ANALISIS KEMISKINAN RUMAH TANGGA BERDASARKAN

Download Abstract: This study is aimed at finding the level of the poverty line in families according to. Sajogyo and statistical analysis based on ...

0 downloads 487 Views 444KB Size
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

9 Pages

ISSN 2302 - 0172 pp. 67- 75

ANALISIS KEMISKINAN RUMAH TANGGA BERDASARKAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA Arif Takdir1, Abubakar Hamzah2, Mohd. Nur Syechalad3 1)

Magister Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Staff Pengajar Fakultas ekonomi Universitas Syiah Kuala

Abstract: This study is aimed at finding the level of the poverty line in families according to Sajogyo and statistical analysis based on the characteristics of economic social. In addition, the purpose of this study is to know what factors cause the poverty in Southwest Aceh District. The population of this study was 35.128 heads of families. However, the writer took 100 heads of poor families as the sample of the research. This study employed survey method using questionnaires and interviewing technique to collect data. The influence of expenditure on food and non-food to the sub-systen variable of economic social characteristics (the number of family members, level of education, age, age of children, economic activity, and kinds of job) was tested by using the multiregresion. Statistical analysis of the family poverty line based on the characteristics of economic social in Southwest Aceh based on the number of family members as the sub-system is IDR 468.406,25; based on the level of education is IDR 800.723,70; and the group of children’s age is IDR 494.567,71, and the average poverty line is 563.890,34.The poverty in Southwest Aceh is caused by two factors, they are theological normative and sociological structure. Keywords: Poverty, Characteristics of Economic Social, Poor Family, Poverty Line Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar garis kemiskinan (poverty line) rumah tangga dan untk mengetahui faktor-faktor penyebab kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat Daya.Populasi dalam penelitian ini adalah 35.128 kepala keluarga dengan sampel 100 KK miskin. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik pengumpulan data berupa angket dan wawancara. Pengaruh pengeluaran makanan dan non makanan terhadap variabel subsisten di uji dengan menggunakan regresi berganda. Analisis statistik garis kemiskinan rumah tangga berdasarkan karakteristik sosial ekonomi di Kabupaten Aceh Barat Daya, dilihat dari jumlah anggota keluarga/tanggungan sebagai subsisten sebesar Rp 468.406,25, tingkat pendidikan sebagai subsisten adalah sebesar Rp 800.723,70 dan kelompok umur anak sebesar Rp 494.567,71 serta rata-rata garis kemiskinan adalah sebesar Rp 563.890,34. Kemiskinan di Aceh Barat Dayadisebabkan oleh dua faktor, yaitu normatif-teologis dan struktural-sosiologis

Kata Kunci:

67 -

Kemiskinan, Karakteristik Sosial Ekonomi, Rumah Tangga Miskin, Garis Kemiskinan

Volume 1, No. 4, November 2013

Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

membedakan

PENDAHULUAN

Kemiskinan merupakan masalah yang

kebutuhan

dasar

suatu

keluarga dengan keluarga lainnya. Para pakar kemiskinan dan lembaga

cukup kompleks. Kemiskinan dianggap paling

pemerintahan mencoba menetapkan garis

dahsyat dan menjadi musuh utama dalam

kemiskinan dengan alasan-alasan yang

pencapaian tujuan pembangunan negara.

logis

Kemiskinan bukan saja dilihat sebagai

kebutuhan pokok (basic needs). Namun,

fenomena ekonomi semata-mata, tetapi

data

juga sebagai masalah sosial dan politik,

keterbatasan

karena

indikator dampak yang dapat digunakan

sebagai

penyakit

sosial

yang

kemiskinan dianggap penyakit

dengan

makro

berdasarkan

tersebut karena

konsep

mempunyai

hanya

bersifat

maka

untuk target sasaran geografis, tetapi tidak

membasmi kemiskinan menjadi prioritas

dapat digunakan untuk target sasaran

utama.

muslim

individu rumah tangga atau keluarga

menganggap sebagai jihad. Menurut Yusof

miskin. Untuk target sasaran rumah tangga

al-Qardhawi misalnya, perang ar-riddah

miskin, diperlukan data mikro yang dapat

yang dilancarkan Khalifah Sayyidina Abu

menjelaskan penyebab kemiskinan secara

Bakar al-Siddiq r.a. terhadap golongan

lokal, bukan secara agregat seperti melalui

yang enggan membayar zakat boleh

model-model ekonometrik.

ekonomi,

sosial

dan

Sebagian

dianggap

sebagai

politik,

orang

usaha

memerangi

Sajogyo (1977:35) menetapkan garis

kemiskinan (al-harb `al faqr). Perang ar-

kemiskinan

riddah tersebut kemungkinan peperangan

rumah tangga senilai 360 Kg beras per

pertama dalam sejarah bagi membela nasib

tahun di perkotaan dan 240 Kg beras per

golongan miskin yang tertindas.

tahun di pedesaan. Pengukuran garis

Dalam

upaya

berdasarkan

penghasilan

mengidentifikasi

kemiskinan ini menurut Sajogyo dapat

orang miskin terdapat dua hal yang harus

dipakai untuk memperbandingkan tingkat

lebih dahulu ditentukan, yaitu suatu

hidup antar zaman dan antar ragam nilai

pengukuran kebutuhan hidup minimum

rupiah.

(standard of living) dan penentuan garis kemiskinan. Kebutuhan hidup sebuah keluarga merupakan konsep multi dimensi yang mencakup aspek konsumsi, non konsumsi dan jasa yang digunakan untuk

Secara nasional jumlah penduduk miskin 11,23 persen.Sedangkan Aceh angka kemiskinannya mencapai 17,60%. Angka ini menurun dibandingkan dengan Maret 2012 yaitu sebesar 18,58 persen. KAJIAN KEPUSTAKAAN

Volume 1, No. 4, November 2013

- 68

Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Kemiskinan merupakan fenomena

Termasuk di dalamnya ialah kebutuhan

sosial yang sering terjadi pada negara-

akan

negara dunia ketiga. Kemiskinan ditandai

pemeliharaan kesehatan Jurnal dan Magister pendidikan

dengan

dan

anak. Menurut pendekatan ini kemiskinan

ketertinggalan, rendahnya produktivitas

dipahami sebagai suatu keadaan dimana

dan rendahnya pendapatan yang diterima.

seseorang atau sekelompok orang tidak

keterbelakangan

Kemiskinan

sebagai

ketidakmampuan

mereka

kondisi memenuhi

kebutuhan dasar (basic needs), yang dipopulerkan Labor

oleh

Organization)memberi

tekanan

langsung

seperti

melalui

efek

menetes ke bawah (trickle-down effect) dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

indikator kebutuhan dasar adalah standar atau kriteria yang subjektif

karena

dipengaruhi oleh adat, budaya daerah dan kelompok sosial.

sandang,

mampu mencapai kebutuhan fisik pada tingkat minimal dari standar kebutuhan yang ditetapkan. Al-Atrhrasy miskin

(2013:10),

orang

ialah orang yang ditenangkan

oleh kefakiran, dan ia adalah orang yang sama sekali tidak memiliki apa-apa, atau orang yang memiliki sesuatu yang tidak mencukupi kebutuhannya. Defenisi

Kesulitan umum dalam menentukan

perumahan,

Universitas Syiah Kuala

ILO (International

pada pendekatan langsung dan bukan cara tidak

pangan,

kemiskinan

menurut

pemerintah sebagaimana disebutkan oleh Bappenas di atas, juga oleh Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN (1996) mendefinisikannya sebagai berikut: “Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana

Beberapa kelompok atau ahli telah

seseorang

tidak

sanggup

memelihara

mencoba merumuskan mengenai konsep

dirinya sendiri dengan taraf kehidupan

kebutuhan dasar

ini termasuk alat

yang dimiliki dan juga tidak mampu

ukurnya. Konsep kebutuhan dasar yang

memanfaatkan tenaga, mental maupun

dicakup

fisiknya untuk memenuhi kebutuhannya”.

adalah

komponen

kebutuhan

dasar dan karakteristik kebutuhan dasar serta

hubungannya

dengan

garis

kemiskinan.

Ditinjau

dari

penyebabnya,

kemiskinan terdiri dari dua bentuk yaitu kemiskinan

alamiah

dan

kemiskinan

buatan. Kemiskinan alamiah merupakan Batasan Kemiskinan Ada dua pendekatan yang dipakai untuk memahami kemiskinan. Pertama pendekatan absolut yang menekankan pada pemecahan kebutuhan fisik manusia.

kemiskinan yang timbul sebagai akibat sumberdaya yang langka jumlahnya atau karena perkembangan teknologi yang rendah. Kemiskinan buatan

bedanya dengan kemiskinan struktural) terjadi

69 -

Volume 1, No. 4, November 2013

(tidak jauh

akibat

perubahan-perubahan

Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

keadaan

ekonomi,

pembangunan

teknologi

itu

sendiri

dan

suatu tingkat pendapatan dengan tingkat

secara

pendapatan lainnya. Contohnya, seseorang

kelembagaan yang membuat masyarakat

yang

tergolong kaya

(mampu)

pada

tidak menguasai sarana ekonomi dan

masyarakat desa tertentu bisa jadi yang

fasilitas secara merata. Kemiskinan buatan

termiskin pada masyarakat desa yang lain.

ini dapat diatasi misalnya dengan mencari strategi perombakan struktur kelembagaan serta

hubungan

sosial

ekonomi

masyarakat.

Pengukuran Kemiskinan Menurut

Suryawaty

menyatakan

ada

pengukuran

tingkat

(2005:124)

beberapa kemiskinan

metode yang

dikembangkan di Indonesia, yaitu : Faktor Penyebab Kemiskinan Kemiskinan

a. Biro Pusat Statistik (BPS). Tingkat

bukanlah

semata-

mata keterbatasan dari segi ekonomi, tetapi melibatkan juga segi nilai-nilai budaya dan kejiwaan, yang memberikan corak tersendiri pada kebudayaan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Kebudayaan kemiskinan ini mendorong terwujudnya

sikap

menerima

nasib,

meminta-minta dan mengharapkan belas kasihan orang lain. Menurut

sosioekonomis,

(1997:23),

(1998:90), terdapat

dua

Secara bentuk

kemiskinan, yaitu : a.

kemiskinan di mana orang-orang miskin memiliki tingkat pendapatan di bawah kemiskinan,

pendapatannya

tidak

atau cukup

jumlah untuk

memenuhi kebutuhan hidup minimum. b.

Kemiskinan

kemiskinan

yang

perbandingan antara

kurang dari 2100 kalori per orang per hari (dari 52 jenis komoditi yang dianggap mewakili pola konsumsi penduduk yang berada di lapisan bawah), dan konsumsi non makanan (dari 25 jenis komoditi non makanan sesuai kesepakatan nasional dan tidak dibedakan antara wilayah pedesaan

b.

Sajogyo.

Tingkat

kemiskinan

didasarkan jumlah rupiah pengeluaran rumah tangga yang disetarakan dengan jumlah kilogram konsumsi beras per orang

Kemiskinan absolut adalah suatu

garis

rupiah konsumsi berupa makanan yaitu

dan perkotaan).

Baswir,

Sumodiningrat,

kemiskinan didasarkan kepada jumlah

relatif dilihat

adalah berdasarkan

per tahun dan dibagi wilayah pedesaan dan perkotaan. Daerah pedesaan: a) Miskin: bila pengeluaran keluarga lebih kecil dari pada 320 kg nilai tukar beras per orang per tahun. b) Miskin sekali: bila pengeluaran keluarga lebih kecil dari pada 240 kg nilai tukar beras per orang per tahun. c) Paling miskin: bila pengeluaran keluarga lebih kecil dari pada 180 kg nilai tukar beras per orang per tahun. Volume 1, No. 4, November 2013

- 70

Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

METODE PENELITIAN

Daerah perkotaan : a) Miskin: bila pengeluaran keluarga lebih kecil dari pada 480 kg nilai tukar beras per orang per tahun. b) Miskin sekali: bila pengeluaran keluarga lebih kecil dari pada 380 kg nilai tukar beras per orang per tahun. c) Paling miskin: bila pengeluaran keluarga lebih kecil dari pada 270 kg nilai tukar beras per orang per tahun. c. Bank Dunia mengukur garis kemiskinan berdasarkan

pada

pengeluaran

Ruang Lingkup penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Aceh Barat Daya yang terdiri dari 9 (Sembilan) kecamatan, 22 kemukiman dan 150 gampong. Teknik Pengumpulan Data Peneliti

mengambil

data

dan

informasi yang dihimpun oleh instansi pemerintahan (BPS) dan menyebarkan

seseorang kurang dari US$ 2 per hari.

angket

serta

(liputan 6.com; 29/06/2011).

responden.

wawancara

dengan

Penarikan sampel dilakukan dengan Data kemiskinan indikator

internasional

terdefinisi

miskin

berdasarkan seperti

dalam

yang

kategori

Millenium Development Goals (MDGs)

menggunakan Stratified random sampling, dengan

rumus dari Taro Yamane atau

Slovin dikutip dari Rakhmat (1998:82) sebagai berikut:

adalah warga miskin yang berpendapatan di bawah US$ 1 per hari, yang kemudian garis kemiskinan ditetapkan oleh Bank Dunia sebesar US$2 per kapita per hari (Suharto, 2005: 19). Karakteristik sosial ekonomi yang dianggap berperan dalam kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat Daya dapat dilihat

tangga

adalah

Garis Kemiskinan

berikut:

Jenis Pekerja

an Aktivitas Ekonomi

Gambar 3. Design penelitian 71 -

rumah

yang akan diteliti dapat dihitung sebagai

Tingkat Pendidikan

Tanggungan Keluarga

Umur anak

Populasi

35.128 Kepala Keluarga. Jumlah sampel

sebagai berikut:

Usia

Keterangan: n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi d2 = Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat Kepercayaan 95%). (Riduwan, 2007:65).

Volume 1, No. 4, November 2013

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh jumlah sampel sebanyak 100 KK miskin.

Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Model persamaan untuk mengolah hasil

fisik minimum (KFM), yang dipakai oleh

penelitian tersebut di

Purba (2002:46-47), yaitu:

adalah sebagai

berikut: X12

=

Jumlah tanggungan αo+ β1AKi + β2Pdi +

β3Ui

+

β4UAi + β5AE + β6Pei + µi

misalnya 3 orang

(AK12) penanggung + 1 orang kepala keluarga

dan

tertangung

2

orang.

Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh dimana:

garis kemiskinan sebagai berikut: untuk

X12

= Jenis pengeluaran rumah tangga ke-1 untuk kebutuhan (i=1) untuk Makanan; (i=2) untuk Non Makanan. β1 – β6 = Parameter (slope) AKi = Variabel untuk tanggungan rumah tangga Pdi = Variabel untuk tingkat pendidikan KK Ui = Variabel untuk umur KK UAi = Variabel untuk umur anak AE = Variabel dummy untuk aktifitas ekonomi KK Pei = Variabel dummy untuk jenis pekerjaan KK αo = Intercept atau konstanta µ = disturbance atau error/residu .

AK12 dengan jumlah anggota keluarga 3 orang sebesar Rp 536.000.-, demikian juga untuk AK3, AK4, AK5, AK6 dan masingmasing Rp 714.667, Rp 893.333, Rp 1,072.000, dan Rp 1.250.667.Analisis Statistik Garis Kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat Daya Berdasarkan hasil pengolahan data, maka dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Rata-rata pengeluaran makan untuk KK miskin dengan satu orang anak adalah Rp 483.871. Rata-rata pengeluaran makanan untuk tanggungan 2, 3 4 dan 5 orang

Estiminasi garis kemiskinan Ґ

adalah Rp 546.964, Rp 589.709, Rp

(tau) dapat dihitung sebagai berikut (De

506.906 dan Rp 615.343.- Secara total

Vos, 1981) adalah:

rata-rata pengeluaran makanan KK miskin adalah sebesar Rp 538.959,00.

Ґi

Hasil HASIL PEMBAHASAN

Pengukuran Kemiskinan Tangga Menurut Sajogyo

Rumah

garis

kemiskinan

Sajogyo, dengan mengasumsikan anggota keluarga sebanyak 1-5 orang (+1 orang kepala keluarga) dan harga beras sesuai dengan harga Perum Bulog Sub Divre VI Blangpidie sebesar Rp 6.700 per kilogram.

statistik

secara

simultan

terhadap variabel pengeluaran

makanan

dan

non

makanan

dengan

variabel subsisten sosial ekonomi rumah tangga

Pengukuran

analisis

disimpulkan

bahwa

hubungan

antara kedua variabel tersebut signifikan. Hal tersebut dapat dilihat bahwa Fhitung > Ftabel

(13,41 > 3,09 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,000 (df = n-6 dengan α=5%, one-tailed). Hal ini berarti secara simultan hubungan antara variabel

Perhitungan dengan konsep kebutuhan Volume 1, No. 4, November 2013

- 72

Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

pengeluaran makanan dan non makanan

μ atau disturband/Error atau residu berarti

dengan

kemungkinan

jumlah

tanggungan,

tingkat

kesalahan

yang

timbul

pendidikan, umur responden, umur anak,

dalam proses analisis, atau merupakan

dan aktivitas ekonomi adalah signifikan

komponen non sistematis atau acak, yang

atau juga bermakna bahwa pengaruh

ditentukan oleh faktor-faktor yang tidak

tersebut dapat digeneralisasikan.

dimasukkan

Adapun

persamaan

berpengaruh

regresi

terhadap

yang

subsisten

dalam

variabel

penjelas

(Gujarati, 2006:182). Hasil

analisis

statistik

secara

pengeluaran makanan dan non makanan

simultan

terhadap variabel pengeluaran

yang diestimasi dengan stepwise, hasilnya

makanan

dan

adalah sebagai berikut:

variabel subsisten sosial ekonomi rumah

Ŷ=

338.795,512 + 24.684,735AK +

tangga dapat di uji dengan uji F yang

93595,2881Pd + 44.989,039UA +

mengukur signifikansi keseluruhan dari

μ.

garis regresi yang ditaksir, juga sekaligus

Persamaan

tersebut

dapat

dijelaskan

non

makanan

dengan

merupakan uji signifikansi untuk R2. Dari

sebagai berikut:

uji F dapat dilihat bahwa Fhitung > Ftabel/kritis

Ŷ (Y topi) merupakan variabel penaksir

(25,683

pengeluaran yang mungkin dilakukan oleh

signifikansi sebesar 0,000 (df = n-6

keluarga miskin (Gujarati:2006:128), titik

dengan α=5%, one-tailed). (bandingkan

potong

338.795,512, ceteris paribus

dengan Fhitung pada tabel 4.17 di atas). Uji

maka pengeluaran sebesar Rp 338.795

F ini menjelaskan bahwa secara simultan

tetap dilakukan (autonomous consume).

hubungan antara variabel pengeluaran

Slope positif AK

makanan

sebesar 24.684,735

>

dan

berarti setiap perubahan 1 orang jumlah

karakteristik

tanggungan

akan

pengeluaran

sebesar

dengan

tingkat

non

makanan

dengan

sosial

ekonomi

adalah

Rp

24.684,735.

signifikan atau juga1. No. bermakna bahwa Volume 1. Tahun 1. Agustus 82013 pengaruh tersebut dapat digeneralisasikan.

Slope positif Pd sebesar

93.595,288

(Sugiyono, 2003: 271).

bermakna

peningkatan

Selanjutnya untuk melihat seberapa

(jenjang pendidikan) akan meningkatkan

besar kontribusi variabel sosial ekonomi

jumlah

Rp

terhadap pengeluaran makanan dan non

93.595,288. Selanjutnya UA (umur anak)

makanan masyarakat miskin di Kabupaten

sebesar 44.989,039 berarti bahwa setiap

Aceh Barat Daya dapat dilihat pada

perubahan/peningkatan kelompok umur

koefisien determinasi berganda (R2) yaitu

anak

akan meningkatkan pengeluaran

sebesar 44,5%. Hal ini berarti pengaruh

sebesar Rp 44.989,03. Semua penjelasan

variabel subsisten jumlah tanggungan,

di atas dengan asumsi ceteris paribus. dan

tingkat pendidikan dan kelompok umur

73 -

bahwa

meningkatkan

3,09)

setiap

pengeluaran

sebesar

Volume 1, No. 4, November 2013

Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

responden terhadap pengeluaran makanan

Sumber: Data Primer Tahun 2013 (diolah)

dan non makanan dapat dijelaskan dengan persamaan

ini

sebesar

44,5%,

atau

proporsi total variasi Y yang dijelaskan oleh X1, X2, X3 secara bersama-sama sebesar

44,5%.

(Gujarati:

2006:186),

selebihnya (53,5%) pengeluaran makanan dan non makanan masyarakat miskin itu dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam persamaan ini.

estimasi

berdasarkan

garis

kemiskinan

variabel sosial ekonomi

subsisten jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, umur responden, umur anak, aktivitas ekonomi dan jenis pekerjaan di Kabupaten Aceh Barat Daya di gunakan rumus

Ґi

(De

Vos,

1997).

Sebelumnya peneliti menghitung jumlah atau

, jumlah

nilai 1 -

atau dan

bahwa garis kemiskinan dilihat dari jumlah

anggota

keluarga/tanggungan

adalah sebesar Rp. 468.406,25, dan dari tingkat pendidikan sebesar Rp 800.723,70 serta dilihat dari umur atau usia anak maka besarnya garis kemiskinan adalah Rp 494.567,71.

Secara

rata-rata,

garis

kemiskinan secara statistik di Kabupaten

Berdasarkan hasil regresi di atas, dapat

Dari tabel di atas dapat diketahui

Aceh Barat Daya adalah Rp 563.890,34. Artinya

masyarakat

yang

berpendapatan/pengeluaran di bawah Rp 563.890,34 dianggap miskin dan bagi yang pengeluarannya di atas Rp 563.890,34 digolongkan tidak miskin. (Bandingkan dengan

angka

garis

kemiskinan

pemerintah sebesar Rp 7.000 per hari atau Rp 210.000 per bulan).

, kemudian , seterusnya

dimasukkan ke rumus tersebut di atas. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan di Aceh Barat Daya Kemiskinan

di

Dayadisebabkan oleh normatif-teologis

Tabel 1 Estimasi garis kemiskinan rumah tangga miskin berdasarkan jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, umur anak (dalam rupiah)

Aceh

Barat

dua faktor, yaitu dan

struktural-

sosiologis.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan No

1

2 3 4

Nama Peubah Anggota Keluarga/ Tanggung an (AK) Tingkat Pendidika n Umur Anak Rata-rata

Jumlah Jumlah 0,224

363.483

1-

Garis Kemiski nan

0,776

468.406

1. Garis

kemiskinan

pendekatan Sajogyo di Aceh Barat Daya

0,460

432.390

0,540

800.723

0,224

383.784

0,776

494.567

0,272

393.219

0,697

563.890

menurut

anggota

keluarga/

Kabupaten

untuk jumlah tanggungan

3

orang sebesar Rp 536.000.-, dan seterusnya untuk AK3, AK4, AK5, AK6

masing-masing

sebesar

Volume 1, No. 4, November 2013

Rp - 74

Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

714.667; Rp 893.333; Rp 1,072.000; dan Rp 1.250.667.2. Garis kemiskinan di Kabupaten Aceh Barat Daya

berdasarkan jumlah

anggota keluarga/tanggungan sebagai subsiten

adalah

Rp

406.961,77,

tingkat pendidikan sebagai subsisten adalah sebesar Rp 630.535,807 dan kelompok umur anak sebesar Rp 452.149,402. Saran Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya,

dalam

kemiskinan

menentukan

hendaknya

garis

menggunakan

pendekatan Sajogyo atau berdasarkan analisis

statistik

agar

angka

garis

kemiskinan lebih realistis dan mendekati kebenaran.

DAFTAR KEPUSTAKAAN Arikunto, S., 2005. Prosedur penelitian suatu pendekatan dan praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Aliasuddin, I., dan Zulham T. 2000, Pengukuran Tingkat Kemiskinan: Pendekatan Mikro Ekonometrika. Banda Aceh: Unsyiah. Al-Athrasy, M., 2013. Hikmah dibalik Kemiskinan, Jakarta: Qisthi Press. Biro Pusat Statistik, 2013. Kabupaten Aceh Barat Daya Dalam Angka Tahun 2012. Blangpidie. Esmara, H., 1986 Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia. Jakarta: Gramedia. Firdaus, M., 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta: Bumi Aksara. Gujarati, D.N., 2006 Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta: Penerbit Erlangga. Masbar, R., 1996. Model Mikroekonomi Terhadap Garis Kemiskinan. Fakultas Ekonomi Unsyiah. Banda Aceh.

75 -

Volume 1, No. 4, November 2013

Ravallion, M., 1998. Poverty Comparisons: A Guide to Concepts and Methods, LSMS Warking Pater No. 88, Washington, D.C, The Word Bank. Riduwan, 2007. Skala Pengukuran Variabelvariabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sajogyo, 1977. Golongan Miskin dan Partisipasi dalam Pembangunan Desa. Prisma. No. 3. LP3ES. Maret 1977. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Suharto, E., 2009. Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia, Menggagas Model Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan. Bandung: Alfabeta.