BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Pemeriksaan Kehamilan / Antenatal Care a. Pengertian Banyaknya pengertian mengenai pemeriksaan kehamilan atau yang disebut juga dengan Antenatal Cara (ANC). Namun umumnya bahwa pengertian pemeriksaan kehamilan adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas kesehatan terhadap ibu hamil beserta janinnya secara berkala untuk mengawasi kondisi kesehatan ibu serta pertumbuhan dan perkembangan janin guna persiapan persalinannya, masa nifas, pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan (Hanifah, 2001). Menurut
Manuaba
(1998)
Antenatal
Care
(ANC)
adalah
pengawasan sebelum persalinan terutama pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Sedangkan ANC menurut Sarwono (2007) adalah perawatan yang diberikan pada ibu selama masa kehamilan. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 40 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.
7 7
b. Tujuan Pemeriksaan Kehamilan 1)
Tujuan umum adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.
2)
Tujuan khusus adalah a) Mengenali dan menangani penyakit-penyakit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas, misalnya pada kehamilan adanya hiperemesis grafidarum yaitu muntah berlebihan yang dapat membahayakan ibu hamil karena keluarnya cairan dan berkurangnya masukan nutrisi karena mual muntah. b) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita
sedini
mungkin,
misalnya
adanya
penyakit
hipertensi, yang menyertai kehamilan. c) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak. d) Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup saheri-hari berkaitan dengan kehamilan, nifas dan laktasi dan keluarga berencana. e) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Mochtar, 1998 dan Manuaba, 1998).
8
c. Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) Dalam penerapan praktis pelayanan ANC, menurut Badan Litbangkes Depkes RI, standar minimal pelayanan ANC adalah “14 T” yaitu: 1)
Tanyakan dan menyapa ibu dengan ramah
2)
Tinggi badan dan berat badn ditimbang
3)
Temukan kelainaran/ periksa daerah muka dan leher (gondok, vena jugularis externa), jari dan tungkai (edema), lingkaran lengan atas, panggul (perkusi ginjal) dan reflek lutut
4)
Tekanan darah diukur
5)
Tekan/ palpasi payudara (benjolan), perawatan payudara, senam payudara, tekan titik (accu pressure) peningkatan ASI
6)
Tinggi fundus uteri diukur
7)
Tentukan posisi janin (Leopold I-IV) dan detak jantung janin
8)
Tentukan keadaan (palpasi) liver dan limpa
9)
Tentukan kadar Hb dan periksa lab (protein dan glucosa urin), sediaan vagina dan VDRL (PMS) sesuai indikasi
10) Terapi dan pencegahan anemia (tablet Fe) dan penyakit lainnya sesuai indikasi (gondok, malaria dll) 11) Tetanus toxoid imunisasi 12) Tingkatkan kesegaran jasmani (accu pressure) dan senam hamil
9
13) Tingkatkan pengetahuan ibu hamil (penyuluhan): makanan bergizi ibu hamil, tanda bahaya kehamilan, petunjuk agar tidak terjadi bahaya pada waktu kehamilan dan persalinan 14) Temu wicara konseling
2. Standar Pelayanan Kebidanan a. Definisi Standar Pelayanan Kebidanan Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas pemeriksaan. Standar juga berarti kesatuan variasi yang masih dapat diterima sebagai : 1) Rumusan tentang penelitian atau nilai yang diinginkan yang mampu dicapai dan berkaitan dengan parameter yang telah ditentukan 2) Spesifikasi dan fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan kesehatan agar si pemakai jasa layanan kesehatan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari pelayanan kesehatan yang diselenggarakan (Prawirohardjo, 2000). Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam system pelayanan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 1999). Standar dikembangkan dengan maksud untuk mendukung struktur organisasi kebijakan dalam praktek professional sebagai bidan
10
secara optimal. Di Indonesia, standar mempunyai fungsi ganda yaitu dalam lingkup secara keseluruhan menangani berbagai praktek kebidanan di Indonesia. Secara fisik berupa isi yang penting dan relevan untuk pelaksanaan kegiatan sehari – hari. Dengan demikian akan dicapai sebagai rujukan dalam mengembangkan policy, prosedur dan perihal, rencana pendidikan bidan, serta perencanaan jangka pendek dan jangka panjang b. Format Standar Pelayanan Kebidanan Dalam standar pelayanan kebidanan digunakan format sebagai berikut : 1) Tujuan merupakan tujuan standar 2) Pernyataan standar berisi tentang pernyataan tentang pelayanan kebidanan yang dilakukan dengan penjelasan tingkat kompetensi yang diharapkan 3) Hasil yang akan dicapai oleh pelayanan yang diberikan dan dinyatakan dalam bentuk yang dapat diukur 4) Prasyarat, hal yang diperlukan (misal : alat, obat, ketrampilan) agar pelaksanaan pelayanan dapat menerapkan standar. c. Ruang Lingkup Standar Pelayanan Kebidanan Ada 24 standar dalam pelaksanaan pelayanan kebidanan dan dikelompokkan sebagai berikut : 1) Standar pelayanan umum (2 standar) 2) Standar pelayanan antenatal care (6 standar)
11
3) Standar pelayanan persalinan (4 standar) 4) Standar pelayanan nifas (3 standar) 5) Penanganan kegawatdaruratan obstetric neonatal (9 standar) (Departemen Kesehatan RI, 2001) d. Standar Pelayanan Kebidanan Pada pelaksanaan pemeriksaan kehamilan meliputi : 1) Identifikasi ibu hamil Bertujuan untuk mengenali dan memotivasi ibu hamil dalam pemeriksaan kehamilannya. Adapun cara untuk mendapatkan identifikasi ibu hamil sebagai berikut : a) Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan secara teratur untuk menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil, suami, keluarga maupun masyarakat b) Melalui komunikasi dua arah dengan kelompok ibu, pamong, tokoh masyarakat dan dukun bayi untuk menjelaskan manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini yang dilakukan secara berkala selama kehamilan c) Membimbing kader dalam pendataan dan pencatatan ibu hamil dengan kunjungan rumah d) Pemeriksaan ibu hamil dengan menggunakan buku KIA.
12
2) Pemeriksaan dan pemantauan antenatal Bertujuan untuk memberikan pelayanan dan pemantauan antenatal berkualitas kepada ibu hamil. Adapun hal – hal yang dilakukan oleh bidan adalah : a) Bersikap ramah, sopan, bersahabat, pada setiap kunjungan b) Melakukan anamnese c) Mengisi kartu ibu secara lengkap d) Memastikan kehamilan ibu diharapkan e) Tanyakan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) dan tentukan HPL (Hari Perkiraan Lahir) f) Pemeriksaan kadar Hb (Haemoglobin) g) Memberikan imunisasi TT(Tetanus Toxoid) sesuai dengan kebutuhan h) Memeriksakan keadaan umum (fisik) dan keadaan psikologis ibu hamil i) Memeriksakan urine untuk tes protein dan glukosa sesuai indikasi j) Menimbang berat badan (bila hasil menunjukkan kurang gizi) diberi penyuluhan tentang gizi k) Mengatur tekanan darah dengan porsi ibu hamil duduk atau berbaring dengan mengganjal punggung kiri dengan bantal l) Periksa Hb (Haemoglobin) ulang umur kehamilan 28 minggu atau lebih, sering jika ada tanda – tanda anemia
13
m) Memberikan tablet zat besi dan pastikan ibu meminumnya dan tidak dengan teh atau kopi n) Memeriksa tanda – tanda atau gejala PMS (Penyakit Menular Seksual) o) Memeriksa payudara dan memberikan penyuluhan cara merawat payudara p) Memberi nasehat tentang perawatan diri selama kehamilan dan tanda bahaya pada kehamilan, kurang gizi dan anemia q) Mendengarkan keluhan ibu hamil dengan penuh perhatian dan berikan dukungan moril r) Memberikan nasehat tentang persiapan persalinan dan tempat persalinan s) Mencatat semua hasil pemeriksaan dalam kartu ibu hamil / buku KIA 3) Palpasi abdominal Palpasi abdominal adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan untuk memperkirakan usia perkawinan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin. Tindakan dini meliputi : a) Melaksanakan palpasi abdominal pada setiap kunjungan antenatal b) Sebelum palpasi tanyakan gerakan janin dan apa yang dirasakan
14
c) Sebelum palpasi ibu diminta untuk mengosongkan kandung kencing d) Baringkan ibu hamil terlentang dengan bagian atas tubuhnya disangga bantal e) Periksa abdomen adalah perut atau tanda peregangan uterus yang berlebihan menggunakan meteran kain dari sympisis pubis ke fundus uteri f) Melakukan palpasi untuk menentukan bagian bahwa janin (Leopold III), jika bukan kepala persalinan harus ke rumah sakit g) Setelah umur kehamilan 37 minggu pada kehamilan pertama, diperiksa apakah telah terjadi penurunan kepala janin (Leopold IV), jika tidak masuk panggul dirujuk ke RS. h) Mendengarkan denyut jantung janin selama satu menit penuh dengan memperhatikan kecepatan iramanya i) Memberitahu hasil pemeriksaan dengan suami (keluarga yang mengantarnya) j) Catat semua temuan, jika ada kelainan rujuk ke Puskesmas atau RS untuk pemeriksaan lanjut 4) Pengelolaan anemia pada kehamilan Bertujuan untuk menentukan adanya anemia pada kehamilan secara dini dan melakukan tindakan lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia. Sebelum persalinan, tindakan ini meliputi :
15
a) Memeriksa kadar Hb ibu hamil pada kunjungan pertama, pada minggu ke 28 Hb dibawah 11 gr %. Pada kehamilan termasuk anemia dibawah 8 gr % adalah anemia berat. b) Beri tablet zat besi pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet selama hamil c) Beri penyuluhan tentang gizi pada setiap kunjungan antenatal tentang pentingya minum tablet zat besi, makan yang mengandung zat besi dan kaya vitamin C. d) Jika diduga ada anemia berat (misal wajah pucat, cepat lelah, kuku pucat kebiruan, kelopak mata sangat pucat) segera rujuk ibu hamil untuk pemeriksaan dan perawatan selanjutnya (Departemen Kesehatan, 1999). 5) Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan Adalah tindakan yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan untuk mengetahui secara dini atau sedini mungkin hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlukan. Adapun tindakan yang dilakukan oleh bidan adalah : a) Memeriksa tekanan darah secara tepat pada setiap pemeriksaan kehamilan, termasuk pengukuran tekanan darah dengan tehnik yang benar b) Mengukur tekanan darah pada lengan kiri, posisi ibu hamil duduk atau berbaring dengan bagian kiri punggung disangga dengan bantal
16
c) Rujuk ibu hamil ke RS, jika ditemukan kenaikan tekanan darah 30 mmHg dengan protein urine (++ atau lebih) tanpa oedema d) Beri penjelasan pada ibu hamil, suami atau keluarga tentang tanda – tanda pre eklamsia dan eklamsia yang mengancam khususnya sakit kepala, pandangan kabur, nyeri ulu hati dan pembengkakan mendadak pada kaki atau wajah. e) Bicarakan semua temuan pada ibu hamil dan suami atau keluarganya f) Catat semua temuan pada Kartu ibu hamil / buku KIA 6) Persiapan persalinan Merupakan tindakan bidan yang diberikan pada ibu hamil pada keluarga yang bertujuan untuk memastikan bahwa persalinan direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai. Kegiatan tersebut meliputi : a) Mengatur pertemuan ibu hamil dan suami atau keluarga pada trisemester ketiga untuk membicarakan tempat persalinan dan hal – hal yang perlu diketahui dan dipersiapkan b) Beri penjelasan kepada ibu hamil kapan memanggil bidan (misal jika ketubah pecah atau timbul rasa mulas yang teratur). c) Sebagai persiapan untuk rujukan atau transportasi ke RS bersama ibu hamil dan suami atau keluarga.
17
3. Evaluasi a. Pengertian 1) Menurut WHO, evaluasi (penilaian) adalah suatu cara yang sistematis untuk mempelajari berdasarkan pengalaman, dan mempergunakan pelajaran yang dipelajari untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan serta meningkatkan perencanaan yang lebih baik dengan seleksi yang seksama untuk kegiatan mendatang. 2) Evaluasi berarti menilai atau memberi nilai. Memang dalam evaluasi
terlibat
kegiatan
memberi
penilaian/
judgment
(Notoatmodjo, 2005). 3) Evaluasi adalah bagian integral (terpadu) dari proses manajemen. Mengapa orang melakukan evaluasi, tidak lain karena orang ingin mengetahui apa yang telah dilakukan telah berjalan sesuai dengan rencana, apakah semua masukan yang diperkirakan sesuai dengan kebutuhan dan apakah kegiatan yang dilakukan memberi hasil dan dampak yang seperti yang diharapkan (Notoatmodjo, 2005). 4) Levvy dan Loomba dalam ” Health Care Administration” menganagap
evaluasi
sebagai
penghubung
antara
fungsi
perencanaan dan pengawasan. b. Tujuan evaluasi dan komponen dari kegiatan evaluasi Evaluasi bertujuan menilai hasil keseluruhan program dengan menggunakan teknik riset secara sistematis. Evaluasi dilakukan tidak
18
hanya pada tahap akhir, tetapi juga pada tahap-tahap proses secara menyeluruh. (Green,et.al.,hal. 247). c. Evaluasi Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Evaluasi tentu saja harus didasarkan hasil riset, baik kuantitatif maupun kualitatif, agar dapat mengukur seberapa jauh tujuan program telah tercapai. Dengan demikian, evaluasi akan dapat memberikan penilaian secara lebih akurat tentang manfaat yang diperoleh dari suatu program komunikasi kesehatan. Dengan akurasi ini setiap penilaian dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh pejabat dari instansi yang wewenang. Bagi pembuat kebijakan, informasi dari hasil evaluasi dapat memberi kesempatan untuk melakukan analisis lebih lanjut tentang pola pelaksanaan suatu program, perluasan kelemaan, biaya serta penentuan tenaga relawan. Hasilnya dapat dijadikan bahan bagi perencana untuk memperbaiki atau mempertajam rancangan dasar program baru di tempat berbeda. Evaluasi juga dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana dan mengapa program tertentu berhasil, sedangkan program lain tidak. Studi-studi yang dilakukan dapat menunjukkan kaitan yang jelas antara program yang baik dan tidak, sehingga selanjutnya dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan tentang arah kegiatan mendatang.
19
d. Proses Evaluasi Dari gambar daur evaluasi tampak bahwa evaluasi secara umum meliputi langkah-langkah berikut: 1) Menetapkan apa yang dievaluasi Disebut juga menentukan fokus evaluasi. Langkah ini merupakan langkah terpenting dalam melakukan evaluasi. a) Ada beberapa cara menentukan fokus evaluasi, tetapi yang paling penting dan paling sederhana adalah dengan membahas dan membuat kesepakatan dengan pihak yang meminta evaluasi. Bila orang yang terlibat berjumlah kecil sehingga dapat dengan mudah berbagai pendapat. Bila jumlah yang terlibat besar sekali, untuk memutuskan sering digunakan cara Delphi. Cara ini merupakan cara membuat keputusan berdasarkan konsensus suara terbanyak. Cara yang dianggap paling teliti ialah dengan mengkaji secara sistem, yaitu dengan menguraikan proses suatu kegiatan atau intervensi menurut unsur-unsur sistem, yaitu: masukan (input), proses (process), keluaran (output), efek (outcome), dampak (impact), umpan balik (feed back) serta lingkungan (environment). Cara yang praktis ialah dengan membuat suatu proses yang runtut. Cara ini dipakai oleh Carol Weiss (1972), yang membuat penentuan berdasarkan logika.
20
b) Memilih atau merancang desain evaluasi Banyak rancangan desain (riset) yang dapat dipakai dalam melakukan evaluasi. Tergantung tujuan dan sumber daya yang dimiliki desain evaluasi dapat sederhana, dapat pula sangat canggih (sophisticated). e. Desain informasi Stephen Isaac dan William B. Michael (1981) mengemukakan 9 bentuk desain evaluasi, yaitu: 1) Historikal, dengan merekonstruksi kejadian di masa lalu secara objektif dan tepat dikaitkan dengan hipotesis atau asumsi. 2) Deskriptif, melakukan penjelasan secara sistematis suatu situasi atau hal yang menjadi perhatian secara faktual dan tepat. 3) Studi perkembangan (developmental study), menyelidiki pola dan urutan perkembangan atau perubahan menurut waktu. 4) Studi kasus atau lapangan (case atau field study), meneliti secara intensif latar belakang status sekarang, dan interaksi lingkungan dari suatu unit sosial, baik perorangan, kelompok, lembaga atau masyarakat. 5) Studi korelasional (corelational study), meneliti sejauh mana variasi dari satu faktor berkaitan dengan variasi dari satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien tertentu. 6) Studi sebab akibat (causal comparative study), yang menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan mengamati berbagai
21
konsekuensi yang ada dan menggalinya kembali melalui data untuk faktor menjelaskan penyebabnya. 7) Eksperimen
murni
(true
experimental),
yang
menyelidiki
kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan membuat satu kelompok percobaan atau lebih terpapar akan suatu perlakuan atau kondisi dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak menerima perlakukan atau kondisi. Pemilihan kelompok-kelompok secara sembarang (random) sangat penting. 8) Eksperimen semu (quasi experimental), merupakan cara yang mendekati eksperimen, tetapi di mana kontrol tidak ada dan manipulasi tidak bisa dilakukan. 9) Riset
aksi
pengalaman
(action baru
research),
melalui
bertujuan
aplikasi
mengembangkan
langsung
di
berbagai
kesempatan. f. Evaluasi Asuhan/ Pelayanan Kebidanan Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan secara terus menerus seiring tindakan kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan. Pelaksanaan Evaluasi Meliputi: 1) Evaluasi dilakukan setelah dilaksanakan tindakan kebidanan klien sesuai dengan standar ukuran yang telah ditetapkan.
22
2) Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur rencana yang telah dirumuskan. 3) Hasil evaluasi dicatat pada format yang telah disediakan. g. Evaluasi/ Penyeliaan Pelayanan Kesehatan Penyelia adalah suatu proses dari pengarahan, bantuan, pelatihan dan upaya merangsang staf untuk meningkatkan kinerja mereka dalam upaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu. Dalam Pelaksanaannya penyeliaan dibagi menjadi dua yaitu: 1)
Penyelia eksternal Secara berkala melakukan kunjungan ketempat pelayanan kesehatan, dimana mereka tidak tinggal disana dalam pekerjaan sehari-hari,
untuk
membantu
staf
meningkatkan
dan
mempertahankan kinerja dan kualitas pelayanan. 2)
Penyelia internal Melakukan kegiatan penyeliaan sebagai bagian dari kegiatan setiap hari, yang sering juga melaksanakan pelayanan kesehatan di tempat tersebut. (Garrison dkk, 2005)
4. Bidan a. Definisi Ikatan Bidan Indonesia (IBI) tahun 2006 menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah : Seorang perempuan yang lulus dari
23
pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk deregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktek kebidanan. b. Kualifikasi Pendidikan Bidan 1) Lulusan pendidikan bidan sebelum tahun 2000 dan Diploma III Kebidanan merupakan bidan pelaksana yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan prakteknya baik di institusi pelayanan maupun praktek perorangan. 2) Lulusan pendidikan bidan setingkat Diploma IV / S1 merupakan bidan professional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan prakteknya baik di institusi pelayanan maupun praktek perorangan. Mereka dapat berperan sebagai pemberi layanan, pengelola dan pendidik. 3) Lulusan pendidikan bidan setingkat S2 dan S3, merupakan bidan professional yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan prakteknya baik di institusi pelayanan maupun praktek perorangan. Mereka dapat berperan sebagai pemberi layanan., pengelola, pendidik, peneliti, pengembang dan konsultan dalam pendidikan bidan maupun sistem atau ketatalaksanaan pelayanan kesehatan secara universal.
24
c. Peran Fungsi dan Kompetensi Bidan 1) Peran Fungsi Bidan a) Bidan sebagai pelaksana b) Bidan sebagai Pengelola c) Bidan Sebagai Pendidik d) Sebagai Peneliti atau Investigator 2) Kompetensi Bidan Kompetensi
adalah
pengetahuan
yang dilandasi
oleh
pengalaman, ketrampilan dan sikap yang dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, secara aman dan bertanggung jawabsesuai dengan standar sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat ( PP IBI, 2004).
25
B. Kerangka Teori
ANC
Evaluasi pelaksanaan standar pelayanan kebidanan pada pemeriksaan Kehamilan meliputi: Identifikasi ibu hamil Pemeriksaan dan pemantauan antenatal Palpasi abdominal Pengelolaan anemia Pengelolaan dini hipertensi Persiapan persalinan
Bidan sebagai pelaksana ANC Dipengaruhi oleh : pendidikan
1.
2. Kompetensi : -
Pengalaman Keterampilan Sikap
Gambar 2. 1 Skema Kerangka Teori
Keterangan : Diteliti Tidak diteliti Sumber : Notoatmodjo dengan modifikasi Depkes RI (2001)
26
C. Kerangka Konsep Evaluasi pelaksanaan standar pelayanan kebidanan pada pemeriksaan kehamilan dalam penelitian ini disusun dalam bentuk bagan sebagai berikut : Pendidikan dan ketrampilan bidan
Evaluasi pelaksanaan standar pelayanan kebidanan pada pemeriksaan kehamilan oleh Bidan
Gambar 2. 2 Skema Kerangka Konsep
D. Hipotesa Penelitian Hipotesa adalah jawaban sementara dari penelitian, patokan duga atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. (Notoatmodjo, 2003). Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ha : Ada pengaruh pendidikan dan ketrampilan terhadap evaluasi pelaksanaan standar pelayanan kebidanan pada pemeriksaan kehamilan oleh bidan di kabupaten demak. Ho : Tidak ada pengaruh pendidikan dan ketrampilan terhadap evaluasi pelaksanaan standar pelayanan kebidanan pada pemeriksaan kehamilan oleh bidan di kabupaten demak.
27