91 PEMANFAATAN MEDIA FILM PENDEK ERIN GA CHOUSEN

Download UPPM Politeknik Pariwisata Makassar. Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat. ISSN 1979 - 7168. Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No...

1 downloads 511 Views 472KB Size
UPPM Politeknik Pariwisata Makassar Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat

ISSN 1979 - 7168

PEMANFAATAN MEDIA FILM PENDEK ERIN GA CHOUSEN! NIHONGO DEKIMASU PADA PELAJARAN BAHASA JEPANG Oleh; Renold Politeknik Pariwisata Makassar, Jl. Gunung Rinjani, Tanjung Bunga, Makassar Email : [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar bahasa Jepang yang berfokus pada kemampuan berbicara mahasiswa jurusan Manajemen Jasa Perjalanan yang diajar menggunakan media film pendek dan hasil belajar mahasiswa yang diajar bahasa jepang menggunakan metode ceramah. Subyek penelitian adalah mahasiswa jurusan manajemen jasa perjalanan yang mengambil mata kuliah bahasa Jepang tahun ajaran 2014/2015 yang kemudian dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diajar menggunakan media film pendek kemudian kelompok kontrol diajar menggunakan metode konvensional. Kemampuan siswa pada kedua kelompok dievaluasi menggunakan tes berbicara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar mahasiswa yang diajar menggunakan media film pendek adalah (7,65) dengan mahasiswa yang diajar menggunakan metode konvensional adalah (0, 29). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengajar perlu menerapkan berbagai metode untuk meningkatkan kemampuan berbahasa asing sehingga mahasiswa tidak hanya mempelajari bahasa tersebut tetapi juga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kata kunci: Pengembangan pembelajaran, bahasa asing, pariwisata, media. Abstract This research aims to know the students’ achievement on Japanese language speaking skill of Tour and Travel Bussines Management year 2014/2015 thaugt using short movie.This study employed experimental method in which the students were divided into experiment group and control group. Experiment group was thought by using short movie, whereas control group was thaugt by using conventional method. Students’ achievement in both group were examined by using speaking test.Result of the research revealed that there is a significant difference between student thaught by using short movie compared to using conventional method. The implication of this research finding is that the lecturers or teachers need to apply different methods in order to improve student language ability. Key words: learning improvement, foreign language, tourism, media.

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 91 - 103

91

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat

PENDAHULUAN Sebagai lembaga pendidikan yang berbasis pariwisata, Akademi Pariwisata Makasar (Akpar) dituntut mampu menghasilkan insan pariwisata yang berkompeten dan berkualitas agar wisatawan yang berkunjung ke Indonesia, khususnya Sulawesi Selatan merasa puas atas pelayanan yang diberikan. Untuk mencapai tujuan tersebut mahasiswa dibekali berbagai macam keterampilan.Salah satu keterampilan yang diajarkan di Akpar adalah keterampilan berbahasa, baik keterampilan berbahasa Indonesia maupun bahasa Asing lainnya seperti bahasa Inggris, Perancis, Mandarin dan Jepang. Keterampilan berbahasa merupakan aspek yang sangat penting karena bahasa berfungsi sebagai alat utama yang digunakan manusia dalam berkomunikasi.Bahasa yang digunakan oleh mahasiswa di sekolah berbedabeda bergantung kepada siapa mahasiswa tersebut bertutur, dimana mahasiswa tersebut bertutur, ataupun kapan mahasiswa tersebut bertutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Samsuri (1994: 4) yang menyatakan bahwa bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan, alat yang dipakai untuk memengaruhi dan dipengaruhi, dan bahasa adalah dasar pertaa yang paling berurat dan berakar pada masyarakat manusia. Keterampilan berbahasa memiliki empat aspek yang saling berkaitan satu sama lain. Keempat aspek tersebut ialah aspek menyimak, aspek berbicara, aspek, membaca, dan aspek menulis. Sebagai salah satu

ISSN 1979 - 7168

aspek yang harus dikuasai oleh mahasiswa, keterampilan berbicara memegang peranan penting.Hal ini disebabkan keterampilan berbicara merupakan keterampilan bahasa aktif dan produktif. Pageyasa (2004:43) menyatakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau sekelompok orang secara lisan baik berhadapan maupun jarak jauh. Menurut Djiwandono (2008: 118) berbicara berarti mengungkapkan pikiran secara lisan, dengan mengungkapkan apa yang dipikirkan serta membuat orang lain yang diajak bicara mengerti apa yang ada dalam pikirannya. Sujanto (1988:189) menyatakan berbicara merupakan bentuk komunikasi antar persona yang paling unik, paling tua dan sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, dikatakan unik karena menyangkut berbagai masalah yang sangat kompleks. Selanjutnya, Nurhadi (1995: 342) mengartikan berbicara adalah mengemukakan ide atau pesan lisan secara aktif. Kemampuan berkomunikasisecara lisan ini menjadi fokus kemampuan berbahasa, terutama peserta didik asing. Pembelajaran berbicara yang paling penting adalah mengajarkan keterampilan berkomunikasi lisan dengan orang lain. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan aspek yang sangat dibutuhkan dalam industri perhotelan karena berbicara berarti berkomunikasi dengan lawan bicara,

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 91 - 103

92

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat

dalam hal ini yang menjadi lawan bicara adalah tamu hotel atau wisatawan asing. Sebagai salah satu keterampilan bahasa asing yang diajarkan di Akademi Pariwisata Makassar, pengajar bahasa Jepang pun melakukan beberapa pengembangan pembelajaran bahasa Jepang. Kegiatan pengembangan keterampilan pembelajaran bahasa Jepang mengacu pada 5 (lima) langkah pembelajaran yang diadaptasi dari PERMENDIKBUD No. 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan, yang biasa disingkat dengan 5 M. Berikut ini akan dijelaskan tentang pengertian dan kegiatan pembelajaran yang bisa dilakukan berdasarkan konsep 5 M tersebut. 1. Mengamati 「かんさつ」 Mengamati adalah kegiatan yang dilakukan dengan memaksimalkan panca indra dengan cara melihat, mendengar, membaca, menyentuh, atau menyimak. Yang diamati adalah materi yang berbentuk fakta, yaitu fenomena atau beristiwa dalam bentuk gambar, video, rekaman suara, atau fakta langsung yang bisa disentuh, dilihat, dan sebagainya. Contoh: Mahasiswa mengamati gambar/video sikap tubuh orang-orang yang bersalaman atau menyimak percakapan memperkenalkan diri dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jepang. 2. Menanya 「しつもん」 Menanya dalah proses mengkonstruksi pengetahuan berupa

ISSN 1979 - 7168

konsep, prinsip dan prosedur melalui diskusi kelompok atau diskusi kelas. Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan meliputi mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati. Contoh: Mahasiswa mendiskusikan kapan, dengan siapa, apa yang mereka katakan saat mereka melakukan salaman yang ada pada gambar/video yang ditampilkan. 3. Mencoba 「じっけん」 Langkah pembelajaran ini diawali dengan mengumpulkan informasi yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan eksperimen. Kegiatan pembelajaran yang bisa dikembangkan diantaranya adalah melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek atau kejadian atau melakukan wawancara dengan nara sumber. Contoh: Mahasiswa mencoba memperkenalkan diri dalam bahasa Jepang, mulai dengan mengulang kalimat, melengkapi percakapan yang rumpang, sampai memperkenalkan diri dengan beberapa teman di kelas. 1. Mengasosiasi 「かんれんずけ・じょうほ うをしょりする」 Mengasosiasi adalah mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan atau eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 91 - 103

93

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat

informasi.Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keleluasaan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Contoh: Mahasiswa membandingkan memperkenalkan diri dalam bahasa dan budaya Indonesia dengan bahasa dan budaya Jepang, dan menarik kesimpulan persamaan dan perbedaannya. 2. Mengomunikasikan

「コミュニ

ケーション」 Yang dimaksudkan dengan kegiatan mengkomunikasikan dalam pembelajaran adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis atau media lainnya. Contoh: Mahasiswa mengkomunikasikan hasil diskusi yang membandingkan antara bahasa dan budaya Jepang dengan Indonesia. Sedangkan pembelajaran secara tidak langsung, yang berupa pengembangan nilai dan sikap termasuk dalam seluruh proses pembelajaran mulai awal pembelajaran, akhir pembelajaran juga diluar pembelajaran. Sikap yang dikembangkan didasarkan pada Kompetensi Inti (KI) 1, diantaranya menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif selama pembelajaran berlangsung dan dalam sikap nyata sehari-hari.

ISSN 1979 - 7168

Salah satu aspek yang dikembangkan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa asing adalah aspek berbicara. Rendahnya kemampuan berbicara menggunakan bahasa Jepang pada mahasiswa Akademi Pariwisata Makassar yang terungkap melalui rendahnya hasil ujian lisan yang diadakan setiap tengah dan akhir semester. Rata- rata mahasiswa sulit menjawab pertanyaan yang diajukan menjadi alasan utama peneliti tertarik menerapkan metode pembelajaran yang menarik, efektif dan berkesan. Pengembangan keterampilan berbahasa asing merupakan tugas utama seorang guru hal ini disebabkan dalam proses pembelajaran bahasa khususnya bahasa ke dua guru merupakan ujung tombak yang sangat menentukan keberhasilan mahasiswa. Ada beberapa hal yang memengaruhi keberhasilan mahasiswa dipandang dari sudut pandang guru, yaitu kemampuan guru, sikap profesionalitas pengajar, latar belakang pendidikan pengajar, dan pengalaman mengajar.Kemampuan guru merupakan faktor pertama yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran.Guru dituntut bersikap kreatifdan inovatif serta mencoba menerapkan berbagai penemuan baru yang dianggap lebih baik untuk membelajarkan mahasiswa. Selain itu, tujuan lain dari inovasi adalah membuat mahasiswa tidak jenuh ataupun bosan dengan teknik yang lama dan motivasi maupun minat mahasiswa belajar bahasa akan meningkat. Salah satu teknik pembelajaran

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 91 - 103

94

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat

yang bertujuan mengasah keterampilan berbicara adalah pemanfaatan multimedia dalam pembelajaran. Pemanfaatan multimedia dalam pembelajaran dikatakan oleh Ariani & Dany (2010: 31) akan membuat pembelajaran menjadi lebih menarik, efisien, dan efektif. Media pembelajaran terbagi ke dalam tiga kelompok, yakni media visual, media audio, dan media audiovisual. Media audiovisual melibatkan dua indera sekaligus, yaitu indera pendengaran dan indera penglihatan.Oleh karena itu, media ini dianggap lebih unggul digunakan dalam pembelajaran dibandingkan dengan media audio atau media visual saja. Arsyad (2011: 9) mengemukakan bahwa belajar dengan menggunakan indera ganda, siswa akan belajar lebih banyak daripada jika materi pelajaran disajikan hanya dengan stimulus pandang atau hanya dengan stimulus dengar. Salah satu bentuk media audiovisual yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah media film pendek. Film pendek dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran di sekolah karena film pendek mampu memberikan gambaran nyata tentang hal-hal yang perlu dikonkretkan dan memiliki durasi tayang yang singkat, yaitu 1 menit-15 menit. Dengan demikian, film pendek ini dianggap efektif dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran karena siswa dapat langsung mendiskusikan isi filmnya di kelas sesaat setelah menonton filmnya atau menceritakannya dalam tema yang lain.

ISSN 1979 - 7168

Pembelajar dalam hal ini mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengamati film pendek yang ditayangkan.Kegiatan ini bertujuan menambah kosakata mereka dalam bahasa Jepang. Setelah itu mahasiswa diminta untuk menceritakan apa yang mereka amati maupun mengembangkannya dengan menceritakan objek lain yang ada di sekitar kampus seperti kantin, perpustakaan, maupun ruang dosen. Penceritaan dilakukan dengan menggunakan bahasa Jepang sesuai tingkatan materi yang telah diajarkan. Hal ini sekaligus memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk berlatih sehingga mereka dapat berani tampil berbicara di depan kelas dan menyampaikan apa yang mereka amati secara lisan. Selanjutnya mahasiswa menyampaikan secara lisan apa yang telah mereka amati didepan kelas secara bergiliran. Dengan demikian teknik ini tidak hanya difokuskan pada keterampilan berbicara saja tapi juga terintegrasi dengan keterampilan berbahasa lainnya seperti menyimak dan menulis sehingga tercipta pembelajaran yang efektif. Efektifitas pembelajaran menggunakan media film pendek dapat dikatan berjalan dengan baik apabila terdapat perbedaan dengan pengajaran secara konvensional atau tanpa menggunakan media film pendek dimana orientasi pembelajaran terpusat pada penguasaan materi saja sebagai contoh dalam pembelajaran kosakata dimana mahasiswa hanya menghapal saja meskipun dalam hasil belajar hal metode tersebut berhasil namun kurang dalam pengembangan

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 91 - 103

95

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat

ISSN 1979 - 7168

kreatifitas mahasiswa sehingga mahasiswa tidak mampu mengembangkan penggunaan kosakata tersebut. Sementara pembelajaran menggunakan media film pendek dapat melahirkan beberapa perbedaan tersebut dapat dilihat dari respon mahasiswa respon tersebut berupa aktifitas baik positif maupun negatif. Apabila mahasiswa mengajukan pendapat atau gagasan terhadap objek yang telah diamatinya maka respon tersebut dapat dinilai positif, sementara bila mahasiswa hanya mengganggu mahasiswa lain selama proses pembelajaran maka dapat dikatakan respon negatif. Dalam kaitanya dengan pengembangan pembelajaran, setiap kegiatan yang dilakukan diperlukan pengukuran untuk mengetahui berhasil atau tidaknya kegiatan yang dilaksanakan tersebut.Melalui pengukuran tersebut tingkat penguasaan materi maupun respon yang disampaikan mahasiswa dapat diketahui.Oleh karena itu, dalam penelitian ini diujicobakan pada mahasiswa semester 2 (dua) yang mengambil mata kuliah bahasa Jepang pilihan tahun ajaran 2014/2015 jurusan Manajemen Jasa Perjalanan Akademi Pariwisata Makassar.Selanjutnya hipotesis yang diajukan “apakah pembelajaran dengan memanfaatkan media film pendek lebih efektif dibanding metode pembelajaran

konvensional dalam meningkatkan hasil belajar bahasa Jepang mahasiswa jurusan Manajemen Jasa Perjalanan?” METODE Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk memperoleh hasil belajar bahasa Jepang mahasiswa yang diajar dengan menggunakan media film pendek dan hasil belajar bahasa Jepang mahasiswa yang diajar dengan menggunakan metode konvensional. Selanjutnya desain penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah quasi experimental dengan bentuk pretest-posttest control group design.Sugyono (2013:79) menyatakan bahwa pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara ranadom.Sebagai batasan variabel yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: a) hasil belajar bahasa Jepang mahasiswa yang diajar menggunakan media film pendek adalah hasil yang diperoleh mahasiswa dalam belajar bahasa Jepang dengan menggunakan media film pendek. Sedangkan hasil belajar bahasa Jepang mahasiswa yang diajar menggunakan metode ceramah atau konvensional adalah hasil yang diperoleh mahasiswa dalam belajar bahasa Jepang menggunakan metode ceramah atau konvensional. Adapun desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Tabel 1. Desain Penelitian Kelompok Pretes Variabel bebas Postes E K

Y1 Y1

X -

Y2 Y2

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 91 - 103

96

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat

ISSN 1979 - 7168

Keterangan: E : kelompok eksperimen K : kelompok kontrol Y1 : pretes Y2 : postes X : media film pendek (variabel bebas) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang mengambil mata kuliah pilihan bahasa Jepang tahun ajaran 2014/2015 jurusan Manajemen Jasa Perjalanan semester 2 yang berjumlah 27 orang yang masingmasing terbagi menjadi dua kelas yaitu kelas A dan kelas B dengan rincian kelas A sejumlah 13 orang (yang diajar dengan menggunakan media film pendek) dan kelas B sejumlah 14 orang (yang diajar menggunakan metode ceramah atau konvensional).Peneliti memilih mahasiswa jurusan Manajemen Jasa Perjalanan tahun ajaran 2014/2015 semester 2 kelas A dan Byang mengambil mata kuliah bahasa Jepang pilihan disebabkan karena mahasiswa pada jurusan tersebut sering melakukan praktek tour guiding ke tempat-tempat wisata yang ada di Sulawesi Selatan dan berinteraksi dengan wisatawan asing salah satunya wisatawan Jepang. Selain itu pengambilan data dilakukan agar tidak mengganggu proses pembelajaran di kampus dimana pembelajaran terbagi dalam dua minggu yaitu minggu praktek dan minggu teori. Adapun tahap pelaksanaan eksperimen diawali dengan penerapan pola perlakuan yaitu penggunaan media film pendek pada mata kuliah bahasa Jepang dasar. Dalam pelaksanaannya dibagi atas beberapa

tahap yang dilakukan yaitu: a) sebelum proses pembelajaran dipersiapkan satuan pembelajaran yang terdiri dari pokok bahasan, indikator, strategi pembelajaran serta alokasi waktu untuk mata kuliah Bahasa Jepang Dasar. b) tahap pelaksanaan, yakni tahap proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan media film pendek yang terdiri dari empat tahap yaitu orientasi latihan, umpan balik dan lanjutan. Masingmasing kegiatan pada point (b) juga dilaksanakan baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Data dianalisis menggunakan teknik statistik deskriptif dan statistik inferensial. Teknik statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan skor mahasiswa baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Sementara statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yang meliputi uji kesamaan rata-rata dengan menerapkan statistik t. Untuk keperluan uji hipotesis ini terlebih dahulu diadakan uji persyaratan analisis yakni: uji normalitas dan uji homogenitas . Selanjutnya untuk menghindari kesalahan matematis perhitungan dilakukan dengan pengolahan data Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 17. Selanjutnya untuk menghindari ancaman terhadap validitas internal dan eksternal maka dilakukan hal-hal

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 91 - 103

97

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat

sebagai berikut: a) proses eksperimen dilakukan tidak terlalu lama yakni 2 kali pertemuan, b) proses eksperimen dilakukan tidak terlalu sempit untuk menghindari efek testing c) jumlah mahasiswa yang ada semuanya dimasukkan kedalam kelompok eksperimen atau kelompok kontrol untuk menghindari mortalitas. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasar uraian metode di atas disebutkan bahwa kelompok eksperimen ditetapkan sebanyak 27 orang masing-masing terdiri atas 13 orang kelompok eksperimen dan 14 orang kelompok kontrol. Selanjutnya peneliti menggunakan sampel purposive, sebagaimana dinyatakan oleh Sugiyono (2013:85) bahwa sampel purposive adalah penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Peneliti memilih kelas MJP 2 A sebagai kelas eksperimen dan kelas MJP 2 B sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel dengan cara sengaja ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa dan tidak mengganggu jadwal mata kuliah yang telah ditetapkan. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data peneltian ini adalah dengan menggunakan perlakuan (treatment) yang berbeda terhadap dua kelompok pengamatan, yaitu kelas MJP 2 A sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan media film pendekErin ga Chousen! Nihongo

ISSN 1979 - 7168

Dekimasudari Japan Foundation. Kemudian dalam proses pelaksanaannya mahasiswa diperlihatkan film pendek dengan durasi3 menit. Selanjutnya setelah itu menugasi mahasiswa mengamati benda-benda yang ada di sekitar kampus seperti di kantin, ruang dosen, perpustakaan dan seterusnya dan pada bagian akhir kegiatan mahasiswa diminta menceritakan hasil pengamatannya di depan kelas. Sedangkan kelas MJP 2 B sebagai kelas kontrol dengan menggunakan metode konvensional atau ceramah. Dengan adanya tes yang dilakukan antara kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan (treatment) dan kelas kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan, maka hal ini akan mempermudah peneliti dalam mengukur kemanfaatan media film pendek. Dengan demikian, kesimpulan yang akan dihasilkan adalah perbandingan hasil tes berbicara antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selanjutnya bentuk penilaian keterampilan berbicara menurut Vallete dalam Nurgiyantoro (2010:421-422) dapat menggunakan model tugasbercerita. Aspek penilaian meliputi keakuratan informasi /isi (Inhalt), hubungan antar informasi/ isi, ketepatan struktur dan kosakata, kelan caran berbicara, kewajaran urutan pembicaraan dan gaya pengucapan. Untuk setiap aspek ditentukan skala 1 sampai 5. Skor 1 berarti sangat kurang dan skor 5 berarti sangat baik.

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 91 - 103

98

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat

No 1 2 3 4 5 6 7

ISSN 1979 - 7168

Tabel 2. Rubrik Penilaian Tes Berbicara dan Skor Aspek yang dinilai Tingkat Capaian Keakuratan Informasi (sangat buruk - akurat sepenuhnya) 1 2 3 4 5 Hubungan Antar Informasi (sangat sedikit - berhubungan 1 2 3 4 5 sepenuhnya) Ketepatan Struktur (tidak tepat – tepat sekali) 12345 Ketepatan Kosakata (tidak tepat- tepat sekali) 12345 Kelancaran (terbata-bata – lancar sekali) 12345 Kewajaran Urutan Wacana (tidak normal-normal sekali) 12345 Gaya Pengucapan (kaku-wajar) 12345 (Adaptasi dari Nurgiantoro,2010:421-422)

Pada bagian ini dikemukakan pengujian hipotesis berdasarkan dari hasil data yang diperoleh berupa hasil pretest dan posttest pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Kemudian hasil data diolah dan dianalisis secara statistik untuk menguji hipotesis yang sudah diajukan sebelumnya. Hal-hal yang diperlukan

untuk mengetahui uji hipotesis analisis penelitian adalah sebagai berikut: Uji Normalitas Untuk mengetahui suatu data berdistribusi normal, dengan metode kolmogorov-Smirnov,dengan ketentuan jika nilai asymp.sig lebih besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal. Adapun hasil perhitungan uji normalitas sebagai berikut:

Tabel 3. Distribusi Hasil Uji Normalitas

Variabel

Eksperimen Kontrol

pre test post test pre test post test

Nilai Asymp.sig. Nilai batas Keterangan 0.992 0.793 0.782 0.817

Berdasarkan pemaparan data tersebut diketahui kedua kelompok data memiliki nilai asymp.sig lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan berdistribusi normal. Untuk mengetahui suatu data bersifat homogen, dapat diketahui

0.05 0.05 0.05 0.05

Data normal Data normal Data normal Data normal

dengan uji F Levene test, dengan membandingkan nilai sig. (p) F hitung dari varians jika nilai lebih besar dari 0.05 maka data homogen. Adapun hasil perhitungan uji F uji levene test, sebagai berikut:

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 91 - 103

99

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat

Kelompok

ISSN 1979 - 7168

Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Nilai sig. F Nilai batas hitung

Kontrol-Eksperimen Dari hasil perhitungan dengan uji F diketahui bahwa nilai sig. lebih besar dari 0.05 sehingga disimpulkan data bersifat homogen Uji Hipotesis Uji Beda rata-rata (Uji T) Pengujian ini dimaksudkan untuk menyelidiki apakah ada pengaruh pemanfaatan media film pendek terhadap hasil tes berbicara dalam bahasa Jepang dengan melihat beda hasil tes berbicara antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Ketentuan yang berlaku adalah: Bila jika nilai sig. t hitung <0,05, maka keputusannya Ho ditolak dan H1 diterima, begitu sebaliknya. Adapun hasil pengujian beda rata-rata ( uji T ) sebagai berikut 1. Uji beda hasil belajar Kelompok kontrol a. Diketahui hipotesis penelitian: H0 = tidak ada perbedaan yang signifikan pada hasil tes berbicara pre testdan post tes pada kelompok kontrol H1 = ada perbedaan yang signifikan pada hasil tes berbicarapre testdan post tes pada kelompok kontrol. b. Hasil perhitungan t hitung sebesar -.401 dengan nilai sig.(p) = 0.695 c. Kesimpulan : nilai sig.(p) t hitung (0.695) >0.05) maka H0

0,941

0,05

Kategori Data Homgen

diterima bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada Hasil tes berbicara pre testdan post tes pada kelompok kontrol 2. Uji beda hasil belajar Kelompok eksperimen a. Diketahui hipotesis penelitian: H0 = tidak ada perbedaan yang signifikan pada hasil tes berbicara pre testdan post tes pada kelompok eksperimen H1 = ada perbedaan yang signifikan pada hasil tes berbicara pre testdan post tes pada kelompok eksperimen b. Hasil perhitungant hitung sebesar -7,365 dengan nilai sig.(p) = 0.000 c. Kesimpulan : nilai sig.(p) t hitung (0.000) <0.05 maka H1 diterima bahwa ada perbedaan yang signifikan pada hasil tes berbicara pre testdan post tes pada kelompok eksperimen (menggunakan metode Memanfaatkan Media Film Pendek) 3. Uji Hipotesis Setelah memperhatikan karakteristik variabel yang telah diteliti dan persyaratan analisis, selanjutnya dilakukan pengujian terhadap hipotesis. Untuk keperluan hipotesis digunakan statistika inferensial dengan bantuan program Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 17

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 91 - 103

100

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat

ISSN 1979 - 7168

yaitu statistika uji t, dalam hal ini (2-tailed) yang diperoleh dari uji Independent sample t test (uji t sampel hipotesis adalah 0,002< ɑ (0,05). independent). Kriteria pengujiaannya Berdasarkan kriteria tersebut maka H0 adalah hipotesis H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga dapat disimpulkan ditolak jika nilai Pvalue> 0,05 artinya bahwa hipotesis diterima. tidak ada perbedaan antara dua Secara umum dapat perlakuan yang diberikan. Sebaliknya, disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima diterima. Hal ini berarti ada perbedaan jika nilai Pvalue< 0,05, artinya hasil tes kemampuan hasil pembelajaran berbicara yang diajar dengan berbicara dengan memanfaatkan media memanfaatkan media film pendek Erin film pendek dan metode konvensional ga Chousen!Nihonggo Dekimasulebih pada mahasiswa jurusan Manajemen baik dibandingkan hasil tes berbicara Jasa Perjalanan semester dua tahun dengan menggunakan metode ajaran 2014/2015 Akademi Pariwisata konvensional. Makassar. Setelah diketahui bahwa data Selanjutnya hasilpretest-postest yang diperoleh telah terdistribusi maupun gain skor untuk masingnormal dan memiliki varian yang masing kelompok (kelas kontrol sama, maka dilakukan uji t dengan maupun eksperimen) dapat menggunakan SPSS versi 17.0 untuk diilustrasikan pada tabel berikut: menguji hipotesis penelitian. Nilai sig. Tabel 5. Data Skor Pre-tes dan Pos-tes No Kelas Kontrol No Kelas Eksperimen Pretes Postes Gain Pretes Postest Gain t t Skor t Skor 1 62.73 63.00 0.27 1 64.78 74.88 10.10 2 54.29 55.00 0.71 2 71.43 77.83 6.40 3 60.00 62.86 2.86 3 60.00 65.31 5.31 4 60.76 61.58 0.82 4 70.00 76.80 6.80 5 60.00 60.00 0.00 5 77.14 77.14 0.00 6 70.58 72.56 1.98 6 68.57 73.00 4.43 7 71.43 73.56 2.13 7 50.89 65.57 14.68 8 50.44 51.43 0.99 8 80.00 86.51 6.51 9 63.71 65.00 1.29 9 54.29 65.71 11.42 10 73.50 73.50 0.00 10 57.14 65.71 8.57 11 72.86 72.86 0.00 11 71.43 76.80 5.37 12 71.35 62.45 -8.90 12 60.00 68.55 8.55 13 65.40 66.00 0.60 13 65.71 77.14 11.43 14 60.57 62.00 1.43 Rata Rata 64.41 64.33 .29 65.49 73.15 7.65 Rata Rata Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 91 - 103

101

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat

Berdasar pemaparan data di atas diketahui bahwa untuk masingmasing gain skor diperoleh data varian untuk kelas kontrol adalah .29 dan untuk kelas eksperimen adalah 7.65. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji beda (uji t) menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh dari uji hipotesis lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,002< ɑ (0,05). Dengan demikian, terdapat perbedaan tingkat kemampuan berbicara mahasiswa yang diajar dengan memanfaatkan media film pendek Erin Nihongo Chousendari Japan Foundation dan mahasiswa yang diajar hanya dengan metode konvensional. Kemampuan berbicara mahasiswa yang diajar dengan memanfaatkan media film pendek lebih tinggi daripada mahasiswa yang diajar dengan metode konvensional. Hal ini disebabkan karena dengan bantuan media film pendek, mahasiswa lebih mampu mengembangkan daya imajinasi dan kreativitasnya. Selain itu, mahasiswa juga akan mudah menggambarkan secara konkret suatu objek yang ingin deskripsikannya, yang secara tidak langsung membuat pembelajaran bahasa Jepang untuk pariwisata akan terlaksana lebih efektif. PENUTUP Berdasarkan deskripsi dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara pada pelajaran bahasa Jepang untuk pariwisata mahasiswa semester 2 (dua) jurusan Manajemen Jasa Perjalanan mengalami peningkatan setelah peneliti melakukan beberapa upaya peningkatan kemampuan berbicara

ISSN 1979 - 7168

pada mata kuliah bahasa asing pilihan (Jepang) dengan memanfaatkan penggunaan film pendek Erin Nihongo Chousen dari Japan Foundation. DAFTAR PUSTAKA Ariani, Niken & Dany Haryanto. 2010. Pembelajaran Multimedia di Sekolah: Pedoman Pembelajaran Inspiratif, Konstruktif, dan Prospektif. Jakarta: Prestasi Pustaka Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers Djiwandono, Soenardi. 2008. Tes Bahasa: Pegangan bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: Indeks Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan: Landasan Penyusun Buku Pelajaran Bahasa. Semarang: IKIP Semarang Press Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFEYogyakarta. Pangeyasa, W. 2004. Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas I MTs Sunan Kalijogo Malang Melalui Strategi Pemetaan Pikiran.Tesis. Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Samsuri. 1994. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga. Sujanto, J. Ch.1988. Keterampilan Berbahasa Membaca-MenulisBerbicara untuk Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud. The Japan Foundation. 2007. Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu. Tokyo: Japan Foundation.

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 91 - 103

102

UPPM Politeknik Pariwisata Makassar Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat

ISSN 1979 - 7168

Jurnal Kepariwisataan, Volume 09, No. 02 Agustus 2015, Halaman 91 - 103

103