dan kelompok

bahwa pada saat sebelum pelatihan MNS

pelatihan CIMT adalah tidak berbeda

dan

secara signifikan. Seperti ditunjukkan

penelitian

t-test)

(p>0,05), sehingga disimpulkan bahwa

yang dilakukan

pelatihan

peningkatan

CIMT

selisih

kemampuan

rerata

pada grafik gambar 1 dibawah ini.

fungsional

AGA pasien stroke hanya sebesar 0,06 atau 1,2% dengan nilai probabilitas uji kemaknaan (0,880) lebih besar alpha

2.7 2.64

Skor WMFT

2.6 2.5

2.47

2.4 MNS

2.3

CIMT

2.2

2.17 2.11

2.1 2.0

Sebelum

Sesudah

Gambar 1 Peningkatan Kemampuan Fungsional AGA pasien Stroke perbedaan selisih sesudah peningkatan

Gambar 1 menunjukkan bahwa pada saat

sesudah

pelatihan peningkatan

pelatihan

CIMT

dan

kemampuan fungsional AGA antara

rerata

kelompok pelatihan MNS dan kelompok

fungsional

pelatihan CIMT adalah tidak berbeda

MNS

selisih

kemampuan

secara signifikan.

AGA pasien stroke hanya sebesar 0,17 atau 3,4% dengan nilai probabilitas uji

Sedangkan pada selisih pelatihan

kemaknaan (0,660) lebih besar alpha

MNS dan pelatihan CIMT selisih rerata

(p>0,05), sehingga disimpulkan bahwa

33

ISSN : 2302-688X

peningkatan

Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 18 – 41, Maret 2014

kemampuan

fungsional

antara sebelum dan sesudah perlakuan

AGA pasien stroke hanya sebesar 0,11

antara kelompok pelatihan MNS dan

atau

kelompok pelatihan CIMT adalah tidak

hanya

4,6%

dengan

nilai

probabilitas uji kemaknaan (0,305) lebih

berbeda

besar

dijelaskan pada grafik gambar 2 dibawah

alpha

(p>0,05),

sehingga

secara

signifikan.

Seperti

ini.

disimpulkan bahwa perbedaan selisih 0.5 0.47

Skor WMFT

0.4

0.36

0.3 0.2 0.1 0.0 MNS

CIMT

Gambar 2 Selisih Peningkatan Kemampuan Fungsional AGA pasien Stroke Berdasarkan hasil uji kompatibilitas

ditemukan oleh penulis pada penelitian

diketahui bahwa pada distribusi data pre

yang dilakukan oleh peneliti lain. Hasil

test gabungan kedua kelompok adalah

akhir yang dibuktikan dari penelitian ini

normal dan hasil uji beda pre test antara

adalah

kedua kelompok adalah tidak berbeda

Pelatihan CIMT keduanya sama-sama

secara

dapat

signifikan

maka

keputusan

bahwa

pelatihan

meningkatkan

MNS

dan

kemampuan

kedua

fungsional AGA pasien stroke namun

dapat

tidak terdapat perbedaan peningkatan

diambil berdasarkan perbandingan hasil

kemampuan fungsional AGA pasien

uji beda post test antara kedua kelompok

stroke

yaitu

secara

kelompok tersebut jika dibandingkan

signifikan. Hal ini merupakan suatu hasil

dengan uji beda statistik. Walaupun

temuan

secara uji beda rerata selisih peningkatan

hipotesis kelompok

perbandingan perlakuan

tidak

baru

ada

dari

tersebut

perbedaan

yang

belum

pernah

34

yang

terbukti

antara

kedua

ISSN : 2302-688X

kemampuan

Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 18 – 41, Maret 2014

fungsional

AGA

tidak

pada

terpaut

jauh

berbeda.

kecenderungannya

Kemungkinan lainnya yaitu pengaruh

terlihat lebih tinggi dari pada selisih

faktor data katagorik riwayat sakit

peningkatan

karakteristik

kelompok

MNS

kemampuan

fungsional

dominan

Bisa saja terdapat kemungkinan

kategori hemiparese kiri sebagaimana

beda statistik. Kemungkinan diantaranya

yang

adalah karena pengaruh faktor periode

fungsional

variabel tipe stroke kategori iskemik,

menunjukkan

variabel topis lesi kategori kortikal,

kemampuan

waktu

frekuensi

Kesamaan komposisi dominan pada

WMFT dalam mengukur perbandingan

periode

dijelaskan

hasil penelitian.

selama 2 bulan dan sensitifitas alat ukur

perubahan

telah

distribusinya masing-masing pada bab

waktu penelitian yang singkat hanya

perbedaan

tipe stroke

pertama, dan variabel jenis lateralisasi

terlihat berbeda signifikan secara uji

belum

pada variabel

kategori kortikal, variabel stroke yang

menyebabkan hasil ini menjadi belum

yang

yang

kategori iskemik, variabel topis lesi

pengaruh dari faktor-faktor lain yang

AGA

penelitian

ditunjukkan pada kesamaan komposisi

AGA pada kelompok CIMT.

peningkatan

subjek

jangka

variabel

stroke

yang

Sehingga

variabel

jenis

lateralisasi

dalam

tersebut.

pertama,

dan

kategori

mungkin saja diperlukan waktu 2 bulan

hemiparese kiri dimungkinkan sebagai

lagi

salah

agar

lebih

tampak

perbedaan

satu

penyebab

kesamaan

kemampuan

fungsional

perubahannya. Kemungkinan lain yaitu

peningkatan

pengaruh

AGA karena kondisi tersebut memiliki

faktor

data

numerik

karakteristik subjek penelitian seperti

potensi

usia, skor MMSE dan jumlah kunjungan

lebih

yang bervarian homogen dan terlihat

dibandingkan dengan kondisi stroke lain

juga tidak ada perbedaan yang signifikan

yang dianggap sebagai penyulit dalam

pada kedua kelompok pelatihan MNS

proses restorasi dan fisioterapi pasien.

dan pelatihan CIMT. Kemungkinan lain

Penulis berharap akan ada lagi penelitian

yaitu

lanjutan yang dilakukan oleh peneliti

karena

pengaruh

faktor

data

kesembuhan baik

dan

kategorik umum karakteristik subjek

lain

penelitian

mengkonfirmasi

terutama

variabel

jenis

untuk

dan

lebih

pemulihan cepat

jika

melengkapi

dan

kebenaran

hasil

penelitian ini di masa yang akan datang.

kelamin yang memiliki komposisi yang

35

ISSN : 2302-688X

Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 18 – 41, Maret 2014

Beberapa kelemahan yang dijumpai

dapat disimpulkan bahwa (1) Pelatihan

oleh penulis dalam penelitian ini adalah

mirror neuron system meningkatkan

sebagai berikut (1) Kesulitan dalam

kemampuan fungsional anggota gerak

mengontrol

atas

atau

mengendalikan

pasien

stroke.

(2)

Pelatihan

motivasi dan keadaan psikis subjek

constraint induced movement therapy

khususnya diluar jam tindakan intervensi

meningkatkan kemampuan fungsional

fisioterapi, terutama saat pemberian

anggota gerak atas pasien stroke. (3)

program latihan yang perlu dilakukan

Pelatihan mirror neuron system sama

pengulangan oleh pasien secara mandiri

dengan pelatihan constraint induced

di rumah. (2) Masih adanya keterlibatan

movement therapy dalam meningkatkan

pasien pada program terapi lainnya yang

kemampuan fungsional anggota gerak

dilakukan selama mengikuti program

atas pasien stroke.

pelatihan

semasa

periode

penelitian

Beberapa saran yang dapat diajukan

dilakukan.

berdasarkan

hasil

penelitian

dan

Beberapa upaya yang telah dilakukan

pembahasan dalam penelitian ini adalah

oleh penulis sebagai peneliti untuk

(1) Pelatihan mirror neuron system dan

mengatasi kelemahan penelitian adalah

pelatihan constraint induced movement

sebagai berikut (1) Berupaya memberi

therapy

sebaiknya

saran

periode

waktu

edukatif

dengan

melibatkan

dilakukan

lebih

lama

dalam dengan

keluarga atau pendamping pasien untuk

frekuensi kunjungan fisioterapi lebih

mengontrol dan memberikan motivasi

tinggi dan rutin terprogram secara lebih

pasien

baik

untuk

menjalankan

program

agar

dapat

menunjukkan

latihan secara mandiri dirumah. (2)

peningkatan

Memberikan saran bagi pasien agar

anggota gerak atas yang berbeda lebih

hanya

latihan

baik dibandingkan pelatihan lainnya

diprogramkan

yang relevan sesuai kondisi pasien. (2)

mengikuti

fisioterapi

program

yang telah

kemampuan

fungsional

Perlu diadakan penelitian lanjutan yang

semasa periode penelitian dilakukan.

mengkombinasikan

antara

pelatihan

mirror neuron system dan pelatihan SIMPULAN DAN SARAN Berdasarakan

hasil

constraint induced movement therapy analisis

secara bersamaan agar lebih baik dalam

penelitian yang telah dilakukan maka

meningkatkan kemampuan fungsional

36

ISSN : 2302-688X

Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 18 – 41, Maret 2014

anggota gerak atas pasien stroke. (3)

Involved in The Recognition of

Masih perlu dilakukan penelitian lain

Actions

sebagai lanjutan dari penelitian ini guna

Conspesifics:

melengkapi dan mengkonfirmasi hasil

Journal of Cognitive Neuroscience.

temuan dari penelitian ini dimasa yang

p. 114-126 6.

akan datang.

Performed An

by

Non-

fMRI

Study.

Buccino, G., Solodkin, A., Small, S.L. 2006. Functions of The Mirror

DAFTAR PUSTAKA

Neuron System: Implications for 1.

Amster, D., Carr, L., Comans, T.,

Neurorehabilitation.

Fairfull, A., Grimley, R., Gordon, 7.

A., Ross-Edward, B., Willis, M. Compendium

Measures

for

Rehabilitation.

of

Montgomery, P.C., Connolly, B.H.,

Community

editors. Clinical Applications for

:

Motor Control. Thorofare: Slack

University of South Australia. p. 30-

Incorporated. p. 87

31 2.

Anonim.

8. 2001.

International

Classification

of

Disability

Health.

and

University of Parma. p. 4

Geneva:

9.

of The Streamlined Wolf Motor

Learning” (tesis). Utrecht: Utrecht Unversity. Boon, N.A., Cumming, A.D., John,

Function

Test

in

People

Chronic

Stroke

and

Subacute

Stroke.

[cited

2012

Sept.4].

Available

G. 2007. Davidsons Principle and

with

from:

http://ptjournal.apta.org

Practice of Medicine. 20th. Ed.

10. Cohen, L.G., Hallet, M. 2003.

London : Churchill Livingstone. p.

Neural Plasticity and Recovery of

1200 5.

Chen, H., Wu, C., Lin, K., Chen, C., Chen, C.K. 2012. Rasch Validation

Asten, T.V. 2009. “The Mirror Neuron System and its Role in

4.

Cattaneo, L., Rizzolatti, G. 2009. The Mirror Neuron System. Italy :

Functioning,

World Health Organization. 3.

Byl, N.N. 2003. Neuroplasticty: Applications to Motor Control. In :

Clinical

Queensland

:

University of Parma. p. 58-61

G., Kendall, M., Levy, J., Parker,

2007.

Italy

Function. In : Greenwood, R.J.,

Buccino, G., Lui, F., Canessa, N.,

Barnes,

Patteri, I., Lagravinese, G., Benuzzi,

M.P.,

McMillan,.T.M.,

Ward, C.D., editors. Handbook of

F., et. al. 2004. Neural Circuits

37

ISSN : 2302-688X

Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 18 – 41, Maret 2014

17. Ertelt, D., Small, S., Solodkin, A.,

Neurological Rehabilitation. 2nd. Ed. Canada : Psychology Press. p.

Dettmers,

C.,

McNamara,

A.,

99-105

Binkofski, F., Buccino, G. 2007. Action observation has a positive

11. Davis, L.E., King, M.K., Schultz, of

impact on rehabilitation of motor

Neurologis Desease. New York :

deficits after stroke. NeuroImage. p.

Demos Medical Publishing. p. 87

164–173

J.L.

2005.

Fundamental

2010.

18. Fritz, S.L. 2004. “Functional and

Registry of Selected Functional

Descriptive Predictors of Outcomes

Physical

Following

12. Derenzo,

J.S.,

Fritz,

Therapy

S.

Outcome

Constraint

Induced

Measures with Minimal Detectable

Movement Therapy for Individuals

Change

with

Scores.

Columbia

:

Post-Stroke

Hemiparesis”

(disertasi). Florida: University of

University of South Calrolina. p. 86

Florida.

13. Despopoulus, A., Silbernagl, S.

19. Frolov, A.A, Dufosse, M. 2006.

2003. Color Atlas of Physiology. 5th. Ed. Germany : Thieme. p. 310-

How

Cerebral

and

Cerebellar

313. dan p. 324-325

Plasticities May Cooperate During

14. Desvigne-Nickens, P. 2009. Stroke:

Arm Reaching Movement Learning:

Frequently Asked Questions. New

A Neural Network Model. In :

York: National Heart, Lung, and

Latash, M. L., Lestienne, F., editors.

Blood Institute. p. 1-4

Motor Control and Learning. New York : Springer. p. 105

15. Duncan, P.W., Blankenship, D., dan

20. Gallese, V. 2009. Mirror Neurons,

Bitensky, N.K. 2009. Post Stroke Rehabilitation and Recovery. In :

Embodied

Simulation,

Goldstein, L.B., editor. A Primer on

Neural

Basis

Stroke Prevention and Treatment.

Identification. Italy : University of

1st. Ed. Dallas: Wiley-Blackwell. p.

Parma. p. 520-523

S.

2002.

Social

Medical Physiology. 21st. Ed. San

Neurological

Fransisco : University of California

Physiotherapy: A Problem Solving Approach.

the

21. Ganong, W.F. 2003. Review of

100-101. 16. Edward,

of

and

2nd.

Ed.

London

22. Greenberg, D.A., Aminoff, M.J.,

:

Simon,

Churchill Livingstone. p. 16

38

R.P.

2002.

Clinical

ISSN : 2302-688X

Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 18 – 41, Maret 2014

29. Hudlicka, O. 2008. Cardivascular

Neurology. 5th. Ed. San Fransisco :

System: Changes With Exercise

University of California

Training and Muscle Stimulation. In

23. Guyton, A.C., Hall, J.E. 2006. Textbook of Medical Physiology.

:

7th.

Centofanti,

Ed.

Pennsylvania:

Elsevier

C.

G.,

2007.

Hudlicka,

K.S.,

Application

Saunders. p. 555-557 24. Haberland,

Vrbova,

of

O.,

editors. Muscle/Nerve

Stimulation in Health and Disease.

Clinical

London : Springer. p. 44-45

Neuropathology: Text and Color Atlas. New York : Demos Medical Publishing. p. 43

30. Iacoboni,

M.

2009.

Imitation,

Empathy,

and

Mirror

Neurons.

Brain

Research

Californnia

25. Hallett, M. 2006. The Role of Motor

:

Institute. p. 667

Cortex in Motor Learning. In :

31. Iacoboni, M., Mazziotta, J.C. 2007.

Latash, M. L., Lestienne, F., editors. Motor Control and Learning. New

Mirror

Neuron

York : Springer. p. 89

Findings and Clinical Applications.

Institute. p. 216-217

Kesehatan: Basic Data Analysis for

32. Keysers, C., Gazzola, V. 2010.

Health Research Training. Depok: University of Indonesia. p. 61 27. Hayner, K., Gibson, G., Giles, G.M.

Social

Neuroscience:

Neurons

Recorded

2010. Comparison of Constraint

Amsterdam

Induced Movement Therapy and

Groningen. p. 1-2

Treatment

of

Basic

Los Angeles : Brain Research

26. Hastono, S.P. 2011. Analisa Data

Bilateral

System:

:

in

Mirror Humans.

University

of

33. Lederman, E. 2010. Neuromuscular

Equal

Intensity in People With Chronic

Rehabilitation

Upper-Extremity Dysfunction After

Physical Therapies: Principles to

Cerebrovascular Accident. Oakland

Practice. London : Elsevier. p. 72

:

The

American

Journal

in

Manual

and

34. Lin, K-C., Chung, H-Y., Wu, C-Y.,

of

Liu, H-L., Hsieh, Y-W., Chen, I-H.,

Occupational Therapy. p. 528 28. Heyes, C. 2009. Where do Mirror

Chen, C-L., Chuang, L-L., Liu, J-S.,

Neurons Come From?. Oxford :

Wai, Y-Y. 2010. Constraint Induced

University of Oxford. p. 581

Therapy

Versus

Control

Intervention in Patients with Stroke.

39

ISSN : 2302-688X

Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 18 – 41, Maret 2014

Taipei : National Taiwan University.

Basic

p. 177-178

Applications. Editors. Boca Raton :

35. Marijnissen,

M.

2011.

of

The

System”

Mirror

(tesis).

Neuroscientific

Neuron

Information

Basis

for

Occupational and Physical Therapy

Radboud:

Interventions. In : Zasler, N.D.,

2010.

Constraint

Katz, D.I., Zafonte, R.D., editors.

Movement

Therapy

Brain Injury Medicine: Principles

A,.

Induced

Clinical

40. Nudo, R.J., Dancause, N. 2007.

University of Nijmegen 36. Menon,

to

Taylor and Francis Group. p. 25

“Sparse

Restricted Boltzman Machines as a Model

Mechanisms

for

patients

and Practice. New York : Demos. p.

and

915

Families. (serial online), Des. , [cited 2012 Nov. 9]. Available from:

41. Partridge, C. 2002. Neurological Physiotherapy: Bases of evidence

URL:http:/www.strokengine.ca

for

37. Morris, D.M., Uswatte, G., Crago,

practice.

London

:

Whurr

Giles,

M.F.,

Publishers. p. 8

J.E., Cook III, E.W., Taub, E. 2001.

42. Pendlebury,

The reliability of The Wolf Motor

S.T.,

Function Test for Assessing Upper

Rothwell, P.M. 2009. Transient

Extremity Function After Stroke.

Ischemic Attack and Stroke. New

Birmingham : Arch Phys Med

York : Cambridge University. p. 1-

Rehabil.

35 dan p. 274-277

38. Nadler, M. 2007. Treatment of The

43. Pocock, 2008. Clinical Trial, A

Upper Limb Following Stroke: A

Practical Approach. New York: A

Critical Evaluation of Contraint

Willey Medical Publication. 44. Rizzolatti, G. 2011. Mirror Neurons

Induced Movement Therapy. In : Partridge,

C.,

editor.

Enhance

Recent

Human

Advances in Physiotherapy. England

Pada

The

: John Wiley and Sons Ltd. p. 127

Braunschweig.

Understanding.

EMBO Germany

Meeting. 22-25

september.

39. Nikonenko, I., Jourdain, P., Boda, B., Muller, D. 2005. Synaptogenesis

45. Robinson, R.G., 2006. The Clinical

as a Correlate of Activity-Induced

Neuropsychiatry of Stroke. 2nd. Ed.

Plasticity. In : Baudry, M., Bi, X.,

New York : Cambridge University.

Schreiber, S.S. Synaptic Plasticity:

p. 32

40

ISSN : 2302-688X

Sport and Fitness Journal Volume 2, No. 1 : 18 – 41, Maret 2014

Function

46. Rohkamm. R. 2004. Color Atlas of

Test

for

Post-Stroke

Neurology. New York : Thieme. p.

Assesment. Los Angeles : University

166

of Southern California 52. Wilkinson, I., Lennox, G. 2005.

47. Salama, I.M.M., 2011. “Effect of Action

Observation

on

Essential

Brain

Neurology.

Activity, Function and Strength”

Massachusetts

(disertasi).

Publishing. p. 25

Birmingham:

The

K.J.

Interventions

Ed.

Blackwell

53. Williams, J.A., Leone, A.P., Fregni,

University of Birmingham. 48. Sullivan,

:

4th.

2007.

Therapy

F.

2010.

Interhemispheric

for

Mobility

Modulation Induced by Cortical

Skill

Stimulation and Motor Training.

Acquisition After TBI. In : Zasler,

Boston : Harvard Medical School. p.

N.D., Katz, D.I., Zafonte, R.D.,

406-408

Impairment

editors.

and

Brain

Motor

54. Wittenberg, G.F., Schaechter, J.D.

Injury Medicine:

Principles and Practice. New York :

2009.

The

Demos. p. 931-942

Constraint

Neural

Basis

Induced

of

Movement

Therapy. Baltimore : Lippincott

49. Tariah, H.A., Almaty, A.M., Sbeih,

Williams and Wilkins

Z., Al-Oraibi, S. 2010. Constraint Induced Movement Therapy for

55. Wolf, S.L., Winstein, C.J., Miller,

Stroke Survivors in Jordon: a

J.P., Taub, E., Uswatte, G., Morris,

Home-Based

D.,

Model.

Jordan

:

Giuliani,

C.,

Light,

K.E.,

Nichols-Larsen, D., 2006. Effect of

Hashemite University. p. 638

Contraint-Induced

Movement

Measurement of Outcome. In :

Therapy

Extremity

Bogousslavsky, J., editor. Long-

Function 3 to 9 Months After Stroke.

Term Effects of Stroke. Switzerland

Atlanta : Emory University School

: University of Lausanne. p.1

of Medicine

50. Vuadens, P. 2005. Definition and

2009.

Upper

56. Zipp, G.P., Sullivan, J.E. 2010.

51. Wade, E., Parnandi, A.R., Mataric, M.J.

on

Neurology Section. San Diego :

Automated

Seton Hall University

Administration of The Wolf Motor

41