BAB 3 METODE PENELITIAN - Mas Dwijanto's Blog

67 Dasar dari penyusunan rencana pembelajaran adalah komponen-komponen model (sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak...

11 downloads 606 Views 111KB Size
BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian Berdasarkan permasalahan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, penelitian ini merupakan penelitian pengembangan karena dalam penelitian ini akan dikembangkan perangkat pembelajaran beserta tes kemampuan berpikir kreatif. Pengembangan perangkat pembelajaran pada penelitian ini meliputi Silabus, RPP, Buku siswa dan Buku guru. 3.2. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model pengembangan perangkat pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Plomp. Adapun fase-fase yang akan dilakukan dalam penelitian ini ada lima yaitu fase investigasi awal (preliminary investigation); fase desain (design); fase realisasi/konstruksi (realization/construction); fase tes, evaluasi, dan revisi (test, evaluation, and revision); dan fase implementasi (implementation). Berikut akan diuraikan secara rinci fase-fase pengembangan perangkat pembelajaran dengan model Plomp. Fase-fase pengembangan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut: 3.2.1. Fase investigasi awal (preliminary investigation) Kegiatan yang dilakukan pada tahap investigasi awal adalah menghimpun informasi permasalahan pembelajaran matematika terdahulu dan merumuskan rasional pemikiran pentingnya mengembangkan model, mengidentifikasi dan mengkaji teori-teori yang melandasi pengembangan model antara lain; teori-teori yang melandasi model pembelajaran yang relevan dengan pembelajaran matematika, teori tentang model pembelajaran dan pengembangannya. Pada tahapan ini juga dilakukan analisis terhadap (1) kondisi siswa yang meliputi: kemampuan, dan kemauan belajar, (2) analisis kurikulum yaitu, analisis 64

materi (mengidentifikasi, merinci, dan menyusun konsep secara sistematis untuk pengorganisasian materi pelajaran), dan merumuskan kompetensi dasar dan kriteria kinerja.

Untuk perangkat pembelajaran, dalam tahap ini dilakukan

identifikasi dan kajian terhadap kurikulum matematika, analisis kondisi siswa, analisis konsep, analisis tugas dan penetapan kriteria kinerja yang akan dicapai melalui pembelajaran. Kelima kegiatan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Analisis ujung depan Analisis ujung depan ditujukan untuk menentukan masalah dasar yang diperlukan dalam pengembangan bahan pelajaran. Pada tahap ini dilakukan telaah terhadap kurikulum, dan teori-teori pembelajaran yang mendasari model sehingga diperoleh deskripsi pola pembelajaran yang dianggap ideal. 2) Analisis siswa Analisis siswa merupakan telaah tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan rancangan pengembangan bahan pelajaran. Karakteristik ini meliputi kemampuan matematika yang dimiliki, sikap terhadap topik pembelajaran. Dalam analisis kognitif diasumsikan bahwa siswa telah memasuki tahap perkembangan operasi formal. 3) Analisis materi Analisis materi ditujukan untuk, memilih dan menetapkan, merinci dan menyusun secara sistematis materi ajar yang relevan untuk diajarkan berdasarkan analisis ujung depan. 4) Analisis tugas Analisis tugas ditujukan

untuk mengidentifikasikan ketrampilan-

ketrampilan utama yang diperlukan pada kurikulum dan menganalisisnya pada suatu kerangka subketrampilan akademis yang akan dikembangkan dalam pembelajaran. 5) Spesifikasi kompetensi: Spesifikasi kompetensi ditujukan untuk mengkonversikan kompetensi dari analisis materi, dan analisis tugas menjadi sub-sub kompetensi (kompetensi

65

dasar) yang akan dicapai, yang dinyatakan dalam penguasaan content dan perfomance siswa. 3.2.1. Fase desain (design) Kegiatan yang dilakukan dalam perancangan model ini adalah memilih format buku model, diperoleh gambaran buku model yang berisikan; rasional model, memahami teori-teori pendukung yang dapat dimasukkan dalam komponen-komponen model, menetapkan garis-garis besar deskripsi dan komponen-komponen model, menguraikan petunjuk pelaksanaan, serta contoh penerapan model. Kegiatan yang dilakukan dalam merancang komponen-komponen model meliputi: (1) merancang sintaks pembelajaran, (2) merancang sistem sosial, (3) merancang prinsip reaksi, yaitu memberikan gambaran kepada guru bagaimana memperlakukan siswa sebagai subjek belajar yang memiliki persepsi, imajinasi, perhatian, dan daya nalar serta bagaimana memandang dan merespons setiap perilaku yang ditunjukkan oleh siswa selama pembelajaran, (4) merancang sistem pendukung, yaitu syarat/kondisi yang diperlukan agar model pembelajaran yang sedang dirancang dapat terlaksana, seperti setting kelas, sistem instruksional, perangkat pembelajaran, fasilitas belajar, dan media yang diperlukan dalam pembelajaran, (5) merancang dampak dari pembelajaran. Dampak disini ada dua macam yaitu dampak instruksional dan dampak pengiring. Dampak instruksional adalah dampak yang merupakan akibat langsung dari pembelajaran, sedangkan dampak pengiring adalah akibat tidak langsung dari pembelajaran. Pada tahap ini, perancangan perangkat pembelajaran ditujukan untuk menghasilkan prototipe material pembelajaran pada pokok bahasan yang ditentukan. Dalam tahap perancangan ini diperoleh gambaran analisis

topik,

analisis tugas, rencana pembelajaran, buku guru, buku siswa, lembar aktivitas siswa, pemilihan media pembelajaran, dan pemilihan format perangkat yang digunakan. Langkah-langkah yang ditempuh dalam perancangan perangkat pembelajaran sebagai berikut; 1) Penyusunan rencana pembelajaran 66

Dasar dari penyusunan rencana pembelajaran adalah komponen-komponen model (sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak instruksional dan dampak pengiring), analisis tugas dan analisis topik yang dijabarkan

berdasarkan

materi

pembelajaran

untuk

mencapai

sub-sub

kompetensi yang ditetapkan. 2) Pemilihan media Kegiatan pemilihan media ini dilakukan untuk menentukan media yang tepat dalam penyajian materi pembelajaran yang bersumber dari alat kejuruan dengan prinsip bahwa konsep dan prinsip matematika yang akan disampaikan melekat pada alat tersebut, dan kompetensi dari hasil pemecahan masalah menunjukkan manfaat mempelajari matematika untuk kehidupan siswa. 3) Pemilihan format perangkat pembelajaran Pemilihan ini menyangkut desain isi, pemilihan strategi pembelajaran, dan sumber belajar. 4) Desain awal Kegiatan desain awal merupakan rancangan awal perangkat pembelajaran yang melibatkan aktivitas guru dan siswa. Wujud nyata desain awal perangkat pembelajaran yang dibuat, meliputi gambaran analisis topik, analisis tugas, rencana pembelajaran (RP), buku guru, buku siswa, lembar kerja siswa (LKS), dan peta konsep. 3.2.2. Fase relisasi/kontruksi (realization/construction) Tahapan ini sebagai lanjutan kegiatan pada tahap perancangan. Pada tahap ini dihasilkan prototipe 1 (awal) sebagai realisasi hasil perancangan model. Kegiatan yang dilakukan pada fase ini meliputi: (1) menyusun sintaks pembelajaran, (2) menetapkan sistem sosial, (3) menyusun prinsip reaksi, yaitu memberikan gambaran kepada guru memberikan scaffolding serta bagaimana memandang dan merespons setiap perilaku yang ditunjukkan oleh siswa selama pembelajaran, (4) menentukan sistem pendukung, yaitu syarat/kondisi yang diperlukan agar model pembelajaran yang sedang dirancang dapat terlaksana, seperti setting kelas, sistem instruksional, perangkat pembelajaran, fasilitas 67

belajar, dan media yang diperlukan dalam pembelajaran, termasuk menyusun petunjuk penggunaan perangkat pembelajaran (5) menyusun dampak dari pembelajaran. Model pembelajaran hasil dari fase ini selanjutnya disebut dengan prototipe 1. Hasil-hasil konstruksi diteliti kembali apakah kecukupan teori-teori pendukung model telah dipenuhi dan diterapkan dengan baik pada setiap komponen-komponen model sehingga siap diuji kevalidannya oleh para ahli dan praktisi dari sudut rasional teoritis dan kekonsistenan konstruksinya. Pada tahap ini, dihasilkan prototipe 1 sebagai bagian terintegrasi dari prototipe 1 model, yakni realisasi hasil perancangan perangkat pembelajaran yang diperlukan. Hasil-hasil konstruksi diteliti kembali apakah rencana pembelajaran telah menggambarkan secara operasional sintaks yang ditetapkan, apakah teoriteori pendukung model telah diterapkan dengan baik pada buku guru, buku siswa, dan lembar kegiatan siswa sehingga dapat memfasilitasi siswa belajar dalam mengkonstruksi pengetahuan

matematika dengan bantuan guru. Dengan

demikian, seluruh perangkat pembelajaran siap diuji valid tidaknya oleh para ahli dan praktisi berdasarkan aspek rasional teoritis dan kekonsistenan konstruksinya. 3.2.3. Fase tes, evaluasi, dan revisi (test, evaluation, and revision) Pada tahapan ini dilakukan 2 kegiatan utama, yaitu (1) kegiatan validasi, dan (2) melakukan ujicoba lapangan prototipe model hasil validasi. 1). Kegiatan Validasi Sebelum kegiatan validasi model dan perangkat pembelajaran dilakukan, terlebih dahulu dikembangkan instrumen. Jenis instrumen yang digunakan dalam fase ini adalah lembar validasi. Sebelum digunakan terlebih dahulu divalidasi oleh para pakar untuk menguji layak atau tidak layaknya instrumeninstrumen tersebut digunakan untuk mengukur aspek-aspek yang ditetapkan ditinjau dari kejelasan tujuan pengukuran yang dirumuskan, kesesuaian butirbutir pertanyaan untuk setiap aspek, penggunaan bahasa, dan kejelasan petunjuk penggunaan instrumen. 68

Kegiatan validasi isi dan validasi konstruk model dilakukan dengan memberikan buku model dan instrumen validasi pada para pakar dan praktisi. Para ahli yang bertindak sebagai validator adalah pakar pendidikan matematika dan yang berpengalaman dalam pengembangan model pembelajaran, ahli matematika, ahli pendidikan matematika, ahli teknologi pembelajaran dan manajemen pendidikan, serta guru matematika sebagai praktisi. Saran dari pakar dan praktisi tersebut digunakan sebagai landasan penyempurnaan atau revisi model. Kegiatan yang dilakukan pada waktu memvalidasi model adalah sebagai berikut. a. meminta pertimbangan ahli dan praktisi tentang kelayakan model pembelajaran (pada prototipe 1) yang telah direalisasikan. Untuk kegiatan ini diperlukan instrumen berupa lembar validasi dan

buku

model yang diserahkan kepada validator. b. melakukan analisis terhadap hasil validasi dari validator. Jika hasil analisis menunjukkan: i. valid tanpa revisi, maka kegiatan selanjutnya adalah uji coba lapangan. ii. valid dengan sedikit revisi, maka kegiatan selanjutnya adalah merevisi terlebih dahulu, kemudian langsung uji coba lapangan. iii. tidak valid, maka dilakukan revisi sehingga diperoleh prototipe baru model. Kemudian kembali pada kegiatan meminta pertimbangan ahli dan praktisi. Disini ada kemungkinan terjadi siklus (kegiatan validasi secara berulang) untuk mendapatkan model yang valid. Setelah memperoleh buku model yang valid, selanjutnya dilakukan validasi

perangkat

pembelajaran,

dengan

tahapan-tahapan

sebagaimana

dijelaskan di atas. 2). Kegiatan Ujicoba Lapangan Sebelum kegiatan ujicoba model menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, terlebih dahulu dikembangkan instrumen. Jenis instrumen yang digunakan dalam fase ini adalah lembar observasi. Sebelum digunakan, instrumen tersebut terlebih dahulu divalidasi oleh para pakar untuk 69

menguji layak atau tidak layaknya instrumen-instrumen tersebut digunakan untuk mengukur aspek-aspek yang ditetapkan. Ujicoba dilakukan bertujuan untuk melihat sejauh mana kepraktisan dan keefektifan model dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil ujicoba lapangan dan analisis data hasil ujicoba dilakukan revisi. Ujicoba dan revisi ini dapat dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh prototipe model (buku model, perangkat

pembelajaran, dan instrumen) yang diinginkan

berdasarkan aspek-aspek kepraktisan dan keefektifan. Untuk melakukan kegiatan ini, diperlukan pengembangan perangkat pembelajaran dan instrumen terkait dengan pengukuran kepraktisan dan keefektifan model (penjelasan lebih lengkap tentang penyusunan dan pengembangan perangkat pembelajaran dan instrumen akan dibahas pada bagian berikutnya). Adapun kegiatan yang dilakukan pada waktu uji coba adalah: 1) melakukan ujicoba lapangan, 2) melakukan analisis terhadap data hasil ujicoba, dan 3) melakukan revisi berdasarkan hasil analisis data hasil ujicoba. Uji coba, analisis, dan revisi ini dimungkinkan terjadi siklus (kegiatan uji coba secara berulang) untuk mendapatkan prototipe final model yang memenuhi kriteria

kepraktisan

dan

keefektifan.

Sejalan

dengan

setiap

tahapan

pengembangan model, mulai dari tahap pengkajian awal sampai tahap tes, evaluasi,

dan

revisi

seluruh

komponen-komponen

model,

perangkat

pembelajaran, dan instrumen penelitian diimplemen-tasikan dengan situasi saat ini. Jika terdapat perbaikan (revisi) atau perubahan pada model maka segera dilakukan peninjauan pada bagian-bagian perangkat dan instrumen penelitian. untuk melakukan revisi sejalan dengan perubahan dan revisi pada model. Selanjutnya diimplementasikan apa yang telah dihasilkan saat ini. Sebelum ujicoba dilakukan, terlebih dahulu diberikan penjelasan pada guru mitra yang melaksanakan pembelajaran dan pengamat yang mengamati jalannya proses pembelajaran. Dalam ujicoba ini juga dilakukan uji awal dan akhir untuk mengetahui reliabilitas, validitas, dan sensitivitas instrumen tes, dan aktivitas pembelajaran dalam pencapaian kompetensi yang ditetapkan 70

berdasarkan data empirik. Desiminasi model boleh tidak dilakukan, karena berbagai pertimbangan. Dalam proses pengembangan untuk mendapatkan prototipe final, yaitu model pembelajaran yang valid, praktis dan efektif, dimungkinkan akan terjadi siklus (kegiatan berulang), yaitu: melakukan validasi, dan revisi berulang kali terhadap

prototype

1

(yang

terdiri

dari

model,

perangkat-perangkat

pembelajaran, dan instrumen) dan prototipe yang telah memenuhi kriteria kevalidan

diujicobakan

beberapa

kali

di

lapangan

sampai

kriteria

kepraktisan/keterlaksanaan, dan keefektifan dipenuhi. Secara operasional, kegiatan validasi prototipe 1 (yang terdiri dari model, perangkat-perangkat pembelajaran, dan instrumen) dilakukan secara bersamaan/ serentak, sehingga apabila kriteria kevalidan model belum dipenuhi, maka ketika

merevisi

model

(sebagian

atau

keseluruhan)

dilakukan

bersamaan/serentak merevisi perangkat-perangkat dan instrumen yang terkait. Misalkan terjadi revisi atau perubahan pada sintaks (tahapan pembelajaran), maka dilakukan secara bersamaan revisi/perubahan pada rencana pembelajaran sebab rencana pembelajaran adalah operasional dari sintaks. 3.2.4. Fase implementasi (implementation) Tahap pendefinisian bertujuan untuk menentukan dan mendefinisikan syarat-syarat yang dibutuhkan dalam pembelajaran dengan menganalisis tujuan dan batasan materi. Kegiatan ini ditetapkan terlebih dahulu sebagai landasan untuk melangkah ke tahap-tahap pengembangan selanjutnya. 3.3. Pengembangan Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah soal tes kemampuan berpikir kreatif siswa, lembar observasi motivasi siswa, lembar observasi aktivitas siswa, dan lembar validasi perangkat pembelajaran. Instrumen penelitian yang dikembangkan dengan memodifikasi instrumen penelitian yang ada disesuaikan dengan pendektan Problem Based Learning. Instrumen-instrumen ini dikembangkan terlebih dahulu dilakukan validasi para ahli dan juga dikembangkan pada saat ujicoba. Data tentang motivasi dan aktivitas siswa, dan 71

hasil validasi perangkat pembelajaran yang diperoleh digunakan sebagai dasar untuk merevisi perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian yang telah disusun. Pengembangan instrumen penelitian diuraikan sebagai berikut. 3.3.1. Soal tes kemampuan berpikir kreatif siswa Untuk mengungkap data prestasi belajar, dilakukan kegiatan tes kognitif dengan menggunakan intrumen berupa butir soal tes kognitif pada ranah pengetahuan dan pemahaman konsep yang datanya diambil dari tes yang tedapat diakhir tutorial 3.3.2. Lembar observasi motivasi siswa Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data tentang motivasi selama berlangsungnya

pembelajaran

matematika

dengan

pendekatan

PBL.

Pengembangan instrumen motivasi ini mengacu pada Model ARCS dengan indikator sebagai berikut: 1). Perhatian a. Perhatian mengikuti pembelajaran b. Mengikuti seluruh pembelajaran c. Berkomunikasi dengan guru dan siswa lain d. Mencari informasi mengenai hal yang dianggap tidak mengerti e. Berdiskusi tentang materi f. Bertanya tentang materi yang tidak difahami g. Memberikan umpan balik 2). Relevansi a. Komitmen belajar b. Menghubungkan tugas dengan tujuan/kepentingan c. Menggunakan berbagai alternatif untuk menyelesaikan tugas d. Menyelesaikan tugas dengan menggunakan pengalaman/ pekerjaan 72

e. Menyelesaikan tugas sesuai dengan minat dan bakatnya f. Mengintegrasikan kegiatan/pekerjaan dalam memahami materi 3). Keyakinan diri a. Keyakinan diri mengikuti pembelajaran b. Keyakinan diri dalam berdiskusi c. Keyakinan diri dalam mengerjakan tugas d. Keyakian diri dalam memberikan umpan balik 4). Kepuasan a. Kepuasan mengikuti pembelajaran b. Kepuasan dalam bersiskusi c. Kepuasan mengenai materi dan tugas yang diberikan d. Semangat mengikuti pembelajaran e. Semangat dalam bersiskusi f. Semangat mengenai materi dan tugas yang diberikan 3.3.3. Lembar Validasi Instumen ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai pendapat para ahli (validator) terhadap perangkat pembelajaran yang telah disusun sehingga menjadi acuan atau pedoman dalam merevisi perangkat pembelajaran yang disusun. 3.4. Teknik Analisis Data 3.4.1. Data validasi Ahli Data yang diperoleh dari validator dianalisis secara deskriptif dengan menelaah hasil penilaian terhadap perangkat pembelajaran dan tes kemampuan berpikir kreatif. Hasil yang telah dianalisis digunakan sebagai bahan masukan untuk merevisi/memperbaiki perangkat pembelajaran yang meliputi Silabus, RPP, Buku siswa dan Buku Guru. 73

3.4.2.

Analisis data motivasi siswa Data hasil pengamatan peserta didik selama proses pembelajaran dianalisis

dengan menggunakan persentase. Persentase pengamatan motivasi siswa yaitu frekuensi setiap aspek pengamatan dibagi dengan banyaknya frekuensi semua aspek pengamatan dikali 100%. Hasil analisis pengamatan motivasi siswa digunakan sebagai bahan masukan untuk merevisi perangkat pembelajaran. 3.4.3. Analisis data aktivitas siswa Sama halnya dengan analisis data motivasi mahasiswa, persentase pengamatan aktivitas asiswa yaitu frekuensi setiap aspek pengamatan dibagi dengan banyaknya frekuensi semua aspek pengamatan dikali 100%. Hasil analisis pengamatan aktivitas siswa digunakan sebagai bahan masukan untuk merevisi perangkat pembelajaran. 3.4.4. Analisis data tes kemampuan berpikir kreatif siswa Pelaksanan tes ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kepekaan butir tes terhadap pembelajaran, serta untuk mengetahui kualitas tes dan sebagai masukan untuk merevisi kembali butir soal, maka yang perlu terlebih dahulu diketahui adalah: 3.4.4.1. Validitas Butir Soal Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai. Salah satu teknik yang digunakan untuk menentukan validitas suatu tes adalah dengan mengkorelasikan skor yang diperoleh peserta didik pada masing-masing butir soal dengan skor total. Rumus yang digunakan untuk mengetahui validitas item dapat digunakan rumus

Korelasi Product

Moment berikut:

rxy =

N ∑ XY − (∑ X )(∑Y )  N ∑ X 2 − (∑ X )2   N ∑ Y 2 − (∑ Y )2      74

Keterangan : rxy = koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total X = skor butir Y = skor total N = banyak peserta didik yang mengikuti tes (Arikunto, 2009:72) Interpretasi dari besarnya koefisien korelasi di atas digunakan kriteria berikut: 0,00 < rxy ≤ 0,20

: derajat validitasnya sangat rendah

0,20 < rxy ≤ 0,40

: derajat validitasnya rendah

0,40 < rxy ≤ 0,60

: derajat validitasnya sedang

0,60 < rxy ≤ 0,80

: derajat validitasnya tinggi

0,80 < rxy ≤ 1,00

: derajat validitasnya sangat tinggi

3.4.4.2. Reliabilitas Tes Suatu tes mempunyai reliabilitas yang tinggi apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Jadi reliabilitas berhubungan dengan ketetapan hasil, artinya hasil pengukuran relatif serupa terhadap obyek yang sama walaupun dilakukan oleh orang dan tempat yang berbeda. Untuk menentukan reliabilitas tes digunakan rumus Alpha ( α ), yaitu: 2 K  ∑ si  α= 1 − 2  K − 1  s x 

(Arikunto, 2009: 109)

keterangan: α = koefisien reliabilitas

∑s

2 i

= jumlah varians butir soal 75

K = banyak butir soal s x2

= varians skor total

Kriteria derajat reliabilitas suatu tes adalah: 0,00 ≤ α ≤ 0,20

: reliabilitas sangat rendah

0,20 < α ≤ 0,40

: reliabilitas rendah

0,40 < α ≤ 0,60

: reliabilitas sedang

0,60 < α ≤ 0,80

: reliabilitas tinggi

0,80 < α ≤ 1,00

: reliabilitas sangat tinggi

3.4.4.3. Tingkat kesukaran Tingkat kesukaran bentuk tes uraian dihitung dengan cara menentukan persentase siswa yang menjawab benar. Dalam penelitian ini peneliti menerapkan batas lulus ideal adalah 75% dari skor maksimal hal ini sesuai dengan kriteria ketuntasan belajar jika telah mencapai skor 68. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Dengan mengetahui indeks kesukaran soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan soal dan digunakan sebagai petunjuk untuk mengadakan perbaikan. Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat kesukaran adalah: P=

B Js

Keterangan: P : Tingkat Kesukaran B : Banyaknya peserta didik yang menjawab soal dengan benar Js: Jumlah semua peserta didik

Kriteria tingkat kesukaran suatu tes adalah: 76

0,00 < P ≤ 0,30

: soal sukar

0,30 < P ≤ 0,70

: soal sedang

0,70 < P ≤ 1,00

: soal mudah

(Arikunto, 2009:218)

3.4.4.4. Daya beda Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan peserta didik yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan peserta didik bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut dengan indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk mencari daya beda adalah: D=

BA BB − JA JB

Keterangan: BA : Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar JA : Banyaknya peserta kelompok atas JB : Banyaknya peserta kelompok bawah Kriteria Penentuan Jenis Daya Beda. 0,00 < D ≤ 0,20 : Jelek 0,20 < D ≤ 0,40 : Cukup 0,40 < D ≤ 0,70 : Baik 0,70 < D ≤ 1,00 : Baik Sekali. (Arikunto, 2009:220)

77

3.4.4.5. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai varians yang sama atau tidak. Apabila kedua kelompok mempunyai varians yang sama maka kedua kelompok tersebut dikatakan homogen. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: F=

Varians terbesar Varians terkecil

(Sudjana 1996: 250).

3.4.4.6. Uji Normalitas Untuk pengujian normalitas diadakan perhitungan frekuensi teoritik f h dan hasil pengamatan f 0 . Frekuensi f 0 didapat dari sampel, masing-masing menyatakan frekuensi pada setiap kelas interval. Harga f h didapat dari hasil kali antara jumlah peserta tes dengan luas bawah kurva normal untuk interval yang bersangkutan. Selanjutnya x2 di hitung dengan rumus chi kuadrat: k

( f 0 − f h )2

i =1

fh

x =∑ 2

Keterangan:

f 0 : frekuensi hasil pengamatan/ observasi f h : frekuensi hasil yang diharapkan Kriteria pengujian jika X2 hitung < X2(1-α) (k-1) maka sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal (Sugiyono 2010: 241).

3.4.4.7. Uji Regresi Analisis regresi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh motivasi dan keterampilan berkomunikasi terhadap prestasi belajar peserta didik pada pokok bahasan segitiga. Uji Adapun rumus persamaan regresi adalah: 78

ˆ = a+ b X Y ˆ : prestasi belajar. Keterangan: Y ˆ bila X = 0 (harga konstan). a : harga Y b : koefisien regresi. X : aktifitas peserta didik.

(Sugiyono 2009: 262) Hipotesis yang akan diuji adalah : Ho : β = 0 (aktivitas tidak linier terhadap prestasi belajar) Ha : β ≠ 0

(aktivitas linier terhadap prestasi belajar)

Untuk menguji kelinieran model diatas, digunakan Tabel berikut : Tabel Rancangan Pengujian Kelinieran Regresi Sumber

JK (Jumlah Kuadrat)

Derajat Kebebasan

Regresi

JKR = Σ (Yi - Y )2

1

Sisa

JKS = Σ (Yi - Yt)2

n -2

Total

JKT = Σ (Yi - Y )2

n -1

RK

RKR =

JKR 1

RKR =

JKS n−2

F

Fh =

RKR RKS

Berlaku hubungan JKT = JKR + JKS Apabila Fh ( Fhitung ) > Ft ( Ftotal ), maka artinya signifikan atau model adalah linier. Ft dicari dengan menggunakan tabel distribusi F dengan derajat kesalahan α = 5% dengan derajat kebebasan 1 dan ( n − 2 ). Setelah model tersebut diuji dan dapat diketahui bahwa ternyata model adalah linier, maka selanjutnya ditentukan besamya pengaruh variabel X terhadap variabel Y .

79

3.4.4.8. Uji ketuntasan belajar Prestasi belajar dikatakan tuntas jika memenuhi syarat ketuntasan belajar yaitu jika rata-rata skor prestasi belajar peserta didik mencapai sekurangkurangnya 68. Hipotesis yang akan diuji adalah H0 : µ 0 < 68 (rata-rata kemampuan berpikir kreatif belum memenuhi Kriteria Ketuntasan) H1 :

µ 0 ≥ 68 (rata-rata kemampuan berpikir kreatif memenuhi Kriteria

Ketuntasan) Rumus yang digunakan

t=

X − µ0 s n

,

dengan

X = rata - rata skor kelompok uji coba

n1 = banyaknya peserta didik kelompok uji coba s = simpangan baku kelompok uji coba

µ 0 = rata − rata prestasi belajar Dengan uji pihak kanan kriteria yang digunakan adalah H0 ditolak jika

t hitung > t (1−α )( n −1)

(Sudjana 2002: 227).

3.4.4.9. Uji Proporsi Untuk menguji apakah tiap peserta didik tuntas digunakan uji proporsi. Prestasi belajar tiap peserta didik dikatakan tuntas jika, memenuhi syarat ketuntasan belajar secara individual menurut Bloom (Winkel 2007: 466) adalah apabila 75 % peserta didik mencapai KKM. Hipotesis yang akan diuji adalah 80

H0 : π 0 ≥ 75 %(ketuntasan individual tercapai) H1 : π 0 < 75 %(ketuntasan individual tidak tercapai) Rumus yang digunakan

x −π 0 n z= π 0 (1 − π 0 ) n

n = banyaknya peserta didik

π 0 = harga yang sudah diketahui x = skor peserta didik dengan uji proporsi, terima H0 jika -

Z 0,5(1−α ) < z < Z 0,5(1−α )

(Sudjana 2002: 233).

3.4.4.10. Uji Komparatif Uji hipotesis yang digunakan adalah uji perbedaan rata-rata, dengan rumus uji t. Uji ini selanjutnya digunakan untuk menentukan keefektifan pembelajaran. Hipotesis yang akan diuji adalah H0 : X 1 > X 2 (rata-rata kelas uji coba lebih baik dari pada kelas kontrol) H1 : X 1 ≤ X 2 (rata-rata kelas uji coba tidak lebih baik dari pada kelas kontrol) Tapi sebelum dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dilakukan uji kesamaan dua varians dengan hipotesis sebagai berikut H0 : S12 = S 22 (varian kedua kelas sama sama ) H1 : S12 ≠ S 22 (varian kedua kelas berbeda)

81

Uji dua variabel kasus varian sama Hipotesis diterima jika t hitung < t tabel , rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

t hitung =

S2 =

X1 − X 2 1 1 S + n1 n 2

, t tabel = t 0,95( dk =n1 + n2 −2)

(n1 − 1)S12 + (n2 − 1)S 22 n1 + n 2 − 2

Uji dua variabel kasus varian tidak sama t ' hitung =

X1 − X 2 s12 s 22 + n1 n 2

, t tabel = t 0,95( dk = n1 + n2 − 2)

dengan : X 1 = rata-rata nilai kelompok uji coba X 2 = rata-rata nilai kelompok kontrol

n1 = jumlah anggota kelompok uji coba n2 = jumlah anggota kelompok kontrol S12 = varians kelompok uji coba S 22 = varians kelompok kontrol S 2 = Varians gabungan (Sudjana 2002: 239).

82