BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. TINJAUAN UMUM METODELOGI

Download Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen PPC yang tersedia dipasaran. Gambar 3.4 Portland Pozzolan Cement (PPC) d. Baja. Tula...

0 downloads 434 Views 793KB Size
BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Tinjauan Umum Metodelogi penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental laboratorium. Pengujian dilakukan untuk menguji perbandingan kuat lekat bambu petung bertakikan tipe “U” jarak takikan 10 cm dengan baja polos. Benda uji menggunakan cetakan silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Sebelum pengujian dilakukan mix design, mix design ini sendiri bertujuan untuk mendapatkan nilai kuat tekan beton (f’c) yang telah ditentukan yaitu sebesar 17,5 MPa. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bahan dan Struktur Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2. Bahan Berikut ini adalah bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini: a. Bambu Penelitian ini menggunakan bambu petung atau Dendrocalamus Asper. Bambu yang digunakan berusia diatas 2,5 tahun, karena bambu di atas umur tersebut serat nya telah sempurna. Bagian yang digunakan adalah 5 mm dari kulit bambu. Bambu diambil dari Desa Tegaldalem Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Gambar 3.1 Bambu Petung Daerah Klaten

24

25

b. Agregat Agregat halus / pasir yang digunakan dalam penelitian ini didatangkan dari daerah Kali Progo, Klaten. Agregat kasar didatangkan dari daerah Kali Wedi, Klaten.

Gambar 3.2 Agregat Kasar

Gambar 3.3 Agregat Halus

26

c. Semen Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen PPC yang tersedia dipasaran.

Gambar 3.4 Portland Pozzolan Cement (PPC) d. Baja Tulangan baja polos digunakan diameter 8 mm.

Gambar 3.5 Tulangan baja polos 3.3. Benda Uji Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini beton silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Tulangan bambu petung dengan dimensi panjang 35 cm, lebar 2 cm dan tebal 0,5 cm ditanam pada pusat beton silinder sedalam 25 cm.

27

Sebagai pembanding tulangan baja polos diameter 8 mm ditanam pada pusat beton silinder sedalam 25 cm. Berikut jumlah benda uji berdasarkan variasi tulangan: Tabel 3.1 Jumlah Benda Uji Kuat Lekat NO 1 2 3 4

Ditanam Bambu Petung Sejajar Bambu Petung Tidak Sejajar Bambu Petung Sejajar Bambu Petung Tidak Sejajar

Lebar Takikan 1 cm 1 cm 2 cm 2 cm

Jumlah Sampel 6 6 6 6

3.4. Peralatan Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan yang ada di Laboratorium Bahan dan Struktur, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, antara lain sebagai berikut: 3.4.1. Timbangan Ada dua jenis timbangan yang digunakan dalam penelitian ini: a. Neraca digital merek Murayama Seisakusho Ltd Japan, dengan kapasitas 5 kg dengan ketelitian hingga 0,1 gram. Alat ini digunakan untuk menimbang berat material yang tidak terlalu berat.

Gambar 3.6 Neraca digital

28

b. Timbangan “Bascule” merek “SSS” made in Indonesia, dengan kapasitas 50 kg dengan ketelitian 0,1 kg.

Gambar 3.7 Timbangan “Bascule” 3.4.2. Ayakan Ayakan yang digunakan adalah merek Control Italy, bentuk lubang ayakan bujur sangkar dengan ukuran 38 mm, 25 mm, 19,0 mm, 12,5 mm, 9,5 mm, 4,75 mm, 2,36 mm, 1,18 mm, 0,85 mm, 0,30 mm, 0,15 mm dan pan.

Gambar 3.8 Ayakan untuk Sieve Analysis.

29

3.4.3. Penggetar Mesin penggetar ayakan yang digunakan adalah penggetar dengan merek Controls Italy, mesin digunakan sebagai dudukan sekaligus penggetar ayakan. Penggunaannya untuk uji gradasi agregat halus maupun kasar. 3.4.4. Oven Oven yang digunakan merek Binder, dengan temperatur maksimum 300oC, daya listrik 1500 W, digunakan untuk mengeringkan material (pasir dan kerikil).

Gambar 3.9 Oven 3.4.5. Mesin Los Angeles Mesin Los Angeles dengan merk ”Controls”, Italy, yang dilengkapi dengan 12 buah bolabaja. Alat ini digunakan untuk menguji ketahanan aus (abrasi) agregat kasar.

Gambar 3.10 Mesin Los Angeles

30

3.4.6. Kerucut Abrams Kerucut Abrams yang terbuat dari baja dengan ukuran diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm, tinggi 30 cm lengkap dengan tongkat baja penusuk dengan ukuran panjang 60 cm, diameter 16 mm digunakan untuk mengukur nilai slump adukan beton.

Gambar 3.11 Kerucut Abrams

3.4.7. Cetakan Benda Uji Silinder Digunakan untuk mencetak benda uji beton yang berbentuk silinder. Cetakan benda uji yang digunakan adalah cetakan silinder dari pipa dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.

Gambar 3.12 Cetakan Silinder

31

3.4.8. Universal Testing Machine (UTM) Universal Testing Machine atau mesin uji kuat tarik dengan merek “SHIMATSU” tipe UMH 30 yang berkapasitas 30 ton. Alat ini digunakan untuk pengujian pendahuluan yaitu uji kuat tarik baja, dan lain-lain.

Gambar 3.13 Universal Testing Machine (UTM). 3.4.9. Compression Testing Machine (CTM) Compression Testing Machine dengan kapasitas 2000 kN digunakan untuk pengujian kuat desak beton.

Gambar 3.14 Compression Testing Machine (CTM)

32

3.4.10. Alat Lain Untuk kelancaran dan kemudahan penelitian, pada saat pembuatan benda uji digunakan beberapa alat bantu yaitu: 1. Cetok semen, digunakan untuk memindahkan bahan batuan dan memasukkan campuran beton kedalam cetakan beton. 2. Gelas ukur kapasitas 250 ml digunakan untuk meneliti kandungan zat organik dan kandungan lumpur agregat halus. 3. Ember untuk tempat air dan sisa adukan. 4. Cangkul untuk mengaduk campuran beton. 5. Molen untuk mengaduk campuran beton. 6. Gelas ukur dengan kapasitas 2000 ml, untuk mengukur kebutuhan air. 7. Vibrator (penggetar)

3.5. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bahan dan Struktur Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan tahapan sebagai berikut: 3.5.1. Tahap Persiapan Tahap persiapan dilakukuan guna memperlancar kegiatan penelitian yang akan dilakukan dilaboratorium, antara lain sebagai berikut: 1. Studi literatur Studi pustaka dan pengembangan teori, tahap ini menggali dan menajamkan konsep beton bertulangan bambu. 2. Persiapan bahan Persiapan berupa pengadaan material bambu, agregat, semen, dan baja yang diperlukan pada penelitian. 3. Persiapan alat

33

4. Pada tahap ini diperlukan pengamatan alat yang akan dipergunakan, mempelajari manual alat, kemampuan, ketelitian serta kapasitas alat untuk mereduksi kesalahan pelaksanaan.

3.5.2. Tahap Pengujian Pendahuluan Pengujian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui sifat dan karakteristik dari material yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun pengujian tersebut antara lain: 3.5.2.1.Pengujian Bahan Dasar Beton Dalam pengujian bahan dasar beton, hanya dilakukan terhadap agregat halus dan kasar, sedangkan terhadap semen tidak dilakukan pengujian. a. Agregat Halus Pengujian terhadap agregat halus antara lain: 1. Gradasi Agregat Halus 2. Kadar Lumpur Agregat Halus Pelaksanaan pengujian kadar lumpur sebagai berikut: a) Mempersiapkan peralatan yang digunakan yaitu oven, gelas ukur, dan timbangan. b) Siapkan sampel uji sebelum proses pencucian (100 gr). o

c) Masukkan sampel ke dalam oven pada suhu 110 C selama 24 jam. d) Setelah 24 jam, dinginkan pada suhu ruang dan timbang berat sampel uji. e) Kemudian cuci sampel tadi dengan menggunakan gelas ukur sampai bersih. Pencucian dilakukan kira-kira 10 kali pencucian atau sampai air pencucian dalam tabung terlihat jenih. o

f) Setelah dicuci, masukkan sampel ke dalam oven pada suhu 110 C selama 24 jam. g) Setelah 24 jam, dinginkan pada suhu ruang dan timbang kembali berat sampel uji. h) Hitung selisih berat sampel sebelum di cuci dan setelah dicuci. Selisih nilai

34

yang nantinya dalam bentuk persentase ini merupakan kadar lumpur yang terkandung dalam agregat halus. i) bahwa pasir yang mengandung lumpur 5% dari berat keringnya harus dicuci, karena kandungan lumpur yang berlebihan dapat mengganggu lekatan partikel sehingga menurunkan kekuatan beton (PBI 1971). 3. Kadar Zat Organik dalam Agregat Halus Pengujian Kadar Zat Organik Pelaksanaan pengujian kadar zat organik sebagai berikut: a) Mempersiapkan peralatan dan bahan yang digunakan yaitu gelas ukur dan larutan NaOh 3% dan sampel uji (100 gr). b) Masukkan sampel ke dalam gelas ukur kemudian tambahkan larutan NaOH 3% kedalam gelas ukur sampai sampel terendam sempurna. c) Tutup mulut gelas ukur dengan plastik dan lakukan pengocokan sampai sampel benar-benar tercampur sempurna. Diamkan selama 24 jam dan amati perubahan warna yang terjadi pada larutan NaOH. Warna yang terjadi dijadikan sebagai acuan persentase kandungan zat organik yang terkandung dalam sampel tersebut. Tabel 3.2 Tabel Perubahan Warna Warna

Persentase kandungan zat organik (%)

Jernih

0

Kuning muda

0 – 10

Kuning tua

10 – 20

Kuning kemerahan

20 – 30

Coklat kemerahan

30 – 50

Coklat

50 – 100

35

Gambar 3.15 Pengujian kadar zat organik

4. Spesific Gravity Agregat Halus Pengujian specific gravity agregat halus dengan berpedom an pada ASTM C-128 ditujukan agar mendapatkan: a) Bulk specific gravity, yaitu perbandingan antara berat pasir dalam kondisikering dengan volume pasir total b) Bulk specific gravity SSD, yaitu perbandingan antara berat pasir jenuhdalam kondisi kering permukaan dengan volume pasir total c) Apparent specific gravity, yaitu perbandingan antara berat pasir dalamkondisi kering dengan volume butir pasir d) Absorbtion, yaitu perbandingan antara berat air yang diserap dengan beratpasir kering b. Agregat Kasar Pengujian terhadap agregat kasar antara lain: 1. Gradasi Agregat Kasar Pengujian gradasi agregat kasar menggunakan standar pengujian ASTM C-33. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui gradasi atau variasi diameter butiran krikil, persentase kehilangan dan modulus kehalusannya. Pelaksanaan pengujian gradasi adalah sebagai berikut: a) Menyiapkan sampel uji agregat kasar sebanyak 3000 gr lolos saringan 19 mm.

36

o

b) Sampel uji dikeringkan didalam oven dengan suhu 110 C selama 24 jam. c) Menyusun urutan ayakan dari yang terbesar hingga yang terkecil berturut-turut (susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan paling atas) yaitu 38,0 mm; 25,0 mm; 19,0 mm; 12,5 mm; 9,50 mm; 4,75 mm; 2,36 mm; pan. d) Ambil sampel uji yang telah dikeringkan dalam oven lalu masukkan kedalam ayakan. e) Susunan saringan diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit. f) Timbang berat agregat kasar yang tertahan dalam tiap saringan.

2. Abrasi Agregat Kasar Agregat kasar harus memiliki ketahanan terhadap keausan akibat gesekan. Standar pengujian abrasi pada agregat kasar menggunakan ASTM C-131, dengan menggunakan mesin Los Angeles. Bagian yang hilang akibat gesekan tidak boleh lebih dari 50%. Pelaksanaan pengujian abrasi sebagai berikut: a. Menyiapkan sampel uji agregat kasar sebanyak 5000 gr. b. Sampel uji dan bola – bola baja dimasukkan kedalam mesin Los Angeles. c. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm, sebanyak 500 putaran. d. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring dengan saringan no.8 (2,36 mm). Butiran yang tertahan diatasnya dicuci bersih o

selanjutnya dikeringkan dalam oven suhu 110 C selama 24 jam e. Ambil sampel uji dari oven dan dinginkan dalam suhu ruang kemudian timbang beratnya. 3. Spesific Gravity Agregat Kasar a) Cuci sampel uji untuk menghilangkan debu atau bahan – bahan lain yang kemungkinan melekat pada permukaannya. b) Ambil sampel uji sebanyak 3000 gr. Keringkan sampel uji dalam oven pada o

suhu 110 C selama 24 jam atau mencapai berat tetap. Berat tetap adalah

37

keadaan berat sampel uji selama 3 kali proses penimbangan c) Ambil sampel uji dari oven dan dinginkan pada suhu ruang kemudian rendam dalam air selama (24 ± 4) jam. d) Buang air perendam hati-hati, jangan ada butiran yang hilang, tebarkan agregat diatas talam, lap dengan kain penyerap sampai air pada permukaan hilang (SSD), untuk butiran yang besar pengeringan harus satu–persatu. e) Timbang sampel kering permukaan jenuh. Letakkan sampel uji didalam keranjang dan letakkan pada wadah air yang telah disediakan. Goncangkan keranjang untuk mengeluarkan udara yang tersekap. o

Ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar (25 C). Kemudian Pasang : a) Keranjang pada neraca timbang untuk mengukur berat sampel didalam air. Gambar 3.16. memperlihatkan neraca timbang yang digunakan dalam penelitian.

Gambar 3.16 Neraca timbang.

38

3.5.2.2. Pengujian Karakteristik Bambu Pengujian karakteristik bambu dilakukan untuk mengetahui sifat fisika dan makanika bambu. Bagian bambu yang dijadikan benda uji, diambil dari bagian pangkal dan ujung bambu. Hal ini dilakukan dengan harapan mewakili karakteristik bambu yang diuji secara keseluruhan. Adapun pengujian yang dilakukan antara lain:

a. Kadar Air dan Kerapatan Dimensi benda berukuran panjang 300 mm x lebar 150 mm sedangkan ketebalan menyesuaikan dengan tebal bambu. Nilai kadar air beda uji dalam persen merupakan selisih berat benda uji sebelum dan setelah di oven kemudian dibagi berat berat benda setelah dioven, sedangkan untuk pengujian kerapatan bambu dihitung dengan membandingkan antara berat kering oven dan volume benda uji. Pelaksanaan pengujian kadar air dan kerapatan bambu sebagai berikut: 1) Pengujian diawali dengan mengukur dimensi (p x l x t) tiap benda uji dengan menggunakan jangka sorong. 2) Timbang berat tiap benda uji o

3) Lakukan pengovenan pada benda uji selama 24 jam pada suhu 110 C. 4) Timbang berat benda uji setelah dioven.

Gambar 3.17 Benda uji kadar air b. Kuat Tarik Sejajar Serat Benda uji kuat tarik sejajar serat berbentuk seperti huruf I dengan ukuran panjang 500 mm, lebar 15 mm, dan tebal 10 mm . pengujian dilakukan dengan cara benda uji dijepit pada kedua ujungnya, kemudian ditarik hingga dicapai beban maksimumnya. Pengujian kuat tarik sejajar serat menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM).

39

Pelaksanaan pengujian kuat tarik bambu sebagai berikut: 1) Menghitung dimensi bambu lalu menghitung luasnya (A). 2) Meletakkan benda uji pada Universal Testing Machine (UTM) lalu memberikan beban (P) tarik. 3) Mencatat beban tarik maksimum bambu. c. Kuat Tekan Sejajar Serat Benda berbentuk silinder dengan tinggi 200 mm dengan tebal menyesuaikan tebal benda uji. Pengujian kuat geser sejajar serat menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM). Benda uji ditekan sampai diperoleh beban maksimum.

Gambar 3.18 Pengujian kuat tekan sejajar serat d. Kuat Geser Sejajar Serat Benda uji berbentuk silinder tabung berbentuk huruf L dengan tinggi sisi A = 200 mm dan tinggi sisi B = 100 mm sedangkan untuk ketebalan menyesuaikan dengan tebal benda uji. Pengujian kuat geser sejajar serat menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM). Pelaksanaan pengujian kuat geser bambu sebagai berikut: 1) Menghitung dimensi bidang geser bambu lalu menghitung luasnya (A). 2) Meletakkan benda uji pada Universal Testing Machine (UTM) lalu memberikan beban (P) tekan pada bidang gesernya. Bidang geser bambu terletak pada pertemuan sisi A (tinggi 200 mm) dan sisi B (tinggi 100 mm).

40

3) Mencatat beban geser maksimum bambu

Gambar 3.19 Benda Uji Pendahuluan Kuat Geser Bambu Sejajar Serat

e. Kuat Lentur Pengujian modulus elastisitas menggunakan alat Bending Testing Machine (BTM). Dengan ukuran benda uji bambu panjang 20 cm, lebar 2,5 cm. Pengujian dilakukan dengan dua cara yaitu posisi kulit bambu diletakkan diatas dan kulit bambu diletakkan di bawah. Benda uji ditekan sampai diperoleh beban maksimum.

Gambar 3.20 Uji Modulus Elastisitas

3.5.2.3. Pengujian Kuat Tarik Tulangan Baja Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tegangan leleh dan tegangan maksimum baja sehingga dapat diketahui mutu baja yang digunakan. Pelaksanaan pengujian baja dilakukan dengan menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM).

41

Gambar 3.21 Pengujian kuat tarik tulangan baja

3.5.2.4. Pembuatan Benda Uji Kuat Tekan (Mix Design) Perancangan proporsi campuran beton ini menggunakan metode SNI 03-28342000 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal), adapun langkahnya sebagai berikut: 1. Menetapkan kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’) pada umur tertentu dan nilai standar deviasi (Sr) berdasarkan hasil pengalaman praktek pelaksana. 2. Menghitung nilai tambah (margin) (M). M = 1,64 x Sr Dengan :

M

= nilai tambah, MPa

1,64

= tetapan statistik tergantung % kegagalan maksimal 5%

Sr

= deviasi standar rencana

3. Menetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan (f’cr). f’cr = f’c + M dengan :

f’cr

= kuat tekan rata-rata, MPa

f’c

= kuat tekan yang disyaratkan, MPa

M

= nilai tambah, MPa

4. Menetapkan jenis semen PPC kegunaan tipe 1. 5. Menentukan jenis agregat, berupa agregat alami atau batu pecah. 6. Menghitung kebutuhan semen, agregat halus, agregat kasar, dan air. 7. Menetapkan faktor air-semen maksimum. 8. Menentukan nilai slump. 9. Menetapkan besar butir agregat maksimum.

42

10. Menetapkan jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton, berdasarkan ukuran maksimum agregat, jenis agregat, dan nilai slump yang diinginkan 11. Menghitung berat semen yang diperlukan dan kebutuhan semen minimum 12. Menentukan daerah gradasi agregat halus berdasarkan Tabel 3.6 berikut: 13. Menetapkan nilai perbandingan antara agregat halus dan agregat kasar. 14. Menghitung nilai berat jenis agregat campuran dengan rumus: Bj. Camp =

P K  bj.ag.halus   bj.ag.kasar 100 100

Dengan : Bj. Camp

= berat jenis agregat campuran

bj. ag. halus = berat jenis agregat halus bj. ag. Kasar= berat jenis agregat kasar P

= persentase agregat halus terhadap agregat campuran

K

= persentase agregat kasar terhadap agregat campuran

15. Menghitung kebutuhan agregat campuran dengan rumus: Wpasir + kerikil = Wbeton - kebutuhan air – kebutuhan semen 16. Menghitung berat agregat halus yang diperlukan dengan rumus: Wpasir = (Persentase agregat halus) x Wpasir+ kerikil 17. Menghitung berat agregat kasar yang diperlukan dengan rumus: Wkerikil = Wpasir + kerikil - Wpasir

3.5.2.5. Pengujian Kuat Tekan Beton Mix Design Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada saat beton berumur 28 hari. Benda uji yang digunakan dalam pengujian ini adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Pengujian ini bertujuan untuk mengamati besarnya beban (P) maksimum atau beban pada saat beton hancur dengan menggunakan alat uji kuat tekan (Compression Testing Machine). Proses pembebanan dan alat uji kuat tekan (CTM) dapat dilihat pada Gambar 3.29.

43

Gambar 3.22 Alat Uji Kuat Tekan (Compression Testing Machine) 3.5.3. Tahap Pembuatan Benda Uji Dan Pengujian Kuat Lekat 3.5.3.1. Pembuatan Benda Uji Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini beton silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Tulangan bambu petung dengan dimensi panjang 35 cm, lebar 2 cm dan tebal 0,52 cm ditaman pada pusat beton silinder sedalam 25 cm. Sebagai pembanding tulangan baja polos diameter 8 mm ditaman pada pusat beton silinder sedalam 25 cm (seperti pada Gambar 3.4). 1.

Tahap pembuatan tulangan uji lekat

a.

Menyiapkan bambu petung.

b.

Memotong bambu dengan panjang 35 cm

c.

Membelah dan merapikan bambu dengan dimensi lebar 2 cm, tebal 0,52 cm

2.

Tahap pembuatan beton silinder

a.

Membuat formula campuran beton 17,5 MPa

b.

Menuangkan agregat halus dan kasar serta semen ke dalam mesin pengaduk untuk pencampuran kering

44

Gambar 3.23 Menuangkan air sesuai formula c.

Menuangkan air sesuai formula

d.

Menuangkan campuran beton ke dalam cetakan silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm

e.

Menanam tulangan bambu pada beton tepat di tengahnya dengan kedalaman penanaman 25 cm

f.

Mengulangi langkah d dan e sampai semua tulangan bambu dan baja tertanam

g.

Diamkan benda uji dengan masa perawatan 28 hari

Gambar 3.24 Diamkan benda uji dengan masa perawatan 28 hari h.

Setelah 28 hari benda uji siap untuk diuji lekat

3.5.3.2.

Perawatan benda uji (Curing)

Perawatan beton adalah suatu pekerjaan menjaga agar permukaan beton segar selalu lembab sejak adukan beton dipadatkan sampai beton dianggap cukup keras. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin agar proses reaksi hidrasi berlangsung dengan sempurna sehingga timbulnya retak-retak dapat dihindarkan dan mutu beton dapat terjamin. Pada tahap ini dilakukan perawatan terhadap benda uji. Perawatan dilakukan dengan cara merendam benda uji pada hari kedua selama 7 hari di dalam air.

45

3.5.3.3.

Pengujian Kuat Lekat

Pengujian kuat lekat dilakukan untuk mengetahui nilai kuat lekat tulangan bambu pada benda uji berupa silinder beton, sedangkan alat yang digunakan pada pengujian ini adalah pengujian pull out dengan alat Universal Testing Machine (UTM). Cara pengujian Kuat Lekat dan Runtuh Sesar a.

Mempersiapkan benda uji

b.

Masukkan benda uji silinder ke dalam alat bantu sambung

c.

Letakkan benda uji ke mesin UniversalTesting Machine (UTM)

d.

Setelah baut dikencangkan, mulailah menjalankan mesin (UTM)

e.

Amati pergerakan pada benda uji lekat dan data secara otomatis masuk ke komputer

f.

Hentikan mesin UTM setelah beban maksimum dan grafik pada komputer mengalami penurunan

g.

Keluarkan benda uji dari mesin UTM

h.

Ulangi langkah a – f sampai benda uji selesai.

3.5.4.

Tahap Analisis Data

Pada tahap ini, data yang diperoleh dari hasil pengujian dianalisis untuk mendapatkan hubungan antara variabel yang diteliti dalam penelitian.

3.5.5.

Tahap Kesimpulan dan Saran

Pada tahap ini, data yang telah dianalisis dibuat suatu kesimpulan yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

46

3.5.6. Garis Besar Tahap Penelitian Mulai Tahap I

Studi Literatur Pengumpulan Bahan

Tahap II

Uji Kuat Tarik Tulangan Baja

Uji Bambu -Uji Kadar air dan Kerapatan, Uji tarik, uji tekan, uji geser, uji elastisitas Uji Agregat Kasar -uji Spesifik grafity, uji gradasi, uji abrasi Uji Agregat Halus -uji Kadar air dan kerapatan, uji kadar lumpur, uji zat organik

Pembuatan Benda uji mix desain

Uji desak mix desain 17,5 Mpa

Tahap III Uji kuat lekat ( usia 28 hari ) Tahap IV Pembuatan benda uji Lekat Beton-Bambu Menyusun Laporan Tahap V Selesai

Gambar 3.29 Diagram Alur Penelitian.