AIDS PADA SISWA KELAS XI IPS

Download yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS di SMP. Negeri 85 .... 5) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau maj...

0 downloads 677 Views 293KB Size
TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS PADA SISWA KELAS XI IPS DI SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN 2012

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh: KALINA PUTRIE NIM: 08 089

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Kelas XI IPS di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKES Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra.Agnes Sri Harti, M .Si, selaku Ketua STIKES Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Deny Eka Widyastuti, SST, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 4. Bapak kepala sekolah SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan data. 5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.

iii

6. Responden yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah diberikan. 7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan peneliti selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta,

Juli 2012

Penulis

iv

Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Agustus 2012 Kalina Putrie 08089

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS PADA SISWA KELAS XI IPS DI SEKOLAH MENENGAH ATAS PGRI 1 SRAGEN

xiv + 38 halaman + 15 lampiran + 3 tabel + 2 gambar

ABSTRAK

Latar Belakang : Pengetahuan akan HIV/AIDS itu sangat penting bagi remaja karena mengetahui bahwa dewasa ini remaja lebih bertoleransi terhadap gaya hidup seksual pranikah dan penderita kasus HIV terbesar di Provinsi Jawa Tengah terdapat pada golongan umur 20-24 tahun sedangkan AIDS terbesar pada golongan umur 25-29 tahun yang merupakan golongan umur remaja dan dewasa muda. Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI IPS di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen. Metode Penelitian : Jenis penelitian adalah deskripstif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen. Jumlah sampel sebanyak 83 siswa dan teknik pengambilan sampel dengan total sampling. Cara pengumpulan data dengan metode kuesioner sedangkan hasil penelitian pada analisa data menggunakan analisa univariat. Hasil Penelitian : Hasil penelitian didapatkan untuk tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS paling banyak pada tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 53 responden (63,85%), kemudian pada tingkat pengetahuan cukup sebanyak 24 responden (28,91%), dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 6 responden (7,22%). Kesimpulan : Dari penelitian didapatkan tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI IPS di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen secara umum baik yaitu 53 responden (63,85%).

Kata Kunci : Pengetahuan, remaja, HIV/AIDS Kepustakaan : 26 literatur (Tahun 2006 s/d 2011)

vi

MOTTO 1. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang

lain, dan

hanya

kepada Tuhan-mulah

hendaknya

kamu berharap (Alam Nasyrah: 5-8). 2. Hasrat dan kemauan adalah tenaga yang terbesar di dunia ini, ia lebih berharga daripada uang ataupun pengaruh (Shakespeare).

PERSEMBAHAN Dengan segala kerendahan hati, karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan: 1. Ayah dan Bunda tercinta atas do’a restunya dan cinta kasihnya selama ini. 2. Adik dan keponakanku tercinta yang selalu

memberikan

support

setiap

langkahku. 3. Mas Bayu

yang selalu

memberikan

dukungan. 4. Sahabat dan teman-temanku semua yang telah berpartisipasi dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini. 5. Almamater tercinta.

vii

CURICULUM VITAE

Nama

: Kalina Putrie

Tempat / Tanggal Lahir

: Sragen, 05 Juli 1990

Agama

: Islam

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

:Jl. Maluku No. 16 Sidomulyo Rt. 48/14, Sragen Wetan, Sragen

Riwayat Pendidikan 1. SD N 16 Sragen

LULUS TAHUN 2002

2. SMP N 2 Sragen

LULUS TAHUN 2005

3. SMA N 1 Sambungmacan, Sragen

LULUS TAHUN 2008

4. Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Angkatan 2008/2009

viii

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................

iii

KATA PENGANTAR .................................................................................

iv

ABSTRAK…………………………………………………………………

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………………..

vii

CURICULUM VITAE…………………………………………………… viii DAFTAR ISI.................................................................................................

ix

DAFTAR TABEL.........................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xiii BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................

1

B. Perumusan Masalah ...............................................................

3

C. Tujuan Penelitian ....................................................................

3

D. Manfaat Penelitian ..................................................................

3

E. Keaslian Penelitian .................................................................. 4 F. Sistematika Penelitian ............................................................. BAB II

5

TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dari masalah yang diteliti .............................................

7

1. Pengetahuan ......................................................................

7

ix

2. Remaja ..............................................................................

13

3. HIV/AIDS…………………….........................................

14

B.

Kerangka Teori ...................................................................

20

C.

Kerangka Konsep Penelitian ............................................... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.

Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................... 22

B.

Lokasi Penelitian ................................................................. 22

C.

Populasi dan Sampel ............................................................ 22

D.

Alat/ Insturumen Penelitian ................................................. 23

E.

Teknik Pengumpulan Data .................................................. 27

F.

Variabel Penelitian .............................................................. 28

G.

Definisi Operasional ............................................................ 28

H.

Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................ 28

I.

Etika Penelitian..................................................................... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.

Gambaran Umum…………………………………………. 32

B.

Hasil Penelitian……………………………………………. 32

C.

Pembahasan……………………………………………….. 33

D.

Keterbatasan………………………………………………... 35

BAB V PENUTUP A.

Kesimpulan…………………………………………………. 36

B.

Saran………………………………………………………… 36

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

DAFTAR TABEL Halaman

Tabel. 3.1 Kisi – kisi Kuesioner................................................................

26

Tabel. 3.2 Definisi Operasional……………………………………………

28

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi ……………………………………………

33

xi

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka Teori....................................................................

20

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ...............................................

21

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal KTI Lampiran 2. Surat Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Studi Pendahuluan Lampiran 4. Surat Uji Validitas Lampiran 5. Surat Balasan Uji Validitas Lampiran 6. Kuesioner Lampiran 7. Kunci Jawaban Kuesioner Lampiran 8. Jumlah Jawaban Benar Masing-masing Point Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian Lampiran 10. Surat Balasan Penelitian Lampiran 11. Surat Permohonan Responden Lampiran 12. Surat Persetujuan Responden Lampiran 13. Hasil Uji Validitas Lampiran 14. Hasil Penelitian Lampiran 15. Lembar Konsultasi

xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Peningkatan angka kejadian HIV/AIDS tidak hanya disebabkan oleh faktor perilaku seksual tetapi juga penggunaan narkoba suntik bersama-sama. Kurangnya pengetahuan mengenai hal ini merupakan salah satu penyebab tetap tingginya kasus HIV/AIDS di Indonesia. Proporsi terbesar kasus HIV untuk Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah 1800 kasus terdapat pada golongan umur 20-24 tahun, sedangkan proporsi AIDS terbesar terdapat pada

golongan

25-29

tahun dengan jumlah 120 kasus, yang

mana

merupakan golongan umur remaja dan dewasa muda (Suryoputro, 2006). Remaja Indonesia dewasa ini nampak lebih bertoleransi terhadap gaya hidup seksual pranikah. Misalnya, penelitian yang dilakukan untuk memperkuat gambaran adanya peningkatan resiko pada perilaku seksual kaum remaja yang mengindikasikan bahwa 5-10% pria muda usia 15-24 tahun yang tidak/belum menikah, telah melakukan aktifitas seksual yang beresiko. Selain itu penelitian tersebut menunjukkan bahwa peningkatan aktifitas seksual dikalangan kaum remaja, tidak diiringi dengan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan seksual dan reproduksi termasuk HIV/AIDS, penyakit menular seksual (PMS) dan alat-alat kontrasepsi (Suryoputro, 2006). Fenomena remaja yang terungkap belakangan ini dengan kenyataan ada remaja yang hamil di luar nikah, aborsi, prostitusi dan penyebaran video

1

2

porno dan penggunaan obat-obat terlarang. Sementara sarana informasi tentang kesehatan pada umumnya dan penyakit menular seksual (PMS) khususnya HIV/AIDS dibeberapa sekolah menengah atas masih kurang, baik itu berupa bacaan yang mendidik maupun penyuluhan dari pihak-pihak yang terkait (Hasanudin, 2008). Hal yang menghambat penyampaian informasi ini yaitu masalah budaya dimana banyak kalangan yang masih beranggapan bahwa pendidikan seks masih tabu untuk dibicarakan pada remaja baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah, sehingga hal inilah yang menyebabkan kalangan siswa khususnya para remaja mendapatkan pendidikan dan pengetahuan yang hanya setengah-setengah. Semua pengetahuan yang tanggung ini justru membuat banyak remaja malah mencoba mencari tahu dengan cara melakukannya sendiri dan kurang menyadari akibat yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut. Selain itu, kurangnya peran orang tua dalam kehidupan remaja mengakibatkan banyaknya remaja terjerumus dalam pergaulan bebas yang beresiko maupun narkoba (Hasanudin, 2008). Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan penulis di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen yang dilakukan terhadap 10 siswa dengan instrumen tanya jawab, terdapat 3 siswa belum mengerti tentang HIV/AIDS, 2 diantaranya adalah siswa kelas XI IPS dan 1 siswa XI IPA. Sedangkan 4 siswa sudah mengerti tentang HIV/AIDS. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang

3

HIV/AIDS Pada Siswa Kelas XI IPS di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen”.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah penelitian: “Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Kelas XI IPS di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen?”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui jumlah remaja dengan kriteria pengetahuan baik tentang HIV/AIDS di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen. b. Mengetahui jumlah remaja dengan kriteria pengetahuan cukup tentang HIV/AIDS di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen. c. Mengetahui jumlah remaja dengan kriteria pengetahuan kurang tentang HIV/AIDS di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dan sumber data untuk penelitian selanjutnya.

4

2.

Bagi Wilayah Tempat Penelitian a. Memberi data konkrit dan bahan masukan tentang pengetahuan siswa SMA tentang HIV/AIDS. b. Secara

tidak

langsung

memberikan

pengetahuan

kepada

masyarakat pada umumnya dan para siswa pada khususnya tentang HIV/AIDS. 3.

Bagi Peneliti Peneliti mampu menerapkan secara langsung ilmu yang diperoleh selama pendidikan dan melakukan penelitian yang diperlukan dalam menyelesaikan tugas akademis.

E. Keaslian Penelitian Penelitian yang pernah dilakukan oleh Ida Ayu Mas Ari Astuti (2008) yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS di SMP Negeri 85 Jakarta”. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Negeri 85 Jakarta kelas X-XII. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dan sampelnya berjumlah 114 responden. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa 71

responden (62%) memiliki

pengetahuan baik, sedangkan 43 responden (38%) memiliki pengetahuan kurang baik.

5

Multaji (2011) dalam penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS di SMAN 1 Torjun Kabupaten Sampang Madura”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini remaja kelas III SMA 1 Torjun Kabupaten Sampang sebanyak 120 responden dan jumlah sampel sebanyak 92 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah tehnik simple random sampling. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir setengah dari 92 responden yaitu 35 responden (38%) mempunyai pengetahuan cukup, 32 responden (34.8%) mempunyai pengetahuan baik dan 25 responden (27.2 %) mempunyai pengetahuan kurang tentang HIV/AIDS. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis yaitu pada lokasi, waktu, responden, dan hasil penelitian.

F. Sistematika Penelitian Untuk memberikan gambaran secara ringkas mengenai isi Karya Tulis Ilmiah ini, secara sistematis dapat diuraikan sebagai berikut : BAB 1

PENDAHULUAN Berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian umun dan khusus, manfaat penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas mengenai : pengertian pengetahuan, pengertian tingkat pengetahuan, pengertian HIV/AIDS, media informasi, tanda dan gejala HIV/AIDS, cara penularan,

6

penanggulangan HIV/AIDS, dan pencegahan HIV/AIDS. Selain itu juga berisi kerangka teori dan kerangka konsep penelitian. BAB III

METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini terdiri dari jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi, sampel, dan teknik pengambilan

sampel,

instrumen

penelitian,

teknik

pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional, metode pengumpulan dan analisa data, serta etika penelitian. BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menjelskan tentang gambaran umum, hasil penelitian, pembahasan dan keterbatasan.

BAB V

PENUTUP Dalam bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni, indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). b. Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu: 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

7

8

tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. 2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisa (Analysis) Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

9

5) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) bahwa tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut: 1) Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah serta berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan di bidang kesehatan, bidang kesehatan membina hubungan lintas sektoral dengan

10

bidang pendidikan agar pendidikan kesehatan dicantumkan dalam kurikulum dasar. Berkaitan dengan HIV/AIDS dalam kurikulum 2004 untuk siswa SMA terdapat dua sub bab yang membahas tema seputar HIV/AIDS, yaitu virologi yang diberikan di kelas X serta sistem sirkulasi dan kekebalan tubuh yang diberikan di kelas XI IPA (Basuki, 2006). 2) Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang diperoleh dengan

cara

memecahkan

masalah

yang

dihadapi.

Pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan bertolak dari

menalar

masalah

secara nyata

ilmiah sesuai

dan

etik

dengan

yang bidang

kerjanya (Notoatmodjo, 2007). 3) Usia Usia berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah tua akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Notoatmodjo, 2009). 4) Sosial ekonomi Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedangkan ekonomi dikaitkan dengan pendidikan,

11

ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggi, sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga (Notoatmodjo, 2007). 5) Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut. (Notoatmodjo, 2007). 6) Media Informasi Media informasi hakikatnya adalah alat bantu pendidikan termasuk pendidikan kesehatan. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur

pesan

kesehatan,

media

dibagi

menjadi

tiga

(Notoatmodjo, 2007), yaitu: a) Media Cetak Media cetak sebagai alat untuk meyampaikan informasi dan pesan-pesan yang sangat bervariasi antara lain: 1) Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar. 2) Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan kesehatan

melalui

lembaran

yang

dilipat.

Isi

informasinya dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi.

12

3) Flyer (selebaran) ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan. 4) Flip chart (lembar balik) ialah media penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana setiap lembar (halaman) beisi gambar peragaan dan di baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi berkaitan dengan gambar tersebut. 5) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. 6) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tempattempat umum, di tembok atau di kendaraan umum. 7) Foto

yang

mengungkapkan

informasi-informasi

kesehatan. b) Media Elektronik Media elektronik sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan dan jenisnya berbeda-beda, antara lain: 1) Televis, media penyampaian pesan atau informasiinformasi kesehatan melalui media televisi dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya

13

jawab sekitar masalah kesehatan, pidato (ceramah), TV, sport, kuis atau cerdas cermat, dan sebagainya. 2) Radio,

penyampaian

informasi

atau

pesan-pesan

kesehatan melalui radio juga dapat berbentuk macammacam antara lain: obrolan (tanya jawab), sandiwara radio, ceramah, radio spot, dan sebagainya. 3) Video,

penyampaian

informasi

atau

pesan-pesan

kesehatan dapat melalui video. 4) Slide, slide dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi-informasi kesehatan. 5) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. c) Bill Board (Media Papan) Bill Board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai dan diisi dengan pesan-pesan atau informasiinformasi kesehatan. Media papan disini dapat mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum (bus dan taksi).

2. Remaja a. Pengertian Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin Adolescene yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk

14

mencapai kematangan (Ali, 2009). Remaja adalah anak usia 10-24 tahun yang merupakan usia antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dan sebagai titik awal proses reproduksi, sehingga perlu dipersiapkan sejak dini (Romauli, 2009). Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti, 2009). Perkembangan remaja dibagi menjadi 3 yaitu : remaja awal dimulai dari usia 11-14 tahun, remaja tengah dimulai dari usia 15-18 tahun,

dan

remaja

akhir

dimulai

dari

usia

19-24

tahun

(Soetjiningsih, 2010). Jadi remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis dalam batas usia antara 10 sampai 24 tahun (Romauli, 2009). b. Perubahan Psikologi pada Remaja Tertarik pada lawan jenis, cemas, mudah sedih, lebih perasa, menarik diri, pemalu dan pemarah (Romauli, 2009). Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi (Widyastuti, 2009). 3. HIV/AIDS AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome, atau diterjemahkan secara bebas sebagai sekumpulan gejala penyakit yang

15

menunjukkan kelemahan atau kerusakan yang didapat dari faktor luar dan bukan bawaan sejak lahir. Sebenarnya AIDS merupakan kumpulan gejalagejala penyakit infeksi atau keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh atau kekebalan penderita. AIDS merupakan fase terminal (akhir) dari infeksi HIV (Astuti, 2008). a. Penyebab HIV/AIDS HIV disebabkan oleh virus yaitu Human Immunodeficiency Virus (Astuti, 2008). b. Gejala Seorang dewasa dianggap menderita HIV jika menunjukkan tes HIV positif dengan strategi pemeriksaan yang sesuai dan sekurangkurangnya didapatkan 2 gejala mayor yang berkaitan dengan 1 gejala minor, dan gejala ini bukan disebabkan oleh keadaan-keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV atau ditemukan sarcoma kaposi

atau

pneumonia

yang

mengancam

(Notoatmodjo, 2007). Gejala Mayor: 1) Berat badan menurun > 10% dalam 1 bulan 2) Diare kronik yang berlangsung > 1 bulan 3) Penurunan kesadaran atau gangguan neurologi 4) Dimensia/ensefalopati HIV Gejala Minor: 1) Batuk menetap > 1 bulan

jiwa

berulang

16

2) Dermatitis generalis yang gatal 3) Herpes zoster berulang 4) Candidosis orofaring 5) Herpes simplek kronis progresif 6) Limpadenopati generalis 7) Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita (Notoatmodjo, 2007). c. Cara Penularan Virus AIDS atau HIV terdapat dalam darah dan cairan tubuh seseorang yang telah tertular, walaupun orang tersebut belum menunjukkan keluhan atau gejala penyakit. HIV hanya dapat ditularkan bila terjadi kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah. Dosis virus memegang peranan penting. Semakin besar jumlah virus yang terdapat dalam tubuh maka semakin besar kemungkinan terinfeksi. Jumlah virus terbanyak terdapat dalam darah, sperma, cairan vagina, dan serviks, serta cairan dalam otak. Sedangkan di dalam saliva, air mata, urine, keringat dan air susu hanya ditemukan sedikit sekali (Notoatmodjo, 2007). Terdapat 3 cara penularan HIV, yaitu: 1) Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, maupun anal dengan seorang penderita HIV. Ini adalah cara penularan yang paling umum terjadi, angka kejadian mencapai 80-90% dari total kejadian di dunia. Penularan lebih mudah terjadi apabila terdapat lesi

17

penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti herpes genetalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid, dan trikomonalis. Resiko pada seks anal lebih besar dibandingkan seks pervaginam. 2) Kontak langsung dengan darah atau produk darah/jarum suntik. a) Transfusi darah/ produk darah yang tercemar HIV, resikonya sangat tinggi hingga mencapai 90%. Ditemukan sekitar 3-5% dari total kejadian di dunia. b) Pemakaian jarum yang tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik pada pengguna narkoba suntik. Resiko kejadian mencapai 0,5-1% dan terdapat 5-10% dari total kejadian di dunia. c) Penularan lewat kecelakaan, seperti tertusuk jarum pada petugas kesehatan, resikonya kurang dari 0,5% dan telah terdapat kurang dari 0,1% dari total kejadian di dunia. 3) Terjadinya penularan secara vertikal, melalui ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selama hamil, saat melahirkan, atau setelah melahirkan. Resiko kejadian sekitar 25-40% dan terdapat 0,1% dari total kejadian di dunia (Notoatmodjo, 2007). d. Penanganan HIV Sampai saat ini belum ada obat yang mampu mengobati HIV secara total dari tubuh pengidapnya. Obat-obat yang dipakai adalah obat antiretroviral (ARV) dan obat profilaksis infeksi. Obat

18

antiretroviral (ARV) adalah obat yang digunakan untuk menghambat perkembangan virus (Astuti, 2008). e. Cara Pencegahan Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencegahan infeksi HIV diantaranya adalah sebagai berikut (Astuti, 2008): 1) Pencegahan penularan melalui hubungan seksual. Pencegahan

penularan

melalui

hubungan

seksual

memegang peranan yang penting. Oleh karena itu, setiap orang perlu memiliki perilaku seksual yang aman dan bertanggung jawab, yaitu serangkaian upaya yang sering disebut dengan strategi A, B, C, D, E, yaitu: Abstinence, yaitu tidak melakukan hubungan seksual. Be faithful, yaitu selalu setia terhadap pasangan. Condom, menggunakan pengaman saat melakukan hubungan yang tidak aman atau beresiko. Don’t inject, tidak melakukan penyalahgunaan Napza sama sekali terutama yang disuntikkan, termasuk selalu menggunakan jarum steril untuk tindik, tato dan akupuntur. Education, selalu berusaha mendapatkan informasi yang edukatif dan benar tentang bahaya HIV/AIDS, kesehatan reproduksi dan Napza.

19

2) Pencegahan penularan melalui darah. Pencegahan HIV melalui darah menuntut kita untuk selalu berhati-hati dalam berbagai tindakan yang berhubungan dengan darah atau produk darah dan plasma. 3) Pencegahan penularan melalui jarum suntik dan alat yang dapat melukai kulit. Penggunaan alat-alat seperti jarum suntik, alat cukur, alat tindik, perlu diperhatikan dalam masalah sterilisasinya. Tindakan desinfeksi dalam pemanasan atau larutan desinfektan merupakan tindakan yang sangat penting untuk dilakukan. Penggunaan narkoba terutama yang disuntikkan sangat tidak dianjurkan. 4) Pencegahan penularan melalui transfusi darah. Memastikan bahwa darah yang digunakan untuk tranfusi tidak tercemar oleh HIV dan perlu dianjurkan bagi penderita HIV atau pengidap virus HIV untuk tidak mendonorkan darahnya. Begitu pula bagi mereka yang mempunyai perilaku beresiko tinggi, misalnya sering melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti pasangan dan juga pengguda narkoba suntik. 5) Pencegahan penularan dari ibu kepada bayinya. Resiko penularan HIV dari seorang ibu yang hamil dengan HIV (+) kepada bayi yang dikandungnya berkisar 30-40%. Resiko penularan tergantung dari kadar virus yang berada dalam tubuh ibu. Pada fase AIDS resiko penularan akan menjadi lebih besar, karena

20

jumlah virus dalam darah semakin tinggi. Dengan pencegahan efektif resiko penularan dapat diturunkan sekitar 5-10%, yaitu dengan cara memberikan obat antiretroviral menjelang persalinan lewat operasi caesar dan tidak memberikan ASI ibu kepada bayinya.

B. Kerangka Teori

Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan: 1. Pendidikan 2. Pengalaman 3. Usia 4. Sosial Ekonomi 5. Budaya 6. Media Informasi

Remaja

Tingkat Pengetahuan Tentang HIV/AIDS: 1. Penyebab 2. Gejala 3. Cara Penularan 4. Penanganan 5. Cara Pencegahan

Gambar 2.1 Kerangka Teori ( Sumber Notoatmodjo, 2007 dan Astuti, 2008).

21

C. Kerangka Konsep Penelitian

BAIK Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan: 1. Pendidikan 2. Pengalaman 3. Usia 4. Sosial Ekonomi 5. Budaya 6. Media Informasi

Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS

Keterangan: : Variabel tidak diteliti : Variabel yang diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

CUKUP

KURANG

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian atau desain penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deksriptif kuantitatif yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin, sosial, ekonomi, pekerjaan, status sosial, pola hidup, dan lain-lain (Notoatmodjo, 2007).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama kasus berlangsung (Notoatmodjo, 2007). Lokasi dalam penelitian ini adalah SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen. 2. Waktu Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk memeroleh data penelitian yang dilakukan (Notoatmodjo, 2007). Penelitian ini dilakukan dilaksanakan pada tanggal 31 Juli 2012.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi penelitian adalah sekumpulan orang/subyek dan obyek yang diamati dan memiliki kualitas dan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2007).

22

23

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja kelas XI IPS di Sekolah Menengah Atas PGRI 1 Karangmalang Sragen pada tanggal 31 Juli 2012 dengan jumlah populasi 83 siswa. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah siswa kelas XI IPS di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen yang berjumlah 83 siswa. 3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik total sampling yaitu semua populasi dijadikan sampel atau bisa juga penelitian populasi (Hidayat, 2007).

D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian digunakan untuk mendapatkan data yang relevan dengan masalah yang diteliti yaitu menggunakan instrumen pengumpulan data berupa kuesioner, yaitu daftar peryataan yang sudah tersusun dengan baik dan matang dimana responden tinggal memberikan jawaban dengan memberi tanda (Notoatmodjo, 2007).

Penilaian untuk jawaban benar

mendapat nilai 1 dan jawaban yang salah mendapatkan nilai 0. Pengisian kuisioner tersebut dengan memberi tanda centang (√) pada jawaban yang dianggap benar (Notoatmodjo, 2007).

24

Kuesioner yang digunakan dalam bentuk pernyataan tertutup (closed ended) yang mempunyai keuntungan mudah mengarahkan jawaban responden dan juga mudah diolah/ditabulasi (Notoatmodjo, 2007). Sebelum kuesioner diberikan kepada responden, kuesioner diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Uji coba dimaksudkan untuk mendapat instrumen yang benar-benar valid dan reliabel. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di SMA Negeri 1 Sragen dengan alasan karena SMA Negeri 1 Sragen masih berada dalam lingkup lingkungan yang sama dengan tempat penelitian di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen, selain itu juga berdasarkan kriteria yang sama antara kedua SMA tersebut yaitu sama-sama mempunyai ruang kelas IPA dan IPS, mempunyai fasilitas pembantu pendidikan yang memadai, dan terdiri dari siswa yang berjenis kelamin heterogen atau jenis kelamin laki-laki dan perempuan, dengan jumlah responden 30 siswa kelas XI IPS. Uji validitas menggunakan teknik korelasi moment product pearson (Sugiyono, 2007), sedangkan uji reliabilitas dengan rumus Alpha Chronbach (Arikunto, 2006). 1. Rumus uji validitas (korelasi moment product pearson) Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2006). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus product moment. Instrumen dikatakan valid jika nilai rhitung > rtabel. Rumus product moment adalah:

25

Keterangan: N

= Jumlah responden

X

= Nilai benar pada item soal

Y

= Skor total responden (Sugiyono, 2007) Penghitungan uji validitas dari 46 pernyataan pada 30 siswa kelas

XI IPS di SMA Negeri 1 Sragen didapat nilai r tabel (0,361) dan r hitung (1,00) dengan N: 30 pada tingkat kepercayaan 0,05 maka r hitung > r tabel sehingga terdapat 30 instrumen yang dinyatakan valid dan 14 instrumen yang dinyatakan tidak valid yaitu soal nomor 7, 11, 18, 21, 26, 28, 29, 32, 34, 35, 40 ,41, 43, 46. Menurut Riwidikdo (2009)

bahwa batas soal

minimal untuk melakukan penelitian adalah 20 soal, sehingga soal yang tidak valid di delete karena soal yang valid telah memenuhi batas soal minimal. 1. Rumus uji reliabilitas Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensis, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2006). Untuk menguji reliabilitas instrumen, penulis menggunakan Alpha Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Windows.

26

Instrumen dikatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria (0,60) (Ghozali, 2006). Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:

Keterangan: r11

= Reliabilitas instrument

k

= Banyaknya butir pernyataan = Jumlah varians butir = Varians total (Arikunto, 2006) Hasil perhitungan dengan Alpha Cronbach dinyatakan reliabel jika

α > 0.60, dari hasil perhitungan didapatkan α 0.926, karena nilai α > 0.60 maka dinyatakan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipercaya atau reliabel. 2. Kisi-kisi Kuesioner Tabel. 3.1 Hasil Validitas Kuesioner No 1

Variabel

Indikator

Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS

Pengertian HIV/AIDS Penyebab HIV/AIDS Gejala HIV/AIDS Penanganan HIV/AIDS Cara penularan

No Soal

1,2,3,4,5,6 7,8,9 10,11,12,13,14,15 16,17,18,19 20,21,22,23,24,25, 26 Pencegahan HIV/AIDS 27,28,29,30 JUMLAH

Jumlah (soal) 6 3 6 4 7 4 30

27

E. Teknik Pengumpulan Data Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar pernyataan persetujuan dan membagikan kuesioner atau angket kepada siswa kelas XI IPS SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden diminta mengisi kuesioner dan kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya dan diperoleh dari jawaban atas pertanyaan yang disediakan melalui pengisian kuesioner oleh responden tentang pengetahuan HIV/AIDS. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini berupa data yang didapatkan dari Ketua TU yaitu data siswa kelas XI yang berada di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen sebanyak 156 siswa.

F. Variabel Penelitian Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan peneliti tentang sesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007). Dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS.

28

G. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan definisi yang batasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo, 2007). Definisi penelitian dapat dilihat sebagai berikut: Tabel. 3.2 Definisi Operasional Variabel Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS

Definisi Operasional Kemampuan siswa kelas XI IPS untuk menjawab kuesioner tentang kumpulan penyebab, gejala, cara penularan, penanganan, dan pencegahan HIV/AIDS

Skala Ordinal

Jumlah(soal) 1. 76-100% : Baik 2. 56-75% : Cukup 3. <56% : Kurang

(Arikunto, 2006)

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data Menurut Arikunto (2006) analisis data meliputi 3 langkah: a. Penyuntingan (Editing) Kegiatan yang dilakukan dalam penyuntingan ini adalah memeriksa seluruh daftar pertanyaan yang dikembalikan responden, dengan memperhatikan beberapa hal dalam pemeriksaan yaitu: 1) Kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaan yang diajukan 2) Kelengkapan pengisian daftar pertanyaan 3) Mengecek macam isian data

29

b. Pengkodean (Coding) Setelah

penyuntingan

diselesaikan,

kegiatan

selanjutnya

dilakukan memberi kode dalam hubungan dengan pengolahan data jika akan menggunakan komputer. Untuk pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS: 1) Untuk jawaban benar diberi skor 1 2) Untuk jawaban salah diberi skor 0 c. Tabulasi (Tabulating) Data hasil pengkodean disusun dan dihitung untuk kemudian disajikan dalam bentuk tabel. 2. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisa univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2007). Selanjutnya hasil untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja dan jumlah remaja menurut tingkat pengetahuan maka, ditunjukkan dengan prosentase melalui perhitungan dengan keterangan sebagai berikut : a. Pengetahuan baik

: 76% - 100%

b. Pengetahuan cukup baik

: 56% - 75%

c. Pengetahuan kurang baik

: < 56%

(Arikunto,2006). Adapun rumus untuk mengetahui skor prosentase (Arikunto, 2006) :

30

Keterangan: P

= Prosentase

x

= Jumlah jawaban yang benar

n

= Jumlah seluruh item soal

Rumus presentasi untuk jumlah remaja menurut tingkat pengetahuan (Riwidikdo, 2009).

I.

Etika Penelitian Sebelumnya peneliti membuat inform consent atau persetujuan kepada responden dengan menuliskan jati diri, identitas peneliti, tujuan penelitian, serta permohonan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian. Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mendapat ijin dari STIKES Kusuma Husada Surakarta, Kepala Sekolah SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen, dan dari responden sendiri melalui inform consent yang terjamin kerahasiaannya. Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut: 1. Informed consent

31

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Apabila responden bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut. 2. Anonimity (tanpa nama) Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3. Kerahasiaan (confidentiality) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen adalah sekolah Menengah Atas yang terletak di Jl. Cemara No. 22 Teguhjajar, Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, Kota Sragen. SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen ini terdiri dari 24 kelas, masing-masing tingkat terdapat 8 kelas. Kelas X jumlah siswa sebanyak 177, kelas XI jumlah siswa sebanyak 156, untuk kelas XI IPS sebanyak 83 siswa dan kelas XI IPA sebanyak 73 siswa dan kelas XII jumlah siswa 137. Fasilitas pendukung yang dimiliki oleh SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen adalah laboratorium Bahasa, laboratorium Kimia, laboratorium Fisika, laboratorium Biologi, Laboratorium TIK (Teknik Informasi dan Komunikasi), perpustakaan, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), ruang TU (Tata Usaha), ruang BK (Badan Konseling), ruang komite, ruang khusus, ruang karawitan, ruang marchingband, aula, lapangan olah raga, lapangan upacara, area hotspot, masjid, dan kantin.

B. Hasil Penelitian Tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI IPS di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen disajikan dalam tabel berikut:

32

33

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS Pada Siswa Kelas XI IPS di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen No 1. 2. 3.

Pengetahuan Frekuensi Baik 53 Cukup 24 Kurang 6 Jumlah 83 Sumber : Data Primer bulan Juli 2012

Prosentase (%) 63,85 28,91 7,22 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen dalam kategori baik yaitu sebanyak 53 responden (63,85%) sedangkan untuk kategori cukup sebanyak 24 responden (28,91%) dan untuk kategori kurang sebanyak 6 responden (7,22%).

C. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI IPS di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen sebagian besar telah berpengetahuan baik 53 responden (63,85%) dan sebagian kecil berpengetahuan kurang 6 responden (7,22%). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 53 responden yang berpengetahuan baik sudah dapat menjawab pertanyaan yang diberikan dengan baik karena 28 responden sudah pernah mendapatkan informasi kesehatan mengenai HIV/AIDS baik dari penyuluhan tentang HIV/AIDS, televisi, maupun membaca buku. Kemudian dari 24 responden yang

34

berpengetahuan cukup, 13 responden diantaranya belum mengetahui tentang gejala HIV/AIDS dan dari 6 responden dengan pengetahuan kurang, 5 responden belum mengerti gejala, dan pencegahan HIV/AIDS. Menurut Notoatmodjo (2007) gejala HIV/AIDS dibagi menjadi dua, yaitu gejala mayor dan gejala minor. Gejala mayor yang timbul antara lain: berat badan menurun >10% dalam 1 bulan, diare kronik yang berlangsung >1 bulan, penurunan kesadaran dan dimensia/enselopati HIV (gangguan motorik dan gangguan sensorik) sedangkan gejala minor yang timbul antara lain: batuk menetap >1 bulan, dermatitis generalis (reaksi inflamasi kulit terhadap rangsangan unsure fisik, kimia, biologi) yang gatal, herpes zoster berulang, candidosis orofaring (infeksi jamur pada mulut dan dinding tenggorokan), herpes simplek kronis progresif, limpadenopati generalis (pembesaran kelenjar limfa), dan infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita. Menurut Astuti (2008) ada beberapa hal yang perlu dipehatikan dalam pencegahan HIV/AIDS diantaranya: mencegah penularan melalui hubungan seksual, pencegahan penularan melalui darah, pencgahan penularan melalui jarum suntik dan alat yang dapat melukai kulit, pencegahan infeksi melalui tranfusi darah, da pencegahan penularan dari ibu kepada bayinya. Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni, indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

35

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ada 6 yaitu: pendidikan, pengalaman, usia, sosial ekonomi, budaya, media informasi. Setelah diketahui hasil dari penelitian diatas maka penulis melakukan pemberian penyuluhan mengenai HIV/AIDS secara keseluruhan terhadap responden dengan tingkat pengetahuan cukup dan kurang sebanyak 30 siswa kelas XI IPS.

D. Keterbatasan 1. Kendala penelitian Pada saat dilakukan penelitian di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen keadaannya kurang efisien karena berada di aula. 2. Keterbatasan selama proses penelitian a. Dalam penelitian ini ada kelemahan dalam penyusunan alat (kuesioner) yang menggunakan jawab tertutup sehingga responden tidak dapat menguraikan jawaban selain jawaban yang tersedia. b. Dalam penelitian ini hanya untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS tanpa adanya tindak lanjut terhadap hsil penelitian yang diperoleh.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Tingkat pengetahuan remaja kelas XI IPS tentang HIV/AIDS di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen dalam kategori baik sebanyak 53 responden (63, 85%). 2. Tingkat pengetahuan remaja kelas XI IPS tentang HIV/AIDS di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen dalam kategori cukup sebanyak 24 responden (28,91%). 3. Tingkat pengetahuan remaja kelas XI IPS tentang HIV/AIDS di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen dalam kategori kurang sebanyak 6 responden (7,22%).

B. Saran Berbagai keterbatasan dan kekurangan selama jalannya penelitian, maka penulis memberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi Responden Diharapkan para remaja lebih aktif dan menyeluruh dalam mencari informasi dari berbagai media yang ada, sehingga para remaja memiliki wawasan dan pemahaman yang tinggi tentang HIV/AIDS agar terhindar dari resiko-resiko terjadinya HIV/AIDS.

36

37

2.

Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan peneliti atau penelitian selanjutnya melakukan penelitian lebih mendalam dengan waktu yang lebih lama serta memperhatikan lebih banyak variabel-variabel yang mempengaruhi misalnya pengaruh bentuk perilaku, sikap dan domain perilaku kesehatan.

3. Bagi Institusi a. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah referensi penelitian khususnya tentang HIV/AIDS sehingga dapat digunakan untuk memperluas pengetahuan mahasiswa dalam penelitian serupa. b. Tempat Penelitian Diharapkan sekolah dapat memberikan pendidikan kesehatan yang lebih banyak kepada siswanya khususnya tentang HIV/AIDS sehingga siswa mempunyai pengetahuan yang lebih baik.