5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PERMASALAHAN KESEHATAN GIGI

Download TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada kehamilan. Selama kehamilan ibu membutuhkan asupan zat makanan bergizi. . ...

0 downloads 426 Views 26KB Size
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada kehamilan Selama kehamilan ibu membutuhkan asupan zat makanan bergizi. . Apabila ibu hamil tidak rajin kumur dan menggosok gigi maka kuman dan bakteri penyakit mudah tumbuh, yang menyebabkan bau mulut dan sariawan pada rongga mulut. Ibu hamil yang mengalami gangguan pada mulut dan gigi tidak dapat mengunyah makanan dengan baik sehingga kebutuhan pemenuhan makanan tersebut akan tergannggu yang berakibat bayi mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan (Herijulianti, 2005). Peningkatan resiko terjadinya pembengakan gusi maupun pendarahan pada gusi. Hal ini terjadi karena pelunakan dari jaringan daerah gusi akibat peningkatan hormone, kadang timbul benjolan – benjolan berwarna bengkak kemerahan pada gusi, dan gusi mulai berdarah. Pada saat hamil kondisi gigi yang berlubang akan bertambah parah akibat penyerapan kalsium dari tubuh ibu hamil yang dibutuhan ibu bayi untuk proses pertumbuhan (Depkes, RI, 2000). Infeksi pada gigi ibu hamil dapat menginfeksi janin dalam kandungan. Ibu yang gusinya terinfeksi dapat menularkan infeksi pada janin melalui peredaran darah plasenta. Bakteri Streptococcus mutans yang merupakan penyebab gigi berlubang dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah, dan selanjutnya dapat mencapai jantung dan mnyebabkan gangguan pada jantung ibu hamil (Indriani, 2002).

5

6

2.1.1 Gingivitis Kehamilan Gingivitis kehamilan adalah gingivitis yang sering terjadi pada ibu hamil biasanya di tandai dengan gejala gingiva yang cenderung mudah berdarah, baik karena iritasi mekanis maupun secara spontan, gingiva biasanya mengalami perubahan warna menjadi merah terang sampai merah kebiru-biruan dan konsistensi gingiva bebas dan gingiva interdental adalah lunak gingiva mudah tercabik (Wirayuni, 2003). Walaupun kebersihan rongga mulutnya baik, namun pada gusi dapat terlihat adanya kemungkinan berdarah setelah menyikat gigi atau setelah suklus di probing, hal ini menunjukkan bahwa faktor hormon estrogen dan progesterone yang mengalami peningkatan selama kehamilan sehingga dapat menimbulkan inflamasi gingivitis kehamilan, selain itu disarankan agar wanita hamil perbanyak makan makanan yang mengandung vitamin C yang dapat membantu mengurangi gingivitis kehamilan. Gingivitis kehamilan biasanya memperlihatkan adanya peningkatan intensitas sejak bulan kedua sampai bulan kedelapan dari kehamilan, dan menurun pada bulan kesembilan. Menurut Wirayuni (2003), peningkatan gingivitis kehamilan dapat dibagi dalam dua periode yaitu, selama trimester pertama, saat terjadinya produksi berlebihan dari gonadotropin dan selama trimester ketiga, saat tingkat estrogen dan progesteron paling tinggi. Pada trimester ketiga ini, gingivitis kehamilan terjadi paling parah. Menurut Herijulianti (2005), dalam upaya penanggulangan gingivitis mencakup 3 aspek yaitu, upaya promotif dengan cara dokter gigi ataupun perawat gigi memberikan informasi tentang kesehatan gigi, memberikan informasi dan pengarahan tentang teknik – teknik pengontrolan plak, serta mendidik pasien agar pasien mengetahui cara – cara menjaga kebersihan mulutnya. Upaya preventif dengan cara menjaga oral hygiene dan memotivasi untuk sikat gigi secara teratur dan pemilihan pasta gigi

7

dengan tepat. Dental flosh atau benang gigi merupakan cara yang akhir – akhir ini mulai banyak di perkenalkan, dan cukup ampuh untuk membersihkan di sela – sela gigi. Upaya kuratif (pengobatan) dilakukan dengan cara: scaling dengan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan karang gigi, kuretase merupakan tindakan pembersihan periodontal pocket yang berisi banyak sisa makanan maupun kuman untuk mencegah peradangan lanjut, kumur-kumur yang lebih murah dan cukup efektif adalah dengan air garam hangat. Sedangkan kumur-kumur antiseptic yang sering di gunakan adalah Chlorhexidine 0,20%, dan antibiotik digunakan apabila terbukti keterlibatan kuman baik secara klinis maupun mikrobiologis, maka antibiotic mutlak diperlukan. Kemudian di bantu konsumsi vitamin dan nutrisi seperti buah dan sayur untuk mengembalikan kesehatan gusi. Pada akhir perlu di ingat bahwa penyakit gingivitis adalah kelainan yang berawal dari plak sehingga kunci sukses dalam upaya preventif adalah control plak. Dengan mengabaikan control plak, tindakan preventif maupun terapi secanggih apapun umumnya akan kurang berhasil. 2.1.2 Karies gigi pada ibu hamil Karies atau gigi berlubang merupakan proses demineralisasi yang disebabkan oleh suatu interaksi antara (produk-produk) seperti: mikroorganisme, ludah, bagian-bagian yang berasal dari makanan dan email (Houwink & Winchel, 2000). Kehamilan tidaklah langsung menyebabkan karies gigi. Meningkatnya karies gigi atau menjadi lebih cepatnya proses karies yang sudah ada pada rnasa kehamilan lebih disebabkan karena perubahan lingkungan di sekitar gigi dan kebersihan mulut yang kurang, karies gigi dalam mulut dapat diketahui dari gejala-gejala seperti : rasa ngilu, sering timbul rasa sakit, gusi dan pipi bengkak, (Houwink & Winchel, 2000).

8

Faktor-faktor yang dapat mendukung lebih cepatnya proses karies yang sudah ada pada wanita hamil seperti pH saliva wanita hamil lebih asam jika dibandingkan dengan yang tidak hamil. Kemudian waktu hamil biasanya sering memakan-makanan kecil yang banyak mengandung gula (Wirayuni, 2003). Adanya rasa mual dan muntah membuat wanita hamil malas dipercepat dengan adanya asam dari mulut karena mual atau muntah tadi dapat mempercepat proses terjadinya karies gigi. Ibu hamil terkadang malas membesihkan gigi dan mulut karena merasa mual. Beberapa masalah seperti gigi berlubang, gusi bengkak, gusi berdarah dan nyeri pada gigi sering kali dialami ibu hamil (Wirayuni, 2003). 2.2 Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada masa kehamilan Untuk mencegah timbulnya ganguan di rongga mulut selama masa kehamilan, perlu diciptakan tingkat kebersihan mulut yang optimal. Pelaksanaan program kontrol plak penting dilakukan untuk mencegah peradangan pada gingiva akibat iritasi lokal, gangguan keseimbangan hormonal dan kelainan-kelainan dirongga mulut selama masa kehamilan. Menurut Wirayuni (2003), ada beberapa hal yang perlu ditekankan kepada ibu hamil dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut selama masa kehamilan, yaitu : 1. Bila ibu hamil mengalami muntah-muntah, setelah itu segera bersihkan mulut dengan berkumur-kumur atau menyikat gigi. Mual muntah masa kehamilan adalah timbulnya perasaan tidak enak di dalam perut pada saat hamil sebagai akibat dari penurunan daya cerna dan peristaltik usus serta peningkatan asam lambung. Mual muntah masa kehamilan adalah gangguan sistem pencernaan pada masa kehamilan yang biasanya timbul pada pagi hari yang disebabkan oleh peningkatan hormon

9

kehamilan seperti hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin),estrogen dan progesterone, (Cunningham, 2005). 2. Mengatur pola makanan 4 sehat 5 sempurna. Perbanyak makan buah yang berserat dan berair yang dapat membantu membersihkan gigi. Buah yang berserat dan berair seperti : Pepaya, apel, semangka, pier, jeruk, jambu air, dan kurangi makan makanan yang banyak mengandung gula seperti : dodol, coklat, permen, kue. 3. Menyikat gigi secara teratur. Perilaku kesehatan gigi positif misalnya, kebiasaan menyikat gigi sebaliknya perilaku kesehatan gigi negatif misalnya, tidak menyikat gigi secara teratur maka kondisi kesehatan gigi dan mulut akan menurun dengan dampak antara lain gigi mudah berlubang. Pembersihan plak secara sempurna dapat dilakukan dengan menyikat gigi minimal dua kali sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Sikat gigi yang baik adalah : bulu sikat cukup panjang, bulu sikat kekerasannya sedang dan lembut, cukup efektif untuk digunakan sehingga tidak merusak jaringan dan sikat gigi harus mudah dibersihkan (Sriyono, 2005). 4. Memeriksakan keadaan rongga mulut ke dokter gigi. Kunjungan ke dokter gigi pada masa kehamilan dilakukan tiap 3 bulan sekali. Kunjungan ke dokter gigi bukanlah merupakan hal yang kontraindikasi. Untuk mengetahui kelainan dan penyakit gigi secara dini.

2.3 Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap

10

objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2005). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda dan dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu situasi dan kondisi real (sebenarnya). Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi suatu obyek kedalam komponen-komponen tapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Sintesis menuju pada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk yang baru. Sedangkan evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu obyek. Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti: pengalaman, tingkat pendidikan, usia, frekuensi penerimaan informasi yang dapat berupa pelatihan-pelatihan, seminar dan lain-lain (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan yang rendah terhadap kesehatan gigi dan mulut dapat menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit gigi dan mulut. Pada kenyataannya, informasi yang diterima subjek dapat langsung menimbulkan tindakan terhadap rangsangan itu. Artinya wanita hamil tidak harus mengetahui makna dari rangsangan itu terlebih dahulu untuk melakukan suatu tindakan. Perilaku kesehatan gigi dan mulut wanita hamil merupakan respon terhadap stimulus yang berhubungan dengan konsep sehat, sakit dan penyakit (Muhsinah, dkk, 2014). Pengetahuan responden selanjutnya dikelompokkan menjadi 2 kategori tingkat pengetahuan yaitu:

11

a. Baik jika responden menjawap dengan benar 70–100% dari keseluruhan pertayaan. b. Kurang baik jika responden dapat menjawab dengan benar 40-60% dari keseluruhan pertayaan (Arikunto, 2002). Pada tahun 2005, penelitian Habashneh yang dilakukan pada 625 ibu hamil melaporkan kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang hubungan kehamilan dengan kesehatan gigi dan mulut, karena hanya 49% responden yang melakukan kunjungan ke dokter gigi. 2.4 Program Integrasi KIA-Poli Gigi Program integrasi KIA-Poli Gigi merupakan

upaya kesehatan gigi dan mulut

bersifat menyeluruh dan terpadu. Dimana pelayanan kesehatan harus dapat menyediakan pelayanan pertolongan pertama (darurat dasar) yang melibatkan tenaga non dental (kader kesehatan, bidan, perawat dsb), serta menyeluruh meliputi promotif, preventiv, kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan yang dilakukan dalam program integrasi KIA-poli gigi pada Ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya untuk pertama kali pada trimester 1 (KN1) di poli KIA wajib memeriksakan keadaan rongga mulutnya di poli gigi untuk mengetahuai kesehatan gigi dan mulutnya. Serta Ibu hamil dengan keluhan gigi dan mulut langsung dirujuk ke poli gigi dan akan mendapatkan perawatan dengan baik.

Program integrasi KIA-poli gigi tercantum dalam UU KES no.23/1992 pasal 10 mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan yaitu: 1.Peningkatan kesehatan (promotif). 2.Pencegahan (preventive).

12

3.Penyembuhan (kuratif). 4.Pemulihan kesehatan (rehabilitatif) secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Kebijaksanaan

program

kesehatan

gigi

dan

mulut

di

puskesmas

dilaksanakan dengan menerapkan model pelayanan berlapis (level of care), dengan strategi integrasi dengan tenaga lain, pendelegasian dan pembinaan tenaga non gigi serta peningkatan profesionalisme. Program integrasi KIA-poli gigi di Puskesmas 1 Denpasar Selatan sudah berjalan dengan baik, sehingga ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya untuk pertama kali pada trimester 1 (KN1) di poli KIA wajib memeriksakan keadaan rongga mulutnya ke poli gigi, serta ibu hamil dengan keluhan gigi dan mulut langsung dirujuk ke poli gigi dan akan mendapat perawatan dengan baik.