Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Analisis Deskriptif Faktor-faktor Konsentrasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan HADI CAHYONO Universitas Muhammadiyah Ponorogo
[email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab konsentrasi belajar mata pelajaran PPKn pada siswa MTs Muhammadiyah 1 Ponorogo. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Kajian dipusatkan pada analisis faktor-faktor konsentrasi belajar PPKn siswa MTs Muhammadiyah I Ponorogo. Dari analisis tersebut kemudian akan dicari akar penyebab dari konsentrasi belajar tiap faktor-faktornya. Responden yang dipilih yaitu siswa yang benar-benar mengalami kesulitan belajar PPKn. Metode pengumpulan data dengan teknik wawancara dan observasi. Analisis data menggunakan pola azas penelitian kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dipaparkan factor-faktor konsentrasi belajar siswa antara lain: 1).Faktor Lingkungan, yaitu Lingkungan dapat mempengaruhi kemampuan dalam berkonsentrasi, kita akan dapat memaksimalkan kemampuan konsentrasi. 2).Faktor Modalitas, yaitu modalitas belajar yang menentukan siswa dapat memproses setiap informasi yang diterima. 3). Faktor Pergaulan yaitu, pergaulan juga dapat mempengaruhi siswa dalam menerima pelajaran, perilaku dan pergaulan mereka, dapat mempengaruhi konsentrasi belajar yang dipengaruhi juga oleh beberapa faktor, seperti faktor teknologi yang berkembang saat ini contohnya televisi, internet. 4). Faktor Psikologi yaitu, faktor psikologi juga dapat mempengaruhi bagaimana sikap dan perilaku siswa dalam berkonsentrasi, misalnya karena adanya masalah dalam lingkungan sekitar dan keluarga, hal ini tentunya akan mempengaruhi psikologi siswa, karena siswa akan kehilangan semangat dan motivasi belajar mereka, tentunya akan berpengaruh juga terhadap tingkat konsentrasi siswa yang akan semakin menurun. Dengan demikian diharapkan guru dapat menciptakan suasana belajar yang lebih kondusif. Masyarakat juga harus berupaya untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi siswa sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Keluarga juga harus berupaya untuk memotivasi siswa dengan melakukan pendampingan dan pengawasan sehingga siswa lebih bersemangat belajar yang implikasinya pada konsentrasi belajar siswa. Kata Kunci : Faktor-faktor, Konsentrasi Belajar
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan kepada siswa. Mata pelajaran PPKn memberikan kontribusi yang besar bagi keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pondasi utama kehidupan berbangsa dan bernegara dilahirkan dari penyampaian ideologi bangsa yang bersumber dari Pancasila yang terintegrasi dalam mata pelajaran PPKn sehingga mata pelajaran PPKn menjadi mata pelajaran pokok dan utama dalam sekolah TK sampai perguruan tinggi bahkan sampai pada tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Prestasi belajar bukan sesuatu yang berdiri sendiri, artinya prestasi belajar merupakan
hasil
akumulasi dari berbagai pengaruh yang mempengaruhi
siswa. Pengaruh tersebut bisa datang dari luar (faktor external) dan bisa datang dari dalam siswa itu sendiri (factor internal). Faktor dari luar meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sedangkan factor dari dalam diri siswa meliputi: kecerdasan, minat, bakat/bekal kemampuan/input, motif,dan kesehatan serta cara belajar (Kartono, 1985: 1-5). Keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pertama dan utama dalam pembelajaran tetapi juga sebagai tempat pencanangan hidup pertama kali atau pondasi awal (blueprint) yang akan mempunyai pengaruh yang luarbiasa terhadap kehidupan anak dimasa datang. Apa yang didapat anak dalam keluarga saat ini, akan memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam ikut membentuk karakter anak dimasa mendatang. Disamping itu, keluarga merupakan masyarakat kecil yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap pembentukan karakter dan prestasi belajar anak (Tu’u, 2007: 80-81). Konsentrasi dalam belajar merupakan suatu hal yang tidak boleh dianggap remeh dalam proses pembelajaran. Hal ini berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang memang membutuhkan konsentrasi sehingga materi yang disampaikan kepada siswa dapat diserap dengan baik. Dengan konsentrasi yang baik oleh siswa, maka peneliti berasumsi bahwa siswa akan lebih mudah dalam menerima dan memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Menurut Skinner (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 9) bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Chaplin (dalam Syah, 2012: 65) menyatakan bahwa belajar merupakan perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman satu situasi ke situasi lain. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut: 1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pebelajar, 2. Respons si belajar, dan 3. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjai pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respons si pebelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman. Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning operan sebagai berikut: 1. Kesatu, mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan perilaku siswa yang positif dan negatif. Perilaku positif akan diperkuat dan perilaku negative diperlemah atau dikurangi. 2. Kedua, membuat daftar penguat positif. Guru mencari perilaku yang lebih disukai oleh siswa, perilaku yang kena hukuman, dan kegiatan luar seklah yang dapat dijadikan penguat. 3. Ketiga, memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatnya. 4. Keempat, membuat program pembelajaran. Program pembelajaran ini berisi urutan perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari perilaku, dan evaluasi. Dalam melaksanakan program pembelajaran, guru mencatat perilaku dan penguat yang berhasil dan tidak berhasil. Ketidakberhasilan tersebut menjadi catatan penting bagi modifikasi perilaku selanjutnya.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Sedangkan Slameto (dalam Djamarah, 2008:13) merumuskan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Menurut Gagne (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 10) berpendapat bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas, artinya setelah belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman yang kompleks sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan. 2.2 Konsentrasi Belajar Setiap siswa yang sedang menuntut ilmu harus konsentrasi dalam belajarnya, karena tanpa konsentrasi tidak mungkin berhasil menguasai pelajaran. JF. Tahalele (1978: 20) menyatakan bahwa konsentrasi belajar adalah pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dan bukan hal hal lain yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Konsentrasi yang tinggi akan membuahkan hasil belajar yang diinginkan. Dalam kenyataanya ada siswa yang memiliki kemampuan konsentrasi yang besar dan untuk waktu yang lama, sebaliknya ada siswa yang sukar memusatkan perhatiannya terhadap pelajaran tertentu. Siswa yang cerdas pada umumnya mempunyai kemampuan konsentrasi yang besar dibandingkan dengan siswa yang kurang cerdas, tetapi kemampuan konsentrasi bukanlah bakat yang diperolah sejak lahir. Kemampuan konsentrasi merupakan kebiasaan yang dapat dilatih, jadi bukan suatu bakat yang diwarisi dari leluhur. Selain itu konsentrasi seseorang juga dipengaruhi oleh kondisi kesehatan. Siswa yang
mengalami gangguan kesehatan akan sulit berkonsentrasi dalam
mempelajari materi pelajaran. Oleh sebab itu siswa yang sakit harus segera berobat, demikian juga siswa yang mengalami kelelahan harus segera beristirahat. Konsentrasi belajar berasal dari kata konsentrasi dan belajar. Hornby dan Siswoyo (1993:69) mendefinisikan konsentrasi (concentration) adalah pemusatan atau pengerahan (perhatiannya ke pekerjaannya atau aktivitasnya). Djamarah (2008) memberikan pengertian bahwa konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap satu objek. Sedangkan menurut Slameto (2003)
dalam belajar,
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan mengesampingkan semua hal lainnyayang tidak berhubungan dengan pelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 239) konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Sedangkan menurut Rooijakker (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 239) konsentrasi belajar akan menurun dalam waktu tiga puluh menit. Ia menyarankan agar guru memberikan istirahat selingan selama beberapa menit. Dengan selingan tersebut, konsentrasi belajar siswa akan meningkat kembali. Turunnya perhatian dan konsentrasi belajar
5 4 3
Konsentrasi A
2
Konsentrasi B
1 0 10 20 30 40 50
siswa tersebut bias digambarkan dalam bagan 1.1 berikut: Bagan 1.1 Tingkat Konsentrasi dan Perhatian dalam Waktu 50 menit pada Pengajaran Klasikal Bagan 1.1 bagian A menunjukkan bahwa perhatian siswa meningkat pada 15-20 menit pertama, kemudian turun pada 15-20 menit kedua. Selanjutnya meningkat dan 6 menurun kembali. Kecenderungan menurunya perhatian terjadi, sejajar dengan lama
waktu belajar. Sedangkan pada bagan 1.1 bagian B perhatian siswa bisa meningkat. Dari beberapa pengertian konsentrasi dan belajar dapat disimpulkan bahwa konsentrasi belajar adalah pemusatan pemikiran perhatian serta kesadaran terhadap suatu pelajaran dan mengesampingkan hal-hal lain yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran. 2.3 Manfaat Konsentrasi Belajar Konsentrasi belajar tentunya mempunyai manfaat tertentu, berikut merupakan beberapa manfaat dari konsentrasi belajar menurut Hendra Surya (2009):
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
1. Individu akan lebih mudah dan cepat menguasai materi ajar yang disajikan. 2. Dapat dipastikan bahwa individu yang konsentrasi dalam belajar sebenarnya ia juga sedang aktif. Jadi konsentrasi juga dapat dijadikan suatu tanda bahwa individu tersebut sedang aktif belajar. 3. Menambah semangat/motivasi bagi individu untuk lebih aktif beraktifitas dalam belajar. 4. Memudahkan pengajar dalam melaksanakan proses pembelajaran. 5. Suasana belajar menjadi semakin kondusif. 6. Memudahkan individu mendapatkan pengalaman yang baru. 7. Munculnya hal-hal yang positif (misalnya tidak mau menghayal) dalam diri individu. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong, (2007:5) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar ilmiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Bogdan dan Taylor (dalam Andi Prastowo, 2011: 22) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif menekankan pada proses, bukan untuk menguji teori atau hipotesis.Tujuan dari penelitian kualitatif ini yaitu: (1) menemukan pola hubungan yang bersifat interaktif; (2) mengembangkan realitas yang kompleks; (3) memperoleh pemahaman. Jadi, peneliti ingin mengkaji keadaan nyata mengenai factor-faktor konsentrasi belajar
siswa MTs Muhammadiyah I
Ponorogo dalam mempelajari mata pelajaran PPKn.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian Pada penelitian ini instrumen yang digunakan berupa kuesioner terbuka ini berupa daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis dan yang akan ditanyakan secara langsung kepada siswa MTs Muhammadiyah I Ponorogo untuk
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
memperoleh jawaban yang mendalam dan detail dari siswa tentang permasalahan dan kesulitan yang dihadapi siswa. Kuesioner dibagikan kepada siswa kelas VII sampai IX MTs Muhammadiyah I Ponorogo. Penyebaran angket yang dilakukan adalah secara acak, hal ini disebabkan agar memperoleh data yang valid dan lengkap. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 10 pertanyaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi siswa pada pembelajaran PPKn, antara lain faktor lingkungan, faktor modalitas belajar, faktor pergaulan, dan faktor psikologi. Dari
jawaban
responden,
dapat
disimpulkan
bahwa
siswa
sulit
berkonsentrasi jika kurang perhatian dari orang tua. Siswa yang kurang mendapat perhatian dari orang tua tentu saja memiliki semangat belajar yang berbeda dengan siswa yang mendapat cukup perhatian dari orang tua. Hal ini juga dapat mempengaruhi konsentrasi belajar siswa. 1.2 Uraian Pembahasan Berdasarkan analisis pembahasan, maka uraian pembahasan sebagai berikut: 1. Faktor Lingkungan Lingkungan
dapat
mempengaruhi
kemampuan
dalam
berkonsentrasi, kita akan dapat memaksimalkan kemampuan konsentrasi. Jika kita dapat mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap konsentrasi, kita mampu menggunakan kemampuan kita pada saat dan suasana yang tepat. Faktor lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi belajar adalah suara, pencahayaan, temperatur, dan desain belajar. 1) Suara Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda terhadap suara, ada yang menyukai belajar sambil mendengarkan musik, belajar ditempat ramai, dan bersama teman. Tetapi ada yang hanya dapat belajar ditempat yang tenang tanpa suara, atau ada juga yang dapat belajar ditempat dalam keadaan apapun. 2) Pencahayaan Pencahayaan merupakan salah satu faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan pengaruh suara, tetapi terdapat juga
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
seseorang yang senang belajar ditempat terang, atau senang belajar ditempat yang gelap, tetapi kenyamanan visual dapat juga digolongkan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan di dalam ruangan maupun bangunan.
3) Temperatur. Temperatur sama seperti faktor pencahayaan, merupakan faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan pengaruh suara, tetapi terdapat juga seseorang yang senang belajar ditempat dingin, atau senang belajar ditempat yang hangat, dan juga senang belajar ditempat dingin maupun hangat. 4) Desain Belajar. Desain belajar merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh juga, yaitu sebagai media atau sarana dalam belajar, seperti halnya terdapat seseorang yang senang belajar ditempat santai sambil duduk di kursi, sofa, tempat tidur, maupun di karpet. Cara tersebut merupakan salah satu cara yang dapat membuat kita lebih dapat berkonsentrasi. 2.
Modalitas Belajar Modalitas belajar yang menentukan siswa dapat memproses setiap
informasi yang diterima. Konsentrasi dalam belajar dan kreativitas guru dalam mengembangkan strategi dan metode pembelajaran di kelas akan meningkatkan konsentrasi belajar siswa sehingga hasil belajarnya pun akan meningkat pula. Semakin banyak informasi yang diterima dan diserap oleh siswa, maka kemampuan berkonsentrasi pun harus semakin baik dan fokus dalam mengikuti setiap proses pembelajaran. 3. Pergaulan Pergaulan juga dapat mempengaruhi siswa dalam menerima pelajaran,
perilaku
dan
pergaulan
mereka,
dapat
mempengaruhi
konsentrasi belajar yang dipengaruhi juga oleh beberapa faktor, seperti faktor teknologi yang berkembang saat ini contohnya televisi, internet. Hal ini sangat berpengaruh pada sikap dan perilaku siswa. 4. Psikologi
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Faktor psikologi juga dapat mempengaruhi bagaimana sikap dan perilaku siswa dalam berkonsentrasi, misalnya karena adanya masalah dalam
lingkungan
sekitar
dan
keluarga,
hal
ini
tentunya
akan
mempengaruhi psikologi siswa, karena siswa akan kehilangan semangat dan motivasi belajar mereka, tentunya akan berpengaruh juga terhadap tingkat konsentrasi siswa yang akan semakin menurun.
SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dengan analisis deskriptif faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi siswa pada pembelajaran PPKn, dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi siswa antara lain: 1) Faktor Lingkungan, yaitu lingkungan dapat mempengaruhi kemampuan dalam berkonsentrasi, kita akan dapat memaksimalkan kemampuan konsentrasi. Jika kita dapat mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh
terhadap
konsentrasi,
kita
mampu
menggunakan
kemampuan kita pada saat dan suasana yang tepat. 2) Faktor Modalitas, yaitu modalitas belajar yang menentukan siswa dapat memproses setiap informasi yang diterima. Konsentrasi dalam belajar dan kreativitas guru dalam mengembangkan strategi dan metode pembelajaran di kelas akan meningkatkan konsentrasi belajar siswa sehingga hasil belajarnya pun akan meningkat pula.
3) Faktor Pergaulan yaitu, pergaulan juga dapat mempengaruhi siswa dalam menerima
pelajaran,
perilaku
dan
pergaulan
mereka,
dapat
mempengaruhi konsentrasi belajar yang dipengaruhi juga oleh beberapa faktor, seperti faktor teknologi yang berkembang saat ini contohnya televisi, internet. Hal ini sangat berpengaruh pada sikap dan perilaku siswa. 4) Faktor Psikologi yaitu, faktor psikologi juga dapat mempengaruhi bagaimana sikap dan perilaku siswa dalam berkonsentrasi, misalnya karena adanya masalah dalam lingkungan sekitar dan keluarga, hal ini
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
tentunya akan mempengaruhi psikologi siswa, karena siswa akan kehilangan semangat dan motivasi belajar mereka, tentunya akan berpengaruh juga terhadap tingkat konsentrasi siswa yang akan semakin menurun. 5.2 Saran Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1) Peran lingkungan menentukan semangat siswa dalam belajar yang berimbas pada kemampuan berkonsentrasi sehingga diperlukan peran dari masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan kondusif. 2) Guru mampu mengelola suasana kelas dengan baik dan lebih meningkatkan kompetensinya sebagai pendidik. 3) Peran dan perhatian orang tua sangat diperlukan untuk selalu memberikan motivasi untuk terus berusaha dan belajar sungguh-sungguh demi keberhasilan belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri.2008.Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Hornby dan Siswoyo.1993. Belajar Bahasa Indonesia: UPY JF.Tahalele. 1978. Cara Mengajar Dengan Hasil Yang Baik. Bandung: CV Diponegoro Kartini, Kartono. 1985. Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Rajawali Mudjiono, Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Surya, Hendra. 2009. Cara Cerdas Mengatasi Kesulitan Konsentrasi Belajar. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Syah, Muhibbin. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press Syaiful, Djamarah. 2008. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta Tabrani, Rusyan.1998. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV Remaja Karya Tulus, Tu’u. 2004. Peran Dsiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Ganesindo