AKSI PARTAI KOMUNIS INDONESIA 1926 wahyu wirawan

Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan. hlm. ix, Tan Malaka dipecat sebagai. Komintern pada 1920-an. 19. Soe Hok Gie. Orang-orang Di Persimpangan Kiri...

8 downloads 767 Views 245KB Size
AKSI PARTAI KOMUNIS INDONESIA 1926-1965 (Wahyu Wirawan )

A. Pendahuluan Jika kita mendengar istilah komunisme, langsung kita teringat pada pembantaian ’65, yang sadis dan kejam. Stigma ini menjadikan sejarah komunis Indonesia sebagai sisi gelap sejarah Indonesia dan tak layak untuk dipelajari. Pantas masuk keranjang sampah, termasuk sosialisme atau apa saja yang mengingatkan kita pada Karl Marx. Naifnya lagi diharamkan ! Kalau bukan pembodohan massal apa lagi namanya yang dilakukan oleh rezim Orde Baru di bawah Soeharto melalui Departeman Pendidikan dan Kebudayaan atau Penerangan. Propaganda anti Komunisme/Marxisme-Leninisme merambah juga di kalangan universitas. Padahal kalau kita pahami pasal 3 Ketetapan MPRS Republik Indonesia No: XXV/MPRS/1966 yang berbunyi “khususnya mengenai kegiatan mempelajari secara ilmiah, seperti pada universitas-universitas, faham Komunisme/Marxisme-Leninisme dalam rangka mengamankan Pancasila dapat dilakukan secara terpimpin...”1 Berdasarkan Tap MPR tersebut berarti mempelajari faham komunisme walaupun secara terpimpin itu legal dan tidak melanggar hukum, “ironisnya, pergulatan ini terjadi bukan di negara-negara komunis yang represif, tetapi di negara liberal kapitalistik, seperti Amerika Utara, Eropa Barat, Australia, Jepang dan India.”2 Studi tentang Komunisme bukan berarti mengajak orang untuk menganutnya tetapi membuat kita memiliki landasan yang kuat untuk menolaknya. Menolaknya secara cerdas bukan membabi buta. Pembodohan gaya Orde Baru terus berlangsung hingga kini, contoh nyata dilakukannya pelarangan buku teks pelajaran sejarah oleh pemerintah melalui Kejaksaan Agung dengan SK 19/A/JA/03/2007 tertanggal 5 Maret 2007. “Alasan pelarangan adalah tidak memuat pemberontakan Madiun dan 1965...serta tidak mencantumkan kata PKI dalam penulisan G30S.”3 Buku sejarah kelas I jelas tidak memuat pemberontakan 1948 dan peristiwa ’65. Karena kelas I itu hanya berisi kerajaan-kerajaan di Nusantara yang terpengaruh Hindu, Buddha dan Islam. “Demikian pula untuk kelas II...membahas perlawanan rakyat terhadap kolonialisme...Untuk Wahyu Wirawan, S.Pd., adalah Alumnus Pendidikan Sejarah USD dan melanjutkan ke Pascasarjana UGM, Fakultas Ilmu Budaya, Program Studi Sejarah. 1

2 3

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Republik Indonesia No: XXV/MPRS/1966. Ketua Jendral TNI A.H. Nasution, Wakil Ketua Osa Maliki, HM. Sumchan ZE, M.Siregar, Brigjen TNI Mashudi. Ariel Heryanto. 2007. Komunisme. Jakarta. Kompas Ninin Damayanti. 2007. Buku Sejarah Dilarang, PHBI dan Komunitas Sejarah. Tempointeraktif.

kelas III mulailah dibahas perkembangan sejak kemerdekaan Indonesia.”4 Di kelas III materi tersebut diajarkan. Parahnya lagi Jaksa Agung Muda Intelijen Muchtar Arifin mengingatkan “pengedar dapat dikenai sangsi kerena telah melanggar Pasal 3 Penetapan Presiden No. 4 Tahun 1963 tentang pengamanan barang cetakan yang menggangu ketertiban umum.”5 Kontroversi pelarangan buku sejarah belum reda, tepatnya satu minggu setelah diskusi “Historiografi Tragedi ’65 dan Pelarangan Buku Sejarah,” yang dilakukan oleh mahasiswa Pendidikan Sejarah, Papernas dilarang melakukan rapat di Kaliurang. Karena diduga partai ini berideologi komunis dan menyebarkan paham komunisme di Indonesia. Berdasar kejadian di atas ini mengindikasikan bahwa hantu komunis atau tepatnya hasil indoktrinasi Orde Baru yang mendarah daging masih tersisa. Versi tunggal G30S pemerintah yang coba diruntuhkan masih menemui hambatan yang kuat. Kekaburan dalam sejarah memang harus diakui membawa dampak yang luas dalam berbagai bidang, politik, sosial, dan pendidikan. Untuk itu tulisan yang berjudul Aksi Partai Komunis Indonesia 1926-1965 ditulis. Karena penulis melihat pentingnya studi tentang komunisme di sekolah-sekolah mulai tingkat SMU/SMK agar kita dapat mengidentifikasikannya dan menolak dengan sadar dan kritis. “Dengan mengenalinya, kita tidak lagi dapat ditipu oleh orang-orang atau gerakan-gerakan komunis.”6 Celakanya, larangan itu seringkali datang dari mereka yang tidak paham apa itu Marxisme karena tidak pernah dididik tentangnya ketika bersekolah. Berbeda dari para pendiri bangsa ini yang bersekolah pada jaman kolonial Belanda. Maka, jangan heran sejarah nasional sering bengkok atau gelap pada bagian kisah tentang para tokoh gerakan nasionalis ini.7 Padahal dalam melakukan analisis sosial teori Marx sangat penting dan layak dipelajari oleh kaum muda Indonesia dan bukan hanya mereka yang hidup di India, Amerika, dan Australia. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai sisi-sisi sejarah Aksi Partai Komunis Indonesia yang meliputi Pemberontakan 1927, Madiun Affair 1948, dan Gerakan Tiga Puluh September 1965. Agar pemahaman tentang gerakan komunisme di Indonesia lengkap. B. Pemberontakan PKI 1927 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli, Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet adalah pembawa ideologi komunis dari Belanda ke Indonesia. Sebelum pergi ke Indonesia Sneevliet aktif sebagai anggota SDAP (Sociaal 4

5

6 7

Wahyu Wirawan. 2007. Historiografi Tragedi ’65 dan Pelarangan Buku Sejarah. Makalah diskusi Mahasiswa Pendidikan Sejarah (MADIRAH),USD. Media Indonesia. 2007. Pemerintah Trauma, Tarik Buku Sejarah. Media Indonesia. G. Moedjanto. 2000. Komunisme dan Pancasila. Jakarta. Kompas. Ariel Heryanto. op.cit. hlm.1

Democractische Arbeiders Partij). Tahun 1909 Sneevliet keluar dan menekuni dunia perdagangan. “Pada tahun 1913 H.J.F.M. Sneevliet (1883-1942) tiba di Indonesia.”8 Sneevliet awalnya sebagai seorang penganut mistik katolik dan memulai karirnya di Indonesia sebagai anggota staf redaksi Soerabajaasch Handelsblaad. Kemudian ia hijrah ke Semarang dan bekerja sebagai sekretaris di perusahaan Semarangsche Handelvereniging. Tanggal 9 Mei 1914 Sneevliet bersama B.J.A. Bransteder, H.W. Dekker, P. Bergsma dan Semaun mendirikan ISDV (Indische Sociaal Democratische Vereniging).9 ISDV awalnya mencoba bersekutu dengan Insulinde tetapi tujuannya tidak tercapai dan kerjasama berakhir. ISDV mulai melihat potensi yang dimiliki oleh Sarekat Islam (SI) yang memiliki ratusan ribu pendukung. “Kemudian, ISDV menyusup (infiltrasi) ke Sarekat Islam dan berkat dukungan komunisme internasional (Komintern), gerakan komunis ini menjadi Partai Komunis Indonesia.”10 Tepatnya “pada bulan Mei 1920 organisasi ini berganti nama menjadi Perserikatan Komunis di Hindia dan pada tahun 1924 berganti nama lagi menjadi Partai Komunis Indonesia.”11 Perubahan nama membuat PKI12 semakin menguatkan hubungannya dengan Komintern maka dibentuk Front Persatuan dan mulai menentang cita-cita Pan-Islamisme. Dengan demikian PKI sudah menarik garis pertentangan dengan sangat keras terhadap SI. Pihak SI membalas melalui surat kabar dan dalam konggresnya. Untuk mengakhiri infiltrasi yang dilakukan oleh PKI maka dalam Konggres CSI ke 6 di Surabaya Agus Salim dan Abdul Muis mendesak agar disiplin partai ditegakkan dan melarang keanggotaan rangkap. Kemudian muncul nama SI Merah (terpengaruh PKI) dan Si Putih (Islam). Pembersihan itu baru tercapai dalam Konggres CSI ke 7 di Madiun. Sebagai balasan PKI mengadakan konggres di Bandung dan memutuskan bahwa di mana ada SI-Putih di situ pula dididirikan SI-Merah. Pada bulan April 1924 SI-Merah berganti nama menjadi Sarekat Rakyat dan resmi menjadi onder bouw PKI. Kegiatan indoktrinasi diintensifkan. Desember 1924 Sarekat rakyat dilebur ke dalam PKI. “Dengan demikian, PKI untuk pertama kalinya mulai memimpin sendiri organisasi massa.”13 Dengan slogan “more riches to 8

9

10

11 12

13

M.C. Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta. Gajah Mada University Press. 2005. hlm. 260 Periksa, Wahyu Wirawan. 2006. Tumbuh dan Berkembangnya Komunisme. HMPS-USD. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jilid 12. Jakarta. PT Cipta Adipustaka. 1990. hlm.88 M.C. Ricklefs. op.cit. hlm.265 Pengurus baru terdiri dari, Ketua Semaun, Wakil Darsono, Sekretaris Bergsma, Bendahara Dekker, Anggota Baars dan Sugono. George McTurnan Kahin. Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia: Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik. UNS Press dan Pustaka Sinar Harapan. 1995. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jilid 9. Jakarta. PT Cipta Adipustaka. 1990. hlm.206

the rich, no taxes to the poor, more mosque to the picas, more jobs to the semi literates.”14 Situasi politik semakin memanas, selain meningkatkan permusuhan, juga persaingan untuk memperebutkan massa pendukung terjadi di desa-desa. Tidak jarang teror ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut. Akibatnya timbul gerakan anti komunis dan pemerintah kolonial Belanda mulai mengambil tindakan tegas. Ketegasan itu diwujudkan dengan penangkapan dan pengasingan terhadap pimpinan komunis dari Indonesia. Diawali dengan Sneevliet tahun 1919. Tan Malaka tahun 1922 dibuang dan diusir dari Indonesia. Sedangkan Semaun 1923, dengan demikian semua pemimpin PKI seperti Darsono, Ali Archam, Alimin, Musso merasa terancam. Pada Konggres PKI tanggal 11-27 di kota Gede Yogyakarta, dibahas mengenai rencana gerakan bersama di seluruh Indonesia.15 Rencana pemberontakan ini pada awalnya tidak memperoleh persetujuan Komintern. Aksi-aksi seperti pemogokan mendapat perhatian serius oleh pemerintah kolonial Belanda bahkan rapatrapat PKI juga dibubarkan. Januari 1926 Musso, Boedisoetjitro, dan Soegono rencananya akan ditangkap oleh Gubernur Jendral van Limburg Stirum tetapi mereka telah pergi ke Singapura. Kekacauan hari demi hari semakin memuncak dan hampir semua pimpinan PKI berada di luar Indonesia, seperti di Singapura ada Alimin, Musso, Boedisoetjitro, Soegono, Subakat, Sanusi, dan Winata. Sedangkan Tan Malaka di Manila dan Darsono di Uni Soviet. Akhirnya “PKI melakukan gerakan dengan “gaya lokal” dan aksi lokal (local action) yang di antaranya tidak banyak berkaitan dengan komunisme teoritis. Di Banten partai ini menjadi Islam yang berlebihlebihan. PKI berkembang pesat di Sumatra dan Jawa tanpa koordinasi yang kuat, ketika partai ini semakin bertambah menarik bagi unsur-unsur masyarakat pedesaan yang menyukai kekacauan.”16 Selama tahun 1925, unsur-unsur yang lebih mengekstrim dalam Partai Komunis di bawah pengawasan Dahlan dan Soekra, dua pemimpin yang menolak patuh kepada kepemimpinan yang tetap. Mereka terus menghasut dicetuskannya revolusi dan memakai metode-metode teoritis... Dalam usaha-usahanya, mereka didukung oleh dua pemimpin penting yang sudah mapan, Alimin dan Musso. Kelompok ini berhasil menguasai suatu rapat komisi pelaksanaan partai tersebut dan para pemimpin persatuan-persatuan dagang pokok di bawah pengawasan komunis, yang diselenggarakan di Candi Prambanan (antara Yogyakarta dan Surakarta). Pada pertengahan bulan 14

15

16

Ruth McVey. The Communist Uprising of 1926-1927 in Indonesia: Key Documents. Ithaca. Cornell University Press. 1960. hlm.xxi Bandingkan dengan Wahyu Wirawan. op.cit. hlm.3 dan G. Moedjanto. Indonesia Abad Ke 20. Yogyakarta. Kanisius. 1988. hlm.42 M.C. Ricklefs. op.cit. hlm.271

Oktober 1925. Sebagai hasilnya, revolusi ditetapkan akan diadakan segera.17 Alimin kemudian ke Manila untuk menemui Tan Malaka18 selaku wakil Komintern untuk wilayah Asia Tenggara dan Australia. Dengan harapan rencana itu akan mendapat dukungannya, ternyata di luar dugaan Tan Malaka menolak keputusan Parambanan dengan alasan: a. Situasi revolusioner belum ada b. PKI belum cukup berdisiplin c. Seluruh rakyat belum berada di bawah PKI d. Tuntutan/sumbangan konkret belum dipikirkan e. Imperialisme internasional bersekutu melawan komunisme 19 Reaksi Tan Malaka membuat perpecahan dalam organisasi PKI, tetapi Alimin dan Musso tidak gentar. Kemudian Alimin dan Musso pergi ke Moskow untuk membahas tentang keputusan Prambanan 16 Maret 1926. Alih-alih mendapat dukungan20 sebaliknya mereka harus diindoktrinasi lagi. “Alimin dan Musso tiba di Malaya melalui Kanton pada pertengahan bulan Desember 1926, setelah aksi terjadi. Pada tanggal 18 Desember 1926 mereka ditahan orang Inggris di Johor dan tidak kembali ke Indonesia lagi.”21 Bagai ayam kehilangan induknya, PKI tanpa pemimpin yang militan. Kegiatannya kacau, ditambah lagi para anggota bingung ikut Tan Malaka atau Alimin-Musso. Tidak adanya 17 18

19

20

21

George McTurnan Kahin. op.cit. hlm.103 Menurut Tan Malaka, kedudukan ini diberikan kepadanya pada konggres ke 4 Komintern tahun 1922 dan berlaku pada tahun 1923... Dalam serangannya yang tajam terhadap Tan Malaka, Alimin tidak mempersoalkan tuntutanya dan secara tidak langsung jelas mendukungnya. Bagaimanapun juga, ia memang mempertahankan bahwa Tan Malaka tidak memiliki suatu kekuasaan veto atas keputusan-keputusan yang diambil oleh PKI. Lihat catatan kaki Kahin no.52 hlm.103-104. Bandingkan dengan Ahmad Syafii Ma’arif dalam Soe Hok Gie. Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan. hlm. ix, Tan Malaka dipecat sebagai Komintern pada 1920-an. Soe Hok Gie. Orang-orang Di Persimpangan Kiri Jalan. Yogyakarta. Bentang Pustaka. 2005. hlm.10-11. Untuk kejelasan alasan Tan Malaka baca, Tan Malaka. Aksi Massa. Jakarta. CEDI dan Aliansi Press. 2000. Buklet ini ditulis Tan Malaka pada pertengahan tahun 1926. berisi pokok-pokok pikirannya setelah berkeliling Jawa dan Sumatra, tepat sebelum aksi 1927 meletus. Walaupun akhirnya didukung, The Communist International welcome the revolutionary struggle of the people of Indonesia and pledges its complete support. Workers of the world do not permit the Dutch Imperialists to drown the struggle for freedom of Indonesia in blood. Hasten to the aid of Indonesian fighters. Organize mass meetings. Express your sympathy of the insurrections in Java, and protest againts imperialist teror. Organize demonstrations before the Dutch embassies and Consulates demand freedom for Indonesia people and the military evacuation of the colony. Suppresed people of the world. The insurrectionary Indonesians are your advance guard, the express the will to freedom which is your common property. Do everything in your powered support them in their struggle. Ruth McVey. The Rise of Indonesia Communism. Ithaca. Cornell University Press. 1965. hlm.374. George McTurnan Kahin. op.cit. hlm.107. Berarti saat aksi terjadi Alimin dan Musso tidak berada di Indonesia.

koordinasi para pemimpin ekstrimis, sebut saja Sardjono dan kawankawan merasa berhasil menguasai dan coba mempertahankan pengaruh mereka. Bahkan Suparjo yang kembali ke Indonesia untuk memberitahukan hasil diskusinya dengan Tan Malaka dan Subakat tidak dihiraukan. Walaupun rencana pemberontakan ditunda tetapi akhirnya meletus juga pada malam hari tanggal 12 November 192622 di Jawa Barat (Banten, Priangan) dan menyusul 1 Januari 1927 di Sumatra Barat. Pemberontakan di Batavia dapat ditumpas dalam waktu satu hari. Di Banten dan Priangan penumpasan selesai pada bulan Desember. Sedangkan di Sumatra dapat ditumpas selama tiga hari dan mendapat perlawanan yang relatif kuat. Menurut Ricklefs di Jawa seorang Eropa tewas begitu pula di Sumatra. “Sekitar 13.000 orang ditangkap, beberapa orang ditembak, kira-kira 4.500 orang dijebloskan ke dalam penjara dan 1.038 orang dikirim ke kamp penjara yang terkenal mengerikan di Boven Digul, Irian, yang khusus dibangun pada tahun 1927 untuk mengurung mereka.”23 PKI hancur dan dilarang oleh pemerintah Kolonial Belanda. C. Partai Komunis Indonesia dan Madiun Affair 1948 Setelah melakukan aksinya di Jawa dan Sumatra, tindakan yang diambil oleh pemerintah kolonial Belanda cukup tegas, sehingga PKI seakan telah mati. Tetapi ternyata PKI mencoba bangun dari tidurnya dan “pada tahun 1928, suatu usaha yang relatif lemah untuk berdiri lagi dikembangkan oleh kelompok komunis di Surabaya... di bawah pimpinan Soenarjo dan Marsoeki, teman dekat Musso, mereka mendirikan suatu federasi persatuan dagang yang kecil, Sarekat Kaum Buruh Indonesia.”24 Karena Belanda merasa organisasi ini berbahaya maka segera dibubarkan dan pimpinannya ditangkap. Musso yang lama tak kembali ke Indonesia, tahun 1935 mulai menginjakkan kakinya ke Surabaya. Kemudian ia membentuk gerakan bawah tanah komunis yang berorientasi ke Stalin. Organisasi ini sering disebut sebagai “PKI Tidak Resmi”. Centraal Comite (CC) terdiri dari Musso, Pamudji, Azis, Sukajat, dan Djoko Soedjono.25 Kalau kita flash back tokoh PKI 35 ini nantinya yang berperan besar dalam peristiwa Madiun. Kelompok PKI 3526 mempunyai orientasi yang berbeda, 22

23

24

25 26

Pemberontakan PKI di pulau Jawa bulan November 1926 sangat mengejutkan pemerintah Belanda dan semenjak itu pula gerak-gerik Perhimpunan Indonesia diawasi secara ketat dan dituding sebagai motor penggerak pemberontakan tersebut, http://id.wikipedia.org/wiki/Indische_Vereeniging Baca Ricklefs. op.cit. hlm. 272. Bandingkan dengan George McTurnan Kahin. op.cit. hlm.110-111. 1.038 diasingkan, 823 dikirim ke Tanah Merah lainnya dibebaskan. Menurut penulis data Kahin lebih masuk akal. George McTurnan Kahin. op.cit. hlm.111. Bandingkan dengan J.D. Legge. Kaum Intelektual dan Perjuangan Kemerdekaan. Jakarta. Grafiti. 2003. hlm.63 Lengkapnya baca Soe Hok Gie. op.cit. hlm.25-29 Ada banyak kelompok komunis selain PKI 35 yaitu: PKI Digul, Kelompok Ali Archam, PKI Muda, PKI Sibar, Parki, Group mahasiswa di negeri Belanda.

mereka tidak mengedepankan revolusi tetapi bersedia bekerja sama sekalipun dengan kelompok borjuis yang notabenenya adalah musuh mereka. Strategi yang mereka jalankan adalah infiltrasi ke dalam organisasi-organisasi pemuda, buruh serta petani. Untuk memahami realitas yang terjadi pada peristiwa Madiun 1948 ada baiknya bila keadaan sosial ekonomi rakyat pada umumnya dibahas lebih dahulu. Keadaan rakyat memang mengenaskan apalagi setelah blokade yang dilakukan oleh Belanda. Harga-harga melambung tinggi, wabah penyakit menyebar di manamana, pemuda di fron tidak mendapat logistik karena transportasi sulit. Sementara itu di Yogya-Solo jendral-jendral show of dengan mobil mewahnya. sedangkan korupsi merebak di mana-mana. Kesulitan hidup di daerah Republik dapat dilihat dari daftar harga kebutuhan di bawah ini (dalam rupiah): Agustus 1947 Beras Gula Garam Daging Kedelai Minyak Kelapa (600 cc)

1.66 1.58 3.48 4.50-13.60 2.00 5.09

April 1948 6.76

Juni 1948 7.44

Agustus 1948 17.50 7.30 14.30 76-187.50 12.00 36.20

Dari harga kebutuhan tersebut, dapat dilihat betapa sulit penghidupan di daerah Republik selama setahun (naik 1.059 %).27 Belum lagi jatuhnya Kabinet Syahrir 28 oleh sayap kiri (Front Demokrasi Rakyat) membuat pemuda merasa bangga. Harapan kemudian diletakkan pada Amir Syarifudin, tetapi semua musnah. Amir29 ternyata memberikan konsesi lebih besar terhadap Belanda dalam Perjanjian Renville yaitu konsesi politis dan teritorial. Menurut Kahin, Republik harus menerima pengungsi I juta30 dan daerahnya tinggal Jawa Tengah Selatan, Jawa Timur Selatan dan Banten. Dengan demikian Republik harus menarik armada militernya sejumlah 35.000 pasukan dari Jawa Barat ke Jawa Timur. Tindakan ini membuat kondisi psikologi pemuda benar-benar hancur, terutama anggota Divisi Siliwangi. Sekretaris Panitia Hijrah, Dr. Hutagalung mengaku bahwa mereka sakit lahir dan batin. Itu dapat dilihat dari hidupnya yang terlantar, tidak ada asrama atau markas, 27 28 29

30

Uniknya mereka semua mengaku tunduk kepada Moskow. Soe Hok Gie. op.cit. hlm.147-148 G. Moedjanto. op.cit. hlm.152-158 Amir dan sebagian besar pemimpin FDR lainnya di Jateng dan Jatim segera mengakui kekuasaan Musso dan Amir masuk menjadi anggota PKI sejak tahun 1935. M.C. Ricklefs. op.cit. hlm.341. Ia mengatakan bahwa ada 6 juta pengungsi.

jauh dari keluarga. Kejadian ini membuat posisi Sudirman semakin sulit. Keadaan ini diperparah dengan adanya rasionalisasi tentara di tengah suasana frustasi. Akibatnya 60.000 tentara terkena rasionalisasi. Kondisi jadi tidak menentu. Dengan demikian yang ada hanya kemelut, kemelaratan yang dieksploitasi oleh suasana politik yang menambah kacau keadaan. Belum lagi ada pemogokan di Delanggu.31 Suatu gebrakan telah terjadi FDR pada bulan September membubarkan diri dan bergabung ke dalam PKI. Dalam politbiro itu terdapat Aidit (tokoh PKI mendatang). PKI terus menggalakkan demonstrasi, pemogokan dan mendorong pengambilan tanah dari tuan tanah. Chaos terjadi antara Masyumi (santri) dengan anggota masyarakat yang dimobilisasi oleh kaum komunis. Sementara itu pernyataan-pernyataan Musso membuat simpati Amerika untuk Indonesia dipertanyakan. Belum lagi Tan Malaka (Troskyis) memang berseberangan dengan Musso (Stalinis). Gesekan akhirnya terjadi September 1948 terjadi antara kekuatan bersenjata yang pro-PKI dan pro-Republik di Surakarta. Pada tanggal 17 September PKI terdesak oleh Divisi Siliwangi, dan PKI mengambil posisi di Madiun. “Pada tanggal 18 September para pendukung PKI tersebut merebut tempat-tempat strategis di daerah Madiun, membunuh tokoh-tokoh yang pro pemerintah, dan mengumumkan melalui radio bahwa pemerintah fron nasional telah terbentuk.”32 “Sekitar tengah malam tanggal 18, kira-kira 20 jam setelah dimulainya kup di Madiun... Musso, Syarifudin, Setiadjit, Wikana tiba di rumah Sumarsono...dekat pinggiran kota Madiun.”33 Situasi demikian ini memaksa Musso dan kawan-kawan menangani atau melanjutkan aksi yang sudah berjalan. Dipilihlah melanjutkan dengan alasan tidak ada pilihan lain. Uniknya Sudirman bersimpati pada satuan-satuan yang pro PKI tetapi ia tidak mendukung tindakan pemerintah Republik dan juga menetang apa yang dilakukan oleh Musso. Tanggal 19 september 1948 sekitar 200 anggota PKI yang berada di Yogyakarta ditangkap. Sukarno mengecam keras para pemberontak melaui pidato di radio. Inti pidatonya yaitu: Kemarin pagi, Partai Komunis Musso sudah melakukan kup di Madiun dan membentuk suatu pemerintahan Soviet di sana dengan pimpinan Musso. Mereka menganggap perebutan kekuasaan secara paksa ini sebagai suatu langkah pendahuluan untuk merebut kekuasaan seluruh pemerintah Republik Indonesia. Dari kenyataan ini, jelaslah bahwa insiden-insiden yang terjadi di Solo dan Madiun bukanlah insiden-insiden yang terpisah, tetapi merupakan unsur-unsur pokok dari pola aksi 31 32 33

Pemogokan ini adalah pemogokan buruh pabrik tekstil milik negara. M.C. Ricklefs. op.cit. hlm.344 Kahin. op.cit. hlm.370

keseluruhan yang dirancang untuk meggulingkan pemerintah Republik Indonesia. Untuk mencapai tujuan akhir ini, kaum pemberontak sudah menggunakan kesatuan-kesatuan dari Brigade ke-29, yang dulunya menjadi pasukan tetap di bawah pimpinan Letkol. Dahlan. Dengan berbuat demikian, Dahlan telah menghianati negara dan telah melanggar sumpah keprajuritan. Oleh karena itu, dengan ini saya memecat Dahlan dari ketentaraan. Saudara-saudara, pertimbangkan dengan cermat makna kenyataan ini; Partai Komunis Musso sedang berusaha merebut Republik Indonesia yang kita cintai. Rakyatku tercinta, atas nama perjuangan kemerdekaan Indonesia, saya mengunjungi kalian pada saat yang sangat kritis, saat kalian dan saya sendiri menghadapi ujian terbesar untuk memilih antara ikut Musso dan Partai Komunisnya yang akan menggangu tercapainya suatu negara Indonesia yang merdeka, atau ikut Seokarno-Hatta yang dengan bantuan Allah SWT, akan menjadikan republik Indonesia suatu negara Indonesia merdeka yang tidak akan dijajah oleh bangsa lain manapun juga... Dukunglah pemerintah, baktikan dirimu sekuat tenaga untuk membantu organ-organ pemerintah dalam berjuang melawan pemberontak, dan mengembalikan pemerintah yang sah di wilayah yang sedang bergolak. Madiun harus kembali ke tangan kita secepat mungkin.34 Mendengar ultimatum Soekarno, Musso tidak gentar bahkan mencoba membalasnya dengan nada yang tak kalah kerasnya: Pada tanggal 18 September 1948, penduduk Madiun merebut kekuasaan segera dengan tangan mereka sendiri. Dengan demikian, penduduk Madiun sudah menjalankan tugas mereka dalam revolusi nasional yang semestinya harus dipimpin oleh rakyat dan bukan oleh golongan lain manapun. Revolusi kita sudah berlangsung selama tiga tahun di bawah pimpinan kelas borjuis nasional, yang selalu penuh keraguan dan sikapnya tidak jelas dalam menghadapi negara-negara imperialis pada umumnya dan Amerika khususnya. Inilah salah satu alasan kenapa kondisi politik dan kondisi di dalam Republik terus berkembang lebih memburuk. Inilah sebabnya mengapa rakyat pada umumnya, dan para pekerja pada khususnya belum lagi mampu menemukan suatu perbedaan antara kondisi yang sekarang dan kondisi yang ada di bawah rejim Belanda dan kondisi di bawah rejim Jepang. Sebenarya, mereka yang duduk dalam pemerintahan telah memanfaatkan revolusi kita untuk memperkaya diri sendiri. Selama pendudukan Jepang, orang-orang tersebut menjadi Quislings, penghianat, pedagang Romusa (pekerja paksa) dan 34

Ibid. hlm. 371-372

propagandis Heiho (badan-badan kerja). Lebih dari dua juta wanita menjadi janda karena suami mereka dijadikan Romusa. Dan kini, orang-orang yang sama itu, sekali lagi akan menjual Indonesia dan rakyatnya kepada Imperialis Amerika. Dengan memakai tuduhan-tuduhan dan bukti palsu, Soekarno menuding FDR dan PKI Musso sebagai kaum pengacau. Apakah Soekarno sudah lupa bahwa di Solo, dia memanfaatkan para penghianat pengikut Trosky untuk menteror dan menculik semua orang-orang komunis? Apakah Soekarno sudah lupa bahwa ia meningkatkan dan mendukung kejahatan-kejahatan Divisi Siliwangi dan kaum teroris tersebut? Apa maksud Soekarno, orang yang dulunya pedagang Romusa itu, membebaskan Tan Malaka, seorang penjahat yang ingin menjatuhkan kedudukannya sebagai presiden? Sudah jelas bahwa selama tiga tahun yang lalu, Soekarno-Hatta, kedua pedagang Romusa itu, pengkhianat jahanam, telah melaksanakan suatu kebijakan kapitulasi dengan Belanda dan Inggris dan pada saat itu juga, mereka akan menjual Indonesia dan rakyatnya kepada imperialis Amerika. Dapatkah orang-orang seperti ini mengatakan bahwa mereka benar-benar berhak memerintah Republik kita? Rakyat Indonesia tidak buta ! Mereka mengerti bahwa para pedagang Romusa ini tidak cocok memerintah negara ini? Penduduk Madiun dan beberapa tempat lain sedang berusaha memutuskan hubungan dengan satelit-satelit imperialis tersebut... Bukan Soekarno atau Hatta yang menentang Belanda, Inggris dan sekarang Amerika, tapi adalah rakyat Indonesia sendiri. Oleh karena itu, kejadian-kejadian di Madiun dan tempattempat lain, adalah tanda bagi seluruh rakyat untuk merebut kekuasaan-kekuasaan negara ke dalam tangan mereka sendiri. Inilah satu-satunya jaminan agar Republik akan menjadi benar-benar berdaulat, dan mampu menghadapi semua serangan dari dalam dan mampu membebaskan diri dari sateli-satelit imperialis tersebut. Rakyat Indonesia diminta oleh Soekarno untuk memilih “Soekarno atau Musso!” Rakyat seharusnya menjawab “Soekarno-Hatta, budak Jepang dan Amerika ! Penghianat harus mati !” Kami rakyat Indonesia akan berkata: “Musso selalu mengabdi rakyat Indonesia.”35 35

Ibid. hlm.372. Versi resmi PKI dari surat kabar pemerintah revolusioner tanggal 20-27 September 1948. Untuk program pemerintah Front Nasional, baca Kahin hlm. 376-378. Pada 19 September 1948, Presiden Soekarno dalam pidato yang disiarkan melalui radio menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia, untuk memilih: Musso atau Soekarno-Hatta. Maka pecahlah konflik bersenjata, yang pada waktu itu disebut sebagai Madiun Affairs (Peristiwa Madiun), dan di zaman Orde Baru kemudian dinyatakan sebagai pemberontakan PKI. Periksa

Mendengar reaksi Musso, penumpasan segera dilakukan oleh pemerintah Republik. Penumpasan terhadap pemberontak Musso terus dilakukan oleh Divisi Siliwangi. Setelah 10 hari bertempur kelompok pemberontak terdesak dan keluar Madiun.36 Tanggal 31 Musso tewas37 dalam pertempuran. Amir Syarifudin ditangkap oleh pasukan Divisi Siliwangi. Mantan Mentri Pertahanan sekaligus Perdana Mentri dihukum mati. Tawanan lain adalah Sudjono, Soeripna, Hardjono, Oei Gee Hwat, Djoko Soedjono, Katamhadi, dan Setiadjit. Dengan matinya Musso dan Amir Syarifudin maka pemerintah waktu itu menyatakan kasus Madiun selesai. Semua adalah putra terbaik nasion Indonesia. Semua hanya mau rakyat hidup bahagia sejahtera. Dengan adanya Madiun affair maka ini menjadi tonggak perang antara PKI dan tentara. D. PKI dan Gerakan Tiga Puluh September 1965 PKI setelah peristiwa Madiun sudah dihancurkan oleh pemerintah Republik namun tidak dilarang. Kondisi ini berbeda dengan peristiwa 1927, di mana PKI dilarang oleh pemerintah Kolonial Belanda melalui gubernur Jendral van Limburg Stirum. “Akhirnya, Partai Komunis Indonesia (PKI), yang dihancurkan tetapi tidak dilarang pada tahun 1948, hampir siap untuk melakukan pemunculan kembali yang paling menakjubkan dari sejarahnya yang berganti-ganti.”38 Pemberontakan 1927 melahirkan Musso, maka tahun 1948 Aidit, Lukman, Sudisman dan Nyoto. Mereka yang membangun PKI, sehingga tahun 1951 Aidit dibantu ketiga rekannya itu mulai membangun basis yang diorganisasikan melalui SOBSI (Sentral Serikat Buruh Seluruh Indonesia). Aidit memilih strategi defensif sebab penyesuaian perlu dilakukan. Ia juga membawa pembaharuan yang sangat drastis. Aidit tidak mempertahankan komunisme sebagai ideologi politik tetapi masa depan kepartaian.39 Semua itu dapat diketahui dari orientasi politik Aidit. Walaupun begitu PKI terus dapat bertahan selama 15 tahun. PKI dalam pemilu tahun 1955 mampu menempati posisi 4 besar di bawah PNI, Mayumi, dan NU. PKI mulai mendapat angin setelah demokrasi terpimpin mulai diterapkan dan PKI terus mendukung Soekarno. Strategi PKI mulai berubah dari defensif menjadi ofensif untuk mendapat kekuasaan. Tahun 1963 PKI menuntut agar UU land reform segera diberlakukan. Aksi ini 36

37 38 39

http://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_Madiun Ada sejumlah tokoh PKI seperti Aidit, Lukman melarikan diri keluar negeri antara lain ke Cina dan Vietnam. Aidit berpendapat kaum komunis terprovokasi sehingga peristiwa Madiun terjadi. D.N. Aidit. Menggugat Peristiwa Madiun Dalam Pilihan Tulisan I. Jakarta. Pembaharuan. 1959. hlm.368-399. Musso berada di kamar mandi dan tidak mau menyerah kemudian ditembak. M.C. Ricklefs. op.cit. hlm.361 Alimin yang sudah dua kali melihat kehancuran PKI menyatakan bahwa kepemimpinan Aidit lunak, oportunis, dan menyimpang dari politik komunis. Akhirnya Alimin wafat tahun 1964, satu tahun sebelum PKI hancur untuk yang ketiga kalinya.

memancing konflik antara santri dan kaum abangan yang dipengaruhi PKI terjadi lagi. Dengan adanya pemberontakan daerah, kondisi politik menjadi tidak stabil, perang dingin (cold war), ditambah lagi inflasi naik menjadi 134 % tahun 1964. Belum lagi rivalitas antara PKI dan Tentara semakin kuat dan memanas. Situasi semakin memanas, tanggal 30 September 196540 malam Letnan Kolonel Untung yang mendengar akan ada kudeta oleh Dewan Jendral mencoba mendahuluinya dengan membuat kelompok dengan nama Gerakan 30 September. Terjadilah penculikan41 terhadap Panglima Angkatan Darat Letjen. A. Yani, Brigjen Panjaitan, Mayjen S. Parman, Brigjen Sutoyo, Mayjen Suprapto dan Lettu Tendean serta Nasution tetapi ia dapat meloloskan diri. 1 Oktober 1965 Soeharto42 mengambil alih komando atas angkatan bersenjata. Kemudian Untung mengumumkan melalui radio bahwa Gerakan 30 Setember adalah kelompok militer yang bertindak untuk melindungi presiden Soekarno. Kemudian berdasarkan hipotesis Yoga Sugomo, Soeharto mengumumkan PKI sebagai pihak yang harus bertanggung jawab. Senjata Soeharto adalah Super Semar43. Ia mengeluarkan Kepres untuk membubarkan dan menghabisi PKI beserta simpatisannya.44 Terjadilah pembantaian massal 1965 di Jawa Tengah, Bali45 yang dilakukan atas prakarsa 40

41

42

43

44

45

Untuk mengetahui penelitian terbaru tentang G30S baca: Baskara T. Wardaya. Bung KARNO MENGGUGAT! Dari Marhaen, CIA, Pembantaian Massal ’65 hingga G30S. Yogyakarta. Galang Press. 2006. hlm.145-183. Bagaimana pembunuhan terhadap jendral-jendral itu, periksa Benedict Anderson Dalam Baskara T.W. (ed) Menuju Demokrasi: Politik Indonesia Dalam Perspektif Sejarah. Jakarta. Gramedia. 2001. hlm.251-274. P.J.Suwarno. Tatanegara Indonesia: Dari Sriwijaya Sampai Indonesia Modern. Yogyakarta. USD. 2003. hlm.185-191. P.J.Suwarno. Gerakan Politik Tentara Nasional Indonesia 19451966: Dari TKR Sampai Supersemar. Yogyakarta. USD. 2004. hlm.55-99. Bagaimana pembunuhan terhadap jendral-jendral itu, periksa Benedict Anderson Dalam Baskara T.W. (ed) Menuju Demokrasi: Politik Indonesia Dalam Perspektif Sejarah. Jakarta. Gramedia. 2001. hlm.251-274. …apa yang dikatakan oleh Jakarta, sama sekali tidak masuk akal. Karena mengikuti apa yang terjadi di Solo, Yogya dan sebagainya, kita lihat bahwa pembunuhan massal mulai di Solo, Jawa Tengah, persis pada hari itu baret merah masuk. Sebelumnya tidak ada. Terus satu bulan lagi kira-kira tanggal 17 November 1965 itu sudah mulai di Surabaya persis pada waktu RPKAD masuk. Dan sebaliknya, baru di pertengahan Desember 1965, dus hampir tiga bulan setelah G30S, pembunuhan mulai di Bali. Sekali lagi, ketika baret merah masuk. Prof. Ben Anderson tentang Suharto, G30S, PKI, Orde Baru, TNI dll. Wawancara radio Nederland siaran Indonesia, 2 September 2005. Baskara T.Wardaya. MEMBONGKAR SUPERSEMAR:Dari CIA hingga Kudeta Merangkak Melawan Bung Karno. Yogyakarta. Galang Press. 2007. Dilengkapi dengan data dari Kedubes AS, Deplu AS, CIA, Gedung Putih dan National Security Agency. Menurut beberapa sumber antara 500.000 jiwa sampai 2 juta jiwa tewas dibunuh. Ribuan lainnya mendekam dalam penjara atau dibuang ke Pulau Buru. Lihat http://id.wikipedia.org/wiki Partai_Komunis_Indonesia. Baca I Ngurah Suryawan. Jejak-jejak Manusia Merah. Yogyakarta. BB dan Elsam. 2005. Stanley dan Aris Santoso (ed). Soe Hok Gie: Zaman Peralihan.

Soeharto. E. Penutup Dari ketiga peristiwa tersebut dapat diketahui bahwa PKI adalah organisasi yang poorly organized, tidak seperti apa yang didengung-dengungkan dan membuat rakyat serta pejabat ketakutan. Terbukti pada saat terjadi pemberontakan pimpinannya selalu tidak ada di tempat, bukan melarikan diri tetapi koordinasinya memang lemah. Jadi dalam pemberontakan 1927, Madiun Affair 1948 PKI memang menjadi sponsor tetapi saat Madiun Affair hanya PKI Madiun dan Pati saja yang mendukung, yang lain tidak. Sedangkan dalam penculikan dan pembunuhan para jendral tahun 1965, berdasarkan penelitian yang ada dalangnya tidak tunggal melainkan lebih dari satu. Namun satu hal yang pasti operasi militer itu dilakukan oleh kelompok yang menamakan dirinya “Gerakan Tigapuluh September” yang dipimpin oleh Untung. Dengan demikian tidak sepantasnya kita merasa takut terus terhadap hantu yang bernama komunis atau Marxis. Selama itu diajarkan di sekolah tidak akan berbahaya. Sebaliknya yang harus diwaspadai adalah sisa-sisa otoritarianisme gaya Orde Baru yang tumbuh kembali.

Daftar Pustaka Ariel Heryanto. Komunisme. 2007. Jakarta. Kompas Baskara T.Wardaya. 2007. MEMBONGKAR SUPERSEMAR: Dari CIA hingga Kudeta Merangkak Melawan Bung Karno. Yogyakarta. Galang Press. -----------------------. 2001. Menuju Demokrasi: Politik Indonesia Dalam Perspektif Sejarah. Jakarta. Gramedia. -----------------------. 2006. Bung KARNO MENGGUGAT! Dari Marhaen, CIA, Pembantaian Massal ’65 hingga G30S. Yogyakarta. Galang Press. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jilid 12. 1990. Jakarta. PT Cipta Adipustaka. -----------------------. Jilid 9. 1990. Jakarta. PT Cipta Adipustaka. George McTurnan Kahin. 1995. Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia: Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik. UNS Press dan Pustaka Sinar Harapan. I Ngurah Suryawan. 2005. Jejak-jejak Manusia Merah. Yogyakarta. BB dan Elsam. Jakarta. Gagas Media. 2005. hlm.191-201.

J.D. Legge. 2003. Kaum Intelektual dan Perjuangan Kemerdekaan. Jakarta. Grafiti. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Republik Indonesia No: XXV/MPRS/1966. McVey, Ruth. 1960. The Communist Uprising of 1926-1927 in Indonesia: Key Documents. Ithaca. Cornell University Press. -----------------. 1965. The Rise of Indonesia Communism. Ithaca. Cornell University Press. Media Indonesia. Pemerintah Trauma, Tarik Buku Sejarah. 2007. Media Indonesia. Moedjanto, G. Komunisme dan Pancasila. 2000. Jakarta. Kompas. ----------------. 1988. Indonesia Abad Ke 20. Yogyakarta. Kanisius. Ninin Damayanti. Buku Sejarah Dilarang, PHBI dan Komunitas Sejarah. 2007. Tempointeraktif. Ricklefs. M.C. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta. Gajah Mada University Press. Soe Hok Gie. 2005. Orang-orang Di Persimpangan Kiri Jalan. Yogyakarta. Bentang Pustaka. Stanley dan Aris Santoso (ed). 2005. Soe Hok Gie: Zaman Peralihan. Jakarta. Gagas Media. Suwarno, P.J. 2003. Tatanegara Indonesia: Dari Sriwijaya Sampai Indonesia Modern. Yogyakarta. USD. ----------------. 2004. Gerakan Politik Tentara Nasional Indonesia 19451966: Dari TKR Sampai Supersemar. Yogyakarta. USD. Tan Malaka. 2000. Aksi Massa. Jakarta. CEDI dan Aliansi Press.

Wahyu Wirawan. Historiografi Tragedi ’65 dan Pelarangan Buku Sejarah. 2007. Makalah diskusi Mahasiswa Pendidikan Sejarah USD. ---------------------. Tumbuh dan Berkembangnya Komunisme. 2006. HMPSUSD. Wawancara Radio Nederland Siaran Indonesia. 2 Septembr 2005. Prof. Ben Anderson tentang Suharto, G30S, PKI, Orde Baru, TNI dll.

http://id.wikipedia.org/wiki Partai_Komunis_Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_Madiun http://id.wikipedia.org/wiki/Indische_Vereenigi