ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TERNAK SAPI POTONG (Studi Kasus: Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang)
JURNAL
SRI HIDAYATI YUSNA 120304118 AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TERNAK SAPI POTONG (Studi Kasus: Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang)
JURNAL OLEH : SRI HIDAYATI YUSNA 120304118 AGRIBISNIS Jurnal diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan sarjana Di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing Ketua
(Ir. Lily Fauzia, M.Si) NIP 196308221988032003
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017
SRI HIDAYATI YUSNA 120304118 AGRIBISNIS
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TERNAK SAPI POTONG (Studi Kasus: Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang)
FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS OF BEEF CATTLE (Case Study: Medan Senembah Village Tanjung Morawa Subdistric
Deli Serdang District)
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing Ketua
(Ir. Lily Fauzia, M.Si) NIP 196308221988032003
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017
SRI HIDAYATI YUSNA 120304118 AGRIBISNIS
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TERNAK SAPI POTONG (Studi Kasus: Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang)
FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS OF BEEF CATTLE (Case Study: Medan Senembah Village Tanjung Morawa Subdistric
Deli Serdang District)
Disetujui Oleh : Editor
(Emalisa,S.P,M.Si) NIP 197211181998022001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017
SRI HIDAYATI YUSNA 120304118 AGRIBISNIS
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TERNAK SAPI POTONG (Studi Kasus: Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang)
FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS OF BEEF CATTLE (Case Study: Medan Senembah Village Tanjung Morawa Subdistric
Deli Serdang District)
Disetujui Oleh : Ketua Editor
(Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M. Si) NIP. 196309281998031001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TERNAK SAPI POTONG (Studi Kasus: Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang) Sri Hidayati Yusna *), Lily Fauzia **), Salmiah***) *) **) ***)
Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Ketua Komisi Pembimbing di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Anggota Komisi Pembimbing di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan tahun 2016, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis ketersediaan input yang dibutuhkan dalam usaha ternak sapi potong di daerah penelitian, untuk menganalisis pendapatan peternak usaha ternak sapi potong di daerah penelitian, dan untuk menganalisis apakah usaha ternak sapi potong di daerah penelitian layak untuk diusahakan di daerah penelitian. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan melihat data bahwa daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi usaha ternak sapi potong. Penentuan sampel penelitian ditentukan dengan metode sensus. Pengujian hipotesis data menggunakan kriteria investadi dengan menganalisis kelayakan. Hasil penelitian diperoleh input yang digunakan dalam usaha ternak sapi potong di daerah penelitian adalah bibit, kandang, pakan, tenaga kerja, peralatan, pendapatan yang diperoleh peternak dalam satu tahun yaitu Rp. 10.410.200 dengan rata-rata 10 ekor sapi, dan dengan analisis kelayakan finansisal, usaha ternak sapi potong di daerah penelitian layak untuk diusahakan disebabkan oleh nilai R/C >1 dan ROI > tingkat suku bunga. Kata kunci: Analisis Kelayakan, Sapi Potong
ABSTRACT This study was conducted in 2016, the purpose of this study was to analyze the availability of inputs required in the business of cattle in the area of research, to analyze the farmer's income businesses of cattle in the area of research, and to analyze whether the business of cattle in the research area worthy to be conducted in the study area. Determination of the study area was purposively (intentionally) to see the data that the area is a center of production of beef cattle business. Determination of the sample was determined by census method. The hypothesis test data using investadi criteria to analyze the feasibility. The results were obtained input used in the business of beef cattle in the study area are seeds, cages, feed, labor, equipment, the income of farmers in one year is Rp. 10.4102 million with an average of 10 head of cattle, and the feasibility analysis finansisal, beef cattle business in the area of research worthy to be developed due to the value of R / C> 1 and ROI> interest rate. Keywords: Feasibility Analysis, Cattle
PENDAHULUAN LatarBelakang Peternakan sapi di Indonesia sejak zaman dahulu telah berkembang sebagai suatu usaha sambilan. Hingga saat ini umumnya belum banyak didapati usaha peternak yang dikelola secara maju, demi mengejar keuntungan. Meskipun sejak dahulu beternak sapi dilakukan sebagai usaha sambilan yang merupakan celengan atau untuk tenaga kerja, beberapa di daerah Indonesia terkenal sebagai gudang ternak dan sanggup mengekspor ternak potong keluar negeri. Selain sebagai celengan dan tenaga kerja, ternak sapi juga dapat di pakai sebagai kriteria atau faktor penentu kedudukan seseorang di pedesaan (Ismed Pane, 1993). Kondisipeternakansapipotongsaatinimasihmengalamikekuranganpasokan sapi bakalan karenapertambahanpopulasitidakseimbangdengan kebutuhan nasional. Usaha peternak rakyat di Indonesia uumnya masih bersifat tradisional dan metode pengelolaannya masih menggunakan teknologi seadanya dan hanya bersifat sambilan. Karena itu, hasil yang dicapai tidak maksimal (Soeprapto Herry, 2006). Di Sumatera Utara, Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah produsen sapi potong yang mengalami peningkatan pada tiap tahunnya. Berikut ini perkembangan jumlah sapi potong di Kabupaten Deli Serdang dari tahun 2010-2014 yaitu sebagai berikut: Tabel 1. Perkembangan Jumlah Sapi Potong di Kabupaten Deli Serdang tahun 2010-2014 No. Tahun Sapi Potong/ekor 2010 65.270 1. 2011 72.060 2. 2012 78.995 3. 2013 86.419 4. 2014 88.200 5. Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara Kecamatan Tanjung Morawa merupakan salah satu kecamatan sentra produksi ternak sapi potong. Berikut ini perkembangan jumlah sapi potong di Kecamatan Tanjung Morawa: Tabel 2. Perkembangan Jumlah Sapi Potong di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2010-2014 No. Tahun Sapi Potong/ekor 2010 2.037 1. 2011 2.497 2. 2012 2.736 3.
2013 4. 2014 5. Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara
2.957 3.118
Dilihat dari Tabel 2 Kecamatan Tanjung Morawa mengalami peningkatan populasi yang cukup berpotensi untuk dikembangkan pada tiap tahunnya. Dari data skunder yang diperoleh dari kepala desa jumlah peternak yang mengusahakan ternak sapi potong di daerah penelitian pada tiap tahunnya semakin menurun. Dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Perkembangan Jumlah Peternak Sapi Potong di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang thn 2011- 2015 No. Tahun Peternak(KK) 2011 40 1. 2012 35 2. 2013 33 3. 2014 30 4. 2015 29 5. Sumber : Kantor Kepala Desa Dari Tabel 3. Jumlah peternak di daerah penelitian tiap tahunnya mengalami penurunan. Sehubung dengan hal di atas, untuk menganalisa maka penulis melakukan peneliti kelayakan usaha ternak sapi potong berdasarkan ketersedian modal input seperti bibit, pakan, obat-obatan, kandang, alat-alat dan tenaga kerja yang tersedia di daerah penelitian yang sangat berpengaruh untuk melangsungkan usaha ternak sapi potong berdasarkan jumlah peternak yang melangsungkan usaha ternak sapi potong terbanyak di desa di Kecamatan Tanjung Morawa (Tabel 4). Yang sebagaimana diketahui usaha ternak pada umumnya didominasi oleh peternak rakyat yang berskala kecil. Peternakan bukanlah suatu hal yang jarang dilaksanakan oleh masyarakat. Hanya saja skala pengelolaannya masih merupakan sampingan yang tidak diimbangi permodalan dan pengelolaan yang memadai. Rata-rata rumah tangga (terutama di pedesaan) yang mengusahakan ternak sebagai bagian kegiatan sehari-hari. Dalam usaha ternak ketersediaan modal seperti bibit, pakan, obat-obatan, kandang, alat-alat dan tenaga kerja sangat berpengaruh untuk melangsungkan usaha ternak. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Bagaimana ketersediaan input (modal: bibit, pakan, obat-obatan, tenaga kerja, kandang, alat-alat) yang di butuhkan pada usaha ternak sapi potong di daerah penelitian? 2. Bagaimana pendapatan peternak usaha ternak sapi potong di daerah penelitian? 3. Apakah usaha ternak sapi potong layak atau tidak di kembangkan di daerah penelitian? Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang telah di uraikan, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis ketersediaan input (modal: bibit, kandang, pakan, tenaga kerja, alat-alat) yang di butuhkan pada usaha usaha ternak sapi potong di daerah penelitian. 2. Untuk menganalisis pendapatan peternak usaha ternak sapi potong di daerah penelitian. 3. Untuk menganalisis apakah ternak sapi potong layak atau tidak dikembangkan di daerah penelitian. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang mengusahakan ternak sapi potong untuk mengembangkan usahanya. 2. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Usaha Ternak Sapi Potong Menurut Blakely dan Bade (1998), Sapi termasuk dalam klasifikasi sebagai berikut: Filum
:chordata
Kelas
: mamalia
Ordo
: artiodactyla
Sub ordo
: ruminansia
Spesies
: bos Taurus, bos Indicus
Sapi sebagai salah satu hewan piaraan, disetiap daerah atau negara sejarah perjinakannya berbeda. Misalnya di Mesir, India, dan Mesopotamia 8000 tahun SM telah mengenal sapi piaraan. Akan tetapi, di daratan Eropa dan Cina baru dikenal pada
sekitar 6000 tahun SM. Hal ini disebabkan oleh di masing-masing daerah atau negara perkembangannya berbeda-beda. Pada umumnya bangsa sapi yang sekarang tersebar di penjuru dunia, merka berasal dari sapi jenis primitif yang telah mengalami domestikasi (perjinakan). Pakan Ternak Usaha ternak sapi potong yang efisien dan ekonomis bisa menjadi kenyataan bila kebutuhan hidup mereka terpenuhi. Salah satu kebutuhan hidup sapi yang utama adalah pakan. Tujuan pemberian pakan dibedakan menjadi dua, yaitu mempertahankan hidup dan kesehatan untuk pertumbuhan dan pertambahan berat badan. Jumlah pakan yang diperlukan hewan tergantung pada kondisi lingkungan, baik untuk kebutuhan pokok hidup ataupun berproduksi. Bahan pakan ternak sapi pada pokoknya bisa digolongkan menjadi tiga yakni pakan hijau, pakan penguat, dan pakan tambahan (Sudarmono dan Sugeng, 2008). LandasanTeori Menganalisis aspek finansial dari analisis kelayakan usaha adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan usaha untuk membayar kembali dana tersebut, dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah usaha akan dapat dikembangkan terus (Umar,2001). Menurut Ibrahim (2003), Studi kelayakan (feasibility study) pada akhir-akhir ini telah banyak dikenal oleh masyarakat, terutama yang bergerak dalam bidang dunia usaha. Bermacam-macam peluang dan kesempatan yang ada dalam memberikan manfaat (benefit) apabila dilaksanakan. Kegiatan menilai sejauh mana manfaat yang diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha disebut dengan studi kelayakan bisnis.
METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli
Serdang
ditentukan
secara
sengaja
(purposive
sampling).
Berdasarkan
pertimbangan bahwa Desa Medan Senembah merupakan salah satu sentra yang memproduksi sapi potong dengan jumlah peternak/petani terbanyak di Kecamatan Tanjung Morawa.
Tabel 4. Banyak Rumah Tangga Pemilik Ternak di Kecamatan Tanjung Morawa No Nama Desa/Kelurahan Orang/Peternak 1. Medan Senembah 29 Bangun Rejo 11 2. Dagang Kerawan 3 3. Tanjung Morawa A 2 4. Limau Manis 7 5. Ujung Serdang 7 6. Bangun Sari 9 7. Bangun Sari Baru 10 8. Buntu Bedimbar 6 9. 1 10. Telaga Sari 3 11. Tanjung Baru 1 12. Punden Rejo Wono Sari 1 13. 17 14. Dalu Sepuluh A Sumber: BPS Sumatera Utara, 2015 Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel pada penelitian usaha ternak sapi potong berada di Desa Medan Senembah ditentukan dengan metode Sensus yaitu dengan jumlah populasi usaha ternak sapi potong di daerah penelitian adalah 29 peternak. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan para peternak sapi potong atau beberapa pihak lembaga di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa Deli Serdang secara langsung dengan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan. Data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari instansi/lembaga, buku, ataupun literatur yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Metode Analisis Data Masalah 1 diselesaikan dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan mengamati sejauh mana ketersediaan input ( modal, lahan /kandang, pakan,dan Tenaga Kerja) dengan menggunakan kuisioner yang tersedia dengan melalui wawancara langsung dengan peternak sapi potong. Masalah 2 diselesaikan dengan menghitung pendapatan dari kegiatan usah ternak sapi, dapat dihitung dengan rumus: π = TR – TC
Keterangan: Π
: Total Pendapatan/ keuntungan yang diperoleh peternak
TR
: Total Revenue/penerimaan yang diperoleh peternak
TC
: Biaya yang dikeluarkan peternak
Masalah 3 diselesaikan dengan: 1. R/C Ratiobertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan usaha ternak dalam 1 tahun yang merupakan perbandingan penerimaan penjualan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk. Dengan rumus sebagai berikut: a = R/C R = Py.Y C = FC + VC a ={(Py . Y) / (FC + VC)} Dimana: R = Penerimaan (Rp) C = Biaya (Rp) Py = Harga Output (Rp) Y = Output FC = Biaya Tetap (Rp) VC = Biaya Tidak Tetap (Rp) Kriteria uji: R/C > 1, dapat dikatakan usaha ternak layak R/C < 1, dapat dikatakan usaha ternak tidak layak R/C = 1, dapat dikatakan usaha ternak itu marginal (tidak untung dan tidak rugi/impas) 2. Return Of Investmen (ROI) yang merupakan suatu ukuran rasio untuk mengetahui tingkat pengembalian modal usaha. Komponen pada analisis ini adalah pendapatan bersih dan jumlah pendapatan modal. Dengan rumus sebagai berikut:
Kriteria uji: Jika ROI > tingkat suku bunga bank yang berlaku, maka usaha ini layak untuk
dilaksanakan. Jika ROI ≤ tingkat suku bunga bank yang berlaku, maka usaha ini tidak layak untuk dilaksanakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus tersedia seperti (bibit, pakan, obat-obatan, tenaga kerja, kandang, dan alat-alat) yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Ketersediaan Bibit Di daerah penelitian peternak rata-rata memiliki jenis sapi turunan simental dan brahman dengan rata-rata kepemilikiran ternak sapi didaerah penelitian yaitu 10 ekor. Pada usaha ternak sapi potong di daerah penelitian para peternak sudah memiliki pejantan dan induk yang telah mereka peroleh dari orang tua mereka secara turuntemurun. Pada daerah penelitian untuk memperoleh bibit mereka menggunakan metode kawin secara alami yaitu mempertemukan pejantan dan induk secara langsung pada satu kandang, dengan melihat tanda-tanda sapi yang telah mengalami birahi. Di daerah penelitian kawin alami lebih diminati oleh para peternak dari pada dengan metode menggunakan suntik. Hal tersebut juga disebabkan karena metode kawin alami lebih menguntungkan bagi peternak dari pada metode kawin suntik. Peternak tidak mengeluarkan biaya apabila dengan metode suntik mengeluarkan biaya dalam sekali suntik pada satu indukan.. Bibit tidak mereka peroleh dari luar tetapi berdasarkan murni dari orang tua mereka. Pejantan biasanya dapat dipakai sebagai pejantan sampai umur 10 tahun. Di daerah penelitian bibit tidak tersedia secara khusus tetapi bibit tersedia karena diperoleh secara turun temurun seperti yang telah dijelaskan. Maka dari hasil penelitian yang telah dilakukan ketersedian bibit di daerah penelitian cukup tersedia. Ketersediaan Pakan Di daerah penelitian, peternak sapi potong memperoleh pakan hijauan berupa rumput yang tumbuh disekitar daerah penelitian. Biasanya dalam 1 hari peternak dapat mengangkut 100-400 kg pakan hijauan. Pencarian pakan hijauan biasanya berlangsung selama 1-4 jam tergantung banyak ternak yang mereka ternak mulai pukul 07.00 WIB. Pakan tambahan yang mereka gunakan berupa kulit ubi dan mineral berupa garam.
Kulit ubi dapat dibeli di pabrik singkong yang berada di daerah penelitian dengan harga 5000/goni dengan berat goni 50kg/goni sedangkan mineral berupa garam dapat diperoleh pada warung/kedai setempat yang berada di daerah penelitian dengan harga 500/bungkus dengan berat 250g/bungkus. Untuk ternak rata-rata 10 ekor dapat menghabiskan 4-5 goni kulit ubi/minggu, sedangkan garam dapat menghabiskan 7 bungkus/bulan. Pemberian pakan biasa dilakukan 2 kali dalam satu hari yaitu pada pagi hari dan sore hari. Dari hasil penelitian ketersedian pakan cukup tersedia dan terpenuhi untuk ternak karena memperoleh pakan yang tidak sulit di daerah penelitian. Ketersedian Obat-Obatan Di daerah penelitian, peternak sapi potong pada umumnya masih memberikan obatobatan tradisional apabila ternak mereka terserang penyakit seperti diare dan masuk angin. Pemberian obat pada ternak sapi di daerah penelitian biasanya dilakukan oleh peternak sendiri yang dibuat sendiri oleh peternak seperti jamu yaitu jahe, merica, bawang putih, telur dan bahan lainnya. Maka dari hasil penelitian yang telah dilakukan obat-obatan di daerah penelitian cukup tersedia. Ketersediaan Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan faktor pendukung berlangsungnya suatu usaha pada ternak sapi potong. Tenaga kerja dalam penelitian ini adalah tenaga kerja keluarga dari petani sendiri maupun anak dari petani itu sendiri. Tenaga kerja meliputi tenaga kerja mencari pakan, memberi pakan, mengembala sapi, dan pembersihan kandang. Berdasarkan data total penggunaan tenaga kerja (lampiran 10) yang diperoleh, rataan total penggunaan tenaga kerja yaitu sebesar 0,95 HKP/hari, 342,6 HKP/tahun dengan rata-rata jumlah tenaga kerja yang digunakan 1 orang. Pada daerah penelitian semua menggunakan tenaga kerja keluarga. Untuk memperhitungkan upah tenaga kerja keluarga berdasarkan upah tenaga kerja luar keluarga yang berlaku di wilayah penelitian. Ketersediaan Kandang Kandang adalah tempat tinggal ternak yang merupakan salah satu faktor penting dalam beternak. Di daerah penelitian kandang dibangun dengan menggunakan bahan yang cukup sederhana yang bisa ditemukan disekitar daerah penelitian. Di daerah penelitian peternak sapi di Desa Medan Senembah kandang dibuat permanen ada juga yang semi permanen. Dapat diketahui kandang permanen lebih mahal dibandingkan biaya kandang
semi permanen. Kandang permanen yaitu dengan pondasi kandang yang terbuat dari batu bata dengan semen, dan tiang terbuat dari kayu atau bambu, atap terbuat dari seng dan lantai ada yang terbuat dari tanah yang dipadatkan adapun yang terbuat dari semen yang dibuat miringdengan tujuan agar kotoran sapi lebih mudah mengalir saat melakukan pembersihan kandang. Kandang semi permanen terbuat dari pondasi kayu, atap menggunakan rumbia dan lantai dari tanah liat. Ketersedian Peralatan Peralatan yang digunakan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian cukup sederhana sepertiSapu lidi, Ember, Cangkul, Arit, Gerobak sorong,Sikat, Sekop. Peralatan-peralatan tersebut dapat diperoleh di toko alat pertanian atau pajak yang ada di sekitar daerah penelitian. Berdasarkan penjelasan dan keterangan di atas dapat dikatakan bahwa ketersediaan input pada usaha ternak sapi potong tersedia di daaerah penelitian. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa input usaha ternak sapi potong tersedia di daerah penelitian dapat diterima. Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong Pendapatan adalah selisih antara peneriman total usaha dengan pengeluaran atau biaya produksi yang dikeluarkan dalam sejumlah uang (Rp). Apabila hasil pengurangan positif berarti untung, hasil pengurangan negatif berarti rugi. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Medan Senembah diperoleh rataan pendapatan dari masing-masing usaha ternak sapi potong dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5. Total Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong No. Output dan Input 1. Biaya Tetap Biaya Penyusutan Sapu Lidi Ember Cangkul Arit Gerobak Sorong Sikat Sekop Kandang Penyusutan Ternak PBB 2.
Biaya Variabel/Tidak Tetap Pakan Tambahan Mineral
Rataan (Rp/Tahun)
7.413 9.590 12.448 20.741 71.724 34.414 10.376 502.586 215.229 134.008
1.154.483 42.182
3.
Obat-obatan Tenaga Kerja
206.206 23.881.500
Total Biaya
26.302.903
Penerimaan Pertambahan Nilai Ternak Penjualan Ternak Penjualan Kotoran/Feses Ternak
6.413.793 26.051.724 1.868.276
Total Penerimaan
36.713.103
PENDAPATAN Sumber: Analisis Data Primer
10.410.200
Dari hasil analisis data primer pada Tabel 5 diperoleh rataan pendapatan yang diterima peternak dalam satu tahun yaitu Rp. 10.410.200/tahun/peternak. Dapat dijelaskan sebagai berikut: Biaya Produksi Usaha Ternak Sapi Potong Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha peternak selama satu tahun. Apabila biaya yang dikeluarkan terlalu besar dan pendapatan yang diperoleh kecil maka usahanya tidak menguntungkan. Biaya dalam suatu usaha peternakan sapi potong dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel/tidak tetap (variabel cost). Adapun biaya-biaya produksi yang ada pada usaha ternak sapi potong di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang yaitu: Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan peternak untuk sarana produksi dan berkali-kali digunakan. Komponen biaya tetap yang dikeluarkan pada usaha ternak sapi potong terdiri dari biaya penyusutan peralatan, penyusutan kandang, penyusutan ternak dan pajak. Yang rata-rata besar komponen biaya tetap yaitu biaya penyusutan peralatan sebesar Rp. 166.707, biaya penyustan kandang sebesar Rp. 502.586, biaya penyusutan ternak Rp. 215.229, biaya pajak Rp. 134.008. a. Biaya investasi dan Penyusutan Alat dan Kandang Tabel 6. Biaya Investasi pada Usaha Ternak Sapi Potong No. Investasi Biaya (Rp) Penyusutan/tahun (Rp) 1. Sapu Lidi 7.413 7.413 2. Ember 50.689 9.590 3. Cangkul 70.517 12.448
4. 5. 6. 7. 8.
Arit Grobak Sorong Sikat Sekop Kandang TOTAL Sumber: Data diolah
66.379 405.00 34.413 58.965 7.982.758 8.676.137
20.741 71.724 34.414 10.376 502.586 669.292
Pada Tabel 6, peratalan dalam usaha sapi potong diperoleh biaya investasi rata-rata yaitu sebesar Rp. 8.676.137, dengan rincian sepereti yang telah dijelaskan di atas. Penyusutan diperoleh yaitu sebesar Rp. 166.707, yang terdiri dari penyusutan sapu lidi sebesar Rp.7.413, ember yaitu sebesar Rp. 9.590, cangkul yaitu sebesar Rp. 12.448, arit yaitu sebesar Rp.20.741, gerobak sorong yaitu sebesar Rp. 71.724, sikat yaitu sebesar Rp. 34.414, dan sekop yaitu sebesar Rp. 10.376. Besar kecilnya biaya yang dikeluarkan disebabkan oleh jumlah peralatan yang dimiliki peternak. Dimana dalam menghitung penyusutan peralatan didapat rumus sebagai berikut: P = (Hb – Hs) Lp Keterangan: P = Nilai Penyusutan (Rp) Hb = Nilai/harga pembelian alat (Rp) Hs = Nilai/harga sisa alat (Rp) Lp = Lama penggunaan/Umur ekonomis (tahun) Pada penyusutan kandang dalam usaha sapi potong diperoleh biaya rata-rata yaitu sebesar Rp. 502.586. Besar kecilnya biaya yang dikeluarkan dikarenakan dengan kondisi kandang yang dimiliki oleh peternak. Penyusutan Ternak Biaya penyusutan ternak rata-rata yang dikeluarkan peternak selama satu tahun yaitu sebesar Rp. 215.229,-. Menurut Ken Suratiyah (2015), dalam memperhitungkan ternak harus dipisahkan apakah ternak tersebut sebagai tenaga kerja atau sebagai modal peternakan. Jika ternak sebagai tenaga kerja, penyusutan tidak diperhitungkan karena pada dasarnya semakin besar ternak semakin tinggi harganya dikarenakan adanya pertumbuhan. Dengan demikian, penyusutan dapat diperhitungkan mulai dari saat sapi dibeli sampai beranak yang pertama kali hingga sapi yua yang sudah tidak ekonomis lagi, dengan rumus:
(Nilai/Harga Sapi sampai – (Nilai/Harga Sapi yang Penyusutan (Rp/tahun)=
beranak pertama kali)
sudah tidak ekonomis lagi)
Umur ekonomis b. Pajak Pajak yang berupa PBB yang rata-rata dikenakan pada usaha ternak yaitu sebesar Rp.134.008,- tiap tahunnya. Besar kecilnya biaya yang dikeluarkan tiap tahunnya tergantung seberapa luas lahan yang digunakan dalam mengusahakan ternak sapi potong di daerah penelitian. Biaya Variabel Selain biaya tetap ada juga biaya variabel yang dikeluarkan peternak pada usaha sapi potong di Daerah penelitian yang berupa biaya pakan, obat-obatan, dan biaya tenaga kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat (Siregar,Sori Basya 2015) yang menyatakan bahwa biaya variabel/tidak tetap yang dikeluarkan secara berulang. a. Biaya Pakan Tambahan Pakan tambahan yang digunakan pada usaha sapi potong yaitu pakan tambahan berupa kulit ubi dan garam dimana mereka masik memberikan pakan tambahan yang mudah didapatkan di daerah penelitian. Untuk kulit ubi dapat dibeli di pabrik singkong yang berada di daerah penelitian dengan harga 5000/goni dengan berat pergoninya adalah sebesar 50kg dan untuk garam dapat diperoleh pada warung setempat dengan harga 500/bungkus dengan berat perbungkusnya adalah 250g. Besar biaya yang dikeluarkan tergantung jumlah ternak yang dimiliki tiap ternak, semakin banyak jumlah sapi maka semakin besar biaya yang dikeluarkan. b. Biaya Obat-Obatan Dari hasil penelitian biaya tidak tetap untuk obat-obatan yang dikeluarkan peternak yaitu dengan obat-obatan tradisional seperti jahe, merica, bawang putih, telur dan bahan lainnya. Biasa penyakit yang diderita yaitu seperti diare dan masuk angin. Bahkan dari hasil wawancara langsung dengan peternak dalam setahun belum tentu ada ternak yang sakit. Dari hasil penelitian untuk biaya obat-obat yang dikeluarkan bervariasi dari Rp.50.000/tahun – Rp.600.000/tahun tergantung peternak menggunakan obat-obatan tradisional atau dengan suntik. Obat-obatan tradisional biasanya mereka gunakan apabila kondisi sapi tidak sakit parah, jika sakit parah maka peternak memanggil mantri dengan biaya suntuk Rp.150.000/suntik.
c. Biaya Tenaga Kerja Tenaga kerja yang di gunakan adalah tenaga kerja keluarga yang semuanya dilakukan oleh pria ataupun anak laki-laki mereka yang sudah dewasa. Kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja umunya berupa aktivitas fisik seperti mencari pakan, memberi pakan, mengembala sapi dan pembersihan kandang. Untuk memperhitungkan biaya/upah tenaga kerja yang dikeluarkan peternak diperhitungkan berdasarkan upah tenaga luar keluarga yang berlaku di daerah penelitian. Maka dapat diperoleh rata-rata upah yang dikeluarkan peternak dalam setahun yaitu sebesar Rp.23.881.500,-/tahun dengan jumlah tenaga kerja 1-2 orang. Penerimaan Penerimaan usaha ternak sapi merupakan total hasil yang diperoleh peternak dari hasi pemeliharaan ternak sapi potong yang dilaksanakannya selama satu tahun. Total peneriman peternak sapi potong dapat dilihat dari sumber-sumber penerimaannya dari usaha peternak sapi potong. Sumber pada usaha ternak sapi potong di Desa Medan Senembah di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat dari hasil penjualan ternak, penjualan feses dan pertambahan nilai ternak tiap tahunnya yaitu sebesar Rp. 36.713.103. Dengan rata-rata masing-masing yaitu penjualan ternak sebesar Rp. 26.051.724,-, penjualan feses sebesar Rp. 1.868.276,-, dan pertambahan nilai ternak yaitu sebesar Rp.6.413.793,-. Pendapatan Pendapatan merupakan selisih dari total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dalam melakukan suatu usaha. Pada usaha ternak sapi potong diperoleh dari hasil penerimaan usaha sapi potong dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan selama satu tahun. Jika nilai yang diperoleh positif, maka dapat dikatakan bahwa usaha tersebut memperoleh keuntungan sedangkan apabila diperoleh hasil negatif maka dapat dikatakan bahwa usaha yang dilaksanakan tidak memperoleh keuntungan/rugi. Maka diperoleh rata-rata pendapatan peternak sapi potong di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang adalah sebesar Rp. 10.410.200,/tahun.
Analisis Kelayakan Usaha Ternak Sapi Potong Analisis kelayakan yang digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha ternak sapi potong ini adalah R/C Ratio (Return Cost Ratio) dan ROI (Return Of Investment). Adapun analisis usaha ternak sapi potong dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Rataan Analisis Usaha Ternak Sapi Potong Per Tahun Uraian Rataan (Rp/Tahun) Sapu lidi 7.413 Ember 9.590 Cangkul 12.448 Arit 20.741 Gerobak Sorong 71.724 Sikat 34.414 Sekop 10.376 Kandang 502.586 Pakan Tambahan 1.154.483 Mineral 42.182 Obat-obatan 206.206 Tenaga Kerja 23.881.500 Pertambahan Nilai Ternak 6.413.793 Penjualan Ternak 26.051.724 Penjualan Kotoran/Feses Ternak 1.868.276 Penyusutan Ternak 215.229 PBB 134.008 Total Penerimaan 36.713.103 Total Biaya 26.302.902 Pendapatan 10.410.200 1,4 R/C Ratio ROI 39,6% Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 7, dapat dijelaskan rataan biaya produksi yang dikeluarkan, penerimaan, pendapatan, R/C ratio pada usaha ternak sapi potong sebagai berikut: R/C Ratio R/C Ratio (Return Cost Ratio) digunakna dalam analisis kelayakan usaha tani, yaitu perbandingan antara total penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan. Dari hasil analisis data primer pada Tabel 7 diperoleh R/C Ratio yaitu 1,4 hal ini menunjukkan bahwa usaha ternak di Desa Medan Senembah layak diusahakan karena R/C Ratio > 1. ROI (Return Of Investment) Berdasarkan nilai ROI (tingkat pengembalian modal) dapat diketahui kelayakan usaha ternak sapi potong di Desa Medan Senembah.
Berdasarkan tabel dapat diketahui nilai ROI yang diperoleh dari usaha ternak sapi potong di Desa Medan Senembah sebesar 39,6% yang artinya, usaha ternak sapi potong yang dijalankan menghasilkan pendapatan yang optimal dengan tingkat suku bunga sebesar 6.50% yang artinya, ROI > dari tingkat suku bunga bank, maka usaha layak untuk dillaksanakan. Dengan deminikian hipotesis yang menyatakan bahwa “usaha ternak sapi potong layak di kembangkan didaerah penelitian” dapat diterima. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian analisis kelayakan finansial usaha ternak sapi potong di Desa Medan Senembah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Input yang digunakan dalam usaha ternak sapi potong di daerah penelitian (bibit, pakan, obat-obatan, tenaga kerja, kandang, alat-alat) tersedia dan mudah didapat di daerah penelitian dan sekitarnya. 2. Pendapatan usaha ternak sapi potong sebesar Rp. 10.410.200/tahun. 3. Usaha ternak sapi potong memiliki R/C sebesar 1,4 dan ROI sebesar 39,6% dengan tingkat suku bunga 6.50%, yang artinya R/C > 1 usaha tersebut layak untuk dikembangkan. Dan ROI > dari tingkat suku bunga bank, maka usaha ternak sapi potong layak untuk diusahakan.. Saran Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasilpenelitian ini adalah: 1. Kepada peternak sebaiknya tetap menjalankan usaha ternak sapi tersebut karena dari hasil penelitian usaha ternak sapi ini menguntungkan bagi para peternak yang melaksanakannya, dan untuk meningkatkan pendapatan peternak di daerah penelitian sebaiknya meningkatkan lagi jumlah kepemilikan ternak sapi potong, mutu ternak dan menjalin hubungan baik dengan agen serta menjalin kerja sama dengan pemerintah kabupaten Deli Serdang. 2. Kepada
pemeritah,
sebaiknya
memberikan
pemberdayaan dan pembinaan kepada peternak
pengembangan,
lahan
untuk
dalam upaya meningkatkan
produktifitas dan pendapatan peternak. 3. Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut untuk perkembangan usaha ternak sapi potong.
DAFTAR PUSTAKA Blakely, J danD. H,Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Yogyakarta : UGM Press Husein, U. 2001. Study Kelayakan Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum Ibrahim, Y.M. 2003. Studi
Kelayakan
Bisnis. Jakarta : PT.Rineka Cipta
Pane, I. 1986. Pemuliabiakan Ternak Sapi. Jakarta : . PT Gramedia Pustaka Utama. Soeprapto, H. 2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong. Depok: PT. Agro Media Pustaka Sudarmono, A.S. dan B.Y, Sugeng. 2008. Sapi Potong. Jakarta : Penebar Swadaya,