ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT
Martini, SE, M.Akt Fakultas Ekonomi Universitas Budi Luhur
[email protected] ABSTRACT
The purpose of this study was to examine the influence of the independence, experience, due professional care, accountability, and ethics of auditor’s either partially or simultaneously to quality audits and to examine the variables of the most dominant influence on audit quality. This research is descriptive analysis. The data in this study is the primary data obtained through the survey by distributing questionnaires sent to 54 respondents, while that can be used in this analysis, 52 respondent or about 96,3%. In this study tested the validity, test reliability and test the classical assumptions. Hypothesis testing is then performed partially or simultaneously using a number of probability of significance <0.05. The result partially or simultaneously test showed that the independence, experience, due professional care, accountability, and ethics of auditor’s affect the quality of audits in which the independence, due professional care, accountability, and ethics of auditor’s is very dominant influence on audit quality.
Keyword :
Influence of independence, experience, due profesional care, accountability, and ethics of auditor’s on the quality audit
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh independensi, pengalaman, due professional care, akuntabilitas dan etika auditor baik secara parsial maupun simultan terhadap kualitas audit serta untuk meneliti variable yang paling dominan berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis. Data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui survey dengan menyebarkan kuesioner yang dikirim ke 54 responden, sementara yang dapat digunakan dalam analisa ini 52 responden atau sekitar 96,3%. Dalam penelitian ini dilakukan uji validitas, uji reliabilitas dan uji asumsi klasik. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesa secara parsial maupun simultan dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi <0.05. Hasil uji secara parsial maupun simultan menunjukkan bahwa independensi, pengalaman, due professional care, akuntabilitas dan etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit dimana independensi, due professional care, akuntabilitas dan etika auditor sangat dominan berpengaruh terhadap kualitas audit.
Keyword :
Independensi, Pengalaman, Due Profesional Care, Akuntabilitas, Etika Auditor, Kualitas Audit
1
Pendahuluan Pada era globalisasi saat ini banyak sekali terjadi kasus-kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi. Skandal manipulasi akuntansi ini melibatkan sejumlah perusahaan besar di Amerika seperti Enron, Tyco, Global Crossing, dan Worldcom maupun beberapa perusahaan besar di Indonesia seperti Kimia Farma dan Bank Lippo yang dahulunya mempunyai kualitas audit yang tinggi. Kasus seperti ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. Keterlibatan Chief Executive Officer (CEO), komisaris, komite audit, internal auditor, sampai kepada eksternal auditor salah satunya dialami oleh Enron, cukup membuktikan bahwa kecurangan banyak dilakukan oleh orang-orang dalam. Terungkapnya skandal-skandal sejenis ini menyebabkan merosotnya kepercayaan masyarakat khususnya masyarakat keuangan, yang salah satunya ditandai dengan turunnya harga saham secara drastis dari perusahaan yang terkena kasus. Selain dari pihak perusahaan, eksternal auditor juga harus turut bertanggung jawab terhadap merebaknya kasus-kasus manipulasi akuntansi seperti ini. Posisi akuntan publik sebagai pihak independen yang memberikan opini kewajaran terhadap laporan keuangan serta profesi auditor yang merupakan profesi kepercayaan masyarakat juga mulai banyak dipertanyakan apalagi setelah didukung oleh bukti semakin meningkatnya tuntutan hukum terhadap kantor akuntan. Padahal profesi akuntan mempunyai peranan penting dalam penyediaan informasi keuangan yang handal bagi pemerintah, investor, kreditor, pemegang saham, karyawan, debitur, juga bagi masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Dalam melaksanakan tugasnya, auditor memerlukan kepercayaan terhadap kualitas jasa yang diberikan pada pengguna. Penting bagi pemakai laporan keuangan untuk memandang Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai pihak yang independen dan kompeten, karena akan mempengaruhi berharga atau tidaknya jasa yang telah diberikan oleh KAP kepada pemakai. Jika pemakai merasa KAP memberikan jasa yang berguna dan berharga, maka nilai audit atau kualitas audit juga meningkat, sehingga KAP dituntut untuk bertindak dengan profesionalisme tinggi. Menurut Financial Accounting Standard Board (FASB), dua karakteristik terpenting yang harus ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik tersebut sangatlah sulit untuk diukur dan karena adanya konflik kepentingan antara manajemen dengan pemakai laporan keuangan, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak ketiga yaitu auditor independen untuk memberi jaminan bahwa laporan keuangan tersebut relevan dan dapat diandalkan, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Dengan demikian perusahaan akan semakin mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam menjalankan operasi perusahaannya. Namun, di era persaingan yang sangat ketat seperti sekarang ini, perusahaan dan profesi auditor sama-sama dihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat. Mereka sama-sama harus mempertahankan eksistensinya di peta persaingan dengan perusahaan kompetitor atau rekan seprofesinya. Perusahaan menginginkan Unqualified Opinion sebagai hasil dari laporan audit, agar performancenya terlihat bagus di mata publik sehingga ia dapat menjalankan operasinya dengan lancar. Menurut Chow dan Rice dalam Kawijaya dan Juniarti (2002), manajemen perusahaan berusaha menghindari opini wajar dengan pengecualian karena bisa mempengaruhi harga pasar saham perusahaan dan kompensasi yang diperoleh manajer. Namun, laporan keuangan yang diaudit adalah hasil proses negosiasi antara auditor dengan klien
2
(Antle dan Nalebuff, 1991 dalam Ng dan Tan, 2003). Disinilah auditor berada dalam situasi yang dilematis, di satu sisi auditor harus bersikap independen dalam memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan yang berkaitan dengan kepentingan banyak pihak, namun di sisi lain dia juga harus bisa memenuhi tuntutan yang diinginkan oleh klien yang membayar fee atas jasanya agar kliennya puas dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasanya di waktu yang akan datang. Posisinya yang unik seperti itulah yang menempatkan auditor pada situasi yang dilematis sehingga dapat mempengaruhi kualitas auditnya. Standar audit sektor publik secara garis besar mengacu pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku di Indonesia. Standar umum kedua (SA Seksi 220 SPAP, 2011) menyebutkan bahwa “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”. Standar ini mengharuskan bahwa auditor harus bersikap independen (tidak mudah dipengaruhi), karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Selain independensi, persyaratan-persyaratan lain yang harus dimiliki oleh seorang auditor seperti dinyatakan dalam Pernyataan Standar Auditing (SA Seksi 230 SPAP, 2011) adalah keahlian dan due professional care. Namun seringkali definisi keahlian dalam bidang auditing diukur dengan pengalaman (Mayangsari, 2003). Menurut Djaddang dan Agung (2002) dalam Rahmawati dan Winarna (2002), auditor ketika mengaudit harus memiliki keahlian yang meliputi dua unsur yaitu pengetahuan dan pengalaman. Pengalaman kerja dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja akuntan publik, dalam hal ini adalah kualitas auditnya. Penelitian Rahman (2009) memberikan bukti empiris bahwa due professional care merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas audit, serta penelitian Louwers dkk. (2008) yang menyimpulkan bahwa kegagalan audit dalam kasus fraud transaksi pihak-pihak terkait disebabkan karena kurangnya sikap skeptis dan due professional care auditor daripada kekurangan dalam standar auditing. Selain beberapa faktor di atas, faktor akuntabilitas dan etika profesional juga dapat berpengaruh terhadap kualitas hasil audit. Andre Ruchiyat (2008:64) mendefinisikan akuntabilitas sebagai suatu keadaan yang dapat dipertanggungjawabkan, bertanggungjawab, dan akuntable. Djuni Farhan (2009:11) Akuntan publik dalam melaksanakan tugas profesinya, dibatasi oleh seperangkat aturan dan standar, berupa kode etik. Standar moral dan etika tersebut tidak hanya mengatur bagaimana ia bertindak, bersikap dan mentaati standar/norma, atau bukan hanya mengatur yang “boleh” dan “tidak boleh” saja, tetapi pada tatanan “salah” dan “benar” dengan parameter atau ukuran etika profesi, dan secara moral dibenarkan. Mengingat pentingnya masalah tersebut di atas maka dipandang perlu melakukan penelitian apakah kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor dipengaruhi oleh independensi, pengalaman auditor, due profesional care, akuntabilitas, dan etika auditor pada beberapa kantor akuntan publik di Jakarta tahun 2011. Dengan latar belakang tersebut, penelitian ini mengambil judul ”Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Profesional Care, Akuntanbilitas, dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empirik Pada 10 Kantor Akuntan Publik di Jakarta Barat Tahun 2011)”.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, maka rumusan masalah yang menjadi dasar bagi
3
penulisan ilmiah ini adalah :
1.
Apakah independensi berpengaruh terhadap kualitas audit
2.
Apakah pengalaman berpengaruh terhadap kualitas audit
3.
Apakah due profesional care berpengaruh terhadap kualitas audit
4.
Apakah akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit
5.
Apakah etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
6.
Apakah independensi, pengalaman, due profesional care, akuntabilitas dan etika auditor secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit
7.
Faktor mana yang paling dominan berpengaruh terhadap kualitas audit
Tujuan Penelitian 1.
Menganalisis pengaruh independensi, pengalaman, due profesional care, akuntabilitas dan etika auditor secara simultan terhadap kualitas audit
2.
Menganalisis pengaruh independensi, pengalaman, due profesional care, akuntabilitas dan etika auditor secara parsial terhadap kualitas audit
3.
Menganalisis variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kualitas audit
Penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan antara lain : (1) Mansur (2007) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit ditinjau dari persepsi auditor atas pelatihan dan keahlian, independensi dan penggunaan kemahiran profesional. Penelitian ini menemukan bahwa pendidikan dan pengalaman, pelatihan, sikap skeptis dan keyakinan yang memadai berpengaruh positif terhadap kualitas audit. (2) M. Nizarul Alim, et al (2007) meneliti tentang pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa kompetensi dan independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. (3) Diani Mardisar dan Ria Nelly Sari (2007) meneliti tentang pengaruh akuntabilitas dan pengetahuan terhadap kualitas hasil kerja auditor. Penelitian ini menghasilkan bahwa akuntabilitas dan pengetahuan berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil kerja audit. (4) Iyos Andersen, et al (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, kecakapan profesional, independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Penelitian ini menghasilkan bahwa tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, kecakapan profesional, independensi pemeriksa berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. (5) Aji (2009) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit ditinjau dari persepsi auditor atas independensi, pengalaman, dan akuntabilitas. Penelitian ini memberi hasil bahwa independensi, pengalaman, dan akuntabilitas berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit. (6) Rahman (2009) meneliti tentang pengaruh kompetensi, independensi, dan due profesional care terhadap kualitas audit. Hasilnya adalah kompetensi, independensi, dan due profesional care berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. (7) Deddy Supardi dan Zaenal Mutakin (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas hasil kerja auditor pada kantor akuntan publik. Penelitian ini menghasilkan bahwa akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja auditor. (8) Havizd Mabruri dan Jaka Winarna
4
(2010) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil audit di lingkungan pemerintah daerah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa independensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit di lingkungan pemerintah daerah, sedangkan objektivitas, pengalaman kerja, pengetahuan, dan integritas berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil audit di lingkungan pemerintah daerah. (9) Elisha Muliani Singgih dan Icuk Rangga Bawono (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh independensi, pengalaman, due profesional care dan akuntabilitas terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa independensi, pengalaman, due profesional care, dan akuntabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian ini merupakan replikasi yang mengkombinasikan penelitian yang pernah ada. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi penelitian, yaitu Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Jakarta Barat. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui pengaruh independensi, pengalaman, due professional care, akuntabilitas dan etika auditor secara simultan dan secara parsial terhadap kualitas audit; (2) mengetahui variabel yang berpengaruh dominan terhadap kualitas audit. Selanjutnya akan dibahas mengenai kerangka teoritis dan pengembangan hipotesis, metode penelitian, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan yang akan disajikan dalam penelitian ini.
Hubungan Independensi dengan Kualitas Audit Hussey dan Lan (2001) mengatakan bahwa sebuah audit hanya dapat menjadi efektif jika auditor bersikap independen dan dipercaya untuk lebih cenderung melaporkan pelanggaran perjanjian antara prinsipal (pemegang saham dan kreditor) dan agen (manajer). Sedangkan menurut Christiawan (2002), seorang akuntan publik yang independen adalah akuntan publik yang tidak mudah dipengaruhi, tidak memihak siapapun, dan berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, tetapi juga pihak lain pemakai laporan keuangan yang mempercayai hasil pekerjaanya. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jika seorang auditor bersikap independen, maka ia akan memberi penilaian yang senyatanya terhadap laporan keuangan yang diperiksa, tanpa memiliki beban apapun terhadap pihak manapun. Maka penilaiannya akan mencerminkan kondisi yang sebenarnya dari sebuah perusahaan yang diperiksa. Dengan demikian maka jaminan atas keandalan laporan yang diberikan oleh auditor tersebut dapat dipercaya oleh semua pihak yang berkepentingan. Jadi kesimpulannya adalah semakin tinggi independensi seorang auditor maka kualitas audit yang diberikannya semakin baik.
Hubungan Pengalaman dengan Kualitas Audit Kebanyakan orang memahami bahwa semakin banyak jumlah jam terbang seorang auditor, tentunya dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik daripada seorang auditor yang baru memulai kariernya. Atau dengan kata lain auditor yang berpengalaman diasumsikan dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan auditor yang belum berpengalaman. Hal ini dikarenakan pengalaman akan membentuk keahlian seseorang baik secara teknis maupun secara psikis. Secara teknis, semakin banyak tugas yang dia kerjakan, akan semakin mengasah keahliannya dalam mendeteksi suatu hal yang memerlukan treatment atau perlakuan khusus yang banyak dijumpai dalam
5
pekerjaannya dan sangat bervariasi karakteristiknya (Aji, 2009 : 5). Jadi dapat dikatakan bahwa seseorang jika melakukan pekerjaan yang sama secara terus-menerus, maka akan menjadi lebih cepat dan lebih baik dalam menyelesaikannya. Hal ini dikarenakan dia telah benar-benar memahami teknik atau cara menyelesaikannya, serta telah banyak mengalami berbagai hambatan-hambatan atau kesalahan-kesalahan dalam pekerjaannya tersebut, sehingga dapat lebih cermat dan berhati-hati menyelesaikannya. Secara psikis, pengalaman akan membentuk pribadi seseorang, yaitu akan membuat seseorang lebih bijaksana baik dalam berpikir maupun bertindak, karena pengalaman seseorang akan merasakan posisinya saat dia dalam keadaan baik dan saat dia dalam keadaan buruk. Seseorang akan semakin berhati-hati dalam bertindak ketika ia merasakan fatalnya melakukan kesalahan. Dia akan merasa senang ketika berhasil menemukan pemecahan masalah dan akan melakukan hal serupa ketika terjadi permasalahan yang sama. Dia akan puas ketika memenangkan argumentasi dan akan merasa bangga ketika memperoleh imbalan hasil pekerjaannya (Bonner dan Lewis, 1990; Farhan, 2004 dalam Noviari dkk., 2005).
Hubungan Due Professional Care dengan Kualitas Audit Due professional care merupakan hal yang penting yang harus diterapkan setiap akuntan publik dalam melaksanakan pekerjaan profesionalnya agar dicapai kualitas audit yang memadai. Due professional care menyangkut dua aspek, yaitu skeptisme profesional dan keyakinan yang memadai. Hasil penelitian Kopp, Morley, dan Rennie dalam Mansur (2007 : 38) membuktikan bahwa masyarakat mempercayai laporan keuangan jika auditor telah menggunakan sikap skeptis profesionalnya (professional skepticism) dalam proses pelaksanaan audit. Auditor harus tetap menjaga sikap skeptis profesionalnya selama proses pemeriksaan, karena ketika auditor sudah tidak mampu lagi mempertahankan sikap skeptis profesionalnya, maka laporan keuangan yang diaudit tidak dapat dipercaya lagi, dan memungkinkan adanya litigasi paska audit. Menurut GAO (2007 : 116) dalam Mansur (2007 : 42), audit kinerja yang sesuai dengan GAGAS harus memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) bahwa bukti audit telah mencukupi dan sesuai untuk mendukung temuan dan kesimpulan auditor. Keyakinan yang memadai atas bukti-bukti yang ditemukan akan sangat membantu auditor dalam menentukan scope dan metodologi yang akan digunakan dalam melaksanakan pekerjaan audit agar tujuan dapat tercapai. Dengan demikian due professional care berkaitan dengan kualitas audit.
Hubungan Akuntabilitas dengan Kualitas Audit Sarita dan Agustia (2009) mendefinisikan motivasi (motivation) sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Dengan adanya motivasi dalam bekerja, maka para auditor diharapkan lebih memiliki intensitas, arah dan ketekunan sehingga tujuan organisasi pun lebih mudah tercapai. Pengabdian kepada profesi merupakan suatu komitmen yang terbentuk dari dalam diri seseorang profesional, tanpa paksaan dari siapapun, dan secara sadar bertanggung jawab terhadap profesinya. Seseorang yang melaksanakan sebuah pekerjaan secara ikhlas maka hasil pekerjaan tersebut akan
6
cenderung lebih baik daripada seseorang yang melakukannya dengan terpaksa. Nugrahaningsih (2005) mengatakan bahwa akuntan memiliki kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi dimana mereka berlindung, profesi mereka, masyarakat dan pribadi mereka sendiri dimana akuntan mempunyai tanggung jawab menjadi kompeten dan berusaha menjaga integritas dan obyektivitas mereka (Alim dkk., 2007). Jika seorang akuntan menyadari akan betapa besar perannya bagi masyarakat dan bagi profesinya, maka ia akan memiliki sebuah keyakinan bahwa dengan melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya, maka ia akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi masyarakat dan profesi nya tersebut. Maka ia akan merasa berkewajiban untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat dan profesinya tersebut dengan melakukan pekerjaannya dengan sebaik mungkin. Hal inilah yang disebut sebagai kewajiban sosial.
Hubungan Etika Auditor dengan Kualitas Audit Djuni Farhan (2009 : 4), Akuntan publik dalam melaksanakan tugas profesinya, dibatasi oleh seperangkat aturan dan standar, berupa kode etik. Standar moral dan etika tersebut tidak hanya mengatur bagaimana ia bertindak, bersikap dan mentaati standar/norma, atau bukan hanya mengatur yang “boleh” dan “tidak boleh” saja, tetapi pada tatanan “salah” dan “benar” dengan parameter atau ukuran etika profesi, dan secara moral dibenarkan Penerapan etika profesi mutlak dilakukan oleh firma atau kantor akuntan publik. Akuntan memerlukan suatu aturan perilaku yang ditetapkan oleh organisasi profesi dan harus ditaati oleh para anggotanya. Dalam aturan tersebut diatur hal-hal yang dilarang dan diperbolehkan. Penyimpangan atas aturan ini akan berakibat dikenakan sanksi oleh orang organisasi. Aturan perilaku ini akan menjamin adanya perlindungan terhadap kepentingan masyarakat pemakai jasa akuntan. Dengan demikian etika auditor berkaitan dengan kualitas audit.
Kerangka Pemikiran Menurut Uma Sekaran (2006:127), kerangka teoritis merupakan fondasi dimana seluruh proyek penelitian didasarkan. Kerangka teoritis adalah jaringan asosiasi yang disusun, dielaborasi secara logis antar variabel yang dianggap relevan pada situasi masalah dan diidentifikasi melalui proses seperti wawancara, pengamatan, dan survei literatur. Konflik kepentingan yang terjadi antara manajemen dengan pemakai laporan keuangan mengharuskan adanya penengah diantara keduanya. Auditor independen diharapkan mampu menjadi penengah untuk melakukan audit atas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Pengguna laporan keuangan sangat bergantung kepada pendapat (opini) auditor independen untuk mengambil keputusan ekonomi. Untuk itu auditor dituntut untuk bertindak dengan profesionalisme yang tinggi sehingga menghasilkan suatu hasil audit yang berkualitas. Auditor independen menawarkan berbagai tingkat kualitas audit untuk merespon adanya variasi permintaan klien terhadap kualitas audit. Auditor independen dalam melakukan audit atas laporan keuangan harus memiliki rasa independensi, pengalaman, due profesional care, kebertanggungjawaban
7
(akuntabilitas) dan etika tinggi agar hasil auditnya dapat diandalkan atau berkualitas. Standar Auditing Seksi 220 (SPAP : 2011) menyebutkan bahwa indpenden bagi seorang akuntan publik artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Asih (2006 : 12) mengatakan bahwa pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Due profesional care memiliki arti kemahiran professional care memiliki arti kemahiran profesional yang cermat dan seksama. Menurut Standar Auditing No. 4 SPAP (2011), kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan kemahiran profesionalnya menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional, yaitu sikap auditor yang berpikir kritis terhadap bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit tersebut. Diani Mardisar dan Ria Nelly Sari (2007) mendefinisikan akuntabilitas sebagai bentuk dorongan psikologi yang membuat sesorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannnya. Djuni Farhan (2009 : 4), Akuntan publik dalam melaksanakan tugas profesinya, dibatasi oleh seperangkat aturan dan standar, berupa kode etik. Standar moral dan etika tersebut tidak hanya mengatur bagaimana ia bertindak, bersikap dan mentaati standar/norma, atau bukan hanya mengatur yang “boleh” dan “tidak boleh” saja, tetapi pada tatanan “salah” dan “benar” dengan parameter atau ukuran etika profesi, dan secara moral dibenarkan. Dari penjelasan di atas dapat diasumsikan, jika dalam diri auditor ditanamkan rasa independensi, pengalaman, due profesional care, kebertanggungjawaban (akuntabilitas) dengan diiringi etika auditor maka audit yang akan dihasilkan semakin berkualitas. Selanjutnya bagan kerangka pemikiran dalam penelitian ini akan disampaikan dalam Gambar berikut Independensi (X1) Pengalaman (X2)
Due Profesional Care (X3)
Akuntabilitas (X4) Etika Auditor (X5) Sumber : diolah sendiri (2011)
ε Kualitas Audit (Y) Keterangan : X1 = Independensi X2 = Pengalaman X3 = Due Profesional Care X4 = Akuntabilitas X5 = Etika Auditor Y = Kualitas Audit ε = faktor lain
Bagan Kerangka Pemikiran
8
Hipotesa Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka hipotesa yang disajikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H1
= Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit
H2
= Pengalaman auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
H3
= Due Profesional Care berpengaruh terhadap kualitas audit
H4
= Akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit
H5
= Etika auditor berpengaruh terhadap kualitas auditor
H6
= Independensi, Pengalaman, Due Profesional Care, Akuntabilitas dan Etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian terhadap masalah-masalah berupa faktafakta saat ini dari suatu populasi. Tujuannya adalah untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan current status dari subjek yang diteliti (Indriantoro dan Supomo, 2002 : 26 & 29). Menurut Uma Sekaran (2006:121), populasi adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal minat yang ingin peneliti investigasi. Dalam penelitian ini peneliti melakukan survey untuk mendapatkan data primer. Data primer diperoleh dengan cara memberikan kuesioner secara langsung kepada responden yang bersangkutan, serta memberikan penjelasan secara singkat sebelum responden menjawab pertanyaan dalam kuesioner. Responden yang diminta kesediaan untuk mengisi kuesioner adalah auditor independen di sepuluh Kantor Akuntan Publik di Jakarta Barat.
Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel Independen (X) Variabel independen adalah variabel yang dianggap berpengaruh terhadap variabel yang lain. Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari variabel independensi, pengalaman, due profesional care, akuntabilitas dan etika. Variabel Dependen (Y) Variabel dependen adalah variabel yang tergantung atau dapat dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas audit (Y). Standar Umum dalam Standar Akuntansi menyatakan bahwa : Pertama, audit dilakukan oleh seorang atau lebih yang mempunyai keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor; Kedua, Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi sikap mental harus dipertahankan oleh seorang auditor; Ketiga, Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya seorang auditor harus menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian ini menggunakan pertanyaan sebagai indikator sebagai berikut : (1) independensi, (2) pengalaman auditor, (3) skeptisme profesional, (4) tanggung jawab auditor, (5) etika auditor.
9
Semua item pertanyaan diukur pada skala Likert (Licert Scale) 1 sampai 5. Menurut Nazir M. (2005) skala likert (licert scale) adalah sebuah skala untuk mengukur sikap masyarakat. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen dalam penelitian ini mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Sumber Data Dalam penelitian ini peneliti melakukan survey untuk mendapatkan data primer, yaitu dengan cara mengirimkan kuesioner secara langsung kepada responden yang bersangkutan, serta memperikan penjelasan secara singkat sebelum responden menjawab pertanyaan dalam kuesioner. Responden diminta kesediaan untuk mengisi kuesioner adalah auditor independen beberapa perusahaan Kantor Akuntan Publik di Jakarta Barat tahun 2011.
Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara Simple Random Sampling, yaitu pemilihan sampel secara acak sederhana yang memberikan kesempatan yang sama dan tak terbatas pada setiap anggota populasi untuk dipilih sebagai sampel (Indriantoro dan Supomo, 2002 :124). Penentuan sampel dalam penelitian ini disesuaikan dengan jumlah auditor pada masing-masing Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Barat.
Teknik Pengumpulan Data Data yang dipergunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu : (1) Data primer, merupakan data yang dikumpulkan atau berhubungan langsung dengan penelitian yang sedang dilakukan; (2) Data sekunder, merupakan data yang dijadikan sebagai pendukung data primer. Data ini diperoleh melalui literatur yang dimaksudkan untuk memperoleh landasan teoritis. Dalam rangka memperoleh, mengumpulkan dan menyusun data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : (1) Penelitian Lapangan (Field Research), adalah peninjauan langsung pada auditor independen yang dijadikan sampel untuk memperoleh data primer. Data primer ini dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, yaitu memperoleh data dengan menggunakan daftar pernyataan mengenai independensi, pengalaman, due profesional care, akuntabilitas, etika, dan kualitas audit; (2) Penelitian Kepustakaan (Library Research), penggunaan studi kepustakaan adalah untuk memperoleh data sekunder yang berguna sebagai pedoman teoritis pada saat penelitian lapangan, dan untuk mendukung serta menganalisis data. Daftar kepustakaan diperoleh dari bukubuku wajib, jurnal ilmiah dan buku-buku pelengkap yang akan digunakan dalam pembahasan dan hasil pada bab selanjutnya.
10
Dalam penelitian ini data diperoleh dengan cara langsung mendatangi responden serta menggunakan metode kuesioner, merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Untuk memperoleh data, kuesioner disebarkan kepada para responden, dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai suatu masalah. Dengan demikian, kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian.
Uji Validitas Sebuah item atau pernyataan dikatakan valid jika mempunyai dukungan kuat terhadap skor total. Dengan kata lain item pernyataan dikatakan mempunyai validitas tinggi jika terdapat skor kesejajaran (korelasi tinggi) terhadap skor total item. Bagian dari uji validitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah melalui analisis butir-butir, dimana untuk menguji setiap butir maka skor total valid tidaknya suatu item dapat diketahui dengan membandingkan antara angka r- hitung (nilai dari Corrected Item-Total Correlation) dan angka dari rtabel. Suatu item dikatakan valid jika memiliki angka r – hitung (nilai dari Corrected Item-Total Correlation) > r-tabel.
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan lebih dari dua kali terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukuran yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban responden terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas (keandalan) dilakukan dengan teknik Alpha. Realibilitas suatu pertanyaan dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > dari 0,60 (Uma Sekaran 2003:311). Untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini digunakan koefisien reliability alpha cronbach dengan menggunakan SPSS. Jika nilai Alpha > 0,06 maka kuesioner dapat dikatakan memenuhi konsep reliabilitas, sedangkan jika nilai alpha < 0,06 maka tidak reliabilitas sehingga atas pernyataan tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alat ukur penelitian.
Analisis Regresi Dalam analisis ini dapat dilihat bagaimana variabel bebas, yaitu independensi (X1), pengalaman (X2), due profesional care (X3), akuntabilitas (X4), dan etika (X5) mempengaruhi (secara positif atau negatif) variabel terikat, yaitu kualitas audit (Y). Bentuk matematisnya adalah sebagai berikut (Duwi Priyatno, 2009:47) : Y = b 0 + b 1X 1 + b 2X 2 + b 3X 3 + b 4X 4 + b 5X 5 + e Dimana : Y
= Kualitas Audit
b0
= konstata
b1
= koefisien regresi variabel independensi
11
b2
= koefisien regresi variabel pengalaman
b3
= koefisien regresi variabel due profesional care
b4
= koefisien regresi variabel akuntabilitas
b5
= koefisien regresi variabel etika auditor
X1
= Independensi
X2
= Pengalaman
X3
= Due Profesional Care
X4
= Akuntabilitas
X5
= Etika Auditor
e
= Error
Pengujian secara parsial Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali, 2005). Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas (independensi, pengalaman, due profesional care, akuntabilitas dan etika auditor terhadap variabel terikat (kualitas audit) secara terpisah atau parsial.
Hipotesa yang akan digunakan dalam pengujian ini adalah : H0 : β0 = 0,
variabel-variabel bebas (independensi, pengalaman, due profesional care, akuntabilitas dan etika auditor ) tidak berpengaruh terhadap variabel terikat (kualitas audit)
H1 : β1 ≠ 0,
variabel-variabel bebas (independensi, pengalaman, due profesional care, akuntabilitas dan etika auditor ) berpengaruh terhadap variabel terikat (kualitas audit)
Pengujian secara parsial (terpisah) dapat dilihat dari hasil output dalam table Coefficients. Hipotesa yang diuji dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi, apabila angka probabilitas signifikansi > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Apabila angka probabilitas signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima
Pengujian secara simultan Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini pengujian hipotesis secara simultan dimaksudkan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas (independensi, pengalaman, due profesional care, akuntabilitas dan etika auditor) terhadap variabel terikatnya (kualitas audit). Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H0:β1=β2=β3=β4=β5=β6=0, maka variabel-variabel bebas (independensi, pengalaman, due profesional care, akuntabilitas dan etika auditor) tidak berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya (kualitas audit)
12
H0:β1=β2=β3=β4=β5=β6≠0, maka variabel-variabel bebas (independensi, pengalaman, due profesional care, akuntabilitas dan etika) berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya (kualitas audit)
Pengujian yang dilakukan secara simultan (keseluruhan) dapat dilihat dari hasil output dalam tabel Anova. Hipotesa yang diuji dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angka probabilitas signifikan, apabila probabilitas signifikansi > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak, apabila probabilitas signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika signifikan, maka hipotesis ANOVA dapat diterima bahwa semua variabel bebas (independen, pengalaman, due profesional care, akuntabilitas dan etika auditor) layak untuk menjelaskan variabel terikat (kualitas audit) yang dianalisis.
Hasil Penelitian Untuk mencapai tujuan penelitian, penelitian ini mengambil sampel auditor dari berbagai jenjang jabatan pada Kantor Akuntan Publik yang berdomisili di wilayah Jakarta Barat. Data penelitian bersifat data primer yang dikumpulkan melalui kuesioner. Pengajuan kuesioner ke masing-masing Kantor Akuntan Publik lewat surat pengantar yang berisi permohonan, selanjutnya diberikan kembali surat pernyataan penyebaran kuesioner yang ditandatangani dan distempel dari Kantor Akuntan Publik sebagai bukti bahwa peneliti benar-benar telah menyebarkan kuesioner di masing-masing Kantor Akuntan Publik tersebut. Sesuai dengan daftar dalam Directory Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik 2011, Kantor Akuntan Publik berjumlah 27 dimana karena tingkat kesibukan dari masing-masing Kantor Akuntan Publik yang berbeda maka dalam penelitian ini diperoleh 10 Kantor Akuntan Publik yang bersedia menjadi responden dengan jumlah auditor disesuaikan dengan kondisi pada masing-masing Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan.
Terdapat beberapa Kantor Akuntan Publik yang tidak bersedia untuk dijadikan
sampel ataupun kuesioner yang tidak kembali sehubungan dengan padatnya kesibukan yang dihadapi auditor dalam menjalankan tugas-tugasnya. Berdasarkan hal tersebut didapat auditor independen dari sepuluh Kantor Akuntan Publik yang bersedia untuk dijadikan sampel pada penelitian ini, yang meliputi KAP Drs. Harry & Rekan; KAP Jan, Ladiman & Rekan; KAP Moch Zainuddin & Sukmadi; KAP Riza, Wahono & Rekan; KAP Ratna Widjaja; KAP Daniel Kodirun; KAP Soejatna, Mulyana & Rekan; KAP Drs. Amir Hadyi; KAP Drs. Tjhin Tjiap Lung, MM. BAP; dan KAP Drs. Heryanto Subrata Gani. Jumlah kuesioner yang disebarkan sebanyak 54 buah kuesioner. Kuesioner yang terkumpul sebanyak 52 buah kuesioner.
Hasil Uji Validitas Uji validitas dilakukan dengan membandingkan r-hitung dengan r-tabel (0,228). Berdasarkan pengujian tersebut, maka diperoleh hasil bahwa semua variabel memiliki r-hitung (nilai dari Corrected Item -Total Correlation) > dari r-tabel (0,228). Sehingga semua variabel dinyatakan valid.
13
Hasil Uji Reliabilitas Hasil uji reliabilitas semua variabel pada penelitian ini menunjukkan tabel Reliability Statistic yang menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha 0,720 > 0,60. Dapat disimpulkan bahwa pernyataan-pernyataan dalam variabel yang terdapat pada penelitian ini reliable.
Hasil Uji secara Parsial Untuk melihat pengaruh independensi (X1), pengalaman (X2), due profesional care (X3), akuntabilitas (X4), dan etika auditor (X5) terhadap kualitas audit (Y) secara parsial atau sendiri-sendiri dilakukan dengan melihat tabel koefisien dan membandingkan besarnya p-value pada kolom sig < level of significant (α) sebesar 0,05.
Hipotesa yang disajikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H0 :
Tidak ada pengaruh antara X i terhadap kualitas audit (Y)
Ha :
Terdapat pengaruh antara X i terhadap kualitas audit (Y).
Uraian diatas dapat dilihat pada tabel koefisien pada Tabel Koefisien.
Dari tabel koefisien dapat
diperoleh kesimpulan independensi (X1), pengalaman (X2), due profesional care (X3), akuntabilitas (X4), dan etika auditor (X 5) secara parsial atau sendiri-sendiri memiliki pengaruh, karena p-value pada kolom sig < level of significant (α) sebesar 0,05. Artinya terdapat pengaruh antara independensi (X 1), pengalaman (X 2), due profesional care (X 3), akuntabilitas (X 4), dan etika auditor (X5) terhadap kualitas audit (Y) secara parsial. Besarnya pengaruh dapat diketahui dengan melihat angka pada tabel koefisien kolom beta (Unstandardized Coefficients). Dari output tersebut dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut : Y = 2.259 + 0.820X1 + 0.219X2 + 0.676X3 + 0.289X4 – 0.732X5 Tabel Koefisien Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
2.259
6.979
independensi
.820
.083
pengalaman
.219
due_prof_care akuntabilitas etika
Beta
t
Sig. .324
.748
.588
9.928
.000
.059
.154
3.715
.001
.676
.078
.664
8.618
.000
.289
.059
.227
4.863
.000
-.732
.105
-.592
-6.968
.000
a. Dependent Variable: kualitas_audit
Sumber : Output SPSS (2011)
Uji Hipotesa I (Independensi berpengaruh terhadap Kualitas Audit) Jika sig 0.000 < 0.005 level of significant (α), maka H0 = 0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan
14
Tabel, independensi memiliki nilai p-value pada kolom sig 0.000 < 0.05 level of significant (α). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa independensi (X1) berpengaruh terhadap kualitas audit, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dalam Standar Umum yang kedua (SA Seksi 220 SPAP, 2011) menyatakan bahwa “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”. Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Independensi juga diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik merupakan aturan moral yang diantaranya mengatur tentang independensi. Dalam aturan tersebut dinyatakan bahwa anggota Kantor Akuntan Publik harus selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia. Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam kenyataan (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance). Independensi dalam kenyataan akan ada apabila pada kenyataannya auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan auditnya. Sedangkan independensi dalam penampilan adalah hasil interpretasi pihak lain mengenai independensi ini. Apabila auditor independen dalam kenyataan, tetapi pihak-pihak yang berkepentingan yakin bahwa dia adalah penasihat dari auditenya, maka sebagian besar hasil dari fungsi auditnya akan sia-sia saja. Independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Apabila auditor adalah seorang penasihat audite, seorang bankir atau yang lainnya, dia tidak dapat dikatakan independen. Independensi harus dipandang sebagai salah satu ciri auditor yang paling penting. Alasan mengapa begitu banyak pihak yang menggantungkan kepercayaan mereka terhadap kelayakan laporan keuangan berdasarkan laporan auditor adalah karena harapan mereka untuk mendapatkan suatu pandangan yang tidak memihak. Hasil penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Mansur (2007), Alim et.al (2007), Andersen (2008), Aji (2009), Rahman (2009), Mabruri dan Winarna (2010), Muliani Singgih dan Icuk Bawono (2010) menyatakan terdapat pengaruh antara independensi terhadap kualitas audit. Dari perbandingan hasil penelitian ini dengan sebelumnya dapat dikatakan bahwa adanya konsisten antara independensi dengan kualitas audit.
Uji Hipotesa II (Pengalaman berpengaruh terhadap kualitas audit) Jika sig 0.000 < 0.005 level of significant (α), maka H0 = 0 ditolak dan H2 diterima. Berdasarkan Tabel, pengalaman memiliki nilai p-value pada kolom sig 0.000 < 0.05 level of significant (α). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengalaman (X2) berpengaruh terhadap kualitas audit, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Menurut Nataline (2007), Auditor yang tidak berpengalaman akan melakukan atribusi kesalahan lebih besar dibandingkan dengan auditor yang berpengalaman,
sehingga dapat
mempengaruhi kualitas audit. Seorang auditor profesional harus mempunyai pengalaman yang cukup
15
tentang tugas dan tanggung j awabnya. Pengalaman auditor akan menj adi bahan pertimbangan yang baik dalam mengambil keputusan dalam tugasnya. Hasil penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Andersen (2008), Aji (2009), Mabruri dan Winarna (2010), Muliani Singgih dan Icuk Bawono (2010) menyatakan terdapat pengaruh antara pengalaman terhadap kualitas audit. Dari perbandingan hasil penelitian ini dengan sebelumnya dapat dikatakan bahwa adanya konsisten antara pengalaman dengan kualitas audit.
Uji Hipotesa III (Due Profesional Care berpengaruh terhadap kualitas audit) Jika sig 0.000 < 0.005 level of significant (α), maka H0 = 0 ditolak dan H3 diterima. Berdasarkan Tabel, due profesional care memiliki nilai p-value pada kolom sig 0.000 < 0.05 level of significant (α). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa due profesional care (X3) berpengaruh terhadap kualitas audit, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dalam Standar Umum yang ketiga (SA Seksi 230 SPAP, 2011) menyatakan bahwa “Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama”. Standar ini menuntut auditor independen untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya dengan menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Hasil penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Mansur (2007), Andersen (2008), Aji (2009), Rahman (2009), Muliani Singgih dan Icuk Bawono (2010) menyatakan terdapat pengaruh antara due profesional care terhadap kualitas audit. Dari perbandingan hasil penelitian ini dengan sebelumnya dapat dikatakan bahwa adanya konsisten antara due profesional care dengan kualitas audit.
Uji Hipotesa IV (Akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit) Jika sig 0.000 < 0.005 level of significant (α), maka H0 = 0 ditolak dan H4 diterima. Berdasarkan Tabel, akuntabilitas memiliki nilai p-value pada kolom sig 0.000 < 0.05 level of significant (α). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas (X4) berpengaruh terhadap kualitas audit, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dalam SA Seksi 110 (SPAP, 2011) menyatakan bahwa auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang laporan keuangan dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Auditor independen juga bertanggung jawab terhadap profesinya, tanggung jawab untuk mematuhi standar yang diterima oleh para praktisi rekan seprofesinya. Hasil penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Mardisar dan Sari (2007), Aji (2009), Deddy Supardi dan Zaenal Mutakin (2009), Muliani Singgih dan Icuk Bawono (2010) menyatakan terdapat pengaruh antara akuntabilitas terhadap kualitas audit. Dari perbandingan hasil penelitian ini dengan sebelumnya dapat dikatakan bahwa adanya konsisten antara akuntabilitas dengan kualitas audit.
16
Uji Hipotesa V (Etika Auditor berpengaruh terhadap kualitas audit) Jika sig 0.000 < 0.005 level of significant (α), maka H0 = 0 ditolak dan H5 diterima. Berdasarkan Tabel, etika memiliki nilai p-value pada kolom sig 0.000 < 0.05 level of significant (α). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa etika (X5) berpengaruh terhadap kualitas audit, maka H0 ditolak dan H5 diterima. Dalam SPAP Seksi 100 (2011) menyatakan bahwa setiap praktisi wajib mematuhi prinsip dasar etika profesi yang terdiri dari prinsip integritas, prinsip objektivitas, prinsip kompetensi, prinsip kerahasiaan, dan prinsip perilaku profesional. Hasil penelitian jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Alim et.al (2007) menyatakan terdapat pengaruh antara etika auditor terhadap kualitas audit. Dari perbandingan hasil penelitian ini dengan sebelumnya dapat dikatakan bahwa adanya konsisten antara etika dengan kualitas audit.
Hasil Uji secara Simultan Dari uji ANOVA, uji hipotesis tentang pengaruh variabel independensi, pengalaman, due profesional care, akuntabilitas, dan etika secara simultan dilakukan dengan cara melihat besarnya p-value pada kolom sig dengan level of significant (α) sebesar 0.05 dengan kriteria penerimaan dan penolakan. Jika sig 0.000 < 0.005 level of significant (α), maka H0 = 0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan perhitungan pada tabel 4.22 angka signifikansi (sig) sebesar 0.000 < 0.05 maka H 0 ditolak dan H 1 diterima. Artinya adanya hubungan linier antara independensi, pengalaman, due profesional care, akuntabilitas, dan etika terhadap kualitas audit. Untuk menguji pengaruh independensi (X 1), pengalaman (X 2), due profesional care (X3), akuntabilitas (X 4) dan etika (X 5) terhadap kualitas audit (Y) secara gabungan dapat dilakukan dengan melihat tabel model summary pada Tabel Model Summary. Model Summaryb Std. Error of the Model 1 a.
R
R Square .992a
.983
Adjusted R Square .981
Estimate 6.69083
Predictors: (Constant), etika, akuntabilitas, pengalaman, independensi, due_profesional_care
b. Dependent Variable: kualitas_audit
Sumber : Output SPSS (2011)
Nilai Adjusted R2 adalah 0.981. Hal ini berarti sebesar 98.1% variasi variabel dependen kualitas audit pada auditor di Kantor Akuntan Publik wilayah Jakarta Barat dapat dijelaskan oleh variasi variabel dari kelima variabel independen yaitu independensi, pengalaman, due profesional care, akuntabilitas dan etika auditor. Sedangkan sisanya, yaitu sebesar 1.9% dijelaskan oleh faktor lain diluar model penelitian ini.
17
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, diperoleh kesimpulan bahwa hipotesis 1, 2, 3, 4 dan 5 diterima yaitu bahwa independensi, pengalaman kerja, due professional care, akuntabilitas dan etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Dengan demikian, semakin independensi auditor, semakin banyak pengalaman kerja, semakin banyak pengetahuan, semakin tinggi tingkat akuntabilitas, dan semakin beretika seorang auditor maka semakin baik hasil kualitas audit yang dilakukan. Dari hasil perhitungan uji nilai F dapat diambil kesimpulan bahwa secara serentak, seluruh variable independen tersebut berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dengan kemampuan menjelaskan terhadap variable dependen sebesar 98,1%. Hal ini berarti masih terdapat variable-variabel independen lainnya yang dapat menjelaskan variable kualitas audit yaitu sebesar 1,9%. Variabel independensi, due profesional care, akuntabilitas dan etika sangat dominan berpengaruh terhadap kualitas audit Penelitian ini memiliki sejumlah keterbatasan yang perlu diperhatikan bagi peneliti yang akan dating, yaitu sebagai berikut : a. Ruang lingkup penelitian hanya auditor di wilayah Jakarta Barat b. Masih terdapat variable independen lain yang mempengaruhi variasi dalam variable kualitas audit yang belum tergali pada penelitian ini Saran-saran yang dapat disampaikan oleh penulis sebagai hasil dari penelitian, pembahasan, kesimpulan serta keterbatasan di atas adalah : a. Memperbesar jumlah sampel penelitian b. Memperluas lokasi penelitian c. Melakukan pengujian lebih lanjut terhadap variable dengan memasukkan variable lain yang mempengaruhi kualitas audit
DAFTAR PUSTAKA
Artikel dalam jurnal Aji, 2009 “Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Audit ditinjau dari Persepsi Auditor atas Independensi, Pengalaman, dan Akuntabilitas”, Jurnal Akuntansi Alim, et al, 26-28 Juli, 2007, “Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi” , Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar Andersen dan Arifin, 2008, “Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengalaman Bekerja, Kecakapan Profesional, Independensi Pemeriksa terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan”, Jurnal Akuntansi 25, Sumatra Utara, Deddy dan Zaenal, 2009, “ Pengaruh Akuntabilitas terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik”, elib.unikom.ac.id Elisha dan Icuk, 2010, “Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Profesional Care dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit”, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto 2010
18
Havizd dan Jaka, 2010, “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Audit di Lingkungan Pemerintah Daerah”, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto 2010 Hussey, et al, Nigeria 2011, “Mandory Rotation of Auditors on Audit Quality, Cost and Independence in South-South”, International Business Management Mansur, “ Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Ditinjau dari Persepsi Auditor Atas Pelatihan dan Keahlian, Independensi dan Penggunaan Kemahiran Profesional”, Thesis Universitas Gajah Mada Yogyakarta, 2007 Mardisar dan Sari, 26-28 Juli, 2007, “ Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor”, Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar Rahman, 2009, “Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Due Profesional Care terhadap Kualitas Audit”, Jurnal Akuntansi Sri Setianingsih, Makasar 2007, “Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Auditor”, Simposium Nasional Akuntansi X
Artikel dari internet Rahmat, 2011, “Pengukuran Kualitas Audit : Sebuah Esai”, http//journal.unud.ac.id (diakses 20 Mei 2011)
Buku Arens, et al, 2008, “ Auditing dan Jasa Assurance : Pendekatan Terintegrasi”, Erlangga Djuni Farhan, 2009, “Etika dan Akuntabilitas Profesi Akuntan Publik”, Intimedia Malang Ety Rochaety, Ratih Tresnati, Abdul Majid Latief., 2007, “Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS”, Jakarta Mitra Wacana Media Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011, “Standar Profesional Akuntan Publik”, Salemba Empat Priyatno, Duwi, 2009, “SPSS Untuk Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate”, Gava Medika Sanyoto, 2007, “Audit Sistem Informasi”, Mitra Wacana Media -----, 2011, “Standar Profesional Akuntan Publik”, IAPI Widarjono, Agus, 2010, “Analisis Statistika Multivariat Terapan”, UPP STIM YKPN
19