ALIH KOMODITI TANAM DARI KARET KE KELAPA SAWIT (STUDI

Download (Studi Kasus: Petani Alih Komoditi Tanam di Nagari Sungai Limau ... Hasil penelitian ini dalam alih komoditi tanam dari karet ke sawit adal...

0 downloads 491 Views 370KB Size
ALIH KOMODITI TANAM DARI KARET KE KELAPA SAWIT (Studi Kasus: Petani Alih Komoditi Tanam di Nagari Sungai Limau Kecamatan Asam Jujuhan Kabupaten Dharmasraya)

ARTIKEL

VIKA KUMALA SARI NIM: 11070035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2015

Rather Commodity Planting Of Rubber To Oil (Case study: Farmers Planting Commodity over In Nagari Sungai Limau Asam Jujuhan Kabupaten Dharmasraya)Thesis. Education Courses Sociology STKIP PGRI West Sumatera, 2015. Oleh : Vika Kumala Sari1Dian Kurnia Anggreta, M.Si2Marleni,M.Pd3 *The Sosiology education student of STKIP PGRI Sumatera West. **The Lacture of sosiology education of STKIP PGRI Sumatera West

ABSTRACT This study examines the reasons farmers do over commodity crops from rubber to palm oil in villages river lime aasam jujuhan Dharmasraya districts, the plant switched from rubber to oil palm. The purpose of this study was to describe the reason farmers switch commodity plantation planting of mustard oil to the rubber in Nagari Sungai Limau Asam Jujuhan Kabupaten Dharmasraya District. The theory used is the theory of rational choice. The research is a descriptive qualitative research subjects taken by purposive sampling with criteria of the study is to transfer commodity farmers who planted plantations of rubber to oil palm. Data collection methods used were observation, interview and document research, data collection tools used are researchers themselves who jumped spaciousness, guide research and data, library books, camera and photographs. Data analysis techniques used are data reduction, data presentation, and conclusion. This research results in the transfer of commodities from rubber to oil palm planting is (1) Rather commodity occurs because the rubber plantation that was getting old as well as the results of the rubber has begun to decline, (2) maintenance much easier, (3) the results of oil is more promising than the rubber, (4) the income of farmers increased by the presence of the oil palm plantation , (5) the condition of the farmhouse that has begun a good or a lot of farmers who have a permanent home. The reason farmers switch crops commodity that is because the treatment is easier and the work is also easier and less time consuming, so farmers have the free time to do other work. Keywords : Farmers Orchards, Impact Over Commodity Plantation Planting

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Pembimbing I, staf pengajar Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 3 Pembimbing II, staf pengajar Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Alih Komoditi Tanam Dari Karet Ke Sawit (Studi Kasus: Petani Alih Komoditi Tanam Di Nagari Sungai Limau Kecamatan Asam Jujuhan Kabupaten Dharmasraya). Skripsi Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Padang. 2015. Oleh : Vika Kumala Sari1Dian Kurnia Anggreta,M.Si2Marleni,M.Pd3 *Mahasiswa Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat. **Staf Pengajar Program Studi Pendidikan SosiologiSTKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT Penelitian ini mengkaji tentang alasan petani melakukan alih komoditi tanam dari karet ke kelapa sawit di nagari sungai limau kecamatan aasam jujuhan kabupaten dharmasraya,yang beralih tanam dari karet ke kelapa sawit. Adapun tujuan Penelitian ini untuk mendeskripsikan alasan petani beralih komoditi tanam perkebunan dari karet ke kelapa sawi di Nagari Sungai Limau Kecamatan Asam Jujuhan Kabupaten Dharmasraya. Teori yang digunakan adalah teori pilihan rasional. Jenis penelitian ini adalah deskriftif kualitatif, subjek penelitiannya diambil secara purposive sampling dengan kriteria penelitian adalah petani yang melakukan alih komoditi tanam perkebunan dari karet ke kelapa sawit. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumen, alat pengumpulan data yang digunakan adalah peneliti sendiri yang terjun kelapangan, panduan penelitian dan data-data, buku pustaka, camera dan foto. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini dalam alih komoditi tanam dari karet ke sawit adalah (1) Alih komoditi terjadi karena perkebunan karet yang sudah mulai tua serta hasil dari karet sudah mulai menurun, (2) perawatan yang jauh lebih mudah,(3) hasil sawit lebih menjanjikan dari pada karet,(4) pendapatan petani meningkat dengan adanya perkebunan kelapa sawit tersebut,(5) kondisi rumah petani yang sudah mulai baik atau banyak rumah petani yang sudah permanen. Alasan petani beralih komoditi tanam yaitu karena perawatannya yang lebih mudah serta pekerjaannya juga lebih mudah dan tidak banyak memakan waktu, sehingga petani mempunyai waktu luang untuk mengerjakan pekerjaan yang lainnya.

______________________________ 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Pembimbing I, staf pengajar Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 3 Pembimbing II, staf pengajar Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara berkembang dengan jumlah penduduk sebagian besar tinggal di daerah pedesaan yaitu kurang lebih 70% dan hampir 50% dari total angkatan kerja nasional, rakyat kita menggantungkan nasibnya bekerja di sektor pertanian. Pada dasarnya pembangunan di desa bukanlah sekedar untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik akan tetapi yang penting bagaimana menghilangkan kemiskinan penduduk pedesaan. Berdasarkan jenisnya lahan pertanian di bagi atas yaitu: (1) Sawah, merupakan sebidang lahan pertanian yang kondisinya selalu ada dalam kondisi basah dan kadar air yang dikandungnya selalu di atas kapasitas lapang. (2) Ladang adalah lahan usahatani kering yang bersifat berpindah-pindah. Jenis komoditi yang ditanam seperti jagung, kacang-kacangan. (3) Kebun adalah lahan pertanian, usahatani yang sudah menetap, yang ditanami tanaman tahunan secara permanen/ tetap, baik sejenis maupun secara campuran. Tanaman yang biasa ditanam di lahan kebun antar lain kelapa dan jenis buahbuahan seperti mangga,rambutan (Raharjo, 2004:127). Perkebunan kelapa sawit berkembang pesat diberbagai tempat di Indonesia. Pada tahun 1985 tercatat hanya sebanyak 170 buah perusahaan kelapa sawit di negara ini, nomor empat setelah karet, teh, dan kopi. Kemudian, pada tahun 1999 tecatat jumlah perusahaan besar perkebunan kelapa sawit tersebut melonjak tajam sampai 683 buah. Perkembangan perkebunan itu dalam hal luas areanya lebih menakjubkan lagi. Pada tahun 1985, tercata hanya 19.854 hektar luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia, sedangkan pada tahun 1999 luas areanya meroket sampai dua juta hektar (Afrizal, 2006 : 144). Nagari Sungai Limau, Kecamatan Asam Jujuhan, Kabupaten Dharmasraya merupakan salah satu wilayah yang memiliki perkebunan. Komoditi yang pertama kali ditanam oleh petani di Nagari Sungai Limau yaitu perkebunan karet, karet pertama kali datang ke Nagari sungai limau yaitu pada tahun1994 oleh seorang pengusaha perkebunan karet yang menawarkan bibit karet kepada petani di Nagari Sungai Limau. Berdasarkan hal tersebut banyak petani di Nagari Sungai Limau mulai menanam karet, karena karet merupakan perkebunan yang sudah lama digeluti oleh masyarakat Nagari Sungai Limau, tetapi beberapa tahun terakhir ini petani mulai banyak beralih komoditi perkebunan mereka ke perkebunan kelapa sawit. Petani mulai beralih komoditi perkebunan, dari perkebunan karet ke

perkebunan kelapa sawit yaitu sejak tahun 2008, dari sana banyak petani yang melakukan alih komoditi perkebunan mereka. Di Nagari Sungai limau penduduknya kurang lebih dari 340 KK dan hampir semuanya bekerja di sektor pertanian dan ada juga yang bekerja sebagai petani penggarap dan juga ada yang pengangguran, dari 340 kk tersebut ada beberapa KK yang melakukan alih komoditi tanam perkebunan dari karet ke kelapa sawit tercacat sejak tahun 2008. Berikut disajikan data masyarakat yang beralih komoditi tanam dari karet ke kelapa sawit dalam tabel di bawah ini. Berikut disajikan dalam tabel 1.3. Tabel I.3 Petani Yang Melakukan Alih Komoditi Tanam Di Nagari Sungai Limau Awal Luas Luas perkebunan Perkebunan tahun 2008 Tahun 2014 N Nama O Petani Kelap Kelap Kar Kar a a et et sawit Sawit 1 Risan 8 ha 3 ha 3 ha 8 ha 2 Eko 5 ha 2 ha 3 ha 4 ha 3 Sal 5 ha 2 ha 2 ha 3 ha 4 Maliki 9 ha 2 ha 4 ha 7 ha 5 Sapi’i 7 ha 3 ha 3 ha 7 ha 6 Nasran 10 3 ha 4 ha 9 ha ha 7 Burhan 15 5 ha 8 ha 12ha ha 8 Amin 5 ha 2 ha 3 ha 9 Fatmaw 15 6 ha 6 ha 15 ha ati ha 10 Shaleh 6 ha 3 ha 3 ha 11 Aisyah 7 ha 3 ha 4 ha 12 Efendi 8 ha 3 ha 4 ha 7 ha 13 Mardiso 6 ha 3 ha 3 ha 6 ha n 14 Herman 7 ha 2 ha 3 ha 6 ha 15 Jais 10 4 ha 4 ha 10 ha ha 16 Aisiyah 5 ha 2 ha 2 ha 5 ha 17 Zubir 6 ha 3 ha 3 ha 6 ha 18 Muslim 7 ha 3 ha 4 ha 6 ha 19 Yahya 8 ha 3 ha 5 ha 20 Hindun 9 ha 4 ha 5 ha 8 ha 21 Rawi 8 ha 3 ha 4 ha 7 ha 22 Kaidir 10 4 ha 6 ha 8 ha ha 23 Sumadi 8 ha 4 ha 5 ha 7 ha Menurut petani tersebut bahwa kelapa sawit bisa menjamin kehidupan mereka untuk

ke depannya. Yang menarik dalam penelitan ini adalah yaitu harga karet yang jauh lebih tinggi dari pada harga kelapa sawit, tetapi di Nagari Sungai Limau banyak petani yang melakukan alih komoditi tanam di perkebunan mereka. Petani yang bekerja di perkebunan lebih kurang 100% lahan di nagari sungai limau tersebut adalah perkebunan karet tetapi sekarang kurang lebih 60% dari perkebunan karet tersebut dijadikan perkebunan kelapa sawit. Dari fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang” Alih komoditi tanam dari karet ke kelapa sawit di Nagari Sungai Limau Kecamatan Asam Jujuhan Kabupaten Dharmasraya”. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pilihan rasional yang dikemukan oleh James S.Coleman. Menurut Coleman, teori pilihan rasional ini pada dasarnya bahwa jika ingin mencapai tujuan tertentu aktor melakukan tindakan tertentu maka dipilih yang masuk akal atau yang serasional mungkin dan sesuai dengan sumber daya yang aktor miliki. Ada dua unsur utama dari teori pilihan rasional ini yaitu aktor dan sumber daya. Aktor memilih tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan atau yang memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka, sedangkan sumber daya merupakan suatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor (Ritzer dan Godman, 2011:391) METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang penulis lakukan yakni menggunakan metode kualitatif, dengan tipe penelitian deskriptif, yang mana mencoba menggambarkan, menentukan, dan menafsirkan suatu fenomena yang terjadi dalam masyarakat tentang alih komoditi tanam dari karet ke kelapa sawit Pemilihan informan penelitian ini diambil secara purposive sampling yaitu teknik pengambilan informan dengan pertimbanganpertimbangan tertentu, supaya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan sehingga memudahkan penulis menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti (Sugiono, 2011:300). Dengan kriteria informan : 1) petani yang melakukan alih komoditi tanam perkebunan dari karet ke kelapa sawit.(2) sudah bekerja sebagai petani lebih 5 tahun.(3) dilakukan trianggulasi data kepada tokoh masyarakat, seperti wali nagari, kepala jorong, ninik mamak. Analisis Data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Penelitian dilakukan di Nagari Sungai Limau Kecamatan Asam Jujuhan Kabupaten Dharmasraya, Alasan penelitian mengambil Nagari Sungai Limau Kecamatan Asam Jujuhan Kabupaten Dharmasraya sebagai lokasi penelitian adalah karena observasi awal yang peneliti lakukan menunjukan bahwa di Nagari sungai limau banyak perkebunan karet yang dijadika perkebunan kelapa sawit jika di persenkan, dari 100% perkebunan karet hampir 60% sudah dijadikan perkebuna kelapa sawit. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Peralihan Komoditi Tanaman Perkebunan di Nagari Sungai Limau Kecamatan Asam Jujuhan Kabupaten Dharmasraya. Nagari Sungai Limau merupakan nagari yang memiliki tanah yang cocok untuk perkebunan. Hal ini didukung dengan keadaan topografi wilayah, 75,6% wilayah cenderung datar. Keadaan topografi ini dapat ditanami dengan berbagai macam komoditi, ditanam sesuai dengan jenis lahan pertanian. Sawah menghasilkan komoditi padi. Tanaman yang ditanam oleh masyarakat umumnya tanaman yang memiliki harga jual tinggi dan tidak memerlukan perawatan yang sulit seperti tanaman kayu manis dan kopi. Karena harga yang relatif tinggi membuat masyarakat di Nagari Sungai Limau menanam kayu manis dan kopi di perkebunan mereka tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu serta harga komoditi perkebunan kayu manis dan kopi mulai menurun membuat masyarakat di Nagari Sungai Limau mulai memikirkan untuk menanam komoditi lain di perkebunan mereka. Dimulainya penanaman karet sebagai komoditi perkebunan tidak terlepas dengan adanya masyarakat yang mendapatkan pengalaman di rantau, tepatnya di Sungai Rumbai, Orang pertama mulai menanam karet yaitu Bapak Zubir ini karena Bapak Zubir merupakan orang yang pernah tinggal di daerah Sungai Rumbai. Selama Bapak zubir berada di daerah Sungai Rumbai tersebut dia mendapatkan cara bagaimana cara menanam karet serta cara perawatan karet itu sendiri. Selain itu awal mulainya petani menanam karet di Nagari Sungai Limau juga dipengaruhi dengan adanya PT.SAK yang bergerak dibidang usaha perkebunan karet dan keberadaannya tidak terlalu jauh dari Nagari Sungai Limau. Masyarakat Nagari Sungai Limau banyak yang bekerja di PT. SAK

tersebut, jadi dengan begitu masyarakat disana sudah lebih tahu tentang perkebunan karet tersebut. Serta karena sudah sering bekerja di perkebunan karet di PT.SAK tersebut sehingga tidak susah untuk masyarakat mulai menanam karet di perkebunan mereka karena mereka sudah banyak tahu tentang bagaimana cara penanaman karet yang baik serta pupuk apa yang bagus digunakan dalam penanaman karet, agar pohon karet tersebut tumbuh dengan baik dan bisa menghasilkan getah yang banyak. Masyarakat mendapatkan bibit dari PT.SAK secara gratis. Setelah bibit di dapatkan petani mulai menanam pada lahan perkebunan mereka. Semenjak itu banyak petani di Nagari Sungai Limau yang menanam karet di perkebunan mereka, karena mereka sudah tau bagaimana cara menanam karet tersebut serta bagaimana perawatan karet tersebut. Penghasilan dari perkebunan karet tersebut mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu perkebunan karet yang dulunya banyak menghasilkan getah sekarang tidak lagi banyak menghasilkan getah, serta karena karet yang sudah tua sehingga tidak lagi banyak menghasilkan getah sehingga pendapatan petani tersebut mulai berkurang. Proses alih komoditi tanam yang di lakukan oleh petani yaitu: 1. Persiapan lahan pohon-pohon karet ditebangi, mengumpulkan dan menumpukkan hasil tebangan untuk memudahkan pembakaran, memotong dahan dan ranting kayu yang telah ditumpuk agar dapat tersusun sepadat mungkin, Setelah kering lahan tersebut di bakar, setelah di bakar di diam kan beberapa hari setelah itu baru di mulai ditanami sawit dilahan tersebur. Proses penanaman sawit itu yaitu yang pertama persiapkan lahan. 2. Pengajiran (memancang) Maksud pengajiran adalah untuk menentukan tempat yang akan ditanami kelapa sawit sesuai dengan jarak tanam yang di pakai. Ajir harus tepat letaknya, sehingga lurus bila dilihat dari segala arah, kecuali di daerah teras dan kontur. Sistem jarak yang digunakan adalah segitiga sama sisi, dengan jarak 9 m x 9 m x 9 m. Dengan sistem segitiga sama sisi ini, pada arah utara – selatan tanaman berjarak 8,82 m dan jarak untuk setiap tanaman adalah 9 m. Kerapatan tanaman per hektar adalah 143 pohon 3. Pembuatan lubang tanaman Lubang tanaman di buat beberapa hari sebelum menanam. Ukuran lubang, panjang x lebar x dalam adalah 50 cm x 40 cm x 40 cm. Pada waktu mengali lubang, tanah atas bawah

dipisahkan, masing-masing di sebelah utara dan selatan lubang. 4. Menanam Cara menanam bibit yang ada pada polybag yaitu: (1) sediakan bibit yang berasal dari main nursery pada masing-masing lubang tanam yang sudah dibuat. (2) siram bibit yang ada pada polybag sehari sebelum ditanam agar kelembaban tanah dan persediaam air cukup untuk bibit. (3) sebelum penanaman dilakukan pupuklah dasar lubang dengan menaburkan secara merata pupuk fosfat seperti agrophos dan rock phosphate sebanyak 250 gram perlubang. (4) buat lah keratin vertikal pada posisi plybag dan lepas polybag dari bibit dengan hati-hati, kemudian masukkan ke dalam lubang.(5) timbunlah bibit dengan tanah galian bagian atas dengan memasukkan tanah ke sekeliling bibit secara berangsur-angsur dan padatkan dengan tangan agar bibit dapat berdiri tegak. (6) penanaman bibit harus diatur sedemikian rupa sehingga permukaan tanah polybag sama ratanya dengan permukaan lubang yang selesai ditimbun, dengan demikian bila hujan turun lubang tidak tergenang air. Petani di Nagari Sungai Limau mulai menanam sawit di perkebunan mereka yaitu pada tahun 2003 karena pada saat itu harga sawit relatif tinggi dan petani beranggapan bahwa perkebunan sawit sangat menjanjikan untuk kehidupan mereka kedepannya. Petani mulai menanam sawit juga setelah perkebunan karet yang banyak mati dan karena karet yang tidak banyak lagi menghasilakan getah, sehingga membuat pendapatan petani berkurang. Alasan Petani Beralih Komoditi Tanam Dari Karet Ke Kelapa Sawit. Kemarau panjang membuat masyarakat kalang kabut, sudah berbulan-bulan hujan tidak turun berakibat pada menurunnya produksi getah karet yang dihasilkan. Tentu saja kondisi ini membuat petani menjerit, karena getah yang dihasilkan tersebut hanya sedikit membuat petani terpuruk oleh kondisi tersebut Alasan petani beralih dari perkebunan karet ke perkebunan kelapa sawit karena biaya pupuk yang mahal, menurut petani di Nagari Sungai limau bahwa dalam pembelian pupuk, harga pupuk yang mahal sehingga membuat mereka memilih beralih ke perkebunan kelapa sawit, perkebunan karet yang sudah tua tersebut jika di beri pupuk juga tidak banyak menghasilkan getah, dengan luas perkebunan karet 1 ha yaitu sebanyak 600 batang, maka

pupuk yang akan digunakan adalah sebanyak 600kg pupuk UREA, sedangkan untuk pupuk perkebunan sawit 1 ha yaitu sebanyak 120 batang, maka pupuk yang akan digunakan adalah sebanyak 250kg pupuk MPK Perkebunan karet membutuhkan perawatan yang baik agar perkebunan karet tersebut bisa menghasilkan getah yang banyak, perkebunan karet harus benar-benar dijaga kalau tidak maka akan banyak hama penyakit yang akan menyerang perkebunan karet tersebut. Usia karet tidak lagi produktif juga merupakan alasan petani beralih komoditi tanam dari karet ke kelapa sawit di Nagari Sungai Limau Kecamatan Asam Jujuhan Kabupaten Dharmasraya, karet yang usia nya yang sudah relatif lama, seperti karet yang sudah berusia 20 tahun itu tidak lagi produktif untuk menghasilkan getah yang banyak dengan usia yang sudah relatif lama tersebut membuat karet banyak yang mati, jadi dari sana banyak petani yang mulai beralih ke perkebunan kelapa sawit. alasan petani beralih dari perkebunan karet ke perkebuan kelapa sawit yaitu karena harga pupuk yang mahal, perawatannya karet yang lebih sulit dari kelapa sawit,serta pekerjaannya yang lebih mudah antara perkebunan karet dengan perkebunan kelapa sawit. perkebunan karet pekerjaannya dilakukan setiap hari sedangkan pekerjaan perkebunan karet hanya dilakukan 1 kali dalam 2 minggu. Serta usia perkebunan yang sudah lama membuat produksi perkebunan mereka berkurang sehingga mereka mencari alternatif lain untuk menambah penghasilan mereka. Sebelumnya peneliti juga mengamati aktivitas-aktivitas petani di perkebunan mereka, peneliti mengamati petani yang sedang memupuk perkebunan kelapa sawit mereka, serta peneliti juga mengamati pada saat petani sedang membersihkan perkebunan mereka dan mengamati saat petani sedang melakukan panen di perkebunan mereka.

Dampak alih Komoditi Tanam Perkebunan Petani di Nagari Sungai Limau Kecamatan Kabupaten Dharmasraya. Proses membutuhkan suatu penyesuaian, begitu juga dengan proses alih komoditi yang terjadi. Saat proses alih komoditi, perekonomian masyarakat Nagari Sungai Limau agak terganggu, karena proses alih fungsi membutuhkan biaya untuk pengolahan lahan serta untuk pembelian bibit. Setelah petani sudah mulai menikmati hasil dari perkebunan kelapa sawit mereka, petani di nagari sungai limau mulai merasakan dampak yang begitu banyak,

seperti terhadap pendapatan. Semenjak perkebunan kelapa sawit ini ada pendapatan petani di Nagari Sungai Limau mulai bertambah, serta masyarakat di Nagari Sungai Limau mulai bisa memperbaiki rumah mereka dan juga membeli berbagai macam peralatan rumah tangga serta sudah bisa memenuhi kebutuhan kehidupan sehar-hari masyarakat di Nagari Sungai Limau dengan adanya perkebunan kelapa sawit tersebut. Rumah merupakan tempat berkumpulnya anggota keluarga dan merupakan tempat untuk melangsungkan proses kehidupan baik sebagai tempat tinggal maupun sebagai tempat musyawarah. Sebelum tahun 2000 rumah yang ada di Nagari Sungai Limau pada umumnya masih terbuat dari kayu, hanya sebagian kecil rumah masyarakat yang sudah permanen. Pada tahun 2012 rumah penduduk sudah banyak yang permanen dan semi permanen yang berawal dari rumah kayu yang mereka tempati. Perubahan itu karena mereka telah mendapatkan penghasilan dari perkebunan kelapa sawit. Pada tahun 2012 rumah penduduk sudah banyak yang permanen dan semi permanen yang berawal dari rumah kayu yang mereka tempati. Perubahan itu karena mereka telah mendapatkan penghasilan dari perkebunan kelapa sawit. meskipun masyarkat mengalami gagal panen dan harga perkebunan sawit tidak menentu setiap tahunnya tapi masyarakat tidak pernah putus asa untuk menanamnya.Pada waktu tanaman sawit naik hasilnya sebagian mereka tabung, sehingga mampu membuat rumah yang sudah permanen(rumah yang sudah terbuat dari keramik). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa. Kondisi ekonomi petani yang dulunya kurang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka, membuat anak-anak mereka hanya tamatan SMP saja ini sebabkan karna biaya yang mahal dan juga sekolah yang ada di Nagari Sungai Limau hanya sampai jenjang SMP saja, sedangkan tingkat yang lebih tinggi lagi berada jauh dari Nagari Sungai Limau tersebut. Jadi untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi lagi harus lah pergi keluar dan itu membutuhkan biaya yang besar. Dengan kondisi ekonomi petani yang terus

menurun membuat petani tidak mampu menyekolahkan anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Tetapi setelah petani mulai menanam kelapa sawit dan sudah menikmati hasil dari perkebunan kelapa sawit tersebut maka petani mempunyai penghasilan yang lebih untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Sebelum alih komoditi tanam pendidikan anak petani di Nagari Sungai Limau hanya sampai jenjang SMP saja, tetapi setelah beralih komoditi tanam perkebunan banyak anak-anak petani yang melnjutkan ke jenjng yang lebih tinggi lagi seperti SMA, S1 dan sebagainya. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan pada tanggal 2 september 2015, disini petani mengamati anak-anak petani yang tidak sekolah tersebut membantu orang tuanya di perkebunan petani tersebut. perubahan pasca peralihan komoditi ke sawit dari segi pendidikan membawa perubahan yang positif bagi masyarakat di Nagari Sungai Limau, yaitu meningkatkan pendidikan karena perekonomian keluarga mulai membaik dan pendapatan masyarakat meningkat. Hal ini berarti peningkatan kondisi ekonomi keluarga diiringi dengan perubahan pendidikan keluarga terutama berkurangnya anak yang putus sekolah. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kesadaran penduduk terhadap pendidikan setelah adanya peralihan komoditi ke sawit, hal ini sejalan dengan terjadinya peningkatan pendapatan penduduk sehingga penduduk lebih peduli terhadap pendidikan anggota keluarga mereka. Pendapatan masyarakat di Nagari Sungai Limau tahun 2006-2015 yang utama berasal dari karet dan padi serta sawit. Harga karet yang mulai merosot dari tahun 2012 yaitu dari 12.000/kg sampai dengan 7.000/kg nya yang membuat masyarakat di Nagari Sungai Limau menjadi bangkrut dan susah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta untuk biaya menyekolahkan anak mereka. Petani di Nagari sungai limau sudah mulai menanam sawit sejak harga karet masih tinggi,pada saat itu harga sawit 1.700/kg nya. Mereka menanam sawit untuk menambah penghasilan mereka agar bisa menyekolah kan anak mereka. Juga sejak musim kemarau penghasilan karet mulai menurun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja susah apa lagi untuk biaya sekolah anak. Dengan adanya perkebunan kelapa sawit mereka sedikit lebih lega dalam urusan biaya sekolah anak mereka, karena hasil dari karet mereka gunakan untuk biaya sehari-hari sedangkan hasil dari kelapa sawit mereka gunakan untuk biaya sekolah mereka dan juga untuk membeli

peralatan rumah tangga lainnya. Sejak perkebunan kelapa sawit ada kehidupann di Nagari Sungai Limau sudah mulai berubah kearah yang lebih baik, serta pendapat petani bertambah dengan adanya perkebunan kelapa sawit tersebut. Semenjak perkebunan sawit di Nagari Sungai Limau telah membawa perubahan yang berarti dalam kehidupan masyarakat. Dengan hasil perkebunan kelapa sawit para petani sudah bisa menyeimbangi antara pendapatan dengan pengeluaran, bahkan para petani telah mampu untuk biayai anak mereka untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Berdasarkan hasil dari perkebunan kelapa sawit yang semakin meningkat maka masyarakat Nagari Sungai Limau menambah lahan-lahan baru dari hasil perkebunan sawit mereka. lahan yang baru dibeli itu kebanyakan dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit, dengan banyaknya lahan sawit masyarakat Nagari Sungai Limau membuat pendapatan mereka semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan teori pilihan rasional Coleman, pada dasarnya bahwa jika ingin mencapai tujuan tertentu aktor melakukan tindakan tertentu maka dipilih yang masuk akal atau yang serasional mungkin dan sesuai dengan sumber daya yang aktor miliki. Ada dua unsur utama dari teori pilihan rasional ini yaitu aktor dan sumber daya. Aktor memilih tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan atau yang memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka, sedangkan sumber daya merupakan suatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor (Ritzer dan Godman, 2011:391). Sementara alasan masyarakat Nagari Sungai Limau melakukan alih komoditi adalah karena usia perkebunan yang sudah lama, serta perawatan yang jauh lebih mudah serta pekerjaan nya lebih mudah dikerjakan. Pekerjaan yang jauh lebih mudah membuat masyarakat Nagari Sungai Limau beralih ke perkebunan kelapa sawit. Teori pilihan rasional tidak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau sumber pilihan aktor yang penting kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkat pilihan aktor. Aktor mempunyai sumber daya yang berbeda maupun akses yang berbeda terhadap sumber daya yang lain. Bagi aktor yang mempunyai sumber daya yang besar pencapaian tujuan makin relatif mudah, tapi bagi aktor yang memiliki sumber daya sedikit pencapaian tujuan mungkin sukar (Ritzer dan Godman, 2011:357). Dampak sosial selama proses alih komoditi menyebabkan masyarakat kesulitan

dari segi ekonomi, tetapi setelah tanaman komoditi baru mulai panen, kehidupan mulai berubah. Perubahan tersebut terjadi pada meningkatnya tingkat pendidikan anak serta meningkatnya pendapatan masyarakat. Sesuai dengan teori Coleman, yaitu individu bertindak karena ada tujuan yang ingin dicapainya. Para petani di nagari Sungai Limau beranggapan bahwa dengan mereka melakukan peralihan perkebunan sawit maka kehidupan mereka akan lebih baik kedepannya, mereka merasa bahwa perkebunan sawit lebih menjamin kehidupan ekonomi mereka untuk jangka waktu yang panjang. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa alasan masyarakat Nagari Sungai Limau melakukan alih komoditi adalah karena faktor usia perkebunan, perkebunan karet yang sudah tua sehingga tidak lagi banyak menghasilkan getah, serta perawatannya yang lebih mudah. Alasan petani beralih komoditi juga disebabkan karena hasil produksi perkebunan sawit yang lebih banyak dari pada hasil perkebunan karet sehingga pendapatan petani akan meningkat juga karena produksi yang meningkat tersebut. Dampak dari alih komoditi tanam perkebunan yaitu dari segi kondisi fisik rumah yang berumah dari rumah kayu menjadi rumah yang permanen, serta banyak anak-anak petani yang sudah bisa melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi lagi, dan dampak yang dihasilkan oleh alih komoditi tanam perkebunan juga terlihat pada pendapatan petani yang meningkat, petani mempunyai pendapatan tambahan dari perkebunan sawit tersebut. Disini jelas terlihat bahwa alih komoditi tanam perkebunan membawa dampak yang positif bagi masyarakat di Nagari Sungai Limau Kecamatan Asam Jujuhan Kabupaten Dharmasraya.

DAFTAR PUSTAKA Afrizal. 2006 . Sosiologi Konflik Agraria. Padang : Unand University Press Raharjo. 2004. Pengantar Sosiologi Pedesaan Dan Pertanian. Yogyakarta : Gajah Mada University Press Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, dan R dan D. Bandung: Alvabeta. Ritzer,George dan Godman. 2011. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Raja Grafindo Persada