AIR ASAM TAMBANG DI INDONESIA KE.4

Download Rancangan Pengelolaan Air Asam Tambang di Disposal Q03 Site Lati ... yaitu kajian tentang air rembesan yang kemudian di breakdown menjadi b...

4 downloads 559 Views 10MB Size
rsBN 988-9 89-

I

996 2-2-

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

AIR ASAM TAMBANG DI INDONESIA KE.4 4e Indonesian Acid Mine Drainage Seminm Bandung, 7-8 Februan 2012

lg(T€{ffiik krtamhnsan Fakultas Tekntk Fer&rffEangarr dar Perm lnyatan Institut T€kplogi Eandung

t2

Penyelenggara:

"s r\

ffi

HHT. tTS

KKTekik Pertambangan . FTTM ITB

Himpunan Mahasi$da Tambang ITB

Didukung Oleh

@ & #

:

;!Av+s \:.,...8! tYkt

Kernerderian Energi dan Sumber Daya Mineral

Kenrenierian Lingkurgan Hidup

fri+

lndonesian Nehro* ForAcld Drainage

IilA}ry* lntemational Netuork ForAcid Preyenlion

ffi*-r.g

Disponsori Oleh:

beraucoal

dr

Coitl.Frcil'WDQi'ESR

PT

NAlil[,] ffiilMA

COAL

better en€rgy, brightor future

\

Dalam Rangka:

icisJ

81ffi

ril

PT Newmont

Nusa Tenggara

DAFTAR ISI The Global Acid Rock Drainage Guide (GARD Guide) for Acid Prevention Rens Verburg and Terrence Chatwin

- Best Management

Practices

Pengaruh Pelapukan Batuan Terhadap Pembentukan Air Asam Tambang Candra Nugraha dan Ginting J Kusuma

6

Rancangan Pengelolaan Air Asam Tambang di Disposal Q03 Site Lati Muhammad Sonny Abfertiawan, Firman Gunawan, Ria lrene Yince, dan Rudy. Sayoga Gautama

13

Pemodelan Geokimia Batuan Penutup Area Binungan Blok 9 PT. Berau Coal 22 Andi Zulkarnaina dan Mauli Dedi Abdiyantob ... Surface Water Qualify Improvement In Line with Success of Mine Land Rehabilitation (Case Study of Sepapah Mine Closure) Fatimah Koten, Delma Azrin and Dioko Widajatno

3l

Upaya Penurunan Kadar Logam Berat Arsen (As) yang Berasal dari Air Rembesan Waste Rock Tambang PT. Newmont Minahasa Raya Melalui Metode Fitoremediasi 39 Erny Poedjirahajoe

Mitigasi Air Asam Batuan (AAB) dengan Metode Pencampuran Batu Gamping di Timbunan Lower Wanagon, Tambang Terbuka Grasberg G. Prasetyo dan O.

Iriani

47

Rancangan dan Pengujian Rawa Buatan Berbasis Bahan-bahan fnsitu untuk Pengelolaan Air Asam Tambang Apong Sandrawati, Darmawan, Dyah Tj. Suryaningtyas, 59 dan Gunawan Djajakirana ......

Acid Mine Drainage Treatment In Correlation with Mine Closure Costs Efficiency 65 Siti Khodijah dan Ir. Djoko Widajatno Prediksi Kualitas Air pada Kolam Bekas Tambang Batubara di Jorong, Kalimantan Selatan 73 Erika K. E; Saputri dan Rudy Sayoga Gautama

Seminar Air Asam Tambang di Indonesia Ke 4 Bandung, 7-8 Februari 20 I 2

UPAYAPENURT,NAIYKADARL0GAMBERATaRSEN(As) YANG BERASAL DARI AIRREMBESAN WASTE ROCK TAMBAIYG PT. NEWMONT MINAIIASA RAYA M,ELALTII METODE TITOREMEDIASI ErnY Poedjiratrajoe Fakukas Kehutanan (Jniversitas Gadjah Mada email : [email protected]

Abstrak Artificiat wetland (lahan basah buatan) telah dibuat untuk meramprng air rembesan keluar dari timLunan waste rock. Air ini mengandung logam berat Arsen (As) dan mengalir sampai outflow di Sungai Buyat. Untuk ,rr"ogurur[i kadar As, maka perlu perlakuan terhadap wetland dengan menlgunakan metode Fitorernediisi. Penelitian ini merupakan penelitian awal yangdilakukan pada skala laboratorium dengan cara menempatkan 30 box pada meja bertingkat tiga, sehingga masingmasing meja berisi l0-box. Tingkat piti"g atas diisi dengan air wetland sebanyak 3 liter untuk setiap-box."Pengambilan air di witland p"du bagian yang dekat dengan outlet- Masingmasing.box dilubangi bagian bawahnya dipasang slang dan diberi kran kecil dibagian ujungnya. l0 box bagian tengah mendapat tetesan air dari tingkat utus dun diberi 5 jenis tanaman di @ 2 tanaman sebagai ulaigan. Box iingkat bawah menampung tetesan air dari tinglot 2. Analisis As dilalnrkan terhadap ru*p"t pada boi yang ada di tingkat atas, kemudian setiap 2 minggu diambil air di box tingkat jenis-jenis paling bawah sebanyut 100 ml untuk dianalisis As. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CypJ*s elatus Rox6, LimnocharisflavaBuch dan Caladium,sp telah mampu menurunkan kadar As secara signifikan dalam waktu 6 mingguKata kunci : arsen, air wetland tambang fitoremediasi. 1. Pendahuluan

Kegiatan pasca penutupan lahan oleh PT NMR pada umumnya terfokus pada lahan dan air- Dalam lahan, PT NMR telah melakukan beberapa studi yang telah disetujui oleh Departemen perLntuuan -ESOtr,t, yaitu kajian tentang air rembesan yang kemudian di breakdown menjadi beberapa kajian seputar dampak-dan upaya penanganan air rembesan. Kajian air permukaan dimaksudkan untuk ,rri-ur,tu1 kandungan iogu111 beraiyang ikut mengalir sampai ke outJlow (Sungai Buyat). Sumber air rembesan disinyalir berasal dari air ianah yang mengalir dari Barat Laut ke Tenggara yang arah alirannya dikendalikan oleh struktur-struktur batuan gamping Ratatotok dan Barat Laut-Tenggara. Sumbei air lainnya berasal dari air liryasan dan curah hujan yang mengalir ke danau bekas tambang Mesel yang berfungsi sebagai imbuhan air tanah melalui sistem batu gamping. Selain iru ada pula yang birasal dari infiltrasi melalui timbunan batuan limbah yang m€ngalir di sepanjang dasar timbunan menuju lokasi rembesan. Kajian tentang rembesan air telah dilakukan pada periode April 20M sampai dlngan Juni 2005. Hasil analisis kualitas air menunjukkan bahwa kandungan anion sulfat terlirut (SO- '?- ) rata-rata sebesar l0l1 mg/I, dengan nilai rembesan minimum 695 mgfl dan maksimum llgb mgli. Kandungan logam terlarut arsenik rata-rata sebesar 0,34 mg/I, nilai minimumrembesan A,283 m{l dan maksimum 0,45 mg/l-

laju Berdasarkan kajian hidrogeologi, rembesan terjadi pada rekahan alami di zona patahan- Variasi dari yang berasal rembesan cendirung konitan r"lu*u beberapa bulan, sedangkan pada rembesan erat terlihat yang sangat Hubungan hujan. curah dari tergantung cepat infiltrasi, laju aliranirya lebih Pit Mesel pada hulu tanah Aliran rembesan. debit antara keluiran dari banau Pit Mesei dengan

Seminar Air Asam Tambang di Indonesia Ke 4 Bandung, 7 -8 Februari 20 I 2

sebesar 10-20 Vdet. Laju aliran air yang keluar dari Pit Mesel ke dalam sistem air tanah sebesar 6 Vdet.

ITB bersama UGM pada tahun 2005 tentang distribusi As di tanah dengan pengambilan sampel berjarak rapat (high spatial resolution sampling) telah dilalqrkan di Mesel Creek (anak Sungai Buyat). Penelitian ini menyimpulkan bahwa terjadi rembesan alami (mata air) dengan konsentrasi As tinggi (0,36-0,78 mg/l) yang mengalir dan bercampur dengan buangan dari tambang Mesel (0,01-0,1 mg/l) ke Sungai Buyat sekitar 1,5 lc"n di sebelah selatan lokasi tambang sehingga menyebabkan konsentrasi As di bagian hilir Sungai Buyat

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh

sungai dan

di air

menjadi meningkat (0,51-0,6 mg/l). Pemantauan As kemudian dilanjutkan pada bulan Oktober 2006 sampai dengan 25 Juni 2007- Hasil al&ir 25 JruruZ0fT,konsentrasi-As telah memenuhi lriteria yang ditetapkan berdasarkan Kepmen LH No. 202 Tahun 2004 yaihr sebesar 0,5 mg/I, bahkan di bawah kriteria yang telah ditetapkan. Konsentrasi As pada pemantauan terakhir rata-rata sebesar 0,138 mg/l (kriteria sukses PT NMR). Hasil analisis selengkapnya terlihat pada grafft berikut:

Arsenlc Level ln Wetland Area 0-96 c-50 t.:15 0.40

€ a a.rt & c.lo .g o-25 o 0.2i

+FDW --+-WLIDS

-Criteia

o.t0 0.06

e,ct

j-1!.1!1,"*"1*\S'I.,-;i;i$,"X$$:$$.;,-.-5' "*1i"

Gambar

l.l

l{onitoring Date

Kandungan arsen (As) di area wetland bulan Oktober 2006-Juni2007

di atas dilakukan dengan menggunakan teknik geohidrologi, seperti kajian terhadap sifat-sifat air rembesan, pemodelan neraca air, dan kajian pilihan penanganan rembesan sampai menghasilkan beberapa alternatifpenangaftm serta rancangan detail pengelolaan lahan basah pada bulan November 2005 sampai dengan Oktober 2006. Hasil kajian pada waktu itu, tentang pemodelan hidrokimia lahan basah menunjukkan bahwa pemrmnan As oleh pengendapan dengan besi sekitar l0%, sedangkan pemodelan menghitung penyerapan As oleh sedimen yang kaya bahan organik dan besi menunjukkan angka peuururnn 30 o/oKajian air rembesan yang telah diuraikan

Dengan mengacu pada kriteria sulses penutupan tambang (unhrk As), seharusnya pemantauan sudah dianggap cukup, tetapi PT NMR tetap bertekat akan memenuhi kriteria USEPA, yaitu 0,01 mg/l As. Oleh karena itu, guna menyempurnakan pernantauan yang berak*rir sampai pada bulan Januari 2010, perlu suatu kajian yang selama ini belum dilakukan, yaitu kajian keterpaduan biotik (bio-engineering) antara fitoremediasi $thytoremediation) dan rawa buatan (artificial wetland). Percobaan awal dimulai dari skala laboratorium untuk mengetahui kecocokan jenis serta serapan As nya. Dengan demikian maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan tanaman uji dalam menurunkan kadar As pada wetland PTNMR.

40

Seminor Air Asam Tambang di Indonesia Ke 4 Bandung, 7-8 Febraan 2012

2. Metode Penelitian a.,

Alat dan Bahan

A-lat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kotak plastilc/akuarium plastik berukuran (60x40x50) cm sebanyak 27 box sebagai tempat air dan tumbuhan air, meja blrtingkat 3 unhrk meletakkan box dan atap penutup. Bahan yang digunakan adalah tanaman walingi (Cyperus elatus Roxb.), genj€r (Limnocharis Jlava 9I"!.), Ki apung (Azolla pinnata R.Br.), Ki ambang (satvinia molesta p.S. Mitchell), dan Keladi (Caladium,sp) serta I (satu) jenis tumbuhan darat yaitu paku (prens sp.)

b. Cara Penelitian Cara penelitian dilakukan dengan menggunakan metode dari Ganley et.al (2003) sebagai berikut : sebanyak 30 box diletakkan pada meja bertingkat tiga, sehinggu -u.irrg-nuiirg meja berisi l0 box. -meja Box yang terletak pada tingkat paling atas diisi air yang berasal djh wetland PTNMR sebanyak * 30 liter. Sampel air dari wetland diperoleh dari bagian mendekati outle! dan air ini

digunalal dalam uji frtoremediasi. Masing-masing box dilubanglbagian bawahnya supaya air bisa mengalir/menetes melalui pipa/slang plastik yang sudah dipasang dan-diberi krans bagia, ojrogrryu. Slang yang terletak dibagian dasar bak dibuka tutupnya sehingga sampel air bisa mengalir [" AuU* !o1 kedua (yang terletak dibawahnya) dengan aliran yang perlahan- (! 2,5 nrl pei menit). Box kedua diisi dengan air saja (untuk tanaman air yang mengapung) dan air plus tanah(untuk tamanan air yang memerlukan substrat tanah). Untuk rrnsing-masing tanaman uji dibuat dua ulangan. Selang yangadapada box kedua juga dibuka tutupnya r"hirrggu aii mengalir perlahan (t2,5 *l p", menit)

ke box ketiga- Box ketiga yang terletak paling bawah digunakan untuk **u*prng air yang mengalir dari box diatasnya yang berisi air atau air plus tanah dan tanaman uji. Air puau Uo* pufirg atas dicek secara rutin agar tidak habis, apabila volumenya sudah sangat berkurang (mendekati habis), segera diisi kembali dengan air dari wetland. Air yang tertampung di box ketiga (bak paling bu*uh) di sampling sebanyak 500 ml setiap 2 minggu sekali selama 6 minggu untuk dianalisii kadar As dengan metode AAS : Atomic Absorption Spectra (Krachler & Emons, 20Oq. Kondisi awal kadar As dalam sampel air yang dimasukkan pada box paling atas juga diukur. Analisis Iogam berat dikerjakan oleh laboratorium ALS Bogor.

.-:'.

\t".--,.*l'&-"

';"'--'t-"a*:. ,r-#:.. )1,

Gambar 1.2 Peletakan tanaman air dalam box

Gambar

1.3 Susunan peletakan box

41

Seminar Air Asam Tombang di Indonesia Ke 4 Bandung, 7-8 Februan 2012

Percobaan dengan tanaman paku darat Disediakan 9 buah polybag kecil dan diisi dengan tanah yang berasal dari sekitar wetland. Tanaman paloa (Pteris vitata) yang diujikan berasal dari lokasi base camp. Masing-masing tanaman ditanam pada polybag yang berisi media tumbuh yang sudah disiapkan, dan diletakkan ditempat teduh. Penyirarnn dilakukan dengan menggunakan air dari wetland dengan ukuran yang sama (yang diujikan untuk tanaman air), dan dibiarkan hrmbuh selama 8 minggu. Diakhir percobaan penentuan kadar As dilakukan terhadap tanah pada saat awal dan akhir percobaan serta jaringan tanaman paku.

Penelitian dengan Pteris itata ini dimaksudkan bahwa apabila terbukti tanaman paku mampu menyerap As cukup tinggi, maka di bagian tepi wetland direkomendasikan unhrk ditanami jenis paku-pakuan ini. Penanaman paku-pakuan dibagian tepi-tepi wetland didasarkan pada fakta di lapangan bahwa paku jenis ini mampu tumbuh dengan baik di area sekitar wetland.

c. Analisis Hasil Untuk melihat signifikansi pengaruh serapan tanaman terhadap As, maka hasil analisis laboratorium terhadap kandungan As pada box 3 (paling bawah) kemudian dianalisis Varian (CRD) dengan menggunakan perlakuan pengamatan dua mingguan, yaitu pada awal kegiatan (minggu ke-O), minggu ke-2, minggu ke4 dan minggu ke 6.

3. Hasil dan Pembahasan

Uji fitoremediasi pada eksperimen skala laboratorium telah selesai dilaksanakan. Dalam eksperimen tersebut telah dijumpai beberapa kendala antara lain pada tanaman Ki Apung (Azolla pinnala R.Br.) yang tampak kurang mampu bertahan hidup dan berkembang dengan baik ketika ditumbuhkan pada sampel air. Hal ini ditandai dengan perubahan warna daun terapungnya dari yang semula berwarna hijau menjadi merah. Perubahan ini kemungkinan disebabkan tanaman Azolla pinnata R.Br. yang dibawa dari Yogyakarta mengalami stress akibat kekurangan air, kekurangan 02 atau adanya perubahan suhu saat dibawa dalam kontainer, sehingga tanaman tidak mampu tumbuh dengan baik di lingkungan yang baru. Stres oksigen dan suhu kemungkinan menyebabkan tanaman mensintesis Anthocyanin sehingga warna tanaman menjadi merah.

'

u'E

,:"1t. i ,i:.d .d.I:,-.

7

Keterangan: .,4

Azolla filiculoides: sel-sel

epidermis dengan Anthocyanin dan sel-sel mesofil dengan kloroplast (Pereira et a1.,2006).

Selain itu shes juga dapat disebabkan tanaman Azolla pinata telah berlebihan mendapatkan cahaya matahari. Walaupun lokasi eksperimen berada pada tempat yang relatif teduh, namun atap plastik bening menyebabkan sinar matahari masih mampu menembus, sehingga untuk jenis-jenis tanarnan tertentu seperti Azolla pinnata R.Br kelebihan radiasi sinar matahari menyebabkan sintesis klorofil

kurang berfungsi dengan baik dan sebaliknya terbentuk pigmen Antocyanin untuk mengatasi kondisi yang kurang menguntungkan tersebut.

Seminar Air Asam Tambang di Indonesia Ke 4 Bandung, 7-8 Februari 20 I 2

Kemungkinan lain terjadinya perubahan warna daun Azolla pinato dari hijau menjadi merah disebabkan adanya gejala defisiensi unsur fosfor dalam medium tumbuhnya (Ferentinos et al., 2002). Hasil analisis kandungan As pada sampel air dan ekstrak tanaman duri ek.perimen skala laboratorium secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut :

Tabel 1. Hasil Analisis Laboratorium Sampel Air dan ekstrak tanaman Eksperimen Skala Laboratorium Kandungan As pada minggu ke : dan mg/kp,berat basah tanaman) 4 6

(me/l

No. Box 0

2

0.1750 0. I 760

0.0881

0.0758

0,0960

0.1890 0,1870

0,0955

C-la

0.t 820

0.0864

C-Za

0. I 850

0-0996

A-la A-2a

B-Ia B-2a

Dla

0. I 780

D-2a

0, I 750

E-la

0, I 760

E-2a

0.1780

tanaman

0,0826

0-069r 0,0700

2-94

0.0998 0,0963

0.0795 0.0837

l.l

0.0848 0,1030

0.0780 0.1010

r,96 r.40

0.r 820 0. r 850

0. I 780

0.1650 0.1770

2'l-20

0,r 870

0.1680 0.1710

0,t770

0.r 770

2.3t

0. r 790

o-t?10

l.5t

0.t670

7.85

1.83

9.53

Keterangan:

A=

Cypents elatus

B= LimnocharisJlava C= Caladium,sp

7

D = Azolla pinata E: Salvinia molesta

la,

2a: replikasi I

Analisis Kadar As dalam Akuarium Uji Coba 0,2

o.1s

mtll 0.1

0,05

0

o ---$-- Cyp **-

2 Um

Minggu

ke- 4

6

Cal ---.*. tr2s *.y--

Sal

Gambar 1.4 Analisis kadar As dalam akuarium uji coba skala laboratorium. Keterangan:

Cyy

Cltperus sp, Lim= Limnocharis flava, Cal= Caladium sp, molesta

Az Azolla pinata,

Sal= Salvinia

43

Seminar Air Asam Tamhang di Indonesia Ke 4 Bandung, 7-8 Februari 2012

i I

20 1a 16 14 12

g 1() a

I !

b 4 2 o

"d

dai

"f

e*

d""

Jenas tanaman

Gambar 1.5 Rerata kadar As yang ada dalam tanaman setelah 6 minggu Gambar 1.4. menunjukkan bahwa kadar As dalam air yang berasal dari wetland mengalami penunrnan setelah melewati media tanaman aii, terutama pada air yang diperlakukan J"ngu, tanaman Cyperus elatus, Limnochais flava dan Caladium,sp-Dari gu*bur t"rcebut tampak baliwa ketiga jenis tanaman tersebut mampu menurunkan kadar As *""i.u signifikan dalam waktu 2 dan selanjutnya pada minggu ke 4 dan ke 6 masih terjadi p"nuinul kadar As. Menurut rylggu,

Mehrag (L994) dalam Bondada and Ma (2003), tumbuhan memifiti mekanisme adaptif dalam upaya bertahan terhadap kondisi lingkungan tumbuh yang tercemar logam berat. Analisis varian umrm menunjukkan bahwa antar perlakuan signifikan pada taraf uji SYo. Diperoleh nilai F ,s:cara hit 4,7 sedangkan F critical 2,8. ANOVA Source

of

Variation

MS

Between Groups

0.023276

J

ri/ithin Groups

0.007759

0.0s9t77

36

0.00r644

Total

o.082452

F

P-value Fcrit

4.719876 A.007047 2.866266

Kaldungan As pada sampel air yang diperlakukan dengan tanaman Cyperus elatus (rumput yll$i), pada minggu ke-0 menunjukkan angka rata-rata O,tlSS mg/I. Pada minggu ke-2 *"rriuOi 0.,092a mg/I, minggu ke-4 menjadi a,a7g2_mg/1, dan sampai pada minggu k-6 men:unjukkan *gt As rata-rata adalah 0,0695 mg/l, sehingga kemampuan Cypeis elatus dalam menurunkan kadar As dalam waktu sekitar 6 minggu adalah 0,1055 sekitar 60yoDemikian pula dengan -g/t "6, jenis inipun juga mampu merurunkan flava, kadar As secara signifrkan. iada minggu .Limygchlris ke-O kadar As pada.air sampel yang dipeilakukan dengan Limnocharis Jlava menunjukkan *EL -A]r3lZ rata-rata 0,1880 m$, pada minggu ke-2 mengalami penurunan menjadi mg/I, minggu ki< menjadi 0,0980 mg/l dan pada minggu ke-6 menjadi O,OgtO mg/I, seliing ga adap"ri** kadar As 0-,1064 mgll selama 6 minggu atau perrurunun *"iitu, szf, untul sampel air yang 1:bog dipelakukan dengan tanaman Caladium,sp rati-rata kadar As juga menunjukkan pen111unan yang signifikan, dari 0,1835 mg,I pada minggu ke-0 menjadi 0,0930 pada minggu ke-2, kemudian naik sedikit meirjadi 0,0939 m{l pada minggu ke4 dan turun menjuOi O,OSqS-; gfi pada minggu ke-6. Ada penurunan kadar As sebesar 0,0940 mg/l atau sekitar 5i% kadar As selama 6 minggu jika digunakan tanaman Caladium,sp.

Seminar AirAsam Tambang di Indonesia Ke 4 Bandung, 7-8 Februai 2012

Gambar 1.5. menunjukkan bahwa rata-rata kadar arsen dalam jaringan tanaman Cyperus elatus, Limnocharis flava, dan Caladium,sp setelah 6 minggu perlakuan berturut-turut adalah 5,395 mg/Kg

bobot basah, 1,5 mg/I(g bobot basah, dan 1,68 mg/Kg bobot basah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rumput Cyperus elatus memiliki keinampuan menyerap arsen lebih tinggi dibanding Limnocharis Jlava atar Caladium,sp. Namun demikian ketiga jenis tanaman ini juga tumbuh dengan baik dan menghasilkan tanaman ariakan selama penelitian berlangsung. Menurut Bondada and Ma (2003) toleransi tumbuhan terhadap logam berat diatur oleh adanya sistem penyerapan yang juga tergantung pada konsentrasi logam berat. Dua rnacam sistem penyerapan yang umum berlangsung yaitu : penyerapan tinggi pada kondisi kontaminan yang rendah, atau penyerapan rendah namun dapat berlangsung dalam jangka waktu lama. Salt and Rauser (1995) dalam Memon et at. (2A01) menyebutkan bahwa mekanisme ioleransi terhadap logam berat diantaranya melalui pembentukan fitokhelatin. Tumbuhan yang terpapar logam berat mampu secara enzimatis mensintesis Fitokhelatin dari senyawa Glutathion. Vakuola merupakan organela utama tempat penyimpanan logam berat yang terserap tumbuhan. Saat ion-ion logam bsrat masih berada di sitosol, ion-ion ini akan mengaktifkan Fitokhelatin syntltase. Fitokhelatin akan berikatan dengan ion logam dan kemudian tertransport dari sitosol ke dalam vakuola. Selain itu metallothionein juga merupakan protein yang dapat mengikat logam berat dan berfungsi untuk detoksifikasi di dalam sel tumbuhan.

Untuk sampel air yang diperlakukan dengan tanarnan Azolla pinnata R.Br dan Salvinia molesta pennnrnan kadar As kurang signifikan. Namun kandungan As dalam jaringan tanaman Azolla jalh lebih tinggi dibanding tanaman uji lainnya, sedangkan kandungan As dalam jaringan tanarnan Salvinia relatif sama dengan kandungan As yang terdapat dalam jaringan tanaman Limnocharis serta Caladium. Data ini menunjukkan bahwa baik Azolla maupun Salvinia sebenarnya memiliki kemampuan menyerap As. Namun demikian karena ukuran tanaman yang jauh lebih kecil dibanding Cyperus, Limnocharis ata,u Caladium, serta tipe pertumbuhan yang hanya terapung dipermukaan, sehingga mekanisme intemal tanaman tersebut juga mengalami perbedaan- Jenis tanaman tinggi mempunyai daya serap serta kecepatan penyerapan yang lebih tinggi daripada tanaman yang lebih rendah. Rerata kandungan As dalam jaringan tanarnan Azolla (18.365 mgA(g bobot basah tanaman) adalah tertinggi dibanding kadar As yang terakumulasi pada tanaman uji lain. Kemampuan Azolla dalam menyerap As ini kemungkinan juga mendukung terbentuknya anthocyanin, sehingga sintesis klorofil terhambat dan akibatnya pertumbuhan vegetatif juga terhambat. Dengan demikian penggunaan tanaman air terapung dalam fitoremediasi tetap dapat diterapkan, namun perlu bersama-sama dengan tanaman air lain yang sistem perakarannya ada di dasar perairan.

Hasil analisis pertumbuhan tanaman paku darat (Pteris vitata) menunjukkan bahwa setelah 4 minggu penanaman, hanya tanaman paku yang berasal dari Yogyakarta yang mampu tumbuh dengan baih sedangkan tanaman paku yang berasal dari lingkungan base camp maupun wetland mulai sebagian besar daurrnya sudah kering. Akan tetapi masih tampak adanya pertumbuhan tunas baru pada semua tanaman uji. Hasil analisis kadar As pada jaringan akar, batang dan daun dari tanaman uji menunjukkan bahwa angka tertinggi arsen terletak pada jaringan akar. Angka ini sangat signifikan dibanding dengan di batang dan darm. Tanaman tinggi seperti Cyperus elatus, kadar As yang ada di dalam jaringan akar mencapai 6,90 mdkg berat basah. Untuk jenis tanaman apung, maka jaringan akar Pistia stratiotes,L mampu menyerap As sebesar 2,13 rnglkgberat basah. Pteris vitata yang merupakan tanaman darat jaringan akarnya mampu menyerap As sebesar 3,52 mglkgberat basah. Kadar As ini harnpt sama dengan di bagian jaringan batang maupun daun. Hasil ini menunjukkan bahwa untuk tanaman pak:u Pteris

45

Seminar Air Asam Tambang di Indonesia Ke 4 Bandung, 7-8 Februari 20 I 2

vitata, akumulasi As dapat terjadi di seluruh bagian tanaman sedangkan untuk tanaman uji lain sebagian besar kandungan As terakumulasi pada organ akar.

4. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

l.

Caladium,sp., Salvinia molesta, Azolla pinata dan Pistia stratiotes,L (tanaman air), serta Cyperus elctus, Limnochais flava dan Pteris vitata (tanaman darat) merupakan tanaman yang terbukti mampu menyerap Arsen jika ditanam pada perairan/wetland yang mengandung arsen. Rata-rata konsentrasi arsen di wetland mengalami penurunan dari 0,2535 mg/l menjadi 0,1396 mg/l dalam 6 minggu-

2.

Dalam uji coba skala laboratorium pada tanaman air dan darat Q), jerus Cyperus elatus, Limnocharis flava dan Caladium,sp telah mampu menurunkan kadar Arsen wetland yang sangat signifikan dalam 6 minggu. Cyperus elatus mampu menurunkan arsen sebesar 0,1060 m{1. Limnocharis flava mampu menurunkan arsen sebesar 0,1064 mgll. Caladium,sp mampu menurunkan arsen sebesar 0,0940 mg/l-

Saran

Untuk mempercepat penurunan arsen, perlu dilakukan penanaman kembali terntama pada bagianbagian yang belum ditanami, dengan menggunakan jenis Cyperus elatus, Caladiurn,sp dan Limnocharis flava. Penanaman penuh pada area wetland dan ditunjang dengan proses pertumbuhan tanaman hutan yang sudah mengarah pada perbaikan ekosistem yang semakin stabil, diharapkan berkurangnya kadar Arsen di perairan wetland dapat dipercepat hingga benar-benar tidak membahayakan lingkungan sekitarnya-

5. Daftar Pustaka Bondada, B.R. and Ma, L.Q. 20A3. Tolerance of heavy metals in vasculor plants : Arsenic hyperacculumalion by Chinese b\ake fern (Pteris vittata L.). In: S. Chandra and M. Srivastava (Eds.), Pteridology in The New Millenium.Khtwer Academic publishers, The Netherlands, pp: 397 - 420Ferentinos, L., J. Smith and H. Valenzuela. 2002. Azolla. Sustainable Agriculture Green Manure Cropq SA-

GM-2. Cooperative Extension Service. College of Tropical Agricularal and Human Resource. University of Hawai'i at Mdnoa. pp: I -3 Ganley, J., J. Golumbfskie, K. Peacock, J. Simon, dan I. Stewart. 2003. Phytoremediation of the Northeast Water Pollution Control Plant (NEWCP) and lletland Constructionfor Aesthetic and Educational Purposes. Final Report. Enve0l. Krachler, M. dan H. Emons. 2000. Extraction of antimony and arsenic from fiesh and freeze-dried plant samples as determined by HG-AAS. Fresenius' Jourtal of Analytical Chemistry, Volume 367, Issue 7, 702-707.

Memon, A.R., Aktoprakligil, D., 6zoemir, A. and Vertii, A. 2001. Heauy metal accumulation and detoxiJication mechanisms inplants. Turki Journal ofBotany 25: lll - l2l Pereirq I., O. i{ita, A.C. Poz and F. Carrapiqo. 2006. Discoveing A.zolla. Symbiosis Teaching Workshop-Sth International Symbiosis Society Congress, Vienna. August 4 - 10. pp: I - I I

46