ANALISIS BENTUK DAN MAKNA SUB DIALEK BAHASA MELAYU MASYARAKAT

Download Dialek merupakan ciri khas ujaran yang dimiliki suatu daerah. Setiap daerah pasti mempunyai dialek yang berbeda- beda dan beragam. Oleh kar...

0 downloads 295 Views 947KB Size
ANALISIS BENTUK DAN MAKNA SUB DIALEK BAHASA MELAYU MASYARAKAT PULAU KARAS BATAM

ARTIKEL E-JOURNAL

Oleh MONICA UTARI NIM 090388201204

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2014

STIRAT PDR}TYATAAI\I

TII'AK PLAGIAT

Yang bertandatangan dibawah ini:

MonicaUtari

Nama

:

NIM

:090388201204

Kelas

: B.8

TatrunAkademik/Angkatan :2013'2al412009 Judul Slcripsi

:

Analisis Bentuk dan ldakna Bahasa Melayu tvlasyarakat Pulau Karas Baram

Dengan ini menyatakan battwa:

l.

Karya tulis saya ini, adalah asli dan belunr pemah diajuken untuk mendapat gelar akademik Sarjana baik di Universitas Msritim Raja Ali H4ii maupun perguruan tinggi lain;

2. Iftrya tulis ini murni gagasan, dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan

pihak

lain, kecuali arahan Tim Pembimbing;

3. Dalam karya tulis ini tidak t€rdapt

karya atau pendapat orang lain yang telah ditulis atau dipublikasiknn, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkm rrama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka;

4.

Pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam p€rnyataan ini, maka saya bersedia menerima sanlci akademi benryo pencabutan gelar yang telah

diperoleh karena karya ini, strta sanksi lainnya sesuai dengan nonna yang berlaku diperguruan ti"gg ini, dan sesuai dengan peraturan perurdangundangan yang berlaku"

MonicaUtari NrM 090388201204

PERSETUruA}.I PENERBITAI{ ARTIKEL EJOUKNAL

Judul Artikel

Analisis Benttrk dan Makna Sub Dialek Bahasa Melayu lvlasyarakat Pulau Karas Bcam

NarnaPenyusun

MonicaUtari

NIM

0903882012M

lnusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia I

Tanggal Lulus Ujian SkriPsi

3l Januari20t4

Telalr memenuhi syarat rmtuk diunggah ke e'iownal.

Tar{ungpinang,

Maret 2014

Pembimbing 2,

Pembimbing 1,

Drs.Suhardi, M.Pd.

Erwin Pohan, S.Pd., M.Pd.

NIDN 1015086502

NIDN

1007047001

Mengetahui,

Kehu ftrnrsan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

S.Pd., M.Hum.

t0t7M790l

Analisis Bentuk dan Makna Sub Dialek Bahasa Melayu Masyarakat Pulau Karas Batam oleh Monica Utari. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing I: Drs. Suhardi, M.Pd. Pembimbing II: Erwin Pohan, S.Pd., M.Pd. [email protected] Abstrak Dialek merupakan ciri khas ujaran yang dimiliki suatu daerah. Setiap daerah pasti mempunyai dialek yang berbeda- beda dan beragam. Oleh karena itu tidak semua pembaca mengetahui dan mengenal dialek- dialek tersebut, bahkan sebagian dari mereka yang berasal dari suatu daerah yang memiliki dialek malu untuk menggunakan dialek itu. Misalnya saja dialek Galang yang dipakai oleh masyarakat Melayu di Pulau Karas Batam, dialek ini memiliki ciri khas tersendiri. Namun, sebagian dari generasi sekarang malu untuk menggunakan dialek tersebut sebagai alat untuk berkomunikasi. Berdasarkan masalah tesebut peneliti merumuskan dua masalah penelitian yaitu: (1) Bagaimanakah bentuk sub dialek Bahasa Melayu masyarakat Pulau Karas Batam?., (2) bagaimanakah makna sub dialek Bahasa Melayu masyarakat Pulau Karas Batam ke dalam Bahasa Indonesia? Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan bentuk sub dialek Bahasa Melayu masyarakat Pulau Karas Batam dan mendeskripsikan makna sub dialek Bahasa Melayu masyarakat Pulau Karas Batam ke dalam Bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Objek penelitian ini adalah sub dialek Bahasa Melayu masyarakat Pulau Karas Batam. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan wawancara. Adapun hasil penelitian ini adalah dalam sub dialek Bahasa Melayu masyarakat Pulau Karas Batam terdapat dua bentuk penggunaan fonem yang menjadi ciri khas dialek ini, yaitu penambahan fonem (k) pada akhir kata, dan penghilangan fonem (r) pada kata yang memiliki fonem (r), bahkan terdapat bentuk penggunaan dialek kuno masyarakat Pulau Karas yang sekarang sudah jarang dipakai atau sudah hampir hilang. Adapun makna yang ditemukan peneliti dari sub dialek Bahasa Melayu masyarakat Pulau Karas ke dalam Bahasa Indonesia adalah adanya dua makna dari suatu kata yang digunakan dalam dialek Galang. Hal ini dilihat dari beberapa contoh kosakata yang diucapkan oleh informan. Kata kunci: Bentuk, makna

Abstract Utari , Monica. 2014. Analysis of the form and meaning of Sub dialect of Malays Societies in Karas Batam Island. Thesis Tanjungpinang: Education Departement of Indonesian Language and Literature, Faculty of Teacher Training and Education, University of Maritime Raja Ali Haji. Advisor: Drs. Suhardi, M.Pd. Co-advisor: Erwin Pohan, S.Pd., M.Pd. Dialect is a characteristic utterance of an area owned. Each area must have different dialects and diverse. Therefore not all readers know and recognize these dialects, even some of those who come from an area that has a dialect embarrassed to use the dialect. For example Galang dialect spoken by the Malay people on the island of Batam Karas , this dialect has its own characteristics. However, most of the current generation embarrassed to use the dialect as a tool for communicating.

Based on proficiency level problem we propose two research issues: (1) How is the form of sub- dialect of Malay society Karas Batam Island?., (2) how the meaning of sub- dialect of Malay society Karas Island Batam into Indonesian? The purpose of this study is to describe the form of sub- dialect of Malay society Karas island of Batam and describe the meaning of sub- dialect of Malay society Karas Island Batam into Indonesian. This study uses qualitative methods. Object of this study is a sub dialect of Malay society Karas island of Batam. Data collection techniques using observation and interviews. The results of this study are in a sub dialect of Malay society Karas Batam Island there are two forms of the use of phonemes that characterizes this dialect, namely the addition of phonemes (k) at the end of the word, and the removal of phonemes (r) to a word that has a phoneme (r), there is even an ancient form of dialect usage Karas Island community that is rarely used or has been almost lost. The researchers discovered the meaning of sub- dialect of Malay society Karas island in Indonesian are the two meanings of the words used in the dialect of Galang. It is seen from several examples of vocabulary spoken by informants. Keywords : form , meaning 1. Pendahuluan Bahasa memiliki banyak variasi atau ragam bahasa, terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Setiap kegiatan memerlukan atau menyebabkan terjadinya keragaman bahasa itu. Keragaman ini akan semakin semakin bertambah kalau bahasa tersebut digunakan oleh penuturnya yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas. Termasuk juga bahasa Melayu Galang yang dipergunakan oleh masyarakat Karas yang mendiami Pulau Karas dari sisi sub dialek. Secara dialektogis, satu dialek dengan dialek lainnya dalam bahasa Karas tidak menampakkan perbedaan yang terlalu signifikan. Kesamaan tersebut berhubungan dengan struktur bunyi (fonologis), kaidah pembentukan kata (morfologis), struktur frosa, klausa dan kalimat (sintaksis) serta makna dasar kata (semantik). Namun, seiring dengan pengaruh era globalisasi keberadaan dialek galang asli sudah mulai terancam hilang. Sebab karena ramainya masyarakat dari Pulau Karas khususnya remaja yang melanjutkan pendidikan keluar daerah mulai mengasingkan dialek galang dan bahkan hampir tidak mau menggunakan dialek galang sebagai bahasa sehari-hari. Biasanya yang menyebabkan hal ini terjadi adalah karena rasa malu untuk menggunakan dialek galang sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang lain dan di lingkungan tempat tinggal mereka. Selain itu dengan masuknya suku-suku lain ke Pulau Karas dan mereka mulai menetap di daerah ini, maka masyarakat mulai mengabungkan dialek galang dengan dialek suku lainnya sehingga lama-kelamaan dialek asli galang mulai terkontaminasi oleh dialek lainnya. Hal ini juga dapat menyebabkan hilangnya dialek asli Pulau Karas untuk beberapa puluh tahun kemudian. 2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, menyajikan data, menganalisis data, dan menginterprestasi. Penelitian ini menggunakan teknik kualitatif. Teknik penelitian kualitatif adalah teknik penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat kualitatif

dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi menurut (Sugiyono, 2009:9). 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Dialek Melayu Galang merupakan bahasa yang paling dominan dipakai di Pulau Karas, karena dialek Melayu Galang sudah diwariskan secara turun temurun. Sehingga masyarakat Pulau Karas lebih menguasai dialek ini dari pada dialek lainnya. Dialek Melayu Galang mempunyai kekhasan sendiri sebab pada akhir kata benda lebih banyak di tambahkan fonem (K), dan uniknya lagi untuk fonem (R) itu sering kali dihilangkan dalam penggunaan kata maupun kalimat. Serta dialek Melayu Galang terdahulu yang di gunakan oleh tetua kampung kerap kali berbeda dengan dialek galang yang di gunakan oleh anak-anak muda sebab, dialek Galang yang di pakai tetua kampung merupakan dialek Galang yang lebih kuno atau lebih terdahulu (asli). Sedangkan dialek yang di pakai oleh generasi baru adalah dialek yang sudah di netralisirkan dengan perubahan zaman. Untuk lebih jelasnya dapat di lihan pada contoh di bawah ini : Dalam dialek Galang di temukan bentuk dan ciri khas yaitu, penambahan fonem (K) pada akhir kosa kata. Fonem /k/ diucapkan dengan cara menempelkan pangkal lidah ke langit-langit lunak serta fonem /k/ tidak menghasilkan getaran pada pita suara. Serta fonem vokal /e/ yang diucapkan dalam dialek Galang berubah menjadi /ə/ (e lemah) yaitu fonem vokal yang diucapkan pada ketinggian tengah rongga mulut dan berada di pusat. TABEL 4.1 PENGGUNAAN FONEM (K) UNTUK KATA Kata yang ditambahkan fonem (K) Kata ( pelafalan )

Makna

Apak (a/pa’)

Apa

Begik (bə/gi’)

Bagi

Jugek (ju/gə’) Juga Untuk penggunaan fonem R pada kosakata, dalam dialek Galang fonem (R) tidak digunakan. Fonem /r/ merupakan bunyi getar ujung lidah menyentuh tempat yang sama berulang-ulang. TABEL 5.1 PENGHILANGAN FONEM (R) DALAM KATA Kata yang dihilangkan fonem (R) Kata (pelafalan)

Makna

Ae (ae)

Air

Lempa (ləm/pa)

Lempar

Setiap kata tentu memiliki makna ataupun arti, begitu juga dengan dialek Galang. Bagi suku lain dialek yang di gunakan oleh masyarakat Galang tentu terdengar asing seperti Bahasa Inggris yang di gunakan oleh orang Amerika akan terdengar Asing oleh masyarakat Indonesia yang sama sekali tidak bisa menggunakan Bahasa Inggris.

Berikut Peneliti akan memaparkan kosa kata dari hasil penelitian yang menggunakan dialek Galang dan menterjemahkannya kedalam Bahasa Indonesia yaitu terdapat kata yang memiliki dua makna dan kata yang memiliki satu makna. -

Bewak [Bə/wa’]

Bəwak dalam dialek Galang memiliki makna membawa dalam Bahasa Indonesia. Akan tetapi dalam dialek Galang ditemukan dua arti dari kata bəwak dan bewak. Jika menggunakan (ə lemah) maka maknanya adalah membawa, namun jika menggunakan e maka maknanya adalah sebutan untuk binatang (biawak). Contoh kalimat : 1. Tulung bəwakkan ( dalam makna membawa ) = tolong bawakan. 2. bewak tuk matik tadik ( dalam makna hewan ) = biawak itu mati tadi. -

Apak [A/pa’]

Kata apak di dalam dialek galang memiliki makna apa di dalam bahasa Indonesia, dan tidak di temukan makna lain tentang kata tersebut di dalam dialek masyarakat Melayu Pulau Karas. Hanya saja yang membedakannya dengan bahasa Indonesia yaitu terdapat penambahan fonem (k) pada akhir kata. Contoh kalimat : apak kabə? = apa kabar? -

Tunguk [Tung/uk]

Tunguk dalam dialek Galang memiliki makna tunggu dalam Bahasa Indonesia. di sini terjadi penambahan fonem (k) pada akhir kata. Contoh kalimat : tunguk akuk lah pəgik = tunggu aku sudah pergi. 4. Simpulan dan Rekomendasi Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan ditemukan bentuk-bentuk sub dialek dan makna-makna bahasa Melayu masyarakat Pulau Karas Kecamatan Galang Kota Batam. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Bentuk sub dialek bahasa Melayu masyarakat Pulau Karas Batam terbagi menjadi dua yaitu adanya penambahan fonem (K) pada akhir kata dan seringnya terjadi penghilangan penggunaan fonem (R) pada kata. Serta pemakaian dialek Galang pada kata yang berbeda dari tetua kampung dan generasi sekarang, ucapan yang digunakan tetua kampung terdengar lebih kuno dibandingkan dengan dialek yang di gunakan oleh generasi sekarang dari segi intonasi dan penyebutan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa makna dari kata yang terdapat di dalam dialek Melayu Galang Pulau Karas Batam terdapat kata-kata yang memiliki dua makna yitu makna dalam dialek Galang dan makna dalam bahasa Indonesia, serta kata yang hanya memiliki satu makna saja dalam bahasa Indonesia. begitu juga dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian besar kata-kata dalam dialek melayu Galang mempunyai makna yang berbeda jauh dengan Bahasa Indonesia pada umumnya.

Bagi peneliti yang ingin menulis bahasa daerah/ dialek hendaknya harus menguasai tata cara penulisan fonetis, hal ini disebabkan karena setiap dialek di suatu daerah mempunyai vokal bahasa yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Daftar Pustaka Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2007. Kajian Bahasa Struktur Internal, Pemakaian dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Pateda, Mansoer. 2009.Sosiolinguistik. Bandung : Angkasa Bandung. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hamidy, UU. 2003. Jagad Melayu Dalam Lintas Budaya Riau. Pekanbaru: Kreatif Press. Collins, T. James.2011. Bahasa Melayu Bahasa Dunia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2011. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan Dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.Victory Inti Cipta. Febriani, Dian. 2011. Analisis Reduplikasi Sub Dialek Melayu Kepulauan Riau Kelurahan Alai Kecamatan Kundur Tanjung Batu Kota Kabupaten Karimun. Skripsi Universitas Maritim Raja Ali Haji. Juliarto. 2011. Analisis Afiksasi Bahasa Melayu Kepulauan RIAU Dialek Pian Tengah Kecamatan Bunguran Barat Kabupaten Natuna. Skripsi Universitas Maritim Raja Ali Haji. Finoza, Lamuddin. 2005. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia. Chaniago, Amran YS. 2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia Bandung. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung. Zakiya, 2010. Afiksasi Verba Bahasa Melayu Jambi Dialek Bungo di Rantau Embacang. Skripsi Universitas Batanghari Jambi. Http// pageinsider.com/zakypure.blogspot.com/ Sugiyono. 2009. Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta Nazir, Mohd. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.